Anda di halaman 1dari 6

PERTANIAN BERLANJUT

Praktikum Aspek Sosial Ekonomi


“A Study of Cultural Heritage and Sustainable Agriculture Conservation as a
Means to Develop Rural Farms as Agritourism Destinations” in Thailand

Arranged by:
Name : Anastasia Br Zebua
NIM : 185040207111121
Class :E
Absent : 25

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
 Cara Pandang atau Filsafat Moral
Berdasarkan pembahasan pada jurnal yang berjudul “A Study of Cultural
Heritage and Sustainable Agriculture Conservation as a Means to Develop Rural
Farms as Agritourism Destinations”, menjelaskan area yang dipelajari kurang
lebih 50 kilometer persegi yang terdiri dari tiga desa di Distrik Chiang Khan.
Daerah ini memiliki warisan budaya lokal yang melimpah, sumber daya alam,
praktik pertanian tradisional, serta gaya hidup tradisional. Praktek pertanian yang
dilakukan pada kawasan ini memiliki produktivitas yang tinggi dikarenakan
praktek pertaniannya dilakukan di tanah subur di dataran aluvial di mana aliran
dan sungai dari pegunungan mengalir. Desa-desa ini telah menjadi pusat produk
pertanian lokal dan jaringan pasar di dalam kabupaten dan wilayah dengan
karakteristik dan peluang yang unik untuk pengembangan agrowisata.
Pembangunan kawasan pedesaan didasarkan pada praktek pertanian dengan
memadukan kelestarian sumber daya alam dan budaya yang berharga.
Berdasarkan pendekatan akan perpaduan praktek pertanian dan kelestarian
sumber daya alam dan budaya dengan upaya konservasi yang dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa cara pandang atau filsafat moral yang terkandung didalam
pertanian yang ada di tiga desa di Distrik Chiang Khan, Thailand yaitu menganut
paham ekosentrisme. Menurut Sartipipour (2012), paradigma ekosentrisme
menekankan pada pembangunan yang berkelanjutan dimana manusia merupakan
bagian dari alam, dan melakukan kritik terhadap sistem politik dan ekonomi pada
proses pengelolaannya. Paham Ekosentrisme menekankan terhadapa pemahaman
akan lingkungan yang holistik, dimana terdapat upaya penyelamatan lingkungan
dengan beragam tindakan konservasi. Paradigma ekosentrisme juga berlandaskan
pada pengenalan nilai intrinsik dari semua bentuk kehidupan, dimana salah
satunya hubungan yang harmonis dengan alam dan mengedepankan terhadap
keberlanjutan ekologis atau lingkungan sekitar. Hal ini sejalan dengan praktik
pertanian pada kawasan Distrik Chiang Khan, Thailand dimana merupakan
pengelolaan kawasan berbasis komunitas (SIBAT) melibatkan elemen produktif
dari pendekatan partisipasi masyarakat, pengelolaan sumber daya warisan, dan
rencana pengembangan pariwisata pedesaan yang baik dengan berbagai upaya
konservasi sehingga lebih berkelanjutan.
 Praktik Pengelolaan
Pengelolaan pertanian pada kawasan ini menggunakan berbagai metode
pengembangan agrowisata seperti rencana strategis oleh Otoritas Pariwisata
Silpakorn University Journal of Social Sciences, Humanities, and Arts 3 of
Thailand yang mendorong pengembangan lebih lanjut terhadap sektor pariwisata
berbasis pertanian di pedesaan dengan upaya pelestarian warisan budaya pedesaan
dan lingkungan, dan partisipasi lokal dalam pengembangan pariwisata pedesaan.
Model lain menggunakan unsur tenaga kerja pertanian, pengetahuan dan
peningkatan produksi lokal dengan motivasi untuk promosi agrowisata dan
dengan berpedoman pada kegiatan mengenai sumber daya lokal dan minat untuk
menawarkan pengalaman praktik pertanian lokal langsung kepada pengunjung.
Salah satu model berfokus pada sumber daya lahan dengan menggunakan sistem
informasi geografis (SIG) dengan pemetaan overlay data topografi, data
penggunaan lahan, analisis jaringan serta survei lapangan menggunakan data
kuantitatif dan kualitatif untuk mempelajari potensi pengembangan agrowisata.
Model lainnya yang melakukan pendekatan terhadap paradigma
ekosentrisme yaitu berfokus pada peningkatan dengan upaya konservasi
sumberdaya pertanian, diversifikasi pertanian, nilai tambah sumberdaya pertanian,
pelibatan masyarakat lokal, pemasaran yang bersifat berkelanjutan. Studi lainnya
melakukan praktik yang cenderung menerapkan proses komunitas pada
keanekaragaman sumber daya pariwisata sebagai sarana pembangunan
berkelanjutan dan dengan upaya konservasi. Menurut Songkhla and Somboonsuke
(2013), dalam pariwisata berbasis komunitas, budaya yang berada di masyarakat
memainkan peranan penting untuk melestarikan dan memelihara tradisi lokal dan
cara hidup dari masyarakat sekaligus menarik perhatian para wisatawan. Kondisi
ini selain menjaga tradisi budaya dan kearifan lokal, juga berdampak pada
peningkatan perekonomian masyarakat sekitar dikarenakan adanya peningkatan
pengunjung. Warisan dan aset komunitas digunakan sebagai produk dan layanan
bagi pengunjung, dengan menawarkan kesempatan kepada pengunjung untuk
menghargai keunikan alam dan keaslian budaya saat mengunjungi komunitas
lokal.
Jabaran peningkatan kondisi pariwisata yang ada dikawasan ini
menunjukkan dampak negatif berupa menipisnya sumber daya alam, pencemaran,
erosi tanah, hilangnya habitat alami, dan hilangnya keaslian cagar budaya.
Sehingga, diperlukan upaya dari masyarakat yang menegakkan akan konservasi
lingkungan dan kelestarian warisan budaya melalui penetapan ambang batas
tingkat kunjungan untuk menghindari dampak negatif dari pariwisata yang
berlebihan. Peningkatan sektor pariwisata pada wilayah kasus mengakibatkan
terjadinya kerusakan lingkungan pada wilayah kasus di Thailand. Sehingga, upaya
yang dapat dilakukan yaitu menerapkan konservasi dalam mendukung pertanian
berkelanjutan. Menurut Phandee and Pinthong (2012), pertanian berkelanjutan
merupakan jalan keluar dari permasalahan lingkungan dan sosial yang disebabkan
oleh sistem dan praktik pertanian konvensional. Praktik pertanian berkelanjutan
bertumpu pada sistem konservasi keanekaragaman hayati dan lingkungan yang
dikuatkan dalam praktik pertanian. Ini berkontribusi pada peluang jangka panjang
yang layak bagi semua pemangku kepentingan secara ekonomi dan sosial.
Pembangunan pertanian berkelanjutan untuk keberlanjutan tidak hanya untuk
pendekatan pembangunan individu tetapi pendekatan integrasi holistik dari
praktek pertanian, sosial budaya, sumber daya ekologi dan ekonomi masyarakat
lokal di masyarakat pedesaan.

Agrowisata adalah jenis wisata pedesaan tertentu di mana rumah tuan rumah
akan diintegrasikan ke dalam kawasan pertanian. Agrowisata yang ada di
pedesaan melibatkan masyarakat disekitarnya dengan segala aktivitasnya dalam
festival, kerajinan, museum, acara budaya dan acara pertanian serta produknya.
Kegiatan-kegiatan ini secara langsung berhubungan dengan pelestarian budaya
lokal dan sumber daya lokal seperti produk pertanian. Thailand di sisi lain
memiliki pendekatan yang sangat menarik yang berakar pada agama Buddha dan
filosofi kecukupan Raja. Teori di bidang pertanian ini telah tertanam dalam
praktik pertanian berkelanjutan petani pedesaan dalam konservasi sumber daya
air, konservasi tanah, pertanian berkelanjutan, dan pengembangan masyarakat
mandiri. Penerapan Filosofi Ekonomi Kecukupan yang menghargai pentingnya
tradisi, budaya, cara hidup Thai, dan warisan lokal dapat mengarahkan kepada
kehidupan masyarakat yang harmonis. Agrowisata di desa Chiangkhan dengan
pelestarian warisan budaya dan konservasi pertanian berkelanjutan berhasil di
masyarakat pedesaan yang melibatkan masyarakat lokal, pemanfaatan aset dan
sumber daya lokal, dan serta peningkatan ekonomi lokal.

 Kebudayaan Fisik

Kebudayaan fisik dalam konsep pertanian agrowisata di Thailand kurang


terfokus pada jenis alat yang diciptakan, melainkan lebih kepada melakukan
penekanan terhadap warisan budaya, yang merupakan identitas diri sendiri di
setiap tempat yang berhasil dibentuk oleh masyarakat. Terdapat warisan lokal
berupa alam dan budaya yang dimiliki dan dipraktikkan oleh masyarakat lokal
antara lain bentang alam, pertanian, ekosistem sebagai warisan alam dan festival
lokal, bahasa, pakaian, kerajinan, dan gaya hidup sebagai warisan budaya. Disisi
lain, kebudayaan fisik yang tercermin dapat dilihat pada praktik pertanian
tradisional, festival, tenun, dan gaya rumah pertanian merupakan pengayaan bagi
komunitas saat ini dan membantu menghubungkan orang dengan asal budaya.
Dengan menciptakan dan menegakkan praktik kebudayaan yang berlanjut,
merupakan salah satu bentuk konservasi terhadap kebudayaan sehingga tidak
terhilang dari kehidupan masyarakat.

Para petani menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bertani,


menganyam bahan lokal, membuat kerajinan dan menikmati festival keagamaan.
Kerajinan dan festival keagamaan merupakan bentuk kebudayaan fisik yang
berhasil diciptakan oleh masyarakat dalam menjaga warisan budaya dan
kelestariannya. Dalam satu studi kasus, berhasil memanfaatkan "festival empat
hari sebagai katalisator pengembangan pariwisata pedesaan" di wilayah
Pegunungan Kozara di Republik Srpska, Bosnia dan Herzegovina sebagai bagian
dari festival, dimana setiap desa memiliki pasar yang memamerkan makanan
ramah lingkungan dan kerajinan tangan, sementara pengunjung juga didorong
untuk menjelajahi Jurnal Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni 5 budaya desa yang
hidup di Universitas Silpakorn. Upaya ini merupakan upaya yang tepat untuk
membangun hubungan pariwisata dengan warisan budaya.

Warisan budaya meliputi nilai yang berwujud kebudayaan fisik lainnya


seperti artefak, lanskap alam atau binaan, bangunan, museum, monumen, dan nilai
tak berwujud seperti bahasa, pertunjukan seni, musik, kepercayaan, festival,
pengetahuan, cerita rakyat, nilai, ritual dan tradisi, serta cara hidup. Pusaka alam
merupakan komponen keanekaragaman hayati yang meliputi berbagai jenis
tumbuhan dan satwa, ekosistem, serta keterpaduan yang kompleks antara
keduanya dengan lingkungan fisik. Di daerah pertanian pedesaan terpencil
Chiangkhan, warisan dari ketiga desa ini baik yang berwujud maupun tidak
berwujud dapat meningkatkan pemahaman dasar para pengunjung tentang suatu
hal yang kemungkinan tidak dapat mereka rasakan di lingkungan perkotaan
mereka.

REFERENSI:

Phandee, M. C. and Pinthong, P. 2012. The agricultural areas potentials


development for agro-tourism using geographic information system.
International Journal of Innovation, Management and Technology, 3(6):
647-650.

Sartipipour, M. 2012. Cultural landscape and rural development. International


Journal of Humanity and Social Science, 2(8): 91- 96.

Songkhla, T. N. and Somboonsuke, B. 2013. Interactions between agro-tourism


and local agricultural resources management: A case study of agro-tourism
destinations in Chang klang District, southern of Thailand. Journal of
Agriculture and Food Sciences, 1(3): 54-67.

Anda mungkin juga menyukai