Airbag atau kantung udara ditemukan sejak tahun 1953 yang dipatenkan
oleh seorang warga negara Amerika. Di tahun ini airbag belum menarik perhatian
produsen mobil karena eksekusinya cenderung membahayakan pengemudi.
Bahkan menelan beberapa korban. Hal ini karena saat menabrak, kantung udara
tidak mengembang (inflate) cukup cepat sehingga tidak efektif.
Hingga akhirnya di tahun 1967 terjadi penyempurnaan kantung udara
khususnya pada bagian inflate yang terjadi lebih cepat. Paten penemuan ini
kemudian diterapkan oleh Chrysler yang lantas dikembangkan lagi oleh Ford.
Pemakaian bahan ledak dalam jumlah sangat sedikit menjadi solusi dari
permasalahan inflate yang selalu terlambat bereaksi. Karena terbukti efektif dalam
mengoptimalkan keselamatan, akhirnya fitur ini menjadi kewajiban bagi produsen
mobil di tahun 1990.