TUJUAN
Pembuatan injeksi Aneurin HCl yang steril
II. FORMULASI
1. Formulasi Acuan
2. Formulasi Usulan
1
III. TEORI
Sterilisasi adalah proses yang dirancang untuk menciptakan
keadaansteril, secara tradisional keadaan steril adalah kondisi mutlak yang
tercipta sebagai akibat penghancuran dan penghilangan semua mikro organisme
hidup.Konsep ini menyatakan bahwa steril adalah istilah yang mempunyai
konotasi relative dan kemungkinan menciptakan kondisi mutlak bebas dari mikro
organisme hanya dapat diduga atas dasar proyeksi kinetis angka kematian
mikroba.(Lachman , 1994).
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi, atau
serbuk yang harus dilakukan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum
digunakan secara parenteral, suntikan dengan cara menembus, atau merobek
jaringan ke dalam atau melalui kulit atau selaput lendir.Pembuatan sediaan yang
akan digunakan untuk injeksi harus hati-hati untuk menghindari kontaminasi
mikroba dan bahan asing. Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)
mensyaratkan pula tiap wadah akhir injeksi harus diamati satu persatu secara
fisik. Kemudian, kita harus menolak tiap wadah yang menunjukkan pencemaran
bahan asing yang terlihat secara visual.
Bentuk suatu obat yang dibuat sebagai obat suntik tergantung pada sifat
obat sendiri dengan memperhitungkan sifat kimia dan fisika serta pertimbangan
terapetik tertentu. Pada umumnya, bila obat tidak stabil didalam larutan, maka
obat tersebut harus membuatnya sebagai serbuk kering yang bertujuan dibentuk
dengan penambahan pelarut yang tepat pada saat akan diberikan.Sediaan
injeksi berdasarkan cara pemberiannya atau penyuntikannya antara lain:
1) Intra vena (i.v) : Larutan yang disuntikkan langsung ke dalam pembuluh
darahvena.
2) Intra muscular (i.m) : Larutan, suspense atau emulsi yang disuntikkan
diantaralapisanjaringan atau otot.
3) Intra cutan (i.c) : Larutan atau suspense air yang disuntikkan langsung
ke dalamkulitdan biasanyadigunakan untuk diagnose.
4) Sub cutan (s.c) : Larutan yang disuntikkan langsung ke dalam jaringan
bawahkulitbiasanya di lenganatas atau paha.
2
Keuntungan Sediaan Injeksi
a) Dapat dicapai efek fisiologis segera, untuk kondisi penyakit tertentu
(jantung berhenti)
b) Dapat diberikan untuk sediaan yang tidak efektif diberikan secara oral
atau obat yang dirusak oleh sekresi asam lambung
c) Baik untuk penderita yang tidak memungkinkan mengkonsumsi oral (sakit
jiwa atau tidak sadar)
d) Pemberian parenteral memberikan kemungkinan bagi dokter untuk
mengontrol obat, karena pasien harus kembali melakukan pengobatan
e) Sediaan parenteral dapat menimbulkan efek lokal seperti pada
kedokteran gigi/anastesiologi
f) Pengobatan parenteral merupakan salah satu cara untuk mengoreksi
gangguan serius cairan dan keseimbangan elektrolit.
3
b) Untuk mencapai parameter farmakologi tertentu yang terkontrol, seperti
waktu onset, serum peak, kecepatan eliminasi obat dari dalam tubuh.
c) Untuk pasien yang tidak bisa melakukan self medicate
d) Untuk mendapatkan efek biologik yang tidak didapatkan melalui
pemakaian oral
e) Untuk alternatif bila rute yang diharapkan (oral) tidak tersedia
f) Untuk mendapatkan efek lokal, untuk meminimalkan efek toksik sistemik
g) Untuk pasien yang tidak sadar, tidak kooperatif, tidak terkontrol
h) Untuk pengobatan ketidakseimbangan elektrolit dan cairan untuk supply
nutrisi jangka panjang/pendek
i) Untuk mendapatkan efek lokal yang diharapkan
4
bila diperlukan efek obat yang segera dalam daerah perifer. Tidak boleh
mengandung bakterisida.
f) Injeksi intrakardial (ikd): berupa larutan, hanya digunakan untuk keadaan
gawat, disuntikkan ke dalam otot jantung atau ventrikulus. Tidak boleh
mengandung bakterisida.
g) Injeksi intratekal (it), intraspinal, intradural: disuntikkan ke dalam saluran
sum-sum tulang belakang (antara 3-4 atau 5-6 lumba vertebra) yang
berisi cairan cerebrospinal. Berupa larutan, harus isotonis, harus benar-
benar steril, bersih sebab jaringan syaraf di daerah ini sangat peka.
h) Injeksi intratikulus: disuntikkan ke dalam cairan sendi dalam rongga sendi.
i) Injeksi subkonjungtiva: disuntikkan pada selaput lendir mata bawah,
umumnya tidak lebih dari 1 mL
j) Injeksi yang lain: (a) intraperitoneal (ip): disuntikkan langsung ke dalam
rongga perut; (b) peridural (pd), ekstra dural: disuntikkan ke dalam ruang
epidura, terletak di atas durameter, lapisan penutup terluar dari otak dan
sum-sum tulang belakang; (c) intrasisernal (is): disuntikkan pada saluran
sum-sum tulang belakang pada otak.
IV. PREFORMULASI
4.1 Bahan Aktif
1). Aneurin HCl (FI edisi III HAL.589)
Pemerian : Hablur kecil atau serbuk hablur, putih, bau lemah mirip
ragi, rasa pahit.
Kelarutan : Mudah larut dalam air,sukar larut dalam etanol (95%)P,
praktis tidak
larut dalam eter P dan dalam benzene P.
Khasiat : Antineuretikum, komponen vitamin B kompleks
Dosis : 25-100 mg
Stabilitas : Dapat mengalami beberapa reaksi hidrolitik stabil
secara maksimal mendekati Ph 2 dan tidak stabil dalam
larutan yang basa, ph larutan harus lebih rendah dari 6.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya
5
4.2 Bahan Tambahan
1) Natrii Chloridum
Pemerian : Hablur heksahedral, tidak berwarna atau serbuk hablur
putih, tidak berbau, dan rasa asin.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam air
mendidih, dan sukar larut dalam etanol 95%.
BM : 58,44
Fungsi : Sebagai pengisotonis dan pengisi pada tablet dan
kapsul.
Stabilitas : Na. klorida adalah larutan yang stabil tetapi dapat
menyebabkan pemisahan pada partikel kaca pada
wadah kaca. Larutan ini juga biasa disterilkan dengan
autoklaf atau filtrasi.
OTT : Larutan Natrium Klorida bersifar korosif terhadap besi
dan bereaksi dengan perak dan garam merkuri.
Kelarutan dari pengawet metilparaben akan menurun
pada penambahan larutan NaCl.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Konsentrasi : < 0,9%
pH : 6,7-7,3
2) Aqua Pro Injeksi
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, dan tidak berbau.
Penyimpanan : Dalam wadah dosis tunggal, dari kaca atau plastic, tidak
lebih besar dari 1 L.
3) Asam Klorida (HCL) 0,1 N
Fungsi : Penambah suasana asam
Pemerian : Cairan, tidak berwarna, tidak berbau
OTT : Bereaksi larutan asam kuat terhadap larutan lakmus P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
6
4.3 Tonisitas
Ekivalen Aneurin HCL :0,25 (Farmakope ad IV Hal 1259)
Perhitungan :
0,025
C Aneurin HCl dalam rencana ¿ ×100 %=2,5 % E¿ 0,25
1
W =0,9−(∑ C x E)
¿ 0,9−( 2,5 x 0,25 )
¿ 0,275 gr /¿100ml ¿
30
Untuk 30 ml ¿ x 0,275 gr=0,0825 gr
100
V. STERILISASI
Paraf
No Alat Cara Sterilisasi
Awal Paraf Akhir Paraf
1 Ampul Oven 1 jam 13:21:00 14:21:00
7
VI. FORMULASI
2. HCl ¿ ad pH stabilitas
3. NaCl ¿ 82,5 mg
4. Aqua pro injections ad 30 ml
8
VII. PROSEDUR PEMBUATAN
a. Sterilkan alat dan bahan dengan cara masing-masing.
b. Timbang bahan-bahan yang akan digunakan dengan menggunakan gelas
arloji yang telah disterilkan terlebih dahulu.
c. Larutkan Thiamin HCl dengan sebagian Aqua pro injection.
d. Larutkan Nacl dengan Aqua pro injection secukupnya.
e. Tambahkan Aqua pro injection ad 20 ml.
f. Cek pH sediaan (2,8 - 3,4).
g. Jika pH tidak memenuhi tambahkan HCl 0,1 N secukupnya. Cek pH
kembali.
h. Tambahkan Aqua pro injection ad 30 ml.
i. Basahi terlebih dahulu kertas saring dengan Aqua pro injection, lalu
sediaan disaring dengan kertas saring, filtrat pertama dibuang dan
hasilnya ditampung lalu diisikan ke dalam 10 ampul.
j. Tutup ampul:
1) Flambeer mulut ampul pada api Bunsen atau lampu spritus.
2) Isi ampul dengan larutan sesuai ketentuan (larutan tidak boleh
menyentuh mulut ampul), kemudian flambeer kembali.
3) Pegang bagian bawah ampul dengan ibu jari dan telunjuk dan
sentuhkan leher ampul sambil diputar-putar satu arah pada ujung api
yang berwarna biru sampai merah membara.
4) Bagian atas leher ampul yang meleleh dijepit dengan pinset sambil
ditarik vertical ke atas dan ampul tetap diputar dengan arah yang
sama.
9
VIII. EVALUASI SEDIAAN INJEKSI
8.1 Test Kebocoran
Ambil beaker glass taruh kapas tutup dengan perkamen, lubangi kecil 10
masukkan ampul dengan posisi terbalik, sterilkan dalam dandang 115-116 0c
15 menit.
8.2 Kejernihan
Uji kejernihan dapat dilakukan secara visual.
8.3 pH
Uji ini dilakukan dengan dua cara, yaitu :
Cara Pertama
Dilakukan dengan menggunakan kertas lakmus atau kertas universal
(secara konvensional). Kertas lakmus dimasukkan ke dalam larutan yang
akan di uji sebelum di ad 30 ml. Kemudian amati kertas universal tersebut
Cara Kedua
Pengujian dilakukan dengan menggunakan pH meter.
Prosedur :
a) pH meter di kalibrasi dengan larutan dapar standar yang pH nya sama
dengan pH yang akan diukur
b) Elektrode pH meter dibilas dengan air suling kemudian di lap dengan tisu
c) Elektrode dicelupkan ke dalam larutan yang akan diukur pH nya
d) Menekan auto read lalu enter
e) Tunggu angka sampai berhenti lalu catat pH
Hasil Evaluasi
Ampul Ke-
No. Evaluasi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Kejernihan
2 Ph
3 Test
Kebocoran
: Baik/sesuai standar
: Kurang baik/tak sesuai standar
10
Pembahasan :
11
ampul pada beaker glass yang ditutupi oleh kertas perkamen dan hasil dari
pengamatan tersebut yaitu tujuh sediaan ampul tidak bocor. Selanjutnya
dilakukan evaluasi kejernihan sediaan, dari hasil pengamatan diperoleh hasil
untuk kejernihan sediaan yaitu semua ampul terdapat serat-serat kapas yang
masih tertinggal, karena pada saat mensterilkan menggunakan kapas untuk
menutupi mulut ampul.
Kesimpulan :
1. Kejernihan:
semua Ampul terdapat serat-serat kapas yang masih tertinggal, karena pada
saat mensterilkan menggunakan kapas untuk menutupi lubang pada ampul.
2. pH:
pH awal 3,00, Setelah 1 minggu kemudian, pH menjadi 3,37
3. Test Kebocoran:
Dari 10 Ampul yang telah kami buat cuman ada 4 ampul yang berhasil (tidak
bocor), sisa nya bocor semua.
12
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. Desain Kotak
13
2. Etiket
3. Brosur
14