Anda di halaman 1dari 144

BAB II

PELINGKUPAN
2.1. Deskripsi Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Akan Dikaji
2.1.1. Status Studi AMDAL Rencana Pembangunan Industri Farmasi Agro Medika
(Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya
dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SINDE BUDI SENTOSA

Penyusunan Studi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL)


rencana Pembangunan Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi, Industri Produk
Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb
Infusion”) PT. SINDE BUDI SENTOSA (PT. SBS) yang diprakasai oleh Pemrakarsa
(Tjokro Djiantoro) ini dilakukan sebagai tindak lanjut diterbitkannya Surat Keputusan
Bupati Bogor Nomor: 591/580/Kpts/Huk/2008, tentang Pemberian Izin Lokasi Kepada PT.
SBS untuk Pembangunan Industri Farmasi Agro Medika di Desa Cinagara Kecamatan
Caringin, tanggal 24 Desember 2008, dengan luas tanah ± 20 Ha, Nomor:
591.1/001/00023/BPT/2009, tentang Pemberian Izin Lokasi Kepada PT. SBS untuk
Pembangunan Perluasan Industri Farmasi di Desa Cinagara Kecamatan Caringin, tertanggal
19 Oktober 2009, dengan luas tanah ± 20 Ha, dan Nomor: 591.1/001/00020/BPMPTSP/2015,
tentang Pemberian Izin Lokasi Kepada PT. SBS untuk Pembangunan Industri Farmasi Agro
Medika di Desa Cinagara Kecamatan Caringin, tertanggal 19 Oktober 2009, dengan luas
tanah ± 10 Ha, maka dengan ini pemrakarsa merencanakan akan membangunan Industri
Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri
Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) dengan total tanah
seluas ± 50 Ha.

Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia No.


05 Tahun 2012, tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Memiliki
Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL), lampiran I, Huruf H
point 8, ditetapkan bahwa, untuk usaha dan/atau kegiatan pembangunan gedung dengan
luas bangunan ≥ 30 ha wajib memiliki dokumen AMDAL. Hal ini ditetapkan berdasarkan
pertimbangan/alasan ilmiah khusus terhadap dampak: pembebasan tanah; daya dukung
tanah; tingkat kebutuhan air sehari-hari; limbah yang dihasilkan; efek pembangunan
terhadap lingkungan di sekitarnya (kebisingan, polusi udara dll); Koefisien Dasar bangunan
(KDB); Koefisien Luas Bangunan; Jumlah dan Jenis Pohon yang mungkin hilang; Konflik
sosial; Bangkitan pergerakan (traffic), Bangkitan dan kebutuhan parkir penghuni dan
pengunjung; produksi sampah/limbah domestik dan

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-1


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

genangan/ banjir. Untuk itu atas dasar mentaati peraturan tersebut, maka pemrakarsa
usaha dan/atau kegiatan pembangunan Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi,
Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan
Herbal “Herb Infusion”) di Desa Cinagara, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor
melaksanakan penyusunan Dokumen AMDAL.

2.1.2. Kesesuaian Lokasi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan dengan Rencana Tata Ruang
Sesuai Ketentuan Peraturan Perundangan

Untuk menujang pembangunan yang berkelanjutan, maka kegiatan pembangunan


Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri
Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS telah
mempertimbangkan rencana tata ruang regional dan nasional sebagai berikut;:

2.1.2.1. Kesesuaian Lokasi Rencana Usaha dan/ atau Kegiatan dengan Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten

Secara administratif lokasi rencana Pembangunan Industri Farmasi Agro Medika


(Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan
Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS terletak di Desa Cinagara, Kecamatan
Caringin Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Untuk gambaran lokasi rencana usaha
dan/atau kegiatan disajikan pada Gambar II-1.

Berdasarkan hasil overlay (tumpang tindih) antara peta lokasi pembangunan PT. SBS
(Surat Keputusan Bupati Bogor Nomor: 591/580/Kpts/Huk/2008, tentang Pemberian Izin
Lokasi Kepada PT. SBS untuk Pembangunan Industri Farmasi Agro Medika di Desa
Cinagara Kecamatan Caringin, tanggal 24 Desember 2008, dengan luas tanah ± 20 Ha,
Nomor: 591.1/001/00023/BPT/2009, tentang Pemberian Izin Lokasi Kepada PT. SBS untuk
Pembangunan Perluasan Industri Farmasi di Desa Cinagara Kecamatan Caringin, tertanggal
19 Oktober 2009, dengan luas tanah ± 20 Ha, dan Nomor: 591.1/001/00020/BPMPTSP/2015,
tentang Pemberian Izin Lokasi Kepada PT. SBS untuk Pembangunan Industri Farmasi Agro
Medika di Desa Cinagara Kecamatan Caringin, tertanggal 19 Oktober 2009, dengan luas
tanah ± 10 Ha) dengan Lampiran II Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 19 Tahun
2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bogor sampai dengan Tahun
2025, ditetapkan bahwa lokasi tanah yang akan dibangun merupakan lokasi yang masuk
dalam peruntukan Kawasan Permukiman Perdesaan/ Hunian Rendah (PD1) dan Kawasan
Permukiman Perkotaan/
Hunian Sedang (Pp2). Letak lokasi pembangunan Industri Farmasi Agro Medika (Industri
Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri
Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS pada Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten
Bogor sampai dengan Tahun 2025 disajikan pada Gambar II-2.

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-2


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

2.1.2.2. Kesesuaian Lokasi Rencana Usaha dan/ atau Kegiatan dengan Peta Indikatif
Penundaan Pemberian Izin Baru (PIPPIB), Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun
2013 dan Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan dan Areal Penggunaan Lain
(Revisi X), Lampiran SK. 2300/MenLHK-PKTL/IPSDH/PLA.1/5/2016.

Lokasi rencana kegiatan Pembangunan Industri Farmasi Agro Medika (Industri


Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri
Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS berdasarkan Intruksi Presiden Republik
Indonesia Nomor 6 Tahun 2013 tanggal 13 Mei 2013 tentang Penundaan Pemberian Izin
Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut serta
terhadap Peta Lampiran Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor SK.
2300/MenLHK-PKTL/IPSDH/PLA.1/5/2016, tanggal 20 Mei 2016, tentang Penetapan Peta
Indikatif Penundaan Pemberian Izin Baru Pemanfaatan Hutan, Penggunaan Kawasan
Hutan dan Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan dan Areal Penggunaan Lain (Revisi X)
Lembar 1209 Purwakarta – Jawa Barat, Skala 1 : 250.000, diketahui bahwa lokasi yang akan
dibangun berada diluar Penetapan Peta Indikatif Penundaan Pemberian Izin Baru
(PIPPIB). Peta disajikan pada Gambar II-3.

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-3


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

Gambar II-1. Peta Lokasi

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-4


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

Gambar II-2. Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-5


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

Gambar II-3. Peta Indikatif Penundaan Pemberian Ijin Baru (PIPPIB)

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-6


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

2.1.3. Deskripsi Rencana Usaha dan/ atau Kegiatan Penyebab Dampak Lingkungan
Hidup Berdasarkan Tahap Kegiatan

2.1.3.1. Rencana Alokasi Lahan

Rencana Kegiatan Pembangunan Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi,


Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan
Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS akan dibangun di atas tanah seluas ± 155.805 m 2, yang
terdiri dari kantor, gudang raw material, gudang kaleng kosong, area produksi, gudang
finish good, power house, ruang boiler, ruang utilitas, ruang chiller, ruang coustic, dan lainnya.
Dalam pembangunannya akan mengacu pada Undang-undang Nomor 26 tahun 2007
tentang Penataan Ruang dan Perda Kabupaten Bogor Nomor 12 tahun 2009 Pasal 36
tentang Bangunan Gedung.

Berdasarkan data pra siteplan Pembangunan Industri Farmasi Agro Medika (Industri
Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri
Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS di Desa Cinagara, Kecamatan Caringin,
Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemanfaatan tanah untuk Kegiatan Pembangunan
PT. SBS meliputi luas tanah kedap air dengan jumlah seluas 155.805 m2 (37,33%) yang
meliputi tutupan bangunan, TPS organik dan anorganik serta jalan diperkeras, sedangkan
luas tanah terbuka yang dipergunakan untuk taman dan perhijauan seluas 261.526 m 2
(62,67%). Dengan demikian, rencana penggunaan tanah di lokasi proyek PT. SBS tidak
bertentangan dengan ketentuan peratuan dan perundangan-undangan yang berlaku, baik
dipemerintah pusat maupun daerah (Kabupaten Bogor).

Rincian penggunaan tanah, pada masing-masing ruangan rencana pembanguan


Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional,
Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS
disajikan pada Tabel II-1 dan Gambar Pra Site Plan pada Gambar II-4.

Tabel II-1. Rincian Alokasi Penggunaan Tanah di Lokasi Proyek Industri Farmasi Agro
Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri
Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT.
SBS
Luas Luas
No. Jenis Bangunan Bangunan Tutupan % KDB Ket
(m2) (m2)
I Tanah Kedap Air (Tertutup)
A Bangunan 1
1) Kantor 4.000 4.000 0,96 0,96
2) Gudang Raw Material 1.920 1.920 0,46 0,46
3) Gudang Kaleng Kosong 3.840 3.840 0,92 0,92
4) Area Produksi
a) Mixing Area 1.920 1.920 0,46 0,46
b) Depalitizer Area 1.920 1.920 0,46 0,46
c) Filling Area 5.120 5.120 1,23 1,23

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-7


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

Luas Luas
No. Jenis Bangunan Bangunan Tutupan % KDB Ket
(m2) (m2)
d) Quarantina Area 3.200 3.200 0,77 0,77
5) Gudang Finish Good 5.760 5.760 1,38 1,38
B Bangunan 2
1) Gudang Raw Material 2.160 2.160 0,52 0,52
2) Gudang Kaleng Kosong 4.320 4.320 1,04 1,04
3) Area Produksi
a) Mixing Area 1.920 1.920 0,46 0,46
b) Depalitizer Area 1.920 1.920 0,46 0,46
c) Filling Area 5.120 5.120 1,23 1,23
d) Quarantina Area 3.200 3.200 0,77 0,77
4) Gudang Finish Good 6.480 6.480 1,55 1,55
5) Power House 420 420 0,10 0,10
6) Ruang Boiler 420 420 0,10 0,10
7) Ruang Utilitas 1.800 1.800 0,43 0,43
8) Ruang Chiller 276 276 0,07 0,07
9) Perluasan Bangunan 2.850 2.850 0,68 0,68
10) Ruang Coustic 420 420 0,10 0,10
11) Pengelolaan Limbah 420 420 0,10 0,10
12) Gudang Bahan Kimia 1.540 1.540 0,37 0,37
13) Mesjid 195 195 0,05 0,05
14) Pos Security 128 128 0,03 0,03
15) Jembatan Timbang 49 49 0,01 0,01
Luas Bangunan 1 + 2 61.318 61.318 14,69 14,69

C Luas Jalan dan Pagar (Beton)


1) Luas Jalan dan Parkir (Paving 94.487 94.487 22,64 22,64
Block)
Jumlah A + B + C 155.805 155.805 37,33 37,33

II Tanah Tidak Kedap Air


(Terbuka)
1) Luas Taman / Penghijauan 261.526 261.526 62,67 62,67

JUMLAH 417.331 417.331 100,00 100,00


Sumber: PT. SBS, Tahun 2016

2.1.3.2. Jadwal Kegiatan

Jadwal rencana usaha dan/ atau kegiatan yang akan dilakukan oleh PT. SBS mulai
tahap pra kontruksi sampai tahap operasi Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi,
Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan
Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS direncanakan akan dilaksanakan dalam waktu ± 3 tahun.
Rincian jadwal rencana kegiatan disajikan pada Tabel II-2.

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-8


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

Tabel II-2. Jadwal Kegiatan yang Akan Dilakukan oleh Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat
Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS
No Uraian Kegiatan 2019 2020 2021 2022

2 3
4 5 6
7 8
9 10 1
1
12 1
2 3 4
5 6
7 8
9 1
0
1
1
1
2
1
2 3
4 5 6
7 8
9 10 1
1
1
2
1
2
A Pra Konstruksi

1. Penetapan dan Perolehan Lahan

2. Pengurusan Perizinan
3. Perencanaan

4. Sosialisasi

B Konstruksi

1. Penerimaan Tenaga Kerja Konstruksi


2. Mobilisasi Peralatan dan Material

3. Persiapan Kontruksi dan


Pematangan Lahan

4. Kontruksi Bangunan Utama dan


Sarana Penunjang
C Operasi

1. Penerimaan Tenaga Kerja Operasi

2. Mobilisasi Peralatan dan Bahan Baku

3. Proses Produksi
4. Pemeliharaan Peralatan dan
Bangunan serta Sarana Penunjang
5. Pengelolaan Limbah

6. Distribusi Produk

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-9


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

Gambar II-4. Pra Siteplan

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-10


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

2.1.3.3. Deskripsi Tahap Kegiatan yang Berdampak pada Lingkungan Hidup

Deskripsi rencana kegiatan Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi,


Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan
Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS dengan fokus kepada komponen-komponen kegiatan yang
berpotensi menyebabkan dampak lingkungan berdasarkan tahapan kegiatan, termasuk
alternatifnya (jika terdapat alternatif-alternatif terhadap rencana kegiatan) dan pengelolaan
lingkungan hidup yang sudah disiapkan/ direncanakan sejak awal sebagai bagian dari
rencana kegiatan (terintegrasi dalam desain rencana kegiatan).

Berdasarkan sifatnya, seluruh kegiatan yang akan dilakukan dalam rangka


Pembangunan Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat
Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”)
PT. SBS, terbagi ke dalam 3 (tiga) tahapan kegiatan yaitu (1) Tahap Pra Konstruksi; (2)
Tahap Konstruksi; dan (3) Tahap Operasi. Detail uraian rencana kegiatan yang termasuk ke
dalam masing-masing tahapan adalah sebagai berikut ;

A. Tahap Pra Konstruksi


Pada kegiatan tahap pra konstruksi terbagi menjadi 4 (empat) jenis kegiatan, meliputi
(1) Penetapan dan Perolehan Lahan; (2) Pengurusan Perizinan; (3) Perencanaan; dan (4)
Sosialisasi.

A.1. Penetapan dan Perolehan Lahan

Luas lahan yang digunakana untuk kegiatan Pembangunan Industri Farmasi Agro
Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya
dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS adalah seluas 417.331 m2. Status
lahan pada saat studi AMDAL ini sudah dikuasai hak kepemilikannya oleh PT. SBS.
Pelepasan hak atas tanah tersebut dilakukan dengan cara jual - beli dengan nilai jual
- beli sesuai kesepakatan antara pemrakarsa dengan pemilik tanah, mini sesuai NJOP (Nilai
Jual Objek Pajak), dalam hal ini adalah harga tanah. Sertifikat hak milik atas kepemilikan
tanah dari pemilik awal menjadi hak milik atas nama PT. SBS dituangkan dalam beberapa
Akta Perjanjian Pengikatan Jual Beli antara pemilik dengan Pemrakarsa yang diterbitkan
oleh Badan Pertanahan Nasional Kantor Pertanahan Kabupaten Bogor. Sedangkan surat
kepemilikan lahan dari pemilik awal menjadi PT. SBS dituangkan dalam 10 (sepuluh) Surat
Pelepasan Hak. Rincian perolehan tanah disajikan pada Tabel
II-3.

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-11


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

Tabel II-3. Daftar Perolehan atas Lahan oleh Industri Farmasi Agro Medika (Industri
Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan
Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS
No Sertipikat Luas Surat Ukur/Gambar Atas Nama Keterangan
(m²) Situasi/Nomor
1 HGB No. 8 57.677 4/Cinagara/2010 PT. SBS -
Tanggal 26 Mei 2010
2 HGB No. 7 51.532 03/Cinagara/2010 PT. SBS -
Tanggal 26 Mei 2010

3 HGB No. 10 73.460 03/Cinagara/2014 PT. SBS -


Tanggal 20 Juni 2014
4 HGB No. 11 50.463 02/Cinagara/2014 PT. SBS -
Tanggal 20 Juni 2014
5 10 – SPH 184.199 - PT. SBS Dalam Proses HGB
Luas Total 417.331

Sumber : PT. SBS, Tahun 2016

A.2. Pengurusan Perizinan

Pengurusan Izin yang dilakukan oleh Pemrakarsa dalam rangka menjalankan usaha
Pembanguan Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat
Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”)
PT. SBS sebagai jaminan keberlangsungan aktivitasnya, juga sebagai jaminan keamanan
aset - aset yang telah diinvestasikan. Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi,
Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan
Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS akan mengurus berbagai aspek legalitas sebagai bentuk
kepatuhan pemrakarsa terhadap aspek peraturan perundang–undangan yang berlaku dan
telah ditetapkan oleh pemerintah (pusat atau daerah). Diantaranya Undang-undang Nomor
26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2009 tentang
Kawasan Industri, Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 35/M-IND/PER/3/2010
tentang pedoman teknis kawasan Industri dan/atau perubahannya berserta peraturan
pelaksanaannya. Perizinan yang telah dimiliki Industri Farmasi Agro Medika (Industri
Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri
Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS dapat dilihat pada Tabel II-4.

Tabel II-4. Daftar Izin Usaha Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi, Industri
Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri
Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS
No Uraian Jenis Izin Instansi Penerbit Nomor dan Tanggal

1 Izin Usaha Industri Menteri Negara 384/T/Kesehatan/1998,


Investasi/ Kepada Tanggal 21 Agustus 1998
Badan Koordinasi
Penanaman Modal

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-12


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

No Uraian Jenis Izin Instansi Penerbit Nomor dan Tanggal

2 Izin Perluasan Kepala Badan 448/T/Industri/2003,


Koordinasi Tanggal 01 Desember 2003
Penanaman Modal
3 Izin Perluasan Kepala Badan 632/T/Industri/Kesehatan/2007,
Koordinasi Tanggal 23 Juli 2007
Penanaman Modal
4 Izin Usaha Perluasan Menteri Negara 08/32/IU/II/PMDN/Industri/2012,
Investasi/ Kepada Tanggal 14 Mei 2012
Badan Koordinasi
Penanaman Modal
5 Izin Perluasan Kepala Badan 17/32/IU-PL/PMDN/2014,
Koordinasi Tanggal 25 September 2014
Penanaman Modal
Sumber : PT. SBS, Tahun 2016

Tabel II-5. Daftar surat dan izin yang dimiliki Industri Farmasi Agro Medika (Industri
Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan
Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS
No Uraian Jenis Izin Instansi Penerbit Nomor dan Tanggal

1 Risalah Pengaturan dan Penataan Badan Pertanahan Nomor: 410/300/IL/2008,


Pertanahan Dalam Rangka Nasional Kantor Tanggal 22 Desember 2008
Penertiban Izin Lokasi Ditinjau Pertanahan Kabupaten
Dari Pertimbangan Teknis Bogor
Penatagunaan Tanah
2 Izin Lokasi Untuk Pembangunan Bupati Bogor Nomor: 591/580/Kpts/Huk/2008
Industri Farmasi Agro Medika Tanggal 24 Desember 2008
Seluas 20 Ha

3 Izin Lokasi Perluasan Izin Lokasi Bupati Bogor 591.1/001/00023/BPT/2009,


Industri Farmasi Tanggal 30 Okboter 2009,
Seluas 200.000 m2

4 Surat Izin Usaha Perdagangan Pemerintahan Nomor: 503.09/3-021/BPPT/PB-


(SIUP) Besar Kabupaten Bekasi, 00/VI/2012
Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu
5 Permohonan Rekomendasi Batas Direktorat Jenderal No. 1068/11-BT/5/2012,
Perlindungan Hutan Tanggal 6 Agustus 2012
dan Konservasi Alam
Balai Besar
TamanNasional
Gunung Gede
Pangranggo -
Kementerian
Kehutanan
6 Akte Pendirian Perusahaan Kementerian Hukum AHU-43212.AH.01.02 Tahun 2013,
dan Hak Asasi Manusia Tanggal 19 Agustis 2013
Republik Indonesia,
7 Izin Prinsip Penanaman Modal Badan Pelayanan 78/32/IP/PMDN/2014
Dalam Negeri Perijinan Terpadu - Tanggal 22 Oktober 2014
Provinsi Jawa Barat

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-13


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

No Uraian Jenis Izin Instansi Penerbit Nomor dan Tanggal

8 Izin Lokasi Pembangunan Badan Penanaman Nomor:


Industri Farmasi Agro Medika Modal dan Pelayanan 591.1/001/00020/BPMPTSP/2015,
Terpadu Satu Pintu Tanggal 23 April 2015
Seluas 10 Ha

9 Analisis Dampak Lalu Lintas Kepolisian Negara B/205/VIII/2015/ Sat Lantas,


Republik Indonesia Tanggal 24 Agustus 2015
Daerah Jawa Barat –
Resor Bogor
10 Rekomendasi/Saran Teknis Peil Dinas Bina Marga dan 503/2093/Dalwas,
Banjir Pengairan - Kabupaten Tanggal 30 September 2015
Bogor
11 Tanggapan atas Permohonan Badan Perencanaan dan 591/1161-Sarpras,
Rekomendasi Izin Lokasi Pembangunan Daerah – Tanggal 29 Sepetember 2016
Kabupaten Bogor
12 Laporan Hasil Survei CV. Sumber Tirta Juli sampai dengan agustus tahun
Pengukuran Geolistrik Kahuripan 2016
Sumber : PT. SBS, Tahun 2016
Perizinan yang sedang diproses pengurusannya oleh Industri Farmasi Agro

Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya
dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS disajikan pada Tabel II-6.

Tabel II-6. Legalitas yang sedang dalam proses pengurusan Industri Farmasi Agro
Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri
Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT.
SBS
No Uraian Jenis Izin Instansi Penerbit

1 Ijin Pembuangan Limbah Cair (IPCL) Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu Kabupaten Bogor
2 Surat Keputusan Pengesahan Panitia Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kabupaten Bogor
di Perusahaan
3 Berita Acara Pendataan Instalasi Sumur Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Bogor
Resapan di Areal Perusahaan
4 Tanda Daftar Ulang Izin Undang – Undang Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Gangguan (HO)/SITU Satu Pintu Kabupaten Bogor
5 Surat Persetujuan Usaha Penyediaan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Bogor
Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Sendiri
(UPTL-S)
6 Surat Keterangan Domili Perusahaan Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu Kabupaten Bogor
7 Tanda Daftar Perusahaan Perseroan Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Terbatas (TDP) Satu Pintu Kabupaten Bogor
8 Izin Pengambilan Air Bawah Tanah Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten
Bogor
9 Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu Kabupaten Bogor
10 Izn Peruntukan Penggunaan Tanah (IPPT) Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu Kabupaten Bogor

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-14


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

No Uraian Jenis Izin Instansi Penerbit

11 Rencana Tapak (Siteplan) Dinas Tata Bangunan dan Permukiman Kabupaten


Bogor
Sumber : PT. SBS, Tahun 2016

A.3. Perencanaan
Kegiatan perencanaan, terdiri atas penyusunan site plan, perencanaan detail
bangunan, penyiapan gambar kerja dan spesifikasi teknis, serta perhitungan rencana
anggaran biaya (RAB), penyiapan buku instruksi kerja dan tata waktu.

Penyiapan perencanaan konstruksi Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi,


Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan
Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS dilakukan oleh Konsultan Manajemen Proyek yaitu terdiri
atas Konsultan Perencanaan yang akan menyiapkan seluruh pekerjaan terkait perencanaan
teknis pembangunan (Konstruksi). Pada waktu yang sama saat penyusunan dokumen
perencanaan Konsultan Perencanaan data-data teknis seperti Studi Andal Lalu lintas dan
Data detail enginering design (DED) masih dalam proses penyusunan/pengesahan dari dinas
atau instansi berwenang. Sedangkan, studi market obyek bangunan dan peraturan
ketenagakerjaan sudah diproses oleh dinas atau instansi berwenang.

Sedangkan untuk pelaksanaan pembangunan, pengawasan kegiatan fisik akan


dilakukan oleh konsultan pengawas terkait kinerja mitra yakni kontraktor pekerjaan fisik
bangunan Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat
Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”)
terkait aspek pekerjaan, target, kualitas dan lainnya pembangunannya dari awal sampai
serah terima proyek (hand over) kegiatan pembangunan Industri Farmasi Agro Medika
(Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan
Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS. Dengan adanya konsultan pengawas
ini diharapkan kegiatan yang dilakukan oleh kontraktor sesuai dengan spesifikasi teknis
dan lingkungan yang ditetapkan dalam perencanaan. Perencanaan meliputi pemilihan
kontraktor yang akan melaksanakan usaha dan kegiatan.

Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional,
Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS telah
membuat pagar pengaman di sekeliling area Industri Farmasi Agro Medika (Industri
Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri
Pengolahan Herbal “Herb Infusion”), sementara untuk menjamin kelancaran pelaksanaan
pekerjaan, serta menjamin ketepatan ukuran dan letak bangunan Industri Farmasi Agro
Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya
dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS telah membuat patok patok
elevasi bangun serta membuat direksi keet/kantor proyek.

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-15


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

Sementara barak kerja dibangun sebagai tempat tinggal para pegawai dan pekerja
yang menetap di lokasi proyek, yang dilengkapi dengan dapur, kantin, toilet TPS serta
gudang. Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat
Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”)
PT. SBS akan melakukan pekerjaan galian tanah menggunakan peralatan excavator
sementara untuk pekerjaan pengangkutan dan pembuangan keluar lokasi proyek
menggunakan dump truck.

A.4. Sosialisasi
Pelaksanaan sosialisasi akan memberi dampak terhadap masyarakat yang bisa
bersifat positif maupun negatif, baik dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.
Pada hakekatnya proses sosialisasi merupakan proses interaksi antara pemrakarsa/
(Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional,
Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS
dengan masyarakat).

Dampak positif akan muncul bila proses sosialisasi dilakukan secara tepat cara, tepat
waktu, dan tepat sasaran, sehingga masyarakat akan memahami sepenuhnya manfaat
keberadaaan Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat
Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”)
PT. SBS bagi kehidupan masyarakat di sekitarnya. Dilaksanakannya sosialisasi kegiatan
agar masyarakat dapat memperoleh informasi yang lebih jelas mengenai rencana
pembangunan Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat
Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”)
PT. SBS.

Dalam konteks Pembangunan Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi,


Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan
Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS, yang dimaksudkan dengan sosialisasi adalah pengenalan
dan penyebarluasan informasi, komunikasi dan interaksi sosial kepada masyarakat dan
para pihak yang berkepentingan di sekitar lokasi Industri Farmasi Agro Medika (Industri
Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri
Pengolahan Herbal “Herb Infusion”). Informasi dan materi yang disosialisasikan meliputi:
kebijakan operasional kerja, panduan, standar kinerja yang digunakan, hasil kegiatan,
lessons learn pengalaman lapangan pada seluruh tahapan kegiatan.

Tujuan sosialisasi adalah agar masyarakat di sekitar lokasi Pembangunan Industri


Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri
Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS memahami
tujuan dan manfaat dari kegiatan Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi,

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-16


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan
Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS. Dalam kegiatan sosialisasi memberikan penjelasan
mengenai gambaran umum kegiatan yang akan dilaksanakan serta dampak yang akan
ditimbulkan serta rencana kegiatan Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi,
Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan
Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS.

Kegiatan sosialisasi ini dilakukan secara terbuka kepada masyarakat dari berbagai
kalangan, masyarakat, tokoh masyarakat, pemuka agama dan kepala Desa. Desa sasaran
sosisalisasi adalah kampung sekitar areal Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi,
Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan
Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS yang secara administrasi masuk ke dalam wilayah Desa
Cinagara Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat.

Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional,
Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS
sampai saat ini telah melakukan kegiatan Sosialisasi dilakukan di kantor Desa Cinagara
Kecamatan Caringin pada tanggal 8 Maret 2016 dalam rangka dengar pendapat atau
kosultasi public (public hearing) yang dihadiri oleh aparatur Kecamatan Caringin, aparatur
Desa Cinagara, para Ketua RT dan Ketua RW, serta para tokoh masyarakat sekitar lokasi.

B. Tahap Konstruksi
Rangkaian kegiatan yang dapat dikategorikan ke dalam tahap konstruksi pada
intinya merupakan rangkaian kegiatan yang ditujukan untuk membangun sarana dan
prasarana utama serta pendukung di area Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi,
Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan
Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS. Tahap konstruksi akan berlangsung setelah Izin
Mendirikan Bangunan Gedung (IMBG) diterbitkan.

Rincian rencana kegiatan pembangunan Industri Farmasi Agro Medika (Industri


Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri
Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS pada tahap kontruksi terdiri dari:

B.1. Penerimaan Tenga Kerja Kontruksi

Penerimaan tenaga kerja merupakan kegiatan penting pada tahap konstruksi.


Keperluan tenaga kerja selama tahap konstruksi mencakup keahlian di bidang manajemen,
teknisi, sipil teknis (engineering), tenaga administrasi dan tenaga lapangan. Tenaga lapangan
yang dibutuhkan seperti tenaga ahli sipil, ahli drainase, surveyor (juru ukur), operator alat
berat dan helpernya, mekanik, ahli pondasi, juru gambar, estimator, tukang batu, tukang
kayu, tukang kaca, tukang las, tukang bor, tukang listrik, dan

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-17


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

lainnya.

Penciptaan kesempatan kerja selama tahap konstruksi diprakirakan mencapai sekitar


120 orang. Tenaga kerja yang akan direkrut untuk kegiatan ini terdiri atas tenaga kerja yang
mempunyai keahlian khusus (skill) dan tenaga kerja yang tidak mempunyai keahlian
khusus (unskill). Kategori unskill merupakan kategori tenaga kerja yang memungkinkan
dapat merekrut dari masyarakat setempat. Diperkirakan tenaga kerja lokal yang dapat
diserap mencapai 68% (81 orang) dari total tenaga kerja yang dibutuhkan. Adapun
kualifikasi dan status tempat tinggal tenaga kerja pada tahap konstruksi disajikan pada
Tabel II-7.

Tabel II-7. Tenaga Kerja yang Dibutuhkan pada Tahap Konstruksi


Jumlah Kualifikasi & Proporsi Asal Naker
No. Jenis Kegiatan Konstruksi Naker Ahli Non-skill
(Orang) Luar Lokal Luar Lokal
1 Manager Project 2 2 - - -
2 Site Manager 2 2 - - -
3 Divisi Peralatan 2 2 - - -
4 Divisi Keuangan 2 2 - - -
5 Supervisor Lapangan 4 2 2 - -
6 Mandor 6 4 2 - -
7 Tukang /Asisten Tukang 102 25 - - 77
Jumlah 120 39 4 - 77
Sumber : PT. SBS, Tahun 2016

Kegiatan ini diprakirakan akan menimbulkan dampak terhadap komponen sosial


ekonomi, yaitu terciptanya kesempatan kerja, peluang usaha dan persepsi serta sikap dari
masyarakat.

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-18


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

Manager Project

Site Manager

Divisi Peralatan Supervisor Divisi Keuangan Divisi Pengelolaan


Lingkungan Hidup

Mandor Mandor Mandor

Tukang

Gambar II-5. Struktur Organisasi Pembangunan Industri Farmasi Agro Medika (Industri
Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan
Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS

B.2. Mobilisasi Peralatan dan Material

Mobilisasi merupakan kegiatan pengangkutan prasarana sarana yang diperlukan


dalam pembangunan Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi, Industri Produk
Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb
Infusion”) PT. SBS seperti: alat berat; bahan bangunan/material maupun peralatan kerja
yang diperlukan dalam pekerjaan kontruksi.
Mobilisasi peralatan dan material bangunan akan dilakukan oleh kontraktor
pelaksana sesuai dengan kebutuhan proyek. Beberapa peralatan yang digunakan dalam
konstruksi antara lain: excavator, comactor, crane, mesin las, mesin bor, pemotong las, scaffolding,
stone walls, formwork, bekisting besar/kecil dan lainnya. Pengakutan alat dan bahan material
akan menggunakan trukc pengakut. Prakiraan kebutuhan peralatan dan material disajikan
ada Tabel II-8:

Tabel II-8. Prakiraan Kebutuhan Peralatan Pada Tahap Konstruksi


No. Jenis Alat Satuan Jumlah
1 Excavator Unit 1
2 Compactor Unit 1
3 Crane Unit 1
4 Mesin Las Unit 5
5 Mesin Bor Unit 5
6 Pemotong Las Unit 5
7 Scafolding Unit 1
8 Stone Walls Unit 1
9 Formwork Unit 1
10 Bekisting Besar/Kecil Unit 1
Sumber : PT. SBS,Tahun 2016

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-19


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

Adapun material yang dibutuhkan untuk pembangunan Industri Farmasi Agro


Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya
dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS pada tahap konstruksi disajikan
pada Tabel II-9.

Tabel II-9. Prakiraan Jumlah Bahan Yang Akan Digunakan pada Tahap Konstruksi
Volume Daerah Asal
No Jenis bahan Satuan Keterangan Commented [D1]: Ini per hari atau selama tahap konstruksi
bahan Material
1 Aspal Drum 50 Caringin - Bogor 2 rit
2 Batu Bata Biji 500.000 Caringin - Bogor 4 rit
3 Batu Kali m³ 1.000 Caringin - Bogor 5 rit
4 Besi Tulangan berbagai Ukuran Ton 16.000 Jakarta 1 rit
5 Cat Kayu Liter 1.000 Caringin – Bogor 1 rit
6 Cat Besi Liter 600 Caringin – Bogor 1 rit
7 Cat Tembok Kg 1.000 Caringin – Bogor 1 rit
8 Pralon Batang 800 Caringin – Bogor 1 rit
9 Pipa Batang 800 Caringin – Bogor 1 rit
10 Kabel, Berbagai ukuran Rol 100 Caringin – Bogor 1 rit
11 Kaca Lembar 50 Jakarta & Bogor 1 rit
12 Semen Karung 500 Caringin – Bogor 1 rit
13 Keramik m2 250 Caringin – Bogor 1 rit
14 Paku Kg 50 Caringin – Bogor 1 rit
15 Pavling block m2
1.000 Caringin – Bogor 1 rit
16 Pasir m³ 100 Caringin – Bogor 1 rit
Sumber : PT. SBS, Tahun 2016

B.3. Persiapan Kontruksi dan Pematangan Lahan


B.3.1. Persiapan Kontruksi
Setelah dilakukan perencanaan penggunaan tanah di lokasi proyek Industri Farmasi
Agro Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman
Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS, selanjutnya
dilaksanakan persiapan pekerjaan konstruksi fisik, yang berupa pembangunan fisik
konstruksi penunjang pekerjaan fisik utama yang tujuannya untuk keselamatan serta
efisien dan efektif kerja. Pekerjaan tersebut yaitu;

B.3.1.1. Persiapan dan pengukuran

Pekerjaan persiapan Pembangunan Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi,


Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan
Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS dimulai dengan melakukan pembersihan terhadap semak-
belukar, semua material penganggu, dan lain-lain di lokasi didalam space agar tidak
mengganggu pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Pekerjaan persiapan dilakukan untuk
menyediakan berbagai kebutuhan proyek, sebelum pekerjaan

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-20


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

konstruksi dimulai seperti pekerjaan pengukuran obyek lokasi (beda ketinggian,


kelerengan dan luasan tapak), dan lainya.

Alat yang dipergunakan tahap persiapan untuk pengukuran atau pemetaan ini
seperti waterpass dan theodolit, sondir. Pengukuran dilakukan berdasarkan gambar rencana
yang telah dibuat oleh konsultan perencana. Hasil pengukuran di lapangan diberi
tanda/patok ukur, pada titik-titik koordinat yang dimaksud serta diberi tanda duga
tingginya (peil) dengan cat warna merah.

B.3.1.2. Pembuatan Pagar Pengaman (Safety Fence)

Pagar pengaman merupakan salah satu bangunan fisik pendukung yang dibangun
mengelilingi proyek yang berfungsi diamtaranya yaitu Menghindari timbulnya gangguan
dari luar atas aktifitas proyek yang berlangsung, mengamankan dari pihak yang tidak
berkepentingan khususnya lokasi proyek selama kegiatan proyek berlangsung, sebagai
tanda batas definitif proyek, Mengamankan aset pemrakarsa yang berupa peralatan dan
material proyek, menghindari terjadinya kecelakaan kerja terhadap masyarakat sekitar
selama proyek berlangsung, dan lain sebagainya.

Pagar pengaman dibuat keliling proyek dengan menggunakan material/bahan semi


permanen /untuk masa pakai selama tahap konstruksi saja yakni berupa kayu, seng plat,
triplek sehingga mudah dibongkar, dipasang dan cepat pemasangannya dengan waktu
cukup seminggu, serta menggunakan peralatan konstruksi sederhana dan dengan
dikerjakan menggunakan tenaga 5-10 orang.

B.3.1.3. Direksi Keet / Kantor Proyek

Direksi keet merupakan bangunan berupa kantor sederhana untuk manajemen


dilapangan yang di peruntukan hanya selama tahap konstruksi berlangsung. Direksi keet
dibangun selain sebagai kantor manajemen dilapangan juga dilengkapi gudang sebagai
tempat menyimpan berbagai peralatan pendukung, spareparts, tools, dan lain-lain.
Ukuran direksi keet disesuaikan dengan kebutuhan dan ditempatkan posisi yang
tidak mengganggu pelaksanaan proyek. Direksi keet digunakan selama proyek
dilaksanakan. Selanjutnya apabila proyek sudah selesai maka bangunan direksi keet ini akan
dibongkar dan dibersihkan. Pada umumnya peralatan yang rusak akan diperbaiki di dekat
lokasi direksi keet supaya mudah dalam hal pengambilan dan penyimpanan peralatan.

Kantor proyek mempunyai peran sangat besar, karena kantor ini merupakan pusat
kegiatan administrasi dan teknis kegiatan proyek. Rapat-rapat rutin untuk membahas
kegiatan proyek di lakukan disini. Kantor ini biasanya dilengkapi peralatan kantor seperti
komputer, meja rapat, sarana telepon, file dan lain-lain. Di kantor sementara ini akan
ditempati oleh para manajemen, konsultan pengawas.

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-21


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

B.3.1.4. Barak Kerja

Barak Kerja merupakan bangunan sederhana semi permanen sebagai salah satu sarana
penunjang operasional pekerjaan kostruksi proyek dilapangan yang di peruntukan hanya
selama tahap konstruksi berlangsung. Barak Kerja dibangun selain sebagai tempat
dilapangan juga dilengkapi gudang.
Bangunan barak kerja proyek Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi,
Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan
Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS dibangun seluas luas 100 m2 berada di dalam lokasi
proyek. Bangunan barak kerja terdiri atas ruangan-ruangan untuk tempat tinggal, dapur,
kantin, toilet, TPS serta gudang.
Barak kerja dibangun sebagai tempat tinggal para pegawai dan pekerja yang menetap
di lokasi proyek selama proyek berlangsung. Bagi sebagian pekerja proyek yang tidak
pulang ke rumah setiap hari karena ada pekerjaannya menginap di barak kerja.
Sarana penunjang Barak kerja dilengkapi dengan sumur tanah sumber air bersih,
serta penerangan dari PLN, septik tank, bak kontrol drainase pembuangan air domestik,
TPS serta sarana penerangan (jendela, lapu) yang memadai.

B.3.1.5. Pematangan Lahan

Pekerjaan pematangan lahan (cut and fill) ini dilakukan pada siang hari dengan
pertimbangan keamanan dan tidak menganggu kenyamanan masyarakat sekitar akibat
pekerjaan alat-alat berat. Kegiatan pematangan lahan diikuti oleh pelaksanaan kegiatan
perataan dan pemadatan tanah. Perataan tanah dilakukan dengan menggunakan buldozer,
sedangkan kegiatan pemadatan tanah urugan dilakukan dengan menggunakan
road compactor.
Commented [D2]: Tanah galian akan dibuang kemana?
Berapa jumlah/volumenya? Jika dibuang keluar lokasi proyek
B.4. Kontruksi Bangunan Utama dan Sarana Penunjang bagaimana pengangkutannya?

Konstruksi bangunan terdiri atas dua tahapan yaitu pembangunan struktur bawah
(Sub Structure) dan pembangunan struktur atas (Upper Structure). Konstruksi bangunan
diperkirakan akan berdampak terutama terhadap penurunan kualitas udara, kebisingan
dan getaran. Adapun tahapan dalam pekerjaan pembangunan fisik adalah sebagai berikut:

a) Pekerjaan Pondasi

Pekerjaan pondasi bangunan dilakukan untuk menahan beban bangunan, sehingga


diperlukan pondasi yang kokoh. Pondasi yang digunakan adalah konstruksi pondasi
dalam berupa bored pile yang prosesnya akan dilakukan dengan menggunakan drop hammer.
Penggunaan pondasi bored pile dilakukan mengingat di sekitar rencana pondasi bangunan
merupakan permukiman. Dengan demikian, getaran yang ditimbulkan

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-22


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

diperkirakan tidak mengganggu dan merusak bangunan di sekitarnya. Dalam hal ini
pemakaian pondasi bored pile merupakan pilihan pondasi yang tepat.

Bored pile adalah pondasi yang kedalamannya lebih dari 2 m dan digunakan untuk
pondasi bangunan yang cukup tinggi. Sebelum memasang bore pile, permukaan tanah dibor
terlebih dahulu dengan menggunakan mesin bor, hingga menemukan daya dukung tanah
yang sangat kuat untuk menopang pondasi. Setelah itu tulangan besi dimasukkan ke dalam
permukaan tanah yang telah dibor, kemudian dicor dengan beton. Pondasi ini berdiameter
lebih dari 20 cm. Biasanya pondasi ini terdiri dari dua atau lebih yang diatasnya terdapat
pile cap. Kegiatan konstruksi, terutama pada saat pemancangan pondasi bangunan dengan
drop hammer dan penggalian tanah untuk membangun pondasi akan menimbulkan dampak
getaran.

b) Pekerjaan Konstruksi Bangunan

1) Pekerjaan Struktur Bangunan


Pekerjaan struktur bangunan menggunakan beton bertulang, dengan
menggunakan ready mix.

2) Pekerjaan Dinding
Dinding bangunan menggunakan plesteran dan sebagai finishing dilakukan
pengecatan.

3) Pekerjaan Kusen
Pemasangan kusen pintu dilakukan setelah pekerjaan dinding selesai. Adapun
material yang digunakan adalah kayu, alumunium dan besi.

4) Pekerjaan Lantai
Untuk pekerjaan lantai menggunakan, keramik dan beton rabat tergantung pada
fungsi ruangannya.

Lantai keramik digunakan pada ruangan kantor, pemasangannya menggunakan


campuran semen dan pasir. Sedangkan lantai untuk gudang hanya di plester
menggunakan campuran semen dan pasir.

5) Pekerjaan Pengecatan
Pengecatan dilakukan setelah pekerjaan plesteran dinding dan plamir selesai
dengan menggunakan roll cat dan kuas.

c) Pembuatan Sumur Dalam (Sumur Bor)

Pada saat dilakukan Studi AMDAL ini, dilokasi tapak proyek rencana Pembangunan
Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional,
Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS
belum dilakukan pengeboran terkait dengan pembuatan sumur dalam (sumur bor minimal
100 m), namun baru dilakukan kegiatan Pengukuran Geolistrik yang

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-23


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

dilakukan oleh Tim Geologi Tata Lingkungan (CV Sumber Tirta Kahuripan) yang
dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Agustus tahun 2016.
Pengukuran geolistrik perlu dilaksanakan untuk menunjang rencana Industri
Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri
Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS. Maksud dari
pengukuran geolistrik adalah untuk memperoleh data/informasi awal mengenai gambaran
kondisi batuan bawah tanah, sebelum dilakukan pengeboran eksplorasi dan eksploitasi
dalam pemanfaatan air tanah.
Sedangkan tujuannya adalah mengetahui keberadaan lapisan batuan yang berfungsi
sebagai akifer (aquifer), di mana hasil pendugaan geolistrik ini akan memberikan gambaran
tentang keadaan lapisan batuan bawah tanah seperti ketebalan, kedalaman serta
penyebaran lapisan batuan.

1) Geolistrik
Dari hasil interpretasi pendugaan geolistrik dan telah dikorelasikan dengan data
geologi dan hidrogeologi setempat, di daerah penyelidikan pendugaan geolistrik ini
bertahanan jenis antara 10 – 150 Ohm-meter, dan dari kisaran harga tahanan jenis tersebut
secara umum dapat dikelompokkan dengan berdasarkan perbedaan variasi harga tahanan
jenisnya (Tabel II-10). Hasil penafsiran dan korelasi antara geologi, hidrogeologi dan
pendugaan geolistrik di lokasi Rencana Kegiatan Pembangunan Industri Farmasi Agro
Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya
dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS dapat dilihat pada Tabel II-11.

Tabel II-10. Pengelompokan Nilai Tahanan Jenis, Perkiraan Litologi dan Perkiraan
Hidrogeologi di Lokasi Rencana Kegiatan Pembangunan Industri Farmasi
Agro Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri
Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT.
SBS
Tahanan Jenis Perkiraan Litologi Perkiraan Hidrogeologi

< 20 Batuapung pasiran Semi Aquifer

20 – 50 Lahar dan Lava Semi Aquifer

> 50 Lava andesis s/d basalt Aqutard (Bukan Aquifer)

Sumber : Laporan Hasil Survei Pengukuran Geolistrik, PT SBS

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-24


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

Tabel II-11. Hasil Interpretasi data geolistrik dan Korelasi antara Geologi, Hidrogeologi
di Lokasi Pembangunan Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi,
Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri
Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS
Titik Lapisan Hasil Penafsiran Perkiraan Litologi Perkiraan
Duga Kedalaman Tahanan Jenis Hidrogeologi

1 2 3 4 5 6
GL-01 1 0 -0,7 23,24 Top Soil
2 0,7 – 7,9 40,35 Lahar dan Lava
3 7 – 51,3 18,81 Batuapungpasiran Semi Akuifer
,
9
4 5 – 111,3 25,75 Lahar dan Lava
1
,
3
5 111,3 - ~ 27,80 Lahar dan Lava
GL-02 1 0 - 0,8 23,78 Top Soil
2 0 – 12,7 43,48 Lahar dan Lava
,
8
3 12,7 – 51,3 14,48 Batuapungpasiran Semi Akuifer
4 5 – 110,7 29,75 Lahar dan Lava
1
,
3
5 110,7 - ~ 23,55 Lahar dan Lava
GL-03 1 0 - 0,8 21,27 Top Soil
2 0 – 12,7 60,13 Lava Andesit basalt
,
8
3 12,7 – 49,4 21,61 Lahar dan Lava Semi Akuifer
4 4 – 111,8 37,18 Lahar dan Lava
9
,
4
5 111,8 - ~ 27,44 Lahar dan Lava
GL-04 1 0 - 0,8 25,14 Top Soil
2 0 – 12,7 50,88 Lahar dan Lava
,
8
3 12,7 – 46,5 25,01 Lahar dan Lava
4 4 – 119,0 63,05 Lava Andesit basalt
6
,
5
5 119,0 - ~ 40,03 Lahar dan Lava
GL-05 1 0 - 0,8 20,97 Top Soil

2 0,8 – 7,2 88,73 Lava Andesit basalt


3 7 – 33,8 24,47 Lahar dan Lava
,
2
4 33,8 – 89,8 36,42 Lahar dan Lava
5 89,8 - ~ 20,26 Lahar dan Lava
GL-06 1 0 - 0,7 27,91 Top Soil
2 0 – 18,8 54,03 Lahar dan Lava
,
7
3 18,8 – 42,4 20,70 Batuapungpasiran Semi Akuifer
4 42,4 – 88,7 19,58 Batuapungpasiran
5 88,7 - ~ 64,09 Lava Andesit Basalt
GL-07 1 0 - 0,8 31,15 Top Soil
2 0 – 24,9 36,55 Lahar dan Lava
,
8
3 24,9 – 50,1 29,61 Lahar dan Lava
4 5 – 121,6 24,44 Lahar dan Lava
0
,
1
5 121,6 - ~ 57,97 Lava Andesit Basarl
GL-08 1 0 - 0,9 19,55 Top Soil
2 0 – 11,2 78,18 Lahar dan Lava
,
9
3 11,2 – 44,2 20,49 Batuapungpasiran Semi Akuifer
4 4 – 105,8 38,44 Lahar dan Lava
4
,
2

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-25


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

Titik Lapisan Hasil Penafsiran Perkiraan Litologi Perkiraan

Duga Kedalaman Tahanan Jenis Hidrogeologi


1 2 3 4 5 6
5 105,8 - ~ 25,91 Lahar dan Lava
GL-09 1 0 - 0,7 23,92 Top Soil
2 0 – 11,1 77,55 Lava Andesit Basalt
,
7
3 11,1 – 52,8 17,21 Batuapungpasiran Semi Akuifer
4 5 – 116,9 41,22 Lahar dan Lava
2
,
8
5 116,9 - ~ 60,34 Lava Andesit Basalt
GL-10 1 0 - 0,7 26,91 Top Soil
2 0 – 12,0 54,72 Lava Andesit Basalt
,
7
3 12,0 – 34,6 22,04 Lahar dan Lava
4 34,6 – 78,6 23,51 Lahar dan Lava
5 78,6 - ~ 59,80 Lava Andesit Basalt
GL-11 1 0 - 0,7 28,70 Top Soil
2 0 – 10,7 35,97 Lahar dan Lava
,
7
3 10,7 – 44,7 13,32 Batuapungpasiran Semi Akuifer
4 4 – 105,5 35,54 Lahar dan Lava
4
,
7
5 105,5 - ~ 26,00 Lahar dan Lava
GL-12 1 0 - 0,7 28,88 Top Soil
2 0,7 – 6,4 55,55 Lava Andesit
3 6 – 63,3 19,91 Batuapungpasiran Semi Akuifer
,
4
4 6 – 124,5 31,34 Lahar dan Lava
3
,
3
5 124,5 - ~ 46,25 Lahar dan Lava
GL-13 1 0 - 0,8 25,25 Top Soil
2 0,8 – 6,7 57,66 Lava Andesit Basalt
3 6 – 67,7 23,28 Lahar dan Lava
,
7
4 6 – 132,3 28,11 Lahar dan Lava
7
,
7
5 132,3 - ~ 37,22 Lahar dan Lava
GL-14 1 0 - 0,7 26,50 Top Soil
2 0 – 10,5 39,60 Lahar dan Lava
,
7
3 10,5 – 83,3 18,73 Batuapungpasiran Semi Akuifer

4 8 – 145,0 22,57 Lahar dan Lava


3
,
3
5 145,0 - ~ 47,03 Lahar dan Lava
GL-15 1 0 - 0,7 37,42 Top Soil
2 0,7 – 5,1 36,14 Lahar dan Lava
3 5 – 68,7 18,96 Batuapungpasiran Semi Akuifer
,
1
4 6 – 128,3 27,90 Lahar dan Lava
8
,
7
5 128,3 - ~ 35,25 Lahar dan Lava
GL-16 1 0 - 0,6 30,75 Top Soil
2 0,6 – 6,6 45,69 Lahar dan Lava
3 6 – 53,4 20,10 Batuapungpasiran Semi Akuifer
,
6
4 5 – 113,1 22,47 Lahar dan Lava
3
,
4
5 113,1 - ~ 30,54 Lahar dan Lava
GL-17 1 0 - 0,6 35,12 Top Soil
2 0,6 – 6,2 43,37 Lahar dan Lava

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-26


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

Titik Lapisan Hasil Penafsiran Perkiraan Litologi Perkiraan

Duga Kedalaman Tahanan Jenis Hidrogeologi


1 2 3 4 5 6
3 6 – 44,3 20,26 Batuapungpasiran Semi Akuifer
,
2
4 4 – 101,4 35,50 Lahar dan Lava
4
,
3
5 101,4 - ~ 32,56 Lahar dan Lava
GL-18 1 0 - 0,5 30,96 Top Soil
2 0,5 – 2,4 49,95 Lahar dan Lava
3 2 – 33,6 23,44 Lahar dan Lava
,
4
4 33,6 – 81,0 16,33 Lahar dan Lava
5 89,8 - ~ 38,81 Lahar dan Lava
GL-19 1 0 - 0,9 17,46 Top Soil
2 0,9 – 5,1 45,82 Lahar dan Lava
3 5 – 25,1 19,19 Batuapungpasiran Semi Akuifer
,
1
4 25,1 – 67,0 21,25 Lahar dan Lava
5 67,0 - ~ 31,25 Lahar dan Lava
GL-20 1 0 - 0,6 47,49 Top Soil
2 0,6 – 5,5 47,07 Lahar dan Lava
3 5 – 51,8 15,98 Batuapungpasiran Semi Akuifer
,
5
4 5 – 110,3 22,87 Lahar dan Lava
1
,
8
5 110,3 - ~ 24,89 Lahar dan Lava
GL-21 1 0 - 0,6 48,84 Top Soil
2 0,6 – 5,4 53,93 Lava Andesit Basalt
3 5 – 52,3 16,67 Batuapungpasiran Semi Akuifer
,
4
4 5 – 111,2 59,34 Lava Andesit Basalt
2
,
3
5 111,2 - ~ 51,37 Lava Andesit Basalt
GL-22 1 0 - 0,8 38,39 Top Soil
2 0 – 23,3 40,60 Lahar dan Lava
,
8
3 23,3 – 93,0 18,57 Batuapungpasiran Semi Akuifer
4 9 – 149,1 35,17 Lahar dan Lava
3
,
0
5 149,1 - ~ 38,57 Lahar dan Lava
GL-23 1 0 - 0,9 35,82 Top Soil
2 0 – 20,9 45,55 Lahar dan Lava
,
9
3 20,9 – 71,9 19,99 Batuapungpasiran Semi Akuifer
4 7 – 127,0 48,65 Lahar dan Lava
1
,
9
5 127,0 - ~ 52,30 Lahar Andesit Basalt
GL24 1 0 - 0,8 27,86 Top Soil
2 0 – 14,6 54,88 Lava Andesit Basalt
,
8
3 14,6 – 71,8 23,54 Batuapungpasiran Semi Akuifer
4 7 – 127,2 36,93 Lahar dan Lava
1
,
6
5 127,2 - ~ 29,36 Lahar dan Lava
GL-25 1 0 - 0,9 23,14 Top Soil
2 0 – 13,1 58,62 Lava Andesit Basalt
,
9
3 13,1 – 69,1 35,39 Batuapungpasiran Semi Akuifer
4 6 – 126,6 43,24 Lahar dan Lava
9
,
1
5 126,6 - ~ 36,47 Lahar dan Lava
Sumber : Laporan Hasil Survei Pengukuran Geolistrik, PT. SBS

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-27


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

Berdasarkan hasil pengukuran geolistrik, dapat diketahui air tanah (Semi Akuifer)
yaitu pada titik dan kedalaman dapat dilihat pada Tabel II-12.

Tabel II-12. Kedalaman dan Nilai Resistivity Berdasarkan Hasil Pengukuran Geolistrik
Titik Geolistrik Kedalaman (m) Nilai Resistivity

GL-01 7,9 – 51,3 18,81


GL-02 12,7 – 51,3 14,48
GL-06 42,4 – 88,7 19,58
GL-09 11,1 – 52,8 17,21
GL-11 10,7 – 44,7 13,32
GL-12 6,4 – 63,3 19,91
GL-14 10,5 – 83,3 18,73
GL-15 5,1 – 68,7 18,96
GL-18 33,6 – 81,0 16,33
GL-19 5,1 – 25,1 19,19
GL-20 5,5 – 51,8 15,98
GL-21 5,4 – 52,3 16,67
GL-22 23,3 – 93,0 18,57
Sumber : Laporan Hasil Survei Pengukuran Geolistrik, PT. SBS

Dari hasil pengukuran geolistrik didapatkan nilai tahan jenis yang memungkinkan
bertindak sebagai Akuifer airtanah dalam, sesuai dengan sifat air yang selalu mengalir ke
tempat yang lebih rendah, akuifer dengan aliran melalui rekahan dan ruang antar butir dan
kisaran kedalaman airtanah beragam, maka disarankan untuk membangun sumur Bor
Eksplorasi, sumur Uji dan sumur Bor imbuhan pada titik geolistrik GL-20, GL-02, GL-11,
GL-14 dan GL-15 dengan delamana 100 meter sampai dengan 120 meter.

Disaranakan untuk melakukan penyelidikan tambahan seperti pemboran untuk


mengetahui lebih pasti potensi air tanah yang ada serta dilanjutkan dengan “pumping test”
untuk mengetahui debit lapisan yang mengandung air.

B.4.1. Jenis Bangunan Fisik Utama

B.4.1.1. Kantor

Kantor merupakan proses-proses dalam penyelengaraan kegaitan seperti


pengumpulan, pencatatan, pengolahan, penyimpanan maupun pendistribusian. Kantor ini
dibangun dengan luas 4.000 m2.

B.4.1.2. Gudang Raw Material

Gudang raw materal berada disamping gudang kaleng kosong, dengan luas 1.920 m 2.
Bangunan ini dilengkapi dengan kontruksi dinding, lantai beton, penerangan yang cukup,
sirkulasi udara yang memadai serta bak kontrol (menampung ceceran bahan

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-28


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

kimia) yang terhubung dengan bak IPAL. Material yang ditampung dalam gudang ini yaitu
bahan baku diantaranya Gypsum Fibrosum, Galcareous Spar,dan lainnya.

B.4.1.3. Gudang Kaleng Kosong

Gudang kaleng kosong terletak di sebelah timur gudang raw material dengan luas
3.840 m2. Gudang kaleng kosong ini digunakan untuk penyimpanan kaleng kosong.

B.4.1.4. Area Produksi

Area produksi yang akan dibangun seluas 12.160 m 2, area produksi industri farmasi
merupakan salah satu aspek yang harus dijaga kebersihannya. Untuk menghindari
terjadinya kontaminasi silang antar produk maka PT. SBS akan melakukan pembangunan
area produksi dengan:

- Permukaan ruangan yang kedap air, tidak terdapat sambungan atau retakan, tidak
merupakan tempat pertumbuhan mikroba, mudah dibersihkan, bagian sudut dan tepi
dinding dibuat melengkung.
- Pipa saluran udara, listrik dipasang diatas langit-langit.
- Lampu penerangan dipasang rata dengan langit-langit.
- Tahan terhadap bahan pembersih.

Area Produksi dibagi menjadi 4 zona dimana masing-masing zona memiliki


spesifikasi tertentu, empat zona tersebut meliputi :

a) Unclassified Area
Area ini merupakan area yang tidak dikendalikan (Unclassified area) tetapi untuk
kepentingan tertentu ada beberapa parameter yang dipantau. Termasuk didalamnya adalah
laboratorium kimia (suhu terkontrol), gudang (suhu terkontrol untuk cold storage dan cool
room), kantor, kantin, ruang ganti dan ruang teknik.

b) Black area
Area ini disebut juga area kelas E, ruangan ataupun area yang termasuk dalam kelas
ini adalah koridor yang menghubungkan ruang ganti dengan area produksi, area staging
bahan kemas dan ruang kemas sekunder. Setiap karyawan wajib mengenakan sepatu dan
pakaian black area (dengan penutup kepala).

c) Grey area
Area ini disebut juga area kelas D, ruangan ataupun area yang masuk dalam kelas ini
adalah ruang produksi produk non steril, ruang pengemasan primer, ruang timbang,
laboratorium mikrobiologi (ruang preparasi, ruang uji potensi dan inkubasi), ruang
sampling di gudang. Setiap karyawan yang masuk ke area ini wajib mengenakan gowning
(pakaian dan sepatu grey). Antara black area dan grey area dibatasi ruang ganti pakaian grey
dan airlock.

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-29


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

d) White area
Area ini disebut juga area kelas C, B dan A (dibawah LAF), ruangan yang masuk
dalam area ini adalah ruangan yang digunakan untuk penimbangan bahan baku produksi
steril, ruang mixing untuk produksi steril, background ruang filling, laboratorium
mikrobiologi (ruang uji sterilitas). Setiap karyawan yang akan memasuki area ini wajib
mengenakan pakaian antistatik (pakaian dan sepatu yang tidak melepas partikel). Antara
grey area dan white area dipisahkan oleh ruang ganti pakaian white dan airlock.

Airlock berfungsi sebagai ruang penyangga antara 2 ruang dengan kelas kebersihan
yang berbeda untuk mencegah terjadinya kontaminasi dari ruangan dengan kelas
kebersihan lebih rendah ke ruang dengan kelas kebersihan lebih tinggi. Berdasarkan CPOB,
ruang diklasifikasikan menjadi kelas A, B, C, D dan E, dimana setiap kelas memiliki
persyaratan jumlah partikel, jumlah mikroba, tekanan, kelembaban udara dan air change
rate.

Tabel II-13. Tabel Pembagian Kelas Ruang Berdasarkan Jumlah Partikel


Hygine Jumlah partikel/m3
Kelas At rest In Operational
Zoning
0,5 (µm) 5,0 (µm) 0,5 (µm) 5,0 (µm)
A 100 ≤ 3.520 ≤ 20 ≤ 3.520 ≤ 20
B 100 ≤ 3.520 ≤ 29 ≤ 352.000 ≤ 2.900
C 10.000 ≤ 352.000 ≤ 2.900 ≤ 3.520.000 ≤ 29.000
D 100.000 ≤ 3.520.000 ≤ 29.000 NS NS
E1 UC NS NS NS NS
E2 UC NS NS NS NS
E3 UC NS NS NS NS

Hygine Class Limit for Microbial contamination (In operation)


Air sample (cfu/m3) Settle plates diam. Glove print, 5 fingers
Zoning
90mm (cfu/4 hours) (cfu/glove)
A 100 <1 <1 <1
B 100 10 5 5
C 10.000 100 50 NS
D 100.000 200 100 NS
E1 UC NS NS NS
E2 UC NS NS NS
E3 UC NS NS NS
Keterangan : UC = Unclassified
NS = No Specification

Kondisi at rest yaitu kondisi dimana tidak ada operator yang beraktivitas di dalam
ruangan, mesin dalam kondisi beroperasi, sedangkan kondisi in operational yaitu kondisi
dimana ada operator yang sedang bekerja di dalam ruangan dan kondisi mesin sedang
beroperasi.

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-30


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

1) Mixing Area

Mixing area berada di dalam area produksi dengan luas 1.920 m2. Mixing area
merupakan ruangan untuk produksi steril atau disebut white area.

2) Depalitizer Area

Depalitizer area dibangun dengan luas 1.920 m2, Depalitizer area merupakan ruangan
area staging bahan kemas dan ruang kemas sekunder atau disebut juga black area, serta
dilengkapi dengan penerangan yang efektif dan mempunyai ventilasi dengan faslitias
pengendalian udara.

3) Filling Area

Filling area dibangun seluas 5.120 m2, Filling area itu sendiri merupakan ruangan
ruang produksi non steril, pengemasan primer, peninmbangan dan sampling atau disebut
juga grey area.

Filling area dilengkapi dengan permukaan bagian dalam ruangan (dinding, lantai dan
langit langit) licin, bebas dari keretakan, sambungan yang terbuka serta mudah
dibersihkan.

4) Quarantina Area
Quarantina area yang berada di dalam lokasi area produksi akan di bangun seluas
3.200 m2. Quarantina area merupakan ruangan tahap akhir pengendalian sebelum
penyerahan ke gudang dan siap untuk didistribusikan.

B.4.1.5. Gudang Finish Good

Gudang Finish Good yang akan dibangun seluas 5.760 m 2, gudang finish good
terletak di sebelah utara area produksi. Gudang Finish Good merupakan gudang yang
esensial dari CPOB untuk memberikan kepastian bahwa produk secara konsisten
mempunyai mutu yang sesuai dengan tujuan pemakainnya. Kegiatan yang mencakup
gudang finish good pengambilan sampel, pemeriksaan dan pengujian bahan awal, produk
antara, produk ruahan, dan produk jadi, pengujian yang dilakukan dalam rangka validasi
penyusunan dan pembaharuan spesifikasi bahan dan produk serta metode pengujiannya

Dalam kegiatan konstruksi dan penggunaan tanah, pemrakarsa akan mengacu


kepada ketentuan KDB (Koefisien Dasar Bangunan) yang ditentukan yakni sekitar 50%
untuk lahan terbangun/tertutup dan 50% semaksimal mungkin dipertahankan atau
dipergunakan untuk penghijauan, Garis Sempadan Jalan (GSJ) 10 m dari tepi badan jalan
sedangkan jarak bangunan terhadap persil minimal yaitu 3 m.

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-31


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

B.4.2. Jenis Bangunan Fisik Tahap ke-2

B.4.2.1. Gudang Raw Material

Gudang Raw Material yang kedua dibangun setelah selesai pembangunan tahap
pertama dengan luas 2.160 m2 .

B.4.2.2. Gudang Kaleng Kosong

Gudang kaleng kosong kedua dibangun seluas 4.320 m 2 . yang ditempatkan di


samping ruangan boiler.

B.4.2.3. Area Produksi

Area produksi kedua dibangun seluas 12.160 m 2, area produksi dibangun dengan
permukaan ruangan kedap air, bagian tepi dinding dibuat melengkung, tahan terhadap
bahan pembersih, dilengkapi dengan penerangan dipasang rata dengan langit langit, serta
menggunakan sistem pengendalian udara termasuk filter udara dengan tingkat efisien yang
dapat mencegah pencemaran.

1) Mixing Area

Mixing area yang akan dibangun tahap kedua seluas 1.920 m2, yang ditempatkan di
samping ruangan utilitas.

2) Depalitizer Area

Depalitizer area yang akan dibangun tahap kedua seluas 1.920 m2, Depalitizer area
merupakan ruangan yang menghubungkan ruang ganti dengan ruang produksi.

3) Filling Area

Filling area tahap kedua dibangun seluas 5.120 m2, dilengkapi dengan desain titik
ventilasi dan instalasi sarana penunjang lainnya untuk menghindari pembentukan ceruk
yang sulit dibersihkan, pipa yang terpasang di dalam ruangan tidak menempel pada
dinding tetapi digantungkan dengan menggunakan siku-siku pada jarak cukup untuk
memudahkan pembersihan menyeluruh.

4) Quarantine Area

Quarantine area tahap kedua dibangun dengan luas 3.200 m2, quarantine area
merupakan ruangan pengendalian sebelum bahan atau produk dilanjutkan ke proses
selanjutnya. Personel pengawasan mutu akan melakukan sampling terhadap bahan atau
produk jadi untuk diuji kualitasnya. Bahan dan produk baru bisa keluar dari Quarantine
area setelah lulus pengawasan mutu. Karantina produk jadi merupakan titik akhir
pengawasan sebelum produk jadi diserahkan ke gudang dan siap didistribusikan.. Melalui
tahapan berikut;

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-32


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

a) Area Penimbangan: yaitu area penimbangan bahan awal dan perkiraan hasil nyata
dilakukan di area penimbangan yang didesain khusus untuk kegiatan tersebut.
b) Area Produksi: yaitu area pengolahan dibuat dari bahan kedap air permukaannya rata
dan memunkinkan pelaksanaan pembersihan yang cepat dan efisien apabila terjadi
tumpahan bahan, sudut dinding dan lantai di area pengolahan dibentuk lengkungan

c) Area Penyimpanan: Area penyimpanan harus memiliki kapasitas yang memadai


untuk menyimpan dengan rapi dan teratur. Bahan-bahan yang disimpan dalam
gudang antara lain bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan,
produk jadi, produk dalam status karantina, produk yang telah diluluskan, produk
yang ditolak, produk yang dikembalikan atau produk yang ditarik dari peredaran.
Produk ditangani dan disimpan dengan cara yang sesuai untuk mencegah
pencemaran, campur baur dan pencemaran silang. Area penyimpanan diberikan
pencahayaan yang memadai sehingga semua kegiatan dapat dilakukan secara akurat
dan aman. Bahan atau produk yang membutuhkan kondisi penyimpanan khusus
(seperti suhu dan kelembaban) harus dikendalikan, dipantau dan dicatat.
d) Laboratorium Pengawasan Mutu terpisah dari area produksi, area pengujian biologis,
mikrobiologi dan radio isotop dipisahkan satu dengan yang lain.

Tempat penyimpanan yang luas memadai untuk sampel, baku pembanding (bila
perlu dengan kondisi suhu terkendali) pelarut pereaksi dan catatan. Suatu ruangan yang
terpisah mungkin diperlukan untuk perlindungan instrumen terhadap gangguan listrik,
getaran, kelembaban yang berlebihan dan gangguan lain, atau bila perlu untuk mengisolasi
instrumen. Desain laboratorium memperhatikan kesesuaian bahan bangunan yang di
pakai, ventilasi dan pencegahan terhadap asap. Pasokan udara ke laboratorium di pisah
dari pasokan ke area produksi. dipasang unit pengendali udara yang terpisah untuk
masing masing laboratorium biologi, mikrobiologi dan isotop.

B.4.2.4. Gudang Finish Good

Gudang finish good tahap kedua dibangun seluas 6.480 m2. Di gudang finish good
dilakukan pengambilan sampel, pemeriksaan dan pengujian bahan di Laboratorium
pengawasan mutu.

B.4.2.5. Power House

Power House yang akan di bangun seluas 420 m 1.Power House merupakan tempat
pembangkit tenaga listrik yang terletak dibelakang area produksi.

B.4.2.6. Ruang Boiler

Ruang Boiler merupakan ruangan untuk menghasilkan uap air dalam proses
produksi, yang terletak disebelah utara power house dengan luas 420 m2.

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-33


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

B.4.2.7. Ruang Utilitas

Ruang Utilitas adalah ruang pengendali daya yang berfungsi menjamin


keberlangsungan proses produksi, ruangan ini berada di sebelah ruang boiler dengan luas
1.800 m2.

B.4.2.8. Ruang Chiller

Ruang Chiller merupakan ruang penanganan udara dimana udara panas yang berasal
dari ruangan dihembuskan melewati coil pendingin yang berada didalam unit penangan
udara itu sendiri, sehingga udara dingin yang dihasilkan dilanjutkan masuk dan
didistribusikan keruangan, ruang chiller berfungsi untuk mencegah pencemaran terhadap
produk, ruang chiller akan dibangun dengan luas 276 m2..

B.4.2.9. Ruang Coutic

Ruang Coutic berguna untuk mencegah cuaca panas atau dingin agar tidak langsung
masuk kedalam area produksi setelah melewati atap, ruangan coutic akan dibangun seluas
420 m2.

B.4.2.10. Gudang Bahan Kimia

Gudang bahan kimia yang akan dibangun dengan luas 1.540 m dan dilengkapi
peralatan dan bahan bahan berdasarkan metode keilmuan tertentu.

B.4.3. Jenis Bangunan Fasilitas Penunjang


Sarana prasarana merupakan penunjang dasar fisik lingkungan bangunan utama
yang memungkinkan kegiatan operasional dapat berfungsi dengan baik sebagaimana
mestinya. Sarana prasarana yang akan dibangun antara lain:

B.4.3.1. Area Perluasan Bangunan

Area perluasan bangunan yang akan dibangun adalah seluas 2.850 m 2 digunakan
untuk perluasan ruangan produksi.

B.4.3.2. Sarana Air Bersih


1) Tahap Kontruksi

Kebutuhan air bersih untuk tahap konstruksi bersumber dari Sumur tanah dangkal,
yang akan dipergunakan untuk aktifitas domistik pekerja yang berdasarkan asumsi SNI 03-
7065-2005 sebanyak 0,1m3/pekerja/hari, maka kebutuhan air bersih untuk pekerja tahap
konstruksi dengan jumlah pekerja 120 orang adalah sebesar 12 m3/hari.

Selain itu air bersih sebagai salah satu material konstruksi diasumsikan sebesar 10
m3/hari, sehingga total kebutuhan air bersih pada tahap konstruksi sebanyak 22 m 3/hari.
Penyediaan sumber air bersih pada tahap konstruksi direncanakan berasal dari air sumur

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-34


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

tanah dangkal yang sudah ada di dalam lokasi dan sumur tanah dalam (kedalaman
minimal 100 meter). Dalam pengambilan air tanah dalam, pemrakarsa akan
mensosialisasikan terlebih dahulu kepada warga sekitar dan penggunaan air dari sumur
dalam akan dilakukan setelah mendapatkan IPAT (Izin Pengambilan Air Tanah) dari Dinas
ESDM Prov. Jabar.. Adapun rincian jumlah kebutuhan air, serta jumlah limbah cair
domestik dan limbah padat disajikan pada Tabel II-14.
Tabel II-14. Kebutuhan air dan limbah cair domestik pada tahap konstruksi Industri
Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional,
Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”)
PT. SBS
No. Uraian Jumlah Asumsi (m3/hari) Jumlah
(m3/hari)
1. Kebutuhan Air
a. Pekerja Konstruksi 120 orang 0,1 /orang 12
b. Kegiatan konstruksi - 10 10
Total - - 22
2. Limbah Cair Domestik
Pekerja konstruksi 120 orang 80% dari konsumsi ari/ 9,6
a. hari 0,08
b. Kegiatan konstruksi - 0,06 6
Total - - 15,6
Asumsi : SNI 03-7065-2005
Sumbe : Hasil Pengkajian Puslitbang Permukiman Dep. Kimpraswil tahun 2000 dan Permen Kesehatan No.
r
986/Menkes/XI/1992
Loss,
Evaporation,
Construction
(4 m3/hari)

Konstruksi Sediment Sungai Cinagara


10 m3/hari Trap

Air Tanah Dalam


(Kedalaman
Minimal 100
meter)
22 m3/hari
Pekerja Septic
Konstruksi Tank
12 m3/hari

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-35


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

Gambar II-6. Neraca Air tahap kontruksi Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi,
Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri
Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS

2) Tahap Operasi

Pada kegiatan operasional Industri Farmasi Agro Medika “PT. SBS” akan
membutuhkan air bersih dalam volume yang cukup besar. Penyediaan sumber air bersih
pada tahap konstruksi direncanakan berasal dari air sumur tanah sumur tanah dalam
(kedalaman minimal 100 meter). Saat ini kapasitas pemanfaatan air tanah dalam
berdasarkan izin adalah sebesar 45 lt/dt atau setara dengan 1.419.120 m3/tahun. Air
tersebut diperoleh melalui sumur bor dan mata air. Prakiraan kebutuhan air bersih tahap
operasi adalah sebagai berikut:

Tabel II-15. Rincian Kebutuhan air bersih dan volume limbah pada tahap operasi
Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat
Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal
“Herb Infusion”) PT. SBS
Kapasitas Penggunaan Air Prakiraan debit air
No Uraian limbah

Penggunaan Ruangan/ Jumlah Asumsi Penggunaan Asumsi debit air


Air limbah
Unit orang / Luas (m3/hari) limbah
(m3/bulan) (m3/bulan)
1. Proses Produksi 24.320 m2 578,40 17.352 80% 13.881,6
Pencucian/
Pembersihan
2 Peralatan, Ruangan - - - 20 80% 16
dan Water
Treatment
Pembersihan
3 Lingkungan - - - 22 80% 17,6
Produksi
Pembersihan
4 Lingkungan di - - - 50 - Meresap
Luar lingkungan ke tanah
produksi
5 Kegiatan Domestik - 300 0,05 991,5 80% 793,2
Karywan (MCK) m3/orang/hari
6 Pencucian Peralatan - - - 10 80% 8
Laboratorium
7 Proses Pengujian - - - 0,003 80% 0,0024
Laboratorium
8 Pencucian dan - - - 0,012 80% 0,0096
Sanitasi
TOTAL KEBUTUHAN AIR TAHAP OPERASI & DEBIT AIR LIMBAH 18.445,5 14.710,4

Asumsi : SNI 03-7065-2005


Keterangan : Asumsi menjadi limbah 80% dan menguap 20% berdasarkan Hasil pengkajian Puslitbang Permukiman
Dep. Kimpraswil tahun 2000 dan Permen Kesehatan No. 986/Menkes/XI/1992

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-36


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

Proses Produksi * Asumsi 20%


17.352 m3/bulan menguap WTP
Pencucian

20 m3/bulan STP
KOLAM
Lingkungan INDIKATOR
Sumur Dalam 1 Unit Produksi

dan PDAM
18.445,5 m3/bulan Diluar Produksi Penyiraman
50 m3/hari (Taman &
(MCK) Sungai Cinagara
991,5 m3/bulan
Pealatan Lab

10 m3/bulan
Pengujian Lab Resirkulasi

0,003 m3/bulan
Sanitasi Habis terpakai

0,012 m3/bulan

Ket. :* Referensi dan Asumsi limbah cair menguap 20% berdasarkan Hasil pengkajian Puslitbang Permukiman
Dep. Kimpraswil tahun 2000 dan Permen Kesehatan No. 986/Menkes/XI/1992

Gambar II-7. Neraca Penggunaan Air Bersih Tahap Operasi dan Alur Pengelolaan Limbah
Cair Industri Farmasi Agro (Industri Farmasi, Industri Produk Obat
Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal
“Herb Infusion”) PT.SINDE BUDI SENTOSA

B.4.4. Jenis Bangunan Mekanikal/ Elektrikal (M/ E)

B.4.4.1. Instalasi Listrik


Sistem kelistrikan utama direncanakan dengan menggunakan sistem yang sederhana,
mudah pengoperasiannya, mudah pemeliharaannya dan mempunyai tingkat kehandalan
yang baik serta memikirkan penggunaan sumber daya listrik yang hemat energi. Dasar
perencanaan sistem kelistrikan mengacu pada Peraturan Umum Instalasi Listrik 2000
(PUIL-2000), Keputusan Ditjen Cipta Karya DPU tentang Standar Pencahayaan Buatan dan
lainnya.

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-37


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

Untuk mendapatkan penerangan yang optimal, maka akan digunakan energi listrik
yang hemat energi dengan memilih jenis lampu penerangan fluorescent (lampu TL) yang
dilengkapi dengan reflektor jenis lampu LED. Sedangkan untuk ruangan tertentu yang
menggunakan lampu down light akan dipilih jenis lampu penerangan PLC atau LED
dengan model armature yang disesuaikan dengan kebutuhan ruangan. Untuk area produksi
dengan langit-langit yang tinggi akan digunakan jenis lampu down light seperti lampu high
bay metal halide atau halogen yang dapat di dimming sehingga mendapatkan level penerangan
yang variable sesuai dengan fungsi event yang berlaku dan nyaman.

Daya dari trafo selanjutnya didistribusikan low voltage main distribution panel yang
kemudian didistribusikan secara radial ke panel-panel listrik lainnya diunit penggunaan
yakni seperti untuk penerangan ruangan produksi, pompa air, pompa kebakaran, fire alarm,
tata suara, unit pengolah limbah cair, dll.

Untuk mengantisipasi listrik dari PLN terganggu atau padam, Industri Farmasi Agro
Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya
dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS akan menyiapkan mesin genset
sebanyak 2 unit dengan kapasitas masing-masing 500 kVA. Sistem proteksi Industri
Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri
Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS akan
menggunakan jenis moulded case circuit breaker (MCCB) dan miniature circuit breaker (MCB).
Sistem proteksi direncanakan dengan sistem bertingkat pada panel penerangan, panel daya
dan panel sub distribusi utama. Jenis proteksi yang “Industri Farmasi Agro Medika
(Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan
Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS gunakan adalah; Sistem proteksi
terhadap gangguan hubunga pendek (short circuit), Sistem proteksi terhadap beban lebih
(over current), Sistem proteksi terhadap gangguan tanah (ground fault current), Sistem
proteksi terhadap gangguan tegangan lebih (over voltage), Sistem proteksi terhadap
gangguan tegangan turun (under voltage).

B.4.4.2. Sarana Pemadam Kebakaran

Bangunan Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat
Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”)
akan dilengkapi dengan peralatan untuk mendeteksi dan menanggulangi kebakaran,
seperti fire alarm dengan smoke detector & ROR detector, sistem sprinklers, Alat Pemadam Api
Ringan (APAR) dan hidran air. Sarana pemadam kebakaran dibangun untuk melindungi
asset yang ada pada Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat
Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”)
dari kejadian bahaya kebakaran.

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-38


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

Dasar perencanaan instalasi peralatan pemadam kebakaran mengikuti NFPA


(National Fire Protection Association) dan SNI 03-1756-1989. Peralatan pemadam kebakaran
akan disediakan di dalam dan gedung. Sistem sprinklers dipasang pada gedung di setiap
ruang. APAR akan dipasang di setiap titik strategis berdasarkan perhitungan unit APAR
per 200 m2 luas bangunan. Sedangkan untuk hidran akan ditempatkan tersebar di seluruh
area proyek gedung PT. SBS dengan perhitungan 1 unit hidran per 800 m 2. Sementara yang
dimaksud dengan sistem fire alarm adalah sistem deteksi dini bila terjadi kebakaran, dimana
pada waktu terjadi kebakaran akan memberikan indikasi secara audio maupun visual dari
mana asal sumber lokasi kebakaran. Peralatan utama terdiri dari main fire alarm panel, fire
detector (smoke detector dan rate of rise detector) manual bell, manual call point dan lampu signal.
Sistem fire alarm detector akan mengacu pada ketentuan yang tercantum dalam DPU-SKBI-
3.4.53.1987.

Sistem yang digunakan adalah combined sistem antara hydrant dan sprinkler disini
dibuat yaitu System yang tersentral dan menjadi satu untuk seluruh gedung. Dimana 1 set
station pompa kebakaran melayani keperluan seluruh gedung baik hydrant maupun
sprinkler, riser hydrant maupun sprinkler bergabung pada main header pompa-pompa
kebakaran. Perhitungan air untuk cadangan disediakan kebutuhan untuk 60 menit operasi
pompa kebakaran dan menggunakan pompa dengan kapasitas 1.250 gpm. Kebutuhan air
untuk cadangan kebakaran : 1.250 gpm x 3,785 x 60 = 283.880 liter = 283,88 m³.

Jarak antar kepala sprinkler maksimum adalah 4,6 meter sedang jarak ke dinding
maksimal adalah 2,3 meter. Area proteksi hydrant : 1 buah hydrant box untuk setiap area
800 m². Area proteksi pemadam api ringan : 1 buah pemadam api ringan untuk setiap area
200 m². Jumlah sprinkler riser :1 riser (alarm control valve) melayani sampai 750 – 1.000
kepala sprinkler.
Sumber air untuk pemadam kebakaran bersumber dari ground tank, jaringan pipa air
yang bersumber dari sumur dalam. Untuk memompa air dari ground tank akan disediakan
electrical fire pump dan electrical jockey pump. Untuk dapat mengakses air dari jaringan mata
air akan dipasang hidran pilar dan untuk dapat mengalirkan air dari tangki air pemadam
kebakaran akan dipasang siemess connection.

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-39


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

Dalam pemasangan instalasi pemadam kebakaran, pemrakarsa akan berkoordinasi


dengan instansi terkait, seperti dengan UPTD Pemadam Kebakaran Kecamatan Caringin
dan BPBD Kabupaten Bogor. Untuk kedepannya, pemrakarsa akan membuat skema
instalasi pemadam kebakaran, seperti perencanaan tangga dan pintu darurat, alarm
kebakaran, pengeras suara, hydrant system/sprinkler, APAR, kolam penampungan,
petunjuk evakuasi dan jalur untuk unit pemadam kebakaran pada seluruh area bangunan
Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional,
Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”). Selain itu,
pemrakarsa juga akan mengadakan pelatihan penanganan pemadam kebakaran bagi
petugas khusus pemadam kebakaran dan bagi penghuni serta akan melengkapi seluruh
peralatan dan petugas pemadam kebakaran dengan sertifikasi pemadam kebakaran yang
akan dikoordinasikan dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten
Bogor.

B.4.4.3. Sistem Tata Udara

Penggunaan sistem tata udara (Air handling unit) atau (Heating, Ventilating and Air
Conditioning) dalam ruangan bangunan Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi,
Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan
Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS direncanakan untuk mengkondisikan sirkulasi udara
dalam ruangan sehingga diperoleh perlindungan terhadap lingkungan pembuatan produk,
lingkungan kerja yang nyaman bagi personil dan perlindungan pada lingkungan dimana
terdapat bahan berbahaya melalui pengaturan sistem pembuangan udara yang efektif dan
aman dari bahan tersebut. Penggunaan AHU/HVAC akan dirancang sehingga membentuk
suatu sistem tata udara yang dapat mengontrol suhu, kelembaban, tekanan udara, tingkat
kebersihan, pola aliran udara serta jumlah penggantian udara di ruangan produksi sesuai
dengan persyaratan yang telah ditentukan.

B.4.4.4. Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Bersih

Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan akan menjadi
air minum setelah dimasak terlebih dahulu. Sebagai batasannya, air bersih adalah air yang
memenuhi persyaratan dari segi kualitas air yang meliputi kualitas fisik, kimia, biologis
dan radiologis, sehingga apabila dikonsumsi tidak menimbulkan efek samping (Permenkes
No. 416/Menkes/PER/IX/1990).

Persyaratan utama dalam penyediaan air bersih adalah dapat memenuhi


ketersediaan air tersebut secara kualitatif, kuantitatif dan kontinuitas. Artinya air yang akan
digunakan selain memenuhi standar kualitas air bersih secara fisik, kimia, biologis dan
radiologis, maka air bersih tersebut juga dapat tersedia mencukupi kebutuhan masyarakat
yang dilayani serta secara terus menerus dengan fluktuasi debit yang tetap. Untuk itu agar
ketersediaan air bersih tetap terjaga secara kualitas, kuantitas dan kontinuitasnya, maka
sumber air bersih tidak dapat mengandalkan hanya pada satu sumber.

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-40


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

Asumsi penggunaan air bersih pada tahap operasi kegiatan proses produksi adalah
sebanyak 18.445,5 m3/bulan (SNI 03-7065-2005) Untuk lebih lengkap mengenai kebutuhan
air bersih disajikan seperti pada Tabel II-15.
Pasokan air bersih tahap operasional Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi,
Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal
“Herb Infusion”) PT. SBS direncanakan bersumber dari pasokan (suplai) PDAM, dan sebagai
cadangan apabila pasokan air bersih dari PDAM tidak mencukupi atau terganggu maka Commented [D3]: Bukannya belum ada jaringan PDAM? Di hal
II-35 sumber air bersih Cuma deep well aja???
akan menggunakan air bersih yang bersumber dari 1
unit sumur dalam (deep well) dan akan dibuat pula 1 unit sumur imbuhan dengan tujuan
untuk tetap menjaga kelimpahan air tanah dilokasi kegiatan. Penggunaan air sumur dan
dalam akan dilakukan setelah mendapaktan SIPA (surat izin pengambilan air tanah) dari
instansi berwenang.

Untuk air bersih, sebelum masuk ke tangki air atas, air terlebih dahulu dilakukan
perlakuan dengan cara lumpur yang terkandung dalam air tanah diendapkan, disaring
pada filter pasir dan filter karbon yang berfungsi untuk mengikat komponen – komponen
organik yang larut dalam air, juga untuk mengikat beberapa senyawa tertentu dari logam-
logam berat (water treatment hand book – degremont chapter–11) agar kualitas air bagi kegiatan
proses produksi PT. SBS sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
416/Menkes/Per/IX/1990 tentang syarat dan pengawasan kualitas air.

Jenis pipa dan sambungan pipa yang digunakan untuk saluran air bersih adalah pipa
yang telah ditetapkan berdasarkan standar HASS 204, jenis pipa tersebut adalah: pipa
UPVC (Unplastized polyvinil Chloride); Pipa PPR (Polypropylene Random) dan/atau Pipa
galvanis.

B.4.4.5. Pemasangan Sistem Proteksi Petir


Untuk melindungi bangunan Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi,
Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan
Herbal “Herb Infusion”) dari sambaran petir, maka bangunan harus dilengkapi dengan
sistem proteksi petir. Jenis atau sistem yang akan digunakan adalah Sistem Electrostatic Non-
Radioactive yang dipasang pada bagian tertinggi dari bangunan dan harus dapat
memproteksi area radius pengamanan dari bangunan. Penghantar (Down Conductor)
menggunakan kabel yang direkomendasikan oleh pabrik pembuat atau BCC ( Bare Copper
Conductor) dengan diameter minimal 50 m2 sesuai standar peraturan, yang dihubungkan
langsung ke electroda pentanahan yang berupa batang tembaga massif dengan Resistansi
pentanahan tanah kurang dari 5 ohm.

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-41


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

Pemasangan instalasi proteksi petir akan mengikuti standar, normalisasi teknik dan
peraturan yang berlaku. Instalasi penangkal petir yang akan digunakan mengacu pada
SNI-IEC 62305-2010 yaitu pemasangan dengan konsep perancangan dan skematik sistem
konvensional sangkar faraday, dengan pertimbangan datangnya petir dapat terjadi dari
berbagai arah. Prinsip instalasi penangkal petir Bangunan Industri Farmasi Agro Medika

(Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan
Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS yang akan dipasang;

1) Dapat melindungi semua bagian dari bangunan termasuk instalasi elektrikal dan
mekanikal, dan manusia yang ada didalamnya dari bahaya sambaran petir.
2) Tetap memperhatikan arsitektur bangunan, tanpa mengurangi nilai perlindungan
terhadap sambaran petir yang efektif.
3) Akan dilakukan pemeriksaan dan pemeliharaan secara berkala terhadap instalasi
penangkal petir.
4) Pemasangan instalasi penangkal petir akan disesuaikan dengan penambahan luas
bangunan jika terjadi penambahan luas bangunan.
5) Akan segera dilakukan pemeriksaan dan dilaksanakan perbaikan terhadap kerusakan
akibat kejadian sambaran petir pada instalasi penangkal petir.

B.4.4.6. Pembangunan Telekomunikasi


Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional,
Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS akan
melengkapi sarana berupa saluran telepon ditiap-tiap ruangan Industri Farmasi Agro
Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya
dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) yang merupakan salah satu infrastruktur
telekomunikasi yang penting bagi kegiatan ekonomi, sebagaimana yang nantinya akan
berlangsung dan berkembang di dalam kegiatan Industri Farmasi Agro Medika (Industri
Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri
Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) ini. Jumlah line yang akan dipasang disesuaikan dengan
jumlah kebutuhan dan jumlah ruangan, pengelola, dll. Telekomunikasi pusat manajemen
akan dikoneksikan dengan ruangan dan fasilitas lainnya yang akan terhubung dengan
server pusat manajemen.

Untuk keperluan komunikasi telepon baik telepon internal maupun telepon external
menggunakan telepon sambungan langsung dari PT. Telkom atau melalui PABX. Sistem
komunikasi telepon secara kefungsian dibagi dalam 2 bagian :

1) Komunikasi telepon internal untuk sarana telekomunikasi antar personal internal


dalam Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat
Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb
Infusion”), tanpa melalui Telkom.

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-42


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

2) Komunikasi telepon internal dari luar Industri Farmasi Agro Medika (Industri
Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri
Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) atau sebaliknya.

B.4.5. Jenis Bangunan Sarana Penunjang

B.4.5.1. Mesjid

Mesjid akan disediakan bagi karyawan pabrik, tamu maupun mayarakat yang berada
dekat dengan lokasi. Mesjid akan disediakan pada area Industri Farmasi Agro Medika
(Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan
Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS luas 195 m2 meter. Mesjid
diprakirakan dapat menampung 250 orang jama’ah.

B.4.5.2. Pos Security

Pembangunan Pos Security dibangun seluas 128 m2 terletak di pintu gerbang Industri
Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri
Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS di tujukan
untuk pengendalian Kamtibmas terkait keamanan dilokasi sekitar kegiatan dengan
dilengkapi sarana penunjang (WC/KM), lampu penerangan, alat komunikasi serta
peralatan standar pengamanan.

B.4.5.3. Jembatan Timbang

Pembangunan Jembatan Timbang digunakan untuk menguji bahan material,


jembatan timbang yang akan dibangun seluas 49 m 2. Jembatan timbang terletak di kanan
jalan sebelum keluar dari lokasi PT. SBS.

B.4.5.4. Saluran Drainase

Sistem drainase permukaan berfungsi untuk menampung air buangan limbah cair
(setelah diolah di STP) dan limpasan air hujan (run off). Untuk mencegah menyebarnya
aroma yang bau dan supaya kelihatan indah maka dipakai drainase sistem tertutup dengan
bahan beton cetak precast yang dilengkapi dengan bak kontrol (man hole) untuk
mempermudah mengeruk apabila terjadi sumbatan. Saluran drainase dibuat dengan
kemiringan tertentu untuk dapat mengalirkan air dengan lancar. Drainase ini akan
dialirkan menuju sungai terdekat yakni sungai Cinagara.

Di ujung tapak saluran akan disalurkan melalui gorong-gorong ke saluran drainase


yang ditanam pada kedalaman tertentu sesuai dengan persyaratan teknis. Saluran drainase
akan diarahkan ke saluran drainase yang terletak di sebelah utara lokasi kegiatan, saluran
drainase tersebut mengarah ke badan air penerima. Dimensi dan arah aliran saluran
drainase akan mengikuti rekomendasi dari peil banjir yang dikeluarkan oleh Dinas Bina
Marga dan Pengairan Kabupaten Bogor.

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-43


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

B.4.5.5. Sumur Resapan

Sumur resapan merupakan sumur atau lubang pada permukaan tanah yang
digunakan untuk menampung air hujan agar dapat meresap ke dalam tanah. Tujuan
dibangunnya sumur resapan adalah untuk meminimalisir debit aliran permukaan yang
akan mengalir ke saluran internal maupun saluran umum, pemanfaatan kembali air hujan
sebagai imbuhan air tanah, dan agar tidak menimbulkan genangan atau banjir di sekitar
lokasi kegiatan.

Acuan dalam pembangunan sumur resapan adalah: PP Nomor 26 Tahun 2008


tentang RTRW Nasional (Pasal 106); Perda Prov. Jawa Barat Nomor 22 Tahun 2010 tentang
RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2009–2029 (Pasal 69); Perda Prov. Jawa Barat Nomor 8
Tahun 2012; Perda Kab. Bogor Nomor 19 Tahun 2008 tentang RTRW Kabupaten Bogor
Tahun 2005-2025 (Pasal 74 Poin 2); Perda Kab. Bogor Nomor 17 Tahun 2011. Dalam
PP dan Perda tersebut disebutkan Peraturan zonasi untuk kawasan resapan air disusun
dengan memperhatikan :

▪ Pemanfaatan ruang secara terbatas untuk kegiatan budi daya tidak terbangun
yang memiliki kemampuan tinggi dalam menahan limpasan air hujan;

Penyediaan sumur resapan dan/atau waduk pada lahan terbangun yang sudah ada;
dan

Penerapan prinsip Zero Delta Q Policy terhadap setiap kegiatan budi daya terbangun
yang diajukan izinnya.

Dalam penjelasan PP dan Perda tersebut diatas, disebutkan bahwa yang dimaksud
dengan “kebijakan prinsip zero delta Q policy” adalah keharusan agar tiap bangunan tidak
boleh mengakibatkan bertambahnya debit air ke sistem saluran drainase atau sistem aliran
sungai. Dengan mengacu pada PP dan Perda di atas, penerapan prinsip zero delta Q policy
menjadi pertimbangan dalam penyusunan zonasi kawasan imbuhan air tanah. Sedangkan
untuk perhitungan jumlah sumur resapan yang dibuat harus disesuaikan dengan luas
tutupan bangunan dan volume air yang harus diresapkan, mengacu pada Permen LH No.
12 tahun 2009 tentang pemanfaatan air hujan.

Pedoman dalam perencanaan dan pembuatan sumur resapan akan mengacu pada
SNI 06-2405-1991, Tatacara Perencanaan Teknik Sumur Resapan Air Hujan Untuk Lahan
Pekarangan dan peraturan perundang-undangan serta referensi lain terkait pembuatan
sumur resapan.

Persyaratan umum yang menjadi pertimbangan dalam pembangunan sumur


resapan adalah:

a) Sumur resapan dibuat pada lahan yang lulus air


b) Sumur resapan air hujan harus bebas dari kontaminasi/pencemaran limbah
c) Air yang masuk ke dalam sumur resapan adalah air hujan

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-44


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

d) Untuk daerah sanitasi lingkungan vuruk, sumur resapan air hujan hanya
menampung dari atap dan disalurkan melalui talang
e) Mempertimbangkan aspek hidrogeologi, geologi dan hidrologi
Penempatan lokasi untuk pembangunan sumur resapan mempertimbangkan
keadaan muka air tanah yang dapat ditentukan dengan mengukur kedalaman dari
permukaan air tanah ke permukaan tanah di sumur sekitarnya pada saat musim hujan;
permeabilitas tanah yang dapat dipergunakan untuk sumur resapan antara 2,0 – 12,5
cm/jam; jarak sumur resapan terhadap tangki septik minimal 2 m, jarak dari resapan tangki
septik, cubluk, saluran air limbah dan pembuangan sampah minimal 5 m; dan jarak
terhadap sumur resapan air hujan/sumur air bersih minimal 2 meter. Secara singkat
langkah dalam menetapkan pembuatan sumur resapan dapat dilihat pada
Gambar II-8.

Gambar II-8. Langkah yang perlu diperhatikan dalam pembuatan sumur resapan

Untuk mengaplikasikan teknik pembuatan sumur resapan maka akan dilakukan


tahapan kegiatan sebagai berikut:

1. Melakukan analisis curah hujan: Analisa terhadap curah hujan dimaksudkan untuk
menghitung intensitas curah hujan maksimum pada perioda ulang tertentu. Dengan
mengetahui intensitas curah hujan maksimum maka kapasitas sumur resapan akan
dapat dihitung.
2. Menghitung luas tangkapan hujan: Bersama-sama dengan intensitas curah hujan
maksimum dengan periode ulang tertentu akan dapat dihitung besarnya debit aliran.

3. Menganalisis lapisan tanah/batuan: Lapisan tanah terdiri dari berbagai macam


lapisan mulai dari tanah belempung, pasir berlempung dan gravel atau kombinasi

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-45


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

dari lapisan tersebut. Sumur resapan akan sangat efisien jika dibuat sampai pada
daerah dengan lapisan batuan yang terdiri dari pasir atau gravel.
4. Pemasangan sumur: Sumur resapan dibangun dengan menggunakan bis beton
dengan lapisan porus atau susunan batu bata yang disusun secara teratur.

Data teknis sumur resapan mengacu pada pedoman dari Ditjen PU Cipta Karya,
sebagai berikut:

Tabel II-16. Konstruksi Sumur Resapan


No Bahan Sumur Resapan Air Hujan Komponen

1. Plat beton bertulang tebal 10 cm, campuran 1 semen : 2 penutup sumur


pasir : 3 kerikil
2. Plat beton tidak bertulang tebal 10 cm, campuran 1 : 2 : 3 penutup sumur
berbentuk cubung dan tidak duberi beban di atasnya
3. Ferrocement tebal 10 cm penutup sumur, dinding sumur,
bgian atas, dinding sumur bagian
bawah
4. Pasangan ½ bata merah atau batako, campuran 1 : 4, dinding sumur bagian atas dan
diplester dan diaci semen dinding sumur bagian bawah
5. Pasangan ½ batako campuran 1 : 4, jarak kososng antar dinding sumur bagian atas dan
batako10 cm, tanpa plester dinding sumur bagian bawah
6. Beton bertulang pracetak Ø80 – 100 cm dinding sumur bagian atas dan
dinding sumur bagian bawah
7. Beton bertulang pracetak Ø 100 cm, dinding porous dinding sumur bagian atas dan
dinding sumur bagian bawah
8. Batu pecah ukuran 10 – 20 cm pengisi sumur

9. Pecahan bata merah ukuran 5 – 10 cm pengisi sumur

10. Ijuk pengisi sumur

11. Pipa PVC dan perlengkapannya Ø 110 mm saluran air hujan

12. Pipa beton Ø200 mm saluran air hujan

13. Pipa beton ½ lingkaran Ø200 mm saluran air hujan

Sumber:Petunjuk Teknis Tata Cara Penerapan Drainase Berwawasan Lingkungan di Kawasan Permukiman (2002)

Untuk mengurangi masuknya air larian/ run off ke saluran drainase, maka
pengelola Industri Farmasi Agro Medika “PT. SBS” akan membuat sumur resapan
sebanyak 8 unit dengan kedalaman sekitar 7 meter (tidak melebihi tinggi muka air tanah di
sekitar lokasi studi yang bervariatif berkisar antara 10 – 12 meter) dan diameter 1 meter
yang dibangun tersebar pada beberapa titik sesuai gambar siteplan.

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-46


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

Gambar II-9. Sketsa Konstruksi Sumur Resapan (tampak samping)

Gambar II-10. Ilustrasi Kontruksi Bangunan Sumur Resapan

B.4.5.6. Penanaman Penghijauan


Untuk mewujudkan visi eco-green atas pengelolaan lingkungan, pemrakarsa akan
menanam tanaman pada area terbuka hijau (taman) dengan memadukan fungsi ekologis,
diantaranya jenis tanaman (flora) identitas Bogor yang mulai langka seperti Kemang
(Mangifera kemanga). Adapun jenis-jenis tanaman penghijauan pada area ruang terbuka
hijau (taman) yang akan ditanam oleh pemrakarsa PT. SBS sesuai fungsinya dicantumkan
pada Table II-17.

Tabel II-17. Jenis tanaman yang akan ditanam di area penghijauan PT. SBS
No Fungsi Tanaman Jenis Tanaman Nama Ilmiah

1. Penyerap debu dan gas polutan Trembesi Albizia saman

Mahoni S. mahagoni (L.) Jacq

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-47


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

No Fungsi Tanaman Jenis Tanaman Nama Ilmiah


Lidah mertua Sansevieria trifasciata Prain

2. Pereduksi kebauan Cempaka Michelia champaca

Tanjung Mimusops elengi L.

3. Pereduksi polutan Akalipa merah Acalypa wilkesiana

Kesumba Bixa orellana

Bougenvil merah Bougenvillea glabra

Bunga Lampion Brownea capitella

Kenanga Cananga odorata

Kembang merak Caesalpinia pulcherima

Kaliandra Caliandra surinamensis

Miana Colues blumei

Hujan mas Cassia multijuga

Hanjuang Cordyline terminalis

4. Pereduksi bising Bambu pagar Bambusa glaucescens

Beringin Ficus benjamina

Beringin karet Ficus elastica

Biola cantik Fycus lyrata

Tanjung Mimusps elengi

Kol banda Pisonia alba

Cempaka gondok Talauma candollei

5. Peneduh Kesumba Bixa orellana

Kenanga Cananga odorata

Trengguli Cassia javanica

Flamboyan Delonix regia

Kirai payung Fillicium decipiens

Mahoni Swietenia mahagoni

6. Penyangga Bunga Kupu-kupu Bauhinia purpurea

Bunga lampion Brownea capitella

Johar Cassia siamea

Kayu Raja Cassia fistula

Seputih jinten Sindora volutina

7. Penarik habitat satwa Flamboyan Delonix regia

Dadap kuning Erythrina varigata

Beringin Ficus benjamina

Heliconia merah Heliconia sp

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-48


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

No Fungsi Tanaman Jenis Tanaman Nama Ilmiah


Melati Jasminum sambac

Rumput Paitan Axonophus compressus

Kenanga Cananga odorata

Bungur Lagerstromia loudonii

Sapu tangan Maniltoa grandiflora

Cempaka Michelia campaca

Ketapang Terminalia catappa

Sumber : PT. SBS, Tahun 2016

Penghijauan dilakukan dalam rangka pengelolaan lingkungan berdasarkan


parameter biofisik serta estetika lingkungan. Tanaman akan ditanam di sepanjang jalan
internal, lokasi – lokasi fasilitas sosial, sedangkan tanaman dengan fungsi estetika dan
penangkap debu ditanam di sekeliling area Industri Farmasi Agro Medika (Industri
Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri
Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS dan area penghijauan.

B.4.5.7. Pembuatan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)

Pada saat operasi kegiatan Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi,
Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan
Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS, volume air limbah yang dihasilkan sekitar 14.710,4
m3/hari. Air limbah dari proses produksi, pencucian/pembersihan peralatan, ruangan
Commented [SH4]: Karakteristik kandungan limbah cair
dan water treatment kegiatan domestik karyawan dialirkan melalui saluran pipa berbeda proses produksi tiap2 produk perlu minta data dari pemrakarsa

menuju inststalsi pengolahan limbah.


Teknologi proses pengolahan air limbah kegiatan Industri Farmasi Agro Medika
(Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan
Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS akan menggunakan sistem
pengolahan limbah spa/regenerasi.

Mixing

Penguraian

Sedimentasi

pengendapan

Sludge Filtrasi

penyaringan

Aerasi

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-49


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

Overflow
Badan Penerima

Gambar II-11. Bagan alir proses pengolahan limbah cair domestik/produksi

Masing-masing limbah/air buangan dari sumber yang berbeda akan memiliki bak
penampungan sendiri, namun proses pengolahannya akan disatukan/dicampurkan dalam
IPAL yang sama. Pipa untuk menyalurkan air buangan terbuat dari bahan yang kuat
sehingga mampu melawan tekanan air didalam pipa saluran air limbah. Pemrakarsa akan
membangun instalasi pengolahan air limbah (IPAL) dengan luas 420 m 2 dengan kedalaman
5 m.

B.4.5.8. Pembuatan Tempat Pengumpulan Sampah (TPS)

1) Tempat Pengumpulan Sampah Sementar (TPSS)

Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPSS) Industri Farmasi Agro Medika


(Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan
Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS dibuat dalam satu unit bangunan
yang berlokasi di belakang bangunan utama. Bangunan TPSS dibuat secara tertutup yang
terdiri dari tiga bagian, yakni untuk sampah organik, anorganik dan limbah padat B3
dengan kapasitas yang memadai, selain itu setiap ruang akan ditempatkan satu tempat
sampah dengan volum @ 1 kg. Sistem pengelolaan sampah, pengelola akan menerapkan
sistem 3R (Reduce, Reuse and Recyle), seperti mengolah sampah organik menjadi kompos,
sehingga sampah yang dibuang keluar lokasi hanya berupa residu yang bertujuan untuk
mengurangi debit pembuangan sampah ke TPA. Luas area 3R dialokasikan seluas 22 m 2 ,
namun tetap dapat diakses oleh Petugas Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten
Bogor.

TPS akan ditempatkan pada setiap ruangan dengan tujuan pengambilan sampah oleh
petugas kebersihan yang kemudian diangkut ke TPSS. Dalam teknis pengelolaan sampah
pada TPS dan TPSS, pengelola mengacu SNI 03-3243-2008 tentang Tata Cara Pengelolaan
Sampah Permukiman, teknis operasional penanganan sampah di sumber meliputi;
menerapkan pemilahan sampah organik dan non organik serta menerapkan teknik 3R di
sumber dan TPS.

2) Pengumpulan Sampah Padat


a) Organik dan Anorganik
Pengumpulan sampah dilakukan dengan membagi sumber penghasil sampah yang
diambil oleh petugas kebersihan secara rutin setiap hari kemudian dikumpulkan pada
TPSS khusus non B3 yang dipilah antara sampah organik dan anorganik. Limbah padat
yang dihasilkan oleh kegiatan industri ini berasal dari sumber antara lain :

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-50


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

a. Produk serbuk atau granul instan kadaluarsa


b. Kegiatan produksi meliputi debu bahan-bahan formula yang terkumpul dari Dust
Collector dan Vaccum Cleaner, bekas kemasan bahan baku,pembantu dan kemasan
yang rusak
c. Kegiatan laboratorium meliputi sampah media agar dan sampel kadaluarsa
d. Kegiatan kantin karyawan berupa kotoran atau sampah dapur
e. Kegiatan administrasi perkantoran berupa arsip-arsip kadaluarsa
f. Sampah kebun atau halaman

Volume sampah non B3 pada tahap operasional diperkirakan sebanyak 5,21 m 3/hari.
selanjutnya setiap hari diambil oleh petugas kebersihan dan dikumpulkan di TPSS khusus
sampah organik dan anorganik. Total volume sampah organik dan anorganik pada tahap
operasional diprakirakan sebanyak 5,21 m3/hari (Perhitungan berdasarkan Kepmen
Kimpraswil No. 534/Kpts/M/2001 tentang Pedoman Penentuan Standar Pelayanan
Minimal Bidang Penataan Ruang Perumahan, Permukiman dan Pekerjaan Umum).
Pengelolaan sampah dilakukan dengan cara pemilahan jenis sampah organik dan
anorganik sesuai aturan, anjuran dan S.O.P dalam pengelolaan sampah.

Dalam pengelolaan sampah, pemrakarsa mengacu Undang-undang Nomor 8 Tahun


2008 tentang Pengelolaan Sampah dengan prinsip pengelolaan; Batasi sejak dari sumber,
Pilah dan olah di sumber dan/atau di TPS untuk dimanfaatkan, Kumpul dari sumber dan
TPS secara terpilah, Angkut dari sumber dan TPS ke tempat pengolahan, TPST, atau TPA
secara terpilah, Olah di tempat pengolahan dan/atau di TPST untuk dimanfaatkan.

b) Limbah B3

Limbah padat B3 sisa produksi berupa sisa granul, bahan baku rejected, produk
jadi rejected, debu dari dust collector. Limbah tersebut dimusnahkan dengan double
burner incerinator. Dengan pembakaran ganda, asap sisa pembakaran tidak lagi
mengandung bahan berbahaya yang bisa mencemari udara. Sedangkan untuk limbah B3
Commented [SH5]: Perlu dikonfirmasikan ke pemrakarsa
yang bukan dari kegiatan produksi, seperti oli bekas perawatan kendaraan operasional
dan oli bekas perawatan mesin genset (prakiraan sebesar 120 liter/3 bulan), bekas
kemasan minyak pelumas (prakiraan 1 kg/bulan) dan lampu TL/neon bekas (prakiraan
sekitar 45 buah/bulan) akan dilakukan pengelolaan dengan bekerjasama antara
pengelola dengan mitra berizin dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
serta perlakuan pengolahan sampah sesuai peraturan berlaku.

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-51


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

Mengingat jumlah timbulan limbah B3 tidak signifikan, maka pengelola berencana


akan melakukan kerjasama dengan pihak pengepul limbah B3 maupun pihak ketiga
disekitar lokasi kegiatan yang memproduksi limbah B3 lebih banyak, misalnya kerjasama
dengan bengkel, sehingga tidak ada limbah B3 yang dibuang ke TPA. Luas area limbah B3
dialokasikan seluas 4 m2 yang berlokasi dibelakang bangunan utama, namun tetap dapat
diakses oleh mitra/pihak ketiga yang bekerjasama.

Dalam pengangkutan sampah dari TPSS menuju TPA, pengelola akan berkoordinasi
terlebih dahulu dengan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Bogor dalam hal
jumlah volume sampah dan daya angkut serta ritasi mobil truk pengangkut sampah yang
akan disiapkan. Dalam meminimalisir adanya air lindi (leachate) dari sampah yang
terkumpul di TPSS, pihak pengelola akan melapisi semua tong sampah pada ruangan
dengan plastik serta memberikan penyuluhan/himbauan kepada seluruh karyawan dan
pengunjung supaya membuang sampah ke tempat yang telah disediakan, baik pada tempat
sampah organik, anorganik maupun B3 yang disediakan dengan dilengkapi kantong plastik
yang kedap air dan tidak bocor. Dengan demikian diharapkan tidak adanya pencemaran
lingkungan serta aroma bau yang tidak sedap dari ceceran air lindi sampah yang akan
diangkut dari TPSS menuju TPA.

Dalam penanganan sampah, pengelola akan mengacu pada Peraturan Pemerintah


Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis
Sampah Rumah Tangga serta pada S.O.P dalam melakukan penanganan sampah.

B.4.5.9. Area Parkir Kendaraan

Lokasi parkir disediakan di halaman Industri Farmasi Agro Medika (Industri


Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri
Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) akan menyediakan parkir di dalam lokasi kegaitan.
Tempat parkir berada di depan kantor utama. Diesediakan roda empat 36-84 SRP dan roda
dua 24-36 SRP. Dengan total area parkir seluas 94.487 m 2. Penyedia area perparkiran
mengacu pada pedoman teknis penyelenggaraan Fasilitas Parkir Keputusan Dirjen
Perhubungan Darat Nomor 272/HK.105/DRJD/96 dan Standar Pelayana perparkiran,
BSTP 2009 serta hasil analisis dampak lalu lintas.
Tempat parkir akan dilengkapi dengan rambu-rambu, pintu keluar masuk,
penerangan yang memadai serta penempatan petugas khusus perparkiran akang mengacu
rekomendasi saran teknis lalu lintas dari DLLAJ Kabupaten Bogor.

B.4.5.10. Penerangan Jalan


Penyediaan PJU mengacu pada SNI 7391:2008 tentang rekomendasi untuk
pencahayaan bagi pejalan kaki dan kendaraan bermotor. Jumlah energi listrik untuk
penerangan jalan umum (PJU) akan dialokasikan dari daya listrik yang terpasang, dimana
pengelola akan berkoordinasi terlebih dahulu dengan Dinas Energi dan Sumber Daya
Mineral Kabupaten Bogor sesuai rekomendasi di dalam SK Bupati tentang Izin

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-52


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

Lokasi yang diberikan kepada PT. SBS serta berkoordinasi dengan pemerintahan Desa
Cinagara mengenai lokasi penempatan titik lampu untuk penerangan jalan umum (PJU)
bagi pejalan kaki dan/atau bagi pengendara kendaraan.

B.4.5.11. Pengadaan Sumber Energi

Untuk memenuhi sumber energi pada kegiatan konstruksi fisik bangunan,


penyediaan kebutuhan di suplai dari PLN Distribusi Jabar Banten yang akan dibangun
gardu listrik di dalam area Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi, Industri
Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal
“Herb Infusion”) PT. SBS dengan rencana kapasitas pasang 500 kVA. Untuk langkah
antisipasi jika terjadi pemadaman listrik PT. SBS menyediakan Ruang Genset untuk
memenuhi kebutuhan listrik dengan rencana total kapasitas Genset adalah 500 kVA (2 unit).

Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan listrik pada pengoperasian Industri Farmasi


Agro Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman
Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) akan di suplai dari PLN distribusi
Jabar Banten. Gardu panel PLN akan ditempatkan pada sebuah bangunan gardu induk
khusus ruang panel kelistrikan yang akan dibangun di dalam area basement dan lokasinya
tergambar pada pra site plan dengan perkiraan rencana total kapasitas terpasang sekitar ±
2.770.000 kVA.

Selain itu pihak pengelola juga menyediakan 2 genset untuk keadaan darurat dengan
daya kapasitas masing - masing 500 kVA yang lokasinya akan digambarkan pada pra site
plan.

Tabel II-18. Kebutuhan Energi Listrik Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi,
Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri
Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS
No. Penggunaan Sumber Kapasitas Keterangan

A. Konstruksi Fisik PLN ± 500 kVA - Dibantu oleh Genset


apabila diperlukan
B. Operasional pemakaiannya,
1. Penerangan Lokasi PLN ± 150 kVA sebanyak 2 unit
dengan daya @ 500
2. Listrik 2.770.000 VA 118,77 Kwh/Bln
kVA
3. Gas 36.000 – 43.000 m3 7.361 m3/Bln
4. Fasilitas umum / PLN ± 300 kVA PJU, parkir, dll
utilitas, parkir, dll
Sumber : PT. SBS, Tahun 2016

B.4.5.12. Rambu Lalu Lintas


Perambuan lalu lintas dibuat dan dipasang untuk mengantisipasi dampak lalu lintas
di depan lokasi kegiatan dengan mengacu pada Analisis Dampak Lalu Lintas.

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-53


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

Untuk mengantisipasi meningkatnya tarikan lalu lintas yang akan menimbulkan


pembebanan pada ruas jalan raya Bogor – Sukabumi, khususnya hari libur, maka pengelola
akan menyediakan sistem shutlle bus dan akan menyediakan mess dan/atau bus untuk
karyawan dan akan menempatkan petugas khusus perparkiran yang ditempatkan pada
pintu masuk keluar lokasi PT. SBS untuk mengantisipasi dan mengurangi konflik lalu
lintas. Dalam setiap pelaksanaan yang terkait dengan antisipasi dampak lalu lintas
pengelola akan selalu berkoordinasi dengan dinas lalu lintas dan angkutan jalan kabupaten
bogor.

B.4.5.13. Akses Keluar – Masuk


Akses keluar masuk lokasi kegiatan Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi,
Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan
Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS dibangun untuk mendukung kegiatan pada tahap
operasional. Pembuatan akses keluar masuk lokasi kegiatan diperuntukan bagi penghuni,
tamu, pengunjung, kendaraan pelayanan dan pemadam kebakaran. Akses keluar masuk
lokasi kegiatan akan dilengkapi dengan rambu atau tanda arah untuk masing-masing pintu
(arah keluar dan arah masuk lokasi) untuk menjamin keselamatan pengendara yang akan
masuk ataupun yang mau keluar lokasi kegiatan.

Akses keluar masuk akan dibuat dengan perencanaan yang sesuai pada pra site plan
serta akan berkoordinasi dengan DLLAJ Kabupaten Bogor. Akses keluar masuk lokasi
kegiatan langsung menuju dengan jalan raya Bogor – Sukabumi. Akses keluar masuk lokasi
dibuat 2 (dua) akses, yakni untuk akses masuk dan untuk akses keluar, dengan tujuan
mempermudah aksesibilitas menuju dan keluar lokasi kegiatan.

Akses keluar masuk dibangun dengan perkerasan Paving Block dengan tujuan tidak
kedap air dan mengurangi limpasan air (run off) hujan pada musim penghujan lebih cepat
meresap kedalam tanah. Teknis pembangunan dan penempatan akses keluar masuk lokasi
kegiatan akan mengacu kepada saran dan rekomendasi dari hasil laporan Analisis Dampak
Lalu Lintas (ANDALALIN) yang dilakukan oleh DLLAJ Kabupaten Bogor.

C. Tahap Operasi
C.1. Penerimaan Tenaga Kerja Operasi
Kegiatan pengelolaan dan pengoperasian Industri Farmasi Agro Medika (Industri
Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri
Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS akan memerlukan tenaga kerja dalam jumlah
besar, sehingga perlu dilakukan rekruitmen tenaga kerja. Diprakirakan jumlah tenaga kerja
yang akan direkrut oleh PT. SBS untuk mengelola, mengoperasikan dan memelihara
gedung. Selama kegiatan operasional Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi,
Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-54


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS berlangsung, diprakirakan


dibutuhkan tenaga kerja sebanyak 300 orang. Dalam pelaksanaannya rekruitmen tenaga
kerja diutamakan berasal dari masyarakat sekitar, khusunya Desa Cinagara umumnya
Kecamatan caringin pada tahap operasi diperkirakan sebesar 64% (192 orang) dan sisanya
merupakan pendatang sekitar 36% (108 orang). Perekrutan tenaga kerja operasi disesuaikan
dengan keahlian dan kualifikasi serta kebutuhan dalam kegiatan Industri Farmasi Agro
Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya
dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS.

Tabel II-19. Perincian perkiraan kebutuhan tenaga kerja operasional untuk Industri
Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat
Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal
“Herb Infusion”) PT. SBS
No Jenis Kegiatan Kapasitas Tenaga Kerja Keterangan
(Jumlah Orang) Local Pendatang

1 Produksi
Penyediaan Bahan Baku 10 5 5 -
Proses Farmasi Formulasi dan -
Tradisional 180 110 70
Penyimpanan Hasil Produksi 20 10 10 -
Validasi 6 4 2 -
2 Pengendalian Mutu
Sampling Bahan Baku dan Bahan -
Penolong 5 3 2
Pemeriksaan Selama Proses Produksi 5 3 2 -
Analisa Bahan Baku dan Bahan Penolong 4 3 1 -
Uji Stabilitas Hasil Produksi 4 3 1 -
Validasi 4 3 1
3 Kegiatan Lain
Recall Hasil Produksi di Bawah Standar 6 3 3 -
Penunjang (Administrasi, Kemasan, -
Teknisi dan lain – lain) 50 45 5
Jabatan Manajemen (Komisaris, Direktur -
Utama dan Manager 6 - 6
Jumlah 300 192 108
Sumber : PT. SBS, Tahun 2016

Dalam pelaksanaannya kegiatan Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi,


Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan
Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS beroperasi selama 6 hari dalam satu minggu yang terbagi
atas tiga shift dengan rincian sebagai berikut:

Shift 1 : pukul 06.00 – 14.00 WIB


Shift 2 : pukul 14.00 – 22.00 WIB
Shift 3 : pukul 22.00 – 06.00 WIB

C.2. Mobilisasi Peralatan dan Bahan Baku serta Bahan Penolong

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-55


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

C.2.1. Peralatan Yang Digunakan

Jenis Peralatan yang digunakan dalam proses produksi industri farmasi agro medika
(Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan
Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS disajikan pada Tabel II-20.

Tabel II-20. Jenis Peralatan yang Digunakan Pada Industri Agro Medika ((Industri
Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan
Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS
No Nama Alat Jumlah Asal Energi Jenis
Penggerak Dampak

1 Timbangan Digital 1 Unit Jerman - -


2 Timbangan Manual 1 Unit Indonesia - -
3 Compressor 2 Unit USA Listrik Bising
4 Air Dryer Compressor 1 Unit USA Listrik Bising
5 Hydrant Plant 1 Unit Jepang - Bising
6 Water Treatments System Unit 1 Unit Malaysia Listrik Bising
7 Tangki Storge Raw Water 8 Unit Malaysia - -
8 Burner 2 Unit Malaysia - Bising
9 Tangki Storage Agypes 5 Unit Malaysia - -
10 Tangki Storage Mixer Produk 8 Unit Malaysia - Bising
11 Tangki Pelarut Gula 2 Unit Indonesia - Bising
12 Mesing Pengisian Can 320 ml 2 Unit Jerman Listrik Bising
13 Tangki Storage N2 1 Lot Perancis - Bising
14 Cooling Tower 4 Unit Taiwan Listrik Bising
15 Steam Boiler 1 Unit Yunani Listrik Bising
16 Coding Carton DOD 303 1 Unit Italy Listrik Bising
17 Batch Number Stanp 1 Unit - Listrik Bising
18 Blowing 02 Can 2 1 Unit - Listrik Bising
19 Checkmat Can 2 2 Unit - Listrik Bising
20 Container Conveyor Can 2 1 Unit - Listrik Bising
21 Cooling Tunnel Can 2 1 Unit - Listrik Bising
22 Filler Can 2 1 Unit - Listrik Bising
23 Grafity Rinser Can 2 1 Unit - Listrik Bising
24 Kattner Pressant Can 2 1 Unit - Listrik Bising
25 Kattner Wrapapac 01/02 Can 2 2 Unit - Listrik Bising
26 Packing Conveyor Can 2 1 Unit - Listrik Bising
27 Pallet Conveyor 2 1 Unit - Listrik Bising
28 Seamer Can 2 1 Unit - Listrik Bising
29 Container Conveyor Can 1 Unit - Listrik Bising
30 Container Depalletiser Can 3 1 Unit - Listrik Bising
31 Cooling Tunnel Can 3 1 Unit - Listrik Bising
32 Drying System Oem 2 Can 3 1 Unit - Listrik Bising
33 Filler Can 3 2 Unit - Listrik Bising
34 GEA 01 Can 3 2 Unit - Listrik Bising

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-56


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

No Nama Alat Jumlah Asal Energi Jenis

Penggerak Dampak

35 LDS C3 1 Unit - Listrik Bising


36 LID Feed Unit Can 3 1 Unit - Listrik Bising
37 Line Filling Can 3 1 Unit - Listrik Bising
38 Palletiser Can 3 1 Unit - Listrik Bising
39 Shring Wrapter Can 3 1 Unit - Listrik Bising
40 Thermal Produck Treatment Can 3 1 Unit - Listrik Bising
41 Canlid Feed Unit Can 3 1 Unit - Listrik Bising
42 Clcaning Sistem/Clip Line Can 4 1 Unit - Listrik Bising
43 Container Conveyor Can 4 1 Unit - Listrik Bising
44 Container Depalletizer Can 4 1 Unit - Listrik Bising
45 Cooler Can 4 2 Unit - Listrik Bising
46 Drying Sistem Oem 3-01 C4 2 Unit - Listrik Bising
47 Empty Can Inspector Can 4 1 Unit - Listrik Bising
48 LDS C4 1 Unit - Listrik Bising
49 Packer 1 Unit - Listrik Bising
50 Palletizer Can 4 1 Unit - Listrik Bising
51 Pressure Detector Can 4 1 Unit - Listrik Bising
52 Rinser Can 4 1 Unit - Listrik Bising
53 Seamer Can 4 1 Unit - Listrik Bising
54 UPS Can 4 1 Unit - Listrik Bising
55 Carbon Active Filter 8 Unit - Listrik Bising
56 Cartridge Air Dryer Walker 14 Unit USA Listrik Bising
57 Comp Screw Atlas 6 Unit Belgia Listrik Bising
58 Camp Sullair 2 Unit USA Listrik Bising
59 De Lonised Water/ Reverse 2 Unit Indonesia Listrik Bising
Osmosis
60 EXH S4 Centrifugal 19 Unit - Listrik Bising
61 EXH S4 Wall Fan 10 Unit - Listrik Bising
62 EXH S4 D Centrifugal 8 Unit - Listrik Bising
63 EXH S4 JO Wall Fan 13 Unit - Listrik Bising
64 Fire Hydrant 4 Unit - Listrik Bising
65 Garmin Ray Emite AM 241 1 Unit - Listrik Bising
66 Genset 2 Unit - Listrik Bising
67 Air Dryer Sullair 1 Unit USA Listrik Bising
68 GB TM, S4 D Can 2 01 Mix Gula 2 Unit - Listrik Bising

C.2.2. Bahan Baku dan Bahan Penolong

Bahan Baku dan Bahan Penolong yang digunakan dalam proses produksi Industri
Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri
Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS. Bahan Baku
dan Bahan Penolong Proses Produksi disajikan pada Tabel II-21. dan Tabel II-22.

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-57


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

Tabel II-21. Bahan Baku Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi, Industri Produk
Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal
“Herb Infusion”) PT. SBS
No Nama Bahan Satuan Kapasitas Bentuk Sifat Bahan Cara Simpan
Pertahun

1 Gypsum Fibrosum kg 138.062 Padat Tidak Berbahaya Ruang AC


2 Glcareus Spar kg 0 Padat Tidak Berbahaya Ruang AC
3 Saccharosa kg 9.142.421 Padat Tidak Berbahaya Ruang AC
4 Comu Antelopsis kg 286 Padat Tidak Berbahaya Ruang AC
5 Taurine kg 47.627 Padat Tidak Berbahaya Ruang AC
6 Caffein Anhidrat kg 2.385 Padat Tidak Berbahaya Ruang AC
7 Thiamin ACL g 120.027 Padat Tidak Berbahaya Ruang AC
8 Riboflavin Sodium g 136.031 Padat Tidak Berbahaya Ruang AC
Phospat
9 Piridoksin HCI g 240.054 Padat Tidak Berbahaya Ruang AC
10 Niacinamida g 856.193 Padat Tidak Berbahaya Ruang AC
11 Inositol kg 2.385 Padat Tidak Berbahaya Ruang AC
12 Jus Guava kg 110.605 Cair Tidak Berbahaya Ruang Beku
13 Bulir Jeruk kg 375.227 Padat Tidak Berbahaya Ruang Sejuk
14 Cansentrat Orange kg 138.626 Cair Tidak Berbahaya Ruang AC

Tabel II-22. Bahan Penolong Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi, Industri
Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri
Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS
No Nama Bahan Satuan Kapasitas Bentuk Sifat Bahan Cara Simpan
Pertahun

1 Asam Askorabat kg 2.719 Padat Tidak Berbahaya Ruang AC


2 Gum kg 1.860 Padat Tidak Berbahaya Ruang AC
3 Kalium Sitrat kg 11.060 Padat Tidak Berbahaya Ruang AC
4 Asam Sitrat kg 34.206 Padat Tidak Berbahaya Ruang AC
Monohidrat
5 Sodium Sitrat kg 808 Padat Tidak Berbahaya Ruang AC
6 Sodium Chlorida kg 2.168 Padat Tidak Berbahaya Ruang AC
7 Sodium Siklamat kg 4.345 Padat Tidak Berbahaya Ruang AC
8 Sodium Benzoat kg 4.529 Padat Tidak Berbahaya Ruang AC
9 Potasium Sorbat kg 2.289 Padat Tidak Berbahaya Ruang AC
10 Etil Maltol kg 192 Cair Berbau Ruang AC
11 Madu kg 4.297 Cair Tidak Berbahaya Ruang AC
12 Sorbitol Liquid kg 183.385 Cair Tidak Berbahaya Ruang AC
13 Kaleng/ Can pcs 375.755.952 Padat Tidak Berbahaya Gudang Tertutup
14 Karton pcs 15.656.498 Padat Tidak Berbahaya Gudang Tertutup
15 Lem kgg 36.075 Padat Tidak Berbahaya Gudang Tertutup

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-58


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

C.3. Proses Produksi


1) Proses Produksi Minuman Penyegar (Larutan Penyegar Cap Badak)

Penimbangan

Sortasi dan Pencucian

Ekstraksi

Pencampuran Akhir

Pengisian

Penomoran Bets dan Daluarsa

Pengemasan Karton

Penomoran Bets dan Daluarsa

Produk Jadi (Gudang)

Gambar II-12. Flow Chart Produksi Minuman Penyegar (Larutan Penyegar Cap Badak)

Proses Pembuatan Minuman Penyegar (Larutan Penyegar Cap Badak)

Pertama-tama Periksa kebenaran bahan dan lakukan penimbangan sesuai formula,


sortir dan cuci bahan baku simplisia, lalu keringkan, selanjutnya masukan kedalam
Ekstraktor dengan bahan bahan yang dimasukkan seperti Gypsum fibrosum, Galcareous Spar
dan Air kemudian dilakukan proses Ekstraksi

Selanjutnya Masukan Ekstrak Simplisia kedalam Tangki Mixer 9.000 L, genapkan


volume dengan air sampai 9.000 L, kemudian jalankan mixer sampai homogen, setelah itu
lakukan penyinaran dengan sinar UV, lalu isi produk kedalam botol PET 200 mL atau botol
PET 500 mL.

Kemudian Berikan penandaan nomor bets dan batas daluarsa pada botol, selanjutnya
Kemas botol kedalam karton isi 48 botol untuk kemasan 200 mL dan Isi 24 botol untuk
kemasan 500 mL, yang telah diberi penandaan nomor bets dan batas daluarsa, selanjutnya
produk siap dikirim ke gudang.

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-59


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

2. Proses Produksi Minuman Penyegar (Lasegar)

Penimbangan

Sortasi dan Pencucian

Ekstraksi

Pencampuran Akhir

Pengisian

Penomoran Bets dan Daluarsa

Pengemasan Karton

Penomoran Bets dan Daluarsa

Produk Jadi (Gudang)

Gambar II-13. Flow Chart Produksi Minuman Penyegar (Lasegar)

Proses Pembuatan Minuman Penyegar (Lasegar)

Pertama-tama Periksa kebenaran bahan dan lakukan penimbangan sesuai formula,


sortir dan cuci bahan baku simplisia, lalu keringkan, selanjutnya masukan kedalam
Ekstraktor dengan bahan bahan yang dimasukkan seperti Phyllanthi Herba, Sericocalycis
dan Air kemudian dilakukan proses Ekstraksi

Selanjutnya Masukan Ekstrak Simplisia kedalam Tangki Mixer 9.000 L, genapkan


volume dengan air sampai 9.000 L, kemudian jalankan mixer sampai homogen, setelah itu
lakukan penyinaran dengan sinar UV, lalu isi produk kedalam botol PET 200 mL atau botol
PET 500 mL.

Kemudian Berikan penandaan nomor bets dan batas daluarsa pada botol, selanjutnya
Kemas botol kedalam karton isi 48 botol untuk kemasan 200 mL dan Isi 24 botol untuk
kemasan 500 mL, yang telah diberi penandaan nomor bets dan batas daluarsa, selanjutnya
produk siap dikirim ke gudang

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-60


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

3. Proses Produksi Minuman Penyegar (Lasegar Espe All Variant)

Penimbangan

Sortasi dan Pencucian

Ekstraksi

Pencampuran Akhir

Pengisian

Penomoran Bets dan Daluarsa

Pengemasan Karton

Penomoran Bets dan Daluarsa

Produk Jadi (Gudang)

Gambar II-14. Flow Chart Produksi Minuman Penyegar (Lasegar Espe All Variant)

Proses Pembuatan Minuman Penyegar (Lasegar Espe All Variant)

Pertama-tama Periksa kebenaran bahan dan lakukan penimbangan sesuai formula,


sortir dan cuci bahan baku simplisia, lalu keringkan, selanjutnya masukan kedalam
Ekstraktor dengan bahan bahan yang dimasukkan seperti Gypsum Fibrosum, Menthae
Arvensidis Herba, Sericocalycis Folium, Gula, Asam Sitrat Monohidrat, Perisa dan Air
kemudian dilakukan proses Ekstraksi

Selanjutnya Lalutrakan bahan-bahan Asam Sitrat Monohidrat dan Gula dengan air
pada tangki 9.000 L, kemudian tambahkan ekstrak simplisia, perisa dan genapkan volume
campuran dengan air sampai 9.000 L, jalankan mixer sampai homogen.

Lalu lakukan pasteurisasi produk, selanjutnya isi produk kedalam aluminium can
kemudian tambahkan nitrogen cair, Selanjutnya tutup dan press.

Kemudian Berikan penandaan nomor bets dan batas daluarsa pada bawah can,
selanjutnya Kemas can kedalam karton isi 24 can yang telah diberi penandaan nomor bets
dan batas daluarsa, selanjutnya produk siap dikirim ke gudang.

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-61


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

4. Proses Produksi Minuman Penyegar (Lalurtan Penyegar Espe All Variant)

Penimbangan

Sortasi dan Pencucian

Ekstraksi

Pencampuran Akhir

Pengisian

Penomoran Bets dan Daluarsa

Pengemasan Karton

Penomoran Bets dan Daluarsa

Produk Jadi (Gudang)

Gambar II-15. Flow Chart Produksi Minuman Penyegar (Larutan Penyegar Espe All
Variant)

Proses Pembuatan Minuman Penyegar (Larutan Penyegar Espe All Variant)

Pertama-tama Periksa kebenaran bahan dan lakukan penimbangan sesuai formula,


sortir dan cuci bahan baku simplisia, lalu keringkan, selanjutnya masukan kedalam
Ekstraktor dengan bahan bahan yang dimasukkan seperti Gypsum Firosum, Calcareous
Spar Cornu Antelopis dan Air kemudian dilakukan proses Ekstraksi

Selanjutnya Lalutrakan bahan-bahan Asam Sitrat Monohidrat dan Gula dengan air
pada tangki 9.000 L, kemudian tambahkan ekstrak simplisia, perisa dan genapkan volume
campuran dengan air sampai 9.000 L, jalankan mixer sampai homogen.

Lalu lakukan pasteurisasi produk, selanjutnya isi produk kedalam aluminium can
kemudian tambahkan nitrogen cair, Selanjutnya tutup dan press.

Kemudian Berikan penandaan nomor bets dan batas daluarsa pada bawah can,
selanjutnya Kemas can kedalam karton isi 24 can yang telah diberi penandaan nomor bets
dan batas daluarsa, selanjutnya produk siap dikirim ke gudang.

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-62


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

5. Proses Produksi Makanan dan Miniman mengandung herbal (Teangin Cap


Badak)

Penimbangan

Sortasi dan Pencucian

Ekstraksi

Pencampuran Akhir

Pengisian

Penomoran Bets dan Daluarsa

Pengemasan Karton

Penomoran Bets dan Daluarsa

Produk Jadi (Gudang)

Gambar II-16. Flow Chart Produksi Makanan dan Minuman mengandung Herbal (Teangin
Cap Badak)

Proses Pembuatan Minuman Penyegar (Larutan Penyegar Espe All Variant)


Pertama-tama Periksa kebenaran bahan dan lakukan penimbangan sesuai formula,
sortir dan cuci bahan baku simplisia, lalu keringkan, selanjutnya masukan kedalam
Ekstraktor dengan bahan bahan yang dimasukkan seperti Herba Lopatheri, Herba
Menthae, Folium Mori, Folium Perillae, Folium Orthosiphon, Radix Glycyrrhizae, Radix
Ophiopqgonis, Fructus Momordiacea Grosvenori, Flos Chrysanthami dan Air kemudian
dilakukan proses Ekstraksi
Selanjutnya Lalutrakan bahan-bahan Gula dengan air pada tangki 9.000 L, kemudian
tambahkan ekstrak simplisia, pewarna caramel dan genapkan volume campuran dengan
air sampai 9.000 L, jalankan mixer sampai homogen.
Lalu lakukan pasteurisasi produk, selanjutnya isi produk kedalam aluminium can
kemudian tambahkan nitrogen cair, Selanjutnya tutup dan press.
Kemudian Berikan penandaan nomor bets dan batas daluarsa pada bawah can,
selanjutnya Kemas can kedalam karton isi 24 can yang telah diberi penandaan nomor bets
dan batas daluarsa, selanjutnya produk siap dikirim ke gudang.

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-63


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

6. Proses Produksi Makanan dan Miniman mengandung herbal (Zhenzhu Liang Teh
Cap Pistol)

Penimbangan

Sortasi dan Pencucian

Ekstraksi

Pencampuran Akhir

Pengisian

Penomoran Bets dan Daluarsa

Pengemasan Karton

Penomoran Bets dan Daluarsa

Produk Jadi (Gudang)

Gambar II-17. Flow Chart Produksi Makanan dan Minuman mengandung Herbal
(Zhenzhu Liang Teh Cap Pistol)

Proses Pembuatan Minuman Penyegar (Zhenzhu Liang Teh Cap Pistol)


Pertama-tama Periksa kebenaran bahan dan lakukan penimbangan sesuai formula,
sortir dan cuci bahan baku simplisia, lalu keringkan, selanjutnya masukan kedalam
Ekstraktor dengan bahan bahan yang dimasukkan Fructus Momordicae, Flos
Chrysanthemi, Flos Lonicerae, Spica Prunellae, Folium Mori, Folium Schizonepetae, Folium
Mesona, Rhizoma Imperatae, Radix Glycyrrhizae dan Air kemudian dilakukan proses
Ekstraksi
Selanjutnya Lalutrakan bahan-bahan Gula dengan air pada tangki 9.000 L, kemudian
tambahkan ekstrak simplisia dan genapkan volume campuran dengan air sampai 9.000 L,
jalankan mixer sampai homogen.
Lalu lakukan pasteurisasi produk, selanjutnya isi produk kedalam aluminium can
kemudian tambahkan nitrogen cair, Selanjutnya tutup dan press.
Kemudian Berikan penandaan nomor bets dan batas daluarsa pada bawah can,
selanjutnya Kemas can kedalam karton isi 24 can yang telah diberi penandaan nomor bets
dan batas daluarsa, selanjutnya produk siap dikirim ke gudang.

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-64


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

7. Proses Produksi Minuman sari buah Jus dalam Kemasan (Delipo Juice Jeruk)

Penimbangan

Pelarutan

Pencampuran Akhir

Pengisian

Penomoran Bets dan Daluarsa

Pengemasan Karton

Penomoran Bets dan Daluarsa

Produk Jadi (Gudang)

Gambar II-18. Flow Chart Produksi Minuman Sari Buah jus dalam kemasan (Delipo Juice
Jeruk)

Proses Pembuatan Minuman sari buah Jus dalam Kemasan (Delipo Juice Jeruk)

Pertama-tama Periksa kebenaran bahan dan lakukan penimbangan sesuai formula,


Selanjutnya Lalutrakan bahan-bahan seperti (Asam Askorbat, Sodium Sitrat, Kalium Sitrat,
Asam Sitrat Monohidrat, Betacaroten, Refined Sugar, Xanthan Gum, Juice Jeruk dan Air)
satu satu persatu ke dalam tangki mixer 9.000 L, jalankan mixer kemudian matikan. Lalu
tambahkan Perisa Jeruk, genapkan volume dengan air sampai 9.00 L, kemudian jalankan
mixer sampai homogen

Kemudian Lakukan Pasteurisasi Produk, dan Isikan produk kedalam Aluminiium


Can, selanjutnya tambahkan nitrogen cair, dan tutup dan press.

Kemudian Berikan penandaan nomor bets dan batas daluarsa pada bawah can,
selanjutnya Kemas can kedalam karton isi 24 can yang telah diberi penandaan nomor bets
dan batas daluarsa, selanjutnya produk siap dikirim ke gudang.

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-65


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

8. Proses Produksi Minuman sari buah Jus dalam Kemasan (Delipo Juice Jambu)

Penimbangan

Pelarutan

Pencampuran Akhir

Pengisian

Penomoran Bets dan Daluarsa

Pengemasan Karton

Penomoran Bets dan Daluarsa

Produk Jadi (Gudang)

Gambar II-19. Flow Chart Produksi Minuman Sari Buah jus dalam kemasan (Delipo Juice
Jambu)

Proses Pembuatan Minuman sari buah Jus dalam Kemasan (Delipo Juice Jambu)

Pertama-tama Periksa kebenaran bahan dan lakukan penimbangan sesuai formula,


Selanjutnya Lalutrakan bahan-bahan seperti (Asam Askorbat, Sodium Sitrat, Kalium Sitrat,
Asam Sitrat Monohidrat, Betacaroten, Refined Sugar, Xanthan Gum, Juice Jambu dan Air)
satu satu persatu ke dalam tangki mixer 9.000 L, jalankan mixer kemudian matikan. Lalu
tambahkan Perisa Jambu, genapkan volume dengan air sampai 9.000 L, kemudian jalankan
mixer sampai homogen

Kemudian Lakukan Pasteurisasi Produk, dan Isikan produk kedalam Aluminiium


Can, selanjutnya tambahkan nitrogen cair, dan tutup dan press.

Kemudian Berikan penandaan nomor bets dan batas daluarsa pada bawah can,
selanjutnya Kemas can kedalam karton isi 24 can yang telah diberi penandaan nomor bets
dan batas daluarsa, selanjutnya produk siap dikirim ke gudang.

Penyimpanan hasil produksi disimpan di Gudang Produk Jadi yang terpisah dari
gudang penyimpanan bahan baku/penolong, produk antara dan produk karantina. Hal ini
berlaku untuk semua produk, sehingga tidak terjadi kontaminasi silang.

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-66


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

Penyimpanan setiap jenis produk jadi dipisahkan antar jenis produk dan diatur sedemikian
rupa agar memenuhi prinsip First In First Out (FIFO).

C.3.5. Kepasitas Produksi


Berdasarkan Surat Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Pemerintahan Provinsi Jawa
Barat Nomor: 78/32/IP/PMDN/2014 dan Nomor Perusahaan : 11929, tentang Izin Prinsip
Penanaman Modal Dalam Negeri, bahwa kapasitas produksi Industri Farmasi Agro Medika
(Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan
Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS, disajikan pada Tabel II-23.

Tabel II-23. Kapasitas Produksi Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi,
Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan
Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS
No Jenis Produksi KBLI Satuan Kapasitas/ Keterangan
tahun
1 Makanan dan minuman 10762 Liter 100.000.000
mengandung herbal
2 Suplemen Makanan 10762 Liter 200.000.000
3 Minuman Penyegar 11090 Liter 345.000.000
4 Minuman Sari Buah Jus dalam 11090 Liter 300.000.000
Kemasan
5 Balsem 21012 Kg 2377.728
6 Carian Obat Luar/ Cairan Obat 21012 Liter 202.500
Luar
7 Salep Kulit 21012 Kg 207.360
8 Serbuk Non Antibiotik 21012 Kg 548.480
9 Sediaan dan Serbuk Instan 21022 Kg 15.700

Sumber: Izin Prinsi PT. SBS Nomor: 78/32/IP/PMDN/2014

D. Pemeliharaan Peralatan dan Bangunan serta Sarana Penunjang

D.1. Pemeliharaan Peralatan dan Bangunan

Kegiatan utama pengelola Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi, Industri
Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal
“Herb Infusion”) (building management) pada tahap operasi adalah kegiatan
maintenance/pemeliharaan masing-masing bangunan utama serta fasilitas penunjangnya.
Jenis dan fasilitas yang menjadi tanggung jawab pengelola dalam pemeliharaannya adalah
yang termasuk dalam kategori ruang bersama atau fasilitas umum seperti ruang umum,
ruang tangga, travelator, genset, pompa air, lantai, atap, talang air, tangga, saluran air, pipa,
instalasi listrik, intalasi telekomunikasi, instalasi AC, tanaman dan taman. Jenis-jenis
pekerjaan maintenance yang akan dilakukan meliputi :

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-67


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

1) Pengecekan dan pemeliharaan alat-alat mekanik dan elektrik. Jenis-jenis alat mekanik
yang dipelihara adalah genset, pompa air, mesin AC, ventilating, travelator dan
plumbing, sedangkan jenis alat elektrik meliputi: trafo, LVMBD/ SDB/PP, sound system,
MCFA, telephone/ MDF/server dan battery/accu.
2) Pemeliharaan taman, pemeliharaan jaringan air, pemeliharaan saluran drainase,
pemeliharaan STP serta kebersihan dan perawatan Industri Farmasi Agro Medika
(Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan
Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”), seperti pengecatan, pembersihan kaca
dan pengangkutan sampah. Pemeliharaan saluran drainase dilakukan dengan
pengerukan endapan dan sampah secara berkala.
3) Pemeliharaan sarana/alat pemadam kebakaran seperti fire extinguisher, boxs
hidrant,heat detector. Pemeriksaan alat-alat pemadam kebakaran dilakukan secara
berkala oleh pengelola Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi, Industri
Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal
“Herb Infusion”) dan instansi yang berwenang.

Dalam pelaksanaan kegiatan pemeliharaan dan pengelolaan Industri Farmasi Agro


Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya
dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS dilakukan oleh bagian khusus.
Program pemeliharaan bangunan dan fasilitas yang ada akan dibuat sedemikian rupa,
sehingga sarana dan fasilitas yang ada dapat berfungsi dengan baik.

D. 2. Pemeliharaan Sarana Penunjang

D.2.1. Pemeliharaan Sumur Resapan dan Drainase


Pengelolaan Sumur Resapan dan Drainase dilakukan dengan memonitoring seluruh
bak pantau yang terletak berdekatan dengan sumur resapan, jika sumur resapan melebihi
kuota, otomatis air berlebih akan keluar melalui drainse dan terbuang pada sungai yang
terletak dalam lokasi, sumur resapan dan drainase akan diawasi oleh 2 pegawai yang selalu
memeriksa keadaan sumur resapan dan membersihkan sampah pada drainase agar tidak
terjadi genangan air.

D.2.2. Pemeliharaan Mechanical dan Elektrical (M & E)


Pemeliharaan M&E dilakukan terhadap peralatan penunjang Industri Farmasi Agro
Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya
dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) yang menggunakan sumber listrik sebagai
energinya, seperti jaringan listrik, generator dan sebagainya. Pemeliharaan dilakukan oleh
tim M&E yang sudah memiliki keahlian menangani permasalahan listrik, selain itu
pemeliharaan M&E tersebut selalu berkoordinasi dengan pihak dari PLN.

D.2.3. Pemeliharaan Sarana Air Bersih

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-68


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

Kegiatan pemeliharaan sarana air bersih dilakukan dengan melakukan monitoring


terhadap jaringan pipa dari sumur tanah dalam, ground tank dan roof tank sebagai sumber
air yang didistribusikan pada bangunan utama, dan sarana prasarana. Selain itu
pemeliharaan sumber air bersih juga diarahkan pada kelancaran aliran air bersih menujun
titik-titik pengguna Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat
Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”)
dan kegiatan domestik lainnya.

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-69


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

Gambar II-20. Sistem Pengolahan Air (RO & E-DI)

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-70


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

D.2.4. Pemeliharaan Jaringan Telekomunikasi


Pemeliharaan jaringan telekomunikasi eksternal dilakukan oleh pengelola yaitu
melakukan kerjasama dengan PT. Telkom, tetapi walaupun demikian pihak manajemen
merekrut beberapa tenaga ahli yang berpengalaman di bidang pertelekomunikasian untuk
menjalankan dan melakukan perawatan (maintenance) secara rutin jaringan telekomunikasi
internal yang ada di Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat
Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”)
PT. SBS.

D.2.5. Pemeliharaan Sistem Keamanan dan Keselamatan


Pemeliharaan sistem keamanan PT. SBS secara umum didukung oleh petugas
keamanan dibantu CCTV (Closed Circuit Television). Kegiatan pemeliharaan meliputi
pemeliharaan terhadap semua sarana sistem keamanan Industri Farmasi Agro Medika
(Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan
Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) seperti sistem CCTV terdiri dari kamera (fixed
dan rotary), cable serta peralatan utama dan monitor TV yang ada di kantor satuan
pengamanan. Sedangkan pemeliharaan sistem keselamatan mengupayakan mengantisipasi
masalah kebakaran. Pemeliharaan dilakukan terhadap sarana keselamatan terhadap bahaya
kebakaran seperti tabung pemadam kebakaran, hydrant yang ada di dalam Industri Farmasi
Agro Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman
Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) dan halaman yang dihubungkan
dengan instalasi PDAM, sistem Alat Pemadam Api Ringan (APAR), sprinkler otomatis, fire
alarm, dan smoke detctor.

D.2.6. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Lalu Lintas


Pengelolaan rambu jalan akan dilakukan pihak manajemen PT. SBS. Pengelolaan
rambu jalan di lakukan setiap sebulan sekali dengan cara pemeriksaan rambu jalan dan jika
ada kerusakan maka pihak pengelola akan menganti supaya lalu lintas jalan yang ada di
sekitar lokasi kegiatan tetap lancar. Lahan parkir yang dibangun seluas sekitar 2.688,85 m 2
dirancang untuk dapat menampung kendaraan dengan kapasitas sebanyak 136 SRP (untuk
parkir kendaraan roda empat atau mobil).

D.2.7. Pemeliharaan Penghijauan


Penghijuan di sekitar lahan parkir dan taman dilakukan dengan menanam beberapa
jenis tumbuhan. Jenis tumbuhan yang ditanam dipilih dengan pertimbangan dapat
berfungsi sebagai peneduh dan penambah nilai estetika lingkungan. Perawatan taman akan
dilakukan 2 kali dalam satu tahun sekali, namun untuk penyiraman akan dilakukan setiap
hari jika hari tidak turun hujan.

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-71


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

E. Pengelolaan Limbah
E.1. Pengelolaan Limbah Padat
Sistem pengelolaan sampah, pengelola akan menerapkan sistem 3R (Reduce, Reuse and
Recycle), seperti mengolah sampah organik menjadi kompos, sehingga sampah yang
dibuang keluar lokasi hanya berupa residu yang bertujuan untuk mengurangi debit
pembuangan sampah ke TPA. Luas area 3R dialokasikan seluas 22 m2 yang berlokasi
dibelakang bangunan utama, namun tetap dapat diakses oleh petugas dari Dinas
Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Bogor.

Pengumpulan sampah dilakukan dengan membagi sumber penghasil sampah yang


diambil oleh petugas kebersihan secara rutin setiap hari kemudian dikumpulkan pada
TPSS khusus non B3 yang dipilah antara sampah organik dan anorganik. Sedangkan
sampah dari ruangan akan diatur dengan cara menempatkan tempat sampah di tiap
ruangan yang akan menjadi TPS bagi para penghuni dan pengunjung, selanjutnya setiap
hari diambil oleh petugas kebersihan dan dikumpulkan di TPSS khusus sampah organik
dan anorganik.

Tabel II-24. Perkiraan timbulan limbah padat kegiatan operasional Industri Farmasi Agro
Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri
Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT.
SBS
Asumsi Prakiraan Prakiraan
Uraian Sumber Limbah timbulan timbulan
No. Jumlah timbulan
Padat limbah padat limbah padat
(kg/hari)* (kg/hari) (m3/hari)

1. Tamu 100/org 2,5 250 0,25


2. Karyawan 300/org 2,5 1.653 1,65
3. Taman 261.526 m2 0,01 2.372 2,37
4. Jalan 94.487 m2 0,01 945 0,94
5.220 5,21
* Keterangan : Perhitungan berdasarkan Kepmen Kimpraswil No. 534/Kpts/M/2001 tentang Pedoman penentuan standar
pelayanan minimal bidang penataan ruang perumahan, permukiman dan pekerjaan umum

E.2. Pengelolaan Limbah B3


Khusus TPS untuk sampah B3 akan ditempatkan terpisah namun tetap berdekatan
dengan TPS sampah domestik (organik dan an-organik). Konstruksi TPS B3 akan mengikuti
ketentuan yang berlaku dan perizinan penyimpanan sementara limbah akan diproses
perizinannya kepada instansi berwenang. Limbah B3 tersebut akan
diserahkan/dikerjasamakan dengan pihak ketiga berizin dari MenLHK. Limbah B3 yang
diprakirakan timbul berupa oli bekas perawatan kendaraan operasional dan oli bekas
perawatan mesin genset (sebesar 120 liter/3 bulan), bekas kemasan minyak pelumas (1
kg/bulan) dan lampu TL/neon bekas (sekitar 30 - 45 buah/bulan). Sedangkan limbah padat
B3 sisa produksi berupa sisa granul, bahan baku rejected, produk jadi rejected, debu dari
dust collector dimusnahkan dengan double burner incerinator. Dengan

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-72


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

pembakaran ganda, asap sisa pembakaran tidak lagi mengandung bahan berbahaya yang
bisa mencemari udara. Commented [SH6]: Perlu dikonfirmasikan ke pemrakarsa

Tabel II-25. Perkiraan timbulan limbah B3 kegiatan operasional Industri Farmasi Agro
Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri
Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT.
SBS
No. Uraian Sumber Limbah B3 Uraian Limbah Jenis Jumlah Prakiraan
Limbah
1. Operasional dan perawatan Oli bekas Cair 120 liter/3 bulan
genset
2. Pemeliharaan genset dan Bekas kemasan minyak Padat 1 kg/bulan
kendaraan operasional pelumas dan kain majun
3. Operasional bangunan utama Lampu neon / TL bekas Padat 30 – 45 buah/bulan
dan sarana prasarana
sisa granul, bahan baku Bergantung jumlah
4. Sisa Produksi rejected, produk jadi Padat
rejected, debu dari dust produksi
collector

Gambar II-21. Bagan Alir Pengolahan Limbah B3 dan Non B3

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-73


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

E.3. Pengelolaan Limbah Cair

E.3.1. Sistem Kerja Pengolahan Limbah Spa/ Regenerasi

Pengolahan limbah regenerasi dilakukan pengecekan pH limbah pada bak regenerasi


sebelum air penarikan air ke bak mixing 9000 liter, jika pH air limbah tinggi (>9) maka
siapkan chemical HCI sedangkan jika pH air limbah rendah (< 6) maka siapkan chemical
NaOH untuk proses netralisasi air limbah. Kemudian tranfer air limbah dari bak regenerasi
menuju tangki 9000 liter menggunakan pompa celup dengan kapasitar 10 m 3/hari.
Selanjutnya dilakukan proses netralisasi yaitu air limbah yang sudah berada ditangki
mixing 900 liter di mixer bersamaan dengan penambahan chemical NCI/NaOH sesuai
dengan keadaan pH sebelumnya.

Air limbah yang sudah dimixing/netralisasi dan pH air netral (6 s/d 9) untuk
kemudian di alirkan menju tangki karbon filter dengan tujuan penyaringan air dengan
sludge yang terbawa oleh air limbah, Setelah selesai proses pengolahan air limbah
dlakukan dengan hasil pemeriksaan dari Lab IPAL yang menyatakan air limbah sudah
sesuai dengan baku butu maka air limbah dialirkan ke aquarium yang didalamnya
diberikan ikan sebagai indikator keberhasil. Proses pengaliran limbah regerasi ditujukan
pada Gambar II-20.

Gambar II-22. Bagan Alir Pengolahan Limbah Spa/Regenerasi

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-74


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

E.3.2. Sistem Kerja Pengolahan Limbah Cair Domestik


Terdapat tiga (3) prinsip pengolahan limbah cair pada kegiatan industri farmasi,
yaitu:
1) Pengolahan limbah primer, tujuan pengolahan limbah pada tahap ini menghilangkan
buangan yang tidak larut, ada empat tahap, yaitu:
• Screening pada tahap ini berisi usaha-usaha untuk mengurangi atau
menghilangkan bahan buangan besar seperti sampah, plastic, botol, kayu, barang
rongsokan lain berukuran besar. Untuk menghilangkan limbah ini dapat
menggunakan kasa atau ijuk.
• Canal longitudinal, benda-benda yang masih bisa melewati kas besi atau ijuk
(misalnya pasir) diendapkan dengan menggunakan semacam kanal yang bagian
bawahnya dibuat agak melebar.
• Penghilangan lemak,minyak dan sejenisnya. Tahap ini mempunyai prinsip bahwa
lemak, minyak dan sejenisnya memiliki berat jenis yang lebih kecil dari air sehingga
akan mengapung di bagian atas air. Untuk menghilangkan jenis kotoran ini, air
limbah dialirkan ke kolam yang berukuran relatif luas dan memiliki aliran rendah
dan tenang.
• Menghilangkan zat padat tersuspensi. Pada tahap ini dilakukan dengan cara
mengalirkan limbah cair kedalam suatu saluran yang dilengkapi dengan penyaring-
penyaring dari kasa yang diperuntukkan untuk menyaring zat tersuspensi.

2) Pengolahan limbah sekunder


• Prinsip pengolahan limbah pada tahap ini adalah untuk menghilangkan kontamina-
kontaminan lain yan tidak terproses pada pengolahan primer. Secara garis besar
kontaminan yang dapat dihilangkan dalam 3 macam yaitu padatan tersuspensi,
senyawa organic terlarut senyawa anorganik terlarut. Terdapat beberapa cara untuk
menghilangkan kontaminan-kontaminan ini dengan cara filtrasi sederhana,
penambahan suatu koagulator, penambahan arang aktif (terutama untuk
menurunkan kadar fenol).
3) Pengolahan limbah tersier
• Prinsip pengolahan ini adalah untuk menurunkan COD dan BOD serta
menambahkan oksigen terlarut (dissolved oxygen/DO). Terdapat beberapa metode,
baik secara fisik, biologis maupun mekanis-biologis. Secara fisik penambahan
oksigen terlarut dilakukan dengan menyemburkan udara bebas kedalam limbah
pada bak /kolam aerasi.

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-75


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

Secara biologis dlakukan dengan car menggunakan activated sludge, dimana


limbah dialirkan ke dalam bak/kolam penampungan, yang berisi mikroorganisme
yang akan merubah zat-zat organic menjadi biomassa (energy) dan gas CO2.
Sedangkan pengolahan secara mekanis-biologis dapat dilakukan dengan
menyemprotkan air limbah kepermukaan benda padat (misalnya lantai beton) yang
diberi mikroorganisme.

Limbah cair dari masing-masing bak penampungan dialirkan ke Instalasi Pengolahan


Limbah Sentral ditampung pada bak utama, disatukan dengan limbah lainnya, untuk
kemudian dialirkan ke bak 2 dan 3 yang berisi bakteri anaerob, kemudian dialirkan ke bak
4 untuk di aerasi dan penguraian oleh bakteri aerob, selanjutnya air pengolahan limbah
dialirkan ke bak sedimentasi, lalu ke bak yang berisi ikan sebagai indikator hayati.

Pengolahan limbah cair domestik akan menggunakan teknologi. Air limbah domestik
yang akan diolah di IPAL berasal dari kegiatan produksi, dan lainnya. Bagan alir proses
pengaliran air limbah domestik menuju IPAL ditunjukan pada Gambar II-21.
Air dari bak limbah domestik/ produksi di tarik menuju bak mixing dengan menggunakan
pompa celup untuk dilakukan proses mixing air limbah, selanjutnya air limbah yang
berada dalam bax mixing di aduk dengan menggunakan mixer untuk kemudian dilakukan
proses netralisasi yaitu pengecekan kembali pH pada limbah jika air limbah asam (pH air
dibawah 6) maka dilakukan adjust/ Penambahan NaOH hingga air limbah netral (pH air 6
s/d 9), jika air limbah basa (pH air diatas 9) maka dilakukan penambahan HCI hingga air
netral (pH air 6 s/d 9).

Proses selanjutnya setelah netralisasi adalah koagulasi yaitu langkah penambahan


chemical PAC yang tujuannya untuk memisahkan antara air dengan padatan-padatan
minyak, gula dan membentuk flok-flok pada proses mixing. dan flokulasi yaitu langkah
penambahan chemical kuriflock yang tujuannya untuk mengikat flok-flok yang terbentuk
dari proses koagulasi agar membentuk flok-flok yang lebih besar dan terpisah dari air.
Kemudian dilakukan proses sedimentasi yaitu proses pengendapan flok-flok yang
terbentuk saat proses mixing menjadi sludge/ lumpur.

Selanjutnya proses filtrasi yaitu proses penyaringan air limbah yang telah diolah dan
diendapkan dipastikan tidak ada sludge/ lumpur yang terbawa oleh air menuju bak aerasi.
Limbah cair yang telah difiltrasi kemudian dipompakan ke tangki reaktor untuk
dicampurkan dengan gas ozon dengan menggunakan venturi untuk kemudian dilakukan
sirkulasi di dalam tanki reaktor. Ozon yang masuk dalam tangki reaktor bereaksi
mengoksidasi senyawa organik dan membunuh bakteri pada limbah cair.

Kemudian proses berikutnya yaitu proses aerasi dan sirkulasi yaitu proses
penambahan udara/ oksigen ke dalam air dengan menggunakan compressor dan pompa

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-76


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

sirkulasi denga tujuan agar oksidasi biologi oleh mkroba berjalan dengan baik dan
menghasilkan kadar COD, BOD, dan pH air yang baik sesuai dengan ketentuan.

Selanjutnya dilakukan pengambilan sampel air limbah untuk pemerikaan COD, BOD
dan pH pada lab IPAL, kemudian setelah semua proses pengolahan air limbah dilakukan
dan dengan hasil pemeriksaan dari air limbah sudah sesuai baku mutu maka air limbah di
alirkan ke aquarium yang didalammnya diberikan ikan sebagai indikator keberhasilan,
setelah air limbah melalui aquarium maka air limbah yang telah memenuhi baku mutu
dialirkan ke bak outlet untuk dilepaskan ke badan air dengan sistem overflow yang
melewati flow meter outlet.

Gambar II-23. Bagan Alir Pengolahan Limbah Domestik/ Produksi

F. Distribusi Produk

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-77


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

Pengangkutan distribusi produk dilakukan dengan menggunakan truk untuk


wilayah Jabodetabek, sementara untuk wilayah indonesia. Distribusi tersebut dilakukan
menuju akses jalan Raya Bogor – Sukabumi 1 kemudian melalui tol jagorawi yang
dilakukan oleh pihak ke-3. Selain produk terdapat kegiatan pengakutan lainnya yang
terdiri atas pengakutan bahan penolong karyawan rincian angkut yang dimiliki PT. SBS
berserta jumlah ritasinya disajikan dalam Tabel II-26.

Tabel II-26. Kegiatan Pengangkutan Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi,
Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri
Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS
Penggunaan Jenis Kendraan Jumlah rit/hari

Bahan Penolong Mobil Container/Truk/Box 5


Hasil Produksi Mobil Container/Truk/Box 25
Karyawan Mobil Pribadi 10
Karyawan Kendaraan Roda 2 60
Transporter Limbah (padat, B3 dll) Mobil Container/Truk/Box 2

2.1.4. Alternatif Rencana Usaha dan/atau Kegiatan


2.1.4.1. Alternatif Lokasi
Kegiatan Pembanguan Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi, Industri
Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal
“Herb Infusion”) PT. SBS ini terletak di Jalan Raya Sukabumi Desa Cinagara, Kecamatan
Caringin, Kabupaten Bogor merupakan alternatif lokasi yang secara teknis telah dikaji
secara lengkap; yaitu telah mempertimbangan beberapa persyaratan yang telah diatur oleh
peraturan perundangan yang berlaku, sehingga tidak terdapat alternatif lain menyangkut
lokasi. Hal tersebut juga telah memperhitungan aspek keselamatan kerja dan risiko kerja.

2.1.4.2. Alternatif Desain

Seperti halnya alternatif lokasi, terkait dengan desain pun tidak dipaparkan
mengenai desain selain yang dikemukakan pada deskripsi rencana kegiatan. Sehubungan
dengan desain, mengingat pada waktu dilakukan kajian ANDAL sedang dilakukan
penyusunan desain, maka jika dalam kajian ANDAL menemukan desain yang lebih baik
dapat dikemukakan alternatif sebagai penyempurnaan desain.

2.1.4.3. Alternatif Lay Out

Terkait dengan lay out atau tata letak ruang hanya dikemukakan satu alternatif,
oleh sebab itu kajian altenartif lay out lain juga tidak diperlukan kajian.

2.2. Deskripsi Rona Lingkungan Hidup Awal

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-78


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

2.2.1. Komponen Lingkungan Hidup Awal Terkena Dampak

2.2.1.1. Rona Lingkungan Hidup Awal Geofisik - Kimia

A. Iklim

Secara umum kondisi iklim di sekitar lokasi rencana kegiatan tergolong Monsoon,
yang secara umum ditandai dengan perputaran dua musim secara bergantian antara
musim hujan dan musim kemarau. Meskipun batas antara musim hujan dan kemarau di
wilayah ini seringkali tidak terpisah secara jelas. Bulan-bulan basah umumnya berlangsung
pada periode Nopember hingga Maret sedangkan bulan-bulan kering umumnya terjadi
pada periode Juni hingga Agustus.

Daerah studi mempunyai curah hujan rata-rata tahunan sebesar 3.470,75 mm, curah
hujan maksimum tahunan 4.212 mm dan curah hujan minimum tahunan 2.327,2 mm
dengan jumlah hari hujan rata-rata dalam setahun adalah 186 hari. Curah hujan bulanan
rata-rata tertinggi terjadi pada bulan Februari yaitu sebesar 480,7 mm/bulan, dan rata-rata
curah hujan bulanan terendah terjadi pada bulan Juli yang memiliki nilai sebesar 125,6
mm/bulan. Rata-rata curah hujan bulanan adalah sekitar 293,2 mm/bulan. Data curah
hujan di lokasi studi dalam 10 tahun terakhir disajikan pada Tabel II-27.

Tabel II-27. Curah Hujan di Lokasi Kegiatan Pembangunan Industri Farmasi Agro Medika
(Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman
Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT.
SBS
Curah Hujan (mm)
Bulan Rataan
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Januari 770 168 663 517,7 487 268 278,9 607 457 230 444,7

Februari 412 571 473 521 520,5 782 379,7 356 624,5 167 480,7
Maret 433 206 277 545,5 100 434,5 550,5 215 493 132,5 338,7
April 325 343 345 166 163 352 419,6 292 117,5 251 277,4
Mei 335 254,5 371 321,5 234 94 128 434 275,5 343,5 279,1
Juni 121 56,5 68,5 Ba 139 242,4 32 106,5 289,5 127 131,4
Juli 286 42,5 133 234.5 89 27 33 127,5 156,5 127 125,6
Agustus 123 384,5 0,5 336,5 4,5 61 99 93 410,5 47 156,0
September 62 361 224 289 29 64 266,5 181,5 486 73 203,6
Oktober 177 185,1 240 346 157 308 288,5 389,5 393 343,5 282,8
Nopember 316 267 472 336,5 297 456,8 484 344,5 299 225 349,8
Desember 245,5 516,8 311 323,5 870 723,3 379,5 302,5 210 260,7 414,3
Hari 175 174 190 195 152 183 206 189 235 164 186,3
Hujan
Rata-rata 20,60 19,29 18,83 20,19 20,33 20,84 16,21 18,25 17,92 14,19 18,7
Harian
Jumlah 3.605,5 3.355,9 3.578 3.937,7 3.090 3.813 3.339,2 3.449 4.212 2.327,2 3.470,75
Sumber : Stasiun Klimatilogi Dramaga Bogor, Stasiun Pengamtan Pondok Gedeh Periode Data Tahun 2006-2015

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-79


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

Dilihat dari fluktuasi curah hujan harian di lokasi kegiatan, pada musiman hampir
tidak terlihat karena hampir sepanjang tahun yakni mulai bulan Januari – Mei dan
September –Desember Curah hujan harian tetap tinggi. Curah hujan dengan intensitas kecil
hanya ditemukan pada bulan Juni-Agustus. Gambaran mengenai fluktuasi curah hujan
dapat dilihat pada Gambar II-24

Gambar II-24. Fluktuasi Curah Hujan dilokasi Studi

Gambar II-25. Windrose angin di wilayah lokasi Kegiatan

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-80


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

Gambar II-26. Peta Curah Hujan

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-81


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

A.1. Suhu
Suhu rata-rata bulanan di wilayah lokasi kegiatan dalam jangka sepuluh tahun (2006-
2015) berkisar antar 24,8 – 26,7 0C dengan rata rata suhu harian sebesar 25,8 0C. Perincian
mengenai suhu di wilayah lokasi kegiatan disajikan pada Tabel II-28.
Tabel II-28. Suhu di Lokasi Kegiatan Pembangunan Industri Farmasi Agro Medika
(Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman
Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS
Bulan Suhu (°C)
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Januari 25,4 25,3 26,0 25,6 25,2 25,2 26,1 25,7 25,0 25,3
Februari 24,8 24,9 25,3 25,3 25,4 25,5 25,0 24,4 25,1 25,9
Maret 25,4 25,8 25,7 25,8 26,0 25,8 25,6 25,1 25,8 26,0
April 25,7 26,0 26,4 26,3 26,2 25,8 25,9 25,6 26,2 27,1
Mei 26,2 26,3 26,2 26,1 26,2 26,0 26,2 25,8 26,1 26,7
Juni 25,3 25,8 25,7 25,4 26,4 25,7 26,1 25,6 26,1 25,9
Juli 25,1 25,7 25,6 25,5 25,9 26,1 25,9 25,2 25,8 25,8
Agustus 25,7 25,5 26,0 25,7 25,6 25,2 25,7 25,6 26,3 25,8
September 25,7 25,2 25,8 25,8 25,7 25,9 26,1 25,9 26,6 25,3
Oktober 25,7 26,2 25,8 26,3 26,3 26,7 26,2 25,8 26,0 25,4
Nopember 25,7 26,2 26,1 26,1 26,1 26,4 25,9 25,8 26,3 25,9
Desember 25,8 26,0 25,4 25,8 25,5 26,1 25,3 25,5 26,1 25,5
Min 25,2 25,3 25,3 25,3 24,8 25,2 25,0 25,0 24,4 24,4
Max 26,4 26,4 26,4 26,3 26,2 26,7 26,2 26,6 25,9 25,9
Rata-rata 25,8 25,7 25,8 25,8 25,5 25,9 25,8 26,0 25,5 25,5

Sumber : Stasiun Klimatilogi Dramaga Bogor Bogor Periode data tahun 2006-2015.

A.2. Arah dan Kecepatan Angin


Arah dan kecepatan angin selama sepuluh tahu terakhir (tahun 2006 – 2015). Terlihat
bahwa angin beritup dengan dominan dari arah Timur (82 0). Kecepatan angin berkisar
antar 1 - 4 knot dengan rata-rata kecepatan angin 1,9 knots. pada gambar untuk Lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel II-29 dan Gambar bunga angin (windrose) disajikan
Gambar II–29.

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-82


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

Tabel II-29. Kecepatan Angin di Lokasi Kegiatan Pembangunan Industri Farmasi Agro
Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri
Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb
Infusion”) PT. SBS
Kecepatan Angin (m/s)
Bulan
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Januari 1,7 2,2 1,3 2,0 3,6 2,0 1,7 1,2 1,6 Td
Februari 2,7 1,7 1,5 1,4 1,4 1,4 1,9 1,5 1,5 2
Maret 2,1 1,5 2,0 1,9 3,6 1,9 1,6 1,6 1,6 2
April 1,9 1,8 1,3 1,3 3,6 1,3 3,6 1,3 2,4 1
Mei 2,1 5,0 1,4 1,5 3,6 1,5 1,6 1,2 2,1 1
Juni 2,0 2,0 1,7 1,4 3,1 1,4 1,6 1,3 2,1 1
Juli 1,9 2,4 1,8 1,8 3,6 1,8 1,7 1,4 2,2 td
Agustus 2,4 2,1 2,0 1,8 3,6 2,2 1,8 1,5 1,6 2
September 2,2 1,7 2,1 2,2 3,6 1,9 1,7 1,5 1,6 1
Oktober 2,5 1,6 1,7 1,9 1,9 3,6 1,7 1,5 1,4 2
Nopember 2,0 1,4 1,6 1,5 1,5 2,0 1,5 1,5 1,2 1
Desember 1,6 1,4 1,6 1,4 1,4 2,0 1,4 1,4 1,7 1
Min 1,6 1,4 1,3 1,3 1,3 1,4 1,4 1,2 1,2 1,0
Max 2,7 5,0 2,1 2,1 2,2 3,6 1,9 1,6 2,4 2,0
Rata-rata 2,1 1,2 1,7 1,7 1,7 3,1 1,7 1,4 1,8 1,4
Sumber : Stasiun Klimatilogi Dramaga Bogor Periode data tahun 2006-2015.

B. Kualitas Udara dan Kebisingan

Kondisi lingkungan di sekitar lokasi kegiatan masih didominasi dengan vegetasi


hutan pinus, persawahan, dan ruang terbuka hijau. Kondisi mengenai volume lalu lintas
pada ruas jalan raya bogor - sukabumi arah sukabumi maupun sebaliknya terbilang
fluktuatif, relative padat lancar pada weekdays, dan menjadi padat dan berpotensi macet
pada weekend, dengan kondisi fisik jalan yang cukup baik (beraspal). Sedangkan jalan desa
yang terdekat juga cenderung sepi, kondisi jalan berbatu dan tidak rata. Di sekitar lokasi
kegiatan terdapat perumahan penduduk. Lokasi kegiatan juga cukup jauh dari pusat
keramaian, sehingga lingkungan tidak terlalu ramai atau bising.

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-83


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

Hasil analisis kualitas udara akan disajiikan dalam dokumen ANDAL setelah
dilakukan pengukuran kualitas udara. Sampel kaulitas udara akan diambil dengan
menggunakan alat impinger air sampler dan sampel debu akan diambil dengan Dust Sampler
selama 1 jam. Parameter kualitas udara ambien yang akan dianalisis dan dibandingkan
dengan baku mutu PP.RI No.41 tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran udara
meliputi SO2, O3, CO, NO2, debu, HC dan parameter kebisingan diukur dengan
menggunakan sound level meter pada kisaran bising 20-200 dBa dengan pengukuran selama
15 menit dan akan dibandingkan dengan Kep.Men LH No.48/MENLH/11/1996 tentang
baku tingkat kebisingan.

C. Geologi Regional

Berdasarkan Peta Geologi Lembar 1209, Skala 1 : 100.000 oleh AC. Effendi, Kusmana
dkk, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi 1998. Peta tersebut terlihat bahwa bentuk
morfologinya seperti aliran yaitu berupa lereng yang melandai kesatu arah yaitu kearah
barat laut yang mencirikan suatu bentuk bentang alam atau morfologi kaki gunung api,
bentuk perbukitan daerah sekitar umumnya masih terjal dan relief tajam dan arah aliran
sungai searah membentuk pola aliran paralel. Peta Geologi Regional disajikan pada
Gambar II-27.

Batuan penyusun di wilayah studi dan sekitarnya adalah batuan tertua,yaitu tuf
batuapung (Qvt) yang termasuk ke dalam batuan gunungapi tua yang terdapat di sebelah
timur, utara dan selatan daerah penelitian. Disusun oleh litologi Formasi Endapan lebih tua
(Qvpo) berupa lahan dan lava basalt andesit dengan oligoklas-andesin, labradorit olivin,
piroksen dan horenblenda yang termasuk kedalam batuan gunungapi gunung pangrango.
Di sebelah barat daerah penelitian litologi penyusunannya berupa lahar, breksi tufan dan
lapili, aliran lava berjenis andesit basalt yang termasuk kedalam batuanapi gunung salak.
Batuan batuan ini termasuk ke dalam batuan gunungapi yang berumur kuarter.

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-84


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

Gambar II-27. Peta Geologi Regional

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-85


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

D. Topografi

Berdasarkan peta rupa bumi indonesia Skala 1 : 25.000, Lembar : 1209-141 dan hasil
analisis garis kontur, terhadap lokasi tapak Pembangunan Industri Farmasi Agro Medika
(Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan
Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS luas 417.331 m2 yaitu berupa
perbukitan dan lembah, perbukitan umumnya memanjang arah barat-timur, dengan sudut
lereng landai sampai aga curam (8% - 15%), pada daerah topografi perbukitan umumnya
terbentuk oleh breksi vulkanik. Daerah dengan topografi lembah dibentuk oleh endapan
tufa dan endapan aluvial, sungai, serta endapan kipas aluvial. Secara fisiografi wilayah
studi merupakan daerah perbukitan bergelombang yang terbentuk oleh batuan endapan
vulkanik produk gunung api pangrango, dan merupakan pertemuan dengan kaki gunung
salak. Peta Topografi disajikan pada Gambar II-30.

E. Geomorfologi

Analisis geomorfologi dari hasil pengamatan di lapangan yang dilakukan


berdasarkan atas sifat morfografi, dan morfometri, wilayah studi termasuk kedalam
kelompok satuan perbukitan bergelombang landai. Ekspresi morfologi wilayah studi
memperlihatkan bentuk morfologi lereng dari suatu perbukitan yang terbentuk oleh
endapan vulkanik, dan batuan endapan lahar gunging api kuarter (muda).

F. Batuan/Stratigrafi

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-86


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

Wilayah studi umumnya disusun oleh kelompok batuan berumur Kuarter, berupa
endapan gunung api muda tidak terpisahkan, yang terdiri atas tufa batuapung, tufa
pasiran, breksi lahar, breksi vulkanik, breksi lahar, dan tufaan yang bersumber dari aktifitas
Gunung pangrango. Pada lapisan bagian bawah berupa endapan vulkanik tua tak
terpisahkan, terdiri dari breksi bersusun andesitik-basaltik, lava andesit, tufa dan
aglomerat.

Dari data batuan yang tersingkap di Sungai Cinagara dijumpai batuan vulkanik
berupa tufa kasar berbatu apung, pada bagian atas umumnya sudah mengalami pelapukan.
Pada lapisan bagian bawah dijumpai breksi dengan fragmen batuan beku berukuran 5 – 10
cm, bentuk bembulat tanggung sampai meruncing, kemas terbuka, dan masa dasar berupa
batu pasir tufaan berukuran kasar sampai sangat kasar. Dibeberpa tempat satuan batuan
breksi dijumpai adanya sisipan tufa dengan ketebalan < 1m.

Endapan batuan termuda adalah aluvial sungai dan endapan lembah antar bukit.
Satuan endapan aluvial proses pengendapannya masih berlangsung hingga sekarang,
dengan material penyusunan berupa lempung, pasir kerikil, dan kerakal, satuan batuan ini
memiliki sifat yang belum kompak atau padat, sehingga bersifat lepas atau terurai.
Penyebaran satuan ini menempati wilayah dataran terutama pada tepi, sungai Cinagara,
dan pada lembah antar lereng bukit..

G. Geologi Lingkungan/ Kebencanaan

Bencana alam geologi adalah kejadian bencana alam yang diakibatkan oleh kejadian-
kejadian geologi, seperti gempa bumi, letusan gunungapi, gerakan tanah dan atau batuan
serta banjir. Terdapat gunungapi disekitar lokasi kegiatan pembangunan Industri Farmasi
Agro Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman
Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) yaitu Gunung Pangrango. Selain
itu juga terdapat potensi gerakan tanah dan atau batuan, mengingat kemiringan lereng di
wilayah ini adalah landai hingga terjal.

1) Keadaan Lereng

Wilayah studi berada pada daerah dengan bentuk topografi dengan kelerengan
landai sampai terjal, dengan lapisan tanah yang tebal, sehingga mempunyai karakteristik
daerah yang kurang stabil. Tidak terdapat struktur geologi seperti zona sesar/patahan
yang dapat memicu terjadinya gerakan tanah.

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-87


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

Berdasarkan pengamatan bentuk topografi di lokasi, ada beberapa lokasi di lokasi


wilayah studi karakteristik lereng terjal terutama yang berbatasan dengan sungai.
Batuannya tersusun oleh batuan vulkanik muda belum terkonsolidasi, sehingga pada
wilayah tersebut berpotensi terjadi gerakan tanah. Di wilayah studi tidak dijumpai adanya
tanda-tanda pernah terjadi gerakan tanah atau longsor. Potensi terjadinya longsoran akibat
terganggunya stabilitas lereng terutama pada timur (ke arah caringin). Khususnya pada
lereng tersebut memiliki kelerengan >30%, merupakan bagian dari wilayah dengan zona
kerentanan tanah rendah,

Memperhatikan kondisi topografi tersebut di atas diperlukan adanya kajian dan


tindakan khusus untuk mengurangi resiko terjadinya bencana longsor akibat kegiatan
pembangunan Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat
Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”),
pada saat kontruksi maupun operasi, yang disebabkan adanya getaran maupun
pembebanan.

2) Sifat Keteknikan Tanah Batuan

Jenis batuan berupa endapan vulkanik muda seperti : breksi, dengan sifat fisik
batuannya yaitu: berwarna abu-abu cerah sebagian coklat muda, belum terkonsolidasi atau
kurang kompat dan padat, fragmen batuan beku berukuran maksimum 2-50 cm, matriks
tufa pasiran, akan mudah longsor jika berada pada tebing yang terjal.

Batupasir tufaan berukuran kasar /sangat kasar warna abu-abu, endapan vulkanik
muda, lapukan tanah berupa tras, jenis latosol ukuran lanau pasir, tidak dijumpai lempung
montrorilnit.

Sifat keteknikan, permeabilitas tanah tinggi, daya dukung tanah sedang, daya
dukung batuan baik. Sifat mengembang (sweeling) yang rendah dengan tidak dijumpai
adanya montmorilonit.

3) Bahaya Geologi dan Gerakan Tanah atau Longsoran

a) Zona Kerentanan gerakan tanah

Zona kerentanan gerakan tanah adalah suatu zona yang mempunyai kesamaan
kerentanan relatif (relative susceptibility) untuk terjadi gerakan tanah. Penentuan zona
kerentanan gerakan tanah ini berdasarkan parameter, yaitu besarnya kemiringan lereng,
jenis tanah dan batuan, curah hujan, jumlah dan luas gerakan tanah, tata guna lahan,
kegempaan, nilai angka kestabilan lereng, dan lain lain

Klasifikasi zona kerentanan gerakan tanah pada areal tapak proyek merupakan zona
kerentanan gerakan tanah sangat rendah dan zona kerentanan rendah, yang merupakan
daerah yang secara umum mempunyai tingkat terjadi gerakan tanah rendah.

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-88


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

Pada zona ini gerakan tanah jarang terjadi, kecuali jika mengalami gangguan pada
lerengnya. Namun, jika terdapat gerakan tanah lama umumnya lereng telah mantap
kembali. (Nilai faktor keamanan lereng setara 1,7-2,0).

b) Pemotongan Lereng

Analisa kestabilan releng dilakukan dengan metode persamaan Hoek and Bray
(1981), karena berdasarkan kondisi geologi, batuan yang dijumpai diklasifikasikan sebagai
batuan lunak/urai (soft rock/weakly rock).
Selain parameter tanah/batuan yaitu berat isi, kohesi dan sudut gesaer dalam, ketika
melakukan kegiatan pemotongan lereng perlu mempertimbangkan besarnya sudut lereng
asl yang dipotong (β), tinggi (H) maksimum setelah dan lebar undak (teras)
(b) minimum yang dapat dipertahankan kestabilan lereng dengan factor keamanan (Fk) =
1,2. Berdasarkan factor keamanan tersebut maka diperoleh nilai hubungan antar jenis
batuan dengan besaran sudut lereng tertentu pada satuan batu lempung, dan tufa breksi
dalam keadaan kering, setengah kering dan jenus, hasil perhitungan untuk masing masing
batuan pada Tabel II-29:

Tabel II-30. Hubungan antara sudut lereng dengan tinggi lereng maksimum
dengan lebar undak minimum pada setiap satuan batuan.
Jenis Batuan Slope (β0) Slope (β%) H (m) maks B (m) min
Tufa breksi, kering 25 55,5 16,00 0,48
30 66,6 17,78 0,88
25 77,7 20,00 1,40
40 88,8 22,85 2,28
45 100 26,66 3,40
Tufa breksi ½ kering 25 55,5 3,55 0,24
30 66,6 4,00 0,40
35 77,7 4,57 0,59
40 88,8 6,40 0,96
45 100 8,00 1,28
Tufa breksi, jenus 25 55,5 3,00 0,21
30 66,6 3,00 0,30
35 77,7 3,10 0,37
40 88,8 3,20 0,44
45 100 3,20 0,51

c) Kegempaan

Berdasarkan Peta Wilayah Rawan Bencana Gempa Bumi Indonesia (E.K. Kertapati,
dkk, P3G Bandung, 2001), lokasi tapak proyek berada pada bentuk topografi datar hingga
landai dan tidak terdapat struktur geologi seperti zona sesar/patahan yang dapat memicu
terjadinya gerakan tanah. Di lokasi tapak proyek tidak dijumpai adanya tanda-tanda
pernah terjadi gerakan tanah atau longsor karena lokasi tapak proyek seluruhnya berada
pada Zona Kerentanan Gerakan Tanah Sangat Rendah.

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-89


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

Namun demikian, di lokasi tapak proyek Pembangunan Industri Farmasi Agro


Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya
dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS perlu dilakukan adanya kajian
geologi teknik lingkungan dan tindakan khusus untuk mencegah resiko terjadinya bencana
longsor akibat bencana gempa maupun oleh adanya kegiatan konstruksi fisik bangunan
dan atau sampai dengan tahap operasi yang disebabkan oleh adanya getaran maupun
pembebanan pada tapak proyek.

Sejarah kegempaan di Pulau Jawa, erat kaitannya dengan posisi tunjaman kerak
(subduction) dari kerak samudera dan kerak benua. Kegempaan di Pulau Jawa Barat
sebagian besar bukan diakibatkan oleh sesar/patahan besar dan sebagainya. Berdasarkan
kajian geologi oleh Pusat Lingkungan Geologi, Badan Geologi, Departemen ESDM, pada
Peta Distribusi Magnitude dan kedalaman pusat gempa di Pulau Jawa dan Sumatera
(pengamatan dari tahun 1900 – 1992 oleh I. Effendi dan Eka Purwanto, P3G, 1992), di daerah
Bogor pernah terjadi gempa dengan magnitude antara 4,00 – 4,50, 4,51 – 5,00 dan 5,01 – 5,50
(paling sering terjadi) dan antara 5,51 – 6,00 (paling jarang terjadi).

Gempa-gempa tersebut diatas mempunyai kedalaman pusat gempa antara 65 – 100


km (paling sering terjadi dan antara 100 – 450 (paling jarang terjadi). Berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Asdani (1997), lokasi tapak proyek dipengaruhi oleh dua jenis
mekanisme penyebab gempa tektonik, yaitu gempa-gempa yang berasal dari jalur subduksi
di bagian selatan Pulau Jawa, yang umumnya berupa gempa dalam, dan gempa-gempa
yang berasal dari aktivitas sesar-sesar pada batuan dasar di bawah permukaan dengan
mekanisme “strike slip fault” yang mengakibatkan terjadinya gempa dangkal.

Berdasarkan Peta Kegempaan (Peta Seismic) yang disusun oleh Beca Carter and Femer
and Indonesian Partner (1980), lokasi tapak proyek termasuk ke dalam zona 3, yaitu zona
yang mempunyai percepatan maksimum rata-rata gelombang gempa di permukaan tanah
antara 0,05 – 0,15 g. Zona 3 merupakan zona dengan resiko sedang bagi kerusakan
bangunan teknik. Percepatan permukaan gempa 0,15 g merupakan percepatan gelombang
gempa yang dapat merusak bangunan yang tidak dirancang tahan gempa.

Berdasarkan Peta Wilayah Rawan Bencana Gempa Bumi Indonesia (E.K. Kertapati,
dkk, P3G Bandung, 2001), lokasi tapak proyek berada pada skala intensitas gempa bumi IV
– V (skala MMI/Modified Mercally Intensity). Skala IV – V MMI merupakan skala intensitas
gempa yang kecil dan tidak merusak bangunan. Skala ini dapat dicirikan sebagai berikut ;

IV. Terasa di dalam ruangan seperti ada kendaraan berat lewat, barang-barang
yang tergantung bergoyang, jendela dan pintu berderik.

V. Dapat dirasakan di luar ruangan, seperti orang yang tidur terbangun, pintu dan
jendela terbuka – tertutup.

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-90


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

Tingkat resiko pengaruh guncangan yang diakibatkan oleh gempa dengan skala <
5MMI adalah sangat rendah dan tidak ada kerusakan struktural. Berdasarkan intensitas
gempa yang berada di lokasi tapak proyek tersebut, maka dapat disimpulkan pengaruh
terhadap kegiatan di lokasi kegiatan tidak membahayakan.

Gambar II-28. Peta Wilayah Gempa

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-91


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

Gambar II-29. Peta Gerakan Kerentanan Tanah

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-92


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

H. Hidrogeologi

Lokasi Pembangunan Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi, Industri


Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal
“Herb Infusion”) PT. SBS berdasarkan Peta Hidrogeologi lembar Jakarta 1 : 250.000,
(Sukardi, P 1986, Direktorat Geologi Tata Lingkungan 1986). yakni berada pada setempat
akuifer produktif sedang dan setempat, akuifer produktif. Peta hidrogeologi disajikan pada
Gambar II-31.

1) Hidrogeologi Regional

Berdasarkan Peta Hidrogeologi Regional Indonesia Lembar Bogor yang disusun oleh
Edi Muertianto (2006), akuifer batuan dasar di wilayah studi penyebarannya terutama
menempati daerah kaki gunung api dari G. Salak dan G. Gede Pangrango. Berdasarkan
telaah morfologi dan geologi, cekungan air tanah dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:

a) Daerah akuifer produktif yaitu dengan luah sumur antar 10 – 25 l/det, sebaran
luas, umumnya terdapat pada lapisan gunung api muda;

b) Daerah akuifer sedang yaitu dengna luah sumur antar 5 -10 l/det, menempati
daerah di kaki Gunung Pangrango yang diapit oleh akuifer produktif dan
akuifer tidak produktif, umunya terdapat pada lapisan gunung api muda;

c) Akuifer produktif setempat, wilayah air tanah dengan luas sumur < 2 l/det.

Akuifer batuan dasar umumnya terdiri atas beberapa lapisan akuifer, litologi akuifer
di daerah ini umumnya merupakan batuan Kuarter terdiri atas beberapa lapis pasir dan
tufa pasiran dijumpai di daerah utara wilayah studi peta meliputi daerah Bogor, Caringin.

Jika dihubungkan dengan geologi regional, maka hidrogeologi dan muka air tanah di
daerah ini berkaitan dengan kondisi batuan yang terbentuk di sekitarnya. Kondisi
hidrogeologi umumnya berkaitan erat dengan system akuifer tertentu. Pada wilayah studi
jenis batuan yang dapat bertindak sebagai akuifer terutama pada kelompok batuan
piroklastik kasar sampai sangat kasar yang berumur Kuarter yaitu batuan gunung api hasil
Gunung Pangrango dan Gunung Salak.

2) Hidrogeologi Daerah Studi

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-93


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

Berdasarkan kondisi hirogeologinya, wilayah studi termasuk ke dalam system akuifer


endapan vulkanik yang terdiri atas lapisan akuifer tufa berbutir kasar, lapili, breksi laharik,
breksi vulkanik. Secara umum akuifer endapan vulkanik dapat dibedakan menjadi akuifer
bebas dan akuifer tertekan, dengan system aliran melalui gabungan antara media port dan
media rekahan. Akuifer dengan aliran melalui ruang antar butir, setempat melalui rekahan,
melampar di bagian barat laut Gunung Pangrango. Umumnya merupakan endapan
gunung api muda, terdiri atas beberapa lapisan akuifer. Bersasarkan pada peta hidrogeologi
regional, wilayah studi seluruhnya termasuk ke dalama wilayah dengan produktivitas
akuifer sedang.

I. Hidrologi

Lokasi Rencana Pembangunan Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi,


Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan
Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS dan wilayah sekitarnya, Wilayah Desa Cinagara.
Berdasarkan Peta Pola Daerah Aliran Sungai (DAS) Kabupaten Bogor Skala 1 : 250.000,
merupakan wilayah yang masuk Daerah Aliran Sungai (DAS) Cisadane.

Pola pengaliran sungai merupakan cerminan dari proses interaksi antara anak-anak
sungai dengan induk sungai yang mengalir melalui lembah dan membentuk suatu pola
tersendiri. Pola pengaliran sungai dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: keadaan
topografi daerah, sifat fisik batuan penyusun, dan struktur geologi yang berkembang.
Berdasarkan klasifikasi pola pengaliran dasar dan modifikasi (Howard, 1967, dalam buku
Van Zuidam, 1985). Pola sungai di wilayah studi yaitu pola pengaliran paralel. Pola
pengaliran pararel berkembang pada bentuk lahan perbukitan yang memanjang dengan
kemiringan lereng sedang sampai agak curam. Pola pengaliran ini memanjang dari
Tenggara ke Barat Laut. Sungai yang terdapat di dekat lokasi kegiatan adalah Sungai
Cinagara, Sungai Cisalopa yang bermuara ke Sungai Cisadane, dengan debit sesaat yang
teramati adalah sekitar 10 liter/detik dan mengalir sepanjang waktu. Seluruh wilayah
rencana pembangunan Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi, Industri Produk
Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb
Infusion”) adalah termasuk kedalam Daerah Aliran Sungai (DAS) Cisadane . untuk lebih
jelasnya disajikan pada Peta Hidrologi Gambar II-32.

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-94


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

Gambar II-30. Peta Topografi

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-95


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

Gambar II-31. Peta Hidrogeologi

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-96


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

Gambar II-32. Peta Hidrologi

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-97


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

J. Limpasan Air Permukaan

Besarnya limpasan permukaan ini dipengaruhi oleh jenis tutupan lahan, curah hujan,
dan luasan daerah studi. Kondisi awal lapangan di lokasi proyek Industri Farmasi Agro
Medika “PT. SBS” berupa kebun campuran, diaman lahan terdiri dari tanah kosong yang
tertutup vegetasi sebesar 90% dan berupa tanah kosong tanpa vegetasi sebesar 10% dari
total luas areal 417.331 m2. Dari peta topografi diketahui bahwa beda ketinggian antar
lokasi tertinggi dengan terendah adalah 37 meter dengan panjang 250 meter, dengan nilai C
kumulatif sebesar 0,20 untuk tutupan lahan eksiting. Intensitas hujan (I) dihitung dengan
menggunakan metode Mononabe dengan perhitungan waktu konsentrasi (t c)
menggunakan metode Kirpich, serta menggunakan curah hujan maksimal tiap periode
ulang. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai intensitas hujan pada periode ulang 2 tahun
sebesar 283,1 mm/jam, sedangkan rata-rata curah hujan bulanan tertinggi selama 10 tahun
terakhir di wilayah sekitar studi adalah sekitar 515,5 mm/bulan atau 4,30 mm/hari atau
sekitar 0,0030 m/hari.. Dengan menggunakan persamaan rasional, didapatkan besarnya
peningkatan air larian (run off) dari lokasi pembangunan Industri Farmasi Agro Medika
(Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan
Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) pada periode ulang tersebut seperti
ditampilkan pada tabel berikut:

Tabel II-10. Nilai air larian (run off) di lokasi proyek Industri Farmasi Agro Medika
“PT. SBS”
No Jenis Tutupan Lahan Luas Tanah Koefisien air Intensitas hujan Jumlah air
(m2) larian (m/hari) larian (m3/hari)

1 Kondisi awal sebelum


proyek berupa kebun 417.331 0,20 0,0030 21,6
campuran

2 Kondisi setelah ada proyek Industri Farmasi Agro Medika “PT. SBS”

a Area Kedap Air 180.125 1,0 0,0030 39,4

b Penghijauan 237.206 0,30 0,0030 20,5

Total 59,9

Sumber : Hasil perhitungan penyusun, tahun 2016

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-98


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

Dengan adanya kegiatan bangunan Industri Farmasi Agro Medika “PT. SBS”, maka
akan meningkatkan laju aliran permukaan faktual di lokasi kegiatan, dikarenakan
berkurangnya media resapan alami yang mampu menahan/meresapkan air ke dalam
tanah. Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah air larian/ limpasan sebelum
ada bangunan Industri Farmasi Agro Medika “PT. SBS” adalah sekitar 21,6 m3/hari,
sedangkan setelah adanya bangunan Industri Farmasi Agro Medika “PT. SBS” menjadi 59,9
m3/hari, sehingga ada peningkatan debit air larian sebesar 38,3 m 3/hari. Dampak
peningkatan air larian terjadi hingga pada tahap operasional, maka perlu dilakukan
pengelolaan yang lebih lanjut.

K. Kualitas Air Permukaan

Kualitas air yang akan diamati ialah air Saluran Desa sebelum tapak proyek
(upstream), Saluran Desa yang dilewati saluran drainase mikro, dan Saluran Desa setelah
tapak kegiatan (downstream). Kondisi air permukaan (sungai/kali) pada lokasi proyek
sudah tercemar limbah domestik namun kondisi airnya maish ukup bersih dan tidak
menimbulkan bau. Dalam memenuhi kebutuhan akan air bersih, penduduk yang ada di
sekitar kegiatan memanfaatkan air bersih dari air sumur dangkal yang kualitasnya tampak
cukup baik.

Hasil analisis kualitas air permukaan di sekitar lokasi studi akan disajikan dalam
dokumen ANDAL lebih lanjut setelah dilakukan sampling, uji dan analisa oleh pihak dari
Laboratorium terakreditasi KAN. Parameter kualitas air sungai di analisis dan
dibandingkan dengan bakumutu PP No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air
dan Pengendalian Pencemaran Air.

L. Kondisi Lalu Lintas

Berdasarkan hasil dari observasi, pengamatan dan survei pendahuluan (preliminary


survey) terhadap kondisi lalu lintas disekitar lokasi studi, diketahui jalan yang ada pada
lokasi studi merupakan jalan kolektor yang dilalui oleh kendaraan pribadi, dan angkutan
umum kendaraan kecil (angkot). Kondisi mengenai volume lalu lintas pada ruas jalan raya
bogor - sukabumi arah sukabumi maupun sebaliknya terbilang fluktuatif, relative padat
lancar pada weekdays, dan menjadi padat dan berpotensi macet pada weekend. Lebih padat
dari ruas pendekatan simpang karena lebar jalan yang lebih kecil.

Kendaraan yang lewat didominasi oleh kendaraan roda dua (sepeda motor),
kemudian angkutan umum, kendaraan pribadi dan sebagian kendaraan besar (bus dan
truk). Pada sisi kiri dan kanan jalan di depan lokasi Pembangunan Industri Farmasi Agro
Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya
dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) merupakan lingkungan permukiman
padat penduduk dan banyak kegiatan perekonomian serta kegiatan perkantoran.

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-99


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

Jalan raya bogor - sukabumi memiliki tipe 2/2 UD (2 lajur, 2 arah tanpa median jalan)
dengan bahan perkerasan jalan lentur (fleksibel) dari aspal hotmix dengan lebar masing-
masing arah/jalur adalah 5,5 meter dan kapasitas dasar 3100 smp/jam dengan kecepatan
ruas jalan raya Bogor-Sukabumi arah Ciawi/Bogor sebesar 42,37 km/jam dan arrah
Sukabumi sebesar 46,38 km/jam.

Berdasarkan analisis dampak lalu lintas Industri Farmasi Agro Medika (Industri
Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri
Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS diketahui unjuk kerja lalu lintas disajikan pada
Tabel-31.

Tabel II-31. Unjuk Kerja Lalu Lintas


Nama Jalan Kapasitas Volume V/C Kecepatam Kepadatan LOS
(smp/jam) (smp/jam) (km/jam) (smp/jam)
Jl Raya Bogor-Sukabumi 1 1948,82 1503,28 0,77 42,37 35,48 D
(arah ciawi/bogor)
Jl. Raya Bogor-Subumi1 1948,82 1204,40 0,62 46,38 25,97 C
(arah sukabumi)
Jl. Lingkungan 2412,01 128,40 0,05 27,08 4,89 A
(Perumahan Penduduk)
Jl. Raya Bogor-Sukabumi 2 1948,82 1454,00 0,75 43,11 33,73 D
(arah ciawi/bogor)
Jl. Raya Bogor-Sukabumi 2 1948,82 1249,00 0,64 45,84 27,25 C
(arah sukabumi)
Sumber : Analisis Dampak Lalu Lintas PT. SBS

2.2.1.2. Rona Lingkungan Hidup Awal Biologi


A. Komponen Lingkungan Hidup Flora
Flora yang ada di area proyek Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi,
Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan
Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS dan disekitarnya didominasi oleh jenis-jenis yang tumbuh
karena ditanam oleh manusia. Penanaman menyebar di area proyek Industri Farmasi Agro
Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya
dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS didasari pada fungsi ekologis
yang dimiliki oleh masing-masing jenis yang dapat digolongkan menjadi tiga kelompok
vegetasi, yaitu vegetasi budidaya pertanian, vegetasi budidaya pepohonan dan vegetasi
semak/perdu.

Tabel II-32. Jenis flora yang ada di dalam area proyek Industri Farmasi Agro Medika
(Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman
Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS dan
sekitarnya
Nomor Nama Daerah Nama Latin
A Tanaman Pertanian
1 Singkong Manihot utillisima

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-100


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

Nomor Nama Daerah Nama Latin


2 Jagung Zea mays
3 Talas Collocasia esculenta
4 Pisang Musa paradisiaca
5 Pepaya Carica papaya
6 Cabe rawit Capsium frutescems
7 Ubi Binomial
8 Sukun Artocarpus Altilis
9 Cengkeh Syzygium aromaticum
10 Kangkung Lpomea aquatica
11 Bayam Amaranthus
12 Kunyit Curcuma Longa
13 Lengkuas Alpinia galanga
14 Jahe Zingiber Officinale
15 Kencur Kaempferia galanga
16 Mata Dewa/Ganitri Elaeocarpus serratus

B Tanaman Pepohonan
1 Palem Merah Cyrtostachys lakka Becc.
2 Sengon Paraserianthes falcataria
3 Petai Cina / Lamtoro Leucaena leucocephala
4 Petai Solanum tuberosum L.
5 Nangka Artocarpus integra
6 Cemara Casuarina, sp
7 Kelapa Cocos nucifera
8 Jati Tectona grandis
9 Mangga Mangifera indica
10 Talok / Kersen Muntingia calabura L.
11 Angsana Pterocarpus indicus
12 Kedondong Spondias Dulcis
13 Alpukat Persea americana
14 Jeruk Bali Citrus maxima
15 Salak Salacca Zalacca
16 Durian Durio
17 Rambutan Nephelium Lappaceum
18 Pala Myristica Fragrans
19 Jeruk Nipis Citrus x aurantiifolia
20 Sirsak Annona Muricata
21 Mengkudu Morinda citrifolia
22 Manggis Garcinia mangostana
23 Tebu Saccharum
24 Jambu Biji Psidium guajava
C Tanaman Perdu / Semak
1 Bambu Bambossa, sp
2 Rerumputan Poaceae
3 Teki-tekian Cyperaceae

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-101


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

Nomor Nama Daerah Nama Latin


4 Kacang-kacangan Leguminoceae
5 Putri malu Mimosa vulgaris
6 Alang-alang Imperata cylindrica
7 Babadotan Ageratum conyzoides
Sumber : Pengamatan Langsung di lokasi Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat
Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS dan
sekitarnya, Februari tahun 2016

Hasil analisis vegetasi selanjutnya menunjukan vegetasi tanaman pepohonan


merupakan vegetasi yang mendominasi penutupan lahan (60%). Adapun vegetasi perdu
menempati 20% Area dan sisanya adalah vegetasi budidaya pertanian (20%). Komposisi
vegetasi penutup lahan tersebut berdampak pada rendahnya keragaman dan kelimpahan
jenis flora.

B. Komponen Lingkungan Hidup Fauna


Pengamatan fauna dilakukan berdasarkan informasi dari masyarakat setempat dan
berdasarkan pengamatan langsung di lokasi proyek Industri Farmasi Agro Medika
(Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan
Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS dan sekitarnya. Dari hasil informasi
tersebut diperoleh gambaran bahwa di wilayah studi umumnya masih terdapat kelompok
serangga (insecta), amphibia, Reptilia, burung (aves), dan mamalia. Meskipun demikian,
berdasarkan hasil wawancara dengan penduduk setempat dan pengamatan di lapangan
nampak keragaman dan kelimpahan per jenis fauna atau satwa liar di lokasi adalah rendah.
Di area sekitar permukiman tidak terdapat banyak jenis satwa liar dan dominan adalah dari
kelompok aves dan reptil. Begitu pula keragaman jenis satwa liar yang rendah di area
pertanian dengan dominan kelompok satwa domestik.

Tabel II-33. Jenis fauna yang ada di dalam area proyek Industri Farmasi Agro Medika
(Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman
Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS dan
sekitarnya
No Nama Ilmiah Nama Daerah Kelompok Keterangan
1 Bos sp Kerbau Mamalia Tidak dilindungi
2 Fellis domestica Kucing Mamalia Tidak dilindungi
3 Caprahircus Kambing Mamalia Tidak dilindungi
4 Bos sp. Sapi Mamalia Tidak dilindungi
5 Ovis aries Domba Mamalia Tidak dilindungi
6 Canis lupus familiaris Anjing Mamalia Tidak dilindungi
7 Pteropodidae Codot Mamalia Tidak dilindungi
8 Turnix suscicator Puyuh Aves Tidak dilindungi
9 Gallus gallus sp Ayam Aves Tidak dilindungi
10 Lonchura sp Emprit Aves Tidak dilindungi
11 Pycnonotus aurigaster Kutilang Aves Tidak dilindungi
12 Mabouya multifasciata Kadal Reptilia Tidak dilindungi

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-102


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

No Nama Ilmiah Nama Daerah Kelompok Keterangan


13 Anas Platyhynchos Bebek Aves Tidak dilindungi
14 Cygnus Angsa Aves Tidak dilindungi
15 Streptopelia Chinensis Burung tekukur Aves Tidak dilindungi
16 Passer montanus Burung Gereja Aves Tidak dilindungi
17 Bufo melanopticus Bangkong Amphibia Tidak dilindungi
18 Rana cancrivora Katak sawah Amphibia Tidak dilindungi
19 Handeuleum Doleschallia Polibete Ulat Amphibi Tidak dilindungi
20 Draco sp Cicak Reptilia Tidak dilindungi
21 Phyton reticulatus Ular Sawah Reptilia Tidak dilindungi
22 Xylocopa sp Kumbang Insekta Tidak dilindungi
23 Eurema sp Kupu-kupu Insekta Tidak dilindungi
24 Gomphus exilis Capung Insekta Tidak dilindungi
25 Valanga nigricornis Belalang Insekta Tidak dilindungi
26 Helix pomatia Siput Gastropoda Tidak dilindungi
27 Pila ampullacea Keong Gastropoda Tidak dilindungi
Sumber : Wawancara dengan warga setempat dan Pengamatan Langsung, Februari 2016

2.2.1.3. Rona Lingkungan Hidup Awal Sosial, Ekonomi dan Budaya

A. Sosial Ekonomi
Lingkup kajian demografi dalam studi AMDAL proyek Industri Farmasi Agro
Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya
dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS ini antara lain meliputi kondisi
sosial (kependudukan), perekonomian dan kebudayaan di sekitar lokasi studi, khususnya
Desa Cinagara, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor.

Secara administrasi pemerintahan, area proyek Industri Farmasi Agro Medika


(Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan
Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS termasuk ke dalam wilayah
administrasi Desa Cinagara, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.
Desa Cinagara memiliki luas wilayah sekitar 496,515 hektar.

A.1. Struktur Penduduk


A.1.1. Berdasarkan Jenis Kelamin
Jumlah penduduk di Desa Cinagara berdasarkan data Kecamatan Caringin Dalam
Angka Tahun 2014 adalah sekitar 9.551 jiwa. Tingkat kepadatan penduduk di Desa
Cinagara adalah sebesar 1,411jiwa/km2, serta luas desa / km2 adalah 6,77.

Tabel II-34. Jumlah Penduduk, Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk di Desa
Cinagara
Desa Penduduk (jiwa) Luas wilayah Kepadatan
Laki-laki Perempuan Jumlah (Ha) jiwa/km 2

Cinagara 4.986 4.565 9.551 496,515 1,411


Sumber : Monografi Desa Cinagara Tahun 2015
Keterangan : Data diambil bulan Februari 2016

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-103


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

A.1.2. Berdasarkan Kelompok Umur


Jumlah penduduk dengan umur produktif di Desa Cinagara adalah sebanyak 5.974
orang (62,55 %). Pada tahap konstruksi proyek Industri Farmasi Agro Medika (Industri
Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri
Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS akan memerlukan tenaga kerja sebanyak 120
orang, maka tidak menutup kemungkinan akan memberikan kesempatan kepada warga
masyarakat di Desa Cinagara yang belum bekerja dan berusia produktif untuk dapat
bekerja pada tahap konstruksi Proyek Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi,
Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan
Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS.

Tabel II-35. Jumlah penduduk menurut kelompok umur di Desa Cinagara


Kelompok Umur (tahun) Jumlah (jiwa) Prosentase (%)
0 – 14 3.014 31,56
15 – 54 5.974 62,55
55 ke-atas 563 5,89
Jumlah 9.551 100,0
Produktif 5.974 62,55
Non Produktif 3.577 37,45
Sumber : Monografi Desa Cinagara Tahun 2016

A.1.3. Etnis/Suku Bangsa


Berdasarkan etnis/suku bangsa, diperoleh gambaran bahwa penduduk di Desa
Cinagara mayoritas adalah suku sunda, sedangkan suku/etnis lainnya merupakan
minoritas. Kendatipun demikian, meskipun suku/etnis sunda merupakan
mayoritas/dominan, namun jika dilihat dari adat istiadat dan budaya, sudah tidak nampak
adanya aktivitas/kegiatan yang merupakan corak khas adat istiadat etnis setempat.

A.2. Mata Pencaharian


Penduduk di Desa Cinagara mata pencaharian pokoknya sebagian besar adalah
berprofesi sebagai karyawan swasta, juga bekerja sebagai wiraswata/pedagang. Sehingga
tidak menyebabkan hilangnya mata pencaharian petani penggarap tersebut.

Tabel II-36. Mata Pencaharian Penduduk di Desa Cinagara


No Klasifikasi Mata Pencaharian Desa Cinagara
1 Pegawai Negeri Sipil 55
2 TNI 7
3 PORLI 7
4 Pensiunan PNS/PORLI/TNI 40
5 Karyawan Swasta 825
6 Wiraswasta 446
7 Pedagang 345
8 Petani 580
9 Buruh Tani 755
10 Nelayan -

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-104


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

No Klasifikasi Mata Pencaharian Desa Cinagara


11 Pemulung 50
Jasa 23
JUMLAH 3.133
Sumber : Monografi Desa Cinagara Tahun 2016

A.3. Angkatan Kerja


Berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) tahun 2012
menunjukkan bahwa dari total penduduk usia kerja (15 tahun ke atas), sekitar 2/3
penduduk Kabupaten Bogor termasuk dalam angkatan kerja (bekerja dan mencari kerja).
Tingkat partisipasi angkatan kerja tahun 2012 (65,11%) mengalami peningkatan
dibandingkan tahun 2011 (62,54%). Tingkat pengangguran di Kabupaten Bogor cenderung
menurun selama kurun waktu 2010-2012. Pada tahun 2010 tingkat pengangguran terbuka
tercatat sebesar 10,64%. Angka ini menurun menjadi 9,07% pada tahun 2012. Berdasarkan
keterangan sebelumnya, dapat diprakirakan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di
Desa Cinagara sebanyak 3.890 (jumlah penduduk usia produktif : 5.749 orang), dengan
jumlah penduduk yang sudah bekerja di Desa Cinagara sebanyak 3.133 maka jumlah
penduduk yang belum bekerja diprakirakan sebanyak 757 orang. Berangkat dari prakiraan
TPAK di Desa Cinagara, maka dapat dihitung Tingkat Kesempatan Kerja (TKK) di Desa
Cinagara saat ini sebesar 80,5%..

Terdapat 4 sektor lapangan usaha yang kini menjadi sektor usaha yang paling banyak
menyerap tenaga kerja di Kabupaten Bogor, yaitu sektor industri, perdagangan, jasa dan
sektor pertanian. Komposisi penyerapan tenaga kerja pada tahun 2011 -2012 menunjukkan
adanya transisi atau pergeseran dari sektor pertanian ke sektor industri, perdagangan dan
jasa. Selama periode 2011-2013 UMK Kabupaten Bogor mengalami peningkatan dari Rp.
1.056.900,- pada tahun 2011 menjadi Rp. 1.269.300,- pada tahun 2012 dan meningkat lagi
menjadi Rp. 2.002.000,- pada tahun 2013. Sedangkan pada tahun 2014 berdasarkan
Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 561/Kep.1636-Bangsos/2013 tertanggal 21
Nopember 2013 tentang Upah Minimum Kabupaten/Kota di Jawa Barat Tahun 2014, UMK
di Kabupaten Bogor mengalami kenaikan bervariatif mulai dari Rp. 2.242.240,- sampai
dengan Rp. 2.690.688,- sesuai dengan golongan pokok/golongan/sub golongan/kelompok
usaha atau industri seperti yang tercantum dalam lampiran keputusan tersebut.

Sehubungan adanya rencana kegiatan Industri Farmasi Agro Medika PT. SBS di
wilayah Desa Cinagara, mulai dari tahap konstruksi sampai dengan operasional
diharapkan dapat menciptakan kesempatan kerja dan mengurangi pencari kerja di Desa
Cinagara. Kebutuhan tenaga kerja pada tahap konstruksi Industri Farmasi Agro Medika
PT. SBS diperkirakan 120 orang; 81 orang diantaranya berasal dari warga setempat.
Sedangkan pada tahap operasi Industri Farmasi Agro Medika PT. SBS membutuhkan
tenaga kerja sebanyak 300 orang; 192 orang diantaranya berasal dari warga setempat.

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-105


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

Berdasarkan itu, maka dapat diprakirakan TKK di Desa Cinagara pada tahap konstruksi
dan operasi secara berurutan sebesar 82,5% dan 91,4%.

B. Sosial Budaya

Dalam kajian sosial budaya pada studi ini terdapat beberapa hal yang perlu dibahas,
diantaranya adalah terkait dengan hal : (a) Adat istiadat dan kelembagaan sosial, (b)
pendidikan, (c) agama, (d) keamanan dan ketertiban masyarakat, dan (e) persepsi
masyarakat terhadap rencana proyek Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi,
Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan
Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS. Adapun uraian mengenai masing-masing hal tersebut di
atas, dijelaskan sebagaimana di bawah ini.

B.1. Adat Istiadat dan Kelembagaan Sosial


Gambaran mengenai kondisi sosial budaya di wilayah studi adalah merupakan
masyarakat urban yang sudah banyak berasimilasi dengan berbagai suku yang sudah
berpuluh-puluh tahun tinggal dan menetap di wilayah Kecamatan Caringin. Sehingga
kondisi budaya yang memberikan etnik yang khas wilayah studi sudah tidak dijumpai lagi.
Meskipun sebenarnya dahulu lokasi wilayah studi merupakan tanah pasundan, namun
corak, warna budaya, dan tatanan hidup khas sunda sudah tidak begitu kentara. Hal ini
bisa terlihat dari aktivitas dan bentuk-bentuk tradisi yang masih dilakukan di tengah-
tengah kehidupan masyarakat, dimana yang lebih menonjol adalah tradisi yang berwarna
keislaman, seperti misalnya : (1) Khitanan, (2) Tujuh bulanan bagi wanita hamil, (3)
Aqeqah, (4) Potong rambut untuk anak kecil yang baru lahir, dan (5) Bentuk-bentu
tasyakuran lain. Disamping kegiatan-kegiatan ini, juga bisa dilihat dari bentuk-bentuk
lembaga desa yang ada, yang sudah lebih bercorak formal yang antara lain berupa : (1)
LPMD; (2) RT, (3) RW, (4) Karang Taruna, (5) BPD, (6) TP PKK, (7) Poskamdes dan (8)
Linmas/Hansip.

B.2. Pendidikan
Sarana pendidikan meliputi ketersediaan pusat-pusat pendidikan berupa sekolah dari
jenjang dasar hingga pendidikan menengah atas/sederajat. Sarana dan prasarana
pendidikan di Desa Cinagara dilihat dari data statistik dari kantor BPS Kabupaten Bogor
sampai dengan tahun 2014 belum tersedia (dalam publikasi Kecamatan Caringin Dalam
Angka Tahun 2014) Sarana prasarana Gedung Sekolah SD sebanyak 3 unit, Gedung Sekolah
RA sebanyak 5 unit, SD (sekolah dasar/sederajat) sebanyak 2 unit, dan RA sebanyak 4 unit.
Sedangkan sarana prasarana pendidikan untuk jenjang SLTP sederajat belum tersedia di
Desa Cinagara.

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-106


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

Sedangkan gambaran mengenai jumlah penduduk di Desa Cinagara, baik yang


sedang mengenyam pendidikan maupun yang tidak/sudah tidak mengenyam pendidikan
beserta klasifikasinya disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel II-37. Klasifikasi Pendidikan Masyarakat di Desa Cinagara


No. Klasifikasi Pendidikan Warga Desa Cinagara (jiwa)
Lulusan Pendidikan Umum
1. TK/ TPA/ PAUD 700
2. SD/ MI (Paket A) 2.300
3. SMP/ SLTP (Mts dan Paket B) 1.100
4. SMA/SLTA (MA dan Paket C) 1.200
5. Akademis/ D1-D3 299
6. Sarjana 1 125
7. Sarjana 2 11
8. Sarjana 3 -
Lulusan Pendidikan Khusus/ Non Formal
1 Pondok Pesantren 450
2 Kursus -
3 Sekolah Luar Biasa 5
JUMLAH 6.190
Sumber : Daftar Potensi Desa Cinagara dan data Kecamatan Caringin Dalam Angka Tahun 2014

B.3. Keagamaan
Sarana prasarana keagamaan dapat dilihat dari data sekunder yang diperoleh, yakni
data jumlah sarana peribadatan dan jumlah penganut agama di suatu wilayah. Berdasarkan
data dari publikasi Kecamatan Caringin Dalam Angka Tahun 2014, sarana peribadatan
yang paling dominan adalah fasilitas peribadatan umat Islam, yakni 36 unit Mushola dan 12
unit Masjid, sedangkan fasilitas peribadatan agama lain dominan berada di luar wilayah
Desa Cinagara. Seluruh penduduk di Desa Cinagara mayoritas pemeluk agama Islam yaitu
sebanyak 9.531 orang (99,8%) dan Kristen Protestan sebanyak 20 orang (0,2%).

B.4. Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Kamtibmas)


Dalam kurun waktu 1 (satu) tahun terakhir di wilayah Desa Cinagara belum pernah
terjadi gangguan Kamtibmas seperti kasus konflik SARA, kerusuhan, teror, intimidasi,
pencurian, penculikan, penjarahan dan penyerobotan tanah serta pembunuhan dan lain-
lain. (Monografi desa cinagara) 2016.

2.2.1.4. Rona Lingkungan Hidup Awal Kesehatan Masyarakat


Dalam kajian kesehatan masyarakat pada studi ini terdapat beberapa hal yang perlu
dibahas, diantaranya adalah terkait dengan hal : (1) sumber air untuk memenuhi
kebutuhan hidup, (2) sarana sanitasi lingkungan, (3) prasarana kesehatan, (4) sarana
kesehatan, (5) kesehatan ibu dan anak, (6) wabah penyakit yang mengidap, dan (7) perilaku
hidup bersih dan sehat (kebiasaan buang air besar). Adapun uraian mengenai masing-
masing hal tersebut di atas, dijelaskan sebagaimana di bawah ini.

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-107


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

A. Sumber Air Untuk Memenuhi Kebutuhan Hidup


Sumber utama air bersih yang digunakan oleh mayoritas warga Desa Cinagara
adalah menggunakan sumur gali (sumur dangkal), jika tidak memiliki sumur gali warga
menggunakan sumber air dari mata air untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih.
Sedangkan untuk sumur pompa, ada juga warga yang menggunakannya untuk memenuhi
kebutuhan akan air bersih. Sedangkan untuk sungai, warga desa pada umumnya tidak
memanfaatkannya untuk memenuhi keperluan air bersih.

B. Sarana Sanitasi Lingkungan


Kondisi sarana sanitasi lingkungan di Desa Cinagara pada umumnya sudah cukup
baik, dimana sebagian besar warga telah memiliki jamban keluarga di rumah masing-
masing. Namun untuk saluran drainase/saluran pembuangan air limbah rumah tangga,
masih terlihat minim.

C. Sarana dan Prasarana Kesehatan


Sarana kesehatan di Desa Cinagara dapat dikatakan belum memadai, sampai dengan
disusunnya KA-ANDAL Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi, Industri Produk
Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb
Infusion”) PT. SBS ini, sarana kesehatan yang ada di Desa Cinagara dalam publikasi
Kecamatan Caringin Dalam Angka Tahun 2014 ada 1 Puskesmas, 13 unit Posyandu, Pos KB.

D. Kesehatan Ibu dan Anak


Kondisi kesehatan Ibu dan Anak dapat dilihat dari kualitas beberapa parameter,
yaitu : (1) Ibu hamil, (2) Bayi, (3) Persalinan, dan (4) Imunisasi. Di Desa Cinagara, pada
umumnya kondisi kesehatan ibu dan anak tergolong cukup baik. Hal ini terlihat dari :
(1) Nihilnya kejadian meninggalnya ibu hamil ataupun ibu melahirkan, (2) Rendahnya
persentase bayi meninggal pada saat dilahirkan ( 2/217 x 100 % = 0,92 %), (3) Cukup
memadainya tempat-tempat persalinan dan tenaga medis yang membantu proses
persalinan, serta (4) Cukup memadainya kegiatan imunisasi bagi ibu hamil dan balita.

E. Wabah Penyakit Yang Sering Di Idap Masyarakat


Wabah penyakit, khususnya jenis penyakit yang umum menjadi tolok ukur kesehatan
masyarakat, yaitu penyakit : Muntaber, Kolera, Demam Berdarah, Polio, Cikungunya, Flu
Burung, Busung Lapar, Malaria, TBC, ISPA, Asma, Lepra/Kusta; tidak dijumpai adanya
kejadian wabah dari jenis penyakit tersebut di atas. Namun demikian terdapat juga jenis
penyakit yang diderita oleh penduduk, yaitu penyakit paru-paru. Tindakan medis yang
selama ini dilakukan untuk menyembuhkan penyakit paru-paru ini adalah dengan berobat
ke Puskesmas di Ibu Kota Kecamatan dan selanjutnya dirawat sendiri di rumah.

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-108


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

Kondisi lingkungan dan kesehatan masyarakat sampai saat ini cukup baik, hal ini
tampak dari tidak adanya wabah penyakit yang meresahkan masyarakat, hanya ada
beberapa anggota masyarakat yang terkena penyakit paru-paru dan jumlahnya sedikit, dan
itupun sudah bisa tertangani oleh pihak Puskesmas dan dokter-dokter yang ada. Di
samping itu pemerintah dari pihak Kecamatan dan desa di wilayah studi sudah membuat
program-program terpadu melalui Posyandu dan Puskesmas yang didukung oleh para
kader-kader kesehatan seperti dukun bayi ataupun bidan dan mantri-mantri kesehatan,
serta para perawat yang sudah terlatih. Khusus untuk sarana kesehatan, Desa Cinagara
sudah memiliki Posyandu yang siap untuk melayani kesehatan warga masyarakat serta
memberikan informasi mengenai kesehatan lingkungan.

Biasanya setiap dua minggu atau sebulan sekali warga masyarakat dan perangkat
desa mengadakan kerja bakti untuk pemeliharaan sanitasi lingkungan, dari mulai
memperhatikan perbaikan saluran air limbah rumah tangga, serta membersihkan tempat
pembuangan sampah dengan baik. Hal ini untuk menghindari segala bentuk wabah
penyakit yang tidak diinginkan. Sehubungan dengan itu, Pemerintah Desa Cinagara
berupaya memfasilitasi semua kegiatan seperti imunisasi BCG, DPT, folio dan campak,
melalui para kader-kader kesehatan yang terbentuk dalam suatu wadah yaitu Posyandu
dan bekerjasama dengan Puskesmas Kecamatan Caringin. Sampai dengan disusunya studi
AMDAL ini, berdasarkan data dari Buku Saku Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor Tahun
2015, di sekitar lokasi Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi, Industri Produk
Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb
Infusion”) PT. SBS (Desa Cinagara) tidak pernah terjadi kejadian luar biasa (KLB) dalam
gangguan / kasus penyakit.

2.2.2. Usaha dan/atau Kegiatan Yang Ada Disekitar Lokasi Beserta Dampak Yang
Ditimbulkannya Terhadap Lingkungan Hidup

Kegiatan lain yang ditemui dan berada di sekitar lokasi proyek Industri Farmasi Agro
Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya
dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS yang berlokasi di Desa Cinagara,
Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat adalah Lido lakes resort and conference,
restaurant, danau, sawah, pemukiman warga dan tegalan. Lokasi proyek Industri Farmasi
Agro Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman
Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS secara keseluruhan
merupakan persawahan, tegalan.

Akses jalan yang melintasi sekitar lokasi proyek Industri Farmasi Agro Medika
(Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan
Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS adalah jalan milik Pemda Kabupaten
Bogor (jalan Raya Sukabumi). Sedangkan untuk aktivitas perekonomian

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-109


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

komersil seperti pertokoan, restauran, tempat fotokopi, rumah makan dan lain-lain
dominan berada di luar wilayah Desa Cinagara.

Kegiatan lain yang ada di sekitar lokasi proyek Industri Farmasi Agro Medika
(Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan
Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS berikut dampak yang ditimbulkan
dapat dijelaskan seperti berikut :

a. Kawasan permukiman penduduk dan perumahan, dampak yang ditimbulkan adalah


dampak kualitas jalan, gangguan lalu lintas dan limbah domestik (padat dan cair).

b. Kegiatan pendidikan (formal dan informal), perkantoran dan jasa, antara lain :
sekolah, ruko, perkantoran, perdagangan dan jasa lainnya, dampak yang ditimbulkan
adalah kualitas jalan dan gangguan lalu lintas.

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-110


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

Gambar II-33. Peta Kegiatan Lain

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-111


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

2.3. Hasil Pelibatan Masyarakat

Pelibatan masyarakat merupakan bagian dari pelingkupan yang tercantum di dalam


Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KA-ANDAL) rencana kegiatan
yang akan dilakukan oleh Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi, Industri Produk
Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb
Infusion”) PT. SBS. Pada waktu studi ini dilakukan, telah dilaksanakan kegiatan yang
melibatkan masyarakat sekitar yang diawali dengan kegiatan pemasangan pengumuman
(public notice) dan kegiatan sosialisasi dan dengar pendapat (public hearing). Pelibatan
masyarakat dilakukan dengan mengacu kepada Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 17 Tahun 2012 tentang Keterlibatan Masyarakat Dalam Proses Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup dan Izin Lingkungan, khususnya Pasal 4, yang
membahas Tata Cara Pengikutsertaan Masyarakat dalam Proses AMDAL dan Izin
Lingkungan.

Tujuan dilibatkannya masyarakat dalam proses AMDAL dan Izin Lingkungan adalah
agar masyarakat mendapatkan informasi mengenai rencana kegiatan yang berdampak
penting terhadap lingkungan, masyarakat dapat menyampaikan saran, pendapat dan/atau
tanggapan atas rencana kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan,
Masyarakat dapat terlibat dalam proses pengambilan keputusan terkait dengan
rekomendasi kelayakan atau ketidaklayakan atas rencana kegiatan yang berdampak
penting terhadap lingkungan dan Masyarakat dapat menyampaikan saran, pendapat
dan/atau tanggapan atas proses izin lingkungan. Adapun masyarakat yang dilibatkan
adalah masyarakat yang terkena dampak, masyarakat pemerhati lingkungan dan
masyarakat yang akan terpengaruh oleh segala bentuk keputusan dalam proses AMDAL
itu sendiri. Kegiatan pelibatan masyarakat yang telah dilakukan diantaranya ;

2.3.1. Kegiatan Pemasangan Pengumuman (Public Notice)

Kegiatan pemasangan pengumuman dan/atau pemberitahuan (public notice) rencana


kegiatan yang akan dilakukan oleh Pemrakarsa diawali dengan memasang iklan
pengumuman AMDAL pada media cetak atau surat kabar harian “Radar Bogor”, terbit
pada hari Senin tertanggal 18 Februari 2016; Pemasangan plang pengumuman AMDAL
dengan ukuran 130 cm x 1 meter yang dipasang di lokasi tapak proyek rencana
pembangunan Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat
Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”)
PT. SBS; Pemasangan pengumuman AMDAL di Kantor Kecamatan Caringin; dan
Pemasangan pengumuman AMDAL di Kantor Pemerintahan Desa Cinagara.

Pada setiap pengumuman dicantumkan nama Pemrakarsa dan alamat kantor


Pemrakarsa. Pemrakarsa memberikan kesempatan bagi masyarakat dan pemerhati
lingkungan hidup untuk menyampaikan saran, pendapat dan/atau tanggapan atas

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-112


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

rencana kegiatan secara tertulis, baik melalui surat maupun email yang ditujukan kepada
Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Bogor dengan tembusan kepada Pemrakarsa
sejak pengumuman AMDAL dipasang sampai dengan tanggal 29 Februari 2016 (10 hari).
Sampai dengan disusunnya KA-ANDAL ini, tidak ada saran, pendapat dan/atau
tanggapan secara tertulis atau email atas rencana kegiatan dari masyarakat dan pemerhati
lingkungan hidup yang ditujukan kepada BLH maupun kepada Pemrakarsa.

2.3.2. Sosialisasi dan Dengar Pendapat atau Konsultasi Publik (Public Hearing)

Kegiatan konsultasi publik (public hearing) tentang rencana kegiatan pembangunan


Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional,
Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) yang
diprakarsai oleh PT. SBS sampai dengan disusunnya Kerangka Acuan Analisis Dampak
Lingkungan Hidup (KA-ANDAL) ini telah dilaksanakan. Kegiatan konsultasi publik
dilaksanakan di Aula Kantor Desa Cinagara, yang dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 8
Maret 2016, yang dipimpin oleh Camat Caringin dan difasilitasi oleh Kepala Desa Cinagara.

Kegiatan sosialisasi atau konsultasi publik (public hearing) tentang rencana kegiatan
Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional,
Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS
dihadiri oleh sekitar 95 orang undangan yang terdiri atas beberapa unsur, diantaranya
unsur Pemerintahan Daerah Kabupaten Bogor yaitu, Dinas Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan,. Sedangkan di tingkat kecamatan diundang Muspika kecamatan setempat
diantaranya Camat Caringin, Kapolsek Caringin. Sedangkan di tingkat desa yang diundang
diantaranya Kepala Desa Cinagara dan jajarannya mulai dari unsur BPD, LPM,
kepemudaan (Karang Taruna dan pemerhati lingkungan), TP PKK, tokoh agama, tokoh
masyarakat, ketua RW 02, 03, 06, dan RW 07 serta wakil masyarakat desa/kampung
terdekat yang akan terkena dampak langsung.

Dalam kegiatan sosialisasi atau konsultasi publik, pemrakarsa menyampaikan


seluruh informasi pada setiap tahap kegiatan yang akan dilakukan, mulai dari tahap Pra
Konstruksi, Konstruksi dan Operasi. Kegiatan sosialisasi tersebut dilakukan guna
mendapatkan saran, pendapat dan/atau tanggapan masyarakat sekitar yang diprakirakan
akan terkena dampak langsung atas rencana kegiatan yang akan dilakukan oleh Industri
Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri
Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS. Saran,
pendapat dan/atau tanggapan tersebut, pemrakarsa akan mendokumentasikan dan
mengolahnya lebih lanjut dan mendalam yang kemudian akan dijadikan masukan dalam
penyusunan studi AMDAL.

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-113


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

2.3.3. Penetapan Wakil Masyarakat


Kegiatan konsultasi publik dilaksanakan juga untuk memilih dan menetapkan wakil
masyarakat yang terkena dampak yang akan duduk sebagai anggota Komisi Penilai
AMDAL. Wakil masyarakat dipilih dan ditetapkan langsung oleh masyarakat terkena
dampak yang diketahui oleh, Kepala Desa Cinagara dan Wakil Masyarakat. Penetapan
wakil masyarakat tersebut dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan konsultasi publik.
Jumlah wakil masyarakat terkena dampak dan ditetapkan sebagai anggota Komisi Penilai
AMDAL, ditetapkan secara proporsional dan dapat mewakili aspirasi masyarakat yang
diwakilinya dalam hal lingkungan hidup.

Penetapan dan penunjukan wakil masyarakat terkena dampak yang akan duduk
dalam Komisi Penilai AMDAL pada kegiatan konsultasi publik rencana kegiatan
pembangunan Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat
Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”)
PT. SBS, telah dipilih dan ditetapkan wakil masyarakat terkena dampak, sebanyak 4
(empat) orang dari warga Desa Cinagara, diantaranya yaitu ;

Nama :
TTL :
Alamat :
Telp :

Hasil dari penetapan wakil masyarakat tersebut dituangkan dalam surat persetujuan
yang ditandatangani oleh setiap wakil masyarakat dan diketahui oleh Kepala Desa
Cinagara. Pemrakarsa kemudian melaporkan hasil dari penetapan wakil masyarakat
tersebut kepada Sekretariat Komisi Penilai AMDAL Kabupaten Bogor. Adapun kewajiban
dari wakil masyarakat yang ditetapkan diantaranya melakukan komunikasi dan konsultasi
secara rutin dengan masyarakat terkena dampak yang diwakilinya dan menyampaikan
aspirasi masyarakat terkena dampak yang diwakilinya dalam rapat Komisi Penilai
AMDAL.

2.3.4. Saran, Pendapat dan/atau Tanggapan


Berdasarkan pengamatan dan evaluasi terhadap saran, pendapat dan/atau
tanggapan dari masyarakat sekitar, Pemerintah Daerah dan pihak-pihak terkait dengan
rencana kegiatan pembangunan Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi, Industri
Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal
“Herb Infusion”) PT. SBS, terdapat beberapa masukan yang perlu menjadi perhatian,
diantaranya adalah ;

.................................................................................................................................................

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-114


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

Dengan adanya kegiatan sosialisasi (konsultasi publik/dengar pendapat) ini dapat


disimpulkan bahwa masyarakat di sekitar lokasi rencana kegiatan tidak keberatan dan
mendukung adanya rencana pembangunan yang akan dilakukan oleh Industri Farmasi
Agro Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman
Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS.

Semua saran, pendapat dan/atau tanggapan, rekomendasi dan gagasan tersebut


menjadi bahan pertimbangan/masukan bagi Tim Studi dalam penyusunan Dokumen KA-
ANDAL, ANDAL, dan RKL-RPL Rencana Kegiatan Pembangunan Industri Farmasi Agro
Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya
dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS.

2.4. Dampak Penting Hipotetik


Proses untuk menghasilkan dampak penting hipotetik pada dasarnya diawali melalui
proses identifikasi dampak potensial dan evaluasi dampak potensial yang selanjutnya
menghasilkan daftar dampak penting hipotetik.

Skema proses penentuan dampak penting hipotetik seperti dipaparkan pada gambar
dibawah ini.

Deskripsi
Rencana
Kegiatan

Deskripsi
Rona
Lingkungan
Hidup Awal
Dampak
Dampak
Penting
Potensial
Hasil Hipotetik
Pelibatan
Masyarakat

Kegiatan Lain
Di Sekitar
Lokasi

Identifikasi Evaluasi
Dampak Dampak
Potensial Potensial

Gambar II-34. Kerangka Bagan Alir Proses Pelingkupan

2.4.1 Identifikasi Dampak Potensial


Pada tahap ini diidentifikasi dan diinvetarisir dampak potensial yang mungkin
timbul tanpa memperhatikan besar atau kecilnya dampak, atau penting tidaknya

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-115


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

dampak sehingga belum ada upaya penilaian, apakah dampak tersebut merupakan
dampak penting atau tidak penting. Metode yang digunakan adalah metode matriks
dengan cara menghubungkan antara komponen lingkungan yang mungkin terkena
dampak dengan komponen rencana kegiatan per tahapan sebagai sumber dampaknya.

Jenis-jenis dampak potensial diperoleh berdasarkan penilaian para ahli, isu-isu yang
berkembang di media massa dan hasil pengalaman (empiris) kegiatan sejenis. Secara rinci
dampak potensial yang diperkirakan terjadi pada tahap pra konstruksi, konstruksi dan
operasi disajikan pada tabel dibawah ini;

Tabel II-38. Dampak Potensial pada Tahap Pra Konstruksi


No Sumber Dampak Jenis Dampak Sifat Dampak Kategori Komponen
Dampak Lingkungan

Tabel II-39. Dampak Potensial pada Tahap Konstruksi


No Sumber Dampak Jenis Dampak Sifat Dampak Kategori Komponen
Dampak Lingkungan

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-116


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

No Sumber Dampak Jenis Dampak Sifat Dampak Kategori Komponen


Dampak Lingkungan

Tabel II-40. Dampak Potensial pada Tahap Operasi


No Sumber Dampak Jenis Dampak Sifat Dampak Kategori Komp.
Dampak Lingkungan

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-117


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

Tabel II-41. Matriks Identifikasi Dampak Potensial

Tahap Kegiatan
Keterangan
No. Komponen/ Sub Komponen/ Parameter Lingkungan Pra Konstruksi Konstruksi Operasi
(Tahap Kegiatan)
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5
A Fisik-Kimia Tahap Pra konstruksi
1) Penetapan dan Perolehan Lahan;
2) Pengurusan Perizinan
3) Perencanaan
4) Sosialisasi

Tahap Konstruksi
1) Penerimaan Tenaga Kerja Kontruksi
2) Mobilisasi Peralatan dan Material
3) Persiapan Kontruksi dan Pematangan Lahan
4) Kontruksi Bangunan Utama dan Sarana
Penunjang

Tahap Operasi
1) Penerimaan Tenaga Kerja Operasi
2) Mobilisasi Peralatan dan Bahan Baku
3) Proses Produksi
4) Pemeliharaan Peralatan dan Bangunan serta
Sarana Penunjang
5) Distribusi Produk

X = Ada Dampak
- = Tidak Ada Dampak

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-118


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

2.4.2 Evaluasi Dampak Potensial


Pelingkupan pada tahap ini bertujuan untuk menghilangkan/meniadakan dampak
potensial yang dianggap tidak relevan atau tidak penting, sehingga diperoleh daftar
dampak besar dan penting hipotesis yang dipandang perlu dan relevan untuk ditelaah
secara mendalam dalam studi ANDAL. Daftar dampak besar dan penting potensial ini
disusun berdasarkan pertimbangan atas hal-hal yang dianggap penting oleh masyarakat di
sekitar rencana kegiatan, instansi yang bertanggung jawab, dan para pakar. Pada tahap ini
daftar dampak besar dan penting hipotesis yang dihasilkan belum tertata secara sistematis.

Metode yang digunakan pada tahap ini adalah interaksi kelompok (rapat, lokakarya,
brainstorming), diskusi antar pakar dan diskusi dengan pemrakarsa, survei lapangan, telaah
pustaka, pendekatan kepakaran dan konsultasi publik dengan masyarakat yang
berkepentingan (Panduan Pelingkupan dalam AMDAL, KLH 2007). Kriteria yang
digunakan dalam menentukan evaluasi dampak potensial terdiri dari dua pertanyaan
utama dan empat pertanyaan pendukung. Dua pertanyaan utama yang digunakan sebagai
penapisan adalah ;

1. Apakah pihak pemrakarsa telah berencana untuk mengelola dampak tersebut dengan
cara-cara yang mengacu pada Standar Operasional Prosedur (SOP) tertentu; dan

2. Apakah terdapat rencana pengelolaan yang menjadi bagian dari rencana kegiatan?.

Sedangkan empat kriteria pertanyaan pendukung yang digunakan sebagai


penapisan, yakni sebagai berikut :

A. Apakah beban terhadap komponen lingkungan tertentu sudah tinggi? Hal ini dapat
dilihat dari hasil analisis data sekunder dan kunjungan lapangan.

B. Apakah komponen lingkungan tersebut memegang peranan penting dalam


kehidupan sehari-hari masyarakat sekitar (nilai sosial dan ekonomi) dan terhadap
komponen lingkungan lainnya (nilai ekologis) sehingga perubahan besar pada
kondisi komponen lingkungan tersebut akan sangat berpengaruh pada kehidupan
masyarakat dan keutuhan ekosistem? (telaah pra-survei).

C. Apakah ada kekhawatiran dari masyarakat tentang komponen lingkungan tersebut?


(konsultasi masyarakat).

D. Apakah ada aturan atau kebijakan yang akan dilanggar dan atau dilampaui oleh
dampak tersebut? (telaah terhadap peraturan yang menetapkan baku mutu
lingkungan, baku mutu emisi/limbah, tata-ruang, dan sebagainya).

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-119


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

Setiap dampak potensial ditapis dengan dua pertanyaan utama di atas, jika terdapat
rencana pengelolaan yang sudah direncanakan oleh Pemrakarsa ataupun sudah ada S.O.P
(Standar Operasional Prosedur) dari Pemrakarsa terhadap dampak potensial tersebut, maka
komponen lingkungan tersebut termasuk ke dalam dampak tidak penting dan tidak perlu
dikaji lebih mendalam. Tetapi jika tidak terdapat rencana pengelolaan maupun S.O.P
(Standar Operasional Prosedur), maka akan dilanjutkan oleh penapisan menggunakan
empat pertanyaan berikutnya. Apabila salah satu pertanyaan dijawab “YA” atau “Tidak
Diketahui”, maka komponen lingkungan tersebut termasuk ke dalam Dampak Penting
Hipotetik (DPH) dan akan dikaji lebih mendalam. Penapisan dampak penting hipotetik
sebagaimana disajikan pada tabel berikut ;

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-120


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)
Tabel II-42. Matriks Evaluasi Dampak Potensial pada Tahap Pra Konstruksi, Konstruksi dan Operasi
Penapisan Kriteria Pertanyaan
No Jenis Dampak Penerima Sumber Dampak DIKAJI
1 2 A B C D

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-121


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)
Penapisan Kriteria Pertanyaan
No Jenis Dampak Penerima Sumber Dampak DIKAJI
1 2 A B C D

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-122


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)
Penapisan Kriteria Pertanyaan
No Jenis Dampak Penerima Sumber Dampak DIKAJI
1 2 A B C D

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-123


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)
Penapisan Kriteria Pertanyaan
No Jenis Dampak Penerima Sumber Dampak DIKAJI
1 2 A B C D

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-124


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)
Penapisan Kriteria Pertanyaan
No Jenis Dampak Penerima Sumber Dampak DIKAJI
1 2 A B C D

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-125


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)
Penapisan Kriteria Pertanyaan
No Jenis Dampak Penerima Sumber Dampak DIKAJI
1 2 A B C D

Keterangan : Apabila nomor 1 dan/atau 2 dijawab YA, maka kolom A s/d D tidak perlu dijawab, karena apabila telah ada aturan yang jelas dan/atau penanggulangan dampak kegiatan tersebut sudah menjadi
rencana dari awal suatu kegiatan, maka dampak tersebut tidak perlu dikaji dalam AMDAL
A. 2 (dua) Penapisan :
1. Apakah pihak pemrakarsa telah berencana untuk mengelola dampak tersebut dengan cara-cara yang mengacu pada Standar Operasional Prosedur (SOP) tertentu; dan
2. Apakah terdapat rencana pengelolaan yang menjadi bagian dari rencana kegiatan
B. 4 (empat) Kriteria Pertanyaan :
a) Apakah beban terhadap komponen lingkungan tertentu sudah tinggi? Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis data sekunder dan kunjungan lapangan
b) Apakah komponen lingkungan tersebut memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat sekitar (nilai sosial dan ekonomi) dan terhadap komponen lingkungan lainnya (nilai
ekologis) sehingga perubahan besar pada kondisi komponen lingkungan tersebut akan sangat berpengaruh pada kehidupan masyarakat dan keutuhan ekosistem? (telaah pra-survei)
c) Apakah ada kekhawatiran dari masyarakat tentang komponen lingkungan tersebut? (konsultasi masyarakat)
d) Apakah ada aturan atau kebijakan yang akan dilanggar dan atau dilampaui oleh dampak tersebut? (telaah terhadap peraturan yang menetapkan baku mutu lingkungan, baku mutu emisi/limbah, tata-
ruang, dan sebagainya)

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-126


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

Penjelasan Tabel II-52, dasar pertimbangan evaluasi dampak potensial menjadi


dampak penting hipotetik untuk tiap tahap kegiatan adalah sebagai berikut ;

2.4.2.1 Tahap Pra Kontruksi


Tahap prakontruksi, kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak adalah
penetapan dan perolehan lahan, pengurusan izin, dan sosialisasi.

1. Dampak Persepsi dan Sikap Masyarakat

2.4.2.2 Tahap Kontruksi


Kegiatan pada tahap kontruksi yang berpotensi menimbulkan dampak adalah: 1)
penerimaan tenaga kerja; 2) mobilisasi alat dan material; 3) persiapan konstruksi dan
pematangan lahan; 4) pembangunan fisik bangunan utama dan fasilitas penunjang Industri
Agro Medika;

A. Penerimaan tenaga kerja


1. Dampak terhadap Kesempatan Kerja

2.4.2.3 Tahap Operasi


Pada tahap operasi terdiri dari kegiatan: 1) penerimaan tenaga kerja operasi; 2)
Mobilisasi Perlatan dan Bahan Baku; 3) Proses Produksi; 4) pemeliharaan peralatan dan
bangunan serta fasilitas penunjang; 5) Distribusi Produk.

A. Penerimaan tenaga kerja


1. Dampak terhadap Kesempatan Kerja

2.4.3 Penentuan Dampak Penting Hipotetik


Kajian terhadap dampak penting hipotetik (DPH) dilakukan berdasarkan 7 (tujuh)
kriteria, yakni; (a) Jumlah manusia yang terkena dampak; (b) Luas wilayah penyebaran
dampak; (c) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung; (d) Jumlah komponen
lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak; (e) Sifat kumulatif dampak; (f) Berbalik
atau tidak berbaliknya dampak; dan/atau (g) Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.

Hasil evaluasi dampak potensial menjadi dampak penting hipotetik (DPH) ANDAL
rencana kegiatan Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi, Industri

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-127


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal
“Herb Infusion”) PT. SBS dapat dilihat pada tabel berikut ini ;

Tabel II-43. Dampak Penting Hipotetik (DPH) Rencana Kegiatan Industri Farmasi Agro
Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri
Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb
Infusion”) PT. SBS
No. Komponen Lingkungan Sumber dampak

A. TAHAP PRAKONTRUKSI

B. TAHAP KONTRUKSI

1) a)
2) a)
3) a)
4) a)

1) a)
2) a)
3) a)
4) a)
a)
C. TAHAP OPERASI

1) a)
2) a)
3) a)
a)

1) a)
2) a)
3) a)
4) a)
5) a)

1)

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-128


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

DAMPAK PENTING HIPOTETIK(DPH)


A. TAHAP PRA KONTRUKSI
DAMPAK POTENSIAL 1) Persepsi dan Sikap Masyarakat
B. TAHAP KONSTRUKSI
A. TAHAP PRA KONSTRUKSI 1) Penurunan Kualitas Udara
1) Persepsi dan Sikap Masyarakat 2) Peningkatan Kebisingan
3) Penurunan Kualitas Air Permukaan
B. TAHAP KONSTRUKSI 4) Peningkatan Limpasan Air Permukaan
5) Kesempatan Kerja
1) Penurunan Kualitas Udara
6) Peluang Berusaha
2) Peningkatan Kebisingan 7) Perubahan Pendapatan
Rencana Kegiatan 3) Penurunan Kualitas Air Permukaan 8) Persepsi dan Sikap Masyarakat
• Pra Konstruksi 4) Penurunan Kuantitas Air Tanah 9) Gangguan Lalu Lintas
• Konstruksi 5) Peningkatan Limpasan B. TAHAP OPERASI
• Operasi Air Permukaan 1) Penurunan Kualitas Udara
6) Terjadinya genangan/banjir 2) Peningkatan Kebisingan
7) Peningkatan Laju erosi tanah 3) Penurunan Kuantitas Air Tanah
8) Potensi Longsor 4) Kesempatan Kerja
9) Potensi Getaran 5) Peluang Berusaha
6) Perubahan Pendapatan
10) Perubahan Vegetasi 7) Gangguan Kamtibmas
Identifikasi Dampak 11) Gangguan Biota Air 8) Persepsi dan Sikap Masyarakat
Evaluasi
Potensial 12) Kesempatan Kerja 9) Gangguan Lalu Lintas
DampakPotensial
13) Peluang Berusaha
Rona Lingkungan Hidup Awal 14) Perubahan Pendapatan
15) Persepsi dan Sikap Masyarakat
a. Fisika - kimia BUKAN DAMPAK PENTING HIPOTETIK
b. Biologi
16) Penurunan Sanitasi Lingkungan
NAMUN TETAP DIKELOLA
c. Sosial, Ekonomi, Budaya 17) Peningkatan Angka kesakitan
d. Kesehatan Masyarakat 18) Kerusakan Jalan
A. TAHAP KONSTRUKSI
19) Gangguan Lalu Lintas
1) Penurunan Kuantitas Air Tanah
2) Peningkatan Getaran
C. TAHAP OPERASI 3) Peningkatan Laju Erosi
1) Penurunan Kualitas Udara 4) Perubahan Vegetasi
Kegiatan lain di 2) Peningkatan Kebisingan 5) Gangguan Biota Air
sekitar lokasi Identifikasi Dampak Potensial 3) Penurunan Kualitas Air Permukaan Metode Evaluasi Dampak 6) Penurunan Sanitasi Lingkungan
1.) Studi pustaka 4) Penurunan Kuantitas Air Tanah Potensial 7) Peningkatan angka kesakitan
2.) Penggalian informasi 1.) Kondisi spesifik
pemrakarsa dan pakar
5) Gangguan Biota Air 8) Peningkatan Kerusakan Jalan
lingkungan
Saran, masukan, 3.) Diskusi (brainstorming) 6) Kesempatan Kerja
2.) Hasil konsultasi dgn para
pendapat dari 4.) Survey pelingkupan (wawancara 7) Peluang Berusaha B. TAHAP OPERASI
stake holder
warga sekitar hasil 8) Perubahan Pendapatan 1) Penurunan Kualitas Air Permukaan
dan observasi) 3.) PP 27/2012 (Izin
konsultasi publik 2) Gangguan Biota Air
5.) Matriks interasksi 9) Persepsi dan Sikap Masyarakat Lingkungan)
10) Penurunan Sanitasi Lingkungan 3) Penurunan Sanitasi Lingkungan
4) Peningkatan Angka Kesakitan

Gambar II-35. Bagan alir proses pelingkupan

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-129


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

Gambar II-36. Bagam alir keterkaitan dampak pada tahap pra kontruksi

Gambar II-37. Bagam alir keterkaitan dampak pada tahap kontruksi

Gambar II-38. Bagam alir keterkaitan dampak pada tahap operasi

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-130


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

2.5. Batas Wilayah Studi dan Batas Waktu Kajian


2.5.1. Batas Wilayah Studi

2.5.1.1. Batas Proyek

2.5.1.2. Batas Ekologi

2.5.1.3. Batas Sosial

2.5.1.4. Batas Administrasi

2.5.2. Batas Waktu Kajian


Batasan waktu kajian adalah batas waktu kajian yang akan digunakan dalam
melakukan prakiraan dan evaluasi dampak dalam kajian ANDAL. Penentuan batas waktu
kajian ini selanjutnya digunakan sebagai dasar untuk melakukan penentuan perubahan
rona lingkungan tanpa adanya rencana usaha dan/atau kegiatan atau dengan adanya
kegiatan Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat
Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”)
PT. SBS. Batas waktu kajian Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi, Industri
Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal
“Herb Infusion”) PT. SBS untuk setiap tahapan kegiatan adalah sebagaimana disajikan pada
tabel

Tabel II-44. Batas Waktu Kajian


No. Kegiatan Komponen Lingkungan Hidup Batas Waktu
Terkenan Dampak Kajian

-
-
-
-
-
-
-

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-131


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

No. Kegiatan Komponen Lingkungan Hidup Batas Waktu


Terkenan Dampak Kajian
-
-
-
-
-
-
-

-
-
-
-
-
-
-
-

-
-
-
-

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-132


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

Gambar II-39. Peta Batas Proyek

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-133


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

Gambar II-40. Peta Batas Ekologi

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-134


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

Gambar II-41. Peta Batas Sosial

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-135


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

Gambar II-42. Peta Batas Administrasi

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-136


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

Gambar II-43. Peta Batas Wilayah Studi

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-137


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)
Tabel II-45. Ringkasan Proses Pelingkupan
Deskripsi Rencana Pengelolaan Lingkungan Pelingkupan
Kegiatan Yang Yang Sudah Direncanakan Komponen Dampak Batas Batas
No Berpotensi Lingkungan Penting Wilayah Waktu
Sejak Awal Sebagai Bagian Dampak Potensial Evaluasi Dampak Potensial
Menimbulkan Terkena Dampak Hipotetik Studi Kajian
Dari Rencana Kegiatan
Dampak Lingkungan (DPH)

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-138


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)
Deskripsi Rencana Pengelolaan Lingkungan Pelingkupan
Kegiatan Yang Yang Sudah Direncanakan Komponen Dampak Batas Batas
No Berpotensi Lingkungan Penting Wilayah Waktu
Sejak Awal Sebagai Bagian Dampak Potensial Evaluasi Dampak Potensial
Menimbulkan Terkena Dampak Hipotetik Studi Kajian
Dari Rencana Kegiatan
Dampak Lingkungan (DPH)

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-139


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)
Deskripsi Rencana Pengelolaan Lingkungan Pelingkupan
Kegiatan Yang Yang Sudah Direncanakan Komponen Dampak Batas Batas
No Berpotensi Lingkungan Penting Wilayah Waktu
Sejak Awal Sebagai Bagian Dampak Potensial Evaluasi Dampak Potensial
Menimbulkan Terkena Dampak Hipotetik Studi Kajian
Dari Rencana Kegiatan
Dampak Lingkungan (DPH)

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-140


BAB II.PELINGKUPAN
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)
Deskripsi Rencana Pengelolaan Lingkungan Pelingkupan
Kegiatan Yang Yang Sudah Direncanakan Komponen Dampak Batas Batas
No Berpotensi Lingkungan Penting Wilayah Waktu
Sejak Awal Sebagai Bagian Dampak Potensial Evaluasi Dampak Potensial
Menimbulkan Terkena Dampak Hipotetik Studi Kajian
Dari Rencana Kegiatan
Dampak Lingkungan (DPH)

PT. SINDE BUDI SENTOSA II-141

Anda mungkin juga menyukai