PELINGKUPAN
2.1. Deskripsi Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Akan Dikaji
2.1.1. Status Studi AMDAL Rencana Pembangunan Industri Farmasi Agro Medika
(Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya
dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SINDE BUDI SENTOSA
genangan/ banjir. Untuk itu atas dasar mentaati peraturan tersebut, maka pemrakarsa
usaha dan/atau kegiatan pembangunan Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi,
Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan
Herbal “Herb Infusion”) di Desa Cinagara, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor
melaksanakan penyusunan Dokumen AMDAL.
2.1.2. Kesesuaian Lokasi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan dengan Rencana Tata Ruang
Sesuai Ketentuan Peraturan Perundangan
2.1.2.1. Kesesuaian Lokasi Rencana Usaha dan/ atau Kegiatan dengan Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten
Berdasarkan hasil overlay (tumpang tindih) antara peta lokasi pembangunan PT. SBS
(Surat Keputusan Bupati Bogor Nomor: 591/580/Kpts/Huk/2008, tentang Pemberian Izin
Lokasi Kepada PT. SBS untuk Pembangunan Industri Farmasi Agro Medika di Desa
Cinagara Kecamatan Caringin, tanggal 24 Desember 2008, dengan luas tanah ± 20 Ha,
Nomor: 591.1/001/00023/BPT/2009, tentang Pemberian Izin Lokasi Kepada PT. SBS untuk
Pembangunan Perluasan Industri Farmasi di Desa Cinagara Kecamatan Caringin, tertanggal
19 Oktober 2009, dengan luas tanah ± 20 Ha, dan Nomor: 591.1/001/00020/BPMPTSP/2015,
tentang Pemberian Izin Lokasi Kepada PT. SBS untuk Pembangunan Industri Farmasi Agro
Medika di Desa Cinagara Kecamatan Caringin, tertanggal 19 Oktober 2009, dengan luas
tanah ± 10 Ha) dengan Lampiran II Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 19 Tahun
2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bogor sampai dengan Tahun
2025, ditetapkan bahwa lokasi tanah yang akan dibangun merupakan lokasi yang masuk
dalam peruntukan Kawasan Permukiman Perdesaan/ Hunian Rendah (PD1) dan Kawasan
Permukiman Perkotaan/
Hunian Sedang (Pp2). Letak lokasi pembangunan Industri Farmasi Agro Medika (Industri
Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri
Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS pada Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten
Bogor sampai dengan Tahun 2025 disajikan pada Gambar II-2.
2.1.2.2. Kesesuaian Lokasi Rencana Usaha dan/ atau Kegiatan dengan Peta Indikatif
Penundaan Pemberian Izin Baru (PIPPIB), Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun
2013 dan Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan dan Areal Penggunaan Lain
(Revisi X), Lampiran SK. 2300/MenLHK-PKTL/IPSDH/PLA.1/5/2016.
2.1.3. Deskripsi Rencana Usaha dan/ atau Kegiatan Penyebab Dampak Lingkungan
Hidup Berdasarkan Tahap Kegiatan
Berdasarkan data pra siteplan Pembangunan Industri Farmasi Agro Medika (Industri
Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri
Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS di Desa Cinagara, Kecamatan Caringin,
Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemanfaatan tanah untuk Kegiatan Pembangunan
PT. SBS meliputi luas tanah kedap air dengan jumlah seluas 155.805 m2 (37,33%) yang
meliputi tutupan bangunan, TPS organik dan anorganik serta jalan diperkeras, sedangkan
luas tanah terbuka yang dipergunakan untuk taman dan perhijauan seluas 261.526 m 2
(62,67%). Dengan demikian, rencana penggunaan tanah di lokasi proyek PT. SBS tidak
bertentangan dengan ketentuan peratuan dan perundangan-undangan yang berlaku, baik
dipemerintah pusat maupun daerah (Kabupaten Bogor).
Tabel II-1. Rincian Alokasi Penggunaan Tanah di Lokasi Proyek Industri Farmasi Agro
Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri
Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT.
SBS
Luas Luas
No. Jenis Bangunan Bangunan Tutupan % KDB Ket
(m2) (m2)
I Tanah Kedap Air (Tertutup)
A Bangunan 1
1) Kantor 4.000 4.000 0,96 0,96
2) Gudang Raw Material 1.920 1.920 0,46 0,46
3) Gudang Kaleng Kosong 3.840 3.840 0,92 0,92
4) Area Produksi
a) Mixing Area 1.920 1.920 0,46 0,46
b) Depalitizer Area 1.920 1.920 0,46 0,46
c) Filling Area 5.120 5.120 1,23 1,23
Luas Luas
No. Jenis Bangunan Bangunan Tutupan % KDB Ket
(m2) (m2)
d) Quarantina Area 3.200 3.200 0,77 0,77
5) Gudang Finish Good 5.760 5.760 1,38 1,38
B Bangunan 2
1) Gudang Raw Material 2.160 2.160 0,52 0,52
2) Gudang Kaleng Kosong 4.320 4.320 1,04 1,04
3) Area Produksi
a) Mixing Area 1.920 1.920 0,46 0,46
b) Depalitizer Area 1.920 1.920 0,46 0,46
c) Filling Area 5.120 5.120 1,23 1,23
d) Quarantina Area 3.200 3.200 0,77 0,77
4) Gudang Finish Good 6.480 6.480 1,55 1,55
5) Power House 420 420 0,10 0,10
6) Ruang Boiler 420 420 0,10 0,10
7) Ruang Utilitas 1.800 1.800 0,43 0,43
8) Ruang Chiller 276 276 0,07 0,07
9) Perluasan Bangunan 2.850 2.850 0,68 0,68
10) Ruang Coustic 420 420 0,10 0,10
11) Pengelolaan Limbah 420 420 0,10 0,10
12) Gudang Bahan Kimia 1.540 1.540 0,37 0,37
13) Mesjid 195 195 0,05 0,05
14) Pos Security 128 128 0,03 0,03
15) Jembatan Timbang 49 49 0,01 0,01
Luas Bangunan 1 + 2 61.318 61.318 14,69 14,69
Jadwal rencana usaha dan/ atau kegiatan yang akan dilakukan oleh PT. SBS mulai
tahap pra kontruksi sampai tahap operasi Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi,
Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan
Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS direncanakan akan dilaksanakan dalam waktu ± 3 tahun.
Rincian jadwal rencana kegiatan disajikan pada Tabel II-2.
Tabel II-2. Jadwal Kegiatan yang Akan Dilakukan oleh Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat
Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS
No Uraian Kegiatan 2019 2020 2021 2022
2 3
4 5 6
7 8
9 10 1
1
12 1
2 3 4
5 6
7 8
9 1
0
1
1
1
2
1
2 3
4 5 6
7 8
9 10 1
1
1
2
1
2
A Pra Konstruksi
2. Pengurusan Perizinan
3. Perencanaan
4. Sosialisasi
B Konstruksi
3. Proses Produksi
4. Pemeliharaan Peralatan dan
Bangunan serta Sarana Penunjang
5. Pengelolaan Limbah
6. Distribusi Produk
Luas lahan yang digunakana untuk kegiatan Pembangunan Industri Farmasi Agro
Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya
dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS adalah seluas 417.331 m2. Status
lahan pada saat studi AMDAL ini sudah dikuasai hak kepemilikannya oleh PT. SBS.
Pelepasan hak atas tanah tersebut dilakukan dengan cara jual - beli dengan nilai jual
- beli sesuai kesepakatan antara pemrakarsa dengan pemilik tanah, mini sesuai NJOP (Nilai
Jual Objek Pajak), dalam hal ini adalah harga tanah. Sertifikat hak milik atas kepemilikan
tanah dari pemilik awal menjadi hak milik atas nama PT. SBS dituangkan dalam beberapa
Akta Perjanjian Pengikatan Jual Beli antara pemilik dengan Pemrakarsa yang diterbitkan
oleh Badan Pertanahan Nasional Kantor Pertanahan Kabupaten Bogor. Sedangkan surat
kepemilikan lahan dari pemilik awal menjadi PT. SBS dituangkan dalam 10 (sepuluh) Surat
Pelepasan Hak. Rincian perolehan tanah disajikan pada Tabel
II-3.
Tabel II-3. Daftar Perolehan atas Lahan oleh Industri Farmasi Agro Medika (Industri
Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan
Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS
No Sertipikat Luas Surat Ukur/Gambar Atas Nama Keterangan
(m²) Situasi/Nomor
1 HGB No. 8 57.677 4/Cinagara/2010 PT. SBS -
Tanggal 26 Mei 2010
2 HGB No. 7 51.532 03/Cinagara/2010 PT. SBS -
Tanggal 26 Mei 2010
Pengurusan Izin yang dilakukan oleh Pemrakarsa dalam rangka menjalankan usaha
Pembanguan Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat
Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”)
PT. SBS sebagai jaminan keberlangsungan aktivitasnya, juga sebagai jaminan keamanan
aset - aset yang telah diinvestasikan. Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi,
Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan
Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS akan mengurus berbagai aspek legalitas sebagai bentuk
kepatuhan pemrakarsa terhadap aspek peraturan perundang–undangan yang berlaku dan
telah ditetapkan oleh pemerintah (pusat atau daerah). Diantaranya Undang-undang Nomor
26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2009 tentang
Kawasan Industri, Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 35/M-IND/PER/3/2010
tentang pedoman teknis kawasan Industri dan/atau perubahannya berserta peraturan
pelaksanaannya. Perizinan yang telah dimiliki Industri Farmasi Agro Medika (Industri
Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri
Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS dapat dilihat pada Tabel II-4.
Tabel II-4. Daftar Izin Usaha Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi, Industri
Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri
Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS
No Uraian Jenis Izin Instansi Penerbit Nomor dan Tanggal
Tabel II-5. Daftar surat dan izin yang dimiliki Industri Farmasi Agro Medika (Industri
Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan
Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS
No Uraian Jenis Izin Instansi Penerbit Nomor dan Tanggal
Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya
dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS disajikan pada Tabel II-6.
Tabel II-6. Legalitas yang sedang dalam proses pengurusan Industri Farmasi Agro
Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri
Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT.
SBS
No Uraian Jenis Izin Instansi Penerbit
1 Ijin Pembuangan Limbah Cair (IPCL) Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu Kabupaten Bogor
2 Surat Keputusan Pengesahan Panitia Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kabupaten Bogor
di Perusahaan
3 Berita Acara Pendataan Instalasi Sumur Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Bogor
Resapan di Areal Perusahaan
4 Tanda Daftar Ulang Izin Undang – Undang Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Gangguan (HO)/SITU Satu Pintu Kabupaten Bogor
5 Surat Persetujuan Usaha Penyediaan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Bogor
Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Sendiri
(UPTL-S)
6 Surat Keterangan Domili Perusahaan Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu Kabupaten Bogor
7 Tanda Daftar Perusahaan Perseroan Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Terbatas (TDP) Satu Pintu Kabupaten Bogor
8 Izin Pengambilan Air Bawah Tanah Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten
Bogor
9 Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu Kabupaten Bogor
10 Izn Peruntukan Penggunaan Tanah (IPPT) Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu Kabupaten Bogor
A.3. Perencanaan
Kegiatan perencanaan, terdiri atas penyusunan site plan, perencanaan detail
bangunan, penyiapan gambar kerja dan spesifikasi teknis, serta perhitungan rencana
anggaran biaya (RAB), penyiapan buku instruksi kerja dan tata waktu.
Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional,
Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS telah
membuat pagar pengaman di sekeliling area Industri Farmasi Agro Medika (Industri
Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri
Pengolahan Herbal “Herb Infusion”), sementara untuk menjamin kelancaran pelaksanaan
pekerjaan, serta menjamin ketepatan ukuran dan letak bangunan Industri Farmasi Agro
Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya
dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS telah membuat patok patok
elevasi bangun serta membuat direksi keet/kantor proyek.
Sementara barak kerja dibangun sebagai tempat tinggal para pegawai dan pekerja
yang menetap di lokasi proyek, yang dilengkapi dengan dapur, kantin, toilet TPS serta
gudang. Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat
Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”)
PT. SBS akan melakukan pekerjaan galian tanah menggunakan peralatan excavator
sementara untuk pekerjaan pengangkutan dan pembuangan keluar lokasi proyek
menggunakan dump truck.
A.4. Sosialisasi
Pelaksanaan sosialisasi akan memberi dampak terhadap masyarakat yang bisa
bersifat positif maupun negatif, baik dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.
Pada hakekatnya proses sosialisasi merupakan proses interaksi antara pemrakarsa/
(Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional,
Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS
dengan masyarakat).
Dampak positif akan muncul bila proses sosialisasi dilakukan secara tepat cara, tepat
waktu, dan tepat sasaran, sehingga masyarakat akan memahami sepenuhnya manfaat
keberadaaan Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat
Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”)
PT. SBS bagi kehidupan masyarakat di sekitarnya. Dilaksanakannya sosialisasi kegiatan
agar masyarakat dapat memperoleh informasi yang lebih jelas mengenai rencana
pembangunan Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat
Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”)
PT. SBS.
Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan
Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS. Dalam kegiatan sosialisasi memberikan penjelasan
mengenai gambaran umum kegiatan yang akan dilaksanakan serta dampak yang akan
ditimbulkan serta rencana kegiatan Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi,
Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan
Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS.
Kegiatan sosialisasi ini dilakukan secara terbuka kepada masyarakat dari berbagai
kalangan, masyarakat, tokoh masyarakat, pemuka agama dan kepala Desa. Desa sasaran
sosisalisasi adalah kampung sekitar areal Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi,
Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan
Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS yang secara administrasi masuk ke dalam wilayah Desa
Cinagara Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat.
Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional,
Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS
sampai saat ini telah melakukan kegiatan Sosialisasi dilakukan di kantor Desa Cinagara
Kecamatan Caringin pada tanggal 8 Maret 2016 dalam rangka dengar pendapat atau
kosultasi public (public hearing) yang dihadiri oleh aparatur Kecamatan Caringin, aparatur
Desa Cinagara, para Ketua RT dan Ketua RW, serta para tokoh masyarakat sekitar lokasi.
B. Tahap Konstruksi
Rangkaian kegiatan yang dapat dikategorikan ke dalam tahap konstruksi pada
intinya merupakan rangkaian kegiatan yang ditujukan untuk membangun sarana dan
prasarana utama serta pendukung di area Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi,
Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan
Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS. Tahap konstruksi akan berlangsung setelah Izin
Mendirikan Bangunan Gedung (IMBG) diterbitkan.
lainnya.
Manager Project
Site Manager
Tukang
Gambar II-5. Struktur Organisasi Pembangunan Industri Farmasi Agro Medika (Industri
Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan
Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS
Tabel II-9. Prakiraan Jumlah Bahan Yang Akan Digunakan pada Tahap Konstruksi
Volume Daerah Asal
No Jenis bahan Satuan Keterangan Commented [D1]: Ini per hari atau selama tahap konstruksi
bahan Material
1 Aspal Drum 50 Caringin - Bogor 2 rit
2 Batu Bata Biji 500.000 Caringin - Bogor 4 rit
3 Batu Kali m³ 1.000 Caringin - Bogor 5 rit
4 Besi Tulangan berbagai Ukuran Ton 16.000 Jakarta 1 rit
5 Cat Kayu Liter 1.000 Caringin – Bogor 1 rit
6 Cat Besi Liter 600 Caringin – Bogor 1 rit
7 Cat Tembok Kg 1.000 Caringin – Bogor 1 rit
8 Pralon Batang 800 Caringin – Bogor 1 rit
9 Pipa Batang 800 Caringin – Bogor 1 rit
10 Kabel, Berbagai ukuran Rol 100 Caringin – Bogor 1 rit
11 Kaca Lembar 50 Jakarta & Bogor 1 rit
12 Semen Karung 500 Caringin – Bogor 1 rit
13 Keramik m2 250 Caringin – Bogor 1 rit
14 Paku Kg 50 Caringin – Bogor 1 rit
15 Pavling block m2
1.000 Caringin – Bogor 1 rit
16 Pasir m³ 100 Caringin – Bogor 1 rit
Sumber : PT. SBS, Tahun 2016
Alat yang dipergunakan tahap persiapan untuk pengukuran atau pemetaan ini
seperti waterpass dan theodolit, sondir. Pengukuran dilakukan berdasarkan gambar rencana
yang telah dibuat oleh konsultan perencana. Hasil pengukuran di lapangan diberi
tanda/patok ukur, pada titik-titik koordinat yang dimaksud serta diberi tanda duga
tingginya (peil) dengan cat warna merah.
Pagar pengaman merupakan salah satu bangunan fisik pendukung yang dibangun
mengelilingi proyek yang berfungsi diamtaranya yaitu Menghindari timbulnya gangguan
dari luar atas aktifitas proyek yang berlangsung, mengamankan dari pihak yang tidak
berkepentingan khususnya lokasi proyek selama kegiatan proyek berlangsung, sebagai
tanda batas definitif proyek, Mengamankan aset pemrakarsa yang berupa peralatan dan
material proyek, menghindari terjadinya kecelakaan kerja terhadap masyarakat sekitar
selama proyek berlangsung, dan lain sebagainya.
Kantor proyek mempunyai peran sangat besar, karena kantor ini merupakan pusat
kegiatan administrasi dan teknis kegiatan proyek. Rapat-rapat rutin untuk membahas
kegiatan proyek di lakukan disini. Kantor ini biasanya dilengkapi peralatan kantor seperti
komputer, meja rapat, sarana telepon, file dan lain-lain. Di kantor sementara ini akan
ditempati oleh para manajemen, konsultan pengawas.
Barak Kerja merupakan bangunan sederhana semi permanen sebagai salah satu sarana
penunjang operasional pekerjaan kostruksi proyek dilapangan yang di peruntukan hanya
selama tahap konstruksi berlangsung. Barak Kerja dibangun selain sebagai tempat
dilapangan juga dilengkapi gudang.
Bangunan barak kerja proyek Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi,
Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan
Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS dibangun seluas luas 100 m2 berada di dalam lokasi
proyek. Bangunan barak kerja terdiri atas ruangan-ruangan untuk tempat tinggal, dapur,
kantin, toilet, TPS serta gudang.
Barak kerja dibangun sebagai tempat tinggal para pegawai dan pekerja yang menetap
di lokasi proyek selama proyek berlangsung. Bagi sebagian pekerja proyek yang tidak
pulang ke rumah setiap hari karena ada pekerjaannya menginap di barak kerja.
Sarana penunjang Barak kerja dilengkapi dengan sumur tanah sumber air bersih,
serta penerangan dari PLN, septik tank, bak kontrol drainase pembuangan air domestik,
TPS serta sarana penerangan (jendela, lapu) yang memadai.
Pekerjaan pematangan lahan (cut and fill) ini dilakukan pada siang hari dengan
pertimbangan keamanan dan tidak menganggu kenyamanan masyarakat sekitar akibat
pekerjaan alat-alat berat. Kegiatan pematangan lahan diikuti oleh pelaksanaan kegiatan
perataan dan pemadatan tanah. Perataan tanah dilakukan dengan menggunakan buldozer,
sedangkan kegiatan pemadatan tanah urugan dilakukan dengan menggunakan
road compactor.
Commented [D2]: Tanah galian akan dibuang kemana?
Berapa jumlah/volumenya? Jika dibuang keluar lokasi proyek
B.4. Kontruksi Bangunan Utama dan Sarana Penunjang bagaimana pengangkutannya?
Konstruksi bangunan terdiri atas dua tahapan yaitu pembangunan struktur bawah
(Sub Structure) dan pembangunan struktur atas (Upper Structure). Konstruksi bangunan
diperkirakan akan berdampak terutama terhadap penurunan kualitas udara, kebisingan
dan getaran. Adapun tahapan dalam pekerjaan pembangunan fisik adalah sebagai berikut:
a) Pekerjaan Pondasi
diperkirakan tidak mengganggu dan merusak bangunan di sekitarnya. Dalam hal ini
pemakaian pondasi bored pile merupakan pilihan pondasi yang tepat.
Bored pile adalah pondasi yang kedalamannya lebih dari 2 m dan digunakan untuk
pondasi bangunan yang cukup tinggi. Sebelum memasang bore pile, permukaan tanah dibor
terlebih dahulu dengan menggunakan mesin bor, hingga menemukan daya dukung tanah
yang sangat kuat untuk menopang pondasi. Setelah itu tulangan besi dimasukkan ke dalam
permukaan tanah yang telah dibor, kemudian dicor dengan beton. Pondasi ini berdiameter
lebih dari 20 cm. Biasanya pondasi ini terdiri dari dua atau lebih yang diatasnya terdapat
pile cap. Kegiatan konstruksi, terutama pada saat pemancangan pondasi bangunan dengan
drop hammer dan penggalian tanah untuk membangun pondasi akan menimbulkan dampak
getaran.
2) Pekerjaan Dinding
Dinding bangunan menggunakan plesteran dan sebagai finishing dilakukan
pengecatan.
3) Pekerjaan Kusen
Pemasangan kusen pintu dilakukan setelah pekerjaan dinding selesai. Adapun
material yang digunakan adalah kayu, alumunium dan besi.
4) Pekerjaan Lantai
Untuk pekerjaan lantai menggunakan, keramik dan beton rabat tergantung pada
fungsi ruangannya.
5) Pekerjaan Pengecatan
Pengecatan dilakukan setelah pekerjaan plesteran dinding dan plamir selesai
dengan menggunakan roll cat dan kuas.
Pada saat dilakukan Studi AMDAL ini, dilokasi tapak proyek rencana Pembangunan
Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional,
Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS
belum dilakukan pengeboran terkait dengan pembuatan sumur dalam (sumur bor minimal
100 m), namun baru dilakukan kegiatan Pengukuran Geolistrik yang
dilakukan oleh Tim Geologi Tata Lingkungan (CV Sumber Tirta Kahuripan) yang
dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Agustus tahun 2016.
Pengukuran geolistrik perlu dilaksanakan untuk menunjang rencana Industri
Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri
Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS. Maksud dari
pengukuran geolistrik adalah untuk memperoleh data/informasi awal mengenai gambaran
kondisi batuan bawah tanah, sebelum dilakukan pengeboran eksplorasi dan eksploitasi
dalam pemanfaatan air tanah.
Sedangkan tujuannya adalah mengetahui keberadaan lapisan batuan yang berfungsi
sebagai akifer (aquifer), di mana hasil pendugaan geolistrik ini akan memberikan gambaran
tentang keadaan lapisan batuan bawah tanah seperti ketebalan, kedalaman serta
penyebaran lapisan batuan.
1) Geolistrik
Dari hasil interpretasi pendugaan geolistrik dan telah dikorelasikan dengan data
geologi dan hidrogeologi setempat, di daerah penyelidikan pendugaan geolistrik ini
bertahanan jenis antara 10 – 150 Ohm-meter, dan dari kisaran harga tahanan jenis tersebut
secara umum dapat dikelompokkan dengan berdasarkan perbedaan variasi harga tahanan
jenisnya (Tabel II-10). Hasil penafsiran dan korelasi antara geologi, hidrogeologi dan
pendugaan geolistrik di lokasi Rencana Kegiatan Pembangunan Industri Farmasi Agro
Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya
dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS dapat dilihat pada Tabel II-11.
Tabel II-10. Pengelompokan Nilai Tahanan Jenis, Perkiraan Litologi dan Perkiraan
Hidrogeologi di Lokasi Rencana Kegiatan Pembangunan Industri Farmasi
Agro Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri
Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT.
SBS
Tahanan Jenis Perkiraan Litologi Perkiraan Hidrogeologi
Tabel II-11. Hasil Interpretasi data geolistrik dan Korelasi antara Geologi, Hidrogeologi
di Lokasi Pembangunan Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi,
Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri
Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS
Titik Lapisan Hasil Penafsiran Perkiraan Litologi Perkiraan
Duga Kedalaman Tahanan Jenis Hidrogeologi
1 2 3 4 5 6
GL-01 1 0 -0,7 23,24 Top Soil
2 0,7 – 7,9 40,35 Lahar dan Lava
3 7 – 51,3 18,81 Batuapungpasiran Semi Akuifer
,
9
4 5 – 111,3 25,75 Lahar dan Lava
1
,
3
5 111,3 - ~ 27,80 Lahar dan Lava
GL-02 1 0 - 0,8 23,78 Top Soil
2 0 – 12,7 43,48 Lahar dan Lava
,
8
3 12,7 – 51,3 14,48 Batuapungpasiran Semi Akuifer
4 5 – 110,7 29,75 Lahar dan Lava
1
,
3
5 110,7 - ~ 23,55 Lahar dan Lava
GL-03 1 0 - 0,8 21,27 Top Soil
2 0 – 12,7 60,13 Lava Andesit basalt
,
8
3 12,7 – 49,4 21,61 Lahar dan Lava Semi Akuifer
4 4 – 111,8 37,18 Lahar dan Lava
9
,
4
5 111,8 - ~ 27,44 Lahar dan Lava
GL-04 1 0 - 0,8 25,14 Top Soil
2 0 – 12,7 50,88 Lahar dan Lava
,
8
3 12,7 – 46,5 25,01 Lahar dan Lava
4 4 – 119,0 63,05 Lava Andesit basalt
6
,
5
5 119,0 - ~ 40,03 Lahar dan Lava
GL-05 1 0 - 0,8 20,97 Top Soil
Berdasarkan hasil pengukuran geolistrik, dapat diketahui air tanah (Semi Akuifer)
yaitu pada titik dan kedalaman dapat dilihat pada Tabel II-12.
Tabel II-12. Kedalaman dan Nilai Resistivity Berdasarkan Hasil Pengukuran Geolistrik
Titik Geolistrik Kedalaman (m) Nilai Resistivity
Dari hasil pengukuran geolistrik didapatkan nilai tahan jenis yang memungkinkan
bertindak sebagai Akuifer airtanah dalam, sesuai dengan sifat air yang selalu mengalir ke
tempat yang lebih rendah, akuifer dengan aliran melalui rekahan dan ruang antar butir dan
kisaran kedalaman airtanah beragam, maka disarankan untuk membangun sumur Bor
Eksplorasi, sumur Uji dan sumur Bor imbuhan pada titik geolistrik GL-20, GL-02, GL-11,
GL-14 dan GL-15 dengan delamana 100 meter sampai dengan 120 meter.
B.4.1.1. Kantor
Gudang raw materal berada disamping gudang kaleng kosong, dengan luas 1.920 m 2.
Bangunan ini dilengkapi dengan kontruksi dinding, lantai beton, penerangan yang cukup,
sirkulasi udara yang memadai serta bak kontrol (menampung ceceran bahan
kimia) yang terhubung dengan bak IPAL. Material yang ditampung dalam gudang ini yaitu
bahan baku diantaranya Gypsum Fibrosum, Galcareous Spar,dan lainnya.
Gudang kaleng kosong terletak di sebelah timur gudang raw material dengan luas
3.840 m2. Gudang kaleng kosong ini digunakan untuk penyimpanan kaleng kosong.
Area produksi yang akan dibangun seluas 12.160 m 2, area produksi industri farmasi
merupakan salah satu aspek yang harus dijaga kebersihannya. Untuk menghindari
terjadinya kontaminasi silang antar produk maka PT. SBS akan melakukan pembangunan
area produksi dengan:
- Permukaan ruangan yang kedap air, tidak terdapat sambungan atau retakan, tidak
merupakan tempat pertumbuhan mikroba, mudah dibersihkan, bagian sudut dan tepi
dinding dibuat melengkung.
- Pipa saluran udara, listrik dipasang diatas langit-langit.
- Lampu penerangan dipasang rata dengan langit-langit.
- Tahan terhadap bahan pembersih.
a) Unclassified Area
Area ini merupakan area yang tidak dikendalikan (Unclassified area) tetapi untuk
kepentingan tertentu ada beberapa parameter yang dipantau. Termasuk didalamnya adalah
laboratorium kimia (suhu terkontrol), gudang (suhu terkontrol untuk cold storage dan cool
room), kantor, kantin, ruang ganti dan ruang teknik.
b) Black area
Area ini disebut juga area kelas E, ruangan ataupun area yang termasuk dalam kelas
ini adalah koridor yang menghubungkan ruang ganti dengan area produksi, area staging
bahan kemas dan ruang kemas sekunder. Setiap karyawan wajib mengenakan sepatu dan
pakaian black area (dengan penutup kepala).
c) Grey area
Area ini disebut juga area kelas D, ruangan ataupun area yang masuk dalam kelas ini
adalah ruang produksi produk non steril, ruang pengemasan primer, ruang timbang,
laboratorium mikrobiologi (ruang preparasi, ruang uji potensi dan inkubasi), ruang
sampling di gudang. Setiap karyawan yang masuk ke area ini wajib mengenakan gowning
(pakaian dan sepatu grey). Antara black area dan grey area dibatasi ruang ganti pakaian grey
dan airlock.
d) White area
Area ini disebut juga area kelas C, B dan A (dibawah LAF), ruangan yang masuk
dalam area ini adalah ruangan yang digunakan untuk penimbangan bahan baku produksi
steril, ruang mixing untuk produksi steril, background ruang filling, laboratorium
mikrobiologi (ruang uji sterilitas). Setiap karyawan yang akan memasuki area ini wajib
mengenakan pakaian antistatik (pakaian dan sepatu yang tidak melepas partikel). Antara
grey area dan white area dipisahkan oleh ruang ganti pakaian white dan airlock.
Airlock berfungsi sebagai ruang penyangga antara 2 ruang dengan kelas kebersihan
yang berbeda untuk mencegah terjadinya kontaminasi dari ruangan dengan kelas
kebersihan lebih rendah ke ruang dengan kelas kebersihan lebih tinggi. Berdasarkan CPOB,
ruang diklasifikasikan menjadi kelas A, B, C, D dan E, dimana setiap kelas memiliki
persyaratan jumlah partikel, jumlah mikroba, tekanan, kelembaban udara dan air change
rate.
Kondisi at rest yaitu kondisi dimana tidak ada operator yang beraktivitas di dalam
ruangan, mesin dalam kondisi beroperasi, sedangkan kondisi in operational yaitu kondisi
dimana ada operator yang sedang bekerja di dalam ruangan dan kondisi mesin sedang
beroperasi.
1) Mixing Area
Mixing area berada di dalam area produksi dengan luas 1.920 m2. Mixing area
merupakan ruangan untuk produksi steril atau disebut white area.
2) Depalitizer Area
Depalitizer area dibangun dengan luas 1.920 m2, Depalitizer area merupakan ruangan
area staging bahan kemas dan ruang kemas sekunder atau disebut juga black area, serta
dilengkapi dengan penerangan yang efektif dan mempunyai ventilasi dengan faslitias
pengendalian udara.
3) Filling Area
Filling area dibangun seluas 5.120 m2, Filling area itu sendiri merupakan ruangan
ruang produksi non steril, pengemasan primer, peninmbangan dan sampling atau disebut
juga grey area.
Filling area dilengkapi dengan permukaan bagian dalam ruangan (dinding, lantai dan
langit langit) licin, bebas dari keretakan, sambungan yang terbuka serta mudah
dibersihkan.
4) Quarantina Area
Quarantina area yang berada di dalam lokasi area produksi akan di bangun seluas
3.200 m2. Quarantina area merupakan ruangan tahap akhir pengendalian sebelum
penyerahan ke gudang dan siap untuk didistribusikan.
Gudang Finish Good yang akan dibangun seluas 5.760 m 2, gudang finish good
terletak di sebelah utara area produksi. Gudang Finish Good merupakan gudang yang
esensial dari CPOB untuk memberikan kepastian bahwa produk secara konsisten
mempunyai mutu yang sesuai dengan tujuan pemakainnya. Kegiatan yang mencakup
gudang finish good pengambilan sampel, pemeriksaan dan pengujian bahan awal, produk
antara, produk ruahan, dan produk jadi, pengujian yang dilakukan dalam rangka validasi
penyusunan dan pembaharuan spesifikasi bahan dan produk serta metode pengujiannya
Gudang Raw Material yang kedua dibangun setelah selesai pembangunan tahap
pertama dengan luas 2.160 m2 .
Area produksi kedua dibangun seluas 12.160 m 2, area produksi dibangun dengan
permukaan ruangan kedap air, bagian tepi dinding dibuat melengkung, tahan terhadap
bahan pembersih, dilengkapi dengan penerangan dipasang rata dengan langit langit, serta
menggunakan sistem pengendalian udara termasuk filter udara dengan tingkat efisien yang
dapat mencegah pencemaran.
1) Mixing Area
Mixing area yang akan dibangun tahap kedua seluas 1.920 m2, yang ditempatkan di
samping ruangan utilitas.
2) Depalitizer Area
Depalitizer area yang akan dibangun tahap kedua seluas 1.920 m2, Depalitizer area
merupakan ruangan yang menghubungkan ruang ganti dengan ruang produksi.
3) Filling Area
Filling area tahap kedua dibangun seluas 5.120 m2, dilengkapi dengan desain titik
ventilasi dan instalasi sarana penunjang lainnya untuk menghindari pembentukan ceruk
yang sulit dibersihkan, pipa yang terpasang di dalam ruangan tidak menempel pada
dinding tetapi digantungkan dengan menggunakan siku-siku pada jarak cukup untuk
memudahkan pembersihan menyeluruh.
4) Quarantine Area
Quarantine area tahap kedua dibangun dengan luas 3.200 m2, quarantine area
merupakan ruangan pengendalian sebelum bahan atau produk dilanjutkan ke proses
selanjutnya. Personel pengawasan mutu akan melakukan sampling terhadap bahan atau
produk jadi untuk diuji kualitasnya. Bahan dan produk baru bisa keluar dari Quarantine
area setelah lulus pengawasan mutu. Karantina produk jadi merupakan titik akhir
pengawasan sebelum produk jadi diserahkan ke gudang dan siap didistribusikan.. Melalui
tahapan berikut;
a) Area Penimbangan: yaitu area penimbangan bahan awal dan perkiraan hasil nyata
dilakukan di area penimbangan yang didesain khusus untuk kegiatan tersebut.
b) Area Produksi: yaitu area pengolahan dibuat dari bahan kedap air permukaannya rata
dan memunkinkan pelaksanaan pembersihan yang cepat dan efisien apabila terjadi
tumpahan bahan, sudut dinding dan lantai di area pengolahan dibentuk lengkungan
Tempat penyimpanan yang luas memadai untuk sampel, baku pembanding (bila
perlu dengan kondisi suhu terkendali) pelarut pereaksi dan catatan. Suatu ruangan yang
terpisah mungkin diperlukan untuk perlindungan instrumen terhadap gangguan listrik,
getaran, kelembaban yang berlebihan dan gangguan lain, atau bila perlu untuk mengisolasi
instrumen. Desain laboratorium memperhatikan kesesuaian bahan bangunan yang di
pakai, ventilasi dan pencegahan terhadap asap. Pasokan udara ke laboratorium di pisah
dari pasokan ke area produksi. dipasang unit pengendali udara yang terpisah untuk
masing masing laboratorium biologi, mikrobiologi dan isotop.
Gudang finish good tahap kedua dibangun seluas 6.480 m2. Di gudang finish good
dilakukan pengambilan sampel, pemeriksaan dan pengujian bahan di Laboratorium
pengawasan mutu.
Power House yang akan di bangun seluas 420 m 1.Power House merupakan tempat
pembangkit tenaga listrik yang terletak dibelakang area produksi.
Ruang Boiler merupakan ruangan untuk menghasilkan uap air dalam proses
produksi, yang terletak disebelah utara power house dengan luas 420 m2.
Ruang Chiller merupakan ruang penanganan udara dimana udara panas yang berasal
dari ruangan dihembuskan melewati coil pendingin yang berada didalam unit penangan
udara itu sendiri, sehingga udara dingin yang dihasilkan dilanjutkan masuk dan
didistribusikan keruangan, ruang chiller berfungsi untuk mencegah pencemaran terhadap
produk, ruang chiller akan dibangun dengan luas 276 m2..
Ruang Coutic berguna untuk mencegah cuaca panas atau dingin agar tidak langsung
masuk kedalam area produksi setelah melewati atap, ruangan coutic akan dibangun seluas
420 m2.
Gudang bahan kimia yang akan dibangun dengan luas 1.540 m dan dilengkapi
peralatan dan bahan bahan berdasarkan metode keilmuan tertentu.
Area perluasan bangunan yang akan dibangun adalah seluas 2.850 m 2 digunakan
untuk perluasan ruangan produksi.
Kebutuhan air bersih untuk tahap konstruksi bersumber dari Sumur tanah dangkal,
yang akan dipergunakan untuk aktifitas domistik pekerja yang berdasarkan asumsi SNI 03-
7065-2005 sebanyak 0,1m3/pekerja/hari, maka kebutuhan air bersih untuk pekerja tahap
konstruksi dengan jumlah pekerja 120 orang adalah sebesar 12 m3/hari.
Selain itu air bersih sebagai salah satu material konstruksi diasumsikan sebesar 10
m3/hari, sehingga total kebutuhan air bersih pada tahap konstruksi sebanyak 22 m 3/hari.
Penyediaan sumber air bersih pada tahap konstruksi direncanakan berasal dari air sumur
tanah dangkal yang sudah ada di dalam lokasi dan sumur tanah dalam (kedalaman
minimal 100 meter). Dalam pengambilan air tanah dalam, pemrakarsa akan
mensosialisasikan terlebih dahulu kepada warga sekitar dan penggunaan air dari sumur
dalam akan dilakukan setelah mendapatkan IPAT (Izin Pengambilan Air Tanah) dari Dinas
ESDM Prov. Jabar.. Adapun rincian jumlah kebutuhan air, serta jumlah limbah cair
domestik dan limbah padat disajikan pada Tabel II-14.
Tabel II-14. Kebutuhan air dan limbah cair domestik pada tahap konstruksi Industri
Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional,
Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”)
PT. SBS
No. Uraian Jumlah Asumsi (m3/hari) Jumlah
(m3/hari)
1. Kebutuhan Air
a. Pekerja Konstruksi 120 orang 0,1 /orang 12
b. Kegiatan konstruksi - 10 10
Total - - 22
2. Limbah Cair Domestik
Pekerja konstruksi 120 orang 80% dari konsumsi ari/ 9,6
a. hari 0,08
b. Kegiatan konstruksi - 0,06 6
Total - - 15,6
Asumsi : SNI 03-7065-2005
Sumbe : Hasil Pengkajian Puslitbang Permukiman Dep. Kimpraswil tahun 2000 dan Permen Kesehatan No.
r
986/Menkes/XI/1992
Loss,
Evaporation,
Construction
(4 m3/hari)
Gambar II-6. Neraca Air tahap kontruksi Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi,
Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri
Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS
2) Tahap Operasi
Pada kegiatan operasional Industri Farmasi Agro Medika “PT. SBS” akan
membutuhkan air bersih dalam volume yang cukup besar. Penyediaan sumber air bersih
pada tahap konstruksi direncanakan berasal dari air sumur tanah sumur tanah dalam
(kedalaman minimal 100 meter). Saat ini kapasitas pemanfaatan air tanah dalam
berdasarkan izin adalah sebesar 45 lt/dt atau setara dengan 1.419.120 m3/tahun. Air
tersebut diperoleh melalui sumur bor dan mata air. Prakiraan kebutuhan air bersih tahap
operasi adalah sebagai berikut:
Tabel II-15. Rincian Kebutuhan air bersih dan volume limbah pada tahap operasi
Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat
Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal
“Herb Infusion”) PT. SBS
Kapasitas Penggunaan Air Prakiraan debit air
No Uraian limbah
20 m3/bulan STP
KOLAM
Lingkungan INDIKATOR
Sumur Dalam 1 Unit Produksi
dan PDAM
18.445,5 m3/bulan Diluar Produksi Penyiraman
50 m3/hari (Taman &
(MCK) Sungai Cinagara
991,5 m3/bulan
Pealatan Lab
10 m3/bulan
Pengujian Lab Resirkulasi
0,003 m3/bulan
Sanitasi Habis terpakai
0,012 m3/bulan
Ket. :* Referensi dan Asumsi limbah cair menguap 20% berdasarkan Hasil pengkajian Puslitbang Permukiman
Dep. Kimpraswil tahun 2000 dan Permen Kesehatan No. 986/Menkes/XI/1992
Gambar II-7. Neraca Penggunaan Air Bersih Tahap Operasi dan Alur Pengelolaan Limbah
Cair Industri Farmasi Agro (Industri Farmasi, Industri Produk Obat
Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal
“Herb Infusion”) PT.SINDE BUDI SENTOSA
Untuk mendapatkan penerangan yang optimal, maka akan digunakan energi listrik
yang hemat energi dengan memilih jenis lampu penerangan fluorescent (lampu TL) yang
dilengkapi dengan reflektor jenis lampu LED. Sedangkan untuk ruangan tertentu yang
menggunakan lampu down light akan dipilih jenis lampu penerangan PLC atau LED
dengan model armature yang disesuaikan dengan kebutuhan ruangan. Untuk area produksi
dengan langit-langit yang tinggi akan digunakan jenis lampu down light seperti lampu high
bay metal halide atau halogen yang dapat di dimming sehingga mendapatkan level penerangan
yang variable sesuai dengan fungsi event yang berlaku dan nyaman.
Daya dari trafo selanjutnya didistribusikan low voltage main distribution panel yang
kemudian didistribusikan secara radial ke panel-panel listrik lainnya diunit penggunaan
yakni seperti untuk penerangan ruangan produksi, pompa air, pompa kebakaran, fire alarm,
tata suara, unit pengolah limbah cair, dll.
Untuk mengantisipasi listrik dari PLN terganggu atau padam, Industri Farmasi Agro
Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya
dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS akan menyiapkan mesin genset
sebanyak 2 unit dengan kapasitas masing-masing 500 kVA. Sistem proteksi Industri
Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri
Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS akan
menggunakan jenis moulded case circuit breaker (MCCB) dan miniature circuit breaker (MCB).
Sistem proteksi direncanakan dengan sistem bertingkat pada panel penerangan, panel daya
dan panel sub distribusi utama. Jenis proteksi yang “Industri Farmasi Agro Medika
(Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan
Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS gunakan adalah; Sistem proteksi
terhadap gangguan hubunga pendek (short circuit), Sistem proteksi terhadap beban lebih
(over current), Sistem proteksi terhadap gangguan tanah (ground fault current), Sistem
proteksi terhadap gangguan tegangan lebih (over voltage), Sistem proteksi terhadap
gangguan tegangan turun (under voltage).
Bangunan Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat
Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”)
akan dilengkapi dengan peralatan untuk mendeteksi dan menanggulangi kebakaran,
seperti fire alarm dengan smoke detector & ROR detector, sistem sprinklers, Alat Pemadam Api
Ringan (APAR) dan hidran air. Sarana pemadam kebakaran dibangun untuk melindungi
asset yang ada pada Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat
Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”)
dari kejadian bahaya kebakaran.
Sistem yang digunakan adalah combined sistem antara hydrant dan sprinkler disini
dibuat yaitu System yang tersentral dan menjadi satu untuk seluruh gedung. Dimana 1 set
station pompa kebakaran melayani keperluan seluruh gedung baik hydrant maupun
sprinkler, riser hydrant maupun sprinkler bergabung pada main header pompa-pompa
kebakaran. Perhitungan air untuk cadangan disediakan kebutuhan untuk 60 menit operasi
pompa kebakaran dan menggunakan pompa dengan kapasitas 1.250 gpm. Kebutuhan air
untuk cadangan kebakaran : 1.250 gpm x 3,785 x 60 = 283.880 liter = 283,88 m³.
Jarak antar kepala sprinkler maksimum adalah 4,6 meter sedang jarak ke dinding
maksimal adalah 2,3 meter. Area proteksi hydrant : 1 buah hydrant box untuk setiap area
800 m². Area proteksi pemadam api ringan : 1 buah pemadam api ringan untuk setiap area
200 m². Jumlah sprinkler riser :1 riser (alarm control valve) melayani sampai 750 – 1.000
kepala sprinkler.
Sumber air untuk pemadam kebakaran bersumber dari ground tank, jaringan pipa air
yang bersumber dari sumur dalam. Untuk memompa air dari ground tank akan disediakan
electrical fire pump dan electrical jockey pump. Untuk dapat mengakses air dari jaringan mata
air akan dipasang hidran pilar dan untuk dapat mengalirkan air dari tangki air pemadam
kebakaran akan dipasang siemess connection.
Penggunaan sistem tata udara (Air handling unit) atau (Heating, Ventilating and Air
Conditioning) dalam ruangan bangunan Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi,
Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan
Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS direncanakan untuk mengkondisikan sirkulasi udara
dalam ruangan sehingga diperoleh perlindungan terhadap lingkungan pembuatan produk,
lingkungan kerja yang nyaman bagi personil dan perlindungan pada lingkungan dimana
terdapat bahan berbahaya melalui pengaturan sistem pembuangan udara yang efektif dan
aman dari bahan tersebut. Penggunaan AHU/HVAC akan dirancang sehingga membentuk
suatu sistem tata udara yang dapat mengontrol suhu, kelembaban, tekanan udara, tingkat
kebersihan, pola aliran udara serta jumlah penggantian udara di ruangan produksi sesuai
dengan persyaratan yang telah ditentukan.
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan akan menjadi
air minum setelah dimasak terlebih dahulu. Sebagai batasannya, air bersih adalah air yang
memenuhi persyaratan dari segi kualitas air yang meliputi kualitas fisik, kimia, biologis
dan radiologis, sehingga apabila dikonsumsi tidak menimbulkan efek samping (Permenkes
No. 416/Menkes/PER/IX/1990).
Asumsi penggunaan air bersih pada tahap operasi kegiatan proses produksi adalah
sebanyak 18.445,5 m3/bulan (SNI 03-7065-2005) Untuk lebih lengkap mengenai kebutuhan
air bersih disajikan seperti pada Tabel II-15.
Pasokan air bersih tahap operasional Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi,
Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal
“Herb Infusion”) PT. SBS direncanakan bersumber dari pasokan (suplai) PDAM, dan sebagai
cadangan apabila pasokan air bersih dari PDAM tidak mencukupi atau terganggu maka Commented [D3]: Bukannya belum ada jaringan PDAM? Di hal
II-35 sumber air bersih Cuma deep well aja???
akan menggunakan air bersih yang bersumber dari 1
unit sumur dalam (deep well) dan akan dibuat pula 1 unit sumur imbuhan dengan tujuan
untuk tetap menjaga kelimpahan air tanah dilokasi kegiatan. Penggunaan air sumur dan
dalam akan dilakukan setelah mendapaktan SIPA (surat izin pengambilan air tanah) dari
instansi berwenang.
Untuk air bersih, sebelum masuk ke tangki air atas, air terlebih dahulu dilakukan
perlakuan dengan cara lumpur yang terkandung dalam air tanah diendapkan, disaring
pada filter pasir dan filter karbon yang berfungsi untuk mengikat komponen – komponen
organik yang larut dalam air, juga untuk mengikat beberapa senyawa tertentu dari logam-
logam berat (water treatment hand book – degremont chapter–11) agar kualitas air bagi kegiatan
proses produksi PT. SBS sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
416/Menkes/Per/IX/1990 tentang syarat dan pengawasan kualitas air.
Jenis pipa dan sambungan pipa yang digunakan untuk saluran air bersih adalah pipa
yang telah ditetapkan berdasarkan standar HASS 204, jenis pipa tersebut adalah: pipa
UPVC (Unplastized polyvinil Chloride); Pipa PPR (Polypropylene Random) dan/atau Pipa
galvanis.
Pemasangan instalasi proteksi petir akan mengikuti standar, normalisasi teknik dan
peraturan yang berlaku. Instalasi penangkal petir yang akan digunakan mengacu pada
SNI-IEC 62305-2010 yaitu pemasangan dengan konsep perancangan dan skematik sistem
konvensional sangkar faraday, dengan pertimbangan datangnya petir dapat terjadi dari
berbagai arah. Prinsip instalasi penangkal petir Bangunan Industri Farmasi Agro Medika
(Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan
Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS yang akan dipasang;
1) Dapat melindungi semua bagian dari bangunan termasuk instalasi elektrikal dan
mekanikal, dan manusia yang ada didalamnya dari bahaya sambaran petir.
2) Tetap memperhatikan arsitektur bangunan, tanpa mengurangi nilai perlindungan
terhadap sambaran petir yang efektif.
3) Akan dilakukan pemeriksaan dan pemeliharaan secara berkala terhadap instalasi
penangkal petir.
4) Pemasangan instalasi penangkal petir akan disesuaikan dengan penambahan luas
bangunan jika terjadi penambahan luas bangunan.
5) Akan segera dilakukan pemeriksaan dan dilaksanakan perbaikan terhadap kerusakan
akibat kejadian sambaran petir pada instalasi penangkal petir.
Untuk keperluan komunikasi telepon baik telepon internal maupun telepon external
menggunakan telepon sambungan langsung dari PT. Telkom atau melalui PABX. Sistem
komunikasi telepon secara kefungsian dibagi dalam 2 bagian :
2) Komunikasi telepon internal dari luar Industri Farmasi Agro Medika (Industri
Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri
Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) atau sebaliknya.
B.4.5.1. Mesjid
Mesjid akan disediakan bagi karyawan pabrik, tamu maupun mayarakat yang berada
dekat dengan lokasi. Mesjid akan disediakan pada area Industri Farmasi Agro Medika
(Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan
Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS luas 195 m2 meter. Mesjid
diprakirakan dapat menampung 250 orang jama’ah.
Pembangunan Pos Security dibangun seluas 128 m2 terletak di pintu gerbang Industri
Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri
Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS di tujukan
untuk pengendalian Kamtibmas terkait keamanan dilokasi sekitar kegiatan dengan
dilengkapi sarana penunjang (WC/KM), lampu penerangan, alat komunikasi serta
peralatan standar pengamanan.
Sistem drainase permukaan berfungsi untuk menampung air buangan limbah cair
(setelah diolah di STP) dan limpasan air hujan (run off). Untuk mencegah menyebarnya
aroma yang bau dan supaya kelihatan indah maka dipakai drainase sistem tertutup dengan
bahan beton cetak precast yang dilengkapi dengan bak kontrol (man hole) untuk
mempermudah mengeruk apabila terjadi sumbatan. Saluran drainase dibuat dengan
kemiringan tertentu untuk dapat mengalirkan air dengan lancar. Drainase ini akan
dialirkan menuju sungai terdekat yakni sungai Cinagara.
Sumur resapan merupakan sumur atau lubang pada permukaan tanah yang
digunakan untuk menampung air hujan agar dapat meresap ke dalam tanah. Tujuan
dibangunnya sumur resapan adalah untuk meminimalisir debit aliran permukaan yang
akan mengalir ke saluran internal maupun saluran umum, pemanfaatan kembali air hujan
sebagai imbuhan air tanah, dan agar tidak menimbulkan genangan atau banjir di sekitar
lokasi kegiatan.
▪ Pemanfaatan ruang secara terbatas untuk kegiatan budi daya tidak terbangun
yang memiliki kemampuan tinggi dalam menahan limpasan air hujan;
▪
Penyediaan sumur resapan dan/atau waduk pada lahan terbangun yang sudah ada;
dan
▪
Penerapan prinsip Zero Delta Q Policy terhadap setiap kegiatan budi daya terbangun
yang diajukan izinnya.
Dalam penjelasan PP dan Perda tersebut diatas, disebutkan bahwa yang dimaksud
dengan “kebijakan prinsip zero delta Q policy” adalah keharusan agar tiap bangunan tidak
boleh mengakibatkan bertambahnya debit air ke sistem saluran drainase atau sistem aliran
sungai. Dengan mengacu pada PP dan Perda di atas, penerapan prinsip zero delta Q policy
menjadi pertimbangan dalam penyusunan zonasi kawasan imbuhan air tanah. Sedangkan
untuk perhitungan jumlah sumur resapan yang dibuat harus disesuaikan dengan luas
tutupan bangunan dan volume air yang harus diresapkan, mengacu pada Permen LH No.
12 tahun 2009 tentang pemanfaatan air hujan.
Pedoman dalam perencanaan dan pembuatan sumur resapan akan mengacu pada
SNI 06-2405-1991, Tatacara Perencanaan Teknik Sumur Resapan Air Hujan Untuk Lahan
Pekarangan dan peraturan perundang-undangan serta referensi lain terkait pembuatan
sumur resapan.
d) Untuk daerah sanitasi lingkungan vuruk, sumur resapan air hujan hanya
menampung dari atap dan disalurkan melalui talang
e) Mempertimbangkan aspek hidrogeologi, geologi dan hidrologi
Penempatan lokasi untuk pembangunan sumur resapan mempertimbangkan
keadaan muka air tanah yang dapat ditentukan dengan mengukur kedalaman dari
permukaan air tanah ke permukaan tanah di sumur sekitarnya pada saat musim hujan;
permeabilitas tanah yang dapat dipergunakan untuk sumur resapan antara 2,0 – 12,5
cm/jam; jarak sumur resapan terhadap tangki septik minimal 2 m, jarak dari resapan tangki
septik, cubluk, saluran air limbah dan pembuangan sampah minimal 5 m; dan jarak
terhadap sumur resapan air hujan/sumur air bersih minimal 2 meter. Secara singkat
langkah dalam menetapkan pembuatan sumur resapan dapat dilihat pada
Gambar II-8.
Gambar II-8. Langkah yang perlu diperhatikan dalam pembuatan sumur resapan
1. Melakukan analisis curah hujan: Analisa terhadap curah hujan dimaksudkan untuk
menghitung intensitas curah hujan maksimum pada perioda ulang tertentu. Dengan
mengetahui intensitas curah hujan maksimum maka kapasitas sumur resapan akan
dapat dihitung.
2. Menghitung luas tangkapan hujan: Bersama-sama dengan intensitas curah hujan
maksimum dengan periode ulang tertentu akan dapat dihitung besarnya debit aliran.
dari lapisan tersebut. Sumur resapan akan sangat efisien jika dibuat sampai pada
daerah dengan lapisan batuan yang terdiri dari pasir atau gravel.
4. Pemasangan sumur: Sumur resapan dibangun dengan menggunakan bis beton
dengan lapisan porus atau susunan batu bata yang disusun secara teratur.
Data teknis sumur resapan mengacu pada pedoman dari Ditjen PU Cipta Karya,
sebagai berikut:
Sumber:Petunjuk Teknis Tata Cara Penerapan Drainase Berwawasan Lingkungan di Kawasan Permukiman (2002)
Untuk mengurangi masuknya air larian/ run off ke saluran drainase, maka
pengelola Industri Farmasi Agro Medika “PT. SBS” akan membuat sumur resapan
sebanyak 8 unit dengan kedalaman sekitar 7 meter (tidak melebihi tinggi muka air tanah di
sekitar lokasi studi yang bervariatif berkisar antara 10 – 12 meter) dan diameter 1 meter
yang dibangun tersebar pada beberapa titik sesuai gambar siteplan.
Tabel II-17. Jenis tanaman yang akan ditanam di area penghijauan PT. SBS
No Fungsi Tanaman Jenis Tanaman Nama Ilmiah
Pada saat operasi kegiatan Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi,
Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan
Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS, volume air limbah yang dihasilkan sekitar 14.710,4
m3/hari. Air limbah dari proses produksi, pencucian/pembersihan peralatan, ruangan
Commented [SH4]: Karakteristik kandungan limbah cair
dan water treatment kegiatan domestik karyawan dialirkan melalui saluran pipa berbeda proses produksi tiap2 produk perlu minta data dari pemrakarsa
Mixing
Penguraian
Sedimentasi
pengendapan
Sludge Filtrasi
penyaringan
Aerasi
Overflow
Badan Penerima
Masing-masing limbah/air buangan dari sumber yang berbeda akan memiliki bak
penampungan sendiri, namun proses pengolahannya akan disatukan/dicampurkan dalam
IPAL yang sama. Pipa untuk menyalurkan air buangan terbuat dari bahan yang kuat
sehingga mampu melawan tekanan air didalam pipa saluran air limbah. Pemrakarsa akan
membangun instalasi pengolahan air limbah (IPAL) dengan luas 420 m 2 dengan kedalaman
5 m.
TPS akan ditempatkan pada setiap ruangan dengan tujuan pengambilan sampah oleh
petugas kebersihan yang kemudian diangkut ke TPSS. Dalam teknis pengelolaan sampah
pada TPS dan TPSS, pengelola mengacu SNI 03-3243-2008 tentang Tata Cara Pengelolaan
Sampah Permukiman, teknis operasional penanganan sampah di sumber meliputi;
menerapkan pemilahan sampah organik dan non organik serta menerapkan teknik 3R di
sumber dan TPS.
Volume sampah non B3 pada tahap operasional diperkirakan sebanyak 5,21 m 3/hari.
selanjutnya setiap hari diambil oleh petugas kebersihan dan dikumpulkan di TPSS khusus
sampah organik dan anorganik. Total volume sampah organik dan anorganik pada tahap
operasional diprakirakan sebanyak 5,21 m3/hari (Perhitungan berdasarkan Kepmen
Kimpraswil No. 534/Kpts/M/2001 tentang Pedoman Penentuan Standar Pelayanan
Minimal Bidang Penataan Ruang Perumahan, Permukiman dan Pekerjaan Umum).
Pengelolaan sampah dilakukan dengan cara pemilahan jenis sampah organik dan
anorganik sesuai aturan, anjuran dan S.O.P dalam pengelolaan sampah.
b) Limbah B3
Limbah padat B3 sisa produksi berupa sisa granul, bahan baku rejected, produk
jadi rejected, debu dari dust collector. Limbah tersebut dimusnahkan dengan double
burner incerinator. Dengan pembakaran ganda, asap sisa pembakaran tidak lagi
mengandung bahan berbahaya yang bisa mencemari udara. Sedangkan untuk limbah B3
Commented [SH5]: Perlu dikonfirmasikan ke pemrakarsa
yang bukan dari kegiatan produksi, seperti oli bekas perawatan kendaraan operasional
dan oli bekas perawatan mesin genset (prakiraan sebesar 120 liter/3 bulan), bekas
kemasan minyak pelumas (prakiraan 1 kg/bulan) dan lampu TL/neon bekas (prakiraan
sekitar 45 buah/bulan) akan dilakukan pengelolaan dengan bekerjasama antara
pengelola dengan mitra berizin dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
serta perlakuan pengolahan sampah sesuai peraturan berlaku.
Dalam pengangkutan sampah dari TPSS menuju TPA, pengelola akan berkoordinasi
terlebih dahulu dengan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Bogor dalam hal
jumlah volume sampah dan daya angkut serta ritasi mobil truk pengangkut sampah yang
akan disiapkan. Dalam meminimalisir adanya air lindi (leachate) dari sampah yang
terkumpul di TPSS, pihak pengelola akan melapisi semua tong sampah pada ruangan
dengan plastik serta memberikan penyuluhan/himbauan kepada seluruh karyawan dan
pengunjung supaya membuang sampah ke tempat yang telah disediakan, baik pada tempat
sampah organik, anorganik maupun B3 yang disediakan dengan dilengkapi kantong plastik
yang kedap air dan tidak bocor. Dengan demikian diharapkan tidak adanya pencemaran
lingkungan serta aroma bau yang tidak sedap dari ceceran air lindi sampah yang akan
diangkut dari TPSS menuju TPA.
Lokasi yang diberikan kepada PT. SBS serta berkoordinasi dengan pemerintahan Desa
Cinagara mengenai lokasi penempatan titik lampu untuk penerangan jalan umum (PJU)
bagi pejalan kaki dan/atau bagi pengendara kendaraan.
Selain itu pihak pengelola juga menyediakan 2 genset untuk keadaan darurat dengan
daya kapasitas masing - masing 500 kVA yang lokasinya akan digambarkan pada pra site
plan.
Tabel II-18. Kebutuhan Energi Listrik Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi,
Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri
Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS
No. Penggunaan Sumber Kapasitas Keterangan
Akses keluar masuk akan dibuat dengan perencanaan yang sesuai pada pra site plan
serta akan berkoordinasi dengan DLLAJ Kabupaten Bogor. Akses keluar masuk lokasi
kegiatan langsung menuju dengan jalan raya Bogor – Sukabumi. Akses keluar masuk lokasi
dibuat 2 (dua) akses, yakni untuk akses masuk dan untuk akses keluar, dengan tujuan
mempermudah aksesibilitas menuju dan keluar lokasi kegiatan.
Akses keluar masuk dibangun dengan perkerasan Paving Block dengan tujuan tidak
kedap air dan mengurangi limpasan air (run off) hujan pada musim penghujan lebih cepat
meresap kedalam tanah. Teknis pembangunan dan penempatan akses keluar masuk lokasi
kegiatan akan mengacu kepada saran dan rekomendasi dari hasil laporan Analisis Dampak
Lalu Lintas (ANDALALIN) yang dilakukan oleh DLLAJ Kabupaten Bogor.
C. Tahap Operasi
C.1. Penerimaan Tenaga Kerja Operasi
Kegiatan pengelolaan dan pengoperasian Industri Farmasi Agro Medika (Industri
Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri
Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS akan memerlukan tenaga kerja dalam jumlah
besar, sehingga perlu dilakukan rekruitmen tenaga kerja. Diprakirakan jumlah tenaga kerja
yang akan direkrut oleh PT. SBS untuk mengelola, mengoperasikan dan memelihara
gedung. Selama kegiatan operasional Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi,
Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan
Tabel II-19. Perincian perkiraan kebutuhan tenaga kerja operasional untuk Industri
Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat
Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal
“Herb Infusion”) PT. SBS
No Jenis Kegiatan Kapasitas Tenaga Kerja Keterangan
(Jumlah Orang) Local Pendatang
1 Produksi
Penyediaan Bahan Baku 10 5 5 -
Proses Farmasi Formulasi dan -
Tradisional 180 110 70
Penyimpanan Hasil Produksi 20 10 10 -
Validasi 6 4 2 -
2 Pengendalian Mutu
Sampling Bahan Baku dan Bahan -
Penolong 5 3 2
Pemeriksaan Selama Proses Produksi 5 3 2 -
Analisa Bahan Baku dan Bahan Penolong 4 3 1 -
Uji Stabilitas Hasil Produksi 4 3 1 -
Validasi 4 3 1
3 Kegiatan Lain
Recall Hasil Produksi di Bawah Standar 6 3 3 -
Penunjang (Administrasi, Kemasan, -
Teknisi dan lain – lain) 50 45 5
Jabatan Manajemen (Komisaris, Direktur -
Utama dan Manager 6 - 6
Jumlah 300 192 108
Sumber : PT. SBS, Tahun 2016
Jenis Peralatan yang digunakan dalam proses produksi industri farmasi agro medika
(Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan
Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS disajikan pada Tabel II-20.
Tabel II-20. Jenis Peralatan yang Digunakan Pada Industri Agro Medika ((Industri
Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan
Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS
No Nama Alat Jumlah Asal Energi Jenis
Penggerak Dampak
Penggerak Dampak
Bahan Baku dan Bahan Penolong yang digunakan dalam proses produksi Industri
Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri
Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS. Bahan Baku
dan Bahan Penolong Proses Produksi disajikan pada Tabel II-21. dan Tabel II-22.
Tabel II-21. Bahan Baku Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi, Industri Produk
Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal
“Herb Infusion”) PT. SBS
No Nama Bahan Satuan Kapasitas Bentuk Sifat Bahan Cara Simpan
Pertahun
Tabel II-22. Bahan Penolong Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi, Industri
Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri
Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS
No Nama Bahan Satuan Kapasitas Bentuk Sifat Bahan Cara Simpan
Pertahun
Penimbangan
Ekstraksi
Pencampuran Akhir
Pengisian
Pengemasan Karton
Gambar II-12. Flow Chart Produksi Minuman Penyegar (Larutan Penyegar Cap Badak)
Kemudian Berikan penandaan nomor bets dan batas daluarsa pada botol, selanjutnya
Kemas botol kedalam karton isi 48 botol untuk kemasan 200 mL dan Isi 24 botol untuk
kemasan 500 mL, yang telah diberi penandaan nomor bets dan batas daluarsa, selanjutnya
produk siap dikirim ke gudang.
Penimbangan
Ekstraksi
Pencampuran Akhir
Pengisian
Pengemasan Karton
Kemudian Berikan penandaan nomor bets dan batas daluarsa pada botol, selanjutnya
Kemas botol kedalam karton isi 48 botol untuk kemasan 200 mL dan Isi 24 botol untuk
kemasan 500 mL, yang telah diberi penandaan nomor bets dan batas daluarsa, selanjutnya
produk siap dikirim ke gudang
Penimbangan
Ekstraksi
Pencampuran Akhir
Pengisian
Pengemasan Karton
Gambar II-14. Flow Chart Produksi Minuman Penyegar (Lasegar Espe All Variant)
Selanjutnya Lalutrakan bahan-bahan Asam Sitrat Monohidrat dan Gula dengan air
pada tangki 9.000 L, kemudian tambahkan ekstrak simplisia, perisa dan genapkan volume
campuran dengan air sampai 9.000 L, jalankan mixer sampai homogen.
Lalu lakukan pasteurisasi produk, selanjutnya isi produk kedalam aluminium can
kemudian tambahkan nitrogen cair, Selanjutnya tutup dan press.
Kemudian Berikan penandaan nomor bets dan batas daluarsa pada bawah can,
selanjutnya Kemas can kedalam karton isi 24 can yang telah diberi penandaan nomor bets
dan batas daluarsa, selanjutnya produk siap dikirim ke gudang.
Penimbangan
Ekstraksi
Pencampuran Akhir
Pengisian
Pengemasan Karton
Gambar II-15. Flow Chart Produksi Minuman Penyegar (Larutan Penyegar Espe All
Variant)
Selanjutnya Lalutrakan bahan-bahan Asam Sitrat Monohidrat dan Gula dengan air
pada tangki 9.000 L, kemudian tambahkan ekstrak simplisia, perisa dan genapkan volume
campuran dengan air sampai 9.000 L, jalankan mixer sampai homogen.
Lalu lakukan pasteurisasi produk, selanjutnya isi produk kedalam aluminium can
kemudian tambahkan nitrogen cair, Selanjutnya tutup dan press.
Kemudian Berikan penandaan nomor bets dan batas daluarsa pada bawah can,
selanjutnya Kemas can kedalam karton isi 24 can yang telah diberi penandaan nomor bets
dan batas daluarsa, selanjutnya produk siap dikirim ke gudang.
Penimbangan
Ekstraksi
Pencampuran Akhir
Pengisian
Pengemasan Karton
Gambar II-16. Flow Chart Produksi Makanan dan Minuman mengandung Herbal (Teangin
Cap Badak)
6. Proses Produksi Makanan dan Miniman mengandung herbal (Zhenzhu Liang Teh
Cap Pistol)
Penimbangan
Ekstraksi
Pencampuran Akhir
Pengisian
Pengemasan Karton
Gambar II-17. Flow Chart Produksi Makanan dan Minuman mengandung Herbal
(Zhenzhu Liang Teh Cap Pistol)
7. Proses Produksi Minuman sari buah Jus dalam Kemasan (Delipo Juice Jeruk)
Penimbangan
Pelarutan
Pencampuran Akhir
Pengisian
Pengemasan Karton
Gambar II-18. Flow Chart Produksi Minuman Sari Buah jus dalam kemasan (Delipo Juice
Jeruk)
Proses Pembuatan Minuman sari buah Jus dalam Kemasan (Delipo Juice Jeruk)
Kemudian Berikan penandaan nomor bets dan batas daluarsa pada bawah can,
selanjutnya Kemas can kedalam karton isi 24 can yang telah diberi penandaan nomor bets
dan batas daluarsa, selanjutnya produk siap dikirim ke gudang.
8. Proses Produksi Minuman sari buah Jus dalam Kemasan (Delipo Juice Jambu)
Penimbangan
Pelarutan
Pencampuran Akhir
Pengisian
Pengemasan Karton
Gambar II-19. Flow Chart Produksi Minuman Sari Buah jus dalam kemasan (Delipo Juice
Jambu)
Proses Pembuatan Minuman sari buah Jus dalam Kemasan (Delipo Juice Jambu)
Kemudian Berikan penandaan nomor bets dan batas daluarsa pada bawah can,
selanjutnya Kemas can kedalam karton isi 24 can yang telah diberi penandaan nomor bets
dan batas daluarsa, selanjutnya produk siap dikirim ke gudang.
Penyimpanan hasil produksi disimpan di Gudang Produk Jadi yang terpisah dari
gudang penyimpanan bahan baku/penolong, produk antara dan produk karantina. Hal ini
berlaku untuk semua produk, sehingga tidak terjadi kontaminasi silang.
Penyimpanan setiap jenis produk jadi dipisahkan antar jenis produk dan diatur sedemikian
rupa agar memenuhi prinsip First In First Out (FIFO).
Tabel II-23. Kapasitas Produksi Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi,
Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan
Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS
No Jenis Produksi KBLI Satuan Kapasitas/ Keterangan
tahun
1 Makanan dan minuman 10762 Liter 100.000.000
mengandung herbal
2 Suplemen Makanan 10762 Liter 200.000.000
3 Minuman Penyegar 11090 Liter 345.000.000
4 Minuman Sari Buah Jus dalam 11090 Liter 300.000.000
Kemasan
5 Balsem 21012 Kg 2377.728
6 Carian Obat Luar/ Cairan Obat 21012 Liter 202.500
Luar
7 Salep Kulit 21012 Kg 207.360
8 Serbuk Non Antibiotik 21012 Kg 548.480
9 Sediaan dan Serbuk Instan 21022 Kg 15.700
Kegiatan utama pengelola Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi, Industri
Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal
“Herb Infusion”) (building management) pada tahap operasi adalah kegiatan
maintenance/pemeliharaan masing-masing bangunan utama serta fasilitas penunjangnya.
Jenis dan fasilitas yang menjadi tanggung jawab pengelola dalam pemeliharaannya adalah
yang termasuk dalam kategori ruang bersama atau fasilitas umum seperti ruang umum,
ruang tangga, travelator, genset, pompa air, lantai, atap, talang air, tangga, saluran air, pipa,
instalasi listrik, intalasi telekomunikasi, instalasi AC, tanaman dan taman. Jenis-jenis
pekerjaan maintenance yang akan dilakukan meliputi :
1) Pengecekan dan pemeliharaan alat-alat mekanik dan elektrik. Jenis-jenis alat mekanik
yang dipelihara adalah genset, pompa air, mesin AC, ventilating, travelator dan
plumbing, sedangkan jenis alat elektrik meliputi: trafo, LVMBD/ SDB/PP, sound system,
MCFA, telephone/ MDF/server dan battery/accu.
2) Pemeliharaan taman, pemeliharaan jaringan air, pemeliharaan saluran drainase,
pemeliharaan STP serta kebersihan dan perawatan Industri Farmasi Agro Medika
(Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan
Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”), seperti pengecatan, pembersihan kaca
dan pengangkutan sampah. Pemeliharaan saluran drainase dilakukan dengan
pengerukan endapan dan sampah secara berkala.
3) Pemeliharaan sarana/alat pemadam kebakaran seperti fire extinguisher, boxs
hidrant,heat detector. Pemeriksaan alat-alat pemadam kebakaran dilakukan secara
berkala oleh pengelola Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi, Industri
Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal
“Herb Infusion”) dan instansi yang berwenang.
E. Pengelolaan Limbah
E.1. Pengelolaan Limbah Padat
Sistem pengelolaan sampah, pengelola akan menerapkan sistem 3R (Reduce, Reuse and
Recycle), seperti mengolah sampah organik menjadi kompos, sehingga sampah yang
dibuang keluar lokasi hanya berupa residu yang bertujuan untuk mengurangi debit
pembuangan sampah ke TPA. Luas area 3R dialokasikan seluas 22 m2 yang berlokasi
dibelakang bangunan utama, namun tetap dapat diakses oleh petugas dari Dinas
Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Bogor.
Tabel II-24. Perkiraan timbulan limbah padat kegiatan operasional Industri Farmasi Agro
Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri
Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT.
SBS
Asumsi Prakiraan Prakiraan
Uraian Sumber Limbah timbulan timbulan
No. Jumlah timbulan
Padat limbah padat limbah padat
(kg/hari)* (kg/hari) (m3/hari)
pembakaran ganda, asap sisa pembakaran tidak lagi mengandung bahan berbahaya yang
bisa mencemari udara. Commented [SH6]: Perlu dikonfirmasikan ke pemrakarsa
Tabel II-25. Perkiraan timbulan limbah B3 kegiatan operasional Industri Farmasi Agro
Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri
Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT.
SBS
No. Uraian Sumber Limbah B3 Uraian Limbah Jenis Jumlah Prakiraan
Limbah
1. Operasional dan perawatan Oli bekas Cair 120 liter/3 bulan
genset
2. Pemeliharaan genset dan Bekas kemasan minyak Padat 1 kg/bulan
kendaraan operasional pelumas dan kain majun
3. Operasional bangunan utama Lampu neon / TL bekas Padat 30 – 45 buah/bulan
dan sarana prasarana
sisa granul, bahan baku Bergantung jumlah
4. Sisa Produksi rejected, produk jadi Padat
rejected, debu dari dust produksi
collector
Air limbah yang sudah dimixing/netralisasi dan pH air netral (6 s/d 9) untuk
kemudian di alirkan menju tangki karbon filter dengan tujuan penyaringan air dengan
sludge yang terbawa oleh air limbah, Setelah selesai proses pengolahan air limbah
dlakukan dengan hasil pemeriksaan dari Lab IPAL yang menyatakan air limbah sudah
sesuai dengan baku butu maka air limbah dialirkan ke aquarium yang didalamnya
diberikan ikan sebagai indikator keberhasil. Proses pengaliran limbah regerasi ditujukan
pada Gambar II-20.
Pengolahan limbah cair domestik akan menggunakan teknologi. Air limbah domestik
yang akan diolah di IPAL berasal dari kegiatan produksi, dan lainnya. Bagan alir proses
pengaliran air limbah domestik menuju IPAL ditunjukan pada Gambar II-21.
Air dari bak limbah domestik/ produksi di tarik menuju bak mixing dengan menggunakan
pompa celup untuk dilakukan proses mixing air limbah, selanjutnya air limbah yang
berada dalam bax mixing di aduk dengan menggunakan mixer untuk kemudian dilakukan
proses netralisasi yaitu pengecekan kembali pH pada limbah jika air limbah asam (pH air
dibawah 6) maka dilakukan adjust/ Penambahan NaOH hingga air limbah netral (pH air 6
s/d 9), jika air limbah basa (pH air diatas 9) maka dilakukan penambahan HCI hingga air
netral (pH air 6 s/d 9).
Selanjutnya proses filtrasi yaitu proses penyaringan air limbah yang telah diolah dan
diendapkan dipastikan tidak ada sludge/ lumpur yang terbawa oleh air menuju bak aerasi.
Limbah cair yang telah difiltrasi kemudian dipompakan ke tangki reaktor untuk
dicampurkan dengan gas ozon dengan menggunakan venturi untuk kemudian dilakukan
sirkulasi di dalam tanki reaktor. Ozon yang masuk dalam tangki reaktor bereaksi
mengoksidasi senyawa organik dan membunuh bakteri pada limbah cair.
Kemudian proses berikutnya yaitu proses aerasi dan sirkulasi yaitu proses
penambahan udara/ oksigen ke dalam air dengan menggunakan compressor dan pompa
sirkulasi denga tujuan agar oksidasi biologi oleh mkroba berjalan dengan baik dan
menghasilkan kadar COD, BOD, dan pH air yang baik sesuai dengan ketentuan.
Selanjutnya dilakukan pengambilan sampel air limbah untuk pemerikaan COD, BOD
dan pH pada lab IPAL, kemudian setelah semua proses pengolahan air limbah dilakukan
dan dengan hasil pemeriksaan dari air limbah sudah sesuai baku mutu maka air limbah di
alirkan ke aquarium yang didalammnya diberikan ikan sebagai indikator keberhasilan,
setelah air limbah melalui aquarium maka air limbah yang telah memenuhi baku mutu
dialirkan ke bak outlet untuk dilepaskan ke badan air dengan sistem overflow yang
melewati flow meter outlet.
F. Distribusi Produk
Tabel II-26. Kegiatan Pengangkutan Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi,
Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri
Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS
Penggunaan Jenis Kendraan Jumlah rit/hari
Seperti halnya alternatif lokasi, terkait dengan desain pun tidak dipaparkan
mengenai desain selain yang dikemukakan pada deskripsi rencana kegiatan. Sehubungan
dengan desain, mengingat pada waktu dilakukan kajian ANDAL sedang dilakukan
penyusunan desain, maka jika dalam kajian ANDAL menemukan desain yang lebih baik
dapat dikemukakan alternatif sebagai penyempurnaan desain.
Terkait dengan lay out atau tata letak ruang hanya dikemukakan satu alternatif,
oleh sebab itu kajian altenartif lay out lain juga tidak diperlukan kajian.
A. Iklim
Secara umum kondisi iklim di sekitar lokasi rencana kegiatan tergolong Monsoon,
yang secara umum ditandai dengan perputaran dua musim secara bergantian antara
musim hujan dan musim kemarau. Meskipun batas antara musim hujan dan kemarau di
wilayah ini seringkali tidak terpisah secara jelas. Bulan-bulan basah umumnya berlangsung
pada periode Nopember hingga Maret sedangkan bulan-bulan kering umumnya terjadi
pada periode Juni hingga Agustus.
Daerah studi mempunyai curah hujan rata-rata tahunan sebesar 3.470,75 mm, curah
hujan maksimum tahunan 4.212 mm dan curah hujan minimum tahunan 2.327,2 mm
dengan jumlah hari hujan rata-rata dalam setahun adalah 186 hari. Curah hujan bulanan
rata-rata tertinggi terjadi pada bulan Februari yaitu sebesar 480,7 mm/bulan, dan rata-rata
curah hujan bulanan terendah terjadi pada bulan Juli yang memiliki nilai sebesar 125,6
mm/bulan. Rata-rata curah hujan bulanan adalah sekitar 293,2 mm/bulan. Data curah
hujan di lokasi studi dalam 10 tahun terakhir disajikan pada Tabel II-27.
Tabel II-27. Curah Hujan di Lokasi Kegiatan Pembangunan Industri Farmasi Agro Medika
(Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman
Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT.
SBS
Curah Hujan (mm)
Bulan Rataan
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Januari 770 168 663 517,7 487 268 278,9 607 457 230 444,7
Februari 412 571 473 521 520,5 782 379,7 356 624,5 167 480,7
Maret 433 206 277 545,5 100 434,5 550,5 215 493 132,5 338,7
April 325 343 345 166 163 352 419,6 292 117,5 251 277,4
Mei 335 254,5 371 321,5 234 94 128 434 275,5 343,5 279,1
Juni 121 56,5 68,5 Ba 139 242,4 32 106,5 289,5 127 131,4
Juli 286 42,5 133 234.5 89 27 33 127,5 156,5 127 125,6
Agustus 123 384,5 0,5 336,5 4,5 61 99 93 410,5 47 156,0
September 62 361 224 289 29 64 266,5 181,5 486 73 203,6
Oktober 177 185,1 240 346 157 308 288,5 389,5 393 343,5 282,8
Nopember 316 267 472 336,5 297 456,8 484 344,5 299 225 349,8
Desember 245,5 516,8 311 323,5 870 723,3 379,5 302,5 210 260,7 414,3
Hari 175 174 190 195 152 183 206 189 235 164 186,3
Hujan
Rata-rata 20,60 19,29 18,83 20,19 20,33 20,84 16,21 18,25 17,92 14,19 18,7
Harian
Jumlah 3.605,5 3.355,9 3.578 3.937,7 3.090 3.813 3.339,2 3.449 4.212 2.327,2 3.470,75
Sumber : Stasiun Klimatilogi Dramaga Bogor, Stasiun Pengamtan Pondok Gedeh Periode Data Tahun 2006-2015
Dilihat dari fluktuasi curah hujan harian di lokasi kegiatan, pada musiman hampir
tidak terlihat karena hampir sepanjang tahun yakni mulai bulan Januari – Mei dan
September –Desember Curah hujan harian tetap tinggi. Curah hujan dengan intensitas kecil
hanya ditemukan pada bulan Juni-Agustus. Gambaran mengenai fluktuasi curah hujan
dapat dilihat pada Gambar II-24
A.1. Suhu
Suhu rata-rata bulanan di wilayah lokasi kegiatan dalam jangka sepuluh tahun (2006-
2015) berkisar antar 24,8 – 26,7 0C dengan rata rata suhu harian sebesar 25,8 0C. Perincian
mengenai suhu di wilayah lokasi kegiatan disajikan pada Tabel II-28.
Tabel II-28. Suhu di Lokasi Kegiatan Pembangunan Industri Farmasi Agro Medika
(Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman
Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS
Bulan Suhu (°C)
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Januari 25,4 25,3 26,0 25,6 25,2 25,2 26,1 25,7 25,0 25,3
Februari 24,8 24,9 25,3 25,3 25,4 25,5 25,0 24,4 25,1 25,9
Maret 25,4 25,8 25,7 25,8 26,0 25,8 25,6 25,1 25,8 26,0
April 25,7 26,0 26,4 26,3 26,2 25,8 25,9 25,6 26,2 27,1
Mei 26,2 26,3 26,2 26,1 26,2 26,0 26,2 25,8 26,1 26,7
Juni 25,3 25,8 25,7 25,4 26,4 25,7 26,1 25,6 26,1 25,9
Juli 25,1 25,7 25,6 25,5 25,9 26,1 25,9 25,2 25,8 25,8
Agustus 25,7 25,5 26,0 25,7 25,6 25,2 25,7 25,6 26,3 25,8
September 25,7 25,2 25,8 25,8 25,7 25,9 26,1 25,9 26,6 25,3
Oktober 25,7 26,2 25,8 26,3 26,3 26,7 26,2 25,8 26,0 25,4
Nopember 25,7 26,2 26,1 26,1 26,1 26,4 25,9 25,8 26,3 25,9
Desember 25,8 26,0 25,4 25,8 25,5 26,1 25,3 25,5 26,1 25,5
Min 25,2 25,3 25,3 25,3 24,8 25,2 25,0 25,0 24,4 24,4
Max 26,4 26,4 26,4 26,3 26,2 26,7 26,2 26,6 25,9 25,9
Rata-rata 25,8 25,7 25,8 25,8 25,5 25,9 25,8 26,0 25,5 25,5
Sumber : Stasiun Klimatilogi Dramaga Bogor Bogor Periode data tahun 2006-2015.
Tabel II-29. Kecepatan Angin di Lokasi Kegiatan Pembangunan Industri Farmasi Agro
Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri
Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb
Infusion”) PT. SBS
Kecepatan Angin (m/s)
Bulan
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Januari 1,7 2,2 1,3 2,0 3,6 2,0 1,7 1,2 1,6 Td
Februari 2,7 1,7 1,5 1,4 1,4 1,4 1,9 1,5 1,5 2
Maret 2,1 1,5 2,0 1,9 3,6 1,9 1,6 1,6 1,6 2
April 1,9 1,8 1,3 1,3 3,6 1,3 3,6 1,3 2,4 1
Mei 2,1 5,0 1,4 1,5 3,6 1,5 1,6 1,2 2,1 1
Juni 2,0 2,0 1,7 1,4 3,1 1,4 1,6 1,3 2,1 1
Juli 1,9 2,4 1,8 1,8 3,6 1,8 1,7 1,4 2,2 td
Agustus 2,4 2,1 2,0 1,8 3,6 2,2 1,8 1,5 1,6 2
September 2,2 1,7 2,1 2,2 3,6 1,9 1,7 1,5 1,6 1
Oktober 2,5 1,6 1,7 1,9 1,9 3,6 1,7 1,5 1,4 2
Nopember 2,0 1,4 1,6 1,5 1,5 2,0 1,5 1,5 1,2 1
Desember 1,6 1,4 1,6 1,4 1,4 2,0 1,4 1,4 1,7 1
Min 1,6 1,4 1,3 1,3 1,3 1,4 1,4 1,2 1,2 1,0
Max 2,7 5,0 2,1 2,1 2,2 3,6 1,9 1,6 2,4 2,0
Rata-rata 2,1 1,2 1,7 1,7 1,7 3,1 1,7 1,4 1,8 1,4
Sumber : Stasiun Klimatilogi Dramaga Bogor Periode data tahun 2006-2015.
Hasil analisis kualitas udara akan disajiikan dalam dokumen ANDAL setelah
dilakukan pengukuran kualitas udara. Sampel kaulitas udara akan diambil dengan
menggunakan alat impinger air sampler dan sampel debu akan diambil dengan Dust Sampler
selama 1 jam. Parameter kualitas udara ambien yang akan dianalisis dan dibandingkan
dengan baku mutu PP.RI No.41 tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran udara
meliputi SO2, O3, CO, NO2, debu, HC dan parameter kebisingan diukur dengan
menggunakan sound level meter pada kisaran bising 20-200 dBa dengan pengukuran selama
15 menit dan akan dibandingkan dengan Kep.Men LH No.48/MENLH/11/1996 tentang
baku tingkat kebisingan.
C. Geologi Regional
Berdasarkan Peta Geologi Lembar 1209, Skala 1 : 100.000 oleh AC. Effendi, Kusmana
dkk, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi 1998. Peta tersebut terlihat bahwa bentuk
morfologinya seperti aliran yaitu berupa lereng yang melandai kesatu arah yaitu kearah
barat laut yang mencirikan suatu bentuk bentang alam atau morfologi kaki gunung api,
bentuk perbukitan daerah sekitar umumnya masih terjal dan relief tajam dan arah aliran
sungai searah membentuk pola aliran paralel. Peta Geologi Regional disajikan pada
Gambar II-27.
Batuan penyusun di wilayah studi dan sekitarnya adalah batuan tertua,yaitu tuf
batuapung (Qvt) yang termasuk ke dalam batuan gunungapi tua yang terdapat di sebelah
timur, utara dan selatan daerah penelitian. Disusun oleh litologi Formasi Endapan lebih tua
(Qvpo) berupa lahan dan lava basalt andesit dengan oligoklas-andesin, labradorit olivin,
piroksen dan horenblenda yang termasuk kedalam batuan gunungapi gunung pangrango.
Di sebelah barat daerah penelitian litologi penyusunannya berupa lahar, breksi tufan dan
lapili, aliran lava berjenis andesit basalt yang termasuk kedalam batuanapi gunung salak.
Batuan batuan ini termasuk ke dalam batuan gunungapi yang berumur kuarter.
D. Topografi
Berdasarkan peta rupa bumi indonesia Skala 1 : 25.000, Lembar : 1209-141 dan hasil
analisis garis kontur, terhadap lokasi tapak Pembangunan Industri Farmasi Agro Medika
(Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan
Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS luas 417.331 m2 yaitu berupa
perbukitan dan lembah, perbukitan umumnya memanjang arah barat-timur, dengan sudut
lereng landai sampai aga curam (8% - 15%), pada daerah topografi perbukitan umumnya
terbentuk oleh breksi vulkanik. Daerah dengan topografi lembah dibentuk oleh endapan
tufa dan endapan aluvial, sungai, serta endapan kipas aluvial. Secara fisiografi wilayah
studi merupakan daerah perbukitan bergelombang yang terbentuk oleh batuan endapan
vulkanik produk gunung api pangrango, dan merupakan pertemuan dengan kaki gunung
salak. Peta Topografi disajikan pada Gambar II-30.
E. Geomorfologi
F. Batuan/Stratigrafi
Wilayah studi umumnya disusun oleh kelompok batuan berumur Kuarter, berupa
endapan gunung api muda tidak terpisahkan, yang terdiri atas tufa batuapung, tufa
pasiran, breksi lahar, breksi vulkanik, breksi lahar, dan tufaan yang bersumber dari aktifitas
Gunung pangrango. Pada lapisan bagian bawah berupa endapan vulkanik tua tak
terpisahkan, terdiri dari breksi bersusun andesitik-basaltik, lava andesit, tufa dan
aglomerat.
Dari data batuan yang tersingkap di Sungai Cinagara dijumpai batuan vulkanik
berupa tufa kasar berbatu apung, pada bagian atas umumnya sudah mengalami pelapukan.
Pada lapisan bagian bawah dijumpai breksi dengan fragmen batuan beku berukuran 5 – 10
cm, bentuk bembulat tanggung sampai meruncing, kemas terbuka, dan masa dasar berupa
batu pasir tufaan berukuran kasar sampai sangat kasar. Dibeberpa tempat satuan batuan
breksi dijumpai adanya sisipan tufa dengan ketebalan < 1m.
Endapan batuan termuda adalah aluvial sungai dan endapan lembah antar bukit.
Satuan endapan aluvial proses pengendapannya masih berlangsung hingga sekarang,
dengan material penyusunan berupa lempung, pasir kerikil, dan kerakal, satuan batuan ini
memiliki sifat yang belum kompak atau padat, sehingga bersifat lepas atau terurai.
Penyebaran satuan ini menempati wilayah dataran terutama pada tepi, sungai Cinagara,
dan pada lembah antar lereng bukit..
Bencana alam geologi adalah kejadian bencana alam yang diakibatkan oleh kejadian-
kejadian geologi, seperti gempa bumi, letusan gunungapi, gerakan tanah dan atau batuan
serta banjir. Terdapat gunungapi disekitar lokasi kegiatan pembangunan Industri Farmasi
Agro Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman
Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) yaitu Gunung Pangrango. Selain
itu juga terdapat potensi gerakan tanah dan atau batuan, mengingat kemiringan lereng di
wilayah ini adalah landai hingga terjal.
1) Keadaan Lereng
Wilayah studi berada pada daerah dengan bentuk topografi dengan kelerengan
landai sampai terjal, dengan lapisan tanah yang tebal, sehingga mempunyai karakteristik
daerah yang kurang stabil. Tidak terdapat struktur geologi seperti zona sesar/patahan
yang dapat memicu terjadinya gerakan tanah.
Jenis batuan berupa endapan vulkanik muda seperti : breksi, dengan sifat fisik
batuannya yaitu: berwarna abu-abu cerah sebagian coklat muda, belum terkonsolidasi atau
kurang kompat dan padat, fragmen batuan beku berukuran maksimum 2-50 cm, matriks
tufa pasiran, akan mudah longsor jika berada pada tebing yang terjal.
Batupasir tufaan berukuran kasar /sangat kasar warna abu-abu, endapan vulkanik
muda, lapukan tanah berupa tras, jenis latosol ukuran lanau pasir, tidak dijumpai lempung
montrorilnit.
Sifat keteknikan, permeabilitas tanah tinggi, daya dukung tanah sedang, daya
dukung batuan baik. Sifat mengembang (sweeling) yang rendah dengan tidak dijumpai
adanya montmorilonit.
Zona kerentanan gerakan tanah adalah suatu zona yang mempunyai kesamaan
kerentanan relatif (relative susceptibility) untuk terjadi gerakan tanah. Penentuan zona
kerentanan gerakan tanah ini berdasarkan parameter, yaitu besarnya kemiringan lereng,
jenis tanah dan batuan, curah hujan, jumlah dan luas gerakan tanah, tata guna lahan,
kegempaan, nilai angka kestabilan lereng, dan lain lain
Klasifikasi zona kerentanan gerakan tanah pada areal tapak proyek merupakan zona
kerentanan gerakan tanah sangat rendah dan zona kerentanan rendah, yang merupakan
daerah yang secara umum mempunyai tingkat terjadi gerakan tanah rendah.
Pada zona ini gerakan tanah jarang terjadi, kecuali jika mengalami gangguan pada
lerengnya. Namun, jika terdapat gerakan tanah lama umumnya lereng telah mantap
kembali. (Nilai faktor keamanan lereng setara 1,7-2,0).
b) Pemotongan Lereng
Analisa kestabilan releng dilakukan dengan metode persamaan Hoek and Bray
(1981), karena berdasarkan kondisi geologi, batuan yang dijumpai diklasifikasikan sebagai
batuan lunak/urai (soft rock/weakly rock).
Selain parameter tanah/batuan yaitu berat isi, kohesi dan sudut gesaer dalam, ketika
melakukan kegiatan pemotongan lereng perlu mempertimbangkan besarnya sudut lereng
asl yang dipotong (β), tinggi (H) maksimum setelah dan lebar undak (teras)
(b) minimum yang dapat dipertahankan kestabilan lereng dengan factor keamanan (Fk) =
1,2. Berdasarkan factor keamanan tersebut maka diperoleh nilai hubungan antar jenis
batuan dengan besaran sudut lereng tertentu pada satuan batu lempung, dan tufa breksi
dalam keadaan kering, setengah kering dan jenus, hasil perhitungan untuk masing masing
batuan pada Tabel II-29:
Tabel II-30. Hubungan antara sudut lereng dengan tinggi lereng maksimum
dengan lebar undak minimum pada setiap satuan batuan.
Jenis Batuan Slope (β0) Slope (β%) H (m) maks B (m) min
Tufa breksi, kering 25 55,5 16,00 0,48
30 66,6 17,78 0,88
25 77,7 20,00 1,40
40 88,8 22,85 2,28
45 100 26,66 3,40
Tufa breksi ½ kering 25 55,5 3,55 0,24
30 66,6 4,00 0,40
35 77,7 4,57 0,59
40 88,8 6,40 0,96
45 100 8,00 1,28
Tufa breksi, jenus 25 55,5 3,00 0,21
30 66,6 3,00 0,30
35 77,7 3,10 0,37
40 88,8 3,20 0,44
45 100 3,20 0,51
c) Kegempaan
Berdasarkan Peta Wilayah Rawan Bencana Gempa Bumi Indonesia (E.K. Kertapati,
dkk, P3G Bandung, 2001), lokasi tapak proyek berada pada bentuk topografi datar hingga
landai dan tidak terdapat struktur geologi seperti zona sesar/patahan yang dapat memicu
terjadinya gerakan tanah. Di lokasi tapak proyek tidak dijumpai adanya tanda-tanda
pernah terjadi gerakan tanah atau longsor karena lokasi tapak proyek seluruhnya berada
pada Zona Kerentanan Gerakan Tanah Sangat Rendah.
Sejarah kegempaan di Pulau Jawa, erat kaitannya dengan posisi tunjaman kerak
(subduction) dari kerak samudera dan kerak benua. Kegempaan di Pulau Jawa Barat
sebagian besar bukan diakibatkan oleh sesar/patahan besar dan sebagainya. Berdasarkan
kajian geologi oleh Pusat Lingkungan Geologi, Badan Geologi, Departemen ESDM, pada
Peta Distribusi Magnitude dan kedalaman pusat gempa di Pulau Jawa dan Sumatera
(pengamatan dari tahun 1900 – 1992 oleh I. Effendi dan Eka Purwanto, P3G, 1992), di daerah
Bogor pernah terjadi gempa dengan magnitude antara 4,00 – 4,50, 4,51 – 5,00 dan 5,01 – 5,50
(paling sering terjadi) dan antara 5,51 – 6,00 (paling jarang terjadi).
Berdasarkan Peta Kegempaan (Peta Seismic) yang disusun oleh Beca Carter and Femer
and Indonesian Partner (1980), lokasi tapak proyek termasuk ke dalam zona 3, yaitu zona
yang mempunyai percepatan maksimum rata-rata gelombang gempa di permukaan tanah
antara 0,05 – 0,15 g. Zona 3 merupakan zona dengan resiko sedang bagi kerusakan
bangunan teknik. Percepatan permukaan gempa 0,15 g merupakan percepatan gelombang
gempa yang dapat merusak bangunan yang tidak dirancang tahan gempa.
Berdasarkan Peta Wilayah Rawan Bencana Gempa Bumi Indonesia (E.K. Kertapati,
dkk, P3G Bandung, 2001), lokasi tapak proyek berada pada skala intensitas gempa bumi IV
– V (skala MMI/Modified Mercally Intensity). Skala IV – V MMI merupakan skala intensitas
gempa yang kecil dan tidak merusak bangunan. Skala ini dapat dicirikan sebagai berikut ;
IV. Terasa di dalam ruangan seperti ada kendaraan berat lewat, barang-barang
yang tergantung bergoyang, jendela dan pintu berderik.
V. Dapat dirasakan di luar ruangan, seperti orang yang tidur terbangun, pintu dan
jendela terbuka – tertutup.
Tingkat resiko pengaruh guncangan yang diakibatkan oleh gempa dengan skala <
5MMI adalah sangat rendah dan tidak ada kerusakan struktural. Berdasarkan intensitas
gempa yang berada di lokasi tapak proyek tersebut, maka dapat disimpulkan pengaruh
terhadap kegiatan di lokasi kegiatan tidak membahayakan.
H. Hidrogeologi
1) Hidrogeologi Regional
Berdasarkan Peta Hidrogeologi Regional Indonesia Lembar Bogor yang disusun oleh
Edi Muertianto (2006), akuifer batuan dasar di wilayah studi penyebarannya terutama
menempati daerah kaki gunung api dari G. Salak dan G. Gede Pangrango. Berdasarkan
telaah morfologi dan geologi, cekungan air tanah dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
a) Daerah akuifer produktif yaitu dengan luah sumur antar 10 – 25 l/det, sebaran
luas, umumnya terdapat pada lapisan gunung api muda;
b) Daerah akuifer sedang yaitu dengna luah sumur antar 5 -10 l/det, menempati
daerah di kaki Gunung Pangrango yang diapit oleh akuifer produktif dan
akuifer tidak produktif, umunya terdapat pada lapisan gunung api muda;
c) Akuifer produktif setempat, wilayah air tanah dengan luas sumur < 2 l/det.
Akuifer batuan dasar umumnya terdiri atas beberapa lapisan akuifer, litologi akuifer
di daerah ini umumnya merupakan batuan Kuarter terdiri atas beberapa lapis pasir dan
tufa pasiran dijumpai di daerah utara wilayah studi peta meliputi daerah Bogor, Caringin.
Jika dihubungkan dengan geologi regional, maka hidrogeologi dan muka air tanah di
daerah ini berkaitan dengan kondisi batuan yang terbentuk di sekitarnya. Kondisi
hidrogeologi umumnya berkaitan erat dengan system akuifer tertentu. Pada wilayah studi
jenis batuan yang dapat bertindak sebagai akuifer terutama pada kelompok batuan
piroklastik kasar sampai sangat kasar yang berumur Kuarter yaitu batuan gunung api hasil
Gunung Pangrango dan Gunung Salak.
I. Hidrologi
Pola pengaliran sungai merupakan cerminan dari proses interaksi antara anak-anak
sungai dengan induk sungai yang mengalir melalui lembah dan membentuk suatu pola
tersendiri. Pola pengaliran sungai dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: keadaan
topografi daerah, sifat fisik batuan penyusun, dan struktur geologi yang berkembang.
Berdasarkan klasifikasi pola pengaliran dasar dan modifikasi (Howard, 1967, dalam buku
Van Zuidam, 1985). Pola sungai di wilayah studi yaitu pola pengaliran paralel. Pola
pengaliran pararel berkembang pada bentuk lahan perbukitan yang memanjang dengan
kemiringan lereng sedang sampai agak curam. Pola pengaliran ini memanjang dari
Tenggara ke Barat Laut. Sungai yang terdapat di dekat lokasi kegiatan adalah Sungai
Cinagara, Sungai Cisalopa yang bermuara ke Sungai Cisadane, dengan debit sesaat yang
teramati adalah sekitar 10 liter/detik dan mengalir sepanjang waktu. Seluruh wilayah
rencana pembangunan Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi, Industri Produk
Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb
Infusion”) adalah termasuk kedalam Daerah Aliran Sungai (DAS) Cisadane . untuk lebih
jelasnya disajikan pada Peta Hidrologi Gambar II-32.
Besarnya limpasan permukaan ini dipengaruhi oleh jenis tutupan lahan, curah hujan,
dan luasan daerah studi. Kondisi awal lapangan di lokasi proyek Industri Farmasi Agro
Medika “PT. SBS” berupa kebun campuran, diaman lahan terdiri dari tanah kosong yang
tertutup vegetasi sebesar 90% dan berupa tanah kosong tanpa vegetasi sebesar 10% dari
total luas areal 417.331 m2. Dari peta topografi diketahui bahwa beda ketinggian antar
lokasi tertinggi dengan terendah adalah 37 meter dengan panjang 250 meter, dengan nilai C
kumulatif sebesar 0,20 untuk tutupan lahan eksiting. Intensitas hujan (I) dihitung dengan
menggunakan metode Mononabe dengan perhitungan waktu konsentrasi (t c)
menggunakan metode Kirpich, serta menggunakan curah hujan maksimal tiap periode
ulang. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai intensitas hujan pada periode ulang 2 tahun
sebesar 283,1 mm/jam, sedangkan rata-rata curah hujan bulanan tertinggi selama 10 tahun
terakhir di wilayah sekitar studi adalah sekitar 515,5 mm/bulan atau 4,30 mm/hari atau
sekitar 0,0030 m/hari.. Dengan menggunakan persamaan rasional, didapatkan besarnya
peningkatan air larian (run off) dari lokasi pembangunan Industri Farmasi Agro Medika
(Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan
Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) pada periode ulang tersebut seperti
ditampilkan pada tabel berikut:
Tabel II-10. Nilai air larian (run off) di lokasi proyek Industri Farmasi Agro Medika
“PT. SBS”
No Jenis Tutupan Lahan Luas Tanah Koefisien air Intensitas hujan Jumlah air
(m2) larian (m/hari) larian (m3/hari)
2 Kondisi setelah ada proyek Industri Farmasi Agro Medika “PT. SBS”
Total 59,9
Dengan adanya kegiatan bangunan Industri Farmasi Agro Medika “PT. SBS”, maka
akan meningkatkan laju aliran permukaan faktual di lokasi kegiatan, dikarenakan
berkurangnya media resapan alami yang mampu menahan/meresapkan air ke dalam
tanah. Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah air larian/ limpasan sebelum
ada bangunan Industri Farmasi Agro Medika “PT. SBS” adalah sekitar 21,6 m3/hari,
sedangkan setelah adanya bangunan Industri Farmasi Agro Medika “PT. SBS” menjadi 59,9
m3/hari, sehingga ada peningkatan debit air larian sebesar 38,3 m 3/hari. Dampak
peningkatan air larian terjadi hingga pada tahap operasional, maka perlu dilakukan
pengelolaan yang lebih lanjut.
Kualitas air yang akan diamati ialah air Saluran Desa sebelum tapak proyek
(upstream), Saluran Desa yang dilewati saluran drainase mikro, dan Saluran Desa setelah
tapak kegiatan (downstream). Kondisi air permukaan (sungai/kali) pada lokasi proyek
sudah tercemar limbah domestik namun kondisi airnya maish ukup bersih dan tidak
menimbulkan bau. Dalam memenuhi kebutuhan akan air bersih, penduduk yang ada di
sekitar kegiatan memanfaatkan air bersih dari air sumur dangkal yang kualitasnya tampak
cukup baik.
Hasil analisis kualitas air permukaan di sekitar lokasi studi akan disajikan dalam
dokumen ANDAL lebih lanjut setelah dilakukan sampling, uji dan analisa oleh pihak dari
Laboratorium terakreditasi KAN. Parameter kualitas air sungai di analisis dan
dibandingkan dengan bakumutu PP No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air
dan Pengendalian Pencemaran Air.
Kendaraan yang lewat didominasi oleh kendaraan roda dua (sepeda motor),
kemudian angkutan umum, kendaraan pribadi dan sebagian kendaraan besar (bus dan
truk). Pada sisi kiri dan kanan jalan di depan lokasi Pembangunan Industri Farmasi Agro
Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya
dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) merupakan lingkungan permukiman
padat penduduk dan banyak kegiatan perekonomian serta kegiatan perkantoran.
Jalan raya bogor - sukabumi memiliki tipe 2/2 UD (2 lajur, 2 arah tanpa median jalan)
dengan bahan perkerasan jalan lentur (fleksibel) dari aspal hotmix dengan lebar masing-
masing arah/jalur adalah 5,5 meter dan kapasitas dasar 3100 smp/jam dengan kecepatan
ruas jalan raya Bogor-Sukabumi arah Ciawi/Bogor sebesar 42,37 km/jam dan arrah
Sukabumi sebesar 46,38 km/jam.
Berdasarkan analisis dampak lalu lintas Industri Farmasi Agro Medika (Industri
Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri
Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS diketahui unjuk kerja lalu lintas disajikan pada
Tabel-31.
Tabel II-32. Jenis flora yang ada di dalam area proyek Industri Farmasi Agro Medika
(Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman
Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS dan
sekitarnya
Nomor Nama Daerah Nama Latin
A Tanaman Pertanian
1 Singkong Manihot utillisima
B Tanaman Pepohonan
1 Palem Merah Cyrtostachys lakka Becc.
2 Sengon Paraserianthes falcataria
3 Petai Cina / Lamtoro Leucaena leucocephala
4 Petai Solanum tuberosum L.
5 Nangka Artocarpus integra
6 Cemara Casuarina, sp
7 Kelapa Cocos nucifera
8 Jati Tectona grandis
9 Mangga Mangifera indica
10 Talok / Kersen Muntingia calabura L.
11 Angsana Pterocarpus indicus
12 Kedondong Spondias Dulcis
13 Alpukat Persea americana
14 Jeruk Bali Citrus maxima
15 Salak Salacca Zalacca
16 Durian Durio
17 Rambutan Nephelium Lappaceum
18 Pala Myristica Fragrans
19 Jeruk Nipis Citrus x aurantiifolia
20 Sirsak Annona Muricata
21 Mengkudu Morinda citrifolia
22 Manggis Garcinia mangostana
23 Tebu Saccharum
24 Jambu Biji Psidium guajava
C Tanaman Perdu / Semak
1 Bambu Bambossa, sp
2 Rerumputan Poaceae
3 Teki-tekian Cyperaceae
Tabel II-33. Jenis fauna yang ada di dalam area proyek Industri Farmasi Agro Medika
(Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman
Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS dan
sekitarnya
No Nama Ilmiah Nama Daerah Kelompok Keterangan
1 Bos sp Kerbau Mamalia Tidak dilindungi
2 Fellis domestica Kucing Mamalia Tidak dilindungi
3 Caprahircus Kambing Mamalia Tidak dilindungi
4 Bos sp. Sapi Mamalia Tidak dilindungi
5 Ovis aries Domba Mamalia Tidak dilindungi
6 Canis lupus familiaris Anjing Mamalia Tidak dilindungi
7 Pteropodidae Codot Mamalia Tidak dilindungi
8 Turnix suscicator Puyuh Aves Tidak dilindungi
9 Gallus gallus sp Ayam Aves Tidak dilindungi
10 Lonchura sp Emprit Aves Tidak dilindungi
11 Pycnonotus aurigaster Kutilang Aves Tidak dilindungi
12 Mabouya multifasciata Kadal Reptilia Tidak dilindungi
A. Sosial Ekonomi
Lingkup kajian demografi dalam studi AMDAL proyek Industri Farmasi Agro
Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya
dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS ini antara lain meliputi kondisi
sosial (kependudukan), perekonomian dan kebudayaan di sekitar lokasi studi, khususnya
Desa Cinagara, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor.
Tabel II-34. Jumlah Penduduk, Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk di Desa
Cinagara
Desa Penduduk (jiwa) Luas wilayah Kepadatan
Laki-laki Perempuan Jumlah (Ha) jiwa/km 2
Terdapat 4 sektor lapangan usaha yang kini menjadi sektor usaha yang paling banyak
menyerap tenaga kerja di Kabupaten Bogor, yaitu sektor industri, perdagangan, jasa dan
sektor pertanian. Komposisi penyerapan tenaga kerja pada tahun 2011 -2012 menunjukkan
adanya transisi atau pergeseran dari sektor pertanian ke sektor industri, perdagangan dan
jasa. Selama periode 2011-2013 UMK Kabupaten Bogor mengalami peningkatan dari Rp.
1.056.900,- pada tahun 2011 menjadi Rp. 1.269.300,- pada tahun 2012 dan meningkat lagi
menjadi Rp. 2.002.000,- pada tahun 2013. Sedangkan pada tahun 2014 berdasarkan
Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 561/Kep.1636-Bangsos/2013 tertanggal 21
Nopember 2013 tentang Upah Minimum Kabupaten/Kota di Jawa Barat Tahun 2014, UMK
di Kabupaten Bogor mengalami kenaikan bervariatif mulai dari Rp. 2.242.240,- sampai
dengan Rp. 2.690.688,- sesuai dengan golongan pokok/golongan/sub golongan/kelompok
usaha atau industri seperti yang tercantum dalam lampiran keputusan tersebut.
Sehubungan adanya rencana kegiatan Industri Farmasi Agro Medika PT. SBS di
wilayah Desa Cinagara, mulai dari tahap konstruksi sampai dengan operasional
diharapkan dapat menciptakan kesempatan kerja dan mengurangi pencari kerja di Desa
Cinagara. Kebutuhan tenaga kerja pada tahap konstruksi Industri Farmasi Agro Medika
PT. SBS diperkirakan 120 orang; 81 orang diantaranya berasal dari warga setempat.
Sedangkan pada tahap operasi Industri Farmasi Agro Medika PT. SBS membutuhkan
tenaga kerja sebanyak 300 orang; 192 orang diantaranya berasal dari warga setempat.
Berdasarkan itu, maka dapat diprakirakan TKK di Desa Cinagara pada tahap konstruksi
dan operasi secara berurutan sebesar 82,5% dan 91,4%.
B. Sosial Budaya
Dalam kajian sosial budaya pada studi ini terdapat beberapa hal yang perlu dibahas,
diantaranya adalah terkait dengan hal : (a) Adat istiadat dan kelembagaan sosial, (b)
pendidikan, (c) agama, (d) keamanan dan ketertiban masyarakat, dan (e) persepsi
masyarakat terhadap rencana proyek Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi,
Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan
Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS. Adapun uraian mengenai masing-masing hal tersebut di
atas, dijelaskan sebagaimana di bawah ini.
B.2. Pendidikan
Sarana pendidikan meliputi ketersediaan pusat-pusat pendidikan berupa sekolah dari
jenjang dasar hingga pendidikan menengah atas/sederajat. Sarana dan prasarana
pendidikan di Desa Cinagara dilihat dari data statistik dari kantor BPS Kabupaten Bogor
sampai dengan tahun 2014 belum tersedia (dalam publikasi Kecamatan Caringin Dalam
Angka Tahun 2014) Sarana prasarana Gedung Sekolah SD sebanyak 3 unit, Gedung Sekolah
RA sebanyak 5 unit, SD (sekolah dasar/sederajat) sebanyak 2 unit, dan RA sebanyak 4 unit.
Sedangkan sarana prasarana pendidikan untuk jenjang SLTP sederajat belum tersedia di
Desa Cinagara.
B.3. Keagamaan
Sarana prasarana keagamaan dapat dilihat dari data sekunder yang diperoleh, yakni
data jumlah sarana peribadatan dan jumlah penganut agama di suatu wilayah. Berdasarkan
data dari publikasi Kecamatan Caringin Dalam Angka Tahun 2014, sarana peribadatan
yang paling dominan adalah fasilitas peribadatan umat Islam, yakni 36 unit Mushola dan 12
unit Masjid, sedangkan fasilitas peribadatan agama lain dominan berada di luar wilayah
Desa Cinagara. Seluruh penduduk di Desa Cinagara mayoritas pemeluk agama Islam yaitu
sebanyak 9.531 orang (99,8%) dan Kristen Protestan sebanyak 20 orang (0,2%).
Kondisi lingkungan dan kesehatan masyarakat sampai saat ini cukup baik, hal ini
tampak dari tidak adanya wabah penyakit yang meresahkan masyarakat, hanya ada
beberapa anggota masyarakat yang terkena penyakit paru-paru dan jumlahnya sedikit, dan
itupun sudah bisa tertangani oleh pihak Puskesmas dan dokter-dokter yang ada. Di
samping itu pemerintah dari pihak Kecamatan dan desa di wilayah studi sudah membuat
program-program terpadu melalui Posyandu dan Puskesmas yang didukung oleh para
kader-kader kesehatan seperti dukun bayi ataupun bidan dan mantri-mantri kesehatan,
serta para perawat yang sudah terlatih. Khusus untuk sarana kesehatan, Desa Cinagara
sudah memiliki Posyandu yang siap untuk melayani kesehatan warga masyarakat serta
memberikan informasi mengenai kesehatan lingkungan.
Biasanya setiap dua minggu atau sebulan sekali warga masyarakat dan perangkat
desa mengadakan kerja bakti untuk pemeliharaan sanitasi lingkungan, dari mulai
memperhatikan perbaikan saluran air limbah rumah tangga, serta membersihkan tempat
pembuangan sampah dengan baik. Hal ini untuk menghindari segala bentuk wabah
penyakit yang tidak diinginkan. Sehubungan dengan itu, Pemerintah Desa Cinagara
berupaya memfasilitasi semua kegiatan seperti imunisasi BCG, DPT, folio dan campak,
melalui para kader-kader kesehatan yang terbentuk dalam suatu wadah yaitu Posyandu
dan bekerjasama dengan Puskesmas Kecamatan Caringin. Sampai dengan disusunya studi
AMDAL ini, berdasarkan data dari Buku Saku Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor Tahun
2015, di sekitar lokasi Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi, Industri Produk
Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb
Infusion”) PT. SBS (Desa Cinagara) tidak pernah terjadi kejadian luar biasa (KLB) dalam
gangguan / kasus penyakit.
2.2.2. Usaha dan/atau Kegiatan Yang Ada Disekitar Lokasi Beserta Dampak Yang
Ditimbulkannya Terhadap Lingkungan Hidup
Kegiatan lain yang ditemui dan berada di sekitar lokasi proyek Industri Farmasi Agro
Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya
dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS yang berlokasi di Desa Cinagara,
Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat adalah Lido lakes resort and conference,
restaurant, danau, sawah, pemukiman warga dan tegalan. Lokasi proyek Industri Farmasi
Agro Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman
Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS secara keseluruhan
merupakan persawahan, tegalan.
Akses jalan yang melintasi sekitar lokasi proyek Industri Farmasi Agro Medika
(Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan
Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS adalah jalan milik Pemda Kabupaten
Bogor (jalan Raya Sukabumi). Sedangkan untuk aktivitas perekonomian
komersil seperti pertokoan, restauran, tempat fotokopi, rumah makan dan lain-lain
dominan berada di luar wilayah Desa Cinagara.
Kegiatan lain yang ada di sekitar lokasi proyek Industri Farmasi Agro Medika
(Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan
Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS berikut dampak yang ditimbulkan
dapat dijelaskan seperti berikut :
b. Kegiatan pendidikan (formal dan informal), perkantoran dan jasa, antara lain :
sekolah, ruko, perkantoran, perdagangan dan jasa lainnya, dampak yang ditimbulkan
adalah kualitas jalan dan gangguan lalu lintas.
Tujuan dilibatkannya masyarakat dalam proses AMDAL dan Izin Lingkungan adalah
agar masyarakat mendapatkan informasi mengenai rencana kegiatan yang berdampak
penting terhadap lingkungan, masyarakat dapat menyampaikan saran, pendapat dan/atau
tanggapan atas rencana kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan,
Masyarakat dapat terlibat dalam proses pengambilan keputusan terkait dengan
rekomendasi kelayakan atau ketidaklayakan atas rencana kegiatan yang berdampak
penting terhadap lingkungan dan Masyarakat dapat menyampaikan saran, pendapat
dan/atau tanggapan atas proses izin lingkungan. Adapun masyarakat yang dilibatkan
adalah masyarakat yang terkena dampak, masyarakat pemerhati lingkungan dan
masyarakat yang akan terpengaruh oleh segala bentuk keputusan dalam proses AMDAL
itu sendiri. Kegiatan pelibatan masyarakat yang telah dilakukan diantaranya ;
rencana kegiatan secara tertulis, baik melalui surat maupun email yang ditujukan kepada
Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Bogor dengan tembusan kepada Pemrakarsa
sejak pengumuman AMDAL dipasang sampai dengan tanggal 29 Februari 2016 (10 hari).
Sampai dengan disusunnya KA-ANDAL ini, tidak ada saran, pendapat dan/atau
tanggapan secara tertulis atau email atas rencana kegiatan dari masyarakat dan pemerhati
lingkungan hidup yang ditujukan kepada BLH maupun kepada Pemrakarsa.
2.3.2. Sosialisasi dan Dengar Pendapat atau Konsultasi Publik (Public Hearing)
Kegiatan sosialisasi atau konsultasi publik (public hearing) tentang rencana kegiatan
Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional,
Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”) PT. SBS
dihadiri oleh sekitar 95 orang undangan yang terdiri atas beberapa unsur, diantaranya
unsur Pemerintahan Daerah Kabupaten Bogor yaitu, Dinas Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan,. Sedangkan di tingkat kecamatan diundang Muspika kecamatan setempat
diantaranya Camat Caringin, Kapolsek Caringin. Sedangkan di tingkat desa yang diundang
diantaranya Kepala Desa Cinagara dan jajarannya mulai dari unsur BPD, LPM,
kepemudaan (Karang Taruna dan pemerhati lingkungan), TP PKK, tokoh agama, tokoh
masyarakat, ketua RW 02, 03, 06, dan RW 07 serta wakil masyarakat desa/kampung
terdekat yang akan terkena dampak langsung.
Penetapan dan penunjukan wakil masyarakat terkena dampak yang akan duduk
dalam Komisi Penilai AMDAL pada kegiatan konsultasi publik rencana kegiatan
pembangunan Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat
Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb Infusion”)
PT. SBS, telah dipilih dan ditetapkan wakil masyarakat terkena dampak, sebanyak 4
(empat) orang dari warga Desa Cinagara, diantaranya yaitu ;
Nama :
TTL :
Alamat :
Telp :
Hasil dari penetapan wakil masyarakat tersebut dituangkan dalam surat persetujuan
yang ditandatangani oleh setiap wakil masyarakat dan diketahui oleh Kepala Desa
Cinagara. Pemrakarsa kemudian melaporkan hasil dari penetapan wakil masyarakat
tersebut kepada Sekretariat Komisi Penilai AMDAL Kabupaten Bogor. Adapun kewajiban
dari wakil masyarakat yang ditetapkan diantaranya melakukan komunikasi dan konsultasi
secara rutin dengan masyarakat terkena dampak yang diwakilinya dan menyampaikan
aspirasi masyarakat terkena dampak yang diwakilinya dalam rapat Komisi Penilai
AMDAL.
Skema proses penentuan dampak penting hipotetik seperti dipaparkan pada gambar
dibawah ini.
Deskripsi
Rencana
Kegiatan
Deskripsi
Rona
Lingkungan
Hidup Awal
Dampak
Dampak
Penting
Potensial
Hasil Hipotetik
Pelibatan
Masyarakat
Kegiatan Lain
Di Sekitar
Lokasi
Identifikasi Evaluasi
Dampak Dampak
Potensial Potensial
dampak sehingga belum ada upaya penilaian, apakah dampak tersebut merupakan
dampak penting atau tidak penting. Metode yang digunakan adalah metode matriks
dengan cara menghubungkan antara komponen lingkungan yang mungkin terkena
dampak dengan komponen rencana kegiatan per tahapan sebagai sumber dampaknya.
Jenis-jenis dampak potensial diperoleh berdasarkan penilaian para ahli, isu-isu yang
berkembang di media massa dan hasil pengalaman (empiris) kegiatan sejenis. Secara rinci
dampak potensial yang diperkirakan terjadi pada tahap pra konstruksi, konstruksi dan
operasi disajikan pada tabel dibawah ini;
Tahap Kegiatan
Keterangan
No. Komponen/ Sub Komponen/ Parameter Lingkungan Pra Konstruksi Konstruksi Operasi
(Tahap Kegiatan)
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5
A Fisik-Kimia Tahap Pra konstruksi
1) Penetapan dan Perolehan Lahan;
2) Pengurusan Perizinan
3) Perencanaan
4) Sosialisasi
Tahap Konstruksi
1) Penerimaan Tenaga Kerja Kontruksi
2) Mobilisasi Peralatan dan Material
3) Persiapan Kontruksi dan Pematangan Lahan
4) Kontruksi Bangunan Utama dan Sarana
Penunjang
Tahap Operasi
1) Penerimaan Tenaga Kerja Operasi
2) Mobilisasi Peralatan dan Bahan Baku
3) Proses Produksi
4) Pemeliharaan Peralatan dan Bangunan serta
Sarana Penunjang
5) Distribusi Produk
X = Ada Dampak
- = Tidak Ada Dampak
Metode yang digunakan pada tahap ini adalah interaksi kelompok (rapat, lokakarya,
brainstorming), diskusi antar pakar dan diskusi dengan pemrakarsa, survei lapangan, telaah
pustaka, pendekatan kepakaran dan konsultasi publik dengan masyarakat yang
berkepentingan (Panduan Pelingkupan dalam AMDAL, KLH 2007). Kriteria yang
digunakan dalam menentukan evaluasi dampak potensial terdiri dari dua pertanyaan
utama dan empat pertanyaan pendukung. Dua pertanyaan utama yang digunakan sebagai
penapisan adalah ;
1. Apakah pihak pemrakarsa telah berencana untuk mengelola dampak tersebut dengan
cara-cara yang mengacu pada Standar Operasional Prosedur (SOP) tertentu; dan
2. Apakah terdapat rencana pengelolaan yang menjadi bagian dari rencana kegiatan?.
A. Apakah beban terhadap komponen lingkungan tertentu sudah tinggi? Hal ini dapat
dilihat dari hasil analisis data sekunder dan kunjungan lapangan.
D. Apakah ada aturan atau kebijakan yang akan dilanggar dan atau dilampaui oleh
dampak tersebut? (telaah terhadap peraturan yang menetapkan baku mutu
lingkungan, baku mutu emisi/limbah, tata-ruang, dan sebagainya).
Setiap dampak potensial ditapis dengan dua pertanyaan utama di atas, jika terdapat
rencana pengelolaan yang sudah direncanakan oleh Pemrakarsa ataupun sudah ada S.O.P
(Standar Operasional Prosedur) dari Pemrakarsa terhadap dampak potensial tersebut, maka
komponen lingkungan tersebut termasuk ke dalam dampak tidak penting dan tidak perlu
dikaji lebih mendalam. Tetapi jika tidak terdapat rencana pengelolaan maupun S.O.P
(Standar Operasional Prosedur), maka akan dilanjutkan oleh penapisan menggunakan
empat pertanyaan berikutnya. Apabila salah satu pertanyaan dijawab “YA” atau “Tidak
Diketahui”, maka komponen lingkungan tersebut termasuk ke dalam Dampak Penting
Hipotetik (DPH) dan akan dikaji lebih mendalam. Penapisan dampak penting hipotetik
sebagaimana disajikan pada tabel berikut ;
Keterangan : Apabila nomor 1 dan/atau 2 dijawab YA, maka kolom A s/d D tidak perlu dijawab, karena apabila telah ada aturan yang jelas dan/atau penanggulangan dampak kegiatan tersebut sudah menjadi
rencana dari awal suatu kegiatan, maka dampak tersebut tidak perlu dikaji dalam AMDAL
A. 2 (dua) Penapisan :
1. Apakah pihak pemrakarsa telah berencana untuk mengelola dampak tersebut dengan cara-cara yang mengacu pada Standar Operasional Prosedur (SOP) tertentu; dan
2. Apakah terdapat rencana pengelolaan yang menjadi bagian dari rencana kegiatan
B. 4 (empat) Kriteria Pertanyaan :
a) Apakah beban terhadap komponen lingkungan tertentu sudah tinggi? Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis data sekunder dan kunjungan lapangan
b) Apakah komponen lingkungan tersebut memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat sekitar (nilai sosial dan ekonomi) dan terhadap komponen lingkungan lainnya (nilai
ekologis) sehingga perubahan besar pada kondisi komponen lingkungan tersebut akan sangat berpengaruh pada kehidupan masyarakat dan keutuhan ekosistem? (telaah pra-survei)
c) Apakah ada kekhawatiran dari masyarakat tentang komponen lingkungan tersebut? (konsultasi masyarakat)
d) Apakah ada aturan atau kebijakan yang akan dilanggar dan atau dilampaui oleh dampak tersebut? (telaah terhadap peraturan yang menetapkan baku mutu lingkungan, baku mutu emisi/limbah, tata-
ruang, dan sebagainya)
Hasil evaluasi dampak potensial menjadi dampak penting hipotetik (DPH) ANDAL
rencana kegiatan Industri Farmasi Agro Medika (Industri Farmasi, Industri
Produk Obat Tradisional, Industri Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal
“Herb Infusion”) PT. SBS dapat dilihat pada tabel berikut ini ;
Tabel II-43. Dampak Penting Hipotetik (DPH) Rencana Kegiatan Industri Farmasi Agro
Medika (Industri Farmasi, Industri Produk Obat Tradisional, Industri
Minuman Lainnya dan Industri Pengolahan Herbal “Herb
Infusion”) PT. SBS
No. Komponen Lingkungan Sumber dampak
A. TAHAP PRAKONTRUKSI
B. TAHAP KONTRUKSI
1) a)
2) a)
3) a)
4) a)
1) a)
2) a)
3) a)
4) a)
a)
C. TAHAP OPERASI
1) a)
2) a)
3) a)
a)
1) a)
2) a)
3) a)
4) a)
5) a)
1)
Gambar II-36. Bagam alir keterkaitan dampak pada tahap pra kontruksi
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-