Oleh:
FITRIYANI
(18100707360804019)
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
2020
MODUL VII : BEDAH MINOR DAN KEGAWATDARURATAN GIGI DAN MULUT
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
HALAMAN PERSETUJUAN
Telah Disetujui Laporan Diskusi Modul VII Tentang “Syok Anafilaktik, Sinkop dan BLS”
Guna Melengkapi Persyaratan Kepaniteraan Klinik
pada Bagian Modul VII
(drg. Firdaus,Msi)
BAB I
PENDAHULUAN
Anafilaksis berasal dari bahasa Yunani, dari 2 kata, ana yang berarti jauh dah phylaxis
yang berarti perlindungan. Secara harfiah artinya adalah menghilangkan perlindungan. Istilah
ini pertama kali diperkenalkan oleh Portier dan Richet pada tahun 1902 ketika memberikan
dosis vaksinasi dari anemone laut untuk kedua kalinya pada seekor anjing. Hasilnya, anjing
Anafilaksis merupakan reaksi alergi sistemik yang berat dan dapat menyebabkan
kematian, terjadi secara tiba-tiba segera setelah terpapar oleh allergen atau pencetus lainnya.
Reaksi anafilaksis termasuk ke dalam reaksi Hipersensivitas Tipe 1 menurut klasifikasi Gell
Data yang menjelaskan jumlah insiden dan prevalensi dari syok dan reaksi anafilaksis
saat ini sangat terbatas. Dari beberapa data yang diperoleh di Amerika Serikat menunjukkan
10 dari 1000 orang mengalami reaksi anafilaksis tiap tahunnya. Saat ini diperkirakan setiap 1
dari 3000 pasien rumah sakit di USA mengalami reaksi anafilaksis, dengan resiko megalami
dan lateks. Gambaran klinis sangat heterogen dan tidak spesifik. Reaksi awalnya cenderung
ringan membuat masyarakat tidak mewaspadai bahaya yang akan timbul, seperti syok, gagal
Pada awalnya gejala anafilaksis cenderung ringan, akan tetapi pada akhirnya bisa
menyebabkan kematian akibat syok anafilaktik. Syok anafilaktik, merupakan salah satu
manifestasi klinis dari anafilaksis yang ditandai oleh adanya hipotensi yang nyata dan kolaps
sirkulasi darah. Walaupun jarang terjadi, syok anafilaktik dapat berlangsng sangat cepat,
tidak terduga, dan dapat terjadi di mana saja yang potensial berbahaya sampai menyebabkan
kematian. Identifikasi awal merupakan hal yang penting, dengan melakukan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan penunjang untuk menegakkan suatu diagnosis serta penatalaksanaan
cepat, tepat, dan adekuat suatu syok anafilaktik dapat mencegah keadaan yang lebih
berbahaya.
BAB II
PEMBAHASAN
Emergensy dental adalah suatu kondisi yang membutuhkan penanganan segera untuk
emergency yang sering terjadi di tempat praktek gigi antara lain fainting, syok anafilaktik,
serius, dengan onset cepat, dan mengancam nyawa hingga dapat menyebabkan kematian. Jika
reaksinya cukup hebat dapat menimbulkan penurunan tekanan darah dan pasien jatuh dalam
kondisi syok, sehingga disebut syok anafilaktik, Syok anafilaktik membutuhkan pertolongan
Anafilaksis dapat terjadi pada semua usia. Kelompok usia yang memiliki insidensi
paling tinggi adalah usia 0-19 tahun yaitu 70 kasus dari 100.000 populasi / tahun. Alergi
makanan berat paling sering terjadi pada anak-anak. Tidak ada faktor risiko jenis kelamin
dalam kejadian anafilaktik. Baik pria maupun wanita dapat mengalami reaksi anafilaktik
dengan penyebab yang khas untuk masing-masing kelompok seperti alergi aspirin dan bahan
lateks paling sering pada wanita sementara gigitan serangga paling sering pada pria. Gejala
anafilaktik dapat terjadi dengan cepat. Semakin cepat onsetnya umumnya manifestasi
klinisnya pun semakin berat dan semakin mengancam nyawa. Seringkali anafilaksis tidak
terdiagnosis dan tertangani dengan tepat karena kurang antisipasi. Oleh karena itu
melibatkan IgE dan kemudian menyebabkan aktivasi sel mast dan basofil sehingga terjadi
dalam reaksi anafilaktik. Berbagai agen yang dapat memicu timbulnya mekanisme ini adalah
(Kim,2011):
gandum.
c. Bahan latex.
e. Zat radiokontras.
f. Gigitan serangga.
Meskipun reaksi anafilaktik dapat terjadi pada siapa saja, ada beberapa kondisi yang
b. Rute masuknya agen pencetus anafilaktik. Obat atau makanan yang dikonsumsi
2.1.3 Penatalaksanaan
1. Setelah melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik singkat, kenali adanya tanda
diangkat.
2. Posisi ini akan membantu meningkatkan venous return sehingga diharapkan terjadi
peningkatantekanan darah..
3. Berikan oksigen 3-5 liter/ menit, pertimbangkan untuk melakukan intubasi atau
4. Pasang akses intravena berikan cairan plasma ekspander (Dextran). Bila tidak
Pemberian cairan tersebut dipertahankan sampai tekanan darah kembali optimal dan
stabil.
anterolateral dengandosis 0,01 mg/ kgBB atau 0,3-0,5 mL dari larutan 1:1000.
Pemberian epinefrin dapat diulangi 5-10 menit. Bila pasien tidak menunjukkan
pemberian adrenalin subkutan karena efeknya lambat dan sulit untuk diabsorpsi.
7. Antihistamin dan kortikosteroid adalah pilihan kedua setelah epinefrin. Kedua obat
8. Lakukan resusitasi jantung paru (RJP) bila terjadi henti jantung dan lakukan sesuai
Pencegahan yang dapat dilakukan adalah menghindari faktor pencetus. Pada pasien
yang diketahui memiliki riwayat alergi atau atopi, hindari pemberian obat atau makanan yang
dapat menyebabkan timbulnya reaksi. Bagi tenaga medis, lakukan edukasi dan konseling
pada pasien dan keluarga mengenai penyuntikan atau pemberian obat apapun karena setiap
2.2 Sinkop
transien dikarakteristikkan dengan onset cepat, durasi yang pendek, dan pemulihan spontan.
Kehilangan kesadaran dikarenakan penurunan aliran darah ke sistem aktivasi retikular yang
berlokasi pada batang otak dan tidak membutuhkan terapi listrik atau kimia untuk kembali
Sinkop merupakan salah satu penyebab penurunan kesadaran yang banyak ditemukan
di Unit Gawat Darurat (UGD). Sinkop didefinisikan sebagai hilangnya kesadaran sesaat,
dengan kehilangan postur tubuh (jatuh). Merupakan 3% dari kunjungan UGD dan 6% dari
kunjungan rawat jalan ke rumah sakit. Mengatasi penyebab pingsan lainnya sangat penting
a) Posisikan pasien dengan posisi trendelenburg yaitu dimana tungkai kaki lebih tinggi
dari kepala atau baringkan pasien dilantai. Hal ini penting untuk hiperektensi kepala
b) Jangan mendorong pasien kearah depan karena akan menutup jalan napas.
g) Jika pasien tidak pulih secara cepat setelah menghirup ammonia, kita tidak boleh
menganggap sebagai suatu sinkop sederhana tetapi dengan komplikasi didalam sistem
sirkulasi dan pernapasan. Pada kasus ini seorang dokter gigi harus segera mulai
Guna menghindari terjadinya sinkop ditempat praktek, maka ada beberapa hal yang
harus diperhatikan :
a) Jika sinkop biasanya karena psikologis, maka pasien harus menerima kesan yang baik
pada saat masuk keruang praktek. Misalnya melihat resepsionis atau asisten dengan
d) Kotak yang berisi obat-obatan harus tertutup rapat karena baunya dapat menyebar
e) Tingkah laku dokter gigi harus memberikan kenyamanan pada pasien dan tidak boleh
2.3.1 Defenisi
Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support) adalah suatu tindakan penanganan yang
dilakukan dengan sesegera mungkin dan bertujuan untuk menghentikan proses yang menuju
kematian.
Menurut AHA Guidelines tahun 2005, tindakan BLS ini dapat disingkat dengan teknik
2.3.2 Penatalaksanaan
Periksa dan tentukan dengan cepat bagaimana respon korban. Memeriksa keadaan
pasien dengan teknik look listen feel. Penolong harus menepuk atau mengguncang korban
dengan hati-hati pada bahunya dan bertanya dengan keras: “Hallo! Bapak/Ibu/Mas/Mbak!
Hindari mengguncang korban dengan kasar, karena dapat menyebabkan cedera. Juga
hindari pergerakan yang tidak perlu bila ada cedera kepala dan leher (Mulyadi,2016).
b) Mengaktifkan Emergency Medical Service (EMS)
Jika korban tidak merespon, panggil bantuan dan segera hubungi ambulan 118.
Penolong harus segera mengaktikan EMS setelah dia memastikan korban tidak sadar dan
membutuhkan pertolongan medis. Jika terdapat orang lain disekitar penolong, minta dia
c) Memposisikan korban
Korban harus dibaringkan diatas permukaan yang keras dan datar agar RJP efektif.
Perhatikan agar kepala, leher, tubuh tersangga kemudian balikkan secara simultan saat
Berikan posisi heat tilt, tentukan letak jakun atau bagian tengah tenggorokan korban
Geser jari anda ke cekungan disisi leher yang terdekat dengan anda (lokasi nadi
carotis).
Gambar 1. Dokumentasi pribadi
Tekan dan raba dengan hati-hati nadi carotis selama 10 detik, dan perhatikan tanda-tanda
Jika ada denyut nadi maka dilanjutkan dengan memberikan bantuan pernafasan, tetapi
jika tidak ditemukan denyut nadi, maka dilanjutkan dengan melakukan kompresi dada.
korban. Pemeriksaan denyut nadi ini tidak boleh lebih dari 10 detik (Mulyadi,2016).
Teknik kompresi dada terdiri dari tekanan ritmis berseri pada pertengahan bawah
sternum (tulang dada). Cara menentukan posisi tangan yang tepat untuk kompresi dada:
Pertahankan posisi heat tilt, telusuri batas bawah tulang iga dengan jari tengah sampai ke
f) Kompresi dada
Teknik kompresi dada terdiri dari tekanan ritmis berseri pada pertengahan
bawah sternum (tulang dada). Untuk posisi, petugas berlutut jika korbann terbaring
dibawah, atau berdiri disamping korban jika korban berada diatas tempat tidur.
Letakkan tumit tangan yang lain diatas tangan yang menempel di sternum
Kaitkan jari tangan yang diatas pada tangan yang menempel di sternum, jari
tepat
(Mulyadi,2016).
Lakukan manuver head tilt-chin lift untuk membuka jalan nafas. Pada korban
tidak sadar, tonus otot terganggu sehingga lidah jatuh ke belakang dan menutupi jalan
nafas (Pangaribuan,2017).
Letakkan satu tangan pada dahi korban dan berikan tekanan kearah belakang
Tempatkan jari tangan yang lain dibawah tulang rahang bawah untuk
Buka mulut dengan hati-hati dan periksa bilamana ada sumbatan benda
asing
Dekatkan telinga dan pipi anda ke mulut dan hidung korban untuk
Bila tidak ada pernafasan spontan, lakukan bantuan nafas dari mulut ke mulut.
Tutup hidung dengan menekan ibu jari dan telunjuk untuk mencegah
d) Evaluasi
Evaluasi nadi, tanda-tanda sirkulasi dan pernafasan setiap 5 silkus RJP
30 : 2
Jika nadi tidak teraba (bila nadi sulit ditentukan dan tidak dapat tanda-
Jika tidak ada nafas, lakukan nafas buatan 12 kali per menit (1 tiupan
Jika nadi dan nafas ada letakkan korban pada posisi recovery
(Pangaribuan,2017).
3.1 Kesimpulan
Tindakan bantuan hidup (basic cardiac life support) merupakan bantuan pertama pada
penderita kedaruratan medis. Tindakan bantuan hidup dasar ini secara garis besar
dikondisikan untuk kejadian henti jantung, syok, syncope di luar rumah sakit maupun tempat
praktek dokter atau dokter gigi sebelum mendapatkan pertolongan medis di rumah sakit.
Dengan melakukan bantuan hidup dasar dengan baik dan tepat, pasien dapat segera diatasi, se
rta fungsi jantung paru dan otak dapat dipertahankan dan dijaga dengan baik, agar suplai
Campbell RL, Li JTC, Nicklas RA, Sadosty AT. Emergency department diagnosis
andtreatment of anaphylaxis: A practice parameter. Ann Allergy, Asthma Immunol.
Downward, J., 2004. Clinical review. October, 329 (October 2006), p.2004.
Johnson RF, Peebles RS, 2011, Anaphylaxis Syok: Pathopysiology, Recognition and
Treatment, Medscape, Available from
URL:http://www.medscape.com/viewarticle/497498
Moya A, Sutton R, Ammirati F, et al. Guidelines for The Diagnosis and Management of
Syncope: The Task Force for The Diagnosis and Management of Syncope of The
European Society of Cardiology (ESC). Eur Heart J 2009;30:2646
Mulyadi. 2016. “ Pengaruh Penyuluhan dan Simulasi Bantuan Hidup Dasar (BHD)
Terhadap Tingkat Pengetahuan Siswa SMAN 9 Kota Manado”. Tersedia
dalam : http://ejournal.stikimmanuel.ac.id. Diakses pada oktober 2018.
Mustafa SS. Anaphylaxis [Internet]. 2017 [cited 2017 Oct 29]. Available
from:https://emedicine.medscape.com/article/135065-overview#a5 .
Suryana K, 2003, Diktat Kuliah, Clinical Allergy Immunology, Divisi Allergi Imunologi
Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam FK UNUD/RS Sanglah, Denpasar.
Tirti Laspira.3 September 2012. Bantuan Hidup Dasar (BLS). http:///www scribd com
/doc/84871056/Bantuan-Hidup-Dasar diaksestanggal 5 Oktober 2012.