Istilah bimbingan atau guidance dalam bahasa Inggris dimaknai dengan menunjukan, menentukan, atau mengemudikan. Secara harfiah istilah bimbingan (guidance) berasal dari bahasa Inggris dari akar kata guide yang berarti 1) mengarahkan (to direct), 2) memandu (to pilot), 3) mengelola (to manage), dan 4) menyetir (to steer) (Susanto, 2018 hlm. 2). Menurut Natawidjaja (dalam Susanto, 2018 hlm. 3) menjelaskan bahwa bimbingan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan agar individu tersebut dapat memahami dirinya sendiri. Sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat, dan kehidupan pada umumnya. Dengan demikian, individu dapat menikmati kebahagiaan hidupnya dan memberikan sumbangan yang berarti kepada kehidupan masyarakat pada umumnya. Adapun istilah konseling secara etimologi dari bahasa Latin consilium, yang berarti ‘dengan’ atau ‘bersama’, dalam bahasa inggris disebut dengan counseling, berasal dari akar kata counsel, yang berarti nasihat, ujaran, atau pembicaraan dengan bertukar pikiran (Susanto, 2018 hlm. 5) Menurut Cavanagh (dalam Susanto, 2018 hlm. 6) konseling adalah kegiatan yang dilakukan oleh konselor untuk memperoleh suatu hubungan antara pemberi bantuan yang terlatih dengan seorang yang mencari bantuan, bantuan yang diberikan berupa keterampilan dan penciptaan suasana yang membantu orang lain agar dapat belajar berhubungan dengan dirinya sendiri dan orang lain melalui cara-cara yang lebih tumbuh dan produktif. Bimbingan dan konseling memiliki pengertian yang berbeda namun saling berkaitan. Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari proses pendidikan dalam rangka pemberian bantuan yang dilakukan oleh konselor (pemberi bantuan, pembimbing, atau guru) untuk meningkatkan kemampuan anak dalam memahami diri dan lingkungannya agar dapat mencapai perkembangan yang optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Jadi, hakikat bimbingan dan konseling adalah proses memfasilitasi atau pemberian bantuan kepada individu untuk sosial dan/atau sesuai dengan norma yang ada pada masyarakat (Susanto, 2018 hlm. 6). Bimbingan dan konseling memandang manusia secara utuh fisik dan psikis. Apabila salah satu aspek perkembangan individu akan terganggu maka memengaruhi aspek perkembangan yang lainnya. Bimbingan dan konseling memandang setiap individu memiliki potensi untuk berkembang dengan baik dengan pemberian bantuan yang terencana serta memberikan pelayanan yang memandirikan (Susanto, 2018 hlm. 7). 2. Tujuan Bimbingan Konseling Tujuan bimbingan dan konseling yang paling esensial adalah untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dimilikinya menjadi lebih mampu, mendorong orangtua dalam mengawasi dan mendampingi perkembangan anak-anaknya, serta mendorong para guru untuk menyediakan atmosfer pembelajaran di kelas yang lebih sehat dan kondusif (Susanto, 2018 hlm. 8) Adapun menurut Suherman (dalam Susanto, 2018 hlm. 8) secara umum maupun khusus tujuan pelaksanaan bimbingan dan konseling dimaksudkan agar individu dapat: a. Memahami dan menerima diri secara objektif dan konstruktif, baik yang terkait dengan keunggulan maupun kelemahan, baik fisik maupun psikis; b. Memahami tentang kondisi, tuntunan, dan irama kehidupan lingkungan yang fluktuatif antara yang menyenangkan dan yang tidak menyenangkan, serta mampu meresponsnya secara positif sesuai dengan norma pribadi, sosial, dan ajaran agama yang dianut; c. Merencanakan aktivitas penyelesaian studi, perencanaan karier, serta kehidupannya di masa yang akan datang; d. Mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya, serta memanfaatkan kekuatan lingkungan secara optimal; e. Menyesuaikan diri, baik dengan tuntunan lingkungan pendidikan, masyarakat, pekerjaan, maupun agama yang dianutnya; f. Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapinya dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, pekerjaan, maupun dalam melakukan penghambaan kepada Tuhannya. Pada rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam jalur pendidikan formal yang disajikan Depdiknas (dalam Susanto, 2018 hlm. 10) dijelaskan untuk mencapai tujuan bimbingan, peserta didik harus mendapatkan kesempatan untuk: a. Mengenal dan memahami potensi, kekuatan, dan tugas-tugas perkembangannya; b. Mengenal dan memahami potensi atau peluang yang ada di lingkungannya; c. Mengenal dan menentukan tujuan dan rencana hidupnya serta menentukan langkah-langkah dalam upaya pencapaian tujuan tersebut; d. Memahami dan mengatasi kesulitan-kesulitan yang dialami; e. Menggunakan potensi yang dimiliki untuk kepentingan pribadi, kepentingan lembaga tempat bekerja dan masyarakat; f. Menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntunan dari lingkungannya; g. Mengembangkan segala potensi dan kekuatan yang dimilkinya secara optimal. Dengan demikian dapat dipahami bahwa tujuan bimbingan adalah untuk memfasilitasi perkembangan optimal peserta didik, baik dalam hal penyelesaian studi, penyesuaian diri, mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki, mengatasi segala kesulitan dan hambatan yang dihadapi, serta pengembangan potensi untuk memenuhi segala tuntunan lingkungan keluarga, lingkungan pendidik (sekolah), maupun lingkungan masyarakat (Susanto, 2018 hlm. 11). 3. Fungsi Bimbingan Konseling Uman Suherman yang dikutip oleh Sudrajat (dalam Kamaludin, 2011) mengemukakan sepuluh fungsi bimbingan dan konseling, yaitu: 1) Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling membantu konseli agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini, konseli diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif; 2) Fungsi Preventif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh konseli. Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada konseli tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya. Adapun teknik yang dapat digunakan adalah pelayanan orientasi, informasi, dan bimbingan kelompok. Beberapa masalah yang perlu diinformasikan kepada para konseli dalam rangka mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak diharapkan, diantaranya: bahayanya minuman keras, merokok, penyalahgunaan obat-obatan, drop out, dan pergaulan bebas (free sex); 3) Fungsi Pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang sifatnya lebih proaktif dari fungsifungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan konseli. Konselor dan personel Sekolah/Madrasah lainnya secara sinergi sebagai teamwork berkolaborasi atau bekerjasama merencanakan dan melaksanakan program bimbingan secara sistematis dan berkesinambungan dalam upaya membantu konseli mencapai tugas-tugas perkembangannya. Teknik bimbingan yang dapat digunakan disini adalah pelayanan informasi, tutorial, diskusi kelompok atau curah pendapat (brain storming), home room, dan karyawisata; 4) Fungsi Penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada konseli yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir. Teknik yang dapat digunakan adalah konseling, dan remedial teaching; 5) Fungsi Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya. Dalam melaksanakan fungsi ini, konselor perlu bekerja sama dengan pendidik lainnya di dalam maupun di luar lembaga pendidikan; 6) Fungsi Adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala Sekolah/Madrasah dan staf, konselor, dan guru untuk menyesuaikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan konseli. Dengan menggunakan informasi yang memadai mengenai konseli, pembimbing/konselor dapat membantu para guru dalam memperlakukan konseli secara tepat, baik dalam memilih dan menyusun materi Sekolah/Madrasah, memilih metode dan proses pembela jaran, maupun menyusun bahan pela jaran sesuai dengan kemampuan dan kecepatan konseling; 7) Fungsi Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli agar dapat menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif; 8) Fungsi Perbaikan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam berfikir, berperasaan dan bertindak (berkehendak). Konselor melakukan intervensi (memberikan perlakuan) terhadap konseli supaya memiliki pola berfikir yang sehat, rasional dan memiliki perasaan yang tepat sehingga dapat mengantarkan mereka kepada tindakan atau kehendak yang produktif dan normatif; 9) Fungsi Fasilitasi, memberikan kemudahan kepada konseli dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi, selaras dan seimbang seluruh aspek dalam diri konseli; dan 10) Fungsi Pemeliharaan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli supaya dapat menjaga diri dan mempertahankan situasi kondusif yang telah tercipta dalam dirinya. Fungsi ini memfasilitasi konseli agar terhindar dari kondisi-kondisi yang akan menyebabkan penurunan produktivitas diri. Pelaksanaan fungsi ini diwujudkan melalui program-program yang menarik, rekreatif dan fakultatif (pilihan) sesuai dengan minat konseli. 4. Asas dan Prinsip Bimbingan Konseling Menurut Dharma (2008) penyelanggaraan layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling selain dimuati oleh fungsi dan didasarkan pada prinsip-prinsip bimbingan, juga dituntut untuk memenuhi sejumlah asas bimbingan. Pemenuhan atas asa-asas itu akan memperlancar pelakasanaan dan lebih menjamin keberhasilan layanan/kegiatan, sedangkan pengingkarannya akan dapat menghambat atau bahkan menggagalkan pelaksanaan serta mengurangi atau mengaburkan hasil layanan kegiatan dengan membayar SPP penuh itu sendiri. Asas-asas itu sendiri ialah : 1. Asas kerahasiaan 2. Asas kesukarelaan 3. Asas keterbukaan 4. Asas kegiatan 5. Asas kemandirian 6. Asas kekinian 7. Asas kedinamisan 8. Asas keterpaduan 9. Asas kenormatifan 10. Asas keahlian 11. Asas alih tangan 12. Asas tut wuri handayani Selain asas-asas tersebut saling terkait satu sama lain, segenap asas itu perlu diselenggarakan secara terpadu dan tepat waktu, yang satu tidak perlu dikedepankan atau dikemudiankan dari yang lain. Apabila asas-asas itu tidak dijalankan dengan baik penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling akan tersendat-sendat atau bahkan berhenti sama sekali. Menurut Dharma (2008) sejumlah prinsip mendasari gerak dan langkah penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling. Prinsip ini berkaitan dengan tujuan, sasaran layanan, jenis layanan dan kegiatan pendukung serta berbagai aspek operasional pelayanan bimbingan dan konseling. Dalam layanan bimbingan dan konseling perlu diperhatikan sejumlah prinsip yaitu: 1. Prinsip-prinsip berkenaan dengan sasaran layanan. a. Bimbingan dan konseling melayani semua individu tanpa memandang umur, jenis kelamin, suku agama dan status social ekonomi. b. Bimbingan dan konseling berurusan denga pribadi dan tingkah laku individu yang unik dan dinamis. c. Bimbingan dan konseling memperhatikan sepenuhnya tahap dan berbagai aspek perkembangan individu. Bimbingan dan konseling memberikan perhatian utama kepada perbedaan individual yagn menjadi orientasi pokok pelayanan. 2. Prinsi-prinsip berkenaan dengan permasalahan individu. a. Bimbingan dan konseling berurusan dengan hal yang menyangkut pengaruh kondisi mental/fisik individu terhadap penyesuaian dirinya di rumah, di sekolah, serta dalam kaitannya dengan kontrak sosial, pekerjaan dan sebaliknya pengaruh lingkungan tehadap kondisi mental dan fisik individu. b. Kesenjangan sosial, ekonomi dan kebudayaan merupakan faktor timbulnya masalah pada individu yang kesemuanya menjadi perhatian utama pelayanan bimbingan dan konseling. 3. Prinsip-prinsip berkenaan dengan program layanan. a. Bimbingan dan konseling merupakan bagian dari integral dari upaya pendidikan dan pengembangan individu, oleh karena itu program bimbingan dan konseling harus diselaraskan dan dipadukan dengan program pendidikan serta pengembangan peserta didik b. Program bimbingan dan konseling harus fleksibel disesuaikan dengan kebutuhan individu, masyarakat dan kondisi lembaga program bimbingan dan konseling disusun secara berkelanjutan dari jenjang pendidik yang terendah sampai tertinggi c. Terhadap isi dan pelaksanaan program bimbingan dan konseling perlu diarahkan yang teratur dan terarah 4. Prinsip-prinsip berkenaan dengan tujuan dan pelaksanaan pelayanan: a. Bimbingan dan konseling harus diarahkan untuk pengembangan individu yang akhirnya mampu membimbing diri sendiri dalam menghadapi permasalahan b. Dalam proses bimbingan dan konseling keputusan yang diambil dan akan dilaksanakan oleh individu hendaknya atas kemampuan individu itu sendiri bukan karena kemauan atau desakan dari pembimbing atau pihak lain c. Permasalahan individu harus ditangani oleh tenaga ahli dalam bidang yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi d. Kerjasama antara guru pembimbing, guru lain dan orang tua yang akan menentukan hasil bimbingan e. Pengembangan program pelayanan bimbingan dan konseling ditempuh melalui pemanfaatan yang maksimal dari hasil pengukuran dan penilaian terhadap individu yang terlibat dalam proses pelayanan dan program bimbingan dan konseling itu sendiri.
Daftar Pustaka Susanto, Ahmad. 2018. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Prenada Media Grup
Dharma, Surya. 2008. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Diakses dari:
ILMU PERUBAHAN DALAM 4 LANGKAH: Strategi dan teknik operasional untuk memahami bagaimana menghasilkan perubahan signifikan dalam hidup Anda dan mempertahankannya dari waktu ke waktu