Anda di halaman 1dari 6

1.

Pendekatan Produksi (Production Approach)

Kegiatan produksi adalah kegiatan menciptakan atau menambah nilai tambah (value added).
Oleh karena itu, dalam perhitungan pendekatan produksi, hanya mencakup perhitungan nilai
tambah di setiap lahan produksi. Jadi, perhitungan bukan menggunakan produksi bahan mentah,
setengah jadi, dan barang baku yang berasal dari luar negeri. Dengan pendekatan produksi,
pendapatan nasional dihitung dengan menjumlahkan nilai tambah (value added) dari semua
sektor produksi selama satu periode tertentu (biasanya dalam satu tahun).

Nilai tambah yang dimaksud adalah selisih antara nilai produksi (nilai output) dan nilai biaya
antara (nilai input), yang terdiri atas bahan baku dan bahan penolong yang digunakan dalam
proses produksi.

Berdasarkan ISIC (International Standard Industrial Classification) perekonomian Indonesia


dibagi ke dalam sebelas sektor. Sektor-sektor tersebut kemudian disederhanakan lagi menjadi
sembilan sektor, yaitu:

1. pertanian, peternakan, kehutananan, dan perikanan.


2. pertambangan dan penggalian.
3. industri manufaktur.
4. listrik, gas, dan air bersih.
5. Bangunan.
6. perdagangan, hotel dan restoran.
7. pengangkutan dan komunikasi.
8. keuangan, persewaan dan jasa perusahaan.
9. jasa-jasa.

Perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan produksi dapat dihitung dengan


menggunakan rumus sebagai berikut :

Y = (Q1 × P1) + (Q2 × P2) + (Q3 × P3) + … + (Qn × Pn)

Keterangan :

Y = Pendapatan Nasional

Q1, Q2, Q3, dan Qn = jumlah jenis barang ke-1, ke-2, ke-3, ke-n

P1, P2, P3, dan Pn = harga jenis barang ke-1, ke-2, ke-3, ke-n

Contoh :

Seandainya seorang pengusaha pakaian akan memulai usahanya, langkah pertama yang
dilakukan adalah membeli kapas dari para petani dengan harga Rp300,00. Pengusaha pabrik
akan mengolah kapas menjadi benang dengan biaya Rp400,00. Para pedagang akan menjual
benang kepada pabrik tekstil untuk diolah menjadi kain dengan biaya Rp600,00. Kain tersebut
masuk ke pabrik garmen untuk diproduksi menjadi pakaian jadi dengan biaya sebesar Rp800,00.
Seterusnya, pakaian jadi tersebut dijual kepada pedagang di pasar dengan harga Rp1.000,00.
Ilustrasi di atas terlihat dalam tabel dibawah ini.

Tabel Perhitungan Nilai Tambah

No Sektor Produksi Nilai Output Nilai Input Nilai Tambah


1 Pertanian (kapas) Rp300,00 0 Rp300,00
2 Pabrik benang Rp400,00 Rp300,00 Rp100,00
3 Pabrik tekstil Rp600,00 Rp400,00 Rp200,00
4 Industri garmen Rp800,00 Rp600,00 Rp200,00
Perdagangan (pakaian
5 Rp1.000,00 Rp800,00 Rp200,00
jadi)
Jumlah Nilai Tambah Rp1.000,00

Untuk menghindari perhitungan ganda (double-counting), nilai PDB dihitung dengan cara
menjumlahkan nilai tambah setiap sektor (bukan pada nilai outputnya). Hasil perhitungan
pendapatan nasional (PDB) dengan metode produksi, terlihat dalam tabel dibawah ini.

Tabel PDB Indonesia berdasar kan Harga Berlaku Tahun 2003

No Lapangan Usaha Jumlah (dalam miliar rupiah)


1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan 325.653,7
2 Pertambangan dan Penggalian 169.535,6
3 Industri Manufaktur 590.051,3
4 Listrik, Gas, dan Air bersih 19.540,9
5 Bangunan 112.571,3
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 337.840,5
7 Pengangkutan dan Komunikasi 118.267,3
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 174.323,6
9 Jasa-jasa 198.069,3
Produk Domestik Bruto 2.045.853,5

Data tabel diatas menunjukan bahwa perekonomian Indonesia terbagi ke dalam sembilan sektor,
yang sebenarnya terbagi lagi ke dalam beberapa subsektor. Angka – angka dalam tabel diatas
menunjukkan besarnya nilai tambah setiap sektor ekonomi di Indonesia.

1. Pendekatan Pendapatan (Income Approach)

Pendekatan kedua yang digunakan untuk menghitung pendapatan nasional adalah pendekatan
pendapatan. Berdasarkan pendekatan pendapatan, nilai pendapatan nasional dihitung dengan cara
menjumlahkan tingkat balas jasa bruto (belum dikurangi pajak) dari faktor produksi yang
dipakai. Perhitungan dengan pendekatan pendapatan akan memberikan hasil yang lebih realistis.
Namun, dalam kenyataannya tidak terealisasi karena sulitnya menentukan pandapatan
masyarakat yang sebenarnya.

Berdasarkan pendekatan pendapatan, pendapatan nasional dihitung dengan menjumlahkan


seluruh pendapatan yang diterima masyarakat (pemilik faktor produksi) sebagai balas jasa yang
mereka terima dalam proses produksi yaitu sebagai berikut :

1. Upah/gaji = balas jasa pemilik tenaga kerja


2. Bunga (i) = balas jasa pemilik modal
3. Sewa (r) = balas jasa pemilik anah
4. Keuntungan (π) = balas jasa pengusaha.

Total balas jasa atas seluruh faktor produksi tersebut disebut pendapatan nasional (PN). Jadi
secara matematis, menurut pendekatan pendapatan, pendapatan nasional dirumuskan sebagai
berikut:

PN = w + i + r + π

Hasil perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan pendapatan, terlihat dalam tabel
dibawah ini.

Tabel Pendapatan Nasional Indonesia pada 1994 (dalam miliar dolar AS)

No Jenis Pendapatan Nilai


1 Balas jasa tenaga kerja (gaji dan upah) 4.004,6
2 Bunga bersih 409,7
3 Pendapatan dari sewa 27,7
4 Keuntungan perusahaan 542,7
5 Pendapatan usaha sendiri 473,7
  Pendapatan Nasional 5.458,4

1. Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach)

Berdasarkan pendekatan pengeluaran, nilai pendapatan nasional dihitung dengan cara


menjumlahkan permintaan akhir dari para pelaku ekonomi (konsumen, produsen, dan
pemerintah) dalam suatu negara. Dapat dituliskan sebagai berikut :

1. Pengeluaran konsumsi rumah tangga (C).


2. Pengeluaran konsumsi pemerintah (G).
3. Investasi domestik bruto (I).
4. Ekspor neto atau nilai ekspor dikurangi impor (X–M).

Maka : PN = C + G + I + (X–M)
Data pendapatan nasional Indonesia berdasarkan pendekatan pengeluaran dapat dilihat dalam
Tabel berikut ini.

Tabel Perkembangan PDB Indonesia berdasarkan Pengeluaran tahun 1999-2002 (dalam triliun
rupiah)

No Jenis Pengeluaran 1999 2000 2001 2002


1 Konsumsi Rumah Tangga 268 282 297 302
2 Konsumsi Pemerintah 27 29 31 35
3 Investasi 75 87 94 96
4 Perubahan Stok (5) (21) (26) (26)
5 Ekspor Barang dan Jasa 92 116 118 117
6 Impor Barang dan Jasa (78) (95) (102) (25)
Produk Domestik Bruto (PDB) 379 398 412 499
Sumber : Badan Pusat Statistik, 1999-2002 (angka dibulatkan)

Data perhitungan pendapatan nasional (PDB) Indonesia dengan menggunakan metode


pendekatan pengeluaran, terlihat dalam tabel dibawah ini.

Tabel PDB, PNB dan Pendapatan Nasional Indonesia Tahun 2001 dan 2002 Menurut Harga
Konstan 1993 (triliun rupiah)

Tahun
Jenis Pengeluaran
2001 2002
Konsumsi rumah tangga 297 302

Konsumsi pemerintah 31 35

Investasi 94 96

Perubahan stok (26) (26)

Ekspor barang dan jasa 118 117

Dikurangi: Impor barang dan jasa (102) (25)


Produk Domestik Bruto (PDB) 412 499
Pendapatan bersih faktor produksi dari luar negeri (17,4) (22,2)
Produk Nasional Bruto (PNB) 393,6 476,8
Pajak tidak langsung (8,8) (18,9)
Depresiasi (20,6) (21,3)
Pendapatan Nasional 363,2 436,6
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2004
Dengan menggunakan metode pendekatan produksi, pendekatan pendapatan, dan pendekatan
pengeluaran, nilai pendapatan nasional (PDB) dapat ditentukan berdasarkan harga berlaku
maupun harga konstan. PDB yang dihitung dengan menggunakan harga berlaku disebut PDB
nominal. Nilai PDB dengan harga berlaku dapat memberi hasil yang kurang tepat karena adanya
pengaruh kenaikan harga-harga (inflasi). Jika nilai PDB dihitung berdasarkan harga konstan
disebut PDB riil atau PDB aktual. Untuk memperoleh PDB harga konstan harus ditentukan tahun
dasar terlebih dahulu, yaitu tahun ketika perekonomian berada dalam kondisi baik sehingga
harga-harga tetap stabil atau konstan. Nilai PDB yang dihitung berdasarkan harga konstan akan
memberikan hasil yang lebih akurat sehingga lebih banyak dipakai dalam analisis ekonomi.
Selain kedua jenis PDB, ukuran pendapatan nasional lainnya adalah PDB potensial, yaitu nilai
produksi maksimum yang dapat dicapai oleh suatu perekonomian di dalam negeri tanpa
menaikkan tingkat harga.

1. Pendapatan per kapita

Konsep pendapatan yang berhubungan dengan pendapatan nasional adalah pendapatan per
kapita. Pendapatan per kapita adalah tingkat rata-rata pendapatan penduduk suatu negara pada
periode tertentu yang diperoleh dengan membagi jumlah pendapatan nasional (biasanya dalam
PDB) dengan jumlah penduduk di negara tersebut. Semakin tinggi angka PDB per kapita,
kemakmuran rakyat dianggap makin tinggi. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menggunakan
angka PDB per kapita untuk menyusun kategori tingkat kemakmuran suatu negara. Berdasarkan
standar tahun 1992, sebuah negara dikatakan miskin, jika PDB per kapitanya lebih kecil dari
US$450. Berdasarkan standar tersebut, sebagian besar negara-negara di dunia adalah negara
miskin. Suatu negara dikatakan makmur, jika PDB per kapitanya lebih besar dari US$8.000.

Dengan menggunakan standar tersebut, hanya sebagian kecil negara di dunia yang dianggap
kaya/makmur. Negara-negara tersebut umumnya terdapat di Eropa Barat dan Amerika Utara.
Bank Dunia (World Bank) pada tahun 2001 telah mengelompokkan negara-negara di seluruh
dunia menjadi lima kelompok berdasarkan pendapatan per kapitanya, yaitu:

1. Kelompok negara berpendapatan rendah (low-income economies), yaitu negara-negara


yang memiliki pendapatan per kapita US$520 atau kurang.
2. Kelompok negara berpendapatan menengah bawah (lowermiddle income economies),
yaitu negara-negara yang memiliki pendapatan per kapita sekitar US$1.740.
3. Kelompok negara berpendapatan menengah (middle-income economies), yaitu negara-
negara yang memiliki pendapatan per kapita sekitar US$ 2.990.
4. Kelompok negara berpendapatan menengah atas (upper-middle income economies), yaitu
negara-negara yang memiliki pendapatan per kapita sekitar US$ 4.870.
5. Kelompok negara berpendapatan tinggi (high-income economies), yaitu negara-negara
yang memiliki pendapatan per kapita sekitar US$ 25.480.

Indonesia pernah termasuk salah satu negara berpendapatan menengah ke bawah (lower middle
income). Hal tersebut didasarkan atas laporan Bappenas yang menunjukkan bahwa pada 1995,
PNB per kapita Indonesia mencapai US$1.023. Kemudian meningkat menjadi US$1.055 dan
US$1.088 pada 1996 dan 1997. Namun, berdasarkan laporan Bank Dunia, pada 2005 Indonesia
memiliki PNB per kapita sebesar US$3.700 yang menempatkan Indonesia sebagai salah satu
negara berpendapatan rendah berdasarkan kriteria Bank Dunia tersebut.

Anda mungkin juga menyukai