TA. 2017
PEDOMAN TEKNIS
PENGUKURAN PAPARAN RADIASI
DI FASILITAS RADIASI DAN
ZAT RADIOAKTIF
(IMPLEMENTASI PEMBATAS DOSIS
DALAM TAHAP DISAIN DAN
DAERAH KERJA RADIASI)
KONTRIBUTOR
No. Nama No. Nama
1 Adi Drajat Noerwasana, ST, M.Si. 11 Saifulloh, ST, M.Si.
2 Sawiyah, S.Si., M.Si. 12 Herry Irawan, S.Si., M.Si.
3 Titik Kartika, S.Si., M.Si. 13 Edhy Kuntowibowo, S.Si., M.Si.
4 Sudrajat, ST, M.Si. 14 Alimuddin, S.Si., M.Si.
5 Mukhlisin, ST, M.Si. 15 Dra. Leily Savitri
6 Suryo Adi Ari Santosa, ST, M.Si. 16 Endang Kunarsih, S.Si., M.Si.
7 Iin Indartati, ST, M.Si. 17 Wawan Susanto, SST
8 Yaya Umaya, S.Si., M.Si. 18 Intanung Syafitri, S.Si.
9 Ida Bagus Manuaba, ST, M.Si. 19 Iswandarini, S.Kom.
10 Ahmad Maulana, S.Si., M.Si.
KATA PENGANTAR
Pedoman teknis ini diinisiasi oleh rekan-rekan fisikawan medik BAPETEN yang
memiliki kepedulian terkait pengukuran paparan radiasi. Sebagai fasilitator, kami
menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua rekan yang telah
mencurahkan segala upaya sehingga kita dapat memiliki sebuah pedoman teknis terkait
pengukuran paparan radiasi di fasilitas radiasi dan zat radioaktif. Pedoman ini dibuat
sesederhana mungkin sehingga dapat mudah dipahami dan diimplementasikan.
Pengukuran paparan radiasi yang merupakan salah satu parameter verifikasi
keselamatan menjadi wajib dilaksanakan secara berkala atau pun ketika dibutuhkan.
Permasalahan yang muncul di lapangan mengenai pengukuran paparan radiasi ini adalah
belum ada tata cara yang baku dan kriteria hasil pelaksanaan pengukuran paparan radiasi.
Pedoman ini tidak akan menjadi berguna dan sempurna, tanpa ada kontribusi
berupa masukan dan koreksi dari yang membaca dan yang menggunakannya. Oleh karena
itu diharapkan partisipasi aktif dari para pembaca pedoman ini untuk memberi masukan
dan koreksinya ke kajian.kesehatan@bapeten.go.id sehingga dapat dilakukan perbaikan
dan penyesuaian dengan kondisi yang sesungguhnya.
Demikian, semoga pedoman ini bermanfaat bagi yang memerlukannya dan dapat
memberikan andil dalam peningkatan upaya proteksi dan keselamatan radiasi.
DAFTAR ISI
Halaman
Daftar Tim Penyusun…………………………………………………………………… i
Kata Pengantar….............................................................................................................. ii
Daftar Isi.………………………………………………………………………………... iii
Daftar Gambar………………………………………………………………………....... iv
Daftar Tabel…………………………………………………………………………….. v
I. PENDAHULUAN………………………………………………………………. 1
II. REGULASI YANG TERKAIT DENGAN PENGUKURAN PAPARAN
RADIASI……………………………………………………………………....... 3
III. NILAI PEMBATAS DOSIS (DOSE CONSTRAINT) PADA TAHAP DISAIN
RUANG RADIASI……………………………………………............................ 3
IV. NILAI PEMBATAS DOSIS UNTUK TAHAP OPERASIONAL ATAU
PENGGUNAAN………………………………………………………………… 4
V. VERIFIKASI PAPARAN RADIASI…………………………………………… 5
VI. METODE PENGUKURAN PAPARAN RADIASI……………………………. 7
VII. ALAT UKUR RADIASI………………………………………………………... 9
VIII. PUSTAKA………………………………………………………………………. 9
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Skema penentuan daerah kerja sesuai hasil IDR (nilai dalam Sv/jam) 7
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Pembatas dosis dalam tahap disain ruang radiasi……………………. 4
Tabel 2 Pembatas dosis dalam tahap operasi…………………………………. 5
Tabel 3 Rekomendasi Internasional terkait IDR dan TADR…………………. 6
I. PENDAHULUAN
I.1. LATAR BELAKANG
Pelaksanaan pembangunan ruang radiasi untuk memperoleh kecukupan penahan
radiasi yang sesuai dengan regulasi nasional yang ada dapat dilakukan melalui perhitungan
ataupun mengikuti ketentuan yang sudah ada dalam mendisain ruang radiasi. Hasil
perhitungan ataupun mengikuti ketentuan regulasi pada akhirnya harus dipastikan dengan
pengukuran paparan radiasi secara langsung saat modalitas sumber radiasi pengion sudah
terpasang di ruang radiasi. Hal tersebut menunjukkan makna penting dari pengukuran
paparan radiasi di sekitar ruang radiasi untuk memastikan kecukupan penahan radiasi yang
telah terpasang.
Pengukuran paparan radiasi yang merupakan salah satu parameter verifikasi
keselamatan menjadi wajib dilaksanakan secara berkala atau pun ketika dibutuhkan.
Semua ruangan yang ditujukan untuk daerah pekerja radiasi dan anggota masyarakat harus
dilakukan pengukuran dan dievaluasi untuk menentukan besarnya potensi penerimaan
dosis oleh personil dan anggota masyarakat. Paparan radiasi yang terdeteksi harus
memenuhi keriteria keselamatan radiasi.
Permasalahan yang muncul di lapangan mengenai pengukuran paparan radiasi ini adalah:
a. Belum ada tata cara yang baku mengenai pelaksanaan pengukuran paparan radiasi.
b. Belum ada kriteria hasil pengukuran yang disepakati untuk menentukan paparan
berlebih atau dipatuhinya ketentuan keselamatan radiasi.
Hal tersebut memunculkan adanya hasil pengukuran paparan radiasi dan interpretasinya
sering berbeda antar personil yang melakukan pengukuran dilapangan dan personil di
BAPETEN.
Oleh karena itu dibutuhkan suatu pedoman untuk digunakan sebagai panduan bagi
personil di fasilitas radiasi dan zat radioaktif (FRZR), personil BAPETEN yang ke
lapangan, dan bagi manajemen BAPETEN dalam mendeskripsikan paparan berlebih dari
hasil pengukuran paparan radiasi disekitar ruang radiasi.
Dalam rangka memperoleh kesepahaman sehingga mengerucut menjadi bahan
pedoman sesuai sebagaimana dimaksud maka telah diselenggarakan Forum Group
I.2. TUJUAN
Menyediakan sebuah pedoman mengenai pengukuran paparan radiasi dan interpretasinya.
I.3. LINGKUP
Lingkup pedoman ini adalah untuk pengukuran paparan radiasi di fasilitas radiasi dan zat
radioaktif yang meliputi kegiatan:
- Radiologi diagnostik dan intervensional
Menurut referensi internasional, nilai Shielding Design Goal (P) atau Maximum
Permissible Dose (MPD) pada disain ruang radiasi adalah menggunakan ketentuan daerah
supervisi dan daerah anggota masyarakat. Namun sesuai dengan regulasi nasional, dalam
mendisain ruang radiasi menggunakan nilai pembatas dosis untuk pekerja radiasi dan
anggota masyarakat.
Nilai P atau MPD merupakan nilai praktis yang digunakan untuk perhitungan dan
evaluasi pada satu ruang radiasi. Dalam hal, lebih dari satu ruang radiasi, nilai P harus
ditinjau ulang dengan mempertimbangkan kontribusi dosis untuk daerah pekerja radiasi
dan daerah anggota masyarakat yang berada disekitar ruang radiasi. Nilai P dinyatakan
dalam mSv per minggu.
Kriteria nilai yang disepakati itu disebut juga dengan “Instantaneous Dose Rate (IDR)
atau Time-Averaged Dose Rate (TADR). Instantaneous Dose Rate (IDR) adalah laju
dosis ekivalen dalam satuan Sv/jam yang diperoleh dari pengukuran paparan radiasi
pada jarak 30 cm dari dinding terluar ruang radiasi. Sedangkan, Time Averaged Dose
Sesuai dengan IAEA Safety Reports Series No. 47, ada beberapa nilai IDR dan TADR
yang tersaji dalam Tabel 3 berikut ini.
Pada Tabel 3 dapat diperoleh informasi mengenai nilai IDR yaitu sebesar 20 Sv in
any hour dan 7,5 Sv/jam. Sedangkan nilai TADR sebesar 0,5 Sv/jam dan
TADR2000 sebesar 0,15 Sv/jam.
Daerah
IDR > 7,5
ya Kerja
tidak
Daerah anggota
masyarakat
Gambar 1. Skema penentuan daerah kerja sesuai hasil IDR (nilai dalam Sv/jam)
Pada Gambar 1 di atas merupakan skema penentuan daerah kerja dan daerah anggota
masyarakat dengan batasan nilai paparan radiasi terukur adalah 7,5 Sv/jam. Nilai
tersebut disepakati bersama sebagai nilai IDR yang digunakan untuk menetapkan
sebagai batasan paparan berlebih.
Pada pedoman ini hanya merekomendasikan nilai IDR sebagai tool yang praktis dalam
pengukuran paparan radiasi, sedangkan nilai TADR dapat digunakan untuk
perhitungan balik dalam disain ruang radiasi yang menjadi persyaratan izin konstruksi
atau pun penggunaan.
VIII. PUSTAKA
[1]. Presiden Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah (PP) No. 33 Tahun 2007
tentang Keselamatan Radiasi Pengion dan Keamanan Sumber Radioaktif,
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 74.
[2]. Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN), Peraturan Kepala (Perka) BAPETEN
No. 8 Tahun 2011 tentang Keselamatan Radiasi Dalam Penggunaan Pesawat Sinar-
X Radiologi Diagnostik dan Intervensional, Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2011 Nomor 639.
[3]. Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN), Peraturan Kepala (Perka) BAPETEN
No. 17 Tahun 2012 tentang Keselamatan Radiasi Dalam Kedokteran Nuklir, Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 1202.
[4]. Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN), Peraturan Kepala (Perka) BAPETEN
No. 3 Tahun 2013 tentang Keselamatan Radiasi Dalam Penggunaan Radioterapi,
Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 671.