Anda di halaman 1dari 5

1 | Hubungan Antara Peran Orangtua Dengan Guru Dalam Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus

HUBUNGAN ANTARA PERAN ORANG TUA DENGAN GURU DALAM PENDIDIKAN ANAK
BERKEBUTUHAN KHUSUS

Kartika Kusuma Dewi


Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya
E-mail : kusumadewi035@gmail.com

Abstrak

Pendidikan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi semua manusia, khususnya bagi
anak berkebutuhan khusus. Bagi anak berkebutuhan khusus yang memiliki keterbatasan dalam berinteraksi
dengan orang lain sangat perlu mendapatkan pendidikan agar dapat menyesuaikan diri terhadap
lingkungannya. Namun, di Indonesia masih banyak ditemui perlakuan yang tidak menyenangkan dari anak
sekolah yang normal terhadap anak berkebutuhan khusus saat disekolah. Diskriminasi tersebut terlihat jelas
dari perlakuan dan respon masyarakat memandang anak berkebutuhan khusus.
Guru diharapkan dapat membantu anak berkebutuhan khusus dalam memahami diri sendiri dan
lingkungannya. Dalam pendidikan, guru menjadi kunci utama keberhasilan peserta didik dalam mencapai
perkembangan dan tujuan pembelajaran yang ditempuh. Peran seorang guru di sekolah inklusi tidak serta
merta atas usahanya sendiri, namun juga bantuan dari pihak terkait yang terlibat dalam penyelenggaraan
pendidikan inklusi. Salah satunya, orang tua peserta didik. Orang tua peserta didik sebagai penanggung
jawab pendidikan anaknya sekaligus guru diluar jam sekolah. Keterlibatan Guru dan orang tua memiliki
andil besar dalam pencapaian keberhasilan pendidikan anak berkebutuhan khusus.
Kata Kunci: anak berkebutuhan khusus, guru, orang tua, pendidikan.

Abstract
Education is the most basic need for all humans, especially for children with special needs.
Children with special needs who have limitations in interacting with other people really need to get
education so that they can adapt to their environment. However, in Indonesia there are still many
unpleasant treatment from normal school children to children with special needs while in school. This
discrimination can be seen clearly from the treatment and response of the community regarding children
with special needs.
Teachers are expected to help children with special needs in understanding themselves and their
environment. In education, teachers are the main key to the success of students in achieving development
and learning objectives. The role of a teacher in an inclusive school is not necessarily on his own efforts,
but also assistance from related parties involved in the implementation of inclusive education. One of
them, parents of students. The parents of students are responsible for their children's education as well as
teachers outside school hours. The involvement of teachers and parents has a big share in the successful
achievement of education for children with special needs.
Keywords: children with special needs, teachers, parents, education.

1
PENDAHULUAN mengetahui sekaligus memahami bagaimana hubungan
Pendidikan menjadi salah satu kebutuhan yang perlu antara peran orang tua dengan guru dalam proses
ditempuh oleh seluruh manusia tanpa membeda-bedakan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus. Tindakan apa
keadaan yang dialami manusia tersebut. Siapapun berhak yang perlu dilakukan terhadap anak berkebutuhan khusus
mendapatkan pendidikan yang layak, baik manusia untuk memenuhi perkembangannya didunia pendidikan.
normal, maupun penyandang cacat atau biasa disebut HASIL DAN PEMBAHASAN
berkebutuhan khusus. Pendidikan berguna untuk
meningkatkan kemampuan dan keterampilan manusia Sekolah Inklusi sebagai bagian dari komponen
dalam menjalani kehidupan bermasyarakat. Oleh karena pendidikan anak berkebutuhan khusus memiliki peranan
itu, anak berkebutuhan khusus yang pada dasarnya penting bagi perkembangan belajar peserta didik yang
mengalami keterbatasan dalam berinteraksi dengan orang memiliki kebutuhan khusus. Sekolah inklusi
lain sangat perlu mendapatkan pendidikan agar dapat diselenggarakan guna memfasilitasi peserta didik yang
menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. memiliki kebutuhan khusus agar dapat menyesuaikan diri
Pendidikan tidak hanya melibatkan pendidik dan terhadap lingkungan sekitarnya. Anak berkebutuhan
peserta didik, namun juga berbagai pihak terkait seperti khusus secara khusus dididik dengan mendapat jaminan
kepala sekolah, guru, staf sekolah, orang tua serta semua pendidikan yang sama seperti anak-anak normal disekolah
personalia kependidikan. Namun, guru tetap menjadi negeri lainnya, sesuai dengan yang tercantum dalam
pemegang peran utama dalam proses pendidikan, yang Deklarasi Umum Hak-Hak Kemanusiaan 1948 (The 1948
kemudian didukung oleh orang tua dari peserta didik Universal Declaration of Human Right), yang kemudian
sebagai penangung jawab pendidikan anaknya. (Amin, mengalami pembaruan dalam Konferensi Dunia tentang
2015) mengatakan bahwa orang tua bertanggung jawab Pendidikan untuk Semua, Tahun 1990 (The 1990 World
atas pendidikan anaknya, dimanapun anak-anak mereka Conference on Education for All), dengan tujuan untuk
menempuh pendidikan, orang tua juga sebagai penentu meyakinkan bahwa hak tersebut untuk semua, terlepas
prospek atau masa depan anaknya dalam lingkungan dari perbedaan yang dimiliki oleh individu (Pratiwi,
pendidikan formal, informal, maupun non formal. Orang 2015).
tua yang seringkali berada didekat anaknya yang Terlepas dari label anak berkebutuhan khusus,
berkebutuhan khusus akan memberi pengaruh besar bagi sekolah-sekolah di Indonesia diharuskan memberikan
psikologis anak tersebut. Begitu pula guru yang saat pelayanan yang sama terkait pendidikan yang ditempuh.
disekolah memberi bimbingan, menuntun, dan Pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus tidak hanya di
berinteraksi dengan anak berkebutuhan khusus dapat sekolah Luar Biasa (SLB) dan Taman Kanak-Kanak Luar
berpengaruh besar dalam kemajuan pendidikan peserta Biasa TK-LB), namun juga dapat menempuh pendidikan
didik. dan belajar di sekolah-sekolah formal yang terintegrasi
Sekolah inklusi begitu penting bagi peserta didik yang bersama anak-anak normal. Sistem pendidikan tersebut
memiliki kebutuhan khusus. Dalam sekolah inklusi, anak dikenal dengan pendidikan inklusi. Penerapan pendidikan
berkebutuhan khusus lebih terjaga dan kesempatan untuk inklusi di Indonesia dipaparkan dalam peraturan
terhindar dari pengaruh buruk seperti hinaan dari anak- pemerintah nasional nomor 70 tahun 2009 tentang
anak di sekolah negeri yang normal lebih besar. pendidikan inklusi bagi peserta didik yang memiliki
Bagaimanapun juga pendidikan bagi anak berkebutuhan kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat
tetap harus diperhatikan dengan baik. Tidak ada istimewa (Pratiwi, 2015). Pendidikan Inklusif adalah
perbedaan yang mengarah pada diskriminasi terhadap sekolah yang harus memberi akomodasi semua anak atau
pendidikan anak berkebutuhan khusus. Guru dan orang peserta didik tanpa memandang kondisi fisik, intelektual
tua memiliki andil besar dalam pencapaian keberhasilan atau pengetahuan, sosial-emosional, linguistik atau
pendidikan anak berkebutuhan khusus. Meski diketahui kondisi lainnya (Ariastuti & Herawati, 2016). Pernyataan
bahwa guru di sekolah inklusif masih kurang terpenuhi tersebut selaras dengan Desje Lattu yang mengatakan
karena dibutuhkannya keahlian dan standart sertifikasi bahwa penyelenggaraan pendidikan inklusif memfasilitasi
yang perlu ditempuh. Dan masih banyak ditemui orang atau memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada
tua yang tidak bisa menerima keadaan anak berkebutuhan seluruh anak agar mendapat pendidikan yang bermutu
khusus karena sejatinya orang tua mengaharapkan dan sesuai dengan kebutuhan individu peserta didik tanpa
kelahiran anak yang normal, sehat jasmani serta diskriminasi (Lattu, 2018). Dari pernyataan tersebut,
rohaninya. Permasalah ini tentunya dapat mempengaruhi menandakan bahwa seorang guru memiliki peranan dan
perkembangan dalam pendidikan bagi anak berkebutuhan kewajiban untuk mendidik anak berkebutuhan khusus
khusus. Oleh karena itu penting bagi kita semua
tanpa memandang fisik dan menuntun mereka mencapai 1. Memberikan pelayanan bimbingan dan konseling
keberhasilan dalam pendidikannya. yang menyesuaikan terhadap kemampuan, bakat
dan minat serta ketunaan atau kekhususan yang
Seorang guru juga perlu mengetahui dan dimiliki ABK, serta mengelompokkan ABK ke
mengidentifikasi anak berkebutuhan khusus untuk dalam kegiatan kelompok dan pengembangan
menentukan tindak lanjut pelayanan yang dibutuhkan oelh diri yang disesuaikan dengan ketunaan dan
anak berkebutuhan khusus. Anak berkebutuhan khusus kekhususannya melalui layanan penempatan dan
memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Hermanto, penyaluran. Memberi motivasi kepada ABK
(2008) menyatakan tidak semua anak yang mengalami untuk aktif dalam kegiatan kelompok dan
kelaian terhadap fisik, mental-intelektual, sosial, dan pengembangan diri untuk mencapai kepercayaan
emosional dalam proses tumbuh kembangannya dikatakan diri yang baik dan tidak minder ketika bergaul
sebagai anak berkebutuhan khusus. Karena yang dapat bersama teman-teman sebayanya yang normal
dikatakan sebagai anak berkebutuhan khusus adalah anak 2. Memberikan layanan informasi tentang peran
yang mengalami hambatan dalam pendidikannya dan gender disesuaikan dengan kebutuhan ABK.
memerlukan layanan khusus, meskipun mereka terlihat Mengajak ABK untuk mengamati peran sosial
tidak mengalami kelainan secara fisik, mental-intelektual, pria dan wanita yang ada dalam masyarakat dan
sosial dan emosional. Sebaliknya, anak yang terlihat mengajak untuk berdiskusi melalui layanan
mengalami kelainan secara fisik, mental-intelektual, bimbingan kelompk dengan topik tugas. Guru
sosial, dan emosial namun tidak signiifikan sehingga tidak BK juga dapat memberikan literatur yang
diperlukannya layanan khusus, maka ia tidak dapat bermanfaat terkait peran sosial pria dan wanita
dikatakan sebagai anak berkebutuhan khusus (Hermanto, dalam masyarakat
2008). Klasifikasi anak berkebutuhan khusus menurut 3. Memberikan bimbingan kepada peserta didik
IDEA (dalam Desiningrum, 2017) dikategorikan sebagai maupun ABK dalam memilik karir di sekolah,
berikut : yaitu membantu peserta didik maupun ABK
1. Anak dengan Gangguan fisik : Tunanetra, dalam memahami diri sendiri dan lingkungannya
Tunarungu, dan Tunadaksa dalam mengambil keputusan, merencanakan dan
2. Anak dengan Gangguan Emosi dan Perilaku : mengarahkan aktivitas yang mengarah ke karir
Tunalaras, Tuna Wicara (anak dengan gangguan atau gaya hidup memberikan rasa puas karena
komunikasi), dan Hiperaktif telah sesuai, selaras, dan seimbang dengan
3. Anak dengan Gangguan Intelektual : dirinya dan lingkungan sekitarnya.
Tunagrahita, anak lamban belajar (slow learner),
anak berkesulitah belajar khusus, anak berbakat, Sementara itu, dalam pedoman khusus
autisme, dan indigo. penyelenggaraan inklusi tahun 2007 yang di kutip oleh
Zakia, (2015) menyebutkan bahwa tugas GPK terdiri dari:
Dalam sekolah penyelenggaraan pendidikan 1. Melakukan penyusunan instrumen asesmen
inklusi dibutuhkan dukungan tenaga pendidik bersama dengan guru kelas dan guru mata
keterampilan khusus dalam proses pembelajaran dan pelajaran
memberikan pengajaran kepada anak berkebutuhan 2. Berkoordinasi dengan guru, pihak sekolah, dan
khusus secara umum (Zakia, 2015). Guru Pembimbing orang tua peserta didik
Khusus (GPK) merupakan salah satu tenaga khusus yang 3. Mendampingi ABK dalam kegiatan
dibutuhkan dalam sekolah penyelanggara pendidikan pembelajaran bersama guru kelas/guru mata
inklusi (Zakia, 2015). Peserta didik dengan kebutuhan pelajaran/ guru bidang studi
khusus atau normal memiliki kemampuan, bakat, dan 4. Memberi bantuan kepada anak berkebutuhan
minatnya masing-masing. Membimbing peserta didik khusus yang memiliki keterbatasan dalam
dalam mencapai keberhasilan pembelajaran, mengasah mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas umum
kemampuan, bakat, dan minat peserta didik dalah tugas berupa remdi atau pengayaan
dari guru pembimbing khusus maupun guru BK. Guru 5. Memberikan bimbingan secara berkala dengan
Pembimbing Khusus (GPK) dan guru Bimbingan dan membuat cacatan khusus kepada anak
Konseling (BK) memiliki peranan yang tidak jauh berkebutuhan khusus saat mengikuti kegiatan
berbeda dalam perkembangan anak berkebutuhan khusus. pembelajaran yang bisa dipahami ketika
Dalam Lattu, (2018) menyebutkan beberapa peran guru pergantian guru terjadi
BK dalam tugas perkembangan ABK (dalam 6. Berbagi informasi dan bantuan kepada guru
bersosialisai), diantaranya : kelas dan/atau guru mata pelajaran agar mereka
dapat memberikan pelayanan pendidikan yang tuanya. Tidak menutup kemungkinan para orang tua juga
sesuai bagi anak-anak berkebutuhan khusus perlu mendapat dukungan dari lingkungannya karena
beberapa orang tua menanggung beban stres dan fisik
Pendidikan di sekolah inklusi tidak dapat menjamin dalam mengasuh anak berkebutuhan khusus. Dukungan
bahwa anak berkebutuhan khusus mendapatkan hasil sosial sangat diperlukan orang tua serta keluarga dari anak
maksimal jika pembimbing terfokus pada guru saja. berkebutuhan agar tetap kuat dan tidak berpengaruh buruk
Beberapa pihak terkait juga berperan dalam proses terhadap perkembangan anak berkebutuhan khusus.
pembelajaran anak berkebutuhan khusus disekolah inklusi Rentang emosi yang muncul dapat bervariasi : mereka
seperti kepala sekolah, guru, staf sekolah, orang tua serta yang melewati serangkaian tahapan dan mereka yang
semua personalia kependidikan. Selain guru pembimbing tidak mengikuti pola dalam menyikapinya (Hidayati,
khusus/guru mata pelajaran/dan atau guru kelas yang 2011). Jika orang tua tidak dapat bersabar dan mengontrol
menjadi kunci dalam pendidikan anak berkebutuhan emosinya didepan anak berkebutuhan khusus, maka hal
khusus, peran serta orang tua juga berpengaruh besar tersebut akan berpengaruh terhadap psikologis anak
terhadap prosesnya. Hal tersebut berdasar atas tingkat tersebut.
pendidikan yang diberikan orang tua terhadap anaknya
sebagai pondasi dasar bagi pendidikan anak sehingga Dapat dilihat bahwa peran guru dan orang tua
berpengaruh dalam proses tumbuh kembang anak (Amin, berpengaruh besar terhadap keberlangsungan
2015). Penelitian Hewett dan Frenk (dalam Amin, 2015) perkembangan dan proses pembelajaran anak
menyatakan beberapa peran dan fungsi orang tua terhadap berkebutuhan khusus. Peran guru dan orang tua saling
anak berkebutuhan khusus antara lain : berhubungan. Orang tua sebagai penanggung jawab utama
1. Sebagai pendamping utama (as aids), yaitu dalam pendidikan dikatakan juga sebagai guru bagi anak
sebagai pendamping utama untuk membantu diluar jam sekolah. begitu pula dengan guru, yang
mencapai tujuan layanan penanganan dan dikatakan sebagai orang tua kedua bagi anak disekolah.
pendidikan anak Peran sekolah, guru, dan orang tua tidak terlepas dari
2. Sebagai advokat (as advocates), yaitu sebagai usaha dan kerja sama dari masing-masing pihak. Sistem
pihak yang mengerti, mengusahakan, dan kerjasama dalam membentuk kemandirian anak antara
menjaga hak anak dalam kesmepatan sekolah dan orang tua dapat dilakukan dalam bentuk :
mendapat layanan pendidikan sesuai dengan 1. Bekerjasama dalam menyusun dan
karakteristik kekhususanya. merencanakan program pelayanan
3. Sebagai sumber (as resources), yaitu sebagai 2. Bekerjasama melaksanakan program
sumber informasi yang lengkap dan benar pelayanan yang telah disusun dan
terkait diri anak dalam usaha intervensi direncanakan
perilaku anak 3. Bekerjasama dan melakukan evaluasi terkait
4. Sebagai guru (as teacher), yaitu sebagai program pelayanan yang dilakukan
pendidik bagi anak di luar jam sekolah dan (Wiryadi, 2014)
dalam kehidupan sehari-hari
5. Sebagai diagnostisian (diagnosticians), yaitu
sebagai penentu karakteristik kebutuhan PENUTUP
khusus dan berkemampuan melakukan Simpulan
treatmen, terutama diluar jam sekolah Berdasarkan pemaparan diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa peran orang tua berpengaruh besar
Peran orang tua yang begitu besar dalam pendidikan terhadap pendidikan anak berkebutuhan khusus. Orang
juga jelaskan oleh Sunardi dan Sunaryo (dalam Rani & tua berperan sebagai 1) pendamping utama, 2) advokat, 3)
Jauhari, 2018) yang menyatakan bahwa kurang resource, 4) guru, dan 5) diagnostisian bagi anak
optimalnya tumbuh kembang anak dan krisisnya berkebutuhan khusus. Begitu pula dengan peran guru
psikologis serta sosial anak dikarenakan kurang tegasnya disekolah yang 1) melakukan penyusunan instrumen
orang tua dalam membina, melaksanakan fungsi, peran, asesmen bersama dengan guru kelas dan guru mata
dan tanggung jawabnya selaku dasar pijakan pelajaran, 2) berkoordinasi dengan guru, pihak sekolah,
perkembangan anak. Sebagian besar waktu anak dan orang tua peserta didik, 3) mendampingi ABK dalam
dihabiskan bersama dengan orang tua dan keluarganya, kegiatan pembelajaran bersama guru kelas/guru mata
terutama anak berkebutuhan khusus yang membutuhkan pelajaran/ guru bidang studi, 4) memberi bantuan kepada
pendampingan dan dukungan penuh dan spesifik dari anak berkebutuhan khusus yang memiliki keterbatasan
orang tua. Anak mencontoh sebagian perilaku dari orang
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas umum melakukan identifikasi anak berkebutuhan khusus
berupa remdi atau pengayaan, 5) memberikan bimbingan di sekolah dasar penyelenggara pendidikan inklusi.
secara berkala dengan membuat cacatan khusus kepada
Yogyakarta State University.
anak berkebutuhan khusus saat mengikuti kegiatan
pembelajaran yang bisa dipahami ketika pergantian guru Hidayati, N. (2011). Dukungan sosial bagi keluarga anak
terjadi, dan 6) berbagi informasi dan bantuan kepada guru berkebutuhan khusus. INSAN, 13(1), 12–20.
kelas dan/atau guru mata pelajaran agar mereka dapat
Lattu, D. (2018). Peran guru bimbingan dan konseling
memberikan pelayanan pendidikan yang sesuai bagi anak-
anak berkebutuhan khusus. pada sekolah penyelenggara pendidikan inklusi.
Peran guru dan orang tua saling berkaitan antara Jurnal Bimbingan Dan Konseling Terapan, 2(1).
satu dengan yang lain, saling melengkapi dan membantu
Pratiwi, J. C. (2015). Sekolah inklusi untuk anak
dalam pencapaian keberhasilan proses pembelajaran anak
berkebutuhan khusus disekolah inklusi. Orang tua berkebutuhan khusus: tanggapan terhadap
berperan sebagai guru diluar jam sekolah, dan guru tantangan kedepannya. Seminar Nasional Ilmu
berperan sebagai orang tua peserta didik disekolah Pendidikan UNS 2015.

Saran Rani, K., & Jauhari, M. N. (2018). Keterlibatan orangtua


Anak berkebutuhan khusus tidak sepantasnya dalam penanganan anak berkebutuhan khusus.
mendapat diskrimasi dari lingkungan sekitar, karena pada Jurnal Abadimas Adi Buana, 2(1), 55–64.
dasarnya semua manusia sama, tidak ada yang terlahir
Wiryadi, S. S. (2014). POLA ASUH ORANGTUA
sempurna, terdapat kelebihan dan kekurangan dari
masing-masing individu. Anak berkebutuhan khusus juga DALAM UPAYA PEMBENTUKAN
memiliki kemampuan, bakat, dan minat yang patut KEMANDIRIAN ANAK DOWN SYNDROME X
didukung dan dikembangkan dengan bantuan pendidik,
KELAS D1/C1 di SLB NEGERI 2 PADANG.
orang tua, sekolah,dan lingkungan sekitarnya. Oleh karena
itu, penting bagi kita semua memahami makna sebenarnya Jurnal Penelitian Pendidikan Khusus, 3(3).
dibalik ungkapan anak berkebutuhan khusus yang selama Zakia, D. L. (2015). Guru Pembimbing Khusus (Gpk):
ini dipandang sebagai orang yang memiliki kekurangan
Pilar Pendidikan Inklusi. Seminar Nasional Ilmu
(cacat) dan seringkali dirundung. Perspektif negtaif
terhadap penyandang disabilitas atau anak berkebutuhan Pendidikan UNS 2015.
khusus perlu diubah
Begitu pentingnya peranan seorang guru dan
orang tua dalam menangani permasalahan seperti ini,
apalagi dalam konteks pendidikan. Seorang guru dan
orang tua juga perlu melakukan asesmen atau identifikasi
dini terlebih dahulu sebelum melakukan tindak lanjut
terhadap anak berkebutuhan khusus agar kemampuan,
bakat, dan minat anak berkebutuhan khusus dapat
berkembang secara optimal.

DAFTAR PUSTAKA
Amin, B. (2015). Peran Orang Tua Dalam Pendidikan
Inklusif (Peran Orang Tua Anak Berkebutuhan
Khusus Dalam Konteks Sekolah Inklusi). Unisa.
Ariastuti, R., & Herawati, V. D. (2016). Optimalisasi
peran sekolah inklusi. Jurnal Pengabdian Pada
Masyarakat, 1(1), 38–47.
Desiningrum, D. R. (2017). Psikologi anak berkebutuhan
khusus. psikosain.
Hermanto, H. (2008). Kemampuan guru dalam

Anda mungkin juga menyukai