TEORI EKONOMI
“Hubungan Pasar Barang, Pasar Uang, Pasar Tenaga Kerja, Pasar Luar Negeri dalam
Makro Ekonomi, Teori Klasik dan Teori Keynest, serta Perekonomian 2 & 3 Faktor ”
Dosen Pengajar:
Disusun Oleh:
MANADO
2019
A. Jenis-Jenis Pasar dalam Makro-Ekonomi
1. Pasar Uang
Secara umum, pasar uang adalah tempat diperdagngkannya dana-dana atau surat-surat
berharga yang mempunyai jangka waktu jatuh tempo kurang dari satu tahun (jangka pendek).
Fungsi pasar uang adalah sebagi sarana alternatif, khususnya bagi lembaga-lembaga keuangan,
perusahaan-perusahaan non keuangan dan peserta lainnya untuk memenuhi kebutuhan dana
jangka pendeknya maupun untuk menempatkan dana atas kelebihan likuiditasnya. Yang
dimaksud dengan kelebihan likuiditas adalah lembaga keuangan yang mempunyai kelebihan
dana dalam bentuk dana segar, baik berupa kas maupun dalam bentuk-bentuk suarat-surat
berharga dengan jangka waktu satu tahun.
Macam-macam transaksi yang terjadi pada pasara uang antara lain adalah:
4) Sertifikat Deposito
Sertifikat deposito merupakan semacam surat berharga yang dikeluarkan oleh Bank dalamnilai
nominal tertentu sebagai suart atas unjuk.
Dalam kegiatan sehari-hari, pasar modal biasa dikenal bursa efek. Transkasi jula beli
dalam perdagangan di bursa efek menggunakan jasa perantara (makelar atau komisioner).
Pelaku pasar modal antara lain adalah :
1) Emiten, yaitu pihak yang melakukan emisi atau menawarkan efek untuk dijual atau
diperdagangkan.
2) Perushaan efek, yaitu perusahaan yang telah memperoleh izin usaha dari Badan
Pelaksanaan Pasar Modal untuk menjalankan suatu atau beberapa kegiatan seabagai
penjamin emisi efek, perantara, perdagangan efek, manajer investasi, atau penasihat
investasi.
3) Perusahan publik, yaitu sahamnya dimiliki oleh lebih dari 100 orang pemegang saham
dan mempunyai modal disetor sekurang-kurangnya Rp 2 miliar.
4) Reksadana (invesment fund), yaitu kegiatan utamanya melakukan investasi
Esensi dari teori makro klasik adalah bahwa: suatu perekonomian lassez faire
mempunyai kemampuan untuk menghasilkan tingkat kegiatan (GDP) yang full employment
secara otomatis. Pada suatu waktu tertentu GDP mungkin berada di bawah atau di atas tingkat
full employment, tetapi kemudian akan segera kembali ke tingkat full employment. Campur
tangan pemerintah untuk mempengaruhi tingkat kegiatan ekonomi dalam jangka pendek adalah
tidak perlu.
Hukum Say mengatakan bahwa “supply creates its own demand”, berdasarkan logika
bahwa setiap proses produksi mempunyai dua akibat:
Jadi secara total di dalam suatu masyarakat pada suatu waktu selalu terdapat cukup
penghasilan untuk dibelanjakan pada hasil-hasil produksinya. Kekurangan permintaan akan suatu
barang tertentu masih bisa terjadi, tetapi bahwa secara agregat permintaan masyarakat tidak
cukup untuk membeli hasil-hasil produksinya sendiri adalah tidak masuk akal.
Kelebihan produksi secara umum adalah tidak mungkin. Harga-harga cukup fleksibel
untuk menampung tarik menarik permintaan dan penawaran, maka bila seandainya barang A
yang telah diproduksi tidak bisa terjual, mekanisme harga akan mengakibatkan harga barang A
turun, dan akan mengakibatkan sesuai dengan hukum permintaan, kenaikan dari jumlah barang
A yang diminta konsumen. Kalau harga barang A cukup fleksibel, maka harga tersebut akan
terus turun sampai semua kelebihan produksi barang A habis terjual. Perekonomian sekali lagi
ada pada posisi keseimbangan antara permintaan dan penawaran baik secara makro maupun
secara mikro (full employment). Jadi bagi suatu perekonomian (laissez faire) posisi di luar posisi
keseimbangan ini selalu merupakan keadaan sementara saja. Posisi keseimbangan (full
employment) inilah yang merupakan posisi yang “normal” bagi perekonomian.
Upah
S
F
W1
W2 D1
D2
Orang
O
NU NF
Gambar 2.1. Teori Klasik : Pasar Tenaga Kerja
Sumbu vertikal menunjukkan tingkat upah riil, sumbu horizontal menunjukkan jumlah
orang yang bekerja di dalam satu masyarakat. D1 adalah kurva permintaan akan tenaga kerja
(total dari kebutuhan oleh produsen-produsen dan pemerintah). S adalah kurva penawaran
tenaga kerja yang menunjukkan berapa orang yang bersedia bekerja pada berbagai tingkat upah
riil. F menunjukkan jumlah angkatan kerja, yaitu semua orang yang mampu dan bersedia
bekerja. Pada posisi ini perekonomian berada pada full employment, di mana seluruh angkatan
kerja yang bersedia bekerja dapat bekerja. Kalau suatu waktu produsen mengurangi produksinya
(karena barang banyak yang belum laku), maka kurva permintaan akan tenaga kerja akan
bergeser ke kiri menjadi D2. Tingkat upah yang berlaku turun dari w1 ke w2, dan jumlah orang
yang bekerja turun dari NF ke NU. NF dikurangi NU adalah jumlah orang yang tidak bekerja, dan
mereka menganggur secara sukarela karena tidak mau bekerja pada tingkat upah yang baru (w2).
Bila harga-harga barang sudah saling menyesuaikan maka semua barang akan terjual dan tingkat
produksi menjadi “normal” kembali, sehingga D2 bergeser kembali ke D1. Akibatnya posisi full
employment tercapai kembali, dan sekali lagi semua yang ada di angkatan kerja bias bekerja,
pada tingkat upah riil lama (w1).
3. Pasar Uang
Di pasar uang permintaan akan uang bertemu dengan penawaran akan uang. Mengenai
permintaan akan uang, kaum klasik mempunyai suatu teori yang cukup terkenal, yang
dinamakan Teori Kuantitas. Teori Kuantitas mengatakan bahwa masyarakat memerlukan uang
tunai untuk keperluan transaksi tukar-menukar mereka (misalnya jual beli barang dan jasa).
Menurut kaum klasik, karena uang tidak bisa menghasilkan apa-apa kecuali mempermudah
transaksi, maka uang akan diminta oleh masyarakat sejumlah yang tidak lebih dari apa yang
dibutuhkan oleh masyarakat untuk “membiayai” proses transaksi mereka. Jadi semakin banyak
transaksi yang dilakukan semakin banyak uang tunai yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Volume transaksi tersebut tergantung pada dua hal, yaitu : volume barang/jasa yang
diproduksi oleh masyarakat (diukur dengan GDP riil atau GDP pada harga konstan), dan tingkat
harga umum. Semakin besar GDP semakin banyak transaksi yang diharapkan untuk
dilaksanakan oleh para anggota masyarakat. Semakin tinggi harga-harga barang, semakin besar
uang tunai yang dibutuhkan untuk menutup setiap transaksi.
dimana:
k = suatu konstanta, Q = GDP dengan harga konstan , P = tingkat harga umum (rata-rata).
Mekanisme pasar akan menyamakan penawaran akan uang dengan permintaan akan uang,
sehingga :
Ms = Md = kPQ
Persamaan ini bisa ditafsirkan, bahwa kalau volume uang yang beredar (Md) ditambah dengan,
misalnya 10%, maka tingkat harga umum (P) akan naik dengan 10% pula, kecuali bila k dan Q
berubah (yang dalam jangka pendek dianggap tidak berubah).
Secara ringkas: pasar uang mempertemukan permintaan akan uang (teori Kuantitas) dan
penawaran akan uang. Selanjutnya permintaan dan penawaran akan uang ini menentukan
tingkat harga umum.
Sistem Standar Emas, yaitu sistem di mana uang dalam negeri dijamin penuh dengan emas.
Artinya setiap satuan uang tersebut selalu bias ditukarkan dengan emas murni seberat x gram
pada Bank sentral.
Standar Kertas dan Kurs Devisa yang Fleksibel. Sistem keuangan dalam negeri mengikuti
standar kertas, yaitu menggunakan uang kertas yang tidak dijamin dengan emas (seperti
rupiah sekarang), tetapi di samping itu juga menganut sistem kurs devisa yang mengambang.
Mengambang ini adalah bahwa pemerintah tidak menentukan kurs atau paritas (perbandingan
pertukaran) antara satu rupiah dengan, misalnya dollar, atau mata uang asing lainnya. Kurs
rupiah terhadap mata uang asing manapun dibiarkan untuk naik turun secara bebas sesuai
dengan tarik-menarik kekuatan-kekuatan pasar devisa.
Untuk menerangkan pendapat Keynes, misalnya dalam perekonomian hanya ada dua
sektor: sektor rumah tangga dan sektor produsen. Daya beli sektor rumah tangga sebagian
ditabung di lembaga keuangan. Hanya apabila tabungan tersebut dipinjamkan kepada sektor
produsen untuk membiayai investasi mereka, maka daya beli tersebut menjadi permintaan efektif
di pasar barang. Kalau misalnya para produsen hanya mau mempergunakan separuh dari
tabungan tersebut, maka ini berarti bahwa permintaan efektif di pasar barang berjumlah kurang
dari nilai keseluruhan output yang ditawarkan di pasar tersebut. Dengan kata lain tidak semua
barang yang diproduksi akan terbeli.
Menurut Keynes, keputusan pengeluaran konsumsi rumah tangga cukup stabil dan
biasanya hanya berubah apabila tingkat pendapatan rumah tangga berubah. Menurut Keynes,
yang sulit diterka adalah perilaku produsen dalam pengeluaran investasinya, sehingga gejolak
pengeluaran investasi inilah yang sangat menentukan gejolak GDP dan kesempatan kerja.
Apabila pengeluaran investasi yang diinginkan para produsen ternyata lebih besar
daripada dana yang ditabung oleh sektor rumah tangga, maka ini berarti bahwa permintaan
efektif lebih besar daripada nilai output yang tersedia. Berapa besar kelebihan permintaan efektif
ini akan mengakibatkan kenaikan GDP dan berapa besar akan mengakibatkan kenaikan harga,
tergantung pada tersedianya kapasitas produksi yang belum terpakai dalam masyarakat. Bila
masih cukup banyak kapasitas produksi yang belum bekerja secara penuh, maka kelebihan
permintaan efektif akan menaikan produksi (GDP) pada periode berikutnya tanpa menaikkan
harga-harga. Tetapi apabila kapasitas produksi sudah dalam pengerjaan penuh, maka kelebihan
permintaan efektif tersebut tidak bisa diimbangi dengan kenaikan produksi (GDP), sehingga
kelebihan permintaan seluruhnya akan mengakibatkan kenaikan harga-harga (inflasi).
2. Pasar Uang
Pasar uang adalah pertemuan antara permintaan dan penawaran akan uang. Permintaan
akan uang adalah kebutuhan masyarakat akan uang tunai untuk menunjang kegiatan
ekonominya. Sedangkan penawaran akan uang adalah jumlah uang yang disediakan oleh
pemerintah dan bank-bank, yaitu seluruh uang kartal dan uang giral yang beredar.
Menurut Keynes, permintaan akan uang bersumber pada 3 macam kebutuhan akan uang :
(a) kebutuhan transaksi, (b) kebutuhan berjaga-jaga, (c) kebutuhan spekulasi. Ketiga macam
kebutuhan ini disebut 3 motif (alasan) mengapa orang memegang uang.
Permintaan akan uang untuk transaksi ditentukan oleh : (a) volume output yang
ditransaksikan (GDP riil) dan (b) tingkat harga umum. Dalam hal ini Keynes tidak berbeda
dengan Kaum Klasik. Permintaan uang untuk berjaga-jaga relatif kecil dan dalam analisa bisa
diabaikan.
Permintaan uang untuk spekulasi menurut Keynes adalah permintaan akan uang tunai
untuk tujuan memperoleh keuntungan. Caranya adalah dengan “berspekulasi” dalam pasar
obligasi (surat berharga). Apabila harga obligasi diharapkan untuk naik di masa mendatang,
maka orang akan membeli obligasi dengan uang tunainya hari ini. Ini berarti uang tunai yang
saat ini ia ingin pegang (untuk tujuan spekulasi) berkurang. Sebaliknya, apabila harga obligasi
diharapkan turun, maka permintaannya akan uang tunai saat ini bertambah (ia lebih senang
menjual obligasi yang ia pegang dan memperoleh atau memegang uang tunai sekarang).
Hubungan antara harga obligasi dan tingkat bunga yang berlaku adalah berkebalikan.
Harga obligasi naik sama saja artinya dengan tingkat bunga turun. Sebaliknnya, harga obligasi
turun berarti tingkat bunga naik. Bila harga obligasi diharapkan naik, ini berarti bahwa harga
obligasi saat ini dianggap terlalu rendah. Bila harga obligasi diharapkan turun, ini berarti bahwa
harga obligasi saat ini dirasa terlalu tinggi.
Keynes mengatakan bahwa permintaan akan uang untuk spekulasi saat ini tinggi apabila
tingkat bunga saat ini (dirasa) rendah, dan permintaan untuk spekulasi saat ini rendah apabila
tingkat bunga untuk spekulasi mempunyai hubungan yang berkebalikan dengan tingkat bunga
(saat ini). Ini adalah ini teori moneter Keynes.
Permintaan masyarakat total akan uang tunai adalah permintaannya untuk transaksi plus
permintaannya untuk spekulasi.
Md = P [k.Q + (r)]
di mana:
Md = permintaan total akan uang dalam arti riil (Liquidity Preference)
kQ = permintaan akan uang untuk transaksi dan berjaga-jaga,
(r) = permintaan akan uang untuk motif spekulasi yang dinyatakan sebagai fungsi dari tingkat
bunga yang berlaku (r).
Permintaan untuk berjaga-jaga diabaikan. Fungsi permintaan akan uang ini disebut juga
sebagai fungsi Liquidity Preference. Di pasar uang Liquidity Preference bertemu dengan
penawaran akan uang dan menentukan “harga” dari penggunaan uang, yaitu tingkat bunga.
Tingkat bunga merupakan penghubung utama antara pasar uang dengan pasar barang,
sebab tingkat bunga menentukan berapa pengeluaran investasi yang direncanakan oleh investor,
dan selanjutnya pengeluaran investasi ini menentukan tingkat permintaan agregat. Penghubung
lain antara kedua pasar ini adalah tingkat harga (P) dan output (Q), karena kedua variable ini
mempengaruhi Liquidity Preference (Md). Jadi hubungan antara kedua pasar tersebut adalah
timbal balik.
Pasar Pasar
r
Barang Uang
P, Q
Kasus hambatan yang sering adalah adanya ketegaran tingkat upah (nominal) untuk
turun, meskipun pada masa depresi dan pengangguran masal. Dari segi kebijaksanaan, konsepsi
Keynes menyarankan bahwa seyogyanya pemerintah tidak mengandalkan pada proses alamiah
dari kaum Klasik. Untuk membawa perekonomiannya ke posisi full empoyment, pemerintah
harus aktif melakukan sesuatu, dan bukanya hanya menunggu bekerjanya proses alamiah
tersebut. Satu tindakan yang bisa uang diambil pemerintah dalam menghadapi keadaan depresi
dan pengangguran adalah meningkatkan pengeluaran pemerintah (G). Kenaikan G melalui
proses multiplier akan menaikkan permintaan agregat (Z).
Pada kasus sebaliknya, Z naik, maka tindakan pemerintah adalah menurunkan G melalui
misalnya pengurangan pos-pos pengeluaran pemerintah (APBN), dan dapat diperkuat dengan
menaikkan pajak dan tingkat bunga.
Keterangan:
Garis (a), sektor rumah tangga konsumen akan memberikan faktor produksi seperti tanah,
tenaga kerja, modal atau keahlian pada perusahaan.
Garis (b), sebagai balasan atas faktor produksi yang diberikan oleh sektor rumah tangga,
maka sektor perusahaan akan memberikan balas jasa berupa sewa untuk tanah, upah atau gaji
bagi tenaga kerja, bunga atau sewa untuk modal dan keuntungan bagi keahlian.
Garis (c), setelah sektor rumah tangga memperoleh balas jasa atas faktor produksi yang
mereka jual kepada perusahaan, maka sektor rumah tangga memiliki pendapatan yang siap
untuk dibelanjakan (yaitu pendapatan setelah dikurangi tabungan dan pajak) pada sektor
perusahaan, berupa pembelian barang dan jasa.
Garis (d), kemudian sektor rumah tangga produsen akan menyerahkan barang dan jasa
tersebut kepada sektor rumah tangga konsumen.
E. Perekonomian Tiga Sektor ( Ekonomi Tertutup)
Perekonomian tiga sektor terdiri atas rumah tangga konsumen, rumah tangga produsen,
dan pemerintah. Peran pemerintah di sini adalah sebagai pengatur, sebagai produsen, sekaligus
sebagai konsumen. Besar kecilnya peran pemerintah dalam perekonomianitu sendiri sangat
tergantung pada sistem ekonomi yang dianut.
Anak panah yang menuju ke rumah tangga, pasar faktor produksi, perusahaan, serta pasar
barang dan jasa berarti pengeluaran pemerintah. Pengeluaran pemerintah tersebut dapat
berupa gaji, pembuatan prasarana,subsidi, serta pembelian barang dan jasa.