Anda di halaman 1dari 34

AKADEMI REFRAKSI OPTISI GAPOPIN

PENYETELAN FRAME NYLON SUPRA


AKIBAT ASIMETRIS LIPATAN GAGANG

Karya Tulis Ilmiah


Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Diploma III
Ahli Madya Refraksi Optisi

AGUS SUPRIYADI
NIM : 15.003

PROGRAM DIPLOMA III

KESEHATAN REFRAKSI OPTISI

JAKARTA

SEP 2018
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya Tulis ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang
dikutip maupun di rujuk telah saya nyatakan dengam benar.

Nama : AGUS SUPRIYADI

Nim : 15.003

Tanda Tangan :

Tanggal : 21 Sep 2018


AKADEMI REFRAKSI OPTISI

GAPOPIN

HALAMAN PERSETUJUAN

Nama : AGUS SUPRIYADI

NIM : 15.003

Tahun akademi : 2017/2018

Mata Ujian Karya Tulis : Klinik Optik II

Judul Karya Tulis Ilmiah : PENYETELAN FRAME NYLON SUPRA


AKIBAT ASIMETRIS LIPATAN GAGANG

Disetujui oleh,

Pembimbing Materi dan Teknis

M.W.BUDIANA , A.Md.RO,SKM.,MM

Jakarta , 21 Sep 2018

Diketahui

Akademi Refraksi Optisi


GAPOPIN

M.Wahyu Budiana RO.,SKM.,MM

Direktur
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : AGUS SUPRIYADI

NIM : 15.003

Tahun akademi : 2017/2018

Mata Ujian Karya Tulis : Klinik Optik II

Judul Karya Tulis Ilmiah : PENYETELAN FRAME NYLON SUPRA


AKIBAT ASIMETRIS LIPATAN GAGANG

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai salah satu
persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh Gelar Ahli Madya Refraksi Optisi, Akademi
Refraksi Optisi-Gapopin.

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : M.W. BUDIANA.,RO.,SKM.,MM ( ………………………. )

Penguji : Bunyamin RA , A.Md.RO,SE.,MM ( ………………………. )

Penguji : Opep CN , A.Md.RO,SKM.,MM ( ....................................... )

Ditetapkan di : Jakarta

Tanggal : 18 Juni 2018


HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

KARYA TULIS ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Akademi Refraksi Optisi – Gapopin, saya yang bertanda tangan di bawah
ini :

Nama : AGUS SUPRIYADI

NIM : 15.003

Tahun akademi : 2017/2018

Mata Ujian Karya Tulis : Klinik Optik II

Akademi : Akademi Refraksi Optisi – Gapopin

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui untuk memberikan kepada


Akademi Refraksi Optisi – Gspopin Hak Bebas Royalti Noneksklusif ( Non-exclusif
Royalty Free Right ) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

PENYETELAN FRAME NYLON SUPRA AKIBAT ASIMETRIS LIPATAN


GAGANG

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif
ini Akademi Refraksi Optisi – Gapopin berhak menyimpan,
mengalihmediakan/memformat-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database) ,
merawat, dan mempublikasikan Karya Tulis Ilmiah saya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis / pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya

Dibuat : Jakarta

Pada Tanggal : 21 Sep 2018

Yang menyatakan

AGUS SUPRIYADI
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

Memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya


Tulis Iilmiah ini. Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Diploma III Ahli Madya Refraksi Optisi GAPOPIN.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari ber bagai pihak , dari
masa perkuliahan samapai pada penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini,sangatlah sulit
bagi penulis untuk menyelesaikan Karya Tulius Ilmiah ini.

Dengan hormat saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Kepada
Bapak M. Wahyu Budiana RO.,SKM.,MM selaku pimpinan institusi .Bapak M.
Wahyu Budiana RO.,SKM.,MM selaku Dosen pembimbing yang telah mediakan
waktu,tenaga serta pikiran guna mengarahkan penulis dalam penyusunan Karta
Tlis Ilmiah ini. Para Staf Dosen Akademi Refraksi Optisi Gapopin dan juga Staf
Admistrasi yang telah memberikan informasi dan materi demi kelancaran
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. Terima kasih kepada kedua orang tua besrta
seluruh keluarga penulis yang telah memberikan bantuan serta dukungan baik
motil maupun materil . Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada
rekan- rekan mahasiswa/mahasiswi angkatan XX IV {dua puluh empat}Akademi
Refraksi Optisi – Gapopin serta kepada semua pihak yang turut membantu dalam
penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini yang tidak penulis sebutkan satu persatu
namanya namun tidak mengurangi rasa hormat penulis.

Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu dan semoga Karya Tulis Ilmiah ini
membawa manfaat bagi perkembangan ilmu khususnya di bidang optic.

Penulis

2018
ABSTRAK

Nama : AGUS SUPRIYADI

Mata Ujian Karya Tulis : Klinik Optik II

Judul Karya Tulis Ilmiah : PENYETELAN FRAME NYLON SUPRA


AKIBAT ASIMETRIS LIPATAN GAGANG

Frame merupakan bagian dari kaca mata yang membingkai lensa berisi resep dan

Menempatkan di depan mata pada posisi yang seharusnya untuk mendapatkan

Kenyamanan pemakaian diperlukan penyetelan ketidaksejajaran Tempel Fold

Menggunakan metode depkriptif dan keputakaan salah satunya karya Jeneane

Carlton dengan bukunya “ Frame And Lenses “ yaitu tentang penyetelan Frame

KonstruksiNylon Supra .Dengan penyetelan pada ketidaksejajaran temple fold

Frame nylon supra menghasilkan kaca mata yang nyaman digunakan pemakai.

Kata kunci : ketidaksejajaran, Temple, Fold,Deskriptif,Nylon,Supra, Nyaman


ABSTRACT

Nama : AGUS SUPRIYADI

Mata Ujian Karya Tulis : Klinik Optik II

Title : INSTALATION TEHNIQUE OF


MISALIGMENT FOLDS HANDLE ON THE
FRAME COONTRUCTION NYLON SUPRA

Freme os of eyewear lenses that frame contain recipeand put in front of the eye in

Position misaiigment which should include the safety and comfort usage required

Adjustment temple fold caused ,discomfort of supply spectacles in this writing,

Writer use descriptive method from data of literature , one of them in thiswork of

Jenean Carlton under the chapter “ Frame and lenses “ which is : about tuning

Misalignment at temple fold nylon supra, produce : the glases comfortable on the

Users.

Key word : misalignment, Temple Fold, Descriptive, Nylon,Supra,Comfortable


DAFTAR ISI

Halaman Pernyataan Orisinalitas ................................................................................................. i

Halaman Persetujuan.................................................................................................................... ii

Halaman Pengesahan ................................................................................................................... iii

Halaman Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya Tulis Ilmiah................................................... iv

Untuk Kepentingan Akademis...................................................................................................... v

Kata pengantar ............................................................................................................................ vi

Absrak........................................................................................................................................... vii

Daftar isi...................................................................................................................................... x

Daftar Gambar............................................................................................................................... xi

Daftar Lampiran............................................................................................................................ xii

PENDAHULUAN........................................................................................................................ 1

A. Latar Belakang Penulisan...................................................................................... 1


B. Alasan Pemilihan judul......................................................................................... 2
C. Metode Pengumpulan Data................................................................................... 3
D. Sistematika Penulisan ........................................................................................... 3

BAB I TINJAUN UMUM...................................................................................................... 5

A. Definisi Tehnik..................................................................................................... 5
B. Definisi Penyetelan kaca mata.............................................................................. 7
C. Frame.................................................................................................................... 16
D. Temple.................................................................................................................. 24
E. Definisi Frame Nylon Supra................................................................................. 28
F. Tehnik Penyetelan kesejajaran Temple Fold pada Nylon Supra .........................

BAB II MASALAH MASALAH YANG TIMBUL PADA FRAME NYLON SUPRA......... 30

A. Kedudukan Bingkai Kacamata Tinggi Sebelah Pada Saat Dipakai ................... 30


B. TimbulnyaRasa Sakit Pada Saat Salah Satu Telinga Pasien Akibat Tekanan Bend
Down..................................................................................................................... 32
C. Lensa Cacat Akibat Kesalahan Penyatelan End Piece........................................ 33
D. Benang Nylon Putus Akibat Tekanan Pada Proses Penyetelan End Piece ........ 33
E. Kesulitan Pada Penyimpanan Kacamata Dalam Kotak Kacamata Akibat
Ketidaksejajaran Lipatan Temple.......................................................................... 34
F. Tidak Tersedianya Peralatan Pada Penyetelan Ketidaksejajaran Lipatan Temple
Frame Nylon Supra............................................................................................... 35
G. Masalah Ketrampilan Petugas Yang Melakukan Penyetelan ............................... 35
H. Masalah Penerapan Tehnik Penyetelan ................................................................ 36
I. Masalah Yang Diakibatkan Oleh End Piece......................................................... 36

BAB III PENANGANAN MASALAH AKIBAT KETIDAKSEJAJARAN TEMPLE FOLD


( LIPATAN GAGANG ) PADA FRAME NYLON SUPRA....................................................... 37

A. Kedudukan Bingkai Kacamata Tinggi Sebelah Saat dipakai.............................. 37


B. Timbulnya Rasa Sakit Pada Salah Satu Telinga Pasien Akibat Tekanan
Tekanan Bend Down............................................................................................. 39
C. Lensa Cacat Akibat Kesalahan Penyetelan End Piece....................................... 40
D. Benang Nylon Putus Akibat Tekanan Pada Proses Penyetelan End Piece....... 40
E. Kesulitan Pada Penyimpanan Kacamata Dalam Kotak Kacamata Akibat
Ketidaksejajaran Lipatan Temple........................................................................ 41
F. Tidak Tersedianya Peralatan Pada Penyetelan Kesejajaran Lipatan Temple
Frame Nylon Supra .............................................................................................. 41
G. Ketrampilan Petugas Yang Melakukan Penyetelan ............................................. 41
H. Penerapan Tehnik Penyetelan Masalah Yang Diakibatkan Oleh End Piece. . . 42
I. Yang Diakibatkan End Piace................................................................................ 42

BAB IV PENUTUP.................................................................................................................... 44

A. Kesimpulan .......................................................................................................... 44

B. Saran..................................................................................................................... 44

DAFTAR REFERENSI............................................................................................................... 46
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Segitiga Stimson…………………………………………………………… 14

Gambar 2 Front………………………………………………………………………………… 20

Gambar 3 Bridge………………………………………………………………………. 21

Gambar 4 End Piece…………………………………………………………………... 22

Gambar 5 Nose Pad…………………………………………………………………… 23

Gambar 6 Engsel……………………………………………………………………… 23

Gambar 7 Temple……………………………………………………………………... 24

Gambar 8 Lipatan Temple……………………………………………………………. 27

Gambar 9 Tang angling pliers………………………………………………………... 29

Gambar 10 Tang Griping pliers……………………………………………………….. 29

Gambar 11 Kerataan Horizontal………………………………………………………. 37

Gambar 12 Shank……………………………………………………………………… 38

Gambar 13 Mengatur Sudut Phantoscopic…………………………………………….. 39


DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Ilustrasi Kasus ................................................................................................................. 47


PENDAHULUAN

Perkembangan tehnologi di bidang kacamata dewasa ini memperlihatkan kemampuan yang pesat,
baik itu dari segi tehnologi pembuatan lensa maupun pembuatan fremnya sehingga kacamata tidak
hanya digunakan karna dapat memperbaiki ketajaman penglihatan seseorang namun daoat pula
digunakan sebagai nilai tambah dari segi mode.

Untuk mengimbangi perkembangan teknologi yang semakin maju ini, diperlukan banyak tenaga
ahli refraksionis optisien yang handsal dan professional dalam melayani masyarakat .hal ini sesuai
dengan keputusan menteri kesehatan RI No.1424/MENKES/SK/XI/2002, yang menerangkan bahwa
:Refraksionis Opisien adalah tenaga kesehatan yang telah lulus pendidikan berdasarkan perundang-
undangan yang berlaku yang berwenang melakukan pemeriksaan mata dasar,pemeriksaan refraksi,
menetapkan hasil refraksi dan membuat lensa kacamata atau lensa kontak.

Kacamata terdiri dari sebuah bingkai (frame) dan sepasang lensa yang terpasang tepat pada frame
nya seedangkan fungsi utamanya sebagai alat bantu dalam memperbaiki ketajaman penglihatan
seseorang baik itu akibat kelainan refraksi (Myopia,Hypernetropia, Astigmat ) maupun kelainan
akomodasi (Presbyopia).untuk kelainan refrasi hanya dapat menimpa kepada manusia tergantung
dari berbagai macam factor yang dapat mengakibatkannya brebeda dengan presbyopia yang
merupakan kelainan.
4.Temple Tip,lekukan temple tip harus semetris antara kanan dan kiri, baik start
tekukanya,lengkungannya arah ke dalamnya.

5. Frame dan lensa harus bersih

6. Sudut Pantoscopic atau pantoscopic harus simetris dengan besaran antara 4 o - 180.

7. Nosepad harus semetris baik secara frontal ,vertical dan horizontal semua harus simetris.\

Temple tip, lekukan temple tip harus simetris antara kanan dan kiri, baik tekukannya,
lengkungannya, arah kedalamnya

B.PENYETELAN KACAMATA

Dalam tujuan memperoleh kenyamanan dalam pemakain kacamata sangat diperlukan penyetelan
posisi kacamata. Penyetelan dilakukan baik sebelum digunakan oleh pemakai kacamata maupun
dilakuakn agar sesuai dengan keinginan serta sesuai dengan wajah pasien.

Menurut Merriam – Webster Dictionary pngertian Fitting adalah sebagai berikut ;

“Definition of fitting of a kind appropriate to the situation suitable “

“Definisi dari fitting : penyesuaian dari berbagai macam keadaan cocok / sesuai .“ ..................

Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa fitting mengandung pengertian suatu cara atau metode
dan seni memilih dan menyesuaikan kondisi
Kacamata yang dipilih diatur sedemikian rupa sehingga keadaannya sesuai dengan keadaan wajah
pemakai kacamat

1.Definisi Penyetelan Standar

Penyetelan Standar adalah penyetelan kacamata yang bertujuan untuk mensejajarkan bingkai dan
juga mempermudah dalam penyetelan adaptasi sesuai dengan standar yang telah ditentukan.

“Standar penyetelan ialah proses manipulasi bingkai ke bentuk yang ditentukan pabrik. In dilakukan
sebelum bingkai dipasang ke pasien . biasanya pertama – tama oleh pabrik frame dan setelah itu
dikerjakan oleh laboratorium lensa setelah lensa difitting ke bingkai.”

Bagaian Bingkai kacamata Yang Dapat Disetel Dan Fleksibilitas

a.RIM

Untiuk mendapatkan penyetelan kacamata yang tepat di wajah pemakai tanpa menimbulkan
gangguan pada pemakaian harus diketahui terlebih dahulu bagaian-bagaian yang mana yang bisa
dilakukan penyetelan dan fleksibilitas penyetelan agar resiko kegagalan dalam penyetelan dapat
ditekan sampai sekecil mungkin . Bagian – bagaian bingkai kacamata yang paling banyak dilakukan
penyetelan.

Untuk penyetelan Rim ini harus ditentukan dahulu rim tersebut termasuk tipe yang
mana.sebagaimana yang kita ketahui rim ini terbagi atas tipe –tipe yaitu ; Full rim, Semi rimless dan
rimless. Tindakan penyetelan tentunya berbeda –beda pada ketiga kacamata tersebut pada
umumnya
Penyetelan yang dilakukan adalah untuk mencegah lensa terputas di dalam rim sehingga posisinya
berbeda dengan ukuran rim dan terjadinya efek prisma, efek silinder serta tergantung pada jenis
lensa yang dipakai dan bingkainya .untuk lensa yang terputar pada bingkai plastic tidak ada masalah
karena lensa akan memenuhi bentuk rim pada bingkai .Plastic dan penyetelannya dilakukan dengan
bantusn alat pemanas atau heater sampai suhu tertentu .kemudian lensa diputar samapai posisi
yang tepat. Untuk lensa yang yang diputar pada bingkai metal mempunyai resiko pecah yang lebih
besar dibandingkan pada bingkai plastik. Pada saat penyetelan, lensa harus dilepaskan terlebih
dahulu dari rim ,kemudian dilakukan oenyetelan pada rim . setelah posisinya benar barulah lensa
dapat dipasang kembali.

b. BRIDGE

BRIDGE merupakan penghubung anatara rim kanan dan kiri. Dalam penyetelan yang benar dan
standart bridge dapat diatur penyesusiannya yaitu untuk ;

1) Memperlebar atau Mempersempit yang dengan sendirinya akan mempengaruhi jarak antara
nosepad dan rim.
2) Mensejajarkan bidang kedua rim pada bingkai atau menghilangkan ketidaksejajaran antara
varian plane.
3) Mengatur sudut face form
4) Menyamakan kemiringan rim atau menghilangkan ketidaksejajaran skewed bridge.
Fleksibilitas penyetelan pada bagaian ini sangat tergantung pada jenis bingkai yang dipakai
dan biasanya jarang disetelkan bila sudah standar .

Bridge dipilih berdasarkan lebarnya atau jarak antara lensa terhadap posisi nosepad dan posisi
bridge serta tipe bridge.

c. Nose pad

Nose pad pada bingkai plastik dan metal sanagat berbeda. Pada binkai plastik nosepad hanya
berupa bagain rim yang dibuat melebar dengan permukaan datar, agak sedikit menonjol dan
biasanya jarang disetel . nose pad pada bingkai metal mempuyai tungkai atau guard arm yang dapat
ditekuk dengan menggunakan tang agar sesuai dengan hidung pemakai. Tujuan penyetelan nose
pad adalah sebagai berikut :

1) Memperlebar dan meperkecil jarak antara kedua nose pad yang akan mempengaruhi tinggi
bingkai yang perpasang di wajah pemakai tanpa merubah jarak lensa dan dapat
mempengaruhi jarak vertex.
2) Menggeser kedua nose pad ke kanan dan kekiri untuk menggeser bingkai kacamata kekanan
atau kekiri.
3) Mengatur posisi permukaan nose pad keatas dan kebawah untuk menggesr posisi kacamata
ke atas dan kebawah
4) Mengatur posisi permukaan nose pad agar datar terhadap terhadap permukaan hidung yang
mempengaruhi daya tahan beban kacamata terhadap hidung pemakai
5) Menambah atau mengurangi panjang efektif tangan nose pad untuk memperlebar atau
memperkecil jarak lensa mata. Fleksibilitas penyetelan nosepad tergantung pada panjang
,bentuk kontruksi
Mutu guard arm nya Guard arm yang bermutu jelek sukar distel atau mudah patah dan ukuran pad
nya juga berbeda. Semakin besar semakin baik pula kemampuannya menahan beban kacamata.
Hubungan nosepad dengan guard armnya bermacam –macam mulai dari yang tetap sampai yang
berengsel. Nosepad yang berengsel akan lebih mudah disetel untuk mengikuti bentuk –bentuk
hidung pemakai kontruksi guard arm yang seperti huruf S lebih mudah dan fleksibel untuk disetel
dari pada yang berbentuk huruf U.

d. Endpiece

Endpiece merupakan tempat engsel melekat pada bingkai bagain depan .penyetelan endpiece ini
bertujuan untuk memperbesar atau memperkecil antara end piece dengan bingkai depan. Hal ini
dapat mempengaruhi pad sudut panstoscopic. Fleksibilitas penyetelan pada bagian ini akan lebih
mudah bila mempunyai end piece yang cukup panjang.penyetelan end piece pada bingkai plastic
harus dengan pemanasan yang cukup dan jangan sampai mempengaruhi pada bagaian rimsehingga
lensa menjadi mudah lepas dari rim.

e. Engsel

Engsel merupakan bagaian dari bingkai kacamata yang menghubungkan temple dengan rim.
Penyetelan pada engsel dapat mempengaruhi posisi temple pada kacamata yaitu meliputi ;

1) Memperbesar dan memperkecil sudut samping temple


2) Memperbesar dan memperkecil sudut lipatan Engsel .Engsel yang selalu terdiri dari cicin
engsel,baut engsel baja,ada pula bingkai yang engselnya mempunyai permukaan engsel
dapat dikikir untuk memperlebar bukaan temple dalam penyetelan pada engsel harus hati –
hati dan jangan terlalu memaksa karena fleksibilitas pada bagaian ini sangat terbatas

f. Temple

bagaian temple yang biasanya dilakukan penyetelan adalah bagaian ear piece atau bend portion
karena pada bagaian inilah yang dapat mempengaruhi kenyamanan pemakai kacamata.

Adapun tujuan penyetelan Temple untuk ketepatan dalam penyetelandijelaskan sebagai berikut

1) Penyetelan pada Ear piece untuk mendaparkan sudut lengkung telinga yang sesuai bila
dilihat bila dari samping .
2) Penyetelan pada shank untuk memdapatkan sudut lengkung kepala yang sesuai bila dilihat
dari atas.
3) Penyetelan untuk penyesuaian bentuk muka bila dilihat dari permukaan samping. Temple
pada bingkai ada beberapa macam, setelah pada ear piece juga harus mengikuti anatomi
tengkorak dan telinga fleksibilitas ear piece pada jenis comfortable lebih tinggi sedangkan
fleksibilitas skull dan library agak terbatas.

2. Definisi penyetelan adaptasi /penyesuaian

Fitting Adaptasi adalah penyetelan kacamata yang di sesuaikan dengan bentuk anatomis wajah
pemakai , keadaan kacamata mengikuti keadaan wajah pemakai.
Dalam buku karangan David McCleary yang berjudul the optician training Manual disebutkan

bahwa :

A basic goal of alladjusment is to maintain the three – point touch. No,this is not a basket ball play

“it’s haw weight of the glases is distribured across the face. There should be equal pressure and

the weight on all three points to make the most comfortable fit. Keep this in mind as we discus the

varrius ways in which glases can be.adjusted 5

Tujuan dasar dari semua penyesuaian adalah untuk mempertahankan tiga titik sentuh. Tidak, ini

bukan bermain basket, melainkan bagaimana berat kacamata didistribusikan diseluruh wajah . harus

ada tekanan yang sama dan beban pada tiga point untuk membuat yang paling nyaman dan pas.

Ingatlah ini seperti kita membahas berbagai cara dimana kacamata dapat disesuaikan.

Sebelum kacamata disetel pada wajah pemakai untuk mendapatkan penyetelan dan penyesuaian

yang baik, tentunya kacamata telah distandarkan terlebih dahulu. Bila penyetelan penyesuaian telah

dilakukan dengan baik maka kacamata tersebut barulah dapat diserahkan pada pemakai agar

kacamata yang dipakainya saat ini dapat berfungsi dengan baik dan nyaman serta meningkatkan

nilai kosmetik pemakai. Untuk meningkatkan penyetelan yang sempurna seorang penyetel dituntut

banyak mengetahui baik secara teori maupun praktek tentang prinsip-prinsip penyetelan kacamata,

langkah –langkah penyetelan, tehnik penyetelan dan penyesuaian serta pengarahan yang baik

kepada pemakai.

a.pemasangan Berdasarkan Prinsip Segitiga Stimson ;

Brooks,Cliford W. P.D. and the Irvin M. Borish dalam bukunya yang berjudul Sistem for

Opthalmic Dispensing yaitu ;


.

“when the head is held erect,approximarely two- three of the weight of the spectales should be
borne by the nose and one third by the aers”

“ketika posisi kepala lurus, maka 2/3 dari berat kacamata akan dibebankan pada hidung dan 1/3 nya
lagi pada telinga”.

gambar

Menurut konsep ini beban berat kacamata hanya boleh ditunjang pada tiga titik yaitu diatas telinga
kiri dan kanan serta pangkal hidung. Bila sudut bukaan gagang terlalu besar tentu kedua gagang
tidak akan menjepit sisi kepala, sehingga posisi kepala tidak stabil. Gagang kacamata harus lurus
dilihat dari atas. Engsel harus terpasang kuat pada gagang dan bingkai.sudut pada bingkai bridge
tidak boleh besar dari 180 derajat,makin kecil sudut face form maka efektifitas bukaan gagang
makin sempit pemasangan yang berdasarkan prinsip segitiga Stimson ini adalah untuk mendapatkan
letak posisi kacamata yang tepat sehingga garis pandang melalui pusat optic juga bisa tepat.
Disamping itu segitiga Stimson adalah untuk mendapatkan suatu kenyamanan pemakai yang lebih
baik yaitu
Kenyataan pada hidung dan telinga kenyamaan hidung dapat diperoleh dengan mengatur
kedudukan nose pad agar seluruh permukaannya menapak baik pada hidung sehingga beban dari
bingkai tersebut dapat merata sedangkan kenyamanan telinga diperoleh dengan mengatur endpiece
dan temple agar titik tekan hanya ada pada telinga bagaian atas saja. Dengan demikian bingkai
kacamata harus lurus dan stabil kedudukannya.

b. pemasangan Dengan Sudut panthoscopic

Maksud pemasangan ini adalah pemasangan bingkai kacamata harus sesuai atau cukup kemiringan
bingkai depannya tetapi bukan kemiringan yang melebihi (retroscopic) yaitu bila bagaian bawah
rim yang lebih jauh Dari bagian atas rim.

Menuurut Darryl Master dan James E. Sheedy (2008) dalam bukunya yang berjudul Introspection
to Ophthalmic Optics.

“At least some degree of panthoscopic tilt is usually desired for both optics and cosmetic”

“setidaknya berapa derajat panthoscopic tilt biasanya diinginkan untuk keduanya optic dan
kosmetik.”

Sudut panthoscopic ini dapat diperoleh dengan menyetel pada bagaian end piece dan nosepad

agar rim tidak menyentuh pipi atau alis selain itu juga untuk mendapatkan lapang pandang yang
luas.sudut pantoskopik harus cukup dekat dimata berkisar 12 mm sampai dengan

.
14 mm terutama pada kacamata ukuran tinggi, bifocal dan progresif selainitu juga sudut
panthoscopic juga dapat menambah penampilan dan keserasian bingkai pada wajah juga
dapat melindungi mata dari benda- benda asing.
c.pemasanagan Berdasarkan Bukaan Temple
pemasangan yang sesuai dengan sudut bukaan temple bertujuan untuk mendapatkan sudut
bukaan gagang yang cukup dan pemasangan temple hanya boleh menekan pada sisi kepala
diatas telinga serta tidak boleh terlalu keras atau terlalu longgar pada bagian telinga. Bagian
dari temple yang melengkung ini adalah untuk kenyamanan pada bagian telinga. Bila ketiga
prinsip penyetelan telinga ini telah terpenuhi maka penyetelan kacamata pada wajah
pemakai dapat dikatakan selesai stsu berhasil yaitu mendapatkan pemakain yang sesuai
dengan fungsinya, mendapatkan kenyamanan dan kepuasan pemakai kacamata

C. FRAME

1. Definisi frame

Pengertia binkai kacamata dijelaskan dalam Dictionary For The Optometrisi sebagai berikut :

“spectacle frame is a frame for supporting ophthalmic correcting lenses in front of the eyes. It rests
on the nose and usually,is supporied by a pair of temples “
Bingkai kacamata adalah sebuah bingkai untuk meletakkan lensa koreksi didepan mata disandarkan
ke hidung dan dibantu oleh sepasang gagang”

Pada permulaan dibuat, bingkai kacamata umumnya berbentuk bulat karena lebih menitik beratkan
pada fungsi dan manfaat kacamata yaitu alat bantu yang terdiri dari frame dan lensa yang digunakan

Untuk membantu penglihata, melindungi mata dan untuk bergaya.

Pada waktu itu segi kosmetik belum diperhatikan oleh masyarakat . jelas berbeda dengan keadaan
sekarang, seiring dengan tuntutan zaman dan didukun oleh kecanggihan serta kemajuan tehnologi,
bentuk- bentuk bingkai kacamata yang bervariasi disediakan dioptik-optik yang dapat memberikan
kebebasan bagi calon pemakai dalam pemilihan tanpa meninggalkan segi kosmetiknya.

Kacamata memiliki peranan yang penting, yaitu untuk mengoreksi kelainan refraksi serta
memberikan nilai tambah kosmetika. Pemilihan bentuk bingkai kacamata terhadap bentuk wajah
pemakai merupakan hal yang sangat berpengaruh, karena dapat memberikan kesan tersendiri.

Kacamata instrumen atau perangkat untuk membantu dan memperbaiki penglihatan yang rusak.
Kacamata biasanya terdiri dari sepasang lensa dipasang dalam bingkai untuk menahan mereka
dalam posisi didepan mata. Perangkat pertama dari jenis ini mungkin diciptakan oleh Roger Bacon
dalam 13 persen. Meskipun perangkat sejenis yang diyakini telah ada pada jaman kuno di Cina dan
peradapan. Bentuk
Awal yang kasar dan kaku dan tidak diperbaiki hingga 18 persen. Ketika pengasahan lensa pertama
kali berdasarkan prinsip-prinsip pembiasan cahaya lensa terbuat dari kaca Kristal bening atau batu
atau tanah plastik untuk sesuai dengan cacat mata. Kaca cekung digunakan untuk rabun dekat
sehingga sinar yang menyimpang. Lensa convex digunakan untuk rabun dekat sehingga sinar
cahaya konvergen Astigmstisme yang diperbaiki dengan lensa silinder. Lensa bertitik api dua,
dengan bagian yang lebih rendah untuk melihat obyek dekat (seperti dalam membaca), pertama kali
dirancang oleh Benjamin Frankin. Lensa Teleskopik yang digunakan oleh buta dekat. Sebuah lensa
kontak dibentuk agar sesuai dengan mata dan kelopak mata yang dikenakan di bawah. Salah
kacamata dapat melakukan membahayakan, dan lensa harus diresepkan oleh dokter mata atau
dokter mata dan diengkapi oleh kacamata terampil. Kacamata untuk melindungi mata dari silau atau
dari benda asing yang terbuat dari kaca berwarna atau terpolarisasi dan wire mesh .The Eskimo
membuat dan menggunakan kacamata kayu yang hanya celah sempit untuk eyepiece untuk
melindungi mata dai silau yang tercermin oleh es atau salju.

Bingkai kacamata dilihat dari desain umumnya ada 3 jenis : full rim,half rim, rimless.bahan yang
digunakan bermacam-macam, pada umumnya dari stemless steel, acetate ( plastic ) dan titanium.
Namun belakangan banyak bingkai kacamata dari bahan selain itu ada juga yang dari kayu (baik
yang sebenarnya maupun yang sintesis), ada yang dari plastik,dan ada pula yang dari karet.
Dari segi ukuran, bingkai kacamata umunya dibagi menjadi frame kecil, sedamg dan besar. Ukuran
bingkai kacamata, umunnya tercetak pada bingkai, biasanya dibagaian dalam temple (kaki). Namun
ada pula yang tercetak dibagian belakang Bridge. Selain tercetak pada bingkai kacamata, umunya
size bingkai kacamata juga tercetak pada demo lens.

Masyarakat pemakai kacamata di Indonesia, umumnya mengenali jenis- jenis bingkai kacamata
berdasarkan 3 macam perbedaan kontruksi bingkai penuh,bingkai setengah.tanpa bingkai (
fullrim,halfrim/semi rimless). Sedangkan para praktisi kacamata yang telah mendapatkan dan
memahami pengetahuan khusus tentang kacamata(0phthalmic optic) akan membedakan jenis- jenis
kontruksi bingkai kacamata tersebut ke beberapa klasifikasi yang lebih kompleks. Meskipun begitu,
pemahaman masyarakat umum tentang jenis-jenis bingkai kacamata tersebut ternyata secara prinsip
tidak jauh berbeda dengan yang dipelajari oleh ahli kacamata selama ini.

Bingkai adalah bagian dari kacamata yang membingkai atau menopang berbagai macam lensa yang
berisi resep sesuai dengan posisi lensa yang ditujukan dan ditempatkan tepat didepan mata pada
posisi yang seharusnya termasukuntuk memperhatikandalam hal keamanan dan kenyamanan
pemakai.

Penertian frame menurut Wikipedia disebutkan bahwa

“Frames bearing lenses worn infront of the eyes. They are normally used for vision correction or
eye protection.”
“Frame / bingkai adalah tempat kedudukan lensa yang dipakai didepan lensa mata. Bingkai
biasanya digunakan untuk koreksi penglihatan atau pelindung mata”.

“Spectacles function to correct vision by converging or diverging rays of light. A concave lens
correct short sight, a convex les corrects long sight and cylindrical lens corrects astigmatism.”

Kacamata adalah alat yang berfungsi untuk memperbaiki visi konvergen atau Divergen

Denagan sinar cahaya. Sebuah lensa cekung untuk mengoreksi pandangan yang pendek, lemsa
cembung untuk mengoreksi penglihatan panjang dan lensa silider untuk mengoreksi astigment”

2. Bagian –Bagian frame

Bagian- bagian Frame kacamata yang biasa disetel dalam proses fitting:

Gambar

a.Bridge

Bridge merupakan bagian yang menghubungkan rim bagian kanan dengan rim bagian kiri. Bentuk
dan daerah bridge berbeda pada bingkai
Metal dan bingkai plastic. Pada bingkai metal, bridge yang ada tipenya ditentukan terhadap
kedudukannya dengan bingkai tersebut dan dibagi 3 yaitu :

1) The crest bridge dimana bridge yang berada diatas rim kanan dan kiri
2) Kacamata tanpa rim atau rimles pada kacamata rimles tidak memiliki rim sebagai pemegang
lensa tetapi lensa hanya dipegang atau ditahan dengan kedua tepi nasal dan temporal. Yang
membedakan jenis ini dengan kacamatayang lainnya ialah kekuatannya pada bagaian
hidung.
3) Kacamata semi rimles pada kacamata jenis ini mempunyai setengah bagaian rim yang
memegang lensa. Lensa dipegang atau dijepit oleh kedua sisi nasal atau kedua lensa diikat
dengan menggunakan benang nylon yang mengingkari tepi lensa yang sesuai yang sesuai
dengan bentuk alur yang terdapat pada tepi lensa.
bagian front terdiri dari :

GAMBAR
BRIDGE
b.End piece

Endpiece merupakan bagaian tempat engsel melekat pada bingkai kacamata baaian depan.
Kontruksi end piece ini seperti halnya kontruksi daerah bridge yaitu berbeda pada bingkai plastic
dan bingkai metal. Pada bingkai metal Dari pada bingkai platik.Kontrusi endpiece umumnya sama
dengan kontruksi turn back pada bingkai plastic tetapi pada bingkai metal variasi endpiece
mempunyai engsel yang lebih banyak dari pada bingkai plastic.

GAMBAR END PIECE

c.Nose pad

Nose pad pada bingkai metal umunya mempuyai tangkai yang dapat ditekuk dengan dengan
menggunakan tang agar sesuai dengan hidung pemakai kacamata biasanya nose pad ini terpasang
pada tangkainya dengan engsel dan jarak antara
GAMBAR NOSE PAD

d.Engsel

Engsel merupakan bagaian dari kacamata yang menghubungkan temple dengan bingkai depan (the
front). Pada bingkai metal, ensel (joint) ini menempel pada bagaian depan dan sisi dengan skrup
diatas permukaan engselnya dan tipe banyak digunakan.

GAMBAR ENGSEL

E.Temple

Bagaian gagang bingkai kacamata ini terdapat 5 macam berdasarkan kontruksinya yaitu :

1) Skull Temple ,temple ini mempunyai kelengkungan yang sedang dan ini paling banyak
digunakan pada bingkai sedang.
2) Library Temple atau Straight back temple tetapi kontruksinya lurus dan lebar pada
pangkalnya.
3) Convertible temple,temple ini sejenis dengan library temple tetapi kontruksinya lebih kecil
sehingga dapat dibentuk menjadi libery skull.
4) Ridding Bow Temple, temple ini mempunyai kelengkungan dengan mengikuti bentuk telinga
sehingga biasanya digunakan pada anak –anak sebagai pengaman .

GAMABAR TEMPLE

D.Temple

1. Definisi Temple

Temple merupakan bagaian pada frame yang berada disamping dimana untuk menyangkutkan
frame agar tidak jatuh pada saat digunakan.

“Either of the side pieces of a frame for eyeglasses that extends along the temple and over side the
ear”

“salah satu dari potongan- potongan sisi bingkai untuk kacamata yang
Terbektuk sepanjang temple diatas telinga”

a..Posisi Temple

tepat untuk kenyamanan pada pemakai kacamata, posisi kacamata yang harus diperhatikan.

b.Temple Paralel

Temple Paralel dimana posisi temple tidak seimbang antara temple kanan dan temple kiri sehingga
posisi kacamata pada saat dipasangkan pada pemakai salah satu bend down pada temple ada yang
menyentuh telinga.

c.Temple Spread

Temple Spread dimana posisi temple pada kacamata dilihat pada posisiibukaan gagang pada saat
membuka gagang atau temple diperhatikan apakah temple sejajar lurus antara temple kanan dan kiri

Dinilai denagan cara memegang salah satu kemudian melihat apakah posisi temple membentuk
90 .

d.Panthoscopic

Sudut panthocscopic dimana kacamat dilihat dari samping , posisi rim kacamata bagaian bawah
terlihat kebelakang sehingga pada pemakaiannya kacamata rim bagaian atas jauh dari alis,
sedangkan posisi rim bagaian bawah menyentuh pipi .

e.Retroscopic

Sudut Retroscopic dimana kacamata dilihat dari samping, posisi rim kacamata bagaian bawah
terlihat kedepan sehingga pada pemakaian
Kacamata rim bagaian atas menyentuh alis, sedangkan posisi rim bagaian bawah jaraknya jauh dari
pipi.

f. Regular

Posisi temple berada hamper ke tengah antara rim atas dan bagaian rim bawah

g.fulvue

posisi temple berada lebih ke atas

h.HIbo

Posisi temple berada sejajar rim atas.

2. Posisi Lipatan Temple

Dimana pada temple kacamata terdapat posisi yang harus diperhatikan apakah posisi tersebut sudah
tepat utuk kenyamanan pada pemakai kacamata. Posisi kacamata yang harus diperhatikan adalah :

a. Temple Paralel

Temple parallel dimana posisi temple tidak seimbang antara temple kanan dan temple kiri sehingga
posisi kacamata pada saat dipasangkan pada pemakai salah satu bend down pada temple ada yang
menyentuh telinga dan ada yang tidak menyentuh telinga .

b. Temple Spread

Temple Spread diman posisi pada kacamata dilihat pada posisi bukaan gagang . pada saat
membuka gagang atau temple diperhatikan adallah temple sejajar lurus antara temple kanan dan
kiri.
3.Hubungan End Piece dan Lipatan Temple

End piece merupakan tepat engsel melekat pada bingkai bagaian depan, end bertujuan untuk
memperbesar atau memperkecil sudut antara endpiece dengan bingkai depan.

Temple adalah bagaian yang berfungsi untuk penahan kacamata bagaian depan yang menempel
ditelingasehingga kedudukan kacamata stabil diwajah pemakai

Dimana pada temple kacamata terdapat posisi yang harus diperhatikan apakah posisi tersebut sudah
tepat pada pemakai kacamata. Posisi kacamata yang harus diperhatikan dimana posisi temple pada
kacamata dilihat pada posisi bukaan gagang. Pada saat membuka gagang atau temple diperhatikan
apakah temple sejajar lurus antara temple kanan dankiri.

Ini salah satu contoh frame yang seharusnya simetris saat pemakaian tetapi pada saat membuka
gagang kanan dan kiri tidak bersamaan sehingga membuat posisi bingkai tidak simetris.

GAMBAR LIPATAN TEMPLE


E.DEFINISI FRAME NYLON SUPRA

Frame nylon supra adalah sesuatu yang memiliki kontruksi dimana bagaian rim yang melingkar
hanya setengah baik itu diatas atau dibawah. Frame nylon supra bagaian terdiri dari bahan metal
dan plastic.

Pada frame nylon supra yang terbuat dari bahan metal bagaian-bagaian yang dapat disetel yaitu
bagaian rim, bgridge,rim, endpiece, temple, nose, pad dan guard arm.

Sifat fisik dari frame nylon supra dalam melakukan penyetelen memerlukan pemanasan khususnya
bagaian frame nylon supra yang mempunyai lapisan plastic sedangkan hamoir seluruh bagaiannya
dilakukan penyetelan dalam keadaan dingin atau tidak perlu melakukan tehnik pemanasan. Berbeda
dengan frame plastic nylon supra yang hamper seluruhnyadilakukan pemanasan terlebih dahulu.

F.TEHNIK PENYETELAN KESAJAJARAN TEMPLE FOLD PADA FRAME NYLON SUPRA

Pada penyetelan temple fold pada bingkai nylon supra, membutuhkahkan tehnik penyetelan khusus
yang harus dilakukan agar posisi temple dapat kembali sejajar tanpoa menimbulkan kerusakan pada
bagaian yang lain.

1.Lakukan penilaian kesejajaran lipatan temple terlebih dahulu, lipatan kedua temple dalam posisi
seperti saat kacamata akan disimpan. Lipatan temple yang benarlah bila kedua temple merapat
sempurna dengan menumpuk

Anda mungkin juga menyukai