Anda di halaman 1dari 18

1.

PARACETAMOL

FARMAKOLOGI

Paracetamol atau acetaminophen adalah obat yang mempunyai efek mengurangi nyeri (analgesik) dan
menurunkan demam (antipiretik). Parasetamol mengurangi nyeri dengan cara menghambat
impuls/rangsang nyeri di perifer. Parasetamol menurunkan demam dengan cara menghambat pusat
pengatur panas tubuh di hipotalamus.

Paracetamol (parasetamol) sering digunakan untuk mengobati berbagai penyakit seperti sakit kepala,
nyeri otot, radang sendi, sakit gigi, flu dan demam. Parasetamol mempunyai efek mengurangi nyeri pada
radang sendi (arthritis) tapi tidak mempunyai efek mengobati penyebab peradangan dan pembengkakan
sendi.

INDIKASI

Mengurangi nyeri pada kondisi : sakit kepala, nyeri otot, sakit gigi, nyeri pasca operasi minor, nyeri
trauma ringan.

Menurunkan demam yang disebabkan oleh berbagai penyakit. Pada kondisi demam, paracetamol hanya
bersifat simtomatik yaitu meredakan keluhan demam (menurunkan suhu tubuh) dan tidak mengobati
penyebab demam itu sendiri.

Dosis:

oral 0,5–1 gram setiap 4–6 jam hingga maksimum 4 gram per hari; anak–anak umur 2 bulan 60 mg untuk
pasca imunisasi pireksia, sebaliknya di bawah umur 3 bulan (hanya dengan saran dokter) 10 mg/kg bb (5
mg/kg bb jika jaundice), 3 bulan–1 tahun 60 mg–120 mg, 1-5 tahun 120–250 mg, 6–12 tahun 250– 500
mg, dosis ini dapat diulangi setiap 4–6 jam jika diperlukan (maksimum 4 kali dosisdalam 24 jam), infus
intravena lebih dari 15 menit, dewasa dan anak–anak dengan berat badan lebih dari 50 kg, 1 gram setiap
4–6 jam, maksimum 4 gram per hari, dewasa dan anak–anak dengan berat badan 10 -50 kg, 15 mg/kg bb
setiap 4–6 jam, maksimum 60 mg/kg bb per hari.

KONTRAINDIKASI

Parasetamol jangan diberikan kepada penderita hipersensitif/alergi terhadap Paracetamol.

Penderita gangguan fungsi hati berat.

PERINGATAN DAN PERHATIAN

Bila setelah 2 hari demam tidak menurun atau setelah 5 hari nyeri tidak menghilang, segera hubungi
Unit Pelayanan Kesehatan.

Gunakan Parasetamol berdasarkan dosis yang dianjurkan oleh dokter. Penggunaan paracetamol
melebihi dosis yang dianjurkan dapat menyebabkan efek samping yang serius dan overdosis.
Hati-hati penggunaan parasetamol pada penderita penyakit hati/liver, penyakit ginjal dan alkoholisme.
Penggunaan parasetamol pada penderita yang mengkonsumsi alkohol dapat meningkatkan risiko
kerusakan fungsi hati.

Hati-hati penggunaan parasetamol pada penderita G6PD deficiency.

Hati-hati penggunaan parasetamol pada wanita hamil dan ibu menyusui. Parasetamol bisa diberikan bila
manfaatnya lebih besar dari pada risiko janin atau bayi. Parasetamol dapat dikeluarkan melalui ASI
namun efek pada bayi belum diketahui pasti.

EFEK SAMPING

Mual, nyeri perut, dan kehilangan nafsu makan.

Penggunaan jangka panjang dan dosis besar dapat menyebabkan kerusakan hati.

Reaksi hipersensitivitas/alergi seperti ruam, kemerahan kulit, bengkak di wajah (mata, bibir), sesak
napas, dan syok.
2. Metil prednisolone

Farmakologi

Metilprednisolon adalah glukokortikoid turunan prednisolon yang mempunyai efek kerja dan
penggunaan yang sama seperti senyawa induknya. Metilprednisolon tidak mempunyai aktivitas retensi
natrium seperti glukokortikosteroid yang lain.

Indikasi

Abnormalitas fungsi adrenokortikal, penyakit kolagen, keadaan alergi dan peradangan pada kulit dan
saluran pernafaan tertentu, penyakit hematologik, hiperkalsemia sehubungan denga kanker.

Kontraindikasi

Infeksi jamur sistemik pada pasien hipersensitif.

Pemberian kortikosteroid yang lama merupakan kontraindikasi pada ulkus duodenum dan peptikum,
osteoporosis berat, penderita dengan riwayat penyakit jiwa, herpes.

Pasien sedang diimunisasi.

Dosis

Dewasa

Dosis awal dari metilprednisolon dapat bermacam – macam dari 4 mg – 48 mg per hari, dosis tunggal
atau terbagi, tergantung keadaan penyakit.

Dalam sklerosis multipel:

Oral 160 mg sehari selama 1 minggu, kemudian 64 mg setiap 2 hari sekali dalam 1 bulan.

Anak – anak

Insufisiensi adrenokortikal:

Oral 0,117 mg/kg BB atau 3,33 mg per m2 luas permukaan tubuh sehari dalam dosis terbagi tiga.

Indikasi lain

Oral 0,417 mg – 1,67 mg /kg BB atau 12,5 mg – 50 mg per m2 luas permukaan tubuh sehari dalam dosis
terbagi 3 atau 4.

Peringatan dan perhatian


Tidak dianjurkan untuk wanita hamil dan menyusui, kecuali memang benar – benar dibutuhkan, dan
bayi yang lahir dari ibu yang ketika hamil menerima terapi kortikosteroid ini harus diperiksa.
Kemungkinan adanya gejala hipoadrenalism.

Pasien yang menerima terapikortikosteroid ini dianjurkan tidak divaksinasi terhadap smallpox, juga
imunisasi lain terutama yang mendapat dosis tinggi, untuk mencegah kumungkinan bahaya neurologi.

Tidak dianjurkan untuk bayi dan anak – anak, karena penggunaan jangka panjang dapat menghambat
pertumbuhan dan perkembangan anak.

Jika kortikosteroid digunakan pada pasien TBC laten atau Tuberculin Reactivity perlu dilakukan
pengawasan yang teliti sebagai pengaktifan kembali penyakit yang terjadi.

Ada peningkatan efek kortikosteroid pada pasien dengan hipotiroid dan sirosis.

Tidak dianjurkan penggunaan pada penderita ocular herpes simplex, karena kemungkinan terjadi
perforasi kornea.

Pemakaian obat – obat ini dapat menekan gejala – gejala klinis dari suatu penyakit infeksi.

Pemakaian jangka panjang dapat menurunkan daya tahan tubuh terhadap infeksi penyakit.

Efek Samping

Efek samping biasanya terlihat pada pemberian jangka panjang atau pemberian dalam dosis besar,
misalnya gangguan elektrolit dan cairan tubuh, kelemahan otot, retensi terhadap infeksi menurun,
gangguan penyembuhan luka, meningkatnya tekanan darah, katarak, gangguan pertumbuhan pada anak
– anak, insufisiensi adrenal, Cushing’s Syndrome, osteoporosis, tukak lambung.

Interaksi Obat

Berikan makanan untuk meminimumkan iritasi gastrointestinal.

Penggunaan bersama – sama antiinflamasi non-steroid atau antireumatik lain dapat mengakibatkan
risiko gastrointestinal, perdarahan gastrointestinal.

Penggunaan bersama – sama dengan antidibetes harus dilakukan penyesuaian dosis.

Pasien yang menerima vaksinasi terhadap smallpox, juga imunisasi lain terutama yang mendapat dosis
tinggi.
3. Bromhexine HCI

Komposisi :

Tiap tablet mengandung Bromhexine HCI

5 ml eliksir mengandung Bromhexine HCI (mengandung etil alkohol 3,72% v/v)

5 ml sirup mengandung Bromhexine HCI

Khasiat :

BROMHEXINE bekerja dengan mengencerkan sekret pada saluran pernafasan dengan jalan
menghilangkan serat-serat mukoprotein dan mukopolisakaridayangterdapat pada
sputum/dahaksehingga lebih mudah dikeluarkan.

Indikasi :

Bekerja sebagai mukolitik untuk meredakan batuk berdahak

Efek Samping :

Mual, diare, gangguan pencemaan, perasaan penuh di perut, tetapi biasanya ringan. Pernah dilaporkan
efek samping: sakit kepala, vertigo, berkeringat banyakdan ruam kulit, juga dapat terjadi kenaikan
transaminase.

Kontraindikasi :

Penderita yang hipersensitif terhadap Bromhexine HCI.

PERHATIAN :

Hindari penggunaan BROMHEXINE pada tiga bulan pertama kehamilan dan pada masa menyusui. Hati-
hati penggunaan pada penderita tukak lambung.

Aturan Pakai :

Tablet

Dewasa dan anak > 10 tahun 1x 3 tablet

Anak 5 – 10 tahun 3×1/2 tablet

Anak 2 – 5 tahun 2×1/2


Atau menurut petunjuk dokter.

Sirup

Dewasa dan anak >10 tahun: 3 x 10 ml per hari

Anak 5- 10 tahun: 3 x 5 ml per hari

Anak 2-5 tahun: 2 x 5 ml per hari

Atau menurut petunjuk dokter.

Interaksi :

Pemberian bersamaan dengan antibiotika (amoksisilin, sefuroksim, doksisiklin) akan meningkatkan


konsentrasi antibiotika pada jaringan paru.

4. TREMENZA

KOMPOSISI

Tiap tablet mengandung:

Pseudoefedrin HCl 60 mg

Triprolidin HCl 2,5 mg

Tiap 5 ml Sirop mengandung:

Pseudoefedrin HCl 30 mg

Triprolidin HCl 1,25 mg

FARMAKOLOGI

TREMENZA® merupakan kombinasi antara Pseudoefedrin suatu dekongestan nasal dan Triprolidin suatu
antihistamin.

Pseudoefedrin adalah suatu amin simpatonnimetik yang bekerja pada reseptor alfa-adrenergik dalam
mukosa saluran pernafasan sehingga menghasilkan vasokonstriksi.

Senyawa ini juga untuk sementara mengurangi pembengkakan karena inflamasi pada membran mukosa
sehingga melancarkan jalan nafas pada hidung.

Kerjanya pada pembuluh darah saluran pernafasan bagian atas lebih spesifik dibandingkan dengan
pembuluh darah sistemik.
Triprolidin adalah suatu antihistamin yang bekerja sebagai antagonis reseptor histamin H1 dalam
pengobatan alergi pada sel efektor.

TREMENZA® diabsorpsi dengan baik dari saluran pencernaan sesudah pemberian oral dan digunakan
pada penderita rinitis vasomotor atau otitis media serius dengan kongesti tuba eustachius.

INDIKASI

TREMENZA® diindikasikan untuk meringankan gejala-gejala flu karena alergi pada saluran pernafasan
bagian atas yang memerlukan dekongestan nasal dan antihistamin.

KONTRA-INDIKASI

Jangan digunakan untuk penyakit saluran nafas bagian baWah termasuk asma.

Hipersensitivitas terhadap obat ini.

Pada penderita dengan gejala hipertensi, glaukoma, diabetes, penyakit arteri koroner dan pada terapi
dengan penghambat monoamin oksidase.

EFEK SAMPING

Mulut, hidung dan tenggorokan kering.

Sedasi, pusing, gangguan koordinasi, tremor, insomnia, halusinasi, tinitus.

Antihistamin dapat menyebabkan pusing, rasa kantuk, mulut kering, penglihatan kabur, rasa letih, mual,
sakit kepala atau gelisah pada beberapa penderita.

PERHATIAN

Hati-hati bila mengendarai kendaraan bermotor atau menjalankan mesin.

Karena efeknya pada bayi belum diketahui, maka pemberian pada wanita hamil dan menyusui harus
sesuai petunjuk dokter.

Jangan melebihi dosis yang dianjurkan.

Bila gejala belum hilang atau timbul demam dalam waktu 2 hari, konsultasikan pada dokter.

Tidak dianjurkan untuk anak dibawah 2 tahun kecuali atas petunjuk dokter.

Hentikan penggunaan obat bila terjadi sukar tidur, jantung berdebar-debar atau pusing.

Bagi yang menerima injeksi alergen, tidak boleh menggunakan obat ini.

Selama minum obat ini, jangan minum minuman yang mengandung alkohol, obat penenang dan obat
lain yang menyebabkan rasa kantuk.
INTERAKSI OBAT

Penggunaan bersama dengan furazolidon dan penghambat monoamin oksidase dapat menaikkan efek
alfa-adrenergik dari simpatomimetik, seperti sakit kepala, krisis hipertensif.

DOSIS

- Dewasa:

1 tablet atau 10 ml, 3 - 4 kali sehari.

- Anak-anak:

6 - 12 tahun: ½ tablet atau 5 ml, 3-4 kali sehari.

2 - 5 tahun : 2,5 ml, 3-4 kali sehari.

KEMASAN

Tablet:

Dus isi 10 strip @ 10 tablet.

Sirop :

Botol dengan isi bersih 60 ml.


TBC

1. ISONIAZID

Sediaan:

Tablet 300 mg

Cara Kerja Obat:

Isoniazid atau isonikotinil hidrazid yang disingkat dengan INH. Isoniazid secara in vitro bersifat
tuberkulostatik (menahan perkembangan bakteri) dan tuberkulosid (membunuh bakteri). Mekanisme
kerja isoniazid memiliki efek pada lemak, biosintesis asam nukleat,dan glikolisis. Efek utamanya ialah
menghambat biosintesis asam mikolat (mycolic acid) yang merupakan unsur penting dinding sel
mikobakterium. Isoniazid menghilangkan sifat tahan asam dan menurunkan jumlah lemak yang
terekstrasi oleh metanol dari mikobakterium. Isoniazid atau INH bekerja dengan menghambat sintesa
asam mikolinat yang merupakan unsur penting pembentukan dindis sel mikobakterium tuberkulosis.
Isoniazid aktif terhadap bakteri M. tuberculosis, M. bovis, dan beberapa strain M. kansasii.

Indikasi:

- Pengobatan dan pencegahan tuberkulosis, dalam bentuk pengobatan tunggal maupun kombinasi
dengan obat tuberkulosis lainnya.

- Pengobatan infeksi mikobakterium non-tuberkulosis.

Kontraindikasi :

- Penderita penyakit hati akut.

- Penderita dengan riwayat kerusakan sel hati disebabkan terapi isoniazid.

- Penderita yang hipersensitif atau alergi terhadap isoniazid.

Dosis:

Oral (bentuk injeksi dapat digunakan untuk pasien yang tidak dapat menggunakan sedían oral maupun
karena masalah absorbsi)

1. Bayi dan anak-anak :

- Pengobatan pada LTBI (latent TB infection) : 10 – 20 mg/kg/hari dalam 1 – 2 dosis terbagi (maksimal
300 mg/hari) atau 20 – 40 mg/kg (maksimal 900 mg/ dosis) dua kali seminggu selama 9 bulan

- Pengobatan infeksi TB aktif :


Terapi harian 10 – 15 mg/kg/hari dalam 1 – 2 dosis terbagi (maksimal 300 mg/hari)

Dua kali seminggu DOT (directly observed therapy) : 20 – 30 mg/kg (maksimal 900 mg)

2. Dewasa :

Pengobatan pada LTBI (latent TB infection) : 300 mg/hari atau 900 mg dua kali seminggu selama 6-9
bulan pada pasien yang tidak menderita HIV (terapi 9 bulan optimal, terapi 6 bulan berkaitan dengan
penurunan biaya terapi) dan 9 bulan pada pasien yang Pengobatan infeksi TB aktif : Terapi harian 5
mg/kg/hari diberikan setiap hari (dosis lazim : 300 mg/hari); 10 mg/kg/hari dalam 1 – 2 dosis terbagi
pada pasien dengan penyakit yang telah menyebar. Dua kali seminggu DOT (directly observed therapy) :
5 mg/kg (maksimal 900 mg); terapi 3 kali/minggu : 15 mg/kg (maksimal 900 mg)

Peringatan dan Perhatian :

- Hati-hati penggunaan Isoniazid pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal dan hati. Pada
penderita gangguan fungsi ginjal dosis isoniazid perlu diturunkan.

- Hati-hati penggunaan isoniazid pada penderita dengan riwayat psikosis, penderita dengan risiko
neuropati (seperti diabetes melitus), alkoholisme, malnutrisi, dan penderita HIV.

- Perlu dilakukan pemeriksaan fungsi hati sebelum memulai terapi dan selama terapi perlu dilakukan
monitor fungsi hati secara berkala.

- Hati-hati penggunaan isoniazid pada ibu hamil dan ibu menyusui. Isoniazid diberikan bila manfaat
pengobatan lebih besar dari pada risiko bagi ibu dan bayi.

Efek Samping :

Efek samping yang dapat terjadi diantaranya neuritis perifer, neuritis optik, reaksi psikosis, kejang, mual,
muntah, kelelahan, gangguan pada lambung, gangguan penglihatan, demam, kemerahan kulit, dan
defisiensi vitamin B (pyridoxine). Efek samping yang berpotensi fatal adalah hepatotoksisitas (gangguan
dan kerusakan sel hati)

Interaksi:

Gangguan fungsi hati: pasien atau keluarganya diberitahu cara mengenal gejala gangguan fungsi hati
dan dinasehatkan untuk segera menghentikan obat dan memeriksakan diri bila timbul nausea persisten,
muntah-muntah, lesu atau ikterus. Interaksi dengan obat; Peggunaan bersamaan dengan antikonvulsan,
sedatif, neuroleptik, antikoagulan, narkotika, teofilin, prokainamid, kortikosteroid, asetaminofen,
aluminium hidroksida, disulfiram, ketokonazol, obat bersifat hepatotoksik dan neurotoksik. Interaksi
dengan makanan; tidak diberikan bersamaan dengan makanan, alkohol, keju dan ikan.
2. RIFAMPISIN

Indikasi:

lihat dosis. untuk pengobatan tuberkulosis yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dalam
kombinasi dengan obat antituberkulosis lain dan dalam kombinasi dengan obat antilepra untuk
pengobatan lepra dengan mengubah keadaan infeksi menjadi keadaan noninfeksi.

Peringatan:

kurangi dosis pada gangguan fungsi hati; lakukan pemeriksaan uji fungsi hati dan hitung sel darah pada
pengobatan jangka panjang; gangguan fungsi ginjal (jika dosis lebih dari 600 mg/hari) lihat Lampiran 3;
kehamilan dan menyusui lihat Lampiran 4 dan lampiran 5. Penting: pasien yang menggunakan
kontrasepsi oral dianjurkan untuk menggunakan metode tambahan; dapat mengubah warna lensa
kontak, menyebabkan warna kemerahan pada seluruh sekresi tubuh, penderita diabetes melitus, flu
syndrome, sesak napas, syok anafilaksis.

Interaksi:

lihat lampiran 1 (rifampisin). Interaksi obat: peggunaan dengan antasida, opiat, antikolinergik dan
ketokonazol, berinteraksi dengan kontrasepsi hormonal, obat antiretroviral (non-nucleoside reverse
transcriptase inhibitors dan protease inhibitors). Interaksi laboratorium: positif palsu dengan metode
KIMS (Kinetic Interaction of Microparticles in Solution).

Efek Samping:

gangguan saluran cerna meliputi mual, muntah, anoreksia, diare; pada terapi intermiten dapat terjadi
sindrom influenza, gangguan respirasi (napas pendek), kolaps dan syok, anemia hemolitik, anemia, gagal
ginjal akut, purpura trombo-sitopenia; gangguan fungsi hati, ikterus; flushing, urtikaria, ruam; gangguan
sistem saraf pusat meliputi sakit kepala, pusing, kebingungan, ataksia, lemah otot, psikosis. Efek
samping lain seperti udem, kelemahan otot, miopati, lekopenia, eosinofilia, gangguan menstruasi; warna
kemerahan pada urin, saliva dan cairan tubuh lainnya; tromboplebitis pada pemberian per infus jangka
panjang.

Dosis:

Tuberkulosis : DEWASA dalam dosis tunggal, BB <50kg adalah 450 mg, BB >50kg adalah 600mg (pasien
dengan gangguan fungsi hati tidak lebih dari 8mg/kgBB). ANAK: 10-20 mg/kgBB sebagai dosis harian
(dosis total tidak lebih dari 600 mg).
Lepra multibasiler: Rifampisin 600mg satu kali sebulan+dapson 100mg satu kali
sehari+klofazimin(Lamprene) 300mg satu kali sebulan+50mg satu kali sehari dengan durasi pengobatan
selama 2 tahun.

Lepra pausibasiller: Rifampisin 600mg satu kali sebulan+dapson 100mg (1-2 mg/kgBB) satu kali sehari
dengan durasi pengobatan 6 bulan.

Farmakologi

Rifampicin merupakan antibiotik semisintetik yang mempunyai efek bakterisid terhadap mikobakteri
dan organisme Gram positif. Pada dosis tinggi juga efektif terhadap organisme Gram Negatif.
Mekanisme kerja adalah dengan menghambat sintesa RNA dan mikobakterium.

3. PIRAZINAMID

FARMAKOLOGI

Pyrazinamide (Pirazinamid) merupakan obat antituberkulosis yang digunakan sebagai terapi kombinasi
dengan antituberkulosis (TBC) lainnya. Pirazinamid aktif dalam suasana asam terhadap mikobakterium.
Pirazinamid bersifat bakterisid terutama pada basil tuberkulosis intraselular.

Pada pemberian oral pirazinamid mudah diserap dan tersebar luas ke seluruh jaringan tubuh. Kadar
puncak dalam serum tercapai dalam waktu kurang lebih 2 jam dan waktu paruh antara 10 – 16 jam.
Pirazinamida mengalami hidrolisis dan hidroksilasi menjadi asam hidroksi pirazinoat yang merupakan
metabolit utamanya dan diekskresi melalui filtrasi glomerulus.

INDIKASI

Indikasi pirazinamid adalah untuk pengobatan tuberkulosis yang diberikan bersama antituberkulosis
lainnya (terapi kombinasi).

KONTRAINDIKASI

Penderita yang hipersensitif atau alergi terhadap pirazinamid,

Penderita dengan gangguan fungsi hati atau gangguan fungsi ginjal,

Hiperurisemia dan atau gout / asam urat,

Hipoglikemia (kadar gula darah rendah),

Penderita Diabetes.

DOSIS DAN ATURAN PAKAI


Dosis lazim adalah 20 – 30 mg/kg BB/hari dalam dosis tunggal atau terbagi, dengan dosis maksimal 2
gram per hari.

Pirazinamid sebaiknya diminum bersamaan dengan makanan atau sesudah makan.

EFEK SAMPING

Efek samping berupa artralgia, anoreksia, nausea, disuria, malaise dan demam.

Porfiria, hepatomegali dan splenomegali, jaundice, kerusakan sel hati, fatal hemolysis, sideroblastik
anemia, tukak lambung, trombositopenia, rash, urtikaria, pruritus, akne, fotosensitivitas dan interstitial
nefritis.

PERINGATAN DAN PERHATIAN

Hati-hati terhadap efek hepatotoksik, sebaiknya dilakukan pemantauan SGPT dan SGOT tiap 2 – 4
minggu selama pemberian obat pirazinamid.

Bila timbul gejala sedangkan terapi tidak dapat dihentikan, berikan probenesid 2 kali 0,5 g sehari.

Keamanan penggunaan pirazinamd pada anak-anak, wanita hamil dan ibu menyusui belum terbukti.
Penggunaan pirazinamid hanya bila manfaatnya lebih besar dari pada risikonya.

Hati-hati pemakaian pirazinamid pada penderita dengan riwayat asam urat.

Dianjurkan untuk penderita yang akan dibedah paru-parunya dan penderita yang sudah resisten
terhadap obat pilihan pertama, pengobatan harus di rumah sakit.

INTERAKSI OBAT

Probenesid dapat menghambat pengeluaran pirazinamid melalui ginjal.

KEMASAN

Pyrazinamide 500 mg, Dus, 10 strip @ 10 tablet

4. ETAMBUTOL

Indikasi:

tuberkulosis dalam kombinasi dengan obat lain untuk pengobatan tuberkulosis yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis; pengobatan yang disebabkan oleh Mycobacterium avium complex.

Peringatan:

turunkan dosis pada gangguan fungsi ginjal; lansia; kehamilan; ingatkan pasien untuk melaporkan
gangguan penglihatan.

Kontraindikasi:
hipersensitivitas terhadap zat aktif atau zat rambahan obat, neuritis optik, gangguan visual; ANAK di
bawah 6 tahun (lihat keterangan di atas).

Efek Samping:

neuritis optik, buta warna merah/hijau, neuritis perifer.

Dosis:

Dosis Ethambutol

Baik penderita TBC dewasa maupun anak-anak, dosis ethambutol harus disesuaikan dengan berat
badan. Berikut ini dosis penggunaan ethambutol bagi penderita yang baru kali pertama terkena TBC dan
pernah terkena TBC sebelumnya.

TBC untuk kali pertama

Dewasa15 miligram per kilogram berat badan (mg/kg) tiap hari

Anak-anak 25 miligram per kilogram berat badan (mg/kg) tiap hari selama dua bulan pertama.
Selanjutnya dosis dikurangi menjadi 15 mg/kg.

TBC kambuh

Dewasa25 miligram per kilogram berat badan (mg/kg) tiap hari selama dua bulan pertama. Selanjutnya
dosis dikurangi menjadi 15 mg/kg.

Anak-anak 25 miligram per kilogram berat badan (mg/kg) tiap hari selama dua bulan pertama.
Selanjutnya dosis dikurangi menjadi 15 mg/kg.

INTERAKSI OBAT

Berikut adalah interaksi ethambutol dengan obat-obat lain jika digunakan secara bersamaan :
Obat-obat antasida terutama yang mengandung Aluminium hidroksida mengurangi absorpsi
ethambutol. Sebaiknya penggunaan bersamaan obat ini dihindari atau setidaknya penggunaan antasida
diberi jarak minimal 4 jam setelah penggunaan ethambutol.

SANTIBI PLUS

Fungsi Obat Santibi Plus Tablet

Tiap tablet mengandung:

Etambutol HCl 250 mg

Isoniazida (INH) 100 mg

Piridoksin HCl 6 mg

FARMAKOLOGI

Etambutol merupakan tuberkulostatik dengan mekanisme kerja menghambat sintesa RNA. Etambutol
diabsorpsi dengan cepat pada pemberian oral. Sebagian besar diekskresi melalui ginjal dalam bentuk
aktif dan lebih kurang 10% diubah menjadi metabolit yang tidak aktif.

Etambutol tidak menembus selaput otak yang sehat tetapi pada penderita meningitis tuberkulosa dapat
ditemukan kedar terapeutik dalam cairan serebrospinal.

Etambutol:

- Efek samping yang perlu diperhatikan adalah toksisitas okular yang berhubungan dengan dosis
dan lamanya pengobatan.

Menurut laporan pada dosis 25 mg/kg BB/hari selama 2 bulan diikuti dengan 15 mg/kg BB/hari, angka
kejadian efek samping tersebut adalah 0,8%.

- Pada umumnya perubahan visual reversibel dalam beberapa minggu atau beberapa bulan,
tetapi jarang sampai lebih dari 1 tahun atau irreversibel.

Neuritis retrobulbar bilateral dapat terjadi dengan gejala:

- Terjadi penurunan ketajaman penglihatan.


- Kehilangan kemampuan membedakan warna.

- Penyempitan lapang pandangan.

- Skotomata sentral dan perifer.

- Efek samping lain yang dilaporkan:

Reaksi anafilaktoid, pruritus, dermatitis, anoreksia, nyeri abdomen, demam, nyeri sendi, gangguan
gastrointestinal (mual, muntah), malaise, sakit kepala, pusing, gelisah, disorientasi, halusinasi.

- Walaupun jarang ditemukan, dapat timbul mati rasa dan kesemutan pada ekstremitas yang
disebabkan oleh neuritis perifer.

5. AMBROXOL

Dosis dan Indikasi

Obat ini adalah agen mukolitik, diresepkan untuk berbagai penyakit pernapasan seperti emfisema
bronkitis pneumoconiosis, kondisi inflamasi paru kronis, tracheobronkhitis (saluran radang pernafasan),
bronkiektasis, bronkitis dengan bronkospasme asma.

Dosis

Dewasa: Dosis yang dianjurkan untuk diminum adalah 30-120 mg / hari dalam 2-3 dosis terbagi.

Anak-anak 5 – 12 tahun : sehari 3 kali 1/2 tablet.

Anak-anak 2 – 5 tahun : sehari 3 kali 7,5 mg.

Anak-anak di bawah 2 tahun : sehari 2 kali 7,5 mg.

Dosis dapat dikurangi menjadi 2 kali sehari, untuk pengobatan yang lama

Kontraindikasi

Hipersensitivitas (alergi terhadap obat ini)

Kehamilan dan Menyusui

Kategori untuk kehamilan : C


Studi reproduksi hewan telah menunjukkan efek buruk pada janin dan tidak ada studi yang memadai
dan terkendali dengan baik pada manusia, namun potensi keuntungan dapat terjadi pada penggunaan
obat pada ibu hamil meskipun memiliki potensi risiko.

Jenis kategori obat untuk kehamilan:

Kategori A: secara umum dapat diterima, telah melalui penelitian pada wanita-wanita hamil, dan
menunjukkan tidak ada bukti kerusakan janin

Kategori B. mungkin dapat diterima oleh wanita hamil, telah melalui penelitian pada hewan coba namun
belum ada bukti penelitian langsung pada manusia.

Kategori C: digunakan dengan hati-hati. Penelitian pada hewan coba menunjukkan risiko dan belum ada
penelitian langsung pada manusia

Kategori D: digunakan jika memang tidak ada obat lain yang dapat digunakan, dan dalam kondisi
mengancam jiwa.

Kategori X: jangan digunakan pada kehamilan.

Kategori NA: tidak ada informasi

Cara Pemakaian:

Tablet untuk dikonsumsi melalui mulut, dengan makanan.

Peringatan dan Tindakan Pencegahan:

Perhatian dibutuhkan untuk wanita hamil dan menyusui.

Efek Samping :

Efek ringan gastrointestinal, pilek dan reaksi alergi sehingga menimbulkan ruam kemerahan, sesak
napas, mual, muntah, sembelit, kehilangan nafsu makan, gemetar, atau kelelahan mungkin terjadi. Jika
salah satu dari efek-efek ini menetap atau memburuk, beritahu dokter Anda segera

Ingatlah bahwa dokter telah memberikan resep obat ini karena dia telah menilai bahwa manfaat kepada
Anda lebih besar daripada risiko efek samping. Banyak orang menggunakan obat ini tidak memiliki efek
samping yang serius.
INTERAKSI OBAT

Kombinasi ambroksol dengan obat-obatan lain dimungkinkan, terutama yang berhubungan dengan
sediaan yang digunakan sebagai obat standar untuk sindroma bronkitis (glikosida jantung, kortikosterid,
bronkapasmolitik, diuretik dan antibiotik).

KEMASAN

Ambroxol 30 mg Tablet, kotak 10 strip @ 10 tablet.

Ambroxol Eliksir.

Ambroxol Sirup.

Ambroksol Drops.

FARMAKOLOGI / MEKANISME AKSI OMEPRAZOLE:

Ambroxol adalah agen mukolitik. Nitrat oksida (NO) yang berlebihan dikaitkan dengan inflamasi dan
beberapa gangguan lain fungsi saluran udara. NO meningkatkan aktivasi larut guanylate cyclase dan
akumulasi cGMP. Ambroxol telah terbukti menghambat NO-dependent aktivasi larut guanylate cyclase.
Hal ini juga mungkin bahwa penghambatan aktivasi NO-dependent dari larut guanylate cyclase dapat
menekan sekresi lendir yang berlebihan, sehingga menurunkan viskositas lendir dan meningkatkan
transportasi mukosiliar sekresi bronkial.

Ambroksol merupakan metabolit aktif N-desmethyl dari mukolitik Bromheksin. Mekanismenya belum
diketahui secara pasti, kemungkinan meningkatkan kuantitas dan menurunkan viskositas

sekresi tracheobronchial.

Selain itu, kemungkinan juga berperan sebagai ekspektoran, dengan meningkatkan mucociliary
transport melalui stimulasi motilitas silia.

Ambroksol menstimulasi sintesis dan sekresi surfaktan paru (sebagai aktivator surfaktan).

Anda mungkin juga menyukai