TINJAUAN PUSTAKA
Sebagian besar zat gizi essensial terdapat pada susu meliputi protein, kalsium,
fosfor, vitamin A dan tiamin. Susu merupakan sumber kalsium yang paling baik untuk
pertumbuhan tulang dan juga mengandung laktosa yang berguna untuk mempermudah
absorsi susu dalam saluran cerna. Sumber susu bila dilihat dari sisi komersialnya yang
paling umum berasal dari sapi. Kandungan air didalam susu tinggi sekali yaitu sekitar
87,5%. Meskipun kandungan gulanya juga tinggi yaitu sekitar 5%, tapi rasanya tidak
manis. Daya kemanisannya hanya seperlima kemanisan gula pasir (sukrosa).
Kandungan laktosa dan garam bertanggung jawab terhadap rasa susu yang spesifik.
Kandungan zat gizi susu adalah sebagai berikut dapat dilihat pada Tabel 3.
Susu merupakan sumber protein dengan kualitas mutu yang sangat tinggi. Kadar
protein susu sapi sekitar 3,5%. Kompisisi asam amino pada kasein yang merupakan
protein berkualitas tinggi sangat diperlukan oleh tubuh karena mudah dicerna oleh
saluran pencernaan. Laktosa adalah karbohidrat susu termasuk dalam golongan
disakarida yang terdiri dari komponen antara glukosa dan galaktosa. Susu sapi juga
mengandung unsur asam lemak seperti asam butirat, asam linoleat terkonjungasi dan
fosfolipid yang mampu menjaga kestabilan kualitas dan berat tubuh manusia. Asam
butirat berfungsi untuk meningkatkan daya cerna dan mencegah kanker usus besar
karena berguna untuk pertumbuhan bakteri baik (prebiotik). Sementara fosfolipid
mampu menurunkan resiko kanker, hipertensi, dan diabetes serta asam lemak susu ini
juga mampu mengontrol lemak dan perkembangan berat badan.
8
Tabel 3. Kandungan Zat Gizi Susu per 100 ml (Daftar Komposisi Bahan
Makanan, 2005)
Jenis Zat Gizi Jumlah
Energi (kkal) 61
Protein (g) 3.2
Lemak (g) 3.5
Karbohidrat (g) 4.3
Kalsium (mg) 143
Fosfor (mg) 60
Besi (mg) 1.7
Vitamin A ( Ug) 39
Vitamin B1 (mg) 0.03
Vitamin C (mg) 1.0
Air (g) 88.3
Komponen bioaktif dari susu adalah protein. Protein tersusun atas rantai-rantai
panjang asam amino yang terikat satu sama lainnya dengan ikatan peptida. Ada 20 jenis
asam amino, asam amino essensial ada 9 jenis sedangkan asam amino nonessensial ada
11 jenis. Asam amino terdiri atas unsur-unsur C, H, O dan N. Struktur dasar amino
terdiri atas gugus amina grup dan gugus karboksil grup. Susu mengandung banyak asam
amino triptofan yang merupakan salah satu bahan dasar melatonin. Melatonin adalah
hormone yang dihasilkan oleh kelenjar pineal pada malam hari. Hormon ini membuat
kita merasa mengantuk dan tubuh bisa beristirahat dengan baik. Selain itu susu juga
mempunyai kemampuan untuk mengikat logam-logam berat yang ada di sekitar kita
akibat polusi.Selain itu protein juga mengandung unsur fosfor,besi, iodium,cobalt untuk
beberapa asam amino. Perbedaan protein dengan karbohidrat dan lemak adalah
persenyawannya yang lebih komplek. Rantai protein terdiri dari ikatan rantai
polipeptida yang setiap rantainya mengandung asam amino yang berbeda-beda jenisnya.
Kebutuhan protein bayi 6 bulan – 1 tahun adalah 13 gram,800 kkal, sedangkan untuk
9
anak–anak pra-sekolah tergantung usia yaitu 20 gram, 800 – 1500 kkal (Purwanto,
2012).
pada tubuh. Kemampuan anti kanker dari senyawa isoflavon terutama genistein dan
daidzein akhir-akhir ini telah banyak dibuktikan pada beberapa penelitian di luar negeri.
Studi epidemologi di Jepang menemukan konsumsi isoflavon bermanfaat mengurangi
kolesterol serum pada hiperkolesterolemia sehingga dapat menurunkan insiden kanker
payudara (Rochana, 2010).
Kacang hijau memiliki nilai gizi yang cukup baik. Karbohidrat pada kacang hijau,
yaitu 62,5% sehingga dapat digunakan sebagai sumber energi. Karbohidrat tersusun atas
pati, gula dan serat kasar. Pati kacang hijau terdiri dari 28,8% amilosa dan 71,2%
amilopektin. Kacang hijau merupakan sumber protein yaitu 22,2% vitamin A 9 IU,
vitamin B1 150 - 400 IU dan mineral yang meliputi kalsium, belerang, mangan dan
besi. Daya cerna protein yaitu 81 (Rochana, 2010).
Kandungan protein kacang hijau dalam 100 gram bahan adalah 22,9 gram,
kandungan lemaknya rendah 1,5 gram sedangkan karbohidratnya tinggi 56,8 gram. Hal
ini dipengaruhi oleh ada atau tidakya inhibitior tripsin dan aktivasi enzim tripsin serta
adanya tannin atau polifenol. Biji yang diolah seperti direbus akan memiliki daya cerna
yang lebih tinggi dan rendah daya flatulensinya. Flatulensi disebakan oleh oligosakarida
(rafinosa, stakiosa, dan ferbakosa). Kandungan asam amino kacang hijau adalah asam
amino essensial dan non essensial yang cukup lengkap. Asam amino essensialnya
isoleusin, leusin, metionin, fenillalanin, teronin dan valin. Sedangkan asam amino non
essensilanya adalah alanin, arginin, asam aspartat, asam glutamate,glysin,triptopan dan
tirosin (Purwanto,2012).
Zat anti gizi pada kacang hijau antara lain tripsin inhibitor, hemaglutinin dan asam
fitat. Kerusakan zat anti gizi terjadi melalui proses pemanasan. Tripsin inhibitor yang
terdapat pada kacang hijau dapat dihilangkan atau dihancurkan selama proses
pengolahan dengan menggunakan panas (Rochani, 2006).
Kandungan proteinnya adalah 22%, merupakan sumber mineral, kalsium dan
fosfor. Lemaknya merupakan asam lemak tidak jenuh. Kadar lemak yang rendah
mengakibatkan makanan dan minuman tidak mudah berbau. Lemaknya 73% asam
lemak tidak jenuh dan 27% asam lemak jenuh. Umumnya, kacang-kacangan
mengandung asam lemak tidak jenuh tinggi yang berfungsi untuk kesehatan jantung.
Tabel komposisi kimia kacang hijau dalam 100 gram bahan dapat dilihat pada Tabel 4.
11
Tabel 4. Komposisi Kimia Kacang Hijau per 100 g (Retnaningsih et al., 2008)
Komponen Komposisi
Energi (Kkal) 323,0
Air (g) 15,5
Protein (g) 22,9
Lemak (g) 1,50
Karbohidrat (g) 56,8
Serat (g) 7,50
Abu (g) 3,30
Kalsium (mg) 223,0
Fosfor ( mg) 319,0
Besi (mg) 7,50
Vit B1 (mg) 0,46
Vit C (mg) 10,0
Karoten Total (mkg) 223,0
Niasin (mg) 1.5
Riboflavin (mg) 0.15
asam oleat dan mengandung 30% sampai 35% dari kandungan keseluruhan minyak
kacang tanah mengandung asam linoleat. Kandungan asam lemak jenuh dari kacang
tanah sebagian besar terdiri dari asam palmitat. Kandungan kadar asam miristat dari
kacang tanah adalah sebanyak 5%. Kandungan asam linoleat yang tinggi biasanya akan
menurunkan kestabilan minyak. Secara teori bahwa kestabilan minyak dapat
ditingkatkan dengan cara hidrogenase dan penambahan antioksidan. Kandungan minyak
pada kacang tanah tinggi akan senyawa tokoferol yang merupakan antioksidan alami
yang efektif dapat mencegah oksidasi. Dalam kacang tanah terdapat juga karbohidrat
dimana kandungannya yaitu sebesar 18% sedangkan kandungan sukrosa sekitar 4%
sampai 7% (Tarwiyah, 2010). Komposisi kimia kacang tanah dapat dilihat pada Tabel 6.
Jenis asam amino yang teridentifikasi pada kacang – kacangan adalah 15 asam
amino. Asam amino esensial (lengkap) ada 10, yaitu : lisin, isoleusin, leusin, treonin,
fenilalanin, metionin, valin, histidin dan arginin (Sutiari,dkk, 2010). Kacang tanah
merupakan salah satu sumber protein nabati yang tinggi kandungan lemaknya 49,4 gram
(75%), namun rendah kandungan protein 25,6 gram (18%) dan karbohidratnya 9,4 gram
(7%). Kandungan lemak sekitar 82% lemak kacang tanah adalah lemak tidak jenuh,
terutama asam oleat dan linoleat. Mengandung jenis asam amino yang tinggi terutama
arginin dan merupakan sumber tenaga yang lebih baik karena kaya protein, minyak dan
karbohidrat. Kandungan asam lemak tidak jenuhnya yang tinggi. Kandungan vitamin
dan mineral esensialnya yang tinggi sangat diperlukan oleh tubuh (Rahmianna, 2012).
Kadar nitrogen dalam kacang tanah adalah 9,1% dan 8,74% diantaranya terdiri dari
fraksi albumin, globulin, dan gluten. Kandungan asam amino pada kacang tanah tertera
pada Tabel 7.
dengan tujuan selain untuk menambah energi, menambah rasa gurih, memperbaiki
tekstur dan cita rasa (flavor) juga dalam pengolahan bahan pangan digunakan sebagai
media penghantar panas (Sandra, dkk, 2011).
Minyak kedele adalah salah satu minyak yang berasal dari tumbuh – tumbuhan
terdiri dari golongan jenis asam lemak jenuh 12% dan asam lemak tidak jenuh adalah
84%. Minyak kedele mengandung komponen fitositol yang sangat berguna bagi
perkembangan dan tumbuh kembang anak – anak terutama dalam perkembangan saraf,
otak, kecerdasan, dan meningkatkan daya tahan tubuh. Minyak tumbuh -tumbuhan
tergolong dalam unsaturated fatty acid. Unsaturated Fatty Acid dibagi menjadi 2
kelompok yaitu terdiri satu ikatan rangkap MUFA (Mono Usaturated Fatty Acid) dan
banyak ikatan rangkap PUFA (Poli Unsaturated Fatty Acid). PUFA yang tergolong
Omega 3 banyak yang berasal dari sumber lemak hewani sedangkan Omega 6 banyak
terdapat pada sumber tumbuh – tumbuhan (Dwi dkk, 2014).
Asam lemak pada minyak kedele adalah linoleat dan linolenat (essensial) berguna
bagi tubuh dapat digunakan untuk pembuatan minyak goreng, hampir 90% dalam
bentuk terhidrogenasi karena minyak kedele mengandung lebih kurang 85% asam
lemak tidak jenuh. Sifat – sifat kimianya adalah sebagai berikut : berat jenis 0.91 – 0.92,
indeks bias 1.471 – 1.475, angka penyabunan 189 – 195, angka asam lemak bebas 1.5%,
angka asam 0.2 – 0.6 dan angka iod 189 – 195 (Deni dan Muchalal, 2004).
Asam lemak linoleat dan linolenat serta asam amino bila digabungkan secara
metabolisme dalam tubuh akan memenuhi kebutuhan energi terlebih dahulu selanjutnya
baru untuk pertumbuhan. Asam lemak essensial dan asam amino akan beroksidasi
menghasilkan asetil – Koa dalam proses siklus asam sitrat dalam transpor elektron
menjadi ATP. Energi dipakai sebagai proses metabolisme. Hasil metabolisme
digunakan untuk mengganti jaringan yang rusak, pertumbuhan dan kelangsungan hidup
(Noviati, dkk., 2012).
oleh tubuh dan dijadikan energi. Gula termasuk golongan disakarida berbeda dengan
monosakarida terbentuk dari dua molekul gula. Gula termasuk sukrosa yang merupakan
gabungan antara molekul glukosa dan fruktosa. Gula biasa digunakan sebagai pemanis
pada makanan dan minuman, pemberi tekstur,dan memberi warna. Gula pasir berasal
dari cairan sari tebu setelah mengalami kristalisasi akan berubah menjadi butiran gula
berwarna putih dan agak kecoklatan. Kandungan gizi dalam gula pasir dalam dilihat
pada Tabel 8 dibawah ini.
Menurut Buckle (2007), gula pasir bila ditambahkan ke dalam suatu bahan pangan
dengan konsentrasi tinggi (paling sedikit 40%) maka aktivitas air dalam bahan pangan
menjadi berkurang dan sebagian air yang ada tidak tersedia untuk pertumbuhan
mikroba. Pengaruh jumlah gula pasir pada suatu produk akan mempengaruhi warna,
aroma, kadar air, tingkat kesukaan, jumlah mikroba dan kekenyalan untuk produk
manisan yang dibuat (Fathia, 2014).
Tabel 8. Komposisi Zat Gizi Gula Pasir per 100 g (Winarno 2013)
Zat gizi Ukuran
Energy (kkal) 364
Karbohidrat (gram) 94
Kalsium (mg) 5
2.9 Mineral
Mineral merupakan komponen anorganik yang tidak dapat disintesis oleh tubuh
kecuali niasin. Mineral dibagi menjadi dua kelompok, yaitu makro dan mikro mineral.
Fungsi mineral adalah sebagai zat pembangun dan zat pengatur seperti sebagai kofaktor
enzim atau kofaktor dan gugus prostetis ( katalis berbagai reaksi bikimiawi ), sebagai
bagian pembentukan hormone dan bagian pembentuk struktur sel, transmisi sinyal atau
pesan pada sel saraf, berperan dalam pencernaan dan penggunaan makanan dalam tubuh
serta bagian vital dari organ tubuh seperti tulang, gigi dan darah. Mineral dalam
fungsinya sebagai koenzim metabolisme tubuh jika kelebihan dan kekurangan mineral
dapat menyebabkan penyakit. Sebagian besar enzim dalam tubuh mengandung ion
17
metal yang sering disebut dengan metaloenzim. Ion tersebut seperti koenzim dan
fungsinya sangat bervariasi dalam enzim (dapat sebagai katalis (Zn) dan meningkatkan
efiensi enzim dalam menghasilkan energy ATP – Mg). Ketersediaan dalam tubuh harus
seimbang dan cukup sesuai dengan kebutuhan.
Kebutuhan standar untuk masing-masing orang berbeda tergantung dari keperluan
tubuh dalam sehari. Nilai biologis mineral pangan tergantung dari daya serap, daya
cerna dan distribusi dan masuknya mineral pangan sampai ke dalam sel. Jenis-jenis
mineral berdasarkan jumlah yang dibutuhkan oleh tubuh dibagi menjadi dua, yaitu
makro elemen dan mikro elemen. Mineral juga dapat dibagi menjadi main element
(Na,K,Cl, Mg, Ca dan P) sangat esensial dibutuhkan oleh manusia dalam sehari adalah
> 50 mg/ hari, trace element (Fe, I, F, Zn, Se, Cu, Mn, Cr, Mo, Co, Ni) sangat esensial
pada konsentrasi < 50 mg/ hari, dan ultra trace element (Al, As,Ba,Bi, B,Br, Cd, Cs,
Ge, Hg,Ci, Pb, Rb, Sb, Si, Sm, Sr, TI, T, dan W).
2.9.1. Komposisi mix mineral
Komposisi Mix Mineral dengan ukuran 8 gram per kemasan dapat dilihat pada
tabel 9 adalah sebagai berikut.
Tabel 9. Komposisi Kandungan Mineral per Kemasan (Mix Mineral Sachet Kemenkes)
Mineral Berat dalam gram ( g )
Kalium klorida 1.792
Trikalium sitrat 0.648
Magnesium klorida 0.608
Seng asetat 0.066
Tembaga sulfat 0.011
3.7 – 7.4 gram KCl. Pengaruh yang terjadi bila kekurangan kalium adalah terjadi
pelunakan pada otot tubuh. Kandungan kalium dalam tubuh dewasa adalah 250 gram.
2.9.3. Klorida dan Natrium
Klorida dan Natrium dalam tubuh membentuk garam NaCl. Na terdapat pada
plasma darah, tulang dan cairan di luar sel tubuh. Jumlah Na dalam tubuh adalah 110
gram. Clorida terdapat pada plasma darah dan pada kelenjar pencernaan lambung
sebagai asam lambung. Tubuh mengandung kira – kira 82 gram Cl. Konsumsi garam
perhari adalah 6 – 18 gram. NaCl membantu mempertahankan tekanan osmotic dan
keseimbangan asam basa tubuh. Na bersama dengan K, Mg dan Ca dalam cairan ekstra
seluler mempunyai reaksi alkalis (basa). Klorida (Cl) bersama dengan P, karbonat dan
sulfat, asam organic dan protein mempunyai reaksi asam.
2.9.4. Magnesium
Magnesium terdapat sebagian dalam tulang dan jaringan lemak seperti otot, hati,
cairan ekstraselular. Magnesium merupakan activator enzim peptidase yang memecah
dan memindahkan gugus fosfat. Orang dewasa mengandung 20 -25 gram. Kapasitasnya
dalam tubuh adalah meningkatkan tekanan osmotik sehingga menarik air ke dalam usus
kecil. Kekurangan magnesium menyebabkan hipomagnesema dengan gejala denyut
jantung tidak teratur, lemah otot, insomnia, kejang kaki, kaki dan tangan gemetar.
Kebutuhan Mg pria 350 mg dan wanita 300 mg.
2.9.5. Zink
Zink terdapat pada tulang, mata, rambut dan kelenjar alat kelamin pria. Tubuh
mengandung 2 gram zink. Zink merupakan komponen penting dari enzim karbonat
anhidrase yang terdapat pada sel darah merah, karboksipeptidase, dan dehidrogenase
dalam hati. Kekurangan zink dapat meyebabkan kerdil, alat reproduksi tidak
berkembang, dan terjadi pembengkakan pada hati dan ginjal.
2.9.6. Tembaga
Tembaga diperlukan untuk pertumbuhan sel–sel darah merah. Kekurangan tembaga
dapat menyebabkan terjadinya penurunan produksi sel–sel darah merah. Kekurangan
tembaga banyak dijumpai pada bayi 6 – 9 bulan dan kecenderungan pada bayi yang
kekurangan energi dan protein. Pada tubuh orang dewasa terdapat 100-150 mg terutama
terkonsentrasi pada hati, ginjal, otak dan rambut (Belitz, et al.,2009).
19
dan energi dan kebutuhan tubuh terhadap mereka untuk menjamin pertumbuhan,
pemeliharaan, dan fungsi tertentu. Malnutrisi dapat disebabkan oleh diet yang tidak
seimbang atau tidak memadai, atau suatu kondisi medis yang mempengaruhi
pencernaan makanan atau penyerapan nutrisi dari makanan sehari hari.
Semua bagian tubuh (keseluruhan atau parsial) dapat digunakan untuk menilai
status gizi, namun menurut WHO (1983) hanya tiga parameter saja yang dianggap valid
yaitu berat badan, tinggi badan, dan lingkaran lengan atas. Satu ukuran tubuh sebagai
dasar menentukan status gizi disebut parameter. Menurut WHO (1990) indeks status
gizi adalah gabungan dua parameter antropometri yang digunakan untuk menilai status
gizi sehingga dari parameter yang valid tersebut dapat dinilai empat indeks yaitu berat
badan menurut umur (BB/U), berat badan menurut tinggi badan (BB/TB), tinggi badan
menurut Umur (TB/U), dan lingkaran lengan atas menurut umur (LILA/U).
Penyebab malnutrisi dapat dibagi kepada dua penyebab yaitu malnutrisi primer dan
malnutrisi sekunder. Malnutrisi primer adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan
oleh asupan protein maupun energi yang tidak adekuat. Malnutrisi sekunder adalah
malnutrisi yang terjadi karena kebutuhan yang meningkat, menurunnya absorpsi dan
atau peningkatan kehilangan protein maupun energi dari tubuh. Kurang energi protein
(KEP) bisa terjadi karena adanya beberapa faktor yang secara bersamaan menyebabkan
penyakit ini, antara lain adalah faktor sosial dan ekonomi contohnya masalah
kemiskinan dan faktor lingkungan yaitu tempat tinggal yang padat dan tidak bersih.
Selain itu, pemberiaan Air Susu Ibu (ASI) dan makanan tambahan yang tidak adekuat
juga menjadi penyebabkan terjadinya masalah KEP (Damayanti, dkk., 2011).
Parameter keparahan dan klasifikasi malnutrisi dapat diukur dengan menggunakan
indikator antropometri. Indikator berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB) dapat
digunakan sebagai petunjuk dalam penentuan status gizi sekarang dan tinggi badan
terhadap usia (TB/U) digunakan sebagai petunjuk tentang keadaan gizi masa lampau.
Departemen Kesehatan RI (2000) merekomendasikan baku WHO-NCHS untuk
digunakan sebagai baku antropometri di Indonesia. Anak dikatakan menderita
malnutrisi apabila berada di bawah -2 Z-score dari setiap indikator. Secara klinis,
malnutrisi dapat dibagikan kepada tiga tipe yaitu, kwashiorkor, marasmus, dan
marasmik-kwashiorkor. Marasmus terjadi karena pengambilan energi yang tidak cukup
21
2.13 Antropometri
2.13.1 Berat badan
Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting. Pada masa bayi dan
balita, berat badan dapat dipergunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun
status gizi, kecuali terdapat kelainan klinis seperti dehidrasi, asites, edema dan adanya
tumor, dipergunakan juga sebagai dasar perhitungan dosis obat dan kalori makanan
22
yang diberikan. Berat badan awal sampel merupakan cerminan asupan sampel selama di
rumah. Berat badan awal diketahui dengan cara menimbang sampel pada saat baru
masuk ke rumah sakit untuk menjalani rawat inap terkait dengan penyakitnya.
Pentingnya pengukuran berat badan karena :
1. Parameter pengukuran yang paling baik, mudah terlihat perubahan dalam waktu
singkat karena dipengaruhi oleh adekuatnya konsumsi makanan dan kesehatan anak.
2. Memberikan gambaran status gizi sekarang dan bila diukur secara periode tertentu
memberikan gambaran yang baik tentang pertumbuhan.
3. Merupakan ukuran antropometri yang sudah dipakai secara umum.
4. Ketelitian pengukuran tidak banyak dipengaruhi oleh keterampilan pemeriksa.
2.13.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi berat badan
Berat badan sangat erat kaitannya dengan status gizi, berat badan merupakan salah
satu pengukuran dalam penentuan status gizi secara antropometri. Malnutrisi adalah
salah satu kondisi yang ditunjukkan dari status gizi seseorang yang terjadi oleh karena
berbagai sebab antara lain kondisi penyakit yang sedang diderita oleh pasien itu sendiri,
asupan makanan yang tidak adekuat, adanya stres dari manifestasi klinik yang timbul,
deprivasi dan ketakutan pasien akan tindakan medis yang akan dilakukan.
Selain itu, penyakit yang menyerang daerah wajah, mulut, tenggorokan dapat
memberikan dampak langsung terhadap asupan dan status nutrisi seseorang karena
adanya gangguan pada proses makan. Anak yang dalam pengunaaan tindakan prosedur
invasif seperti suction, pemasangan nasogastric tube, atau endotracheal tube dapat
menjadi intoleran terhadap suatu stimulasi di daerah mulut. Anak menderita penyakit
kronik dapat mempengaruhi status nutrisi seorang anak seperti penyakit jantung
bawaan, penyakit kronis di daerah organ paru, hati, ginjal dan saluran cerna, HIV,
trauma, luka bakar, keganasan dan kelainan metabolisme bawaan. Malnutrisi juga dapat
terjadi karena berkaitan terhadap suatu tindakan pengobatan seperti radiasi, kemoterapi
dan pemberian antibiotika jangka waktu lama. Mekanisme di mana infeksi kemudian
menyebabkan kondisi malnutrisi melibatkan beberapa keadaan: anoreksia, penggantian
makanan dengan makanan khusus, penurunan absorbsi zat gizi akibat diare dan adanya
infeksi parasit, peningkatan kehilangan nitrogen, kalium, magnesium, zink, fosfat,
sulfur, dan vitamin A, vitamin C, dan B2 melalui urin.
23
Paparan pada penyebab infeksi maka tubuh akan terjadi penurunan kadar asam
amino dalam darah, memicu peningkatan glukoneogenesis di hati dan penguraian asam
amino dari otot yang kemudian diekskresikan dalam bentuk urea di urin. Bila tidak
terjadi kompensasi dengan meningkatkan asupan makanan maka akan terjadi
keseimbangan nitrogen yang negatif dan dapat berakibat terjadinya kondisi malnutrisi.
Pada keadaan infeksi juga terjadi penyimpangan metabolisme zat besi, cuprum, dan
zink dari jalur metabolisme normal. Selain itu peningkatan kadar mediator inflamasi
seperti haptoglobin, C reaktif protein, antritripsin, makroglobulin, yang kesemuanya
diperantarai tumor nekrosis faktor dan interleukin-1 mengakibatkan penurunan sintesis
protein viseral. Selain masalah asupan dan absorbsi, dalam hal ini berat badan juga
berkaitan dengan semua penyakit yang menyebabkan degradasi protein tubuh
meningkat, yang umumnya diperantarai oleh mediator inflamasi seperti infeksi dan
keganasan yang menyebabkan peningkatan kebutuhan energi (Almatsier, 2010).
2.13.3 Instrumen pengukuran berat badan
Alat yang dapat memenuhi persyaratan dipilih untuk digunakan dalam
penimbangan anak balita adalah timbangan. Timbangan yang digunakan harus memiliki
ketelitian o,o kg dan ketepatan yang baik. Kesulitan dalam menimbang yakni anak tidak
kooperatif pada saat penimbangan, sehingga sulit melihat skala.
2.13.4 Kriteria diagnostik
Status gizi diperoleh dengan perhitungan persentase berat badan aktual terhadap
berat badan ideal, selanjutnya diklasifikasikan menurut Waterlow 1972 sebagai berikut:
1. Obesitas : > 120 %
2. Gizi lebih : > 110 – 120 %
3. Gizi cukup : 110 – 90 %
4. Gizi kurang : 70 – 89 %
5. Gizi buruk : < 70 %
Pada pasien yang mengalami gizi lebih atau obesitas maka parameter pengukuran
dialihkan dengan menggunakan Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan perhitungan BB (kg)
dibagi TB (m2) selanjutnya nilai IMT yang didapat diplot ke grafik IMT menurut umur
dan jenis kelamin.
24