Anda di halaman 1dari 15

UNIVERSITAS DIPONEGORO

EVALUASI DESAIN TAHAP 1 DISPOSAL SWD 11 PIT 116 TAMBANG


BATUBARA DISTRIK BAYA DESA SEPARI, KECAMATAN TENGGARONG
SEBERANG, KABUPATEN KUTAI KARTA NEGARA, KALIMANTAN
TIMUR

NASKAH PUBLIKASI
TUGAS AKHIR

RONI CAHYA KUSUMA


NIM. 21100110120053

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

SEMARANG
OKTOBER 2014
EVALUASI DESAIN TAHAP 1 DISPOSAL SWD 11 PIT 116 TAMBANG BATUBARA
DISTRIK BAYA DESA SEPARI, KECAMATAN TENGGARONG SEBERANG,
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR

Roni Cahya Kusuma


Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Soedarto, SH Tembalang–Semarang, Gedung Sukowati
email: ronick@live.com

ABSTRAK

Kegiatan eksploitasi batubara dengan sistem penambangan terbuka melakukan kegiatan pengambilan
batubara dan batuan yang tidak digunakan seperti material overburden dan interburden. Kemudian, material
yang tidak digunakan tersebut ditimbun kembali di disposal. Pembuatan disposal harus dilakukan dengan
baik, apabila tidak, akan timbul adanya tanah longsor yang akan mengganggu aktivitas eksploitasi batubara.
Selain itu pembuatan disposal harus mencukupi target kapasitas timbunan.
Penelitian tugas akhir ini bermaksud untuk menganalisis kestabilan lereng, mengevaluasi, dan
melakukan perhitungan kapasitas desain awal dan desain baru (redesign) disposal SWD 11 yang terletak di
site Baya, Kalimantan Timur. Metode yang dilakukan adalah penyelidikan langsung lapangan yang bersifat
deskriptif ke disposal SWD 11 untuk mengetahui geometri lereng serta tipe longsoran dan kegiatan
laboratorium untuk mengetahui bobot isi (), kohesi (c) serta sudut geser () dalam timbunan tanah pada
disposal NED 2 sebagai acuan. Analisis kestabilan lereng unuk menentukan nilai faktor keamanan dari lereng
disposal. Metode analisis kestabilan lereng menggunakan metode Bishop simplified dan Janbu simplified.
Analisis kestabilan dan permodelan lereng disposal menggunakan bantuan perangkat lunak Slide 6.0 serta
permodelan desain disposal menggunakan perangkat lunak AutoCad dan Minescape.
Berdasarkan hasil evaluasi desain awal disposal SWD 11 memiliki nilai faktor keamanan  1,2
sehingga termasuk kedalam kondisi tidak aman. Untuk menghasilkan nilai faktor keamanan  1,2 perlu
adanya konstruksi counter weight pada kaki lereng disposal, serta untuk mengoptimalkan kapasitas disposal
dilakukan penggeseran timbunan dan counter weight menjauhi kolam lumpur (sump) dan mengubah lereng
tunggal timbunan disposal dari 37 menjadi 40. Kapasitas disposal SWD 11 mengalami peningkatan sebesar
1.016.342,3 ton atau setara dengan peningkatan 5% setelah dilakukan perubahan menjadi desain baru.
Pengaruh parameter sifat fisik dan mekanik tanah yang mempengaruhi kestabilan lereng disposal SWD 11
antaralain unit weight (γ), kohesi (c), sudut geser dalam (). Semakin besar nilai unit weight (γ) maka nilai
faktor keamanan mengalami penurunan rata-rata 4,4%, semakin besar nilai kohesi (c) maka nilai faktor
keamanan mengalami kenaikan rata-rata 8,4%, semakin besar sudut geser dalam () maka nilai faktor
keamanan mengalami kenaikan rata-rata 15,3%.

Katakunci: disposal SWD 11, kestabilan lereng, bishop simplified, janbu simplified, slide 6.0, minescape,
counter weight

dilakukan dengan sistem penambangan


PENDAHULUAN
terbuka (open pit mining).
Indonesia merupakan salah satu negara
Pada sistem pernambangan terbuka pada
penghasil batubara yang tersebar di Sumatra,
prinsipnya menggunakan sistem cut and fill.
Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Maluku, dan
Sistem ini dimaksudkan membuat galian atau
Papua. Besar nilai sumberdaya di Indonesia
lubang permukaan dengan memotong (cut)
sebesar 105,2 MT sedangkan nilai
lapisan tanah dan batuan untuk menggambil
cadangannya adalah 21,13 MT (ESDM,
batubara kemudian hasil galian tersebut
2011).
ditimbun (fill) ke suatu area tertentu.
Dari sekian banyak daerah penghasil
Bentukan hasil galian disebut dengan pit
batubara di Indonesia salah satunya terdapat
sedangkan daerah tempat penimbunannya
di site Baya, Kalimantan Timur. Total
disebut disposal.
cadangan yang terdapat di site Baya sebesar
Disposal atau tempat penimbunan ini
27,569,651 MT (PT JMB, 2004). Kegiatan
harus direncanakan dengan baik agar
penambangan batubara pada site Baya
timbunan tanah dan batuan tersebut berada mekaniknya dijadikan acuan untuk mendesain
dalam kondisi stabil. Kelongsoran pada disposal SWD 11.
lereng disposal dapat menyebabkan banyak
kerugian yaitu terhambatnya jalan angkut Permodelan Desain
utama maupun instalasi penting yang berada Proses pembuatan model disposal dan
disekitar disposal serta korban jiwa yang analsis kestabilan lerengnya menggunakan
akan menyebabkan gangguan pada proses beberapa perangkat lunak antara lain:
produksi batubara. a . Perangkat lunak Minescape 4.1.1.8
Kendala yang lainnya adalah lahan untuk Perangkat lunak minescape digunakan
tempat disposal cenderung terbatas akibat untuk mengatur panjang, lebar, tinggim serta
kesulitan dalam perijinan lahan kosong sekitar kemiringan lereng desain disposal, membuat
daerah pertambangan. Tantangan yang penampang melintang dari permukaan lereng
diperlukan adalah mendesain lereng disposal disposal serta perhitungan kapasitas disposal
sedemikian agar tetap stabil serta mencukupi SWD 11.
kebutuhan penimbunan tanah dan batuan. b . Perangkat lunak AutoCad 2012
Tanpa ada kegiatan penimbunan tersebut Melalui perangkat lunak AutoCad
maka tidak akan ada batubara yang akan diperoleh hasil penampang melintang
diproduksi. permukaan disposal yang lebih halus
Oleh sebab itu penulis tertarik untuk (smooth) hasil dari pengerjaan pada perangkat
mengkaji mengenai desain awal disposal yang lunak minescape sebelumnya, kemudian akan
terletak di site Baya yaitu disposal SWD 11. diolah perangkat lunak slide.
Diharapkan dengan adanya evaluasi terhadap c . Perangkat lunak Slide 6.0
desain awal disposal SWD 11 dapat
Perangkat lunak slide digunakan untuk
memberikan dasar acuan dalam konstruksi
analisis kestabilan lereng dengan
disposal tersebut untuk mencegah terjadinya
menggunakan metode Bishop simplified dan
longsoran dan dampak buruk lainnya yang
Janbu simplified. Data sifat fisik dan mekanik
dapat menghambat proses penambangan
tanah akan diolah untuk memperoleh nilai
batubara.
faktor keamanan pada lereng disposal.
Dengan menggunakan perangkat lunak slide,
METODOLOGI
permodelan tipe longsoran dapat dilakukan
Penelitian ini terdiri dari tahap
dengan jenis longsoran busur dan jenis
pengambilan data lapangan serta uji
longsoran bidang.
laboratorium yang dilanjutkan dengan
pengolahan data dan permodelan desain
HASIL DAN PEMBAHASAN
disposal. Berikut merupakan uraiian dari
Kondisi Disposal SWD 11
metode yang dilakukan dalam penelitian ini:
Lokasi penelitian terletak pada areal
Penyelidikan Lapangan
disposal SWD 11 distrik Baya, di Desa Separi
Kegiatan penyelidikan lapangan
Kecamatan Tenggarong Seberang, Kabupaten
dilakukan secara langsung ke lapangan yaitu
Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan
pit 116 dan disposal SWD 11. Penyelidikan
Timur oleh PT Pamapersada Nusantara
lapangan ini bersifat deskriptif. Data yang
sebagai kontraktor dari PT Jembayan Muara
diambil berupa jenis litologi yang ada di pit
Bara. Objek penelitian merupakan area
116 dan geometri lereng serta jenis longsoran
disposal yang merupakan tempat penimbunan
yang mungkin terjadi pada disposal SWD 11.
material lepas dari overburden maupun
interburden batubara.
Uji Laboratorium
Disposal SWD 11 merupakan tempat
Kegiatan laboratorium ini bertujuan
penimbunan material overburden maupun
untuk memperoleh nilai sifat fisik tanah yaitu
interburden yang memanfaatkan bukaan
berat jenis () dengan melakukan uji berat tambang pit G yang telah mine out. Disposal
jenis tanah. Selain itu kegiatan laboratorium semacam ini disebut inpit disposal. Sekarang
juga bertujuan untuk mengetahui sifat disposal SWD 11 merupakan areal timbunan
mekanik tanah antara lain kohesi (c) dan yang berasal dari pit 116 yang terletak
sudut geser dalam () dengan melakukan uji disebelah selatan disposal. Pemilihan pit G
direct shear. Sampel yang diuji berasal dari sebagai disposal dikarenakan faktor jarak
disposal NED 2 yang telah selesai tahap pengangkutan yang lebih dekat. Dengan jarak
penimbunannya, sehingga data sifat fisik dan
pengangkutan yang lebih dekat maka akan lumpur dari sistem drainase pit G. Kolam
menghemat biaya pengangkutan dan bahan lumpur (sump) terletak pada elevasi paling
bakar dari HD 785 dan HD 465. dalam dari pit G yaitu RL -60m. Kolam
Karena sebelumnya merupakan pit G lumpur (sump) terbagi menjadi dua, yaitu
yang telah mine out maka pada disposal SWD kolam lumpur (sump) selatan dan kolam
11 memiliki batas selatan adalah highwall pit lumpur (sump) utara. Kedua kolam lumpur
G dan sebelah utara merupakan lowwall pit G. (sump) tersebut dipisahkan oleh jalan hauling
Di bawah lereng highwall terdapat kolam (gambar 1).
lumpur (sump), tempat penampungan air dan

Areal disposal SWD 11 Sump utara

Jalan hauling

Sump selatan

Gambar 1 Areal disposal SWD 11 dan keberadaan sump

Jenis Litologi dengan ukuran butir (Wentworth, 1922) lanau


Dari pengamatan secara langsung di (1/256mm – 1/16mm) yang berbutir halus dan
lapangan pada area pit 116 memiliki litologi masih terdapat sisipan batupasir. Struktur
secara umum dari terdiri dari top soil sebagai yang berkembang berupa kekar dengan
material penutup, batulanau (siltstone), permukaan agak kasar (slightly rough),
sisipan batupasir (sandstone) dan batubara dinding kekar agak lapuk (slightly
(coal). Batulanau dan batubara membentuk weathered), tingkat pelapukan massa
suatu perlapisan dimana batulanau tersebut batulanau moderate weathered dikarenakan
merupakan material overburden dan pada blok ini terjadi discolored. Penyebaran
interburden yang akan diambil dan ditimbun batulanau ini sangat tebal, sebagai overburden
ke disposal SWD 11. Berikut penjelasan dan interburden yang akan diambil dan
mengenai litologi dan material penyusun pada ditimbun di disposal SWD 11.
pit 116: Material sisipan pada batulanau yaitu
1. Tanah penutup (top soil) batupasir, memiliki dimensi ketebalan
Tanah penutup merupakan material hasil berkisar antara 10cm-30cm. Secara
lapukan batuan, yang terletak di atas batuan megaskopis memiliki warna abu – abu muda
lain dan menutupi batuan di bawahnya. Tanah sampai abu-abu tua, berbutir sedang
penutup ini memiliki warna coklat muda, (Wentworth, 1922) dengan ukuran butir
dengan ukuran butir (Wentworth, 1922) pasir (1/4mm – 1/2mm), terpilah baik, ukuran butir
sangat halus (1/16mm -1/8mm) sampai pasir relatif seragam, subrounded, memiliki tingkat
kasar (1/2mm - 1mm), sortasi sedang sampai pelapukan sedang (moderate weathered). Di
buruk, pelapukan tinggi, kondisi material beberapa tempat terlihat struktur sedimen
lembab. Terdapat pada bagian atas highwall pararel laminasi dan crosslamination.
pit 116 dengan ketebalan antara 1m sampai 3. Batubara (coal)
3m. Tanah penutup ini akan di pindahkan Pengamatan secara megaskopis di
untuk proses reklamasi yaitu penanaman atau lapangan, batubara ini berwarna hitam pekat,
penghijauan kembali area tambang. Dengan memiliki kilap kusam (dull), mudah pecah
menyimpan tanah aslinya, dihatapkan proses jika dipukul, memiliki pecahan tidak
reklamasi berlangsung dengan baik. beraturan, memiliki berat sedang, dengan
2. Batulanau (siltstone) keberadaannya bervariasi, ada yang
Secara megaskopis di lapangan merupakan lapisan tebal seperti pada seam 20
batulanau memiliki warna abu-abu muda, pit 16 serta berupa sisipan pada batupasir
serta batu lanau dengan ketebalan 10cm- remolded material, mud dan mudcell
20cm. Perlapisan batubara pada pit 116 structure. Keempat material tersebut telah ada
memiliki arah penunjaman ke timur. sebelum rancangan awal SWD 11, sehingga
dapat ditentukan secara pasti letak dan
Properties Material kedalaman material tersebut melalui peta
Dalam evaluasi dan penentuan nilai topografi mine out pit G serta peta topografi
faktor keamanan dari desain awal tahap 1 situasi pada saat pembuatan desain awal
disposal SWD 11 digunakan beberapa disposal SWD 11. Sedangkan material
properties material yang menyusun timbunan timbunan selanjutnya diasumsikan sebagai
disposal. Karena ini merupakan rancangan, material jenuh (saturated) dan (unsaturated)
maka material penyusun timbunan disposal berdasarkan pada material penyusun
SWD 11 belum terbentuk semua sampai tahap timbunan disposal pada umumnya. Properties
1 (elevasi RL 50), hanya beberapa material material dapat dilihat pada tabel 1.
yang telah pasti ada yaitu material bedrock,

Tabel 1 Properties material disposal SWD 11


Sudut
Unit
Kohesi Geser
No Material Weight
(kN/m2) Dalam
(kN/m3)
()
1 Bedrock 20  
2 Remolded 18 5,9502 16,33
3 Saturated 18 27,023 16,37
4 Unsaturated 17 62,048 15,84
5 Blended 18 35 0
6 Compacted 20 10 30
7 Mudcell 20 6 23
8 Mud 18 16 0

FK Desain Awal Disposal SWD 11 menahan gaya penggerak dari lereng disposal
Faktor keamanan desain awal diperoleh tersebut.
melalui analisis kestabilan lereng disposal Akan tetapi untuk tipe longsoran bidang
SWD 11 pada 3 penampang (cross section) (plane failure) cross section A memiliki nilai
yang akan dijelakan sebagai berikut: faktor keamanan  1,2 (Lampiran 1) sehingga
a. Penampang A termasuk dalam kategori tidak aman.
Pada cross section A, kondisi disposal Perbedaan nilai yang cukup jauh dari tipe
pada desain awal memiliki jarak bench longsoran busur dan bidang (tabel 4.3 dan
dengan kolam lumpur (sump) utara adalah tabel 4.4) memiliki selisih nilai 0.4. Adanya
69m, kemudian timbunan pada bench pertama counter weight pada kaki disposal belum
memiki lebar berm adalah 170m. Pada bench mampu memberikan gaya penanahan yang
pertama ini akan dibuat counter weight, yang cukup dengan tipe longsoran bidang.
bertujuan untuk memberikan tahanan Selain itu, penyebab lain yang sangat
terhadap gaya penggerak lereng, sehingga mempengaruhi perbedaan nilai faktor
dapat memperbesar nilai faktor keamanan. keamanan dari tipe longsoran bidang dan
Untuk tipe longsoran busur (circular busur adalah bidang gelincir pada longsoran
failure) dengan desain awal tersebut, bidang. Bidang longsoran terdapat pada
memiliki nilai faktor keamanan  1,2 bidang lemah yaitu batas antara material
(Lampiran 1). Model dari cross section A bedrock dengan material remolded, yang
desain awal sudah aman untuk tipe longsoran memiliki elevasi lebih dalam daripada bidang
busur, adanya counter weight mampu gelincir dari longsoran busur. Hal ini
menyebabkan perbedaan berat dari material
diatas bidang gelincir. Pada longsoran bidang dalam kategori tidak aman untuk tipe
dengan bidang gelincir lebih dalam akan longsoran busur, tidak adanya adanya counter
memiliki berat material lebih besar dari weight memperburuk gaya gaya penahan
longsoran busur yang memiliki bidang lereng disposal tersebut.
gelincir lebih dangkal. Bidang gelincir pada tipe longsoran
Adanya blended material pada batas busur dengan nilai faktor keamanan terkecil
antara material bedrock dengan material memiki dimensi yang cukup lebar, yaitu dari
remolded, memberikan gaya penahan semakin batas antara timbunan dengan kolam lumpur
kecil. Blended material memiliki nilai (sump) selatan sampai dengan timbunan pada
properties material yang jelek karena nilai elevasi RL 40m. Dengan bidang gelincir yang
sudut geser dalam 0 (undrained). Oleh sebab memiliki dimensi lebih lebar dan lebih dalam
itu, blended material menyebabkan gaya akan memberikan nilai faktor keamanan yang
penahan semakin kecil yang memungkinkan lebih besar, karena memiliki berat material
material di atas bidang gelincir tersebut yang lebih banyak, dibandingkan dengan
mengalami longsor. dimensi bidang gelincir yang lebih sempit.
b. Penampang B Bidang gelincir dengan dimensi lebih besar
Pada cross section B, kondisi disposal apabila terjadi longoran akan menyebabkan
pada desain awal memiliki jarak bench kerugian yang sangat besar dari pada bidang
pertama dengan kolam lumpur (sump) selatan gelincir yang lebih kecil.
adalah 86m, kemudian timbunan pada bench Untuk tipe longsoran bidang (plane
kedua memiki lebar berm adalah 30m failure) cross section B juga memiliki nilai
berulang sampai pada elevasi RL 50m. Jarak faktor keamanan  1,2 yaitu 1,091 untuk
timbunan pertama pada bench 1 ini dapat metode Bishop simplified dan 1,085 untuk
dikategorikan memiliki jarak yang cukup jauh metode Janbu simplified (Lampiran 1),
dengan kolam lumpur (sump) selatan, sehingga termasuk dalam kategori tidak
dibandingkan dengan cross section A yang aman.
memiliki konstruksi counter weight pada Pada tipe lonsoran bidang (plane
bench 1 dengan jarak timbunan pertama pada failure), yang sangat mempengaruhi
bench 1 terhadap kolam lumpur (sump) utara perbedaan nilai faktor keamanan adalah
yaitu 69m dengan lebar berm kedua 170 m. bidang gelincir. Bidang longsoran terdapat
Tidak adanya counter weight pada kaki pada bidang lemah yaitu batas antara material
disposal cross section B menyebabkan bedrock dengan material remolded dan
timbunan pada disposal tidak memiliki gaya sebagian terletak pada blended material.
penahan yang cukup. Selain itu juga timbunan Adanya blended material pada batas
juga langsung berbatasan dengan kolam antara material bedrock dengan material
lumpur (sump) selatan, sehingga remolded, memberikan gaya penahan semakin
kemungkinan terjadi longsoran sangat besar. kecil. Blended material memiliki nilai
Ketika material akan mengalami longsor, properties material yang jelek karena nilai
seketika akan langsung bergerak tanpa ada sudut geser dalam 0 (undrained). Oleh sebab
gaya penahan lain, ditambah dengan adanya itu, blended material menyebabkan gaya
kolam lumpur (sump) selatan yang berisi penahan semakin kecil yang memungkinkan
lumpur dengan properties material yang material di atas bidang gelincir tersebut
buruk. mengalami longsor.
Dengan kondisi tersebut, cross section B c. Penampang C
akan menghasilkan nilai faktor keamanan Pada cross section C, kondisi desain
yang lebih kecil dari nilai faktor keamanan awal disposal berbeda dengan cross section A
pada cross section A (tabel 4.3 dan tabel 4.4), dan B. Pada cross section A dan B, timbunan
baik untuk tipe longsoran busur (circular pada bench pertama langsung berbatasan
failurei) maupun tipe longsoran bidang (plane dengan kolam lumpur (sump), dan juga
failure). timbunan berada di atas material remolded.
Untuk tipe longsoran busur (circular Pada cross section C, timbunan pada bench 1
failure) dengan desain awal tersebut, tidak berbatasan langsung dengan kolam
memiliki nilai faktor keamanan 1,035 untuk lumpur (sump), masih terdapat jarak 52m.
metode Bishop simplified dan 1,012 untuk Timbunan juga berada di atas material
metode Janbu simplified (Lampiran 1). Model bedrock yang memiliki properties material
dari cross section B desain awal termasuk lebih kuat. Pada desain awal, tidak dirancang
dengan konstruksi counter weight dengan (plane failure) cross section C memiliki nilai
asumsi akan aman dengan kondisi tersebut. faktor keamanan  1,2 yaitu 1,119 untuk
Untuk tipe longsoran busur (circular metode Bishop simplified dan 1,096 untuk
failure) dengan desain awal tersebut, metode Janbu simplified, sehingga termasuk
memiliki nilai faktor keamanan 1,280 untuk dalam kategori tidak aman (Lampiran 1).
metode Bishop simplified dan 1,262 untuk Pada tipe lonsoran bidang (plane
metode Janbu simplified (Lampiran 1). Model failure), yang sangat mempengaruhi
dari cross section C desain awal termasuk perbedaan nilai faktor keamanan adalah
dalam kategori aman untuk tipe longsoran bidang gelincir. Bidang longsoran terdapat
busur, tidak adanya adanya counter weight pada bidang lemah yaitu batas antara material
merupakan keputusan yang tepat. Terbukti bedrock dengan material remolded dan
dengan tipe longsoran busur, disposal telah sebagian terletak pada blended material.
termasuk dalam kategori aman. Adanya blended material pada batas
Yang menyebabkan cross section C antara material bedrock dengan material
memiliki nilai faktor keamanan  1,2 adalah remolded, memberikan gaya penahan semakin
dari kondisi surface dari mine out. Surface kecil. Blended material memiliki nilai
mine out yang memiliki material bedrock properties material yang jelek karena nilai
tersebut memiliki kemiringan yang lebih sudut geser dalam 0 (undrained). Oleh sebab
landai dari pada cross section A dan B, yaitu itu, blended material menyebabkan gaya
7. Dengan sudut kemiringan surface mine penahan semakin kecil yang memungkinkan
out yang lebih landai, akan menghasilkan material di atas bidang gelincir tersebut
gaya penggerak yang lebih kecil, serta jumlah mengalami longsor.
berat total timbunan yang ada lebih ringan Nilai faktor keamanan pada desain awal
daripada surface mine out yang lebih curam. disposal SWD 11 dapat dilihat pada tabel 2
Akan tetapi untuk tipe longsoran bidang dan 3.

Tabel 2 Nilai faktor keamanan desain awal untuk longsoran busur


Cross Faktor Keamanan
No. Keterangan
Section Bishop simplified Janbu simplified
1. A 1,288 1,218 Aman
2. B 1,035 1,012 Tidak aman
3. C 1,280 1,262 Aman

Tabel 3 Nilai faktor keamanan desain awal untuk longsoran bidang


Cross Faktor Keamanan
No. Keterangan
Section Bishop simplified Janbu simplified
1. A 0,874 0,836 Tidak aman
2. B 1,091 1,085 Tidak aman
3. C 1,119 1,096 Tidak aman
Keterangan
= tidak aman
= aman
kestabilan lereng yang dilakukan untuk
FK Desain Baru Disposal SWD 11 mengurangi gaya termobilisasi pada badan
Dari evaluasi desain awal disposal SWD lereng dan meningkatkan gaya penahan
11 perlu adanya perbaikan untuk lereng, penurunan tekanan pori atau muka air
menghasilkan disposal yang aman khususnya tanah pada badan lereng.
pada kasus tipe longsoran bidang (plane Rekayasa geoteknik yang penulis
failure). Perbaikan desain awal memerlukan lakukan antara lain melakukan regeometri dan
adanya rekaya geoteknik untuk memperoleh membuat suatu counter weight. Regeometri
nilai faktor keamanan  1,2. Rekayasa merupakan tindakan yang dilakukan untuk
geoteknik merupakan tindakan penunjang mengurangi momen penggerak dengan cara
pemotongan pada bagian kepala dan slope kanan 24 dan kiri 34 serta pada bench
menghindari pemotongan pada kaki lereng. kedua memiliki lebar 30 m, tinggi 10m dari
Counter weight umumnya dibuat pada kaki RL -20m sampai RL -10m dengan kaki slope
lereng yang berfungsi mencegah penggerusan kanan 40 (Lampiran 2).
dan memberikan gaya-gaya kontra yang b. Penampang B
menahan gerakan tanah. Pada cross section B, counter weight
Rekayasa geoteknik yang dilakukan juga terdiri dari 2 bench, yang pertama memiliki
harus memperhitungkan faktor kapasitas lebar 30 m, tinggi dari RL -20m sampai
disposal serta biaya yang dikeluarkan. mencapai kedalaman bedrock dengan kaki
Misalnya saja, untuk memperkecil gaya slope 40 serta pada bench kedua memiliki
penggerak dengan melakukan regeometri lebar 30 m, tinggi 10m dari RL -20m sampai
pada lereng disposal harus memperhitungkan RL -10m dengan kaki slope 40 (Lampiran 2).
kapasitas hasil regeometri. Hasil regeometri c. Penampang C
bisa saja aman, tetapi kapasitas disposal jauh Pada cross section C counter weight
berkurang dari desain awal akan merugikan terdiri dari 2 bench, yang pertama memiliki
kedua pihak baik owner maupun kontraktor lebar 30 m, tinggi dari RL -10m sampai
sendiri. Sehingga dibutuhkan tindakan yang mencapai kedalaman bedrock dengan kaki
tepat pada rekayasa geoteknik tersebut. slope 40 serta pada bench kedua memiliki
Berikut detail rekayasa geoteknik yang lebar 30 m, tinggi 10m dari RL -10m sampai
dilakukan: RL 0m dengan kaki slope 40 (Lampiran 2).
a. Penampang A Dengan adanya rekayasa geoteknik tersebut
Pada cross section A, counter weight diperoleh nilai faktor kemanan desain baru
terdiri dari 2 bench, yang pertama memiliki dapat dilihat pada tabel 4 dan 5.
lebar 75 m, tinggi dari RL -20m sampai
mencapai kedalaman bedrock dengan kaki

Tabel 4 Nilai faktor keamanan desain baru untuk longsoran busur


Cross Faktor Keamanan
No. Keterangan
Section Bishop simplified Janbu simplified
1. A 1,311 1,252 Aman
2. B 1,227 1,204 Aman
3. C 1,492 1,466 Aman

Tabel 5 Nilai faktor keamanan desain baru untuk longsoran bidang


Cross Faktor Keamanan
No. Keterangan
Section Bishop simplified Janbu simplified
1. A 1,344 1,274 Aman
2. B 1,266 1,234 Aman
3. C 1,256 1,206 Aman
Keterangan
= tidak aman
= aman

Perbandingan Kapasitas Disposal SWD 11 kapasitas desain disposal awal. Perubahan


kapasitas disposal sesuai dengan yang
Berdasarkan hasil perhitungan kapasitas
diharapkan. Desain baru disposal memiliki
disposal SWD 11 desain awal dan desain baru
(tabel 6) diketahui bahwa kapasitas disposal nilai faktor keamanan  1,2 dan memiliki
SWD 11 desain baru lebih besar daripada kapasitas disposal lebih banyak. Untuk
desain awal. Selisih dari kedua kapasitas mengetahui perubahan desain disposal awal
desain disposal tersebut adalah 1.016.342,3 dan baru dapat dilihat pada Lampiran 3.
ton atau dengan kata lain bertambah 5% dari
Pengaruh Properties Material Terhadap Semakin besar nilai kohesi (c) menyebabkan
Kestabilan Lereng Disposal SWD 11 nilai faktor keamanan mengalami kenaikan
Sifat fisik dan mekanik dari material sebesar rat-rata 8,4%.
timbunan mempengaruhi kestabilan lereng Dari grafik perubahan sudut geser dalam
disposal seperti pada persamaan Mohr- () terhadap faktor keamanan diperoleh nilai
Coulomb. Sifat fisik yang mempengaruhi koefisien determinasi (R2) = 0,998 (gambar
kestabilan lereng adalah unit weight (γ). Nilai 4), yang berarti bahwa 99% antara nilai sudut
unit weight (γ) berbanding terbalik dengan geser dalam () terhadap faktor keamanan
nilai faktor keamanan. Dari grafik perubahan saling berpengaruh. Semakin besar nilai sudut
unit weight (γ) terhadap faktor keamanan geser dalam () menyebabkan nilai faktor
diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) = keamanan mengalami kenaikan sebesar rata-
0,9323 (gambar 2), yang berarti bahwa 93% rata 15,3%.
antara nilai unit weight (γ) terhadap faktor Dengan diketahuinya pengaruh sifat fisik
keamanan saling berpengaruh. Semakin besar dan mekanik tanah timbunan pada disposal
nilai unit weight (γ) menyebabkan nilai faktor SWD 11 terhadap kestabilan lerengnya
keamanan mengalami penurunan rata-rata diharapkan dapat memberikan gambaran
4,4%. terhadap proses konstruksi. Material yang
Sifat mekanik material timbunan yang akan ditimbun bisa disesuaikan sifat fisik dan
mempengaruhi kestabilan lereng disposal mekaniknya seperti dengan mengkompaksi
adalah nilai kohesi (c) dan sudut geser dalam dengan alat berat untuk memperbesar nilai
(). Dari grafik perubahan kohesi (c) terhadap kohesi, serta pemilihan material timbunan
faktor keamanan diperoleh nilai koefisien yang kering agar bobot isi tidak membesar
determinasi (R2) = 0,9961 (gambar 3), yang sehingga memperkecil nilai faktor
berarti bahwa 99% antara nilai kohesi (c) keamannya.
terhadap faktor keamanan saling berpengaruh.

1.5
Faktor Keamanan

1
y = -0.0079x + 1.0931
0.5 R² = 0.9323

0
0 10 20 30 40 50
Unit Weight (kN/m3)

Gambar 2 Grafik hubungan unit weight (γ) dan fk

2
Faktor Keamanan

1.5
1 y = 0.0218x + 0.6901
0.5 R² = 0.9961
0
0 10 20 30 40 50
Kohesi (c)

Gambar 3 Grafik hubungan kohesi (c) dan fk


2

Faktor Keamanan
1.5
y = 0.0421x + 0.3079
R² = 0.998
1

0.5

0
0 5 10 15 20 25 30 35
Sudut Geser Dalam ()

Gambar 4 Grafik hubungan sudut geser dalam () dan fk

KESIMPULAN rata 4,4%, semakin besar nilai kohesi (c)


Berdasarkan hasil pengamatan dan maka nilai faktor keamanan mengalami
analisis maka dapat diambil beberapa kenaikan rata-rata 8,4%, semakin besar
kesimpulan, antara lain: sudut geser dalam () maka nilai faktor
1. Desain awal disposal SWD 11 ketiga keamanan mengalami kenaikan rata-rata
cross section untuk tipe longsoran busur 15,3%.
(circular failure) dan tipe longsoran
bidang (plane failure) memiliki nilai DAFTAR PUSTAKA
faktor keamanan  1,2 sehingga Arief, S., 2007. Dasar Dasar Analisis
termasuk kedalam kondisi tidak aman. Kestabilan Lereng. Sorowako
2. Desain lereng yang baru dan yang Didik, J., Sistem Manajemen Geoteknik
memiliki faktor keamanan  1,2 untuk Tambang. PT Pamapersada Nusantara,
cross section A dengan membuat counter Jakarta Timur.
weight pada dua bench awal serta Firman, S., 2013. Geotechnical Assessment Of
menggeser timbunan pada bench ke dua Disposal SWD 11 (1st Stage). PT
kearah timur sejauh 95m, untuk cross Jembayan Muara Bara, Separi.
section B dengan membuat counter Kementerian Energi dan Sumberdaya
weight pada dua bench awal serta Mineral. 2011. Cadangan Batubara
menggeser timbunan 32m ke arah barat, Indonesia Sebesar 12 Miliar Ton
untuk cross section C dengan membuat [Internet]. Tersedia dalam:
counter weight pada dua bench awal, http://www.esdm.go.id/berita/44-
serta mengubah sudut singgle slope batubara/805-cadangan-batubara-
menjadi 40 untuk ketiga cross section. indonesia-sebesar-12-miliar-ton.html
3. Dari hasil desain disposal SWD 11 Lambe, T William & Whitman, Robert V.
diperoleh kapasitas volume disposal 1969. Soil Mechanics. Massachusetts
lebih besar dari desain awal yaitu Institute of Technology.
20.646.574 ton menjadi 21.662.916,3 ton Supriatna, dkk., 1986. Peta Geologi Regional
bertambah 1.016.342,3 ton atau Lembar Samarinda, Kalimantan. Pusat
meningkat sebesar 5% dari kapasitas Penelitian dan Pengembangan Geologi,
volume desain awal, hal ini menunjukan Bandung.
bahwa rekomendasi desain disposal Wesley, Laurence D., 2010. “Fundamentals
SWD 11 dinilai menguntungkan. of Soil Mechanics for Sedimentary and
4. Pengaruh parameter sifat fisik dan Residual Soil”, John Wiley & Sons, inc.
mekanik tanah yang mempengaruhi Canada
kestabilan lereng disposal SWD 11 Wyllie, Ducan C. & Mah, Christopher W.,
antaralain unit weight (γ), kohesi (c), 2004. Rock Slope Engineering Civil and
sudut geser dalam (). Semakin besar Mining, 4th Edition.Taylor & Francis
nilai unit weight (γ) maka nilai faktor Group, Lodon and New York.
keamanan mengalami penurunan rata-
LAMPIRAN 1 Analisi Kestabilan Lereng Desain Awal
LAMPIRAN 2 Analisis Kestabilan Lereng Desain Baru
LAMPIRAN 3 DESAIN DISPOSAL SWD 11

Anda mungkin juga menyukai