Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pemerintah berupaya terus meningkatkan kualitas layanan publik, salah
satunya dengan melakukan reformasi birokrasi pada berbagai sektor. Berdasarkan
Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025, reformasi birokrasi dimaknai sebagai
sebuah perubahan besar dalam paradigma dan tata kelola pemerintahan, yang
mengarah pada organisasi (kelembagaan), tatalaksana, SDM, pelayanan,
akuntabilitas dan perundang-undangan serta pola pikir (Damanhuri & Jawandi
2017). Reformasi birokrasi bertujuan untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan
yang baik (good governance) dengan birokrasi pemerintah yang profesional,
berintegritas tinggi, menjadi pelayan masyarakat, dan abdi negara. Terdapat
delapan area perubahan pada reformasi birokrasi, yaitu mentalitas ASN,
pengawasan, akuntabilitas, kelembagaan, tata laksana, peraturan perundangan, dan
pelayanan publik.
Kementrian Kesehatan sebagai salah satu lembaga pemerintahan, sudah
melakukan reformasi birokrasi semenjak tahun 2011. Terdapat 8 kelompok kerja
(Pokja) dalam pelaksanaan birokrasi Kementrian Kesehatan, salah satu nya adalah
pokja penguatan sistem manajemen ASN. Pokja ini bertugas meningkatkan
profesionalisme SDM aparatur sipil negara di lingkungan Kementerian
Kesehatan/UPT, yang didukung oleh sistem rekruitmen dan promosi aparatur sipil
negara berbasis kompetensi, transparan, serta memperoleh gaji dan bentuk jaminan
kesejahteraan yang sepadan.
Perbaikan sistem seleksi CPNS merupakan salah satu upaya untuk
membentuk ASN yang bersih, kompeten, dan melayan. Seleksi CPNS dilakukan
secara objektif, transparan, akuntabel, dan bebas KKN, sehingga diharapkan dapat
memperoleh SDM yang profesional, jujur, bertanggung jawab, netral dan memiliki
kompetensi sesuai dengan jabatan yang akan diduduki. Berdasarkan Undang-
Undang No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (UU ASN) disebutkan
bahwa CPNS yang telah lulus seleksi diharuskan mengikuti pembekalan untuk
membentuk sosok PNS yang profesional.
Pembekalan dilakukan dalam rangka membentuk kemampuan khusus yang
dibutuhkan pegawai negeri sipil untuk melaksanakan tugas di Kementrian
Kesehatan. Pengaturan orientasi bertujuan meningkatkan pengetahuan, keahlian,
keterampilan, dan sikap untuk melaksanakan tugas jabatan secara profesional
dengan dilandasi disiplin, kepribadian, dan etika PNS. Orientasi diarahkan pada
pembentukan kemampuan khusus yang dibutuhkan PNS sesuai golongannya untuk
melaksanakan tugasnya dalam instansi. Pelaksanaan orientasi ini mendukung
kompetensi CPNS yang telah tergali melalui proses seleksi CPNS.
Badan PPSDM Kesehatan mendapatkan 250 orang CPNS pada penerimaan
CPNS tahun 2019. Calon Pegawai Negeri Sipil ini terdiri atas berbagai formasi
jabatan yang akan ditempatkan di 50 Satuan Kerja di lingkungan Badan PPSDM
Kesehatan. Seluruh CPNS mendapatkan pembekalan yang diselenggaralan oleh
Sekertariat Badan PPSDM Kesehatan dan Satuan Kerja penempatan. Kegiatan
pembekalan terdiri atas orientasi organisasi dan prakatik kerja. Formasi CPNS
dosen mendapatkan orientasi praktik kerja berupa pelaksanaan Tri Dharma
perguruan tinggi pada Poltekkes Kemenkes penempatan sesuai SK CPNS yang
diterima.
Poltekkes Tanjungkarang merupakan salah satu unit pelaksana tugas
pendidikan vokasi di bawah lingkungan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan
Sumber Daya Manusia Kesehatan. Poltekkes Tanjungkarang memperoleh 3 orang
CPNS formasi tahun 2019, dua CPNS formasi Dosen-Asisten Ahli, dan satu orang
formasi Arsiparis. Sebagai penerima CPNS maka Poltekkes Tanjungkarang
menyelenggarakan pembekalan kepada CPNS dosen dan non dosen. Kegiatan
pembekalan berupa orientasi program Poltekkes Tanjungkarang, pelakasanaan
Tridharma Perguruan Tinggi bagi CPNS dosen, dan praktik kerja bagi CPNS non
dosen.

Anda mungkin juga menyukai