Anda di halaman 1dari 17

1

OPTIMALISASI TATA KELOLA PENYELENGGARAAN


PENDIDIKAN DAN PELATIHAN APARATUR DI BADIKLAT KEMHAN
SEBAGAI STRATEGI PERCEPATAN REFORMASI BIROKRASI
Oleh : Winer Sihole, S.E.,M.M.

ABSTRAK

Keberlanjutan dan penguatan pelaksanaan reformasi birokrasi memiliki peran penting dalam
mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik. Salah satu aspek terpenting dari proses
Reformasi Birokrasi tersebut adalah upaya untuk terus mengembangkan profil sumber daya
manusia aparatur yang berkinerja tinggi, berintegritas, profesional, menguasai teknologi
informasi dan bahasa asing, serta memiliki jiwa hospitality melalui Penataan Sistem
Manajemen Sumber Daya Manusia Aparatur, yang salah satu programnya adalah
Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Manusia.
Badan Pendidikan Dan Pelatihan Kementerian Pertahanan (Badiklat Kemhan) sebagai unsur
pendukung di bidang Diklat Aparatur melalui empat Pusdiklatnya yaitu Pusdiklat Manajemen
Pertahanan, Pusdiklat Bahasa, Pusdiklat Teknis Fungsional Pertahanan, dan Pusdiklat Bela
Negara menyelenggarakan Diklat-diklat pengembangan sumber daya manusia Pertahanan
dengan terus berupaya meningkatkan kualitas penyelenggaraan Diklat guna meningkatkan
kompetensi sumber daya manusia aparatur Kementerian Pertahanan sesuai kebutuhan
organisasi. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa tata kelola penyelenggaraan Pendidikan
dan Pelatihan aparatur di lingkungan Badan Pendidikan dan Pelatihan Kementerian
Pertahanan masih perlu dioptimalkan sebagai upaya pengembangan kemampuan sebagai
lembaga Diklat maupun sebagai salah satu upaya pengembangan sumber daya manusia
aparatur.
Optimalisasi tata kelola penyelenggaraan diklat meliputi Optimalisasi kelembagaan,
Peningkatan kualitas program dan kurikulum, Penataan sarana dan prasarana dan
pemanfaatan teknologi informasi, Mewujudkan evaluasi diklat yang berkualitas,
Meningkatkan kompetensi tenaga kediklatan, dan hal-hal lain perlu dilakukan untuk
meningkatkan kinerja penyelenggara diklat pada Badan Pendidikan dan Pelatihan
Kementerian Pertahanan.

Kata Kunci:, Optimalisasi, Tata Kelola, Diklat Aparatur


2

OPTIMALISASI TATA KELOLA PENYELENGGARAAN


PENDIDIKAN DAN PELATIHAN APARATUR DI BADIKLAT KEMHAN
SEBAGAI STRATEGI PERCEPATAN REFORMASI BIROKRASI
Oleh : Winer Sihole,S.E.,M.M.

A. Pendahuluan
Kesadaran terhadap peran sentral Sumber Daya Manusia, menjadi bagian tidak
terpisahkan dari Reformasi Birokrasi yang mulai di gulirkan pada tahun 2007.
Reformasi Birokrasi (RB) dilakukan dengan memprioritaskan pada penataan dan
penajaman terutama menyangkut aspek-aspek kelembagaan (organisasi),
ketatalaksanaan (bussiness process) dan sumber daya manusia aparatur. Sasaran
Reformasi Birokrasi adalah efektif dan efisien dalam penyelenggaraan pemerintahan,
melayani publik dengan prima, dan bersih dan bebas KKN. Ada 8 (delapan) area
perubahan dalam Reformasi Birokrasi salah satunya adalah Penataan Sistem
Manajemen Sumber Daya Manusia Aparatur, yang salah satu programnya adalah
Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Manusia.
Sejalan dengan impian untuk mewujudkan Indonesia Emas Tahun 2045 yang
didukung oleh Birokrasi Berkelas Dunia, pemerintah saat ini terus melakukan
percepatan pelaksanaan Reformasi Birokrasi. Salah satu aspek terpenting dari proses
Reformasi Birokrasi tersebut adalah upaya untuk terus mengembangkan profil ASN
yang berkinerja tinggi, professional, stratejik, dan inovatif, melalui manajemen ASN
yang berbasis sistem merit sejak proses perencanaan, rekruitmen, pengembangan
kompetensi, penilaian kinerja, pengembangan karier, sistem penggajian, hingga
pemberhentiannya.
Dikutip dari laman Lembaga Administrasi Negara (LAN), saat ini Kementerian
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi bersama Lembaga
Administrasi Negara (LAN) tengah melakukan penyempurnaan sistem Pendidikan
dan Pelatihan (Diklat) untuk meningkatkan kapasitas ASN. Dalam acara Presidential
Lecture bagi CPNS yang bertajuk ‘Bersatu Dalam Harmoni : Menuju Birokrasi
Berkelas Dunia Tahun 2024” yang dikenal dengan istilah SMART ASN Tahun 2024,
di Istora Senayan, Jakarta, beberapa waktu yang lalu, Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi menyatakan: “Kami sedang mendorong
transformasi Diklat konvensional menjadi Diklat berbasis Human Capital
Management

melalui…
3

melalui pengembangan ASN Corporate University. Skema Diklat terobosan ini


memfungsikan seluruh instansi pemerintah sebagai lembaga pembelajaran dengan
mengkombinasikan berbagai sistem pelatihan yang progresif edukatif, seperti
e-learning, coaching, mentoring dan on the job training (OJT)”. Hal tersebut
dimaksudkan untuk mempersiapkan modal Sumber Daya Manusia Aparatur Negara
yang berintegritas dan profesional, menguasai teknologi informasi dan bahasa asing,
memiliki jiwa hospitality di mana sebagai aparatur negara dituntut harus mau
melayani masyarakat dan menjadikan pelayanan sebagai tugas utama, dan
entrepreneurship, serta daya networking, untuk menghadapi tantangan dan
mengantisipasi perubahan. Hal tersebut menunjukkan bahwa fokus perbaikan
manajemen ASN menuju SMART ASN Tahun 2024 harus komprehensif, mulai dari
perencanaan, rekrutmen dan orientasi, pengembangan kapasitas, penilaian kinerja dan
reward, promosi dan rotasi, sampai dengan purnabhakti sehingga ASN diharapkan
mampu menjadi motor penggerak birokrasi dan tulang punggung bangsa, menuju
terwujudnya birokrasi berkelas dunia Tahun 2024.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN)
menggariskan penyelenggaraan kebijakan dan manajemen Aparatur Sipil Negara
(ASN) dijalankan berdasarkan asas profesionalisme, proporsional, akuntabel, serta
efektif dan efisien agar peningkatan kinerja birokrasi dapat tercapai. Sebagai kunci
penyelenggaraan tata kelola pemerintahan yang akuntabel, pengelolaan Sumber Daya
Manusia menjadi prioritas Pemerintah. Dengan lahirnya Undang-Undang ASN,
sesungguhnya diharapkan diikuti dengan lahirnya aparatur negara yang professional,
mandiri, berintegritas, netral, dan bersih dari praktek KKN (korupsi, kolusi dan
nepotisme), meski disadari bahwa mengubah mindset budaya kerja ASN yang sudah
mengakar selama bertahun-tahun, tidaklah mudah layaknya membalik telapak tangan.
Berkaitan dengan hal tersebut, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi sesaat setelah serah terima jabatan beberapa waktu yang lalu
menyampaikan bahwa “untuk mewujudkan SMART ASN Tahun 2024 terdapat
beberapa poin yang harus dimiliki SMART ASN Tahun 2024, seperti berintegritas,
yang diwujudkan melalui seleksi CPNS dengan menggunakan sistem Computer
Assissted Test (CAT) yang akan menentukan lolos tidaknya CPNS tersebut tanpa ada
bantuan dari pihak manapun. Hal lain yang harus dimiliki Smart ASN Tahun 2024
adalah nasionalisme, dan berwawasan global karena jika ASN tidak memiliki
wawasan global maka tidak dapat mengantisipasi isu yang berkembang di dunia.

Berdasarkan…
4

Berdasarkan latar belakang pemikiran dan tuntutan reformasi birokrasi tersebut, setiap
lembaga pemerintah dituntut melakukan perubahan secara terpadu, sistematis dan

sinergis, terutama terhadap 8 (delapan) area perubahan dalam reformasi birokrasi..


Badan Pendidikan Dan Pelatihan Kementerian Pertahanan (Badiklat Kemhan) sebagai
unsur pendukung di bidang Diklat Aparatur melalui keempat Pusdiklatnya yaitu
Pusdiklat Manajemen Pertahanan, Pusdiklat Bahasa, Pusdiklat Tekfunghan, dan
Pusdiklat Bela Negara menyelenggarakan Diklat-diklat pengembangan sumber daya
manusia Pertahanan dengan terus berupaya meningkatkan kualitas penyelenggaraan
Diklat guna meningkatkan kompetensi sumber daya manusia aparatur Kementerian
Pertahanan sesuai kebutuhan organisasi. Mengingat kondisi birokrasi saat ini yang
belum memuaskan, oleh karenanya penataan perubahan mutlak untuk dilakukan
secara terpadu, sistematis dan sinergis, terutama terhadap tata kelola penyelenggaraan
Diklat sebagai komponen utama pembangunan birokrasi

B. Pendidikan dan Pelatihan

Pendidikan dan pelatihan merupakan terminologi yang memiliki perbedaan jika


ditinjau dari waktu dan tujuan pelaksanaannya. Definisi pendidikan yang tertuang
dalam Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Bab I pasal 1, yaitu pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya dan masyarakat. Jika ditinjau dari tujuannya, menurut Manpower
Services Commissions dalam Suparman (2010), pendidikan adalah kegiatan yang
bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan, pemahaman
dan penyerapan, nilai-nilai yang diperlukan dalam semua aspek kehidupan, bukan
hanya pengetahuan dan keterampilan yang berhubungan dengan kegiatan atau
pekerjaan tertentu. Dari dua konsep tersebut masing-masing menekankan kepada
perubahan individu yang terkait dengan nilai-nilai, kemampuan kognitif dan
psikomotor melalui pengembangan potensi diri secara terencana. Lebih lanjut dapat
dijelaskan bahwa pendidikan dilakukan untuk menyiapkan individu mengarungi
kehidupan, yang tidak dibatasi oleh pekerjaan saat ini atau masa yang akan datang.

Sedangkan…
5

Sedangkan pelatihan adalah pengalaman pembelajaran yang disiapkan oleh organisasi


untuk meningkatkan kinerja pegawai (Nadler dalam Suparman, 2010). Secara
operasional, pelatihan merupakan kegiatan yang didesain untuk membantu pegawai
memperoleh pengetahuan keterampilan dan perilaku untuk melaksanakan tugas-
tugasnya, sehingga tujuan organisasi dapat tercapai (The Trainner Library, 1897).
Pelatihan berorientasi pada pekerjaan saat ini atau masa datang.
Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) bagi aparatur dapat jadikan sebagai treatment bagi
optimalisasi kinerja organisasi. Pendidikan dan Pelatihan bagi pegawai Negeri Sipil
yang mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 101 tahun 2000 tentang Pendidikan
dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil (PNS), dijelaskan, bahwa Diklat adalah
proses penyelenggaraan belajar mengajar dalam rangka meningkatkan kemampuan
Pegawai Negeri Sipil.
Sebagaimana tertuang dalam Pasal 2 PP No. 101 Tahun 2000, tentang Diklat PNS,
tujuan dan sasaran penyelenggaraan Diklat Aparatur adalah untuk:
1. Meningkatkan pengetahuan, keahlian, keterampilan dan sikap untuk dapat
melaksanakan tugas jabatan secara professional dengan dilandasi kepribadian
dan etika PNS sesuai dengan kebutuhan instansi;
2. Menciptakan aparatur yang mampu berperan sebagai pembaharu dan perekat
persatuan dan kesatuan bangsa;
3. Memantapkan sikap dan semangat pengabdian yang berorientasi pada
pelayanan, pengayoman dan pemberdayaan masyarakat;
4. Menciptakan kesamaan visi dan dinamika pola pikir dalam melaksanakan
tugas pemerintahan umum dan pembangunan demi terwujudnya
kepemerintahan yang baik.
Berdasarkan tujuan dan sasaran Diklat tersebut, jelaslah bahwa arah pengembangan
aparatur negara tidak hanya diarahakan pada upaya peningkatan kapabilitas
intelektualnya saja, namun juga peningkatan sikap dan semangat pengabdian yang
berorientasi pada pelayanan, pengayoman dan pemberdayaan masyarakat. Hal ini
berimplikasi terhadap peran dan tanggung jawab lembaga pendidikan dan pelatihan
untuk mendukung agenda pembangunan nasional, salah satunya adalah dengan
memfokuskan pada upaya peningkatan kualitas penyelenggaraan Diklat sebagai
strategi percepatan Reformasi Birokrasi. Dengan demikian akan mampu menjadi daya
ungkit (laverage) yang paling kuat dalam rangka mewujudkan sosok sumber daya

manusia…
6

manusia aparatur Kementerian Pertahanan yang kompeten dan professional menuju


birokrasi yang berkualitas.

C. Kompetensi Aparatur

Jaminan utama bagi masa depan bangsa, bukanlah sumber daya alam yang dimiliki
suatu negara, akan tetapi kualitas sumber daya manusia suatu bangsa. Studi World
Bank menyatakan bahwa di negara-negara maju, kekayaan sumber daya manusia
adalah proporsi terbesar dari total kekayaan negaranya. Beberapa contoh seperti
Singapura, Swiss, New Zaeland dan banyak negara lainnya yang bisa maju bukan
karena sumber daya alamnya, tetapi karena keunggulan sumber daya manusianya.
Oleh karenanya ASN dituntut untuk terus mengembangkan kompetensi, baik
kompetensi manajerial, teknis, maupun sosiokultural melalui adopsi ilmu pengetahuan
dan teknologi.
Berbicara kualitas birokrasi tidak akan terlepas dari kompetensi aparatur yang ada.
Bahkan hampir dalam setiap kegiatan khususnya berkaitan dengan kediklatan kata-
kata kompenten atau kompetensi ini akan selalu menjadi bagian yang ada di
dalamnya. Untuk itu, maka dipandang perlu untuk menyamakan persepsi tentang hal
tersebut. Menurut kamus Oxford kompetensi berasal dari kata competence (n) yang
berarti being competent, ability, legal capacity. Sedangkan Competent (adj) diartikan
sebagai : a person having ability, power, authority, skills, knowledge , etc, to do what
is needed. Sehingga bisa diartikan bahwa Kompetensi Aparatur adalah kemampuan
baik pengetahuan, keterampilan dan sikap yang secara umum harus dimiliki oleh
aparatur dalam melaksanakan tugas, tanggung jawab dan wewenangnya sesuai dengan
standar kompetensi jabatan yang dimilikinya.
Agar aparatur dapat mempunyai kompetensi yang diharapkan maka diperlukan
penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan (Diklat) berbasis kompetensi yang
berkelanjutan. Dalam rangka pencapaian tujuan Diklat tersebut maka
penyelenggaraan Diklat haruslah terus menerus ditingkatkan kualitasnya. Berbagai
komponen penyelenggaraan Diklat seperti kelembagaan instansi Diklat, program
Diklat dan kurikulum, sarana dan prasarana dan pemanfaatan teknologi informasi,
evaluasi Diklat, tenaga kediklatan, dan hal-hal lain terkait dengan penyelenggaraan
Diklat harus dikelola dan dimonitor secara itensif agar betul-betul mengarah pada
peningkatan kompetensi peserta Diklat. Tentunya peningkatan kualitas

penyelenggaraan …
7

penyelengaraaan ini harus dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan. Untuk


itu perlu adanya upaya kerjasama yang sinergis antar seluruh komponen kediklatan
dengan tujuan utama terciptanya kualitas Diklat yang tinggi.

D. Optimalisasi Tata Kelola Penyelenggaraan Diklat

Salah satu agenda terpenting pembangunan pada era reformasi birokrasi saat ini
adalah menciptakan tata pemerintahan yang baik, bersih, berwibawa, dan profesional
yang mampu melaksanakan pembangunan secara efektif dan efesien serta
memberikan pelayanan prima kepada publik. Demikian juga halnya dengan
penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, dimana tujuan dari setiap pelaksanaannya
tidak akan terlepas dari pentingnya kualitas birokrasi sebagai aktor penting pelaksana
pembangunan. Untuk itu, pembangunan kualitas birokrasi harus mendapatkan
dukungan dari semua pihak, dan dilakukan secara konsisten, sehingga cita-cita
mewujudkan good governance akan dapat dicapai dengan baik.
Profesionalisme penyelenggara Diklat adalah sebuah keniscayaan disemua level,
permasalahan dalam mewujudkan penyelenggaraan Diklat yang sesuai dengan tujuan
dan sasaran Diklat yang efektif dan efisien adalah sangat bergantung dari kesiapan
dan ketersediaan berbagai komponen kediklatan. Akan tetapi melihat hasil dan
evaluasi proses penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan aparatur yang telah
dilaksanakan saat ini, banyak pihak yang merasakan perlunya dilakukan optimalisasi
tata kelola Diklat aparatur yang telah dilaksanakan mulai dari penataan kelembagaan,
peningkatan kualitas program dan kurikulum, penataan sarana dan prasarana dan
pemanfaatan teknologi informasi, mewujudkan evaluasi Diklat yang berkualitas,
meningkatkan kompetensi tenaga kediklatan, dan hal-hal lain terkait dengan
penyelenggaraan Diklat.
Optimalisasi tata kelola Diklat aparatur tersebut diharapkan dapat meningkatkan
kualitas, efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan, dan lulusan Diklat aparatur.
Dengan tata kelola yang baik maka akan menjamin terciptanya komitmen mutu,
akuntabilitas, jauh dari korupsi, dan menjunjung tinggi etika publik.
Tanpa mengabaikan semua komponen kediklatan lainnya, agar penyelenggaraan
Diklat aparatur di Badiklat Kemhan dapat berjalan sesuai yang diharapkan maka
optimalisasi tata kelola yang harus dilakukan meliputi:

1. Optimalisasi…
8

1. Optimalisasi Kelembagaan
a. Tata kelola Organisasi.
Tata kelola organisasi yang ideal akan menciptakan hubungan yang
lebih efisien dan efektif antar satker dalam organisasi, tidak adanya
tumpang tindih tugas dan fungsi, kejelasan atas kualitas kerja dan
pelayanan, serta memastikan seluruh permasalahan yang muncul dalam
operasional kegiatan organisasi dapat diselesaikan tepat waktu oleh
pihak-pihak yang berwenang. Tata kelola organisasi menunjukkan
bagaimana organisasi mengatur pelaksanaan seluruh tugas dan
wewenang dalam suatu struktur organisasi yang efektif yang
dilengkapi dengan perangkat organisasi yang diperlukan agar
operasionalisasi organisasi dapat dilaksanakan.
Tata kelola merupakan rangkaian kegiatan untuk memperbaiki totalitas
sistem organisasi lembaga Diklat yang terdiri dari aspek-aspek
kelembagaan Diklat yang statis (struktur organisasi, uraian jabatan,
syarat jabatan), dan aspek ketatalaksanaan dan proses yang dinamis
seperti pedoman kerja, tata hubungan kerja, dan koordinasi di dalam
dan dengan organisasi luar. Disamping itu tata kelola juga diperlukan
untuk mendorong lembaga Diklat agar lebih berfokus pada upaya
inovasi program dan metode pelaksanaan Diklat yang efektif dalam
peningkatan kompetensi aparatur. Dalam praktek kediklatan saat ini,
kita masih menemui beberapa permasalahan terkait dengan
kelembagaan Diklat diantaranya:
1) Belum optimalnya akreditasi lembaga Diklat
2) Belum optimalnya rekruitmen peserta Diklat
3) Belum optimalnya penyusunan pedoman kerja meliputi
petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis
4) Belum optimalnya penempatan serta pemberdayaan alumni
atau lulusan Diklat dalam rangka meningkatkan kinerja
organisasi.
b. Nilai-nilai budaya kerja.
Dalam pengembangan tata kelola organisasi yang baik, budaya
organisasi merupakan salah satu unsur penting yang diperlukan dalam
menjaga dan meningkatkan produktivitas pegawai dan memelihara

retensi…
9

retensi pegawai pada tingkat tertinggi. Upaya untuk menciptakan


budaya organisasi yang kondusif dilakukan dengan mengembangkan
penanaman nilai-nilai budaya kerja. Penanaman nilai- nilai budaya
kerja yang mewakili seluruh harapan serta sebagai pedoman untuk
diterapkan oleh seluruh pegawai dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya menjadi suatu keharusan. Untuk itu perlu dibentuk nilai-nilai
wajib minimal yang harus dibangun dan diterapkan di masing-masing
Pusdiklat Badiklat Kemhan sebagai budaya sukses Badiklat Kemhan.
Dari empat Pusdiklat Badiklat Kemhan; Pusdiklat Manajemen
Pertahanan, Pusdiklat Bahasa, Pusdiklat Tekfunghan, dan Pusdiklat
Bela Negara, saat ini baru Pusdiklat Teknis Fungsional (Tekfunghan)
yang sudah memiliki nilai-nilai budaya kerja yaitu;
1) Taqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa
2) Efektif dan Efisien dalam bekerja
3) Kreatif dan Inovatif dalam pembelajaran
4) Fokus dalam pendidikan dan pelatihan
5) Unggul serta berdayasaing
6) Nasionalisme dan loyalitas tinggi
7) Gigih bekerja serat professional
8) Harmoni dalam keberagaman
9) Akuntabel dan integritas
10) Netral dalam pelayanan

2. Peningkatan Kualitas Program dan Kurikulum Diklat


Program Diklat adalah rencana kegiatan pembelajaran yang berisi seperangkat
mata Diklat, dan atau unit kompetensi yang harus diikuti peserta Diklat agar
mencapai tujuan Diklat yang ingin dicapai. Program Diklat umumnya lebih
dikenal dengan namanya, misalnya seperti “Diklat Fungsional Analis
Pertahanan Negara”. inti dari sutau program Diklat adalah rincian kurikulum
yang berisi tujuan Diklat dan mata Diklat yang akan dipelajari oleh peserta
Diklat. Kurikulum dirancang secara tepat agar tujuan Diklat tersebut dapat
tercapai dan meliputi jenis mata Diklat, metode, waktu, dan sarana
pembelajaran yang diperlukan. Dalam penyelenggaraan Diklat aparatur selama
ini seringkali terkesan sebagai penghamburan dana atau hanya sekedar untuk

Mendapatkan…
10

mendapatkan sertifikat saja. Bahkan ada yang beranggapan mengikuti Diklat


sebagai saat-saat refreshing yang menyenangkan bagi beberapa aparatur,
dimana mereka bisa terlepas sejenak dari kepenatan tugas keseharian yang
monoton. Mengapa demikian, ternyata program-program Diklat yang
dilakukan selama ini dinilai masih belum mampu mewujudkan tujuan yang
diharapkan, yaitu peningkatan kompetensi aparatur. Ada berbagai faktor yang
menyebabkan hal tersebut, salah satunya adalah bahwa pengembangan
kompetensi aparatur melalui program Diklat belum didasarkan pada
kebutuhan baik kebutuhan individual maupun organisasional (Zulpikar, 2008).
Sehingga menyebabkan munculnya beberapa fenomena menarik yang
berkaitan dengan jenis program Diklat yang ditawarkan, antara lain:
a. Pengembangan program Diklat yang dilakukan selama ini belum
berdasarkan hasil Analisis Kebutuhan Diklat.
b. Rekruitmen peserta Diklat tidak berbasiskan kebutuhan pengembangan
kompetensi baik individu maupun organisasi, sehingga wajar saja
ketika aparatur seringkali dianggap tidak kompeten, karena mereka
mengikuti pendidikan dan pelatihan yang tidak mereka butuhkan atau
tidak sesuai dengan pekerjaan yang digelutinya. Misalnya seorang
aparatur yang menggeluti masalah kepegawaian diperintahkan untuk
mengikuti pendidikan dan pelatihan pengeloalaan keuangan atau
pejabat struktural dilibatkan dalam TOT substatif, dsb.
c. Kurangnya inovasi program Diklat baik Diklat teknis maupun Diklat
fungsional sehinggga penyelenggara Diklat (Pusdiklat) hanya fokus
menyelenggarakan jenis Diklat yang sama dari tahun ke tahun.
Padahal, inovasi program Diklat teknis dan fungsional mutlak
diperlukan dalam rangka pelaksanaan tugas pokok aparatur pemerintah
di lapangan.
d. Adanya fenomena bahwa lembaga Diklat hanyalah “event organizer”
saja.
Dari beberapa fenomena tersebut di atas, kita melihat bahwa diperlukan
pengaturan tentang jenis program Diklat yang dapat diselenggarakan dan
ditawarkan, dengan tujuan agar Diklat-Diklat yang dilaksanakan benar-benar
terkait dengan kebutuhan peningkatan kompetensi aparatur baik individu
maupun organisasi satuan kerja Kementerian Pertahanan. Pengaturan ini dapat

dilakukan…
11

dilakukan dengan kegiatan akreditasi dan sertifikasi terhadap seluruh program


Diklat Badiklat Kemhan.
Menurut AQF (2005), Akreditasi dan sertifikasi program adalah pengakuan
tertulis dari instasi yang berwenang bahwa program tersebut layak
diselengarakan dan terkait dengan syarat kompetensi jabatan tertentu. Dalam
konteks ASN, program-program Diklat yang diselenggarakan tentunya harus
berkaitan dengan dan berdampak pada syarat kompetensi jabatan sebagai
ASN. Dengan kata lain, akreditasi dan sertifikasi program Diklat ini bertujuan
agar lembaga Diklat menyelenggarakan jenis dan jenjang program Diklat yang
benar-benar bisa dipertanggungjawabkan baik dari kurikulum, materi, serta
kompetensi yang ingin dicapai. Sistem pengaturan akreditasi dan sertifikasi ini
akan sangat bermanfaat karena:
a. Kurikulum, materi, jenis dan jenjang Diklat yang ditawarkan oleh
lembaga Diklat akan lebih jelas, sistematis dan dapat
dipertanggungjawabkan.
b. Adanya keterkaitan yang erat antara program Diklat dengan
kompetensi yang dipersayaratkan dalam suatu jabatan.
c. Akreditasi program akan menjadi dasar yang kuat untuk akreditasi dan
sertifikasi kelembagaan Diklat serta widyaiswara yang mengajar pada
Diklat tersebut
Dari permasalahan-permasalahan program Diklat dan kurikulum sebagaimana
dijelaskan diatas, untuk mewujudkan program-program Diklat yang sesuai
dengan kebutuhan peningkatan kompetensi aparatur baik individu maupun
organisasi satuan kerja Kementerian Pertahanan maka dipandang perlu
mewujudkan jabatan fungsional Penganalisis Kebutuhan Diklat yaitu ASN
yang bertugas pada Lembaga Diklat yang secara fungsional mengidentifikasi
kebutuhan Diklat sesuai pedoman yang ditetapkan Instansi Pembina dan
Jabatan Fungsional Perancang Kurikulum Diklat yaitu ASN yang bertugas
merancang kurikulum Diklat sesuai pedoman yang ditetapkan oleh Instansi
Pembina.

3. Penataan Sarana Prasarana Diklat dan Pemanfaatan Teknologi Informasi (TI)


Tuntutan pergeseran tatanan kehidupan di era Revolusi Industri 4.0 ini mau
tidak mau harus disikapi secara positif oleh setiap institusi pemerintah yaitu

dengan…
12

dengan terus melakukan upaya pengembangan kompetensi diri melalui


pemanfaatan teknologi informasi. Pengembangan kompetensi aparatur melalui
e-learning dengan mengoptimalkan penggunaan teknologi merupakan salah
satu cara yang tepat yang perlu dilaksanakan dalam rangka peningkatan
kinerja aparatur. Pemanfaatan teknologi informasi pada era birokrasi modern
termasuk lembaga Diklat selalu ditandai dengan pemanfaatan teknologi
informasi secara maksimal. Itulah sebabnya, salah satu agenda Reformasi
Birokrasi adalah menjadikan e-government sebagai icon-nya.
e-government mengandaikan seluruh layanan birokrasi kepemerintahan sudah
berbasis teknologi informasi sehingga lebih mudah, murah, dan cepat.
Merujuk pada Pedoman Penyelenggaraan Pengembangan Kompetensi PNS
Melalui e-learning yang dimuat dalam Peraturan LAN No. 8 tahun 2018,
Penyelenggaraan e-learning untuk pengembangan kompetensi ASN dapat
dilaksanakan untuk pengembangan kompetensi manajerial, teknis, dan sosial
kultural. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengembangan kompetensi
melalui e-learning ini dapat dioptimalkan untuk penyelenggaraan pelatihan
teknis dan/atau pelatihan manajerial seperti pada pelatihan kepemimpinan
(Diklat Pim).
Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan aparatur di Badiklat Kemhan perlu
didukung dengan ketersedian fasilitas e-learning yang memadai sesuai dengan
standar sarana dan prasarana. Peningkatan kualitas sarana prasarana dan
pemanfaatan berbagai aplikasi teknologi informasi kediklatan harus terus di
kembangkan dan diarahkan untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan
Diklat dan kualitas kerja pegawai. Proyeksi penggunaan teknologi informasi
bukan lagi sebatas untuk menunjang layanan teknis administrasi, melainkan
lebih jauh dari itu memasuki ranah subtantif kegiatan Diklat. Indikasi ke arah
itu antara lain ditunjukkan dengan meningkatnya penggunaan e-mail dalam
mendukung tugas dan fungsi organisasi, pemanfaatan website sebagai media
sosialisasi produk dan public share yang semakin intensif, dan pengembangan
Diklat Jarak Jauh (DJJ) dengan menggunakan teknologi tele conference dan
internet. Optimalisasi pemanfaatan teknologi informasi selain pada
ketersediaan perangkat keras dan perangkat lunak, juga harus didukung
dengan adanya perubahan mindset dan budaya kerja pengguna teknologi.

Dengan…
13

Dengan optimalisasi saranan dan prasarana serta pemanfaatan teknologi


informasi dalam pembelajaran bagi para penyelenggara, pengajar dan pihak
lain yang terlibat dalam penyelenggaraan Diklat aparatur dengan baik,
diharapkan akan diperoleh efisiensi dan efektivitas dalam penyelenggaraan
Diklat aparatur di Badiklat Kemhan.

4. Mewujudkan evaluasi Diklat yang berkualitas


Evaluasi dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan yang sudah dilakukan
biasanya hanya formalitas saja, dengan membagikan lembar kuesioner atau
lembar penilaian umpan balik penyelenggaraan Diklat setelah selesai kegiatan
Diklat dan hasilnya sering tidak ditindaklanjuti, sehingga Diklat yang
laksanakan tidak memberikan hasil seperti yang diharapkan. Pendidikan dan
Pelatihan (Diklat) tidak serta merta berakhir dengan berakhirnya kegiatan
belajar mengajar dikelas, beberapa persoalan bisa saja baru teridentifikasi.
Ada banyak pertanyaan yang mungkin muncul pada saat berakhirnya Diklat.
Misalnya bagaimana kualitas program Diklat, apakah peserta Diklat telah
berhasil dalam kegiatan Diklat, apakah peserta merasa puas dengan program
Diklat yang baru saja selesai, apakah peserta Diklat mau mengikuti Diklat lain
yang diselenggarakan, atau apakah peserta Diklat mau merekomendasikan
Diklat yang baru diikutinya kepada orang lain, apakah program Diklat telah
sesui dengan kebutuhan peserta Diklat, atau apakah Diklat telah sesuai dengan
kebutuhan dari instansi yang mengirimkan peserta Diklat, atau apakah ada hal-
hal yang masih perlu atau harus ditingkatkan berkaitan dengan kualitas
pelaksanaan program Diklat. Dan masih banyak lagi pertanyaan yang bisa
muncul pada saat pelaksanaan Diklat atau pada saat setelah berakhirnya
Diklat. Seluruh pertanyaan di atas hanya dapat dijawab jika penyelenggara
Diklat melakukan evaluasi terhadap program Diklat tersebut.
Evaluasi dalam kegiatan Diklat memiliki dua kepentingan, pertama untuk
mengetahui apakah tujuan Diklat sudah tercapai secara baik, dan kedua untuk
memperbaiki dan mengarahkan pelaksanaan proses Diklat. Salah satu ciri
kegiatan Diklat yang dilakukan secara profesional adalah kegiatan Diklat
dilaksanakan secara berkelanjutan dan didasarkan pada evaluasi hasil.
Dari pemahaman terhadap pendidikan dan pelatihan serta tujuan dari
pendidikan dan pelatihan, maka menjadi penting untuk mengetahui apakah

tujuan…
14

tujuan program pelatihan telah tercapai? Bagaimana dampak atau pengaruh


pelatihan terhadap peningkatan kompetensi pegawai setelah mengikuti
program Diklat. Kegiatan untuk mengetahui apakah tujuan Diklat telah
tercapai atau bagaimana pengaruh program pelatihan terhadap perubahan
Knowledge, Skill dan Attitude peserta Diklat dikenal dengan istilah evaluasi
Diklat.
Dari penjelasan diatas maka Perancangan pelaksanaan evaluasi Diklat sangat
penting untuk mencapai keberhasilan evaluasi Diklat, apa yang hendak
dievaluasi, bagaimana cara melakukan evaluasi, data dan informasi apa saja
yang dibutuhkan untuk analisis dan evaluasi serta saran dan rekomendasi yang
akan dihasilkan. Evaluasi Diklat ini pada akhirnya digunakan untuk
mengambil keputusan: apakah suatu program Diklat bermanfaat atau tidak?,
apakah program Diklat akan dilanjutkan atau tidak? Hal apa saja yang perlu
diperbaiki dari program Diklat yang sudah ada jika ingin dilanjutkan kembali?
Dan untuk keputusan terakhir ini bisa saja seluruh program Diklat dirancang
ulang mulai dari tahap yang pertama sekali menentukan kebutuhan Diklat,
sampai pada tahapan evaluasi Diklat. Keberhasilan evaluasi Diklat akan
membantu lembaga Diklat untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan
Diklat secara keseluruhan.

5. Meningkatkan Kompetensi Tenaga Kediklatan


Untuk terselenggaranya penyelengaraan Diklat yang baik perlu ditunjang oleh
tenaga kediklatan yang profesional dan berkualitas, sesuai kompetensi yang
dipersyaratkan pada masing-masing komponen penyelenggaraan kediklatan.
Permasalahan dalam mewujudkan penyelenggaraan Diklat yang sesuai dengan
tujuan dan sasaran Diklat yang efektif dan efisien adalah sistem pola karir
sumber daya manusia aparatur yang belum sepenuhnya berbasis kompetensi,
dan terkadang tidak memperhatikan persyaratan teknis dalam penempatannya
sehingga masih memerlukan penyesuaian-penyesuaian berbagai aspek tertentu
sebagai optimalisasi kompetensinya.
Sesuai peraturan kepala LAN RI nomor 25 tahun 2015 tentang pedoman
akreditasi pendidikan dan pelatihan bahwa yang dimaksud dengan Tenaga
Kediklatan adalah ASN yang bertugas pada Lembaga Diklat yang terdiri dari
Pengelola Diklat, Tenaga Pengajar, Penyelenggara Diklat, dan Pemutakhir

data …
15

data SIDA.
Tenaga Kediklatan sebagaimana dijelaskan diatas dipersyaratkan untuk
memiliki sertifikat Diklat (Management Of Training/MOT) bagi pengelola
Diklat, memiliki sertifikat Diklat (Training Officer Course/TOC) bagi
Penyelenggara Diklat, dan memiliki sertifikat Diklat (Training Of Trainer)
bagi Tenaga Pengajar/Widyaiswara atau pendidikan lain yang sejenis,
memiliki kompetensi untuk mengampu materi pembelajaran dan menguasai
metodologi pembelajaran.

E. Penutup.
1. Kesimpulan. Berdasarkan uraian dan penjelasan diatas maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
a. Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan di lingkungan Badan
Pendidikan dan Pelatihan Kementerian Pertahanan, masih perlu
dioptimalkan sebagai upaya pengembangan sumber daya manusia
dalam rangka percepatan mewujudkan Reformasi Birokrasi Badiklat
Kemhan.
b. Program Diklat Badiklat Kemhan dengan kurikulum Diklat yang ada
saat ini, belum sepenuhnya berbasis kompetensi dan penyusunannya
belum berdasarkan pada kebutuhan pengembangan kompetensi
individu maupun organisasi.
c. Ketersedian sarana dan prasarana kerja dan pemanfaatan Teknologi
informasi (TI) belum sepenuhnya diarahkan untuk meningkatkan
kualitas penyelenggaraan Diklat dan kualitas kerja pegawai.
d. Kualitas dan kuantitas tenaga kediklatan yang terdiri dari Pengelola
Diklat, Tenaga Pengajar, Penyelenggara Diklat belum terpenuhi sesuai
yang dipersyaratkan dalam rangka akreditasi lembaga Diklat, hal ini
membawa konsekuensi dipergunakannya tenaga pengajar yang tidak
sesuai dengan yang dipersyaratkan sesuai kurikulum utamanya dalam
Diklat Prajabatan dan Diklat Kepemimpinan.
e. Merujuk pada Peraturan LAN No. 8 tahun 2018, tentang Pedoman
Penyelenggaraan e-learning untuk pengembangan kompetensi ASN,
maka Pengembangan kompetensi melalui e-learning ini dapat
dilaksanakan dalam penyelenggaraan Diklat di lingkungan Badiklat

Kemhan …
16

Kemhan untuk Pengembangan Kompetensi manajerial, teknis, dan


sosial kultural. 
2. Saran.
a. Mewujudkan program Diklat yang didukung dengan kurikulum
berbasiskan kompetensi dan sesuai dengan kepentingan individu dan
organisasi berdasarkan kebutuhan sebagai hasil Analisa Kebutuhan
Diklat (AKD).
b. Mengoptimalkan dukungan sarana dan prasarana kerja dengan
pemanfaatan dan penerapan teknologi informasi serta didukung tenaga
kediklatan yang memiliki professionalitas dalam penyelenggaraan
Diklat.
c. Perlu mewujudkan jabatan fungsional Penganalisis Kebutuhan Diklat
yaitu ASN yang bertugas pada Lembaga Diklat yang secara fungsional
mengidentifikasi kebutuhan Diklat dan Jabatan Fungsional Perancang
Kurikulum Diklat yaitu ASN yang bertugas merancang kurikulum
Diklat sesuai kebutuhan individu dan organisasi.
d. Mengoptimalkan kegiatan evaluasi penyelenggaraan Diklat guna
mengetahui kelemahan/kekurangan dalam pelaksanaan Diklat, dan
hasil evaluasi dapat dijadikan tolok ukur untuk pelaksanaan program
pendidikan dan pelatihan lebih lanjut.
17

DAFTAR PUSTAKA

Atmodiwiro, S. (2002). Manajemen Pelatihan. Jakarta: PT. Ardadiza Jaya.


Fernanda, Desi. (2006). Sinergitas Strategi Peningkatan Kualitas Diklat
Hamanik, O., 2011. Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara.
Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor: 6 Tahun 2003 Tentang Pedoman
Umum Penyelenggaraan Pendidikan Dan Pelatihan (Diklat) Bagi Pengelola Diklat
(Management Of Training / Mot).
LAN RI, 2009. Bahan Diklat bagi Pengelola Diklat: Evaluasi Diklat. Jakarta: Lembaga
administrasi Negara
PER/ 15/ M.PAN/ 7/ 2008 Tentang Pedoman Umum Reformasi Birokrasi
Peraturan Pemerintah Nomor 101 tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan PNS
PERKALAN Nomor 25 Tahun 2015 Tentang Pedoman Akreditasi Lembaga Pendidikan dan
Pelatihan Pemerintah
Peraturan Lembaga Administrasi Negara Nomor 8 Tahun 2018 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pengembangan Kompetensi Pegawai Negeri Sipil Melalui E-
Learning
Suparman, R.(2010). Model Program Pengembangan Karir Pegawai Berbasis Diklat Pada
Pusat Kajian dan pendidikan dan Pelatihan Aparatur I Lembaga Administrasi
Negara.
Zulpikar, (2008). “Optimalisasi Penyelenggaraan Diklat Prajabatan dalam Upaya Membentuk
Kompetensi Kerja Pegawai Negeri Sipil” dalam Jurnal Diklat Aparatur, Vol 4,No1,
hlm 119-136.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
Undang-Undang (UU) Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

Website
http://sumberdaya.ristekdikti.go.id/index.php/2018/05/04/formula-4c-untuk-bertahan-pada-
era-revolusi-industri-4-0/#

Anda mungkin juga menyukai