Anda di halaman 1dari 6

3.

Mekanisme transaksi leasing

Dalam transaksi leasing sekurang-kurangnya melibatkan 4 pihak yang

berkepentingan, antara lain: 1

A. Lessor, disini lessor adalah mutlak dari sebuah perusahaan pembiayaan yang

telah diberi izin dari departemen keuangan untuk melakukan pembiayaan seperti

membiayai para nasabahnya untuk memenuhi kebutuhan barang modalnya.

B. Lessee, disini lessee adalah nasabah ataupun pemohon yang mengajukan

permohonan leasingnya kepada perusahaan tertentu untuk memenuhi kebutuhan

barang modalnya.

C. Pemasok (Supplier), disini supplier bertindak sebagai orang yang mempunyai

barang modal yang hendak dipergunakan barang modalnya dalam perjanjian

leasing, antara lessor dan lessee, biasanya lessee memerlukan barang modal dari

supplier, dan lessee mengajukan permohonan leasing kepada lessor agar barang

modal tersebut dibeli lessor, dan lessor dapa menyewakannya kepada lessee

dalam perjanjian leasing.

D. Asuransi, disini perusahaan asuransi hanya bertindak menanggung akibat dari

perjanjian leasing, dalam hal ini lessee bisa dikenakan biaya asuransi bila terjadi

sesuatu terhadap barang leasing.

1
Taufik Effendy, Mekanisme Pemanfaatan Leasing Dalam Praktiknya, Junral: Al’Adl volume VII
nomor 13, Januari-juni 2015, Hal. 62
Gambar 2.1 Mekanisme Leasing Keterangan gambar:

A. Pada langkah awalnya adalah calon lessee melakukan negosiasi dengan supplier

akan kebutuhan barang modalnya, dalam negosiasi ini , lessee bisa bersepakat

akan harga, jenis barang, tipe dan masalah garansi dan hal-hal yang berhubungan

dengan barang modal tersebut. Maka pada langkah awalnya kita mendatangi

penyedia barang modal (supplier) untuk mengechek barang modal, tahapan ini

disebut tahapan Negosiasi.

B. Setelah adanya pemberitahuan dari lessee akan adanya kesepakatan, maka

supplier (dealer, distributor) barang yang dibutuhkan meminta kepada lessor

suatu surat pesanan (surat pesanan dalam hal Purchase order), yang mana

selanjutnya yang akan memesan dan membeli adalah lessor, dan nantinya barang

itu akan dimiliki oleh lessor.

C. Lessee disini bukanlah sebagai pemilik barang, tapi lessee adalah pihak yang

nantinya menyewa barang yang dimiliki lessor untuk digunakan dalam modal

usaha berupa barang, yang nantinya tertuang dalam perjanjian leasing.


Selanjutnya setelah barang di tangan lessee segala resiko danperawatan, asuransi,

dan hal-hal lainnya telah menjadi tanggung jawab lessee.

D. Setelah terjadi kesepakatan spesifikasi barang antara lessee dan supplier, maka

supplier meminta surat pemesanan kepada lessor, selanjutnya antara lessor dan

supplier akan terjadi perjanjian jual beli yang nantinya barang tersebut akan

dibeli dan dimiliki oleh lessor. Maka selanjutnya kepemilikan barang adalah

lessor.

E. Setelah barang modal dimiliki oleh lessor, maka langkah selanjutnya adalah

perjanjian Leasing antara lessor dan lessee. Yaitu kontrak yang dilakukan lessor

dan lessee sebagai landasan hukum atas perjanjian leasing yang telah disepakati

bersama. Jadi dalam hal ini telah terjadi 2 perjanjian yang dilakukan lessor, yaitu

perjanjian jual beli dengan supplier, dan selanjutnya perjanjian leasing dengan

lessee.

F. Pada hal sebelumnya, harga barang modal yang telah disepakati antara lessee dan

supplier dan telah disepakati, itulah harga yang nantinya akan dibayar oleh lessor

kepada supplier sebagai penyediapembiayaan atas modal barang yang dibutuhkan

lessee.

G. Dalam perjanjian leasing ini, para pihak baik lessor maupun lessee akan

menentukan pembayaran rental atas barang modal yang telah dibiayai oleh lessor.

Pembayaran ini dilakukan berdasarkan bulanan, perempat bulan, ataupun

pertengah tahunan atas penggunaan barang selama masa perjanjian leasing

H. Didalam perjanjian leasing antara lessor dan lessee, harus ditentukan besaran

nilai sisa (residual Value) akan barang modal usaha tersebut.

I. Dalam menentukan jangka waktu leasing , biasanya para pihak tidak asal dalam

menentukan jangka waktu leasing, para pihak mempunyai pertimbangan dalam


menentukan jangka waktu. Pertimbangan yang dilakukan untuk menentukan

jangka waktu perjanjian leasing biasanya ditentukan dengan mengacu pada hal:2

a. Masa manfaat penggunaan barang tersebut sesuai dengan umur rata-

rata barang tersebut.

b. Lokasi dimana barang ditempatkan.

c. Pertimbangan keadaan cash flow daripada lessee.

J. Dan hal yang paling membedakan adalah dalam ketentuan nilai sisa (residual

value), yang dimana berdasar nilai sisa yang telah disetujui bersama dalam

perjanjian leasing, (biasanya nilai sisa minimal adalah 10% dari harga barang)

maka lessee diberikan/mempunyai hak untuk memilih (opsi) antara membeli

barang tersebut, atau mengembalikannya pada lessor.

4. Jenis-jenis leasing

Sewa guna usaha (leasing) dapat dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu finance lease,

operating lease, sales typed lease, dan leveraged lease. Adapun masing-masing jenis

sewa guna usaha tersebut adalah sebagai berikut:

A. Finance lease (sewa guna usaha pembiayaan) Dalam sewa guna usaha ini,

perusahaan sewa guna usaha (lessor) adalah pihak yang membiayai penyediaan

barang modal. Penyewa guna usaha (lease) biasanya memilih barang modal yang

dibutuhkan dan atas nama perusahaan sewa guna usaha, sebagai pemilik barang

modal tersebut, melakukan pemesanan, pemeriksaan serta pemeliharaan barang

modal yang menjadi objek transaksi sewa guna usaha melakukan pembayaran

sewa guna usaha. Selama masa sewa guna usaha, pengguna sewa usaha

membayar sewa guna usaha secara berkala dimana jumlah seluruhnya ditambah

dengan nilai sisa (residual value), kalau ada akan mencakup pengembalian harga
2
Eddy P. Soekadi, Mekanisme Leasing, Ghalia Indonesia , Jakarta, 1987 hal. 83
perolehan barang modal yang dibiayai serta bunganya yang merupakan

pendapatan perusahaan sewa guna usaha.

B. Operating lease Dalam sewa guna usaha ini, perusahaan sewa guna usaha

membeli barang modal dan selanjutnya disewagunausahakan kepada penyewa

guna usaha. Berbeda dengan finance lease, jumlah seluruh pembayaran sewa

guna usaha berkala dalam operating lease tidak mencakup jumlah biaya yang

dikelurkan untuk memperoleh berang modal tersebut berikut dengan bunganya.

Perbedaan disebabkan perusahaan sewa guna usaha mengharapkan keuntungan

justru dari penjualan barang modal yang disewagunausahakan, atau melalui

beberapa kontrak sewa guna usaha lainnya. Dalam sewa guna usaha jenis ini

dibutuhkan keahlian khusus dari perusahaan sewa guna usaha untuk memelihara

dan memasarkan kembali barang modal yang disewagunakan sehingga, berbeda

dengan finance lease, perusahaan sewa guna usaha dalam operating lease

biasanya bertanggung jawab atas biayabiaya pelaksanaan sewa guna usaha seperti

asuransi, pajak maupun pemeliharaan barang modal yang bersangkutan.

C. Sales-typed lease (sewa guna usaha penjualan) Suatu transaksi sewa guna usaha,

dimana produsen/ pabrikan juga berperan sebagai perusahaan sewa guna usaha,

sehingga jumlah transaksi termasuk bagian laba usaha sudah diperhitungkan oleh

produsen/ pabrikan. Jenistransaksi sewa guna usaha ini seringkali merupakan

suatu jalur pemasaran bagi produk perusahaan. Di Indonesia, lessor yang

mempunya fungsi ganda semacam ini tidak diperkenankan oleh Departemen

Keuangan.

D. Leveraged Lease Suatu transaksi sewa guna usaha, selain melibarkan lessor dan

lease, juga melibatkan bank/kreditor jangka panjang yang membiayai bagian

terbesar dalam transaksi. Jenis transaksi ini jarang terjadi di Indonesia hal ini
dikarenakan suku bunga perbankan dengan suku bunga yang dikenakan

perusahaan sewa guna usaha terdapat selisih yang cukup besar. Dari keempat

jenis transaksi sewa guna usaha (leasing) tersebut diatas, transaksi sewa guna

usaha pembiayaan (finance lease) yang banyak dilakukan di Indonesia,

sedangkan operating lease hanya sedikit yang melakukannya.

Anda mungkin juga menyukai