Anda di halaman 1dari 6

“TRAGEDY OF THE COMMONS”: SITUASI BERBAHAYA BAGI UMAT

MANUSIA

Sumber: https://www.pnas.org/content/pnas/114/1/7/F1.large.jpg

Pada suatu ketika, ada 4 orang peternak yang hidup di satu permukiman desa. Para
peternak tersebut bersama-sama menggunakan suatu lahan yang besar untuk
memelihara sapi sebagai hewan ternaknya. Dalam penggunaannya, para peternak itu
membuat perjanjian untuk memelihara 2 sapi dari setiap peternak, membuat lahan
tersebut menampung 8 sapi. Perjanjian dibuat atas dasar kemampuan rumput di lahan
untuk pertumbuhan sapi yang sudah dikalkulasi dan diprediksi oleh para peternak.
Dengan adanya perjanjian itu, dapat dipastikan kemampuan lahan yang dipakai akan
tetap terjaga dan stabil untuk pertumbuhan sapi-sapi para peternak.

Namun, apa yang terjadi jika salah satu peternak melanggar perjanjian itu? Bagaimana
jika salah satu peternak menambahkan sapi ke dalam lahan? Dan peternak yang lain
juga ikut menambahkan sapi ke lahan tersebut? Lahan tidak akan bertambah luas,
daya tampungnya juga tidak akan bertambah, pertumbuhan rumput akan kalah cepat
dibanding konsumsinya. Dengan begitu, dalam kurun waktu yang cepat, lahan tersebut
tidak akan bisa dipakai lagi untuk beternak.

Hal ini dinamakan ​Tragedy of The Commons ​atau Tragedi Kepemilikan Bersama,
sebuah pemikiran dari Garrett Hardin yang ia kemukakan dalam artikelnya dengan judul
yang sama pada tahun 1968. Kata “​Tragedy​” berarti suatu kejadian yang menyedihkan
dan “​Commons​” adalah milik bersama. Dengan kata lain, Tragedy of The Commons
adalah situasi di mana sumber daya bersama dipakai dengan serakah tanpa aturan
yang menyebabkan kerugian berupa rusak atau habisnya sumber daya atau
kepemilikan bersama tersebut. ​Commons ​bisa berupa banyak hal, seperti laut, hutan,
udara, energi, lahan, dll. Situasi ini merupakan situasi nyata yang sedang berlangsung
di kehidupan dan merupakan sebuah ancaman bagi keberlangsungan hidup umat
manusia.

Tragedy of The Commons dapat diproyeksikan pada beberapa hal, diantaranya adalah
penggunaan sumber energi tidak terbarukan, sumber makanan seperti hasil laut,
penggunaan lahan, penggunaan air bersih, udara bersih, dll. Penggunaan energi untuk
kehidupan sehari-hari manusia hingga saat ini 85% masih bergantung pada sumber
energi tidak terbarukan dari hasil pembakaran fosil. Dengan maraknya
perusahaan-perusahaan dibidang energi tersebut, mereka saling berlomba untuk
mendapatkan sumber yang banyak dan tidak mau kalah. Alhasil terjadi keserakahan
dalam penggunaannya. Penggunaan berlebihan dan eksploitasi dari sumber energi
tersebut dapat mengakibatkan habisnya sumber energi.

Selain penggunaan energi tidak terbarukan yang berlebihan berakibat buruk kepada
persediaan energi, hal itu juga menyebabkan kerugian dalam kepemilikan bersama
yang lainnya, yaitu lingkungan. Polusi dan pencemaran alam yang dihasilkan oleh
penggunaan energi tidak terbarukan, salah satunya adalah udara bersih, sangat
merugikan umat manusia.
Contoh global dari ​Tragedy of The Commons adalah overpopulasi. Bumi mempunyai
kapasitas dan daya tampung tersendiri untuk keberlangsungan hidup manusia. Namun,
akan ada saatnya populasi mencapai tingkat di mana bumi tidak akan bisa
menanggung kebutuhan seluruh individu, seperti persediaan makanan, lahan, bahkan
udara bersih. Standar hidup pun akan menurun. Akibat yang ditimbulkan adalah
kelaparan massal dan kerusakan lingkungan yang parah. Apakah kita bisa mencegah
agar hal ini tidak terjadi?

Hal ini bisa dihindari dengan melaksanakan 3 hal, yang pertama yaitu aksi individu.
Dapat dimulai dari kesadaran sendiri akan terbatasnya sumber daya yang ada di bumi,
mengharuskan kita hidup berhemat dan tidak serakah dalam menggunakan apa yang
kita punya. Namun, terkadang intensi masing-masing individu berbeda sehingga Hardin
sendiri percaya bahwa hal tersebut tidak akan memecahkan masalah, menuntun kita
kepada solusi kedua, yaitu Tata Kelola Internal. Maksud dari Tata Kelola Internal adalah
perjanjian suatu komunitas dalam memakai sumber atau lahan kepemilikan bersama,
hal ini dapat dilaksanakan di sebuah permukiman. Bagaimana jika masih ada individu
serakah yang tidak mau menuruti perjanjian dan hanya ingin mengambil keuntungan
untuk dirinya sendiri? Maka diberlakukanlah solusi ketiga, yaitu Tata Kelola Eksternal.
Tata Kelola Eksternal berupa regulasi-regulasi pemerintah dan sistem hukum yang
mengatur tentang aturan penggunaan dan kepemilikan. Contohnya adalah Program
Keluarga Berencana di Indonesia sebagai bentuk pencegahan overpopulasi, juga
privatisasi lahan untuk mencegah rusaknya lahan akibat dari pemakaian diluar
kapasitas tampung lahan tersebut.

Menurut Hardin, permasalahan ​Tragedy of The Commons tidak bisa diselesaikan


secara ilmiah, maupun kesadaran individu. Harus diadakan kebijakan-kebijakan yang
kuat dan pelaksanaannya yang tegas oleh pemerintah dan orang-orang yang berkuasa
dalam pencegahannya. Dengan begitu, permasalahan ini diharapkan tidak akan terjadi.
Namun, sifat serakah manusia yang sudah mendarah daging juga merupakan salah
satu faktor yang kuat dalam tragedi ini. Maka pemecahan solusi ini kembali lagi ke
individu masing-masing dan menjadi pembelajaran bagi kita, untuk tidak berlebihan
dalam hal apapun.

Source:

Hardin, G. (1968), The Tragedy of the Commons, Science, Volume 162, Issue 3859, pp.
1243-1248.
BIODATA

Nama : Honesty Saffira Putri

Tempat dan Tanggal Lahir : Jakarta, 22 Maret 2001

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jln. Masjid Darul Falah, No.2, RT 13 RW 03, Petukangan


Utara, Pesanggrahan, Jakarta Selatan

No. Telp : 081295145342

Jenis Pekerjaan : Mahasiswi

Instansi : Universitas Trisakti

Anda mungkin juga menyukai