Anda di halaman 1dari 10

Kelompok 4 :

1. Dave Allan C. I    201870038


2. Teguh Prio Setia      201870130
3. Weldy Steven N      201870149
4. Cornelius Marcellino I. 201870154
5. Rail anasta        201870160
6. Giovanny Erista    201870185
7. Skenly        201870045
8. Ravelia Cempaka D. 201870091

Tugas Resume - 2 Akuntansi


Sektor Publik
DOSEN PENGAJAR :
Mutia Anindita, S.E., Ak., PPAK., M.B.A.

KAMIS 10.30 B.B


BAB 1 Buku A (Deddi)
A. Pendahuluan
Keberadaan organisasi sektor publik sangatlah dekat. Organisasi ini menyediakan pelayanan bagi
masyarakat dalam bentuk pelayanan publik semata-mata untuk kesejahteraan (welfare)
masyarakatnya.

B. Sektor Publik dan Perbandingannya Dengan Sektor Komersial


Pengertian sektor publik dapat diketahui melalui perbandingan sektor ini dengan sektor komersial.
Tetapi, sektor publik dan sektor komersial juga memiliki persamaan sebagai berikut:
1. Keduanya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam sebuah sistem perekonomian karena
keduanya juga saling bertransaksi dan membutuhkan
2. Sama-sama menghadapi sumber daya ekonomi yang terbatas untuk mencapai tujuan-tujuannya
3. Mempunyai pola manajemen keuangan yang sama dari perencanaan hingga pengendalian
4. Keduanya mempunyai output produk yang sama
Sementara itu, hal-hal umum yang secara signifikan membedakan keduanya adalah:
1. Tujuan Organisasi, Perusahaan komersial bertujuan untuk mencari laba, sedangkan organisasi
sektor publik dijalankan bukan untuk mencari profit.
2. Sumber-sumber Pendanaan, Perusahaan komersial didanai melalui hasil operasi perusahaan
tersebut, selain investasi dari pemegang saham, sementara organisasi sektor publik mendapat
dana melalui cara khusus berupa sumbangan/ donasi yang bersifat sukarela.
3. Peraturan Perundangan, Organisasi sektor publik khususnya lembaga pemerintah harus
melakukan aktivitasnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, sementara
perusahaan komersial dapat memilih aktivitas yang akan dilakukan/ produk yang akan dibuat
berdasarkan pertimbangan untung dan rugi

C. Definisi Organisasi Sektor Publik


Keberadaan organisasi sektor publik sangat dibutuhkan oleh masyarakat karena didasarkan pada
kondisi-kondisi berikut:
1. Organisasi sektor publik merupakan penyedia barang public
Barang publik adalah barang komoditas yang keberadaannya tidak melalui persaingan antar-
penyedianya dan tidak dapat diterapkan prinsip pengecualian bagi para penggunanya sehingga
semua masyarakat dapat menggunakannya.
2. Organisasi sektor publik dibutuhkan dalam rekayasa struktur sosial
Peran organisasi sektor publik adalah menjadi jembatan antarstruktur sosial sehingga tidak terjadi
kesenjangan yang semakin melebar
Sehingga dapat disimpulkan bahwa organisasi sektor publik (OSP) adalah sebuah entitas ekonomi
yang menyediakan barang dan /atau jasa publik untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
dan bukan untuk mencari keuntungan financial. OSP disebut sebagai entitas ekonomi karena
organisasi ini memiliki dan mengelola sumber daya yang tidak kecil serta melakukan transaksi-
transaksi ekonomi dan keuangan. Maka, organisasi sektor publik menjadi berbeda karena ciri-ciri
sebagai berikut:
1. Dijalankan bukan untuk mengincar profit melainkan untuk mencapai misi atau tujuan tertentu
2. Dimiliki secara kolektif oleh publik
3. Kepemilikan sumber daya tidak digambarkan dalam bentuk saham yang dapat
diperjualbelikan
4. Keputusan yang terkait kebijakan maupun operasi sering kali didasarkan pada consensus
D. Jenis-Jenis Organisasi Sektor Publik
Jika dilihat secara garis besar, jenis-jenis organisasi sektor publik dapat dibagi menjadi tiga:
1. Instansi pemerintah, Merupakan bagian organisasi sektor publik yang brbentuk instansi
pemerintah pusat dan daerah
2. Organisasi nirlaba milik pemerintah, Merupakan bagian organisasi sektor publik yang
bentuknya bukan instansi pemerintah tetapi dimiliki oleh pemerintah
3. Organisasi nirlaba milik swasta, Merupakan bagian organisasi sektor publik yang dimiliki dan
dikelola oleh pihak swasta

E. Sejarah Akuntansi Sektor Publik


Vernon Karn (1988) dalam Indra Bastian (2001) menjelaskan bahwa praktik akuntansi sektor
publik sebenarnya telah ada sejak ribuan tahun sebelum masehi yang dipengaruhi pada interaksi yang
terjadi di dalam masyarakat yang umumnya berbentuk organisasi sektor publik diklasifikasikan dalam:
1. Semangat kapitalis
2. Peristiwa politik dan ekonomi
3. Inovasi teknologi
Sejarah juga menunjukkan bahwa praktik pencatatan telah dilakukan di zaman mesir kuno. Di
masa Roma, praktik akuntansi untuk mendukung mekanisme pajak dilakukan oleh semua pejabat. Di
akhir abad ke-14 praktik pencatatan transaksi keuangan ditemukan di Genoa. Pada masa modern,
akuntansi sektor publik terus berkembang sebagai sebuah alat pengawasan dan pelaporan dalam
rangka akuntablitas publik. Di Indonesia, perkembangan sektor publik tidak terlepas dari peran
pemerintah. Reformasi keuangan negara ditandai dengan lahirnya UU 17 tahun 2003 tentang
Keuangan Negara, lebih cepat mendorong perkembangan akuntansi sektor publik, tidak hanya pada
pengembangan standar akuntansi yang lebih baku tetapi juga pengembangan teknik dan sistem yang
lebih andal.

BAB 10 Buku B (Abdul)

MANAJEMEN PELAYANAN PUBLIK DAN MANAJEMEN PELAYANAN SWASTA/BISNIS


Dalam konsep pelayanan, ada 2 jenis pelaku pelayanan, yaitu
 penyedia layanan, adalah pilar yang dapat memberikan suatu layanan tertentu kepada konsumen,
berupa layanan dalam bentuk penyediaan dan penyerahan barang maupun jasa-jasa
 penerima layanan, adalah pelanggan (customer) atau konsumen (consumer) yang menerima
layanan dari para penyedia layanan.

Adapun berdasarkan status keterlibatannya dengan pihak yang melayani terdapat 2 (dua) golongan
pelanggan, yaitu:
1. pelanggan internal adalah orang-orang yang terlibat dalam proses penyediaan jasa atau proses
produksi barang, sejak dari perencanaan, pencitraan jasa atau pembuatan barang, sampai dengan
pemasaran barang, penjualan, dan pengadministrasiannya.
2. pelanggan eksternal adalah semua orang yang berada di luar organisasi yang menerima layanan
penyerahan barang atau jasa.

Karakteristik khusus dari pelayanan publik yang membedakannya dari pelayanan swasta adalah
sebagai berikut :
a. Umumnya layanan pemerintah berupa jasa, dan barang intangible. Contoh :perizinan,
sertifikat, peraturan, informasi keamanan, ketertiban, kebersihan, transportasi, dan sebagainya.
b. Selalu terkait dengan jenis pelayanan-pelayanan yang lain, dan membentuk sebuah jalinan
sistem pelayanan yang berskala regional, bahkan nasional. Contohnya ; layanan transportasi,
pelayanan bus kota akan bergabung dengan pelayanan mikrolet, bajaj, ojek, taksi, dll.
c. Pelanggan internal cukup menonjol, karena tatanan organisasi pemerintah yang cenderung
birokratis..
d. Efisiensi dan efektivitas pelayanan akan meningkat seiring dengan peningkatan mutu
pelayanan. Semakin tinggi mutu pelayanan bagi masyarakat, maka semakin tinggi pula
kepercayaan masyarakat kepada pemerintah.
e. Masyarakat secara keseluruhan diperlakukan sebagai pelanggan tidak langsung, yang sangat
berpengaruh kepada upaya-upaya pengembangan pelayanan.
f. Tujuan akhir dari pelayanan publik adalah terciptanya tatanan kehidupan masyarakat yang
berdaya untuk mengurus persoalannya masing-masing.

Savas (1987) mengelompokkan jenis-jenis barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat dan individu
ke dalam 4 (empat) kelompok berdasarkan konsep exclusion dan consumption dalam hal pengelolaan
penyedian pelayanan publik. Ciri dari exclusion akan melekat pada barang/jasa jika pengguna
potensialnya dapat ditolak menggunakannya, dan Barang/jasa tersebut hanya dapat
dipindahtangankan apabila terjadi kesepakatan antara pembeli dan pemasok. Sedangkan dari segi
consumption adalah bahwa barang konsumsi merupakan barang/ jasa yang dapat dipergunakan
secara bersama-sama atau kolektif oleh banyak orang tanpa ada pengurangan kualitas maupun
kuantitasnya.

Pengelompokan Barang dan Jasa Berdasarkan Ciri Dasar Exclusion dan Consumption

Exclusion Konsumsi Individual Konsumsi


Kolektif
Mudah mencegah orang lain untuk ikut menikmati Barang privat Barang semi
publik
Sulit mencegah orang lain untuk ikut menikmati Barang semi privat Barang publik
1. Barang privat, Barang/ jasa yang dikonsumsi secara individual dan tidak dapat diperoleh oleh si
pemakai tanpa persetujuan pemasoknya. Bentuk persetujuan biasanya dilakukan dengan
penetapan dan negosiasi harga tertentu, serta transaksi pembelian. Contoh: makanan, pakaian.
(dapat murni dilakukan oleh swasta)
2. Barang semi privat, Barang/ jasa yang dikonsumsi secara individual, namun sulit mencegah
siapa pun untuk memperolehnya meskipun mereka tidak mau membayar, atau biasa disebut juga
sebagai barang semiprivat. Contoh dari barang semi privat ini adalah pembelian radio ketika
dinyalakan, si pemilik tidak dapat mencegah orang lain untuk tidak ikut mendengarkan. (dapat
murni dilakukan oleh swasta)
3. Barang semi public, Barang/ jasa yang umumnya digunakan secara bersama-sama, namun si
pengguna harus membayar dan mereka yang tidak dapat/mau membayar dapat dengan mudah
dicegah dari kemungkinan menikmati barang tersebut. Semakin sulit atau mahal mencegah
seseorang konsumen potensial dari pemanfaatan toll goods semakin serupa barang tersebut
dangan ciri barang publik (collective goods), biasa disebut juga dengan barang semi publik.
Misalnya jalan tol dan jembatan timbang. (dapat dilakukan baik oleh pemerintah maupun swasta)
4. Barang public, Barang dan jasa ini umumnya digunakan secara bersama-sama dan tidak
mungkin mencegah siapa pun untuk menggunakannya, sehingga masyarakat (pengguna) pada
umumnya tidak bersedia membayar berapa pun tanpa dipaksa untuk memperoleh barang ini.
Misalnya jalan raya dan taman. (harus disediakan oleh pemerintah)
Dalam Keputusan Menpan Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan
Pelayanan Publik, pengelompokan pelayanan publik secara garis besar adalah: pelayanan
administratif; pelayanan barang; pelayanan jasa.

Pelayanan publik adalah representasi dari eksistensi birokrasi pemerintahan, karena berkenaan
langsung dengan salah satu fungsi pemerintah, yaitu memberikan pelayanan. Singkatnya, cerminan
dari sebuah kualitas birokrasi pemerintah.
Selain itu dalam paper-nya yang berjudul Management in the Public Domain, Stewart & Ranson
(1988) secara umum menggambarkan perbedaan manajemen pelayanan pada sektor publik dan
manajemen pelayanan sektor swasta.
1. Sektor swasta lebih mendasarkan pada pilihan individu (individual choice) dalam pasar,
karena dituntut untuk dapat memenuhi selera individual untuk memenuhi keputusan tiap-tiap
individu pelanggan. Sedangkan sektor publik. Sektor publik tidak mendasarkan pada pilihan
individual dalam pasar tetapi pilihan kolektif (massa) dalam pemerintahan.
2. Karakteristik sektor swasta adalah dipengaruhi hukum permintaan dan penawaran (supply
and demand) yang akan berdampak pada harga suatu barang/ jasa. Sedangkan, penggerak sektor
publik adalah karena kebutuhan sumber daya.
3. Manajemen di sektor swasta bersifat tertutup terhadap akses publik, sedangkan public bersifat
terbuka untuk masyarakat terutama yang terkait dengan manajemen pelayanan.
4. Sektor swasta berorientasi pada keadilan pasar (equity of market). Sementara itu orientasi
sektor publik adalah menciptakan keadilan kebutuhan (equity of need).
5. Tujuan manajemen pelayanan sektor swasta adalah untuk mencari kepuasan pelanggan
(selera pasar), sedangkan sektor publik bertujuan untuk menciptakan keadilan dan kesejahteraan
sosial.
6. Persaingan dalam sektor swasta merupakan instrumen pasar, sedangkan dalam sector publik
yang merupakan instrumen pemerintahan adalah tindakan kolektif.
Kekuatan sektor swasta adalah kekuatan pasar, sehingga kekuatan pasar yang akan memaksa orang
membeli atau keluar dari pasar. Sektor swasta bisa membebankan harga yang berbeda untuk
pelanggan yang berbeda dan hal ini tidak akan mengundang protes berupa demonstrasi, kecuali jika
pemerintah sebagai organisasi penyedia layanan publik menaikkan harga pelayanan publik.

PENENTUAN HARGA PELAYANAN PUBLIK


Adapun penetapan harga barang/jasa public menggunakan proses politik diperlukan dalam
menentukan:
1. berapa jumlah barang publik yang harus disediakan; dan
2. bagaimana implikasinya terhadap distribusi biaya yang akan menjadi tanggung jawab para
individu.
Peran pemerintah adalah menjamin bahwa manfaat eksternal juga harus dipertimbangkan, yang dapat
memengaruhi perubahan kebijakan harga barang atau jasa publik, contohnya kondisi pasar, ekonomi,
politik, dan lain-lain.

PELAYANAN PUBLIK YANG DAPAT DIJUAL


Dalam Mardiasmo (2009) disebutkan bahwa pemerintah dapat dibenarkan menarik tarif untuk
pelayanan tertentu baik secara langsung/ tidak langsung melalui perusahaan milik pemerintah.
Disebutkan pula beberapa pelayanan publik yang dapat dibebankan tarit pelayanannya, yaitu:
a. penyediaan air bersih; e. perumahan rakyat; i. irigasi;
b. transportasi publik; f. fasilitas rekreasi atau j. jasa pemadam kebakaran;
c. jasa pos dan pariwisata: k. pelayanan kesehatan;
telekomunikasi: g. pendidikan; l. pengolahan sampah atau
d. energi dan listrik; h. jalan tol; limbah
Dalam membebankan tarif pelayanan publik Mardiasmo (2009) juga menyatakan beberapa alasannya,
seperti:

1. Adanya barang privat vs barang publik


 Barang privat adalah barang-barang kebutuhan masyarakat yang manfaat barang atau jasa tersebut
hanya dinikmati secara individual oleh pembelinya, sedangkan yang tidak mengonsumsi tidak
dapat menikmati barang atau jasa tersebut, contohnya: makanan, minuman, listrik, telepon, dan
sebagainya.
 Barang publik adalah barang-barang kebutuhan masyarakat yang manfaat barang dan jasa rersebut
dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat secara bersama-sama, contohnya: jasa polisi.
 Ada juga barang campuran antara barang privat dan barang publik. Meskipun dikonsumsi
secara individual, sering kali masyarakat secara umum juga membutuhkan barang/ jasa tersebut.
Misalnya: pendidikan, pelayanan kesehatan, transportasi publik, dan air bersih.

2. Efisiensi ekonomi ,Ketika setiap individu bebas menentukan banyaknya barang dan jasa yang
mereka ingin konsumsi, mekanisme harga memiiiki peran penting dalam mengalokasikan sumber
daya melalui: pendistribusian permintaan; pemberian insentif untuk menghindari pemborosan;
pemberian insentif kepada pemasok berkaitan dengan skala produksi; penyediaan sumber daya
pada supplier untuk mempertahankan dan meningkatkan persediaan jasa.
3. Prinsip keuntungan, pembebanan hanya dikenakan kepada masyarakat atau mereka yang
diuntungkan kepada pelayanan tersebut. Pemerintah tidak boleh melakukan maksimalisasi
keuntungan, Fee adalah biaya atas perizinan/ lisensi yang diberikan pemerintah.

DASAR PEMBEBANAN TARIF PELAYANAN SEKTOR SWASTA


Ada dua faktor yang harus dipertimbangkan perusahaan dalam menetapkan suatu harga atau produk,
yaitu:
1. Faktor Internal Perusahaan
a. Tujuan Pemasaran Perusahaan, Faktor utama yang menentukan penetapan harga adalah
tujuan pemasaran perusahaan. Tujuan tersebut bisa berupa maksimalisasi laba,mempertahankan
kelangsungan hidup perusahaan, meraih pangsa pasar yang besar, menciptakan kepemimpinan
dalam hal kualitas, melaksanakan tanggung jawab sosial dan lain-lain
b. Strategi Bauran Pemasaran, Harga merupakan salah satu komponen bauran pemasaran, maka
dari itu harga perlu dikoordinasikan dan saling mendukung dengan bauran pemasaran lainnya
yaitu produk,distribusi dan promosi
c. Biaya, Biaya merupakan faktor yang menentukan harga minimal yang harus ditetapkan
perusahaan agar tidak mengalami kerugian.maka dari itu setiap perusahaan harus
memperhatikan biaya (Biaya tetap dan Biaya variabel)

2. Faktor Eksternal perusahaan, meliputi:


a. Sifat dasar dan permintaan , Setiap perusahaan harus memahami sifat pasar dan permintaan
yang akan dihadapi nya.
b. Persaingan, Kebebasan perusahaan dalam menentukan harganya itu bergantung pada jenis
pasar yang berbeda-beda.Berdasarkan bentuknya ada 4 jenis pasar, yaitu :
 Pasar Persaingan Murni (Pure Competition), terdiri atas banyak pembeli dan penjual yang
memperdagangkan komoditas yang seragam
 Pasar Persaingan Sempurna (Monopolistic Competition), terdiri atas banyak pembeli dan
penjual yang berdagang pada kisaran harga tertentu
 Pasar Persaingan Oligopoli (Oligopolistic Competition), terdiri atas sedikit penjual yang
sangat sensitif pada penerapan harga dan strategi pemasaran yang dilakukan oleh pesaing
 Pasar Monopoli Sempurna (Pure Monopoly), hanya ada satu penjual
Secara umum penertapan harga barang masih cukup bervariasi seperti atas dasar Cost
pricing,mark-up pricing,mark-up,cost plus pricing dan atas dasar target pricing.Ada juga
yang menetapkan harga berdasarkan kombinasi barang secara fisik ditambah jasa lain.Dan
ada juga yang menetapkan harga berdasarkan Geografis, maka konsep FOB (Free On Board)
dan UDT (Uniform Delivered Pricing) bias menjadi pertimbangan.

DASAR PEMBEBANAN TARIF PELAYANAN PUBLIK


Penyediaan barang publik memiliki tujuan dalam menciptakan penggunaan sumber daya efisien,
menambah pendapatan dan memengaruhi kesejahteraan masyarakat pada segmentasi yang berbeda.
Dalam pemberian pelayanan masyarakat, BUMN dan BUMD akan memberikan tarif pelayanan dalam
bentuk Retribusi,Pajak dan tarif jasa langsung kepada masyarakat yang menjadi konsumen jasa publik.
Aturan dalam menetapkan harga wajar organisasi sector publik yang biasa dipakai adalah beban
(Charge) dihitung sebesar biaya total tersebut,walaupun akan mengalami kendala sebagai berikut :
1. Tidak diketahui secara tepat berupa biaya total (full cost) untuk menyediakan suatu pelayanan
2. Sangat sulit mengukur jumlah yang dikonsumsi, karna jumlah melayani satu orang dengan orang
lain berbeda-beda
3. Pembebanan tidak memperhitungkan kemampuan masyarakat untuk membayar
4. Biaya yang harus diperhitungkan, apakah hanya biaya operasi langsung atau perlu dihitung juga
biaya modal
Ada beberapa strategi efektif untuk menentukan harga dengan two-parts tariffs yaitu fixed charge
untuk biaya menutupi biaya overhead atau biaya infrastruktur dan variable charge yang didasarkan
pada besarnya konsumsi,dengan peak-load tariffs pelayanan publik dipungut berdasarkan tarif
tertinggi.Permasalahan nya adalah beban tertinggi membutuhkan tambahan kapasitas yang
disediakan,tarif tertinggi untuk periode puncak harus menggambarkan Higher marginal cost. Salah
satu caranya dengan kebijakan full cost recorvery. Harga pelayanan didasarkan pada biaya penuh atau
biaya total untuk menghasilkan pelayanan dan harga diatas marginal cost.Pelayanan menyebabkan
unit kerja harus memiliki data biaya yang akurat agar dapat mengestimasi marginal cost, sehingga
dapat ditetapkan pelayanan yang tepat.Value for money merupakan konsep pengelolaan organisasi
sektor publik yang mendasarkan pada tiga elemen yaitu: Ekonomi,Efesiensi dan Efektivitas ekonomi
merupakan perbandingan input dengan nilai input yang dinyatakan dalam satuan moneter.Ekonomi
terkait dengan sejauh mana organisasi sektor publik dapat meminimalisasi sumber daya input yang
digunakan dengan menghindari pengeluaran yang boros dan tidak produktif.Dalam penentuan standar
pelayanan minimum sebagai feed-back pelayanan kepada masyarakat maka organisasi sektor publik
harus memperhatikan pemangku kepentingan (Stakeholder) sebagai orang yang berkepentingan
dengan keberadaan perusahaan karena keterlibatan Stakeholder dalam penyusunan tarif dan standar
pelayanan minimum sangat penting.Penutup pembebanan pelayanan publik merupakan salah satu
sumber penerimaan bagi pemerintah selain pajak,penjualan aset milik pemerintah,utang dan laba
BUMN/BUMD.Aturan yang bisa dipakai adalah beban dihitung sebesar total biaya untuk
menyediakan layanan tersebut.Dalam menentukan harga pelayana publik juga dianut konsep different
cost for purpose yaitu membedakan biaya untuk pelayanan yang berbeda.Masalah lain adalah adanya
Hidden Cost yang menyulitkan dalam mengetahui total biaya.

KAJIAN TEORITIS DALAM SISTEM REWARD DAN PUNISHMENT


 Sistem Pengukuran kinerja.
Sistem pengukuran kinerja organisasi sektor bisnis mencampurkan informasi finansial dan
nonfinansial. Sistem pengukuran kinerja sektor publik adalah sistem yang bertujuan membantu
manager publik menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur finansial dan nonfinansial, maksud
dari pengukuran kinerja sektor publik adalah untuk membantu memperbaiki kinerja pemerintah
sehingga dapat membantu pemerintah berfokus pada tujuan dan sasaran program unti kerja.
Manfaat pengukuran kinerja dalam Mardiasmo (2009 ; 122) adalah :
1. Memberikan pemahaman mengenai ukuran yang digunakan untuk menilai kinerja
2. Memberikan arah untuk mencapai target kinerja yang telah ditetapkan
3. Mengawasi dan mengevaluasi pencapaian kinerja dan membandingkannya dengan target kinerja
4. Memberikan dasar pemberian reward dan punisment secara objektif yang diukur daengan ukuran
kinerja yang disepakati
5. Alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam ranka memperbaiki kinerja organisasi
6. Membantu mengidentifikasi apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi
7. Membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah
8. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara objektif
 Reward dan Punisment
 Reward yang disebut positif incentive adalah outcome yang meningkatkan kepuasan dari
kebutuhan individu (dapat berupa moneter dan non moneter serta psikologi). Cenderung lebih
berhasil dan memotivasi. Walaupun reward sangat besar, seorang karyawan belum tentu mau
bekerja keras, hal tersebut disebabkan ketidakyakinan yang ia miliki bahwa bekerja keras akan
menyebabkan hasil kerjanya bagus.
 Punisment yang disebut negative incentive adalah outcome yang menurunkan kepuasan dari
kebutuhan individu. Walaupun sama sama bertujuan untuk mencapai tujuan organisasi tetapi
reward cenderung lebih berhasil ketimbang punisment karena individual lebih termotivasi
menghasilkan reward daripada ketakutan punisment
• Teori Pengharapan (Expectancy Theory)
Guidono (2009:61) menuliskan teori pengharapan (expectancy theory) menganggap motivasi
mempunyai 3 unsur, yaitu sebagai berikut.
1. Harapan mengenai hubungan antara usaha (effort) dan kinerja (performance), penambahan usaha
akan meningkatkan kinerja (unsur expectancy).
2. Persepsi hubungan antara kinerja dan hasil (outcome), dan kinerja yang baik akan memunculkan
hadiah atau outcomes atau reward (unsur instrumentality).
3. Nilai daya tarik hadiah (outcome atau reward) tersebut bagi seseorang (unsur valence).
Perilaku (Bekerja) >(E)> Hasil Kerja Baik(V) >(i)> Reward(V)
Keterangan:
V = valence
I = instrumentality
E = expectancy
Walaupun reward (outcome tingkat 1) sangat besar, seseorang karyawan belum tentu mau bekerja
keras. Hal tersebut disebabkan ketidakyakinan yang ia miliki bahwa bekerja keras akan menyebabkan
hasil kerjanya (outcome tingkat 1) bagus (Gudono, 2009:62). Penyebab ketidakyakinan tersebut,
misalnya, unsur ketidakpastian E sangat tinggi saat knowledge and skill requirement untuk bisa
mengerjakan sesuatu sangat tinggi (kompleks). Anthony dan Govindarajan (2007:514) menuliskan
bahwa motivasi individu paling lemah saat individu tersebut memercayai bahwa insentif diberikan
karena pencapaian yang ditargetkan bagi dirinya terlalu mudah maupun terlalu sulit.
• Teori Penguatan
Gudono (2009:66) menuliskan mengenai pentingnya merancang perubahan-perubahan perilaku
manusia di dalam organisasi (konsep behavior contingency). Suatu jenis perilaku karyawan, misalnya,
datang ke kantor pagi sekali bisa dimunculkan (atau menjadi sering terjadi) atau juga dihilangkan,
dengan cara merangsang karyawan dengan stimulus tertentu. Hal tersebut terkait dengan teori
penguatan (reinforcement theory).
Menurut teori penguatan, perilaku terntentu (behavior shaping) dibentuk melalui penentuan
konsekuensi tindakan yang diatur sesuai dengan tujuan organisasi.
1. Positive Reinforcement , bersifat memperkuat perilaku, di mana dilakukan dengan menimbulkan
konsekuensi yang disukai pelaku.
2. Negative Reincofcement, bersifat memperkuat perilaku dengan cara menarik (menghilangkan)
sesuatu yang sifatnya tidak nyaman bagi pelaku.
3. Hukuman (Punishment), Punishment bersifat melemahkan perilaku tertentu, di mana dilakukan
dengan memberikan konsekuensi yang tidak enak bagi pelaku.
4. Extinction, Extinction bersifat melemahkan perilaku tertentu, di mana dilakukan dengan cara
"mengabaikan" tindakan pelaku sehingga dia tidak mengulanginya lagi.
• Teori Keagenan
Menurut Anthony dan Govindajaran (2007:530), konsep keagenan adalah hubungan atau kontrak
antara principal dan agen agent. Principal memperkejakan agent untuk bertindak sesuai dengan
kepentingan principal, namun principal dan agent mempunyai perbedaan prefensi dan tujuan.
 Dalam perusahaan (organisasi sektor bisnis), pemegang saham dan atasan bertindak sebagai
principal dan chief executive officer (CEO) dan bawahan sebagai agent mereka.
 Dalam organisasi sektor publik, atasan bertindak sebagai principal dan bawahan sebagai agent
mereka.
 Teori keagenan mengasumsikan bahwa semua individu bertindak atas kepentingan mereka sendiri
sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan agent.

Dalam Gudono (2009:176),teori keagenan (agency theory) menimbulkan 2 masalah, yaitu:


 principal-agent problem, agency dilemma, adalah masalah atau konflik yang timbul
karena agent melakukan tindakan yang menguntungkan dirinya dengan mengeksploitasi
keunggulan informasi yang dimilikinya, namun merugikan principal, di mana akan
menimbulkan agency costs
 agency problem (adverse selection dan moral hazard).
a. Adverse selection (pilihan buruk) terjadi saat principal tidak mengetahui kemampuan agent
sehingga membuat pilihanyang buruk mengenai agent (Gudono, 2009:177).
b. Moral harzard (bencana moral) terjadi saat pihak agent secara sadar mmemiliki keunggulan
informasi namun tidak memenuhi kontrak yang telah disetujuinya dengan principal
(Gudono, 2009:177).
Sistem perjanjian insentif (incentive contracting) sangat diperlukan untuk membatasi
preferensi agen yang berbeda tersebut (Anthony dan Govindarajan, 2007:532). Selain itu, reward
dan punishment merupakan bagian dari insentif, dapat memotivasi agent agar bekerja atas
kepentingan terbaik principal.
• Konsep dan Aplikasi Sistem Reward dan Punishment di Sektor Publik
Reward dan Punishment merupakan salah satu sistem kompensasi dan insentif yang baik untuk
memotivasi agent agar bekerja atas kepentingan terbaik principal.

Model dilemma agent menunjukan alur pikir masalah keagenan, adalah sebagai berikut :
1. Agent adalah rasional
2. Pemotivasian oleh principal kepada agent dilakukan agar agent mengeluarkan effort yang besar
dengan cara memberi reward pada agen sedemikian pula.
3. Reward yang diterima agent tergantung pada output yang dia hasilkan dan output tersebut
tergantung pada jumlah usaha yang ia keluarkan.
4. Agent memiliki “target” tertentu dan hanya mau bekerja jika jumlah reward yang ia terima minimal
sebesar target tersebut.

Perbedaan Organisasi Sektor Publik dengan Bisnis :


Sektor Publik Bisnis
Kinerja manajemen organisasi bisnis bertujuan untuk
Tujuan organisasi sektor publik adalah non profit maksimalisasi laba yang bisa dinilai dari rasio yang didapatkan
pada laporan keuangan.
Organisasi bisnis dalam hal ini, perusahaan manufaktur
Sifat output yang dihasilkan organisasi sektor publik
memiliki output yang sebagian besar berbeda dengan
adalah kualitatif, intangible dan indirect.
organisasi sektor publik
Organisasi sektor publik merupakan entitas yang Pada perusahaan manufaktur yang merupakan jenis organisasi
harus diperlakukan sebagai pusat di sektor bisnis paling banyak, yang merupakan pusat biaya
pertanggungjawaban teknik.
Organisasi sektor publik tidak beroperasi berdasarkan
Organisasi sektor bisnis yang mayoritas memiliki pembanding
market forces sehingga memerlukan instrumen
independen.
pengganti mekanisme pasar.
Organisasi sektor publik menyediakan jasa pelayanan Organisasi sektor bisnis tidak berorientasi pada masyarakat
bagi masyarakat yang sangat heterogen. yang heterogen.
• Perbedaan Sistem Pengukuran Kinerja
Teknik pengukuran kinerja yang komprehensif dan banyak dipakai dan dikembangkan di berbagai
organisasi adalah Balanced Scorecard (BSC) yang awalnya dibuat oleh organisasi sektor bisnis, namun
saat ini BSC juga telah digunakan oleh organisasi sektor publik. Dalam BSC terdapat 4 persepektif
indikator keberhasilan instansi pemerintah sebagaimana diadaptasi dari metodologi BSC adalah
Perspektif Stakeholders dan finansial, Perspektif pelanggan, Perspektif proses internal, dan Perspektif
inovasi dan pembelajaran.

• Perbedaan Indikator Kerja


Tujuan dan indikator kinerja yang digunakan dalam BSC organisasi sektor bisnis dan publik adalah
sebagai berikut :
1. Perspektif Keuangan
2. Perspektif Pelanggan
3. Perspektif Proses Bisnis Internal
4. Perspektif Inovasi dan Pembelajaran

• Perbedaan Reward dan Punishment antara Organisasi Sektor Publik dan Bisnis
Ada beberapa perbedaan yang terjadi antara reward dan punishment organisasi sektor publik dan
bisnis antara lain :
a. Jumlah reward yang diberikan oleh sektor publik lebih sedikit nilainya dibanding sektor bisnis
atau privat
b. Tidak adanya ketegasan dalam menjalankan reward dan punishment di sektor publik, sehingga
insentif yang ada malah menimbulkan masalah baru karena tidak ada efek jera, berbeda dengan
sektor privat
c. Pemberian reward yang tidak jelas disektor publik merupakan kelemahan sistem, tidak seperti
pemberian reward dari sektor privat yang berdasarkan aktivitas

Anda mungkin juga menyukai