Anda di halaman 1dari 81

RANGE OF MOTION EXERCISE AKTIF TERHADAP KEKUATAN OTOT

PASIEN POST OPERASI FRAKTUR TERTUTUP

(Penelitian Quasi Experimental di Rsu Gmim Bethesda Tomohon)

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Oleh :

ESTEVI NINGAYOMI
NIM: 15-061-030

UNIVERSITAS SARIPUTRA INDONESIA TOMOHON


FAKULTAS KEPERAWATAN
2019

i
RANGE OF MOTION EXERCISE AKTIF TERHADAP KEKUATAN
OTOT PASIEN POST OPERASI FRAKTUR TERTUTUP

(Penelitian Quasi Experimental di Rsu Gmim Bethesda Tomohon)

Oleh :
ESTEVI NINGAYOMI
15061030

Telah Dipertahankan di Depan Penguji


Pada Tanggal 21 Mei 2019
Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat

Menyetujui
Komisi Pembimbing

Dr. Drs Julianus Ake, S.kp M,kep Ns. Tinny Akay, S.Kep, M.Kes
NIDN: 0917075101 NIDN: 0920048003
Ketua Anggota

Mengetahui,
a.n Rektor Universitas Sariputra Indonesia Tomohon
Dekan Fakultas Keperawatan

Ns. Selvie Rumagit, S.Kep., M.Kes


NIDK: 8804430017

ii
RANGE OF MOTION EXERCISE AKTIF TERHADAP KEKUATAN
OTOT PASIEN POST OPERASI FRAKTUR TERTUTUP

(Penelitian Quasi Experimental di Rsu Gmim Bethesda Tomohon)

Nama : ESTEVI NINGAYOMI


NIM : 15061030
Program Studi : Ilmu Keperawatan

Telah Diuji Pada Tanggal: 21 Mei 2019

Komisi Pembimbingan Tanda


Tangan

Pembimbing 1 Dr. Drs Julianus Ake, S.kp M,kep ..........................

Pembimbing 2 Ns Tinny Akay, S.Kep., M.Kes ..........................

Komisi Penguji

Penguji 1 Joksan Huragana S.Kep M.Mkes ..........................

Penguji 2 Ns Estefina Makausi S.Kep M.Mkes ..........................

Mengetahui,
a.n Rektor Universitas Sariputra Indonesia Tomohon
Dekan Fakultas Keperawatan

Ns. Selvie Rumagit, S.Kep.,M.Kes


NIDK: 8804430017

iii
PERYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI

Penulis menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang

pengetahuan penulis, didalam naskah skripsi dengan judul: “RANGE OF MOTION

EXERCISE AKTIF TERHADAP KEKUATAN OTOT PASIEN POST OPERASI

FRAKTUR TERTUTUP DI RSU GMIM BETHESDA TOMOHON”, tidak terdapat

karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar

akademik disuatu perguruan tinggi dan tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip

dalam naskah ini dan disebutkan dlam sumber kutipan dan daftar pustaka.

Apabila ternyata didalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat

unsur-unsur jiplakan, penulis bersedia skripsi (Sarjana) dibatalkan, serta diproses

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No.20 Tahun

2003, Pasal 25 ayat 2 dan Pasal 70)

Tomohon, Juni 2019


Yang Menyatakan

Nama : Estevi Ningayomi


Nim : 15061030
PS : Ilmu Keperawatan

iv
RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS

Nama : Estevi Ningayomi

Tempat/tgl lahir : Paguyaman, 02 september 1997

Alamat : Bongo 1 kec. Wonosari kab. Boalemo prov. Gorontalo

Jenis Kelamin : Perempuan

Suku/bangsa : jawa/Indonesia

Agama : Kristen

B. RIWAYAT PENDIDIKAN

1. SD : SDN 12 wonosari Tamat Tahun 2009

2. SMP : SMPN 04 wonosar Tamat Tahun 2012

3. SMA : SMAN 01 wonosari Tamat Tahun 2015

4. Universitas Sariputra Indonesia Tomohon Masuk Tahun 2015 – sekarang.

v
MOTTO

“ jangan pernah takut untuk GAGAL, biarkan gagal


datang bertubi-tubi sampai dia bosan dan pergi
Meninggalkanmu”

vi
UCAPAN TERIMA KASIH

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat kasih dan karunia-Nya sehingga Skripsi yang berjudul RANGE OF MOTION

EXERCISE AKTIF TERHADAP KEKUATAN OTOT PADA PASIEN POST

OPERASI FRAKTUR TERTUTUP DI RSU GMIM BETHESDA TOMOHON dapat

terselesaikan.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan dan motivasi dari berbagai

pihak.Karena itu perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar

– besarnya kepada :

1. Kie Nio Runtuwene sebagai ketua Yayasan Dharma Bhakti Indonesia

Tomohon.

2. Dr. Joost Rumampuk, M.Si.,MS selaku Rektor Universitas Sariputra

IndonesiaTomohon,.

3. Ns. Selvie Rumagit, S.Kep.,M.Kes sebagai Pj Dekan Fakultas Keperawatan

yang telah memberikan penulis ilmu pengetahuan, dan bimbingan selama

proses perkuliahan dan dalam menyusun skripsi ini

vii
4. Ns. Kartini Tungka, S.Kep sebagai Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

yang telah memberikan bimbingan dan dukungan selama penyusunan skripsi

5. DR. Julianus Ake S.Kep M.Kep sebagai pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan, arahan dan motivasi dalam menyusun skripsi ini.

6. Ns. Tinny W. M. Akay, S.Kep.,M.Kes sebagai pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan, arahan dan motivasi dalam menyusun skripsi ini.

7. Joksan Huragana, S.Kep., M.MKes sebagai dosen penguji skripsi yang sudah

memberikan motivasi, bimbingan pada peneliti.

8. Ns. Estefina Makausi S.kep M.M.Kes/ Ns. Kartini Tungka, S.Kep sebagai

dosen penguji skripsi yang sudah memberikan motivasi, bimbingan pada

peneliti.

9. Seluruh dosen-dosen fakultas keperawatan UNSRIT yang telah banyak

memberikan ilmu pengetahuan, bimbingan dan motivasi sehingga penulis

dapat menyelesaikan pendidikan.

10. Direktur Rsu Gmim Bethesda Tomohon dr.Franky V.T kambey yang telah

memberikan ijin kepada penulis untuk pengambilan data dan melakukan

penelitian.

11. Dr. Harry N S Ulaen M.Kes (MMR) sebagai plt. Wadir penunjang dan SDM

yang telah memberikan/memberikan surat keterangan penelitian.

12. Kabid, Kepru, dokter-dokter dan perawat yang telah membantu penulis saat

dalam penelitian.

13. Orang tua tercinta: Papa yayah linuberno Mama sri mulyaningsih yang selalu

memberi support dan membantu pada saat penelitian dan dalam penyusunan.

dan yang dengan segenap cintah dan kasih sayang selalu mendoakan,

memfasilitasi, menasehati, memotivasi selama penulis mengikuti pendidikan di

Fakultas Keperwatan UNSRIT

viii
14. Kakak Ns.Candra perdana s.kep, Bambang hadi saputra, ST, Elsye tedongku,

Indah kristanti, Zefanya nugroho dan Ezra reyfeljun canel, shandy todar dan

keluarga yang berperan penting dalam kelangsungan penulis menyelesaikan

pendidikan yang dengan segenap cintah dan kasih sayang selalu mendoakan,

memfasilitasi, menasehati, memotivasi selama penulis mengikuti pendidikan di

Fakultas Keperwatan UNSRIT

15. Teman-teman tercintah fin sumahe, septi kumalasari, Angelina ngenget, yang

selalu setia menemani, memotivasi, dan sama-sama berjuang menyelesaikan

pendidikan

16. Teman-teman Seangkatan15, kelompok 1 KKN Desa Munte dan banyak lagi

teman-teman seperjuangan di Unsrit

Penulis menyadari penulisan skripsi ini jauh dari sempurna, karenanya penulis

membuka diri untuk saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi mereka yang membutuhkan.

Tomohon, Juni 2019

Penulis

Estevi Ningayomi

ix
Abstrak

Fraktur merupakan istilah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan, baik bersifat
total maupun sebagian, yang menyebabkan kecacatan pada anggota gerak tubuh
yang mengalami fraktur. Pasien post operasi fraktur sering terjadi kelemahan otot.
Range of motion yang digunakan untuk meningkatkan kekuatan otot post operasi
fraktur.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Range of motion
exrcise aktif terhadap kekuatan otot pada pasien post operasi fraktur di Rsu Gmim
Bethesda Tomohon. Metode; penelitian ini menggunakan desain pre eksperimen
design dengan rancangan One Group pre-post Test. Populasi 19 dari februari-
maret, pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling dan
menggunakan rumus Federer dengan jumlah sampel penelitian 16 responden,
sedangkan instrument penelitian menggunakan lembar observasi, skala kekuatan
otot dan SOP Rom untuk melakukan latihan Range of motion exrcise aktif. Pada
analisis bivariate menggunakan uji Wilcoxon. Hasil; Pada Asymp.Sig (2-Tailed)
menunjukan angka 0,000 < 0,005. Z= -3.602b dengan demikian Z_hitung -3.602b
> Z_tabel dan nilai signifikansi Z = -3.602b < α 0,005. Dengan demikian Ha diterima
H0 ditolak yang artinya ada pengaruh range of motion exercise aktif terhadap
kekuatan otot pasien post operasi fraktur di Rsu Gmim Bethesda Tomohon.

Kata kunci : range of motion , kekuatan otot.

x
Abstract

A fracture is the term of loss continuity of bone, cartilage, both in total and in part,
which causes disability in the limbs that have fractured. Postoperative fracture
patients often experience muscle weakness. Range of motion used to increase
muscle strength post fracture surgery. The purpose of this study is to knowing the
effect of active Rom on muscle strength in post fracture surgery patients in Rsu
Bethesda Tomohon. Method of This study used a pre-experimental design with a
One Group pre-post Test design. Population 19 from February to march, Sampling
uses purposive sampling technique and uses Federer formula with a total sample
of 16 respondents, while the research instrument uses observation sheets, muscle
strength scale and SOP Rom to do Active Rom exercises. In bivariate analysis
using the Wilcoxon test. Results; Asymp.Sig (2-Tailed) shows the number 0,000
<0,005. Z = -3.602b thus Z_count -3.602b > Z_tabel and significance value Z = -
3.602b <α 0.005. Thus Ha is accepted H0 rejected, which means that there is an
influence of the active range of motion exercise on the strength of patient’s
muscle of the postoperative closed fracture at Gmim Bethesda Hospital Tomohon.

Keywords : range of motion , muscle strength.

xi
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas

kemurahan dan cinta kasihNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul:

RANGE OF MOTION EXERCISE AKTIF TERHADAP KEKUATAN OTOT

PASIEN POST OPERASI FRAKTUR TERTUTUP.Di dalam tulisan ini, disajikan

pokok – pokok bahasan yang meliputi :Bab I Pendahuluan, Bab II Tinjauan

Teoritis, Kerangka Teori Dan Kerangka Konsep, Bab III Metodologi Penelitian,

BAB IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan, BAB V Simpulan dan Saran.

Sangat disadari bahwa dengan kekurangan dan keterbatasan yang dimiliki

penulis, walaupun telah dikerahkan segala kemampuan untuk menyusun skripsi

ini, tetapi masih dirasakan banyak kekurangan, oleh karena itu penulis

mengharapkan saran yang membangun agar tulisan ini bermanfaat bagi yang

membutuhkan.

Tomohon, Juni 2019

Penulis

Estevi Ningayomi

xii
DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul............................................................................................ i
Halaman Pengesahan ................................................................................ ii
Halaman Identitas Tim Penguji Proposal .................................................... iii
Pernyataan Orisinalitas Proposal ................................................................ iv
Riwayat Hidup............................................................................................. . v
Motto Hidup.................................................................................................. vi
Ucapan Terimakasih ................................................................................... vii
Abstract.............................................................................................................. x
Abstrak………………………………..………………………………………………..xi
Kata Pengantar .......................................................................................... xii
Daftar Isi .................................................................................................. xiii
Daftar Tabel ............................................................................................... xv
Daftar Gambar.............................................................................................. xvi
Daftar Lampiran............................................................................................ xvii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah ............................................................. 5

1.3. Tujuan Penelitian ................................................................ 6

1.4. Manfaat Penelitian .............................................................. 7

BAB II TINJAUAN TEORITIS ............................................................... 8

2.1. Konsep dasar muskuloskeletal ........................................... 8

2.3. Fraktur ................................................................................ 12

2.3. Range of motion……………………………………………………17

2.4. Hasil riset penelitian……………………………………………….24

xiii
2.5. Kerangka Konsep ............................................................. 28

2.6. Hipotesis Penelitian ............................................................ 29

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 30

3.1. Desain Penelitian ............................................................... 30

3.2. Kerangka Kerja .................................................................. 31

3.3. Populasi Dan Sampel ......................................................... 32

3.4. Indentifikasi Variable………………………………………………33

3.5. Definisi Operasional.......................... .................. …………. 33

3.6. Instrumen Penelitian………………………………………………34

3.7. Lokasi dan Waktu dan Penelitian ....................................... 34

3.8. Prosedur Pengambilan Data dan Pengolahan data ............ 34

3.9. Cara Analisa Data .............................................................. 36

3.10. Etika Penulisan………………………………………………....37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.................................. 39

4.1 Hasil Penelitian..................................................................... 39

4.2 Analisa Univariat...................................................................... 41

4.3 Analisa Bivariat...................................................................... 43

5.4 Pembahasan........................................................................... 44

BAB V SIMPULAN DAN SARAN.............................................................. 49

5.1 Simpulan................................................................................. 49

5.2 Saran........................................................................................ 49

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 51

DAFTAR LAMPIRAN

xiv
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 3.5 : Definisi Operasional............................................... 34

Tabel 4.1 : Karakteristik Responden Berdasarkan Umur………41

Tabel 4.2 : Responden Berdasarkan Hari Rawat……………….41

Table 4.3 : Sebelum latihan Range Of Motion…………………..42

Table 4.4 : Sesudah Latihan Range Of motion……………...….43

Tabel 4.5 : Tabulasi Silang...................................................... . 43

xv
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 : fleksi (atas) ekstensi (bawah)…………………….. 19

Gambar 2.2 : pergerakan fleksi dan ekstensi…………………… 20

Gambar 2.3 : pergerakan fleksi pada pergelangan tangan……. 20

Gambar 2.4 : pergerakan ekstensi pada pergelangan tangan… 21

Gambar 2.5 : pergerakan abduksi pada pergelangan tangan…. 21

Gambar 2.6 : pergerakan adduksi pada pergelangan tangan…. 22

Gambar 2.7 : pergerakan fleksi jari tangan………………………. 22

Gambar 2.8 : pergerakan abduksi jari tangan……………………. 22

Gambar 2.9 : Oposisi………………………………………………… 23

Gambar2.10 : garakan A.fleksi B.ekstensi…………………………. 23

Gambar2.11 : gerakan A.abduksi B.adduksi……………………..... 24

Gambar2.12 : Kerangka Konseptual Penelitian............................. 28

Gambr 3.1 : Desaign Penelitian Pra eksperimental ……………. 32

Gambar 3.2 : Kerangka Kerja Penelitian.................................... 33

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Ijin Penelitian

Lampiran 2 : Surat Keterangan Penelitian

Lampiran 3 : Penjelasan Menjadi Responden

Lampiran 4 : Pernyataan Persetujuan Responden

Lampiran 5 : Lembar observasi

Lampiran 6 : Master Tabel

Lampiran 7 : Tabulasi Hasil Penelitian

Lampiran 8 : Output Analiss Statistik

Lampiran 9 : Formulir Monitoring

xvii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Muskuloskelektal merupakan system tubuh yang terdiri dari otot (muskulo)

dan tulang-tulang yang membentuk rangka (skelet) (histologi dasar Anthony, 2011)

gangguan musculoskeletal adalah suatu kondisi yang mempengaruhi system

musculoskeletal yang dapat terjadi pada tendon, otot, sendi, pembruluh darah atau

pada anggota gerak. Gejala dapat berupa nyeri, rasa tidak nyaman, kebas pada

bagian yang terlibat dan dapat berbeda derajat keparahannya mulai dari ringan

sampai kondisi berat, kronis dan lemah (HSE,2014).

Fraktur adalah terputusnya kontiniuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis

dan luasnya (bruner dan suddart,2013). Fraktur merupakan istilah hilangnya

kontinuitas tulang, tulang rawan, baik bersifat total maupun sebagian (Helmi,

2013). Penatalaksanaan fraktur meliputi tidakan konservatif maupun tindakan

pembedahan. Tindakan konserfatif di antaranya: pemasangan gips, bidai, traksi

kulit, traksi tulang, juga perbaikan dengan melakukan manipulasi dan resposisi ke

posisi mendekati normal. Sedangkan tindakan operatif meliputi operasi ORIF

(Open Reduction Internal Fiksasi) dan OREF (open reduction External Fikxation).

Problematik yang muncul pada saat post operasi fraktur ditunjukan dengan adanya

nyeri diam, nyeri gerak dan nyeri tekan, tmbulnya odema, keterbatasan lingkup

gerak sendi, serta deformitas adalah dugaan adanya fraktur setelah

timbulpenanganan fraktur dibagi melalui 2 metode yang pertama menggunakan

metode konservatif , yaitu menggunakan immobilitas dan metode operasi

menggunakan internal fiksasi dan eksternal fiksasi (Davis dan kneale,2011)

1
2

Range of motion adalah latihan gerak sendi yang memungkinkan terjadinya

kontraksi dan pergerakan otot, dimana klien menggerakan masing-masing

persendiannya sesuai grakan normal baik secara aktif maupun pasif . manfaat di

lakukan nya ROM yaitu: (1) gerakan tubuh yang teratur dapat meningkatkan

kesegaran tubuh; (2) memperbaiki tonus otot dan sikap tubuh; (3) mempertahankan

dan memelihara kekuatan otot; (4) merangsang sirkulasi darah; (5) mencegah

kelainan bentuk. (potter dan perry,2006)

Fraktur disebabkan oleh jatuh, atau cedera karena olahraga , namun yang

paling banyak disebabkan oleh Kecelakaan lalu lintas. yang merupakan masalah

kesehatan di seluruh dunia berkembang. Kecelakaan lalulintas dapat dialami oleh

siapa saja dan kapan saja. Berdasarkan prevelensi data menurut World Health of

Organisation (WHO,2015) menyebutkan bahwa 1,24 juta korban meninggal tiap

tahunnya di seluruh dunia akibat kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan dapat

menimbulkan cidera, baik cidera ringan, berat, kecacatan bahkan kematian. Tingginya

angka kecelakaan menyebabkan insiden fraktur tinggi, dan salah satu fraktur yang

paling sering terjadi adalah fraktur humerus (Smeltzer,2010).

Hasil riset kesehatan dasar oleh badan penelitian dan perkembangan depkes

RI 2013 di Indonesia terjadi kasus fraktur yang disebabkan oleh cedera antara lain

karena jatuh, kecelakaan lalulintas, dan trauma benda tajam/tumpul. Dari 45.987

peristiwa terjatuh yang mengalami fraktur sebanyak 1.775 orang (3,8%) dari 20.829

kasus kecelakaan lalulintas, yang mengalami fraktur sebanyak 1.770 orang (8,5%)

dari 14.127 trauma benda tajam/tumpul, yang mengalami fraktur sebanyak 236 orang

(1,7%) (kemenkes RI,2013)

Hasil data dari RSI siti Kadijah Palembang jumlah pasien fraktur cenderung

meningkat berturut-turut dari tahun 2014 mencapai 338 orang, pada tahun 2015 397
3

orang dan pada tahun 2016 menapai 423 orang, fraktur lebih dominan terjadi pada

laki-laki dengan persentase 75%.

Hasil survey data awal di Rsu Gmim Bethesda Tomohon angka kejadian

fraktur tertutup pada tahun 2017 sebanyak 137 pasien, dan pada tahun 2018 pada

bulan januari-oktober sebanyak 58 pasien. Pada tahun 2019 bulan februari- maret

sebanyak 19 pasien. Dapat di simpulkan bahwa sering terjadi kasus fraktur tertutup

pada setiap tahunnya seiring dengan waktu sehingga diharapkan pemberian

intervensi tindakan range of motion bisa mempengaruhi dan menunjang proses

mempertahankan dan memelihara kekuatan otot.

Ririn Purwanti & wahyu purwanningasih (2013) berdasarkan hasil

penelitiannya menununjukan bahwa latihan range of motion (ROM) aktif mampu

dilakukan oleh responden (100%), sebagian besar kekuatan otot pasien post operasi

fraktur humerus kontraksi otot dan setelah diberikan latihan ROM sebanyak 9 kali

menjadi skala kekuatan otot 2 atau kategori buruk atau kontraksi otot yang cukup kuat

menggerakkan sendi tetapi hanya dapat dilakukan bila pengaruh dari gaya grafitasi

dihilangkan. Dari hasil Analisa bivariate diperoleh nilai z hitung sebesar 4,940 dengan

angka signifikan (p) 0,000. Berdasarkan hasil tersebut diketahui z hitung (4,940) >z

table (1,96) dan angka signifan (p) <0,05 sehingga ada pengaruh signifan latihan ROM

aktif terhadap kekuatan otot pada pasien post operasi fraktur humerus. Rujukan

dicantumkan dalam daftar pustaka : Ririn Purwanti & wahyu purwanningasih.

Pengaruh Latihan Range of Motion Aktif Terhadap Kekuatan otot Pada Pasien Post

Operasi Fraktur Humerus di Rsud Dr. Moewardi, Gaster vol.10 No. 2 Agustus 2013.

Yunanik esmi dwi lestari, 2014 berdasarkan hasil penelitiannya menunjukan

bahwa hasil SPSS 16 under windows menggunakan uji independent T-test

menunjukan bahwa besarnya angka signifikan sebesar 0,000 < α = 0,05, sehingga Ho
4

ditolak jadi dapat disimpulkan adanya pengaruh ROM exercise dini pada pasien post

operasi fraktur ekstermitas bawah (fraktur cruris dan fraktur femur). Rujukan

dicantumkan dalam daftar pustaka : Yunanik Esmi Dwi Lestari, Pengaruh ROM

exercise dini pada pasien post operasi fraktur ekstermitas bawah (fraktur femur dan

cruris) terhadap lama hari rawat di ruang bedah RSUD Gambiran Kota Kediri, jurnal

ilmu kesehatan vol.3 no.1 november 2014

Reni Prima Gusty2014, Berdasarkan Hasil penelitian pada kelompok

eksperimen didapatkan rata-rata kelenturan sendi setelah diberikan latihan rentang

gerak yaitu fleksi sendi panggul 68,5 derajat, fleksi sendi lutut 61 derajat, dorsofleksi

pergelangan kaki 12,5 derajat dan plantarfleksi pergelangan kaki 47 derajat,

sedangkan pada kelompok kontrol didapatkan rata-rata fleksi sendi panggul 45,5

derajat, fleksi sendi lutut 15,5 derajat, dorsofleksi 1,5 derajat dan plantarfleksi 33,5

derajat. Berdasarkan uji statistik Mann Whitney didapatkan p=0,000<0,05 yang

menunjukkan ada perbedaan derajat kelenturan sendi pada kelompok eksperimen

dibanding dengan kelompok kontrol. Kesimpulan lebih besar peningkatan derajat

kelenturan sendi pada kelompok eksperimen dibanding dengan kelompok kontrol.

Disarankan lakukan latihan gerak sendi post operasi fiksasi hari kedua (sedini

mungakin) sehingga dapat mencegah terjadinya kekakuan pada sendi pada pasien

fraktur femur terpasang fiksasi interna. Rujukan dicantumkan dalam daftar pustaka:

Reni prima gusty, Pemberian Latihan Rentang Gerak Terhadap Fleksibilitas Sendi

Anggota Gerak Bawah Pasien Fraktur Femur Terpasang Fiksasi Interna Di RSUP. Dr.

M. Djamil Padang, jurnal keperawatan vol.10 no 1 oktober 2014.

Anggita Kesuma Putri & siti sarifah (2015) berdasarkan hasil penelitiannya

menunjukan bahwa perhitungan uji Wilcoxon menunjukan hasil bahwa ada perbedaan
5

yang bermakna derajat gerak sendi sebelum dan sesudah latihan ROM dengan p

value=0,026 (<0,05), maka bisa disimpulkan bahwa ada pengaruh yang di signifikan

antara derajat gerak sendi sebelum dan sesudah latihan ROM, rujukan dicantumkan

dalam daftar pustaka : Anggita Kesuma Putri & siti sarifah. Pengaruh latihan ROM

terhadap gerak sendi ekstermitas ataspada pasien post operasi fraktur humerus di

Rsud. Moewardi Surakarta,jurnal kebinadan, vol. VII, No.02,desember 2015

Fraktur dapat menyebabkan kecacatan pada anggota gerak yang mengalami

fraktur, untuk itu diharuskan segera dilakukan tindakan untuk menyelamatkan klien

dari kecacatan fisik. Sedangkan kecacatan fisik dapat dipulihkan secara bertahap

melalui latihan rentang gerak yaitu dengan latihan range of motion (ROM) yang di

evaluasi secara aktif, yang merupakan kegiatan penting pada priode post operasi

guna mengembalikan kekuatan otot pasien. (lukman dan ningsih,2009)

Berdasarkan uraian diatas penulis merasa penting untuk mengambil suatu

penelitian dengan judul pengaruh range of motion terhadap kekuatan otot pada pasien

post operasi fraktur di Rsu Gmim Bethesda Tomohon

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Pernyataan Masalah

Dari data diatas ditemukan bahwa kasus fraktur terjadi setiap tahunnya seiring

dengan waktu sehingga diharapkan pemberian intervensi tindakan range of motion

bisa mempengaruhi dan menunjang proses mempertahankan dan memelihara

kekuatan otot.

1.2.2 Pertanyaan Masalah


6

1. Bagaimana kekuatan otot sebelum tindakan range of motion excercise aktif

dilakukan pada pasien post operasi Fraktur di Rsu Gmim Bethesda

Tomohon?

2. Bagaimana kekuatan otot sesudah tindakan range of motion excercise aktif

dilakukan pada pasien post operasi Fraktur di Rsu Gmim Bethesda

Tomohon?

3. Apakah ada pengaruh sebelum dan sesudah range of motion excercise aktif

terhadap kekuatan otot pada pasien post operasi Fraktur di Rsu Gmim

Bethesda Tomohon?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh range of motion excercise aktif terhadap

kekuatan otot pada pasien post operasi Fraktur di Rsu Gmim Bethesda

Tomohon?

1.3.2 Tujuan khusus

1. Teridentifikasi kekuatan otot sebelum tindakan range of motion excercise

aktif terhadap kekuatan otot pada pasien post operasi Fraktur di Rsu Gmim

Bethesda Tomohon?

2. Teridentifikasi kekuatan otot sesudah tindakan range of motion excercise

aktif terhadap kekuatan otot pada pasien post operasi Fraktur di Rsu Gmim

Bethesda Tomohon?
7

3. Teranalisis pengaruh sebelum dan sesudah tindakan range of motion

excercise aktif terhadap kekuatan otot pada pasien post operasi Fraktur di

Rsu Gmim Bethesda Tomohon?

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan adanya pengaruh latihan

Range Of Motion dengan Kekuatan Otot di Rsu Gmim Bethesda Tomohon.

1.4.2 Praktis

Memberi gambaran mengenai pengaruh range of motion exrcise akti untuk

pasien fraktur agar dapat lebih meningkatkan kekuatan otot pada pasien yang

mengalami fraktur.

Bagi perawat, diharapkan dapat menjadi acuan dalam pemberian latihan

range of motion exercise aktiff karna pentingnya latihan ini agar dapat meningkatkan

kekuatan otot.Bagi peneliti Merupakan pengalaman yang sangat berharga yang dapat

menambah pengetahuan dan wawasan tentang range of motion (ROM) dan

pengaruhnya terhadap kesehatan serta penelitian ilmiah.


BAB 2

TINJAUAN TEORITIS

2.1 KONSEP DASAR SISTEM MUSKULOSKELETAL

2.1.1 Definisi system muskuloskeletal

Sistem muskuloskeletal merupakan sistem tubuh yang terdiri dari otot

(muskulo) dan tulang yang membentuk rangka (skelet) (histologi dasar Anthony,

2011). System musculoskeletal meliputi tulang, persendian, otot, tendon, dan bursa.

Struktur jaringan ikat menyusun kurang lebih 25% berat badan. Struktur tulang

memberikan perlindungan terhadap organ-organ penting dalam tubuh seperti jantung,

paru-paru, otak. Tulang berfungsi juga memberikan bentuk serta tempat melekatnya

otot sehingga tubuh kita dapat bergerak, disamping itu tulang berfungsi sebagai

penghasil sel darah merah dan sel darah putih (tempatnya pada sumsum tulang )

dalam proses yang disebut hamatopoesis.Tubuh kita tersusun dari 206 macam tulang,

dalam tubuh kita ada 4 kategori yaitu: tulang Panjang , tulang pipih, tulang pendek,

dan tulang tidak beraturan (Devi nurkasih, 2011)

2.1.2 Bagian-bagian sistem muskuloskeletal (anatomi dan fisiologi. ALFABETA,2012)

1. Tulang

Tulang merupakan jaringan dalam kerangka yang keras dan dapat

menentukan bentuk dan ukuran tubuh serta melindungi organ tubuh.

Pembentukan tulang terbentuk lama sebelum kelahira. Vitamin D berfungsi

meningkatkan

8
9

penyerapan. Kekurangan vitamin D akan menyebabkan defisiensi mineral,

deformitas tulang dan patah tulang. Tulang sebagai organ dinamis dimana

fungsi metabolisme dapat merupakan cadangan dan pengatur

keseimbangan berbagai mineral dalam tubuh seperti kalsium, fosfor,

magnesium dan lain-lain.

2. Sendi

Merupakan hubungan antar tulang sehingga tulang mampu

digerakkan. Hubungan antar dua tulang atau lebih disebut persendian atau

artikulasi. Klasifikasi sendi terdiri atas sinartrosis, amfiartrosis, dan

diartrosis. Sinartrosis adalah sendi yang tidak dapat digerakan. Dikatakan

tidak dapat digerakan karena diantara tulang yang saling berhubungan

tersebut terdapat jaringan yang padat berupa jaringan ikat, seperti tulang

tengkorak, tulang gigi dan rahang antara radius dan ulna. Sendi

amfiartrosis adalah sendi yang memungkinkan pergerakan terbatas seperti

tulang vertebra, pubis, dan sendi sakroiliaka. Sedangkan sendi diartrosis

adalah sendi yang mampu digerakan secara bebas, seperti: sendi peluru,

sendi engsel, sendi pelana, sendi pivot dan sendi peluncur.

3. Otot

Yaitu suatu jaringan yang mempunyai kemampuan untuk kontraksi.

Otot merupakan alat gerak aktif, sebagai hasil kerja sama antara otot dan

tulang. Tulang tidak dapat berfungsi sebagai alat gerak jika

tidakdigerakan oleh otot, hal ini karena otot mempunyai kemampuan

berkontraksi (memendek / kerja berat & memanjang / kerja ringan ) yang

mengakibatkan terjadinya kelelahan otot, proses kelelahan ini terjadi saat


10

waktu ketahanan otot ( jumlah tenaga yang dikembangkan oleh otot )

terlampaui (Waters,Bhattacharya 2009 ).

Otot merupakan alat gerak aktif, sebagai hasil kerja sama antara

otot dan tulang. Tulang tidak dapat berfungsi sebagai alat gerak jika

tidakdigerakan oleh otot, hal ini karena otot mempunyai kemampuan

berkontraksi ( memendek / kerja berat & memanjang / kerja ringan ) yang

mengakibatkan terjadinya kelelahan otot, proses kelelahan ini terjadi saat

waktu ketahanan otot ( jumlah tenaga yang dikembangkan oleh otot )

terlampaui ( Waters,Bhattacharya 2009 ).

Pengertian kekuatan otot adalah kemampuan dari otot baik secara

kualitas maupun kuantitas mengembangkan ketegangan otot untuk

melakukan kontraksi ( Waters dan Bhattacharya 2009 ).

a. Pengukuran kekuatan otot

Perubahan struktur otot sangat bervariasi. Penurunan jumlah dan

serabut otot, atrofi, pada beberapa serabut otot dan hipertropi pada

beberapa serabut otot yang lain, peningkatan jaringan lemak dan jaringan

penghubung dan lain-lain mengakibatkan efek negative. Efek tersebut

adalah penurunan kekuatan, penurun fleksibilitas, perlambatan waktu

reaksi dan penurunan kemampuan fungsional (Pudjiastuti dan

Utomo,2008).

Penilaian Kekuatan Otot mempunyai skala ukur yang umumnya

dipakai untuk memeriksa penderita yang mengalami kelumpuhan selain

mendiagnosa status kelumpuhan juga dipakai untuk melihat apakah ada

kemajuan yang diperoleh selama menjalani perawatan atau sebaliknya

apakah terjadi perburukan pada penderita. Untuk mengetahui kekuatan


11

atau kemampuan otot perlu dilakukan pemeriksaan derajat kekuatan otot

yang dibuat kedalam enam derajat (0-5) derajat ini menunjukan tingkat

otot yang berbeda-beda

Derajat 5 Kekuatan otot normal dimana seluruh gerakan dapat dilakukan

otot dengan tahanan maksimal dari proses yang dilakukan

berulang-ulang

Derajat 4 Dapat melakukan range of motion secara penuh dan dapat

melawan tahanan ringan

Derajat 3 Dapat melakukan range of motion secara penuh dengan

melawan gaya berat (gravitasi), tetapi tidak dapat melawan

tahanan

Derajat 2 Dengan bantuan atau dengan menyangga sendi dapat

melakukan range of motion secara penuh

Derajat 1 Kontraksi otot minimal terasa/teraba pada otot yang

bersangkutan tanpa menimbulkan gerakan

Derajat 0 Tidak ada kontraksi otot sama sekali

Table 2.1 tabel penilaian otot (asmadi,2008)

2.2 FRAKTUR

2.2.1 Definisi fraktur

Fraktur adalah terputusnya kontiniuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis

dan luasnya (bruner dan suddart,2013). Fraktur adalah kerusakan atau patah

tulang yang disebabkan oleh trauma ataupun tenaga fisik pada kondisi normal,
12

tulang mampu menahan tekanan, namun jika terjadi penekanan ataupun benturan

yang lebih besar dan melebihi kemampuan tulang untuk bertahan, maka akan

terjadi fraktur (garner,2008).

2.2.2 Penyebab fraktur

Penyebab fraktur adalah peristiwa trauma, kecelakaa, dan hal-hal

patologis(long,2006). Fraktur terjadi akibat trauma langsung, gaya meremuk,

gerakan puntir mendadak, dan kontraksi otot ekstrim,(smeltzer dan bare, 2006).

2.2.3 Klasifikasi fraktur

Klasifikasi menurut ( rasjad,2007)

1. Berdasarkan etiologic :Fraktur traumatic, Fraktur patologis,Fraktur stress

terjadi karena adanya trauma terus menerus disuatu tempat

2. Berdasarkan klinis: Fraktur terbuka, Fraktur tertutup, Fraktur dengan

komplikasi

3. Berdasarkan radiologi: Lokalisasi, Konfigurasi , Ekstensi, Figmen

Ada tidaknya hubungan antara patahan tulang dengan dunia luar dibagi menjadi 2

yaitu:

a. fraktur tertutup (closed)

Dikatakan tertutup bila tidak ada hubungan antara framen tulang dengan

dunia luar, disebut dengan fraktur bersih (karena kulit utuh) tanpa

komplikasi.

Pada fraktur tertutup ada klasifikasi sendiri yang berdasarkan keadaan

jaringan lunak sekitar trauma, yaitu:


13

1. Tingkat 0: fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa cedera jaringan lunak

sekitarnya

2. Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan

subkutan.

3. Tingkat 2: fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak

bagian dalam dan pembengkakan.

4. Tingkat 3: cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata

dan ancaman sindroma kompartement

b. fraktur terbuka (open/compound fraktur)

Dikatakan terbuka bila tulang yang patah menembus otot dan kulit yang

memungkinkan / potensial untuk terjadi infeksi dimana kuman diluar dapat

masuk ke dalam luka sampai ketulang yang patah. (mansjoer,2002)

2.2.4. Tipe fraktur

a. Tipe fraktur ekstermitas atas : fraktur humerus, fraktur radius dan ulna

,fraktur colles, fraktur metacarpal, fraktur phalang proksimal, medial, dan

distal

b. tipe fraktur ekstermitas bawah: fraktur collum femur, fraktur femur, fraktur

supra kondiler femur, fraktur patella, fraktur plateu tibia, fraktur cruris,

fraktur ankle, fraktur metatarsal,fraktur phalang proksimal, media dan distal

Ada beberapa subtype fraktur secara klinis antara lain:

1. Fragility fracture

Merupakan fraktur yang diakibatkan oleh karena trauma minor.

Misalnya, fraktur yang terjadi pada sesrorang yang mengalami


14

osteoporosis dimana kondisi tulang mengalami kerapuhan. Kecelakaan

ataupun tekanan yang kecil bisa mengakibatkan fraktur.

2. Pathological fracture

Fraktur yang diakibatkan oleh struktur tulang yang abnormal. Tipe

fraktur patologis misalnya terjadi pada individu yang mempunyai penyakit

tulang yang mengakibatkan tulang mereka rentan terjdi fraktur. Fraktur

pada seseorang yang diakibatkan oleh patologi bisa menyebabkan trauma

spontan ataupun traum sekunder.

3. High-energy fraktur

High-energy fraktur adalah fraktur yang diakibatkan oleh adanya

trauma yang serius, misalnya seseorang yang mengalami kecelakaan jatuh

dari atap sehingga tulangnya patah. Stress frakture adalah tipe lain dari

high-energy fracture Misalnya pada seoran atlet yang mengalami trauma

minor yang berulang kali. Kedua tipefraktur ini terjadi pada orang yang

memiliki struktur tulang normal.

(garner,2008)

2.2.5 Konsep Dasar Pembidaian

2.2.5.1. Pengertian Pembidaian

Pembidaian (splinting) adalah suatu cara pertolongan pertama pada

cedera atau trauma pada system muskuloskelektal yang harus diketahui oleh para

dokter, perawat, atau orang yang akan memberikan pertolongan pertama pada

tempat kejadian kecelakaan. Pembidaian adalah cara untuk mengistirahatkan

(imobilisasi) bagian tubuh yang mengalami cedera dengan menggunakan suatu

alat. (saleh,2006)
15

Pembidaian mengimobilisasi ekstermitas yang mengalami cedera yang

lebih lanjut, mengurangi nyeri dan pendarahan serta digunakan untuk memulai

proses penyembuhan. Pemakaian pembidaian pada pasien rawat jalan termasuk

didalamnya fraktur, diskolasi dan membantu kesajajaran tulang dan mengurangi

ketidaknyamanan. Sesudah dilakukan reduksi dari diskolasi, posisi anatomi dijaga

dengan pembidaian (fitch,2008)

2.2.5.2 Tujuan Pembidaian

Ada 5 alasan dalam pembidaian pada cedera muskuloskelektal yaitu

(saleh,2006):

1. Untuk mencegah gerakan fragmen patah tulang atau sendi yang

mengalami dislokasi

2. Untuk meminimalisasi/mencegah kerusakan pada jaringan lunak sekitar

tulang yang patah (mengurangi/mencegah cedera pada pembuluh darah,

jaringan saraf perifer dan pada jaringan yang patah tulang tersebut)

3. Untuk mengurangi pendarahan dan bengkak yang timbul

4. Untuk mencegah terjadinya syok.

5. Untuk mengurangi nyeri dan penderitaan.

2.2.5.3. Prinsip Dasar Pembidaian

Prinsip dasar pembidaian ini selalu harus diingat sebelum kita melakukan

pembidaian (saleh,2006)

1. Harus melakukan proteksi diri sebelum pembidaian

2. Jangan melepaskan stabilisasi manual pada tulang sampai kita benar-

benar melakukan pembidaian


16

3. Jangan mereposisi atau menekan fragmen tulang yang keluar kembali

keempat semula

4. Buka pakaian yang menutupi tulang yang patah sebelum memasang bidai

5. Lakukan balut tekan untuk menghentikan pendarahan pada fraktur terbuka

sebelum memasang bidai

6. Bidai harus melewati sendi proksimal dan sendi distal dari tulang yang

patah.

7. Bila persendian yang mengalami cedera, lakukan juga imobilisasi pada

tulang proksimal dan distal dari sendi tersebut

8. Berikan bantalan untuk mencegah penekanan pada bagian tulang yang

menonjol dibawah kulit

9. Sebelum dan sesudah memasang bidai lakukan penilaian terhadap nadi,

gerakan dan rasa/sensasi pada bagian distal dari tempat yang fraktur atau

cedera

10. Berikan dukungan dan tenangkan penderita menghadapi cedera ini

2.3 Range Of Motion (ROM)

2.3.1 Pengertian Range Of Motion

Range Of Motion merupakan istilah baku untuk menyatakan batas/besarnya

gerakasn sendi baik normal. Rom juga digunakan sebagai dasar untuk

menetapkan adanya kelainan batas gerakan sendi abnormal (Helmi,2012)

Range of motion asdalah jumlah gerakan maksimum yang dapat dilakukan

pada sendi, di salah satu dari tiga bidang yaitu: sagittal, frontal, dan transversal.

(potter,2010). Range of motion adalah latihan gerakan sendi yang memungkinkan

terjadinya kontraksi dan pergerakan otot, di mana klien menggerakan masing-

masing persendiannya sesuai gerakan normal baik secara aktif ataupun pasif.
17

Tujuan ROM adalah : (1). Mempertahankan atau memelihara kekuatan otot, (2).

Memelihara mobilitas persendian, (3) Merangsang sirkulasi darah, (4). Mencegah

kelainan bentuk. (Potter dan Perry (2006).

2.3.2 klasifikasi range of motion

Klasifikasi range of motion menurut (suratun heryati dan raenah, 2008)

1. Range of motion pasif adalah latihan yang diberikan kepada klien yang

mengalami kelemahan otot lengan maupun otot kaki berupa latihan pada

tulag maupun sendi dimana klien tidak dapat melakukannya sendiri,

sehingga klien memerlukan bantuan perawat atau keluarga

2. Range of motion aktif adalah ROM yang dilakukan sendiri oleh pasien

tanpa bantuan perawat dari setiap gerakan yang dilakukan. Indikasi ROM

aktif adalah semua pasien yang dirawat dan mampu melakukan ROM

sendiri dan kooperatif.

2.3.3 Tujuan ROM

Tujuan Range Of Motion menurut (johnson,2005)

1. Mempertahankan tingkat fungsi yang ada dan mobilitas ekstermitas yang

sakit.

2. Mencegah kontraktur dan pemendekan struktur muskuloskelektal

3. Mencegah komplikasi vascular akibat iobilitas

4. Memudahkan kenyamanan

Tujuan Range Of Motion menurut (suratun dkk,2008)

1. Mempertahankan atau memelihara kekuatan otot

2. Memelihara mobilitas persendian

3. Merangsang sirkulasi darah

4. Mencegah kelainan bentuk


18

2.3.4 Prinsip Dasar ROM

Prinsip dasar latihan ROM (suratun,dkk 2018)

1. ROM harus diulangi sekitar 8 kali dan dikerjakan minimal 2 kali sehari

2. ROM dilakukan perlahan dan hati-hati sehingga tidak melelahkan pasien

3. Dalam merencanakan program latihan range of motion memperhatikan

umur pasien, diagnosis, tanda vital, dan lamanya tirah baring

4. ROM sering diprogramkan oleh dokter dan di kerjakan oleh ahli fisioterapi

5. Bagian-bagian tubuh yang dapat dilakukan ROM adalah leher, jari, siku,

bahu, tumit, atau pergelangan kaki.

6. ROM dapat dilakukan pada semua persendian yang di curigai mengurangi

proses penyakit.

7. Melakukan ROM harus sesuai waktunya, misalnya setelah mani atau

perawatan rutin telah dilakukan

Gerkan pada Rom (eni kusyati, 2012).

A. Pergerakan bahu

1. Mulai pergerakan dari lengan klien.

Sangga lengan atas klien dengan tangan kiri anda dan pergelangan

tangan klien dengan tangan kanan anda.

2. Fleksi dan ekstensi bahu

Gerakan lengan keatas menuju kepala tempat tidur, kemudian

kembalikan ke posisi semula.

Gambar 2.1 fleksi (atas) ekstensi (bawah)

3. Abduksi bahu
19

Gerakan kesamping, menjauhi pusat tubuh, sehingga mencapai atas

kepala klien.

4. Aduksi bahu

Gerakan lengan klien mendekati pusat tubuh hingga menyentuh lengan

pada sebelahnya

5. Rotasi bahu internal dan eksternal

- Letakan lengan disamping tubuh klien sejajar dengan bahu

- Tekuk siku hinga membentuk 90°.

- Gerakan lengan kebawah hingga telapak tangan menyentuh

tempat tidur, kemudian keatas hingga punggung tangan menyentuh

tempat tidur.

B. Gerakan Siku

1. Fleksi dan ekstensi siku

- Tekuk siku hingga jari tangan menyentuh bahu

- Luruskan kembali keposisi semula

Gambar 2.2 pergerakan fleksi dan ekstensi

C. Gerakan pergelangan tangan

1. Fleksi pergelangan tangan

- Genggam telapak tangan pasien menggunakan salah satu tangan

anda, dengan tangan lainya menyangga lengan bawah klien.

- Tekuk pergelangan tangan klien kebawah


20

Gambar 2.3 pergerakan fleksi pada pergelangan tangan.

2. Ekstensi pergelangan tangan

- Genggam telapak tangan pasien menggunakan salah satu tangan

anda, dengan tangan lainya menyangga lengan bawah klien.

- Tekuk pergelangan tangan klien ke atas

Gambar 2.4 pergerakan ekstensi pada pergelangan tangan.

3. Abduksi pergelangan tangan

- Genggam telapak tangan klien menggunakan salah satu tangan

anda, dengan tangan lainya menyangga lengan bawah klien.

- Tekuk pergelangan tangan klien mendekati pusat tubuh

Gambar 2.5 pergerakan abduksi pada pergelangan tangan.


21

4. Aduksi pergelangan tangan

- Gengam telapak tangan menggunakan salah satu tangan anda

dengan tangan lainnya menyangga lengan bawah klien

- Tekuk pergelanga tangan menjauhi pusat tubuh.

Gambar 2.6 pergerakan adduksi pada pergelangan tangan.

D. Gerakan jari tangan

1. Fleksi

- Tekuk jari tangan dan ibu jari ke arah telapak tangan hingga

mengepal.

Gambar 2.7 pergerakan fleksi jari tangan

2. Ekstensi

Dari posisi fleksi, luruskan kembali jari tangan atau buka kepalan

tangan

3. Hiperekstensi

Tekuk jari tangan kebelakang sejauh mungkin

4. Abduksi

Buka renggangan jari tangan


22

Gambar 2.8 pergerakan abduksi jari tangan

5. Adduksi

Dari posisi abduksi, rapatkan kembali jari.

6. Oposisisi

Sentuh masing-masing jari tangan dengan ibu jari.

Gambar 2.9 oposisi

E. Gerakan Pangggul dan lutut

1. fleksi dan ekstensi lutut

- angkat kaki dan bengkokan lutut

- gerakan lutut keatas menuju dada sejauh mungkin

- kembalika lutut kebawah, tegakkan lutut, rendahkan kaki sampai

pada Kasur.
23

Gambar 2.10 garakan A.fleksi B.ekstensi

1. abduksi dan adduksi kaki

- gerakan kaki kesamping menjauh klien

- kembalikan melintas kaki lainnya

- rotasikan pinggul internal dan eksternal

- putar kaki kedalam kemudian keluar

Gambar 2.11 gerakan A.abduksi B.adduksi

2.4 Hasil Riset penelitian yang terkait

Ririn Purwanti & wahyu purwanningasih (2013) berdasarkan hasil

penelitiannya menununjukan bahwa latihan range of motion (ROM) aktif mampu

dilakukan oleh responden (100%), sebagian besar kekuatan otot pasien post

operasi fraktur humerus kontraksi otot dan setelah diberikan latihan ROM

sebanyak 9 kali menjadi skala kekuatan otot 2 atau kategori buruk atau kontraksi

otot yang cukup kuat menggerakkan sendi tetapi hanya dapat dilakukan bila

pengaruh dari gaya grafitasi dihilangkan. Dari hasil Analisa bivariate diperoleh nilai

z hitung sebesar 4,940 dengan angka signifikan (p) 0,000. Berdasarkan hasil

tersebut diketahui z hitung (4,940) >z table (1,96) dan angka signifan (p) <0,05

sehingga ada pengaruh signifan latihan ROM aktif terhadap kekuatan otot pada

pasien post operasi fraktur humerus. Rujukan dicantumkan dalam daftar

pustaka : Ririn Purwanti & wahyu purwanningasih. Pengaruh Latihan Range of


24

Motion Aktif Terhadap Kekuatan otot Pada Pasien Post Operasi Fraktur Humerus

di Rsud Dr. Moewardi, Gaster vol.10 No. 2 Agustus 2013.

Yunanik esmi dwi lestari, 2014 berdasarkan hasil penelitiannya

menunjukan bahwa hasil SPSS 16 under windows menggunakan uji independent

T-test menunjukan bahwa besarnya angka signifikan sebesar 0,000 < α = 0,05,

sehingga Ho ditolak jadi dapat disimpulkan adanya pengaruh ROM exercise dini

pada pasien post operasi fraktur ekstermitas bawah (fraktur cruris dan fraktur

femur). Rujukan dicantumkan dalam daftar pustaka : Yunanik Esmi Dwi Lestari,

Pengaruh ROM exercise dini pada pasien post operasi fraktur ekstermitas bawah

(fraktur femur dan cruris) terhadap lama hari rawat di ruang bedah RSUD

Gambiran Kota Kediri, jurnal ilmu kesehatan vol.3 no.1 november 2014

Reni Prima Gusty2014, Berdasarkan Hasil penelitian pada kelompok

eksperimen didapatkan rata-rata kelenturan sendi setelah diberikan latihan

rentang gerak yaitu fleksi sendi panggul 68,5 derajat, fleksi sendi lutut 61 derajat,

dorsofleksi pergelangan kaki 12,5 derajat dan plantarfleksi pergelangan kaki 47

derajat, sedangkan pada kelompok kontrol didapatkan rata-rata fleksi sendi

panggul 45,5 derajat, fleksi sendi lutut 15,5 derajat, dorsofleksi 1,5 derajat dan

plantarfleksi 33,5 derajat. Berdasarkan uji statistik Mann Whitney didapatkan

p=0,000<0,05 yang menunjukkan ada perbedaan derajat kelenturan sendi pada

kelompok eksperimen dibanding dengan kelompok kontrol. Kesimpulan lebih

besar peningkatan derajat kelenturan sendi pada kelompok eksperimen dibanding

dengan kelompok kontrol. Disarankan lakukan latihan gerak sendi post operasi

fiksasi hari kedua (sedini mungakin) sehingga dapat mencegah terjadinya

kekakuan pada sendi pada pasien fraktur femur terpasang fiksasi interna. Rujukan

dicantumkan dalam daftar pustaka: Reni prima gusty, Pemberian Latihan Rentang

Gerak Terhadap Fleksibilitas Sendi Anggota Gerak Bawah Pasien Fraktur Femur
25

Terpasang Fiksasi Interna Di RSUP. Dr. M. Djamil Padang, jurnal keperawatan

vol.10 no 1 oktober 2014.

Anggita Kesuma Putri & siti sarifah (2015) berdasarkan hasil penelitiannya

menunjukan bahwa perhitungan uji Wilcoxon menunjukan hasil bahwa ada

perbedaan yang bermakna derajat gerak sendi sebelum dan sesudah latihan ROM

dengan p value=0,026 (<0,05), maka bisa disimpulkan bahwa ada pengaruh yang

di signifikan antara derajat gerak sendi sebelum dan sesudah latihan ROM,

rujukan dicantumkan dalam daftar pustaka : Anggita Kesuma Putri & siti sarifah.

Pengaruh latihan ROM terhadap gerak sendi ekstermitas ataspada pasien post

operasi fraktur humerus di Rsud. Moewardi Surakarta,jurnal kebinadan, vol. VII,

No.02,desember 2015

Hendrik H damping, 2012 berdasarkan hasil penelitiannya tingkat

kepuasan pasien patah tulang setelah menerima pengobatan sebanyak 22

responden merasa puas dan 2 responden tidak puas terhadap terapi yang

diberikan . selama kelompok tidak menerima pengobatan yang ada 24 orang tidak

puas dan hanya 1 orang puas, chi kuadrat dari analisis dua sampel berdasarkan

masing-masing kelompok kemudian menghitung tingkat di temukan χ2 χ2 lebih

besar dari harga sebuah meja baik untuk standard error 5% atau 1%. Ada

perbedaan tingkat kepuasan antara kedua kelompok pasien fraktur terhadap terapi

latihan. Ada pengaruh terapi latihan untuk pengobatan patah tulang dari kepuasan

pasien di Irina A BLU Prof. Dr R.D. Kandou Manado. Rujukan dicantumkan dalam

daftar pustaka: Hendrik H. Dampling, pengaruh penatalaksanaan terapi latihan

terhadap kepuasan pasien fraktur di Irina A BLU Prof. Dr R.D. Kandou Manado,

vol 1 no 1 maret 2012.

Orien permana, sofia nurchayati, herlina 2015 berdasarkan hasil

penelitiannya yaitu pada kelompok eksperimen yang diberikan perlakuan gerakan


26

ROM selama 4 hari mengalami pernurunan yang sangat signifkan yaitu didapat

mean pretest adalah 4,71 menjadi 3,27. Sedangkan pada kelompok control

didapatkan bahwa juga terjadi penurunan sedikit yaitu didapatkan 4,91 menjadi

4,71. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini yaitu pada kelompok eksperimen

terdapat penurunan yang signifkan antara pretest dan posttest, dan pada

kelompok control juga didapatkan adanya penurunan yang terjadi pada pretest dan

posttes. Hal ini disebabkan karena pada kedua kelompok diberikan analgetik

ketorolac dan pada kelompok eksperimen diberikan latihan-latihan gerakan ROM.

Hal ini membuktikan bahwa pengaruh ROM efektif menurunkan intensitas nyeri

pada pasien post operasi fraktur ekstermitas bawah. Rujukan dicantumkan dalam

daftar pustaka: Orien permana, sofia nurchayati, herlina, Pengaruh ROM terhadap

intensitas nyeri pada pasien post operasi fraktur ekstermitas bawah, JOM vol 2 No

2, oktober 2015.
27

2.5. Kerangka Konseptual


Faktor Faktor
ekstrinsik intrinsik

FRAKTUR

KELEMAHAN INTEGERITAS KELAINAN


NYERI
OTOT JARINGAN BENTUK

Mengonsumsi Melakukan Konsumsi


cukup fosfor dan latihan gerakan makanan sumber
magnesium ROM kalsium

PASIF AKTIF

SEBELUM SESUDAH

DERAJAT DERAJAT
KEKUATAN KEKUATAN
OTOT (0-5) OTOT (0-5)
Ket:

: variabel yang diteliti

: variabel yang tidak diteliti

Gambar 2.12 kerangka konsep penelitian range of motion excercise aktif


terhadap kekuatan otot pada pasien post operasi Fraktur di Rsu
Gmim Bethesda Tomohon februari-maret 2019.
28

2.6 Hipotesis Penelitian

H0: Tidak ada pengaruh sebelum dan sesudah range of motion

excercise aktif terhadap kekuatan otot pada pasien post operasi

Fraktur di Rsu Gmim Bethesda Tomohon.

Ha: ada pengaruh sebelum dan sesudah dilakukan range of motion

excercise aktif terhadap kekuatan otot pada pasien post operasi

Fraktur di Rsu Gmim Bethesda Tomohon?


BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Desain penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunkan metode penelitian pra

eksperimental dengan one group pre test – post test design. Kelompok subjek

penelitian merupakan pasien Rsu Gmim Bethesda Tomohon. Penelitian ini

dilakukan dengan memberikan pra test untuk mengetahui peningkatan kekuatan

otot dilakukan dengan cara menilai otot dari derajat 0-5 instrumen yang digunakan

adalah lembar observasi yang sudah di bakukan berupa skala kekuatan otot

Schwenker (1999); rasyid (2007).. Kemudian dilakukan post test untuk mengkaji

kembali tingkat kekuatan otot setelah dilakukannya latihan range of motion.

Tabel 3.1 Design penelitian pra eksperimetal

Subyek Pra Test Perlakuan Post Test

K1 X1 Latihan ROM X2

Keterangan:

K1 : responden untuk penelitian

X1 : penilaian tingkat kekuatan otot sebelum dilakukan latihan ROM

Latihan Rom : Latihan range of motion

X2 : penilaian tingkat kekuatan otot setelah dilakukan latihan ROM

29
30

3.2 Kerangka Kerja Penelitian


Mulai

Studi Lapangan
(Pengambilan Data Fraktur Tertutup di Rsu Gmim Bethesda Tomohon pada bulan januari –
oktober 2018 : 58 pasien ,pada bulan februari – maret 2019: 19 pasien)

Identifikasi dan perumusan Tujuan Penulisan


masalah

1. Variabel Independen : range of motion exercise aktif


2. Variabel Dependen : kekuatan otot

Penyusunan lembar observasi

Pengambilan sampel : Teknik Lembar Observasi Schwenker


purposive sampling : 16 (1999); rasyid (2007)
Responden

Mengobservasi kekuatan otot

Pengolahan Data
1.Editing
2.Coding
3.Tabulasi

Analisis Data dengan Uji Wilcoxon

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 3.2:kerangka kerja penelitian tentang pengaruh range of motion excercise


aktif terhadap kekuatan otot pada pasien post operasi Fraktur di Rsu
Gmim Bethesda Tomohon, ferbruari- maret 2019.
31

3.3 Populasi Dan Sample

3.3.1 populasi

Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan karakteristik

tertentu yang akan diteliti (hidayat,2007).

3.3.2 Sampel

Sampel adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili

populasi . Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh dalam

pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan

keseluruhan subyek penelitian (sastroasmoro & ismail,1995; Nursalam,2017).

Dalam menentukan sampel penelitian melakukan perhitungan besar sampel di

hitung dengan rumus Federer sebagai berikut:

(n-1) (n-t) ≥ 15

Keterangan:

n: besar sampel

t: banyaknya kelompok

(n-1) (t-1) ≥ 15 (n-1) (2-1) ≥ 15 (n-1) (1) ≥ 15 n-1 ≥ 15

n ≥ 15 + 1 = n ≥ 16

Dengan demikian peneliti mengambil 16 sampel untuk pre dan post.

1. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum sebjek penelitian dari suatu

populasi target dan terjangkau yang akan diteliti.


32

a. Bersedia menjadi responden

b. Semua pasien mengalami fraktur tertutup (post operasi)

 Tipe fraktur ekstermitas atas (fraktur humerus, fraktur radius

dan ulna, fraktur colles, fraktur metacarpal, fraktur phalang

proksimal, medial, dan distal)

 Tipe fraktur ekstermitas bawah (, fraktur femur, fraktur patella,

fraktur fibula, fraktur tibia, fraktur cruris, fraktur ankle, fraktur

metatarsal, fraktur phalang proksimal, media dan distal

2. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang

tidak memenuhi kriteria dari studi karena berbagai sebab antara lain

(nursalam 2017):

a. Tidak bersedia menjadi responden

b. Semua pasien tidak mengalami fraktur tertutup.

3.4 Identifikasi Variabel

3.4.1 Variabel Indenpenden

Variable indenpenden (bebas) dalam penelitian ini adalah pemberian

latihan Range of motion

3.4.2 Variabel Dependen

Variable dependen (terikat) dalam penelitian ini adalah tingkat kekuatan

otot pada pasien fraktur tertutup.

3.5 definisi operasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati

dari suatu yang didefinisikan, dimana karakteristik tersebut memungkinkan peneliti


33

untuk melakukan observasi maupun pengukuran secara cermat terhadap suatu

objek atau fenomena yang kemudian dapat diulangi lagi oleh orang lain

(nursalam,2008)

NO Variabel Definisi operasional Alat ukur Skala Skor

1 Variable Range of motion SOP - -


independen exercise aktif adalah
rentang gerak sendi
yang dilakukan pada
pada pasien fraktur
secara mandiri,
dilakukan 2 kali dalam 8
hari berturut-turut
dalam 15 menit yang
bertujuan untuk
meningkatkan
kekuatan oto.
2 Variabel Kekuatan otot adalah Lembar Ordinal 1= lemah
dependen: kemampuan otot untuk observasi (0-1)
kekuatan otot melakukan pergerakan 2=
sedang(2-
4)
3= kuat (5)

3.6 Instrumen penelitian

Untuk mengukur tingkat kekuatan otot menggunakan pengukuran derajat

otot 0-5 dengan cara memberikan latihan range of motion

3.7 lokasi dan waktu penelitian

Tempat penelitian adalah di Rsu Gmim Bethesda Tomohon dan waktu

penelitian februari-maret 2019.

3.8 prosedur pengambilan data dan pengolahan data

3.8.1 instrumen

1. Lembar Observasi
34

Penelitian ini instrument penelitian yang digunakan adalah lembar

observasi yang sudah di bakukan berupa skala kekuatan otot berupa uji manual

Schwenker (1999); rasyid (2007).

1. Data demografi terdiri dari umur,, dan lama hari rawat.

2. Lembar observasi berupa skala kekuatan otot (0-5) menggunakan uji

manual Schwenker (1999); rasyid (2007).

Skor untuk kekuatan otot

Nilai 0: paralisis total atau tidak ditemukan adanya kontraksi pada otot.

Nilai 1: kontraksi otot yang terjadi hanya berupa perubahan dari tonus otot,

dapat diketahui dengan palpasi dan tidak dapat menggerakkan

sendi.

Nilai 2: otot hanya mampu menggerakkan persendian tetapi kekuatannya

tidak dapat melawan engaruh gravitasi.

Nilai 3: dapat menggerakkan sendi, otot juga dapat melawan pengaruh

gravitasi tetapi tidak kuat terhadap tahanan yang diberikan

pemeriksa.

Nilai 4: kekuatan otot seperti pada derajat 3 disertai dengan kemampuan

otot terhadap tahanan yang ringan.

Nilai 5: kekuatan otot normal

3.8.2 Prosedur pengolahan data

1. Editing (pengolahan data)

Pada tahap ini peneliti melakukan kelengkapan, kejelasan dan kesesuaian

data yang diperoleh atau dikumpulkan.

2. Coding (pemberian kode data)


35

Dilakukan pengkodean dengan maksud agar data-data tersebut mudah di

olah dan dapat dijamin kerahasiannya. Caranya yaitu data-data yang diberi

kode diurutkan tanpa mencantumkan data responden.

3. Data entry ( pemprosesan data)

Pada tahap ini dilakukan data yang telah diubah menjadi kode kedalam

program pengolahan data. Pemprosesan data dilakukan dengan

memasukan data ke paket yang sesuai dengan variable masing-masing,

dalam hal ini menggunakan SPSS.

4. Cleaning (pembersih data)

Peneliti memastikan bahwa seluruh data yang telah dimasukkan kedalam

program pengolahan data sudah sesuai dengan sebenarnya. Proses akhir

dari pengolahan data adalah dengan melakukan pemeriksaan kembali

kode yang sudah di entry data untuk melihat ada tidaknya kesalahan dalam

entry data.

5. Tabulating

Kegiatan memasukan data hasil penelitian kedalam table kemudian diolah

dengan bantuan computer.

3.9 Cara Analisa Data

1. Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan terhadap variable umur, dan lama hari rawat

pasien.

2.. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan terhadap hasil pengukuran sebelum dan

sesudah dilakukan latihan range of motion menggunakan uji Wilcoxon (uji beda

dua kelompok dependen) dengan sampel 16 orang, dengan menggunakan uji


36

statistic dengan tingkat kemaknaan (α) = 0,05. Uji statistic yang digunakan adalah

Regresi Logistic Binary dengan nilai signifikasi p ≤ 0,005, dimana terdapat

hubungan (Ho ditolak, Ha diterima)

3.10 Etika Penelitian

Perasetujuan dan kerahasiaan responden adalah hal utama yang perlu

diperhatikan. Oleh karena itu dalam melakukan penelitian, peneliti telah mendapat

ijin dari pihak yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam penelitian, agar

tidak pelanggaran terhadap hak-hak otonomi manusia yang menjadi subjek

penelitian.

Sebelum melakukan penelitian, peneliti akan mengajukan ijin terlebih

dahulu kepada Dekan Fakultas Keperawatan UNSRIT dan Direktur Rsu Gmim

Bethesda Tomohon, setelah mendapat persetujuan dari semua pihak tersebut,

peneliti memulai penelitian dengan menekankan prinsip-prinsip dalam etika yang

berlaku.

Prinsip – prinsip dalam etika meliputi:

a. Informed consent (persetujuan)

Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan diteliti,

tujuannya subjek mengetahui maksud penelitian. Lembaran ini disertai

dengan judul penelitian, bila subjek menolak maka peneliti tidak memaksa

dan tetap menghormati hak-hak sbujek.

b. Anatomi (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan peneliti tidak akan mencantumkan nama

responden, tetapi lembar tersebut hanya diberikan kode tertentu

c. Confidentiality (kerahasiaan)
37

Kerahasiaan informasi dan data yang diperoleh dari responden, dijamin p

eneliti hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil

penelitian.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian diperoleh

berdasarkan pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan latihan

range of motion pada pasien fraktur di Rsu Gmim Bethesda Tomohon. Kususnya

diruangan Markus, Elisabet ( perawatan bedah), dan VIP Bethesda.

Sebagian besar proses persiapan pengolahan data dilakukan dengan

bantuan menggunakan computer. Tahap akhir dari pengolahan data adalah

melakukan analisis data, dimana dimulai dengan menetapkan variable-variabel

operasional untuk menjawab tujuan penelitian itu sendiri. Setelah itu, variable-

variabel tersebut dilakukan Analisa secara univariat ( atau setiap variable dianalisis

secara stastistik deskripsi masing-masin) dan analisi bivariate yang mana

ditunjukan untuk melihat pengaruh range of motion terhadap tingkat kekuatan otot

pada pasien fraktur di Rsu Gmim Bethesda Tomohon yang merupakan

permasalahan utama dan juga sebagai arah tujuan penelitian ini.

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Rumah sakit Gmim Bethesda Tomohon diresmikan pada 5 Agustus 1950.

Rumah sakit Gmim Tomohon merupakan salah satu jenis rumah sakit umum

dinegara kesatuan republic Indonesia di Jl. Raya Tomohon, Talete satu, Kota

Tomohon, Sulawesi Utara dengan kode Rs 7173036 pada tanggal 24/05/2016

tergolong

38
39

dalam kelas RS C dipimpin oleh direktur dr.Franky V.T kambey, diselenggarakan

oleh organisasi protestab dan terakreditasi 12 pelayanan dalam proses akreditasi

SNARS 2018. Rumah sakit umum Gmim Bethesda Tomohon di tetapkan sebagai

rumah sakit kelas C dengan sumber daya saat ini adalah 415 pegawai yang terdiri

dari dokter, perawat, dan tenaga kesehatan lainnya dan tenaga non medis dengan

total 233 tempat tidur.

4.1.2 Visi Dan Misi

“Rumah sakit umum dan jenjaring Pendidikan terstandar dengan layanan

spesialistik komprehensif, holistic tahun 2020”. Dengan misi menyelenggarakan

pelayanan medis dasar dan spesialistik lain yang komprehensif terstandar,

melaksanakan pelayanan kesehatan holistic melalui sumber daya yang

berkualitas, dan menyediakan sarana untuk Pendidikan dan penelitian.

4.1.3 Jenis Pelayanan

Saat ini Rsu Gmim Bethesda merupakan rumah sakit swasta madya kelas

C dengan lulus akreditasi dalam 12 bidang pelayanan meliputi: adsministrasi dan

manajemen, pelayanan medis, pelayanan gawat darurat, pelayanan keperawatan,

rekam medis, pelayanan farmasi, K3 (kesehatan dan keselamatan kerja),

pelayanan ragiologi, pelayanan labolatorium, pelayanan kamar operasi, pelayanan

pengendalian intesi di rumah sakit, pelayanan perinatal resiko tinggi. Fasilitas

yang terdapat di rumah sakit Gmim Bethesda yaitu UGD 24 jam, Rawat Inap,

Rawat Jala, kamar bersalin, ICU, kamar bedah, labolatorium, radiologi, USG,

farmasi, gizi, fisioterapi, pemulsaran jenazah, endoskopi, pastoral dan social

medis, batra (obat tradisional). Rsu Gmim Bethesda Tomohon ditunjang dengan

sarana dan prasana yang memadai sehingga akan senantiasa memberikan

pelayanan kesehatan yang prima bagi masyarakat. Untuk itu dari tahun ke tahun
40

berusaha untuk memenuhi semua rumah sakit sesuai dengan ketentuan

dapartemen kesehatan RI.

4.2 Analisis Univariat

4.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan umur

Tabel 4.1 karakteristik responden berdasarkan umur pasien fraktur di Rsu


Gmim Bethesda Tomohon

Umur Frekuensi Persentase %

6-35 12 75

36-50 2 12,5

> 51 2 12,5

Jumlah 16 100

Berdasarkan table 4.1 menunjukan bahwa umur responden

terbanyak pada umur 6-35 tahun yaitu 12 orang (75%).

4.2.2 Karakteristik responden berdasarkan hari rawat post operasi

Tabel 4.2 karakteristik responden berdasarkan hari rawat post operasi pasien
fraktur di Rsu Gmim Bethesda Tomohon

Hari Rawat Frekuensi Persentase %

1 7 43,75

2 5 31,25

>2 4 25

Jumlah 16 100
41

Berdasarkan table 4.2 dapat dilihat terbanyak latihan range of

motion dilakukan pada hari 1 perawatan post operasi fraktur yaitu ada 7

orang (43,8%).

4.2.3 Karakteristik responden berdasarkan kekuatan otot sebelum latihan

range of motion

Tabel 4.3 Karakteristik responden berdasarkan kekuatan otot sebelum latihan


range of motion pada pasien fraktur di Rsu Gmim Bethesda
Tomohon.

Skor Kekuatan otot Frekuensi Persentase %

Lemah 16 100

Sedang -

Kuat -

Jumlah 16 100

Berdasarkan table 4.3 dapat dilihat bahwa tingkat kekuatan otot

pasien fraktur sebelum dilakukan latihan ROM mendapatkan hasil dengan

skor lemah 16 (100%) orang pada skala 0-1.

4.2.4 Karakteristik responden berdasarkan kekuatan otot sesudah latihan

range of motion

Tabel 4.4 Karakteristik responden berdasarkan kekuatan otot sesudah latihan


range of motion pada pasien fraktur di Rsu Gmim Bethesda
Tomohon.
42

Skor Kekuatan otot Frekuensi Persentase %

Lemah - -

Sedang 16 100

Kuat - -

Jumlah 16 100
Berdasarkan table 4.4 dapat dilihat bahwa tingkat kekuatan otot

pasien fraktur sesudah dilakukan latihan ROM mendapatkan hasil dengan

skor sedang 16 (100%) orang pada skala 2-3.

4.3 Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk menguji hipotesis penelitian yaitu pengaru

range of motion terhadap kekuatan otot pada pasien post operasi fraktur, yang

akan dilihat berapa besar efeknya ROM terhadap kekuatan otot pasien post

operasi fraktur, dengan menganalisis hasil penelitian dan memantau kekuatan

otot. Jenis yang di gunakan yaitu uji Wilcoxon pre-post test.

Tabel 4.5 Karakteristik responden berdasarkan kekuatan otot sesudah


latihan range of motion pada pasien fraktur di Rsu Gmim
Bethesda Tomohon.

Kekuatan Otot N Mean Sd. SE. t p value

Pre Test 16 .7500 .44721 .11180


-3602 0.00
Post Test 16 2.5000 .51640 .12910

Berdasarkan table 4.5 dapat dilihat bahwa tingkat kekuatan otot

pasien fraktur sebelum dilakukan latihan ROM mendapatkan hasil dengan


43

nilai mean .75000, dan setelah dilakukan latihan ROM nilai mean 2.5000,.

Dari hasil analisis pengaruh variable ROM pada kekuatan otot pasien post

operasi fraktur dengan menggunakan uji Wilcoxon mendapat hasil Z= --

3.602b dengan nilai P P menunjukan angka 0,000 < 0,005 dan 𝒁𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈 -

3.602b > 𝒁𝒕𝒂𝒃𝒆𝒍 0,00013. Dengan demikian 𝐻𝑎 diterima dan 𝐻0 ditolak hal ini

berarti adanya pengaruh range of motion excercise aktif terhadap kekuatan

otot pada pasien post operasi Fraktur di Rsu Bethesda Tomohon.

4.4 Pembahasan

4.4.1 Pengaruh range of motion excercise aktif terhadap kekuatan otot pada
pasien post operasi Fraktur di Rsu Gmim Bethesda Tomohon

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan menggunakan SPSS

(statistical product services solution) dan melihat hasilnya ternyata menunjukan

bahwa range of motion memiliki pengaruh untuk meningkatkan kekuatan otot

yang diderita pasien fraktur. Dari hasil penelitian ini yang dilaksanakan di Rsu

Gmim Bethesda Tomohon dengan 16 responden tersebut dilakukan

pengukuran kekuatan otot dan kemudian dilakukan latihan range of motion,

setelah itu dilakukan kembali pengukuran kekuatan otot . Dari analisis stastistic

dengan bantuan SPSS mendapatkan hasil pada P menunjukan angka 0,000

< 0,005. Z= -3.602b dengan demikian Z_hitung-3.602b > Z_tabel 0,00013.

Dengan demikian Ha diterima H0 ditolak yang artinya ada pengaruh range of

motion exercise aktif terhadap kekuatan otot pada pasien post operasi fraktu di

Rsu Bethesda Tomohon.

Dilihat dari table 4.3 sebelum dilakukan range of motion tingkat kekuatan

otot berada pada skala 1 dan 2 (lemah) . Kemudian pada table 4.4 setelah

dilakukan range of motion menjadi meningkat skala 2 dan 3 (sedang). Hasil


44

penelitian ini dapat dilihat pada tebel 4.5 dari hasil uji menggunakan bantuan

SPSS didapati baha range of motion yang diajarkan dapat meningkatkan

kekuatan otot atau ada pengaruh range of motion terhadap kekuatan otot pada

pasien fraktur.

Dalam penelitian ini latihan ROM dilakukan selama 1 minggu berturut-turut

untuk setiap pasien. Pada 1 kali pertemuan dibutuhkan waktu ±15 menit,

dimana setiap 1 hari dilakukan 2 kali pertemuan. Pada setiap pertemuan pasien

diminta kembali untuk melakukan latihan ROM dengan tujuan agar lebih

meningkatkan kekuatan otot. Sebelum melakukan ROM, peneliti selalu

mengobservasi skala kekuatan otot dengan cara melakukan skala 1-5 pada

pasien, dikaji kembali setelah dilakukan latihan. Range Of Motion diakukan

terhadap pasien yang sedang mengalami fraktur tertutup pada ekstermitas

khususnya pada pasien post operasi. Latihan ini dilakukan pada saat pasien

merasakan pasif pada ekstermitas yang tidak mengalami fraktur. Peneliti

mengajarkan Teknik ini pada pasien dan meminta mengulang kembali setelah

di ajarkan, Teknik ini dilakukan sesuai dengan SOP yang ada. Salah satu

penatalaksanaan yang dapat untuk meningkatkan kekuatan otot adalah latihan

range of motion (potter dan perry 2006).

Pada penelitian ini setelah dilakukan intervensi berupa latihan range of

motion, terlebih dahulu diukur skala kekuatan otot kemudian dicatat di lembar

observasi. Pada akhir penelitian ini hasil yang diperoeh setelah dilakukan

latihan renge of motion, skala kekuatan otot pada setiap responden yaitu

sebagian besar terdapati merasakan skala sedang sebanyak 9 responden..

Pada table 4.5 bahwa kekuatan otot meningkat menjadi dari sebelumnya

setelah diberikan latihan range of motion.dari hasil peneliti yang ada peneliti
45

beramsumsi bahwa latihan ROM sangat berpengaruh untuk meningkatkan

kekuatan otot.

Hal ini sama dengan peneliti sebelumnya oleh ririn purwanti dkk (2013)

dengan judul pengaruh latihan range of motion aktif terhadap kekuatan otot

pada pasien post operasi fraktur humerus di Rsud. Dr. Moewardi, berdasarkan

hasil penelitiannya menununjukan bahwa latihan range of motion (ROM) aktif

mampu dilakukan oleh responden (100%), sebagian besar kekuatan otot

pasien post operasi fraktur humerus kontraksi otot dan setelah diberikan latihan

ROM sebanyak 9 kali menjadi skala kekuatan otot 2 atau kategori buruk atau

kontraksi otot yang cukup kuat menggerakkan sendi tetapi hanya dapat

dilakukan bila pengaruh dari gaya grafitasi dihilangkan. Dari hasil Analisa

bivariate diperoleh nilai z hitung sebesar 4,940 dengan angka signifikan (p)

0,000. Berdasarkan hasil tersebut diketahui z hitung (4,940) >z table (1,96) dan

angka signifan (p) <0,05 sehingga ada pengaruh signifan latihan ROM aktif

terhadap kekuatan otot pada pasien post operasi fraktur humerus.

Hal inipun didukung oleh Anggita Kesuma Putri & siti sarifah (2015)

berdasarkan hasil penelitiannya menunjukan bahwa perhitungan uji Wilcoxon

menunjukan hasil bahwa ada perbedaan yang bermakna sebelum dan sesudah

latihan ROM dengan p value=0,00 (<0,05), maka bisa disimpulkan bahwa ada

pengaruh yang di signifikan antara kekuatan otot sendi sebelum dan sesudah

latihan ROM.

Namun dengan demikian penelitian ini tidak sejalan dengan peneliti

Orien permana, sofia nurchayati, herlina 2015 berdasarkan hasil penelitiannya

yaitu pada kelompok eksperimen yang diberikan perlakuan gerakan ROM

selama 4 hari mengalami pernurunan yang sangat signifkan yaitu didapat


46

mean pretest adalah 4,71 menjadi 3,27. Sedangkan pada kelompok control

didapatkan bahwa juga terjadi penurunan sedikit yaitu didapatkan 4,91

menjadi 4,71. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini yaitu pada kelompok

eksperimen terdapat penurunan yang signifkan antara pretest dan posttest,

dan pada kelompok control juga didapatkan adanya penurunan yang terjadi

pada pretest dan posttes. Hal ini disebabkan karena pada kedua kelompok

diberikan analgetik ketorolac dan pada kelompok eksperimen diberikan

latihan-latihan gerakan ROM. Hal ini membuktikan bahwa pengaruh ROM

efektif menurunkan intensitas nyeri pada pasien post operasi fraktur

ekstermitas bawah. Rujukan dicantumkan dalam daftar pustaka: Orien

permana, sofia nurchayati, herlina, Pengaruh ROM terhadap intensitas nyeri

pada pasien post operasi fraktur ekstermitas bawah, JOM vol 2 No 2, oktober

2015.

Hal inipun tidak sejalan dengan Reni Prima Gusty2014, Berdasarkan

Hasil penelitian pada kelompok eksperimen didapatkan rata-rata kelenturan

sendi setelah diberikan latihan rentang gerak yaitu fleksi sendi panggul 68,5

derajat, fleksi sendi lutut 61 derajat, dorsofleksi pergelangan kaki 12,5 derajat

dan plantarfleksi pergelangan kaki 47 derajat, sedangkan pada kelompok

kontrol didapatkan rata-rata fleksi sendi panggul 45,5 derajat, fleksi sendi lutut

15,5 derajat, dorsofleksi 1,5 derajat dan plantarfleksi 33,5 derajat.

Berdasarkan uji statistik Mann Whitney didapatkan p=0,000<0,05 yang

menunjukkan ada perbedaan derajat kelenturan sendi pada kelompok

eksperimen dibanding dengan kelompok kontrol. Kesimpulan lebih besar

peningkatan derajat kelenturan sendi pada kelompok eksperimen dibanding

dengan kelompok kontrol. Disarankan lakukan latihan gerak sendi post

operasi fiksasi hari kedua (sedini mungakin) sehingga dapat mencegah

terjadinya kekakuan pada sendi pada pasien fraktur femur terpasang fiksasi
47

interna. Rujukan dicantumkan dalam daftar pustaka: Reni prima gusty,

Pemberian Latihan Rentang Gerak Terhadap Fleksibilitas Sendi Anggota

Gerak Bawah Pasien Fraktur Femur Terpasang Fiksasi Interna Di RSUP. Dr.

M. Djamil Padang, jurnal keperawatan vol.10 no 1 oktober 2014.

Peneliti beramsumsi bahwa penangananan lemahnya kekuatan otot

dapat dilakukan melalui kombinasi terapi farmakologi (obat-obatan) dan non

farmakologi (range of motion dll). Responden yang diberikan latihan range of

motion terjadi peningkatan kekuatan otot yang dari sedang sampai normal.

Range of motion memberikan efek yang baik hal ini dibuktikan selama

diberikan intervensi sebagian besar pasien tidak menolak ketika diberi

perlakuan dan memberikan hasil yang baik. Dengan adanya jurnal-jurnal yang

mendukung penelitian ini bisa lebih menguatkan bahwa ada pengaruh range

of motion terhadap kekuatan otot. Namun ada juga peneliti yang tidak sejalan

dengan penelitian ini itu di karenakan metode penelitiannya berbeda dimana

penelitin Orien permana, sofia nurchayati, herlina 2015, meneliti tentang

pengaruh ROM efektif menurunkan intensitas nyeri pada pasien post operasi

fraktur ekstermitas bawah Dimana nyeri yang akan dinilai. Begitu juga dengan

peneliti Reni Prima Gusty 2014 yang metode penelitiannya menggunakan uji

statistik Mann Whitney Dengan judul Pemberian Latihan Rentang Gerak

Terhadap Fleksibilitas Sendi Anggota Gerak Bawah Pasien Fraktur Femur.

Maka dengan adanya pemberian latihan range of motion pada pasien fraktur

post operasi sangat baik untuk mempercepat penyembuhan dan tidak terjadi

kekakuan sendi.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Penelitian yang dilakukan pada 16 responden yang melakukan latihan

range of motion exercise aktif didapatkan kesimpulan data sebagai berikut:

1. Tingkat kekuatan otot sebelum dilakukan latihan range of motion exercise

aktif pada pasien post operasi fraktur di Rsu Gmim Bethesda Tomohon

didapati bahwa kekuatan otot berada pada rentang 0 - 1 (lemah)

2. Tingkat kekuatan otot setelah dilakukan latihan range of motion exercise

aktif pada pasien post operasi fraktur di Rsu Gmim Bethesda Tomohon

didapati bahwa kekuatan otot berada pada rentang 2 - 3 (sedang)

3. Terdapat adanya pengaruh yang signifikan range of motion exsercise aktif

pada pasien post operasi fraktur di Rsu Gmim Bethesda Tomohon.

5.2 Saran

1. Institusi tempat Pendidikan

Bagi institusi Pendidikan terkait, diharapkan hasil penelitian ini dapat

menjadi bahan atau materi pembelajaran untuk semua kalangan

mahasiswa Pendidikan sarjana maupun profesi agar dapat melaksanakan

latihan range of motion exercise untuk meningkatkan kekuatan otot pada

pasien post operasi fraktur.

2. Bagi peneliti lain

Bagi peneliti lain diharapkan penelitian ini dapat berguna sebagai sumber

referensi untulk penelitian selanjunya yang ingin mengkaji tentang Fraktur

48
58

3. Bagi perawat dirumah sakit.

Menjadi bahan masukan agar lebih sering melakukan latihan range of

motion exercise secara teratur dapat memberi dampak positif bagi

kebugaran jasmani.
59

DAFTAR PUSTAKA

Abd nasir, 2011. Buku ajar metodologi penelitian keperawatan, Yogyakarta: nuha
medika.

Anthony. Mescher L. 2011. Histologi dasar junquiera teks dan atlas Edisi 12. Buku
kedokteran . EGC: jakarta

Alfabeta, 2012. Anatomi dan fisiologi tubuh manusia, bandung

Bruner, suddart,2013. Buku ajar keperawatan medical bedah edisi 8 volume 2.


Jakarta.

Devi nurkasih, 2011. Keperawatan medical bedah. Yogyakarta: nuha medika

Eni kusyati, 2012. Keterampilan dan prosedur labolatorium keperawatan dasar,


Jakarta: EGC.

Ester monika, 2006. Pedoman perawatan pasien, Jakarta: EGC.

Esmi, 2014. Pengaruh rom ekstermitas dini pada pasien post operasi fraktur
ekstermitas bawah (fraktur femur dan fraktur cruris) terhadap lama hari
rawat di rsud gambaran kota kediri, jurnal kesehatan vol.3 no 1
november.

Garner,2008. Gangguan pada System musculoskeletal. Yogyakarta: nuha medika.

Handoko, 2012, statistic kesehatan . Yogyakarta: noha modika.

Health and Safety Execuitive, 2014. HSE annual statistics report for great Britain.
Diakses : 2 november 2014.

Helmi Noor Zairin, 2013. Buku ajar gangguan musculoskeletal. Jakarta: penerbit
selemba medika. Halaman 236-238

Irianto, koes, 2012, Anatomi dan fisiologi untuk mahasiswa, Bandung: Alfa beta

Kusuma Anggita, Siti ,2015, pengaruh latihan range of motion terhadap gerak
sendi ekstermitas atas pada pasien post operasi fraktur humerus di
rsud moewardi Surakarta, jurnal kebidanan vol 7 no 2 desember.

kemenkes RI,2013. Standar kesehatan dan keselamatan kerja di RS.:Jakarta :


kepmenkes RI

Davis,kneale,2011. Instrument pemeriksaan fisioterapi .:Jogyakarta.

Lukman, ningsih. 2013, Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan


system musculoskeletal, Jakarta: EGC.

Nursalam, 2017, Metedologi penelitian ilmu keperawatan, Jakarta: Binarupa


Aksara.
60

Purwanti ririn, 2013, pengaruhlatihan range of motion aktif terhadap kekuatan otot
pada pasien post operasi fraktur humerus di rsud Dr. Moewardi, jurnal
ilmu keperawatan, gaster vol 10 no 2 agustus.

Price SA, 1996, patofisiologi proses-proses penyakit, Jakarta: EGC

Pusdiknas, 1996, Penerapan proses keperawatan pada klien dengan gangguan


system musculoskeletal, Jakarta: Depkes.

Potter, perry,2006. Buku ajar fundamental keperawatan, konsep proses dan


praktik, edisi 4. Volume 2: Jakarta.

Pudjiastuti, Utomo,2008 fisio terapi pada lansia.: Jakarta.

Sastroasmoro S. ismail, 1996, dasar-dasar metodologi peneitian klinis, Jakarta:


Binarupa Aksara.

Sherwood, 2011, fisiologi manusia dari sel kesistem, Jakarta: EGC.

Suratun, 2018. Buku saku keterampilan dan prosedur dasar, edisi 3.: Jakarta; EGC

smeltzer,2010. Keperawatan medical bedah : Jakarta


61

PENJELASAN INFORMASI RESPONDEN

Responden yang saya hormati,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

NAMA : ESTEVI NINGAYOMI

NIM : 15-061-030

Adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sariputra Indonesia

Tomohon, yang akan melakukan penelitian di Rsu Bethesda Tomohon, mengenai

pengaruh latihan range of motion terhadap kekuatan otot pada pasien post operasi

fraktur tertutup di Rsu Gmim Bethesda tomohon. Adapun tujuan dari penelitian ini

adalah untuk mengetahui pengaruh latihan ROM terhadap kekuatan otot pada

pasien fraktur tertutup.

Bersama ini saya memohon kesediaan saudara/i untuk menandatangani

lembar persetujuan. Jawaban saudara adalah benar selama itu paling mewakili

pendapat saudara. Hasil observasi saya akan menjaga kerahasiaannya dan hanya

digunakan untuk kepentingan penelitian.

Atas bantuan dan partisipasinya saya ucapkan terimakasih.

Tomohon, Januari 2019

Peneliti

ESTEVI NINGAYOMI
62

PERNYATAAN PERSETUJUAN RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyetujui untuk menjadi

responden dalam penelitian yang dilakukan oleh :

NAMA : ESTEVI NINGAYOMI

NIM :15-061-030

Judul Penelitian : pengaruh range of motion terhadap kekuatan otot pada

pasien post operasi fraktur di Rsu Gmim Bethesda

Tomohon.

Pembimbing : 1. Dr. Julianus Ake, S.kep M.kep

2. Ns Tinny Akay, S.kep M.kes

Saya telah mendapatkan penjelasan dari peneliti tentang tujuan penelitian

ini. Saya mengerti bahwa penelitian ini tidak akan merugikan bagi saya dan

identitas, serta hasil observasi saya berikan terjaga kerahasiaanya.

Demikian pernyataan ini saya tanda tangani tanpa adanya suatu paksaan.

Tomohon, Januari 2019

Peneliti Responden

ESTEVI NINGAYOMI (………………………………)


63

LEMBAR OBSERVASI

KEKUATAN OTOT PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR TERTUTUP.

Data Responden

Nama : pekerjaan :

Umur : Pendidikan :

Alamat : Lama Hari rawat:

Jenis kelamin :

skor Keterangan Hari latihan range of motion


1 2 3 4 5 6 7 8

0 Tidak ada pergerakan


tidak ada kontraksi otot
1 Ada pergerakan yang
tampak atau dapat
dipalpasi/ terdapat
sedikit kontraksi
2 Gerakan tidak dapat
melawan gravitasi, tapi
dapat melakukan
gerakan horizontal,
dalam satu bidang sendi
3 Gerakan otot hanya
dapat melawan gravitasi
4 Gerakan otot dapat
melawan gravitasi dan
tahanan ringan
5 tidak ada kelumpuhan
otot (otot normal)

Sumber: Schwenker (1999); rasyid (2007)


64

NORMAL RANGE OF MOTION

Shoulder Extension 0-50


Flexion 0-180
Abduction 0-180
Adduction 0-50
External Rotation 0-90
External Rotation 0-90
Elbow/ forearm Extension 0
Flexion 0-150
Supination 0-80
pronation 0-80
Wrist Extension 0-60
Flexion 0-60
Radial Deviation 0-20
Ulnar Deviation 0-30
Cervical Spine Extension 0-60
Flexion 0-50
Lateral Bending 0-45
Rotation 0-80
Thoracic Spine Extension 0
Flexion 0-45
Lateral Bending 0-45
Rotation 0-30
Lumbar spine 0-25
Flexion 0-60
Lateral bending 0-25
HIP Extension 0-30
Flexion 0-100
Abdiction 0-40
Adduction 0-20
External rotation 0-50
Internal rotation 0-40
Knee Extension 0
65

Flexion 0-150
Ankle Extension 0-20
Flexion 0-40
Eversion 0-20
inversion 0-30
MASTER TABEL 66

Responden Umur hari rawat Pre Test skor


1 1 2 1 1 Post test skor
2 2 1 1 1 2 2
2 2
3 2 3 1 1
3 2
4 1 1 1 1
3 2
5 3 2 0 1 3 2
6 1 1 1 1 3 2
7 1 1 1 1 3 2
8 1 2 0 1 2 2
9 1 2 1 1 2 2
10 1 1 1 1 3 2
11 3 2 1 1 3 2
2 2
12 1 3 0 1
2 2
13 1 3 1 1
3 2
14 3 1 1 1 2 2
15 1 3 1 1 3 2
16 3 1 0 1

Keterangan:

Umur Hari Rawat Post Operasi Pre Test Post Test


1. 6-35 Tahun 1. 1 Hari 1. Lemah 1. Lemah
2. 36-50 Tahun 2. 2 Hari 2. Sedang 2. Sedang
3. >51 Tahun 3. >2 Hari 3. Kuat 3. kuat
60

TABULASI HASIL PENELITIAN

NO Pre Test skor Post Test Skor


1 1 1 2 2
2 1 1 2 2
3 1 1 3 2
4 1 1 3 2
5 0 1 3 2
6 1 1 3 2
7 1 1 3 2
8 0 1 2 2
9 1 1 2 2
10 1 1 2 2
11 1 1 3 2
12 0 1 2 2
13 1 1 2 2
14 1 1 3 2
15 1 1 2 2
16 0 1 3 2

PEMBIMBING 1 PEMBIMBING 2

( DR. Julianus Ake, S.kep,.M.Kep) (Ns. Tinny Akay, S.kep M.kes)


61

FREQUENCIES VARIABLES=pre post


/ORDER=ANALYSIS.

Statistics
pre test post test
N Valid 16 16
Missing 0 0

pre test
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid lemah 0 - 1 16 100.0 100.0 100.0

post test
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sedang 2 - 4 16 100.0 100.0 100.0

DESCRIPTIVES VARIABLES=pre post


/STATISTICS=MEAN STDDEV MIN MAX.

Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
62

pre test 16 0 1 .75 .447


post test 16 2 3 2.56 .512
Valid N (listwise) 16

Your temporary usage period for IBM SPSS Statistics will expire in
6114 days.

NPAR TESTS
/WILCOXON=pre WITH post (PAIRED)
/MISSING ANALYSIS.

Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
post test - pre test Negative Ranks 0a .00 .00
Positive Ranks 16b 8.50 136.00
Ties 0c
Total 16
a. post test < pre test
b. post test > pre test
c. post test = pre test

Test Statisticsa
post test - pre
test
Z -3.602b
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on negative ranks.
63

Your temporary usage period for IBM SPSS Statistics will expire in
6105 days.

FREQUENCIES VARIABLES=umur lamaharirawat


/ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

Statistics
umur lamaharirawat
N Valid 16 16
Missing 0 0

Frequency Table

umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 6 -35 12 75.0 75.0 75.0
36 - 50 2 12.5 12.5 87.5
> 52 2 12.5 12.5 100.0
Total 16 100.0 100.0

lamaharirawat
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
64

Valid 1 7 43.8 43.8 43.8


2 5 31.3 31.3 75.0
>2 4 25.0 25.0 100.0
Total 16 100.0 100.0
67

Descriptive Statistics
Minimu Maximu Std. Varianc
N Range m m Mean Deviation e Skewness Kurtosis
Statisti Statisti Std. Statisti Statisti Std. Statisti Std.
Statistic c Statistic Statistic c Error Statistic c c Error c Error
pre test 16 1.00 .00 1.00 .7500 .11180 .44721 .200 -1.278 .564 -.440 1.091
pre test 16 1.00 2.00 3.00 2.5000 .12910 .51640 .267 .000 .564 -2.308 1.091
Valid N 16
(listwise)

Anda mungkin juga menyukai