Anda di halaman 1dari 8

Pengertian Desain Interior

Desain interior adalah proses penyusunan dan penciptaan elemen-elemen


interior agar menjadi suatu kesatuan yang saling berkaitan untuk mencapai
tujuan tertentu pada aspek estetis, keamanan dan kenyamanan ruangan.

Pengertian diatas diperkuat oleh pernyataan Suptandar (1995: 11) bahwa


desain interior adalah ilmu atau cara pengaturan ruangan, sehingga
memenuhi persyaratan untuk memperoleh kenyamanan, kepuasan kebutuhan
fisik dan spiritual serta keamanan bagi pemakainya tanpa mengabaikan faktor
estetika.

Pengertian Desain Interior Berdasarkan Makna Kata

Pengertian Desain

Desain interior terdiri dari dua suku kata, yaitu “desain” dan “interior”. Dalam
KBBI desain berarti “kerangka bentuk; rancangan”, jadi desain adalah kegiatan
merancang suatu rancangan. Namun arti dari kata desain tidak dapat
dijabarkan sesederhana itu.

Desain adalah kata yang berasal dari bahasa inggris, yaitu “design”.
Pengertian design sendiri dalam Kamus Oxford adalah Rencana atau gambar
yang dibuat untuk memperlihatkan tampilan dan fungsi dari bangunan,
pakaian, atau objek lainnya sebelum benar-benar dibuat.

Dapat disimpulkan desain adalah kegiatan untuk merancang sesuatu sebelum


benar-benar dibuat, agar nantinya sesuatu yang telah dirancang itu berfungsi
dengan baik dan berpenampilan menarik.
Baca juga: Pengertian Desain (Lengkap) disertai Pendapat Para
Ahli

Pengertian Interior

Interior sendiri dalam KBBI adalah bagian dalam gedung (ruang dan
sebagainya) atau tatanan perabot (hiasan dan sebagainya) di dalam ruang
dalam gedung dan sebagainya. Jadi sudah jelas rasanya apa yang dimaksud
dengan interior.

Maka dapat disimpulkan bahwa desain interior adalah perancangan bagian


dalam gedung sebelum benar-benar dibuat, agar bagian dalam gedung
berfungsi dengan baik dan memiliki tampilan yang menarik.

Pengertian Menurut Para Ahli

Selanjutnya untuk memastikan pengertian desain interior yang kita sesuai


dengan apa yang dimaksud oleh semua akademisi terkait, maka kita harus
membandingkannya dengan pendapat-pendapat para ahli. Berikut ini adalah
beberapa pendapat para ahli tersebut.

D.K. Ching

Desain interior adalah merencanakan, menata, dan merancang ruang dalam


bangunan, yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan sarana untuk
bernaung dan berlindung, menentukan sekaligus mengatur aktivitas,
memelihara aspirasi dan mengekspresikan ide, tindakan serta penampilan,
perasaan, dan kepribadian.
Dodsworth

Dodsworth (2009: 8) Berpendapat bahwa desain interior bertujuan untuk


membuat manusia sebagai pemakai ruang dapat beraktifitas dengan efektif
dan merasa lebih nyaman pada ruangan tersebut.

Alexander C

Berdasarkan pendapat Alexander C, Desain interior adalah komponen fisik


yang tepat dari suatu struktur fisik

Sejarah Desain Interior

Sama seperti seni rupa, sejarah desain juga sangat bergantung pada
peninggalan-peninggalan artefak yang berhubungan dengan desain interior.
Dari artefak-artefak yang ditemukan terlihat bahwa setiap kebudayaan
memiliki pola perkembangan desain interior yang berbeda. Setiap peradaban
mengembangkan gaya furnitur dan hiasan ruang  berdasarkan budaya dan
ketersediaan bahan di wilayah geografis masing-masing.

Perkembangan Interior di Mesir, Yunani dan


Romawi Kuno

Kita dapat merunut perkembangan peradaban mesir kuno untuk mengetahui


sejarah perkembangan desain interior. Banyak tradisi seni yang berawal dari
Mesir karena bangsa Mesir Kuno memiliki ketrampilan kekriyaan yang tinggi.
Masyarakat mesir mampu  menciptakan berbagai produk seni yang estetis
meskipun dengan peralatan yang terbatas.

Seni inlay pada furnitur merupakan penemuan berharga yang ditemukan oleh
masyarakat mesir kuno. Bahkan penemuan itu hingga kini masih tetap
digunakan, selain itu Mesir adalah penenun yang handal serta pembuat
furnitur  yang hebat, menggunakan sambungan konstruksi yang hingga kini
masih lazim digunakan, seperti: konstruksi dovetail, mortise dan tenon.
(Aronson, 1965:312).

Selain mesir, beberapa kebudayaan kuno lain yang dapat menjadi awal-mula
desain interior adalah Yunani kuno dengan bangunan kunonya difokuskan
pada kuil dan bangunan publik (milik bersama) yang berfungsi religi.
Kemudian bangsa Romawi yang merupakan kebalikan dari Yunani, terkenal
dengan bangunan dan interior yang lebih praktis untuk kepentingan duniawi.

Perkembangan Interior Zaman Renaisans

Perkembangan utama dalam sejarah desain interior juga dapat dilihat pada
zaman renaisans di Itali, dimana seluruh kegiatan seni mencapai puncak
kejayaannya. Perkembangan seni di zaman ini banyak didukung oleh kaum
bangsawan dan orang berpengaruh melalui kekayaan hartanya (Wealle,
1982:215).

Axel von Saldem (1987) dalam riset sejarah desain yang dilakukannya
menemukan bahwa pada akhir abad ke -16 di Itali terdapat kata “ designo
esterno” (karya yang sudah terlaksana). Saat itulah desain interior dan dekorasi
interior mulai mendapatkan peran yang khusus sehingga diduga bahwa
sejarahnya dimulai dari zaman ini.

Elemen elemen desain interior

Untuk membawa kita pada pemahaman yang lebih lanjut, mengetahui


elemen-elemen atau unsur-unsur dasar pembentuk interior adalah hal utama
yang harus diketahui. Mengetahui unsur pembentuk, berarti mengetahui juga
hal apa saja yang dapat dirancang untuk membuat desain yang baik.

Karena desain interior adalah salah satu cabang ilmu dari seni rupa, maka
elemen-elemen serupa dari elemen seni rupa juga dapat ditemukan, seperti:
garis, titik, bidang, tekstur, warna, ruang, dsb. Namun desain interior memiliki
elemen unik dan spesifik yang harus diperhatikan ketika merancangnya.
Beberapa elemen unik tersebut akan dijabarkan pada poin-poin dibawah ini.

1. Lantai

Lantai merupakan batas bawah bagi interior sebuah ruang. Lantai terbentang
secara horizontal. Banyak treatment yang dapat diterapkan pada lantai mulai
dari: jenis material, perbedaan ketinggian lantai, dan pengaplikasian bentuk.

2. Dinding

Dinding merupakan elemen interior yang menyekat interior ruang. Dinding


membentang secara vertikal dan merupakan bidang paling dominan dalam
ruang bangunan. Dinding dapat diaplikasikan dengan berbagai jenis material
finishing, material pembentuk, pencahayaan, dll.

3. Langit-Langit / Ceiling

Langit-langit merupakan pembatas interior yang terbentang secara horizontal


di bagian atas interior. Langit-langit umumnya tidak begitu diperhatikan oleh
masyarakat awam, namun dengan perancangan menarik, dapat menghasilkan
efek yang lebih baik. Langit-langit dapat dimodifikasi mulai dari penggunaan
jenis materialnya, perbedaan ketinggian, dan varian bentuk.

4. Elemen Estetis

Interior harus mengandung elemen estetis yang mengacu pada prinsip desain
seperti proporsi, skala ruang, keseimbangan, dan kesatuan ruang. Jika
memungkinkan suatu interior harus diberi benda seni yang bernilai estetis
untuk memperindahnya.
5. Elemen Bukaan

Yang dimaksud dengan bukaan pada elemen ruang adalah jendela, pintu, dan
lubang ventilasi. Dengan perancangan bukaan yang baik, maka akan berjalan
sirkulasi udara yang baik, sehingga ruangan menjadi nyaman dan sehat.

6. Elemen Cahaya

Interior ruang memerlukan pencahayaan yang cukup intensitasnya. Terang


disebagian tempat, atau ada opsi pengontrol untuk meredupkannya juga.
Ambience ruang akan terbentuk dengan adanya pengaplikasian pencahayan
yang baik.

Setelah mengetahui elemennya, mengetahui prinsip-prinsip dasar dalam


membuat unsur interior juga akan sangat berpengaruh bagi ruang gerak
kreasi kita dalam bidang ini. Prinsip-prinsip desain interior mengikuti prinsip
desain seperti: Kesatuan, Keseimbangan, Kontras, dll. Prinsip-prinsip tersebut
dapat dipelajari pada tautan dibawah ini:

Baca juga: Prinsip-Prinsip Seni Rupa dan Desain

Ruang Lingkup

Tugas dan jangkauan pekerjaan desainer interior meliputi perancangan


furniture dan asesoris ruangan lainnya, tidak hanya memilih dan
mencocokannya saja seperti dekorator interior. Berikut adalah beberapa ruang
lingkup pekerjaan desain interior.

1. Merancang bentuk perabot furnitur dengan pertimbangan egonomi,


fungsi, gaya, keawetan finishing, kestabilan struktural dalam penggunaan,
memilih rel laci, engsel dan handel yang tepat, serta penentuan penggunaan
bahan dan penempatan dalam ruang.
2. Menentukan tipe dan gaya jendela atau daun penutup lain yang tepat
berdasarkan pengendalian cahaya dan sinar matahari , privasi, anti api,
perlengkapan akustik dan sistem pengontrolnya.
3. Memilih bentuk dan metode yang tepat dalam penempatan benda seni
atau dekorasi dan memastikan bahwa benda tersebut tidak akan jatuh atau
melukai seseorang.
4. Memilih jenis pelapis dinding yang tepat berdasarkan aspek keindahan,
keawetan, fungsi akustik, kemudahan dalam pembersihan, keamanan dari api,
dan memastikan bahwa wall finishes yang digunakan tidak menimbulkan
alergi atau beracun.
5. Memilih jenis tanaman yang seseuai dan memastikan bahwa tanaman
yang dipilih tidak memiliki bau yang kuat atau beracun yang membahayakan
manusia terutama untuk anak-anak.
6. Menggambarkan rencana ruang dan menunjukkan letak perabot yang
sesuai dengan keinginan klien maupun persyaratan aksesibilitas ruang.
7. Memilih jenis dan bentuk lampu berdasarkan fungsi dan kesan yang
diinginkan, menggambarkan dan menunjukkan lokasi penempatan lampu
berserta pengontrolannya.
8. Menentukan bahan, bentuk, warna dan pola lantai yang tepat
berdasarkan fungsi dan kesan yang diinginkan. Unsur fungsi yang harus
diperhatikan meliputi ketahanan terhadap api, kemampuan meredam suara
dan keamanan (tidak licin).

Poin-poin di atas juga secara deduktif dapat menjelaskan mengenai fungsi,


tujuan dan tugas desain interior pada umumnya. Namun untuk melengkapi
literasi tujuan tersebut, berikut adalah tujuan-tujuannya menurut Wicaksono
dan Tisnawati (2014):

Tujuan desain interior

1. Memperbaiki fungsi
2. Memperkaya nilai estetika
3. Meningkatkan aspek psikologis dari sebuah ruangan
Baca juga: Desain Ruang Keluarga yang Harmonis, Sehat &
Produktif

Referensi

1. Suptandar, Pamudji. (1995). Manusia dan Ruang dalam Proyeksi Desain


Interior. Jakarta: UPT Penerbitan Universitas Tarumanegara.
2. Ambarwati, D. (2007). Antara Desainer Interior dan Dekorator Interior:
Studi Perbandingan. Univesitas Negeri Yogyakarta. Tautan E-Jurnal
3. Aronson, Joseph. (1965). The Encyclopedia of Furniture. New York:
Crown Publisher.
4. Wealle, Marry G. (1982). Environmental Interior. New Yok: Maxmillan
Publishing Company.

Anda mungkin juga menyukai