Anda di halaman 1dari 7

CASE STUDY ASSIGNMENT

BUSINESS LAW CLASS - BLEMBA 64B - SYNDICATE 2

MARCO
VS
GRAB
___

By Sindikat 2 - BLEMBA 64B

M. Gilang Aria (29120493)

Yocky Tegar Herdiansyah ( 29120557 )

Rina Susanti Chen (29120630)

LATAR BELAKANG MASALAH


Transportasi merupakan suatu kegiatan yang sangat penting untuk melakukan perpindahan
baik manusia maupun barang keperluan manusia. Pada era digitalisasi ini, munculah berbagai
jasa transportasi berbasis aplikasi online. GRAB sebagai salah satu penyedia jasa transportasi
online melakukan kerjasama kemitraan dengan seluruh pengemudi GRAB baik berupa
pengemudi sepeda motor ataupun pengemudi mobil. Mengacu pada UU No 9 Tahun 1995 Pasal
8 Ayat 1 tentang usaha kecil “kemitraan adalah kerjasama usaha antara usaha kecil dengan
usaha menengah atau dengan usaha besar disertai pembinaan dan pengembangan usaha oleh
usaha menengah atau usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling
memperkuat, dan saling menguntungkan”. GRAB membebaskan siapapun boleh menjadi
mitranya asal memenuhi syarat yang sudah ditentukan. Oleh sebab itu, banyak pengemudi Grab
yang menjadikan pekerjaan ini sebagai pekerjaan sambilan untuk mendapatkan penghasilan
tambahan.

Dilan merupakan seorang mahasiswa yang menjadi mitra pengemudi GRAB mobil di Depok,
Jakarta. Tujuan Dilan mengikuti kemitraan ini adalah menabung untuk membiayai
keikutsertaannya pada kegiatan studi banding di kampus University of Melbourne. Dilan
kemudian memenuhi seluruh persyaratan untuk menjadi pengemudi GRAB, seperti pembukaan
2

rekening CIMB Niaga, pengujian KIR kendaraan, mendaftar pada keanggotaan koperasi dan
menandatangani Surat Pernyataan Balik Nama Kendaraan Angkutan Sewa. Setelah terdaftar
menjadi pengemudi GRAB, Dilan mendapatkan keuntungan berupa asuransi kecelakaan
personal dari AXA dengan nilai klaim maksimum Rp 68 juta per orang. Asuransi berlaku untuk
pengemudi dan juga penumpang GRAB. Detail asuransi kecelakaan yang diberikan adalah
sebagai berikut :

Pada dini hari pukul 4.30 pagi, Dilan membawa seorang penumpang bernama Marco Wibisono,
yang merupakan seorang wiraswasta, menuju Bandara Soekarno Hatta, Tangerang. Marco
khawatir akan terlambat check-in pada pesawat yang dipesannya, sehingga Marco meminta
Dilan untuk melaju lebih cepat. Pada hari yang sama, Dilan kurang tidur akibat mengerjakan
tugas sampai jam 1 pagi. Namun, Dilan tetap memenuhi permintaan Marco untuk menaikkan
kecepatan dan melakukan manuver-manuver untuk mendahului mobil yang ada di depannya.
Alhasil, di tengah perjalanan, Dilan dan Marco malah mengalami kecelakaan. Keduanya pun
mengalami luka-luka yang cukup serius.

Akibat kecelakaan tersebut, Marco harus melakukan fisioterapi secara rutin untuk dapat
berjalan kembali. Total biaya kerugian Marco mencapai 450 juta berupa perawatan di rumah
sakit dan pemulihan pasca kecelakaan. Selain itu, dalam jangka waktu tertentu, akibat
kecelakaan Marco kesulitan bekerja sehingga sulit mendapatkan penghasilan. Dalam UU No 22
tahun 2009 Pasal 229 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, kecelakaan digolongkan menjadi
3, yakni kecelakaan lalu lintas ringan, sedang dan berat. Kejadian Marco dapat digolongkan
sebagai kecelakaan lalu lintas berat karena luka membutuhkan perawatan di rumah sakit lebih
dari 30 hari. Atas seluruh kerugian tersebut, Marco menggugat GRAB untuk mengganti seluruh
kerugiannya.
3

DASAR HUKUM

UU No 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan


Pasal 234 ayat (1)

Pengemudi, pemilik kendaraan bermotor, dan/atau perusahaan angkutan umum


bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh penumpang dan/atau pemilik barang
dan/atau pihak ketiga karena kelalaian pengemudi

Pasal 235 ayat (2)

Jika terjadi cedera terhadap badan atau kesehatan korban akibat Kecelakaan Lalu Lintas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (1) hurub b dan huruf c, pengemudi, pemilik
dan/atau Perusahaan Angkutan Umum wajib memberikan bantuan kepada korban berupa
biaya pengobatan dengan tidak menggugurkan perkara pidana

Pasal 236 ayat (1)

Pihak yang menyebabkan terjadinya Kecelakaan Lalu Lintas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 229 wajib mengganti kerugian yang besarannya ditentukan berdasarkan putusan
pengadilan

Pasal 240

Korban Kecelakaan Lalu Lintas berhak mendapatkan :

a. Pertolongan dan perawatan dari pihak yang bertanggung jawab terjadinya


KecelakaanLalu Lintas dan/atau Pemerintah;

b. Ganti kerugian dari pihak yang bertanggung jawab atas terjadinya Kecelakaan Lalu
Lintas; dan

c. Santunan Kecelakaan Lalu Lintas dari perusahaan asuransi

UU No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

Pasal 4

Konsumen berhak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi


barang dan/atau jasa
4

Pasal 19

(1) Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran,
dan/atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang dan/atau jasa yang dihasilkan
atau diperdagangkan.

(2) Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa pengembalian uang atau
penggantian barang dan/atau jasa yang sejenis atau setara nilainya, atau perawatan
kesehatan dan/atau pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 1365 KUHP tentang PMH

Tiap perbuatan melawan hukum yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan
orang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut'.

Putusan Pengadilan dengan Kasus Serupa

Putusan Pengadilan Negeri Tangerang Nomor : 42/PDT.G/2017/PN.TNG

- Kasus

Penggugat atas nama PT. Hokari Linex Pratama menggugat Zaenudin (Tergugat I) dan PT.
Arimbi Jaya Agung (Tergugat II) yang mana bertanggung jawab atas kecelakaan yang
dilakukan oleh pekerja perusahaan tersebut. Bus milik perusahaan sebagai Tergugat II yang
dikendarai oleh Zaenudin sebagai Tergugat I menabrak kendaraan milik PT. Hokari Linex
sebagai Penggugat

-Fakta Hukum :

● Mobil penggugat mengalami kerusakan berat sehingga tidak bisa digunakan lagi.
Pengemudi dari kedua kendaraan tersebut juga mengalami luka dan menderita shock.
● Biaya ganti kerugian yang ditawarkan oleh Tergugat sebesar Rp. 30.000.000 tidak
sebanding dengan derita dan kerugian yang dialami
5

-Putusan Pengadilan (Pertimbangan Hakim di dalam putusan tersebut) :

● Menimbang bahwa berdasarkan pertimbangan yakni bukt-bukti surat dan saksi-saksi


yang diajukan oleh Penggugat, maka Majelis Hakim berpendapat bahwapetitum
gugatan Penggugat angka 4 yaitu kerugian materiil sebesar Rp. 186.900.000 dapatlah
dikabulkan.

ANALISA
Aplikasi Hukum 1
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU
LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN, BAB XIV KECELAKAAN LALU LINTAS

Berdasarkan kronologi kejadian kecelakaan, dalam kasus ini kami melihat ada kelalaian
yang dilakukan Dilan sebagai, dimana melanggar peraturan lalu lintas karena mengemudi
melebihi batas kecepatan dan diperparah lagi dalam keadaan mengantuk karena kurang tidur
sebelum terjadinya kecelakaan.
Sehingga dalam kasus ini, mengacu pada Pasal 234 ayat (1) UU No 22 Tahun 2009,
pengemudi/pemilik kendaraan bermotor, dan/ atau perusahaan angkutan umum bertanggung
jawab atas kerugian yang diderita oleh penumpang dan/ atau pemilik barang dan/atau pihak
ketiga karena kelalaian pengemudi. Menurut Pasal 235 ayat (2) UU No 22 Tahun 2009 jika
terjadi cedera terhadap badan atau kesehatan korban akibat Kecelakaan Lalu Lintas sedang atau
berat, pengemudi, pemilik, dan/atau Perusahaan Angkutan Umum wajib memberikan
bantuan kepada korban berupa biaya pengobatan dengan tidak menggugurkan tuntutan
perkara pidana.

Aplikasi Hukum 2
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG
PERLINDUNGAN KONSUMEN

Menurut UUPK Pasal 4, dijelaskan bahwa hak konsumen diantaranya adalah hak atas
kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa. Grab
sebagai perusahaan angkutan umum yang menaungi izin operasional pengemudi, dinilai telah
lalai dalam memastikan pengemudinya dalam keadaan sadar dan fit serta keadaan kendaraan
pada saat beroperasi untuk memenuhi standar keselamatan dalam berkendara, sehingga
6

dianggap gagal menjaga kenyamanan, keamanan, dan keselamatan penumpang. Selain itu
menurut UUPK Pasal 19 ayat 1 bahwa Grab harus bertanggung jawab memberikan ganti rugi
atas kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang dan/atau jasa yang dihasilkan atau
diperdagangkan. Ganti rugi sebagaimana dimaksud berupa pengembalian uang atau
penggantian barang dan/atau jasa yang sejenis atau setara nilainya, atau perawatan kesehatan
dan/atau pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

Aplikasi Hukum 3

Kitab Undang Undang Hukum Perdata Pasal 1365

Upaya Grab dalam memberikan santunan melalui kerjasama asuransi dengan AXA,
menurut kami melakukan sebuah disclaimer/perjanjian yang berisi klausula eksonerasi dimana
pihak Grab membatasi tanggung jawab mereka jika ada kecelakaan pada konsumennya.
Kebijakan tersebut kami nilai terlalu sepihak dan kecelakaan yang terjadi adalah murni karena
kelalaian mitra mereka, sehingga dalam hal ini perjanjian tersebut batal demi hukum. Selain
itu, nilai ganti rugi yang diberikan pihak Grab tidak sesuai dengan kerugian konsumen nya.
Dalam hal ini, mengacu pada Pasal 1366 KUH Perdata pihak Grab harus mengganti rugi berupa
kerugian materil dan immateril yaitu dalam hal ini minimal sebesar Rp 450.000.000 sesuai biaya
pengobatan yang harus dikeluarkan Marco, bahkan menurut kami Marco bisa menuntut lebih
karena kecelakaan ini mengakibatkan Marco kesulitan bekerja dan mendapatkan penghasilan.

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Marco dapat mengajukan gugatan kepada pihak GRAB untuk mengganti kerugian materil
yang dialami oleh Marco sebesar minimal Rp 450.000.000,00. Selain kerugian materil, Marco
juga dapat menuntut ganti rugi immateriil akibat rasa sakit dan trauma yang mungkin
dideritanya.

2. Asuransi yang diberikan Grab melalui AXA dan BPJS tidak sebanding dengan jumlah
kerugian yang dialami Marco dan dianggap telah membatasi tanggung jawab perusahaan dalam
melindungi hak konsumennya.
7

3. Marco dalam hal ini bisa mengajukan asuransi Jasa Marga akibat kecelakaan yang dialaminya
sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan RI No. 15 dan 16 /PMK.10/2017.

4. Perlu adanya sosialisasi/penyuluhan kepada driver dan penumpang mengenai aturan yang
jelas mengenai pihak yang harus bertanggung jawab jika terjadi kerugian terhadap
penumpang/konsumen.

5. Pihak Grab perlu memperketat aturan kepada mitra nya agar lebih disiplin dalam melayani
penumpang demi keselamatan bersama.

Anda mungkin juga menyukai