Anda di halaman 1dari 4

Nama : Siti Auliya Rahma

NPM : 150510200102

Kelas : E

Studi Kasus 1

Armansyah telah menjadi salah satu ketua himpunan di Fakultas Pertanian kurang lebih
2 bulan. Armansyah memang terlihat menonjol dari semua teman-temannya baik dari skill
yang dimiliki, kecerdasan, dan kepribadian hal lainnya. Akan tetapi, semangat kerja
himpunannya rendah sejak dia memimpin. Beberapa dari anggota himpunan menunjukkan
sikap tidak puas, ogah-ogahan.

Pada saat diluar jam kuliah dan sedang makan di kantin, Armasyah bertanya pada salah
satu ketua divisinya (Irwan), apakah dia mengetahui tentang semangat kerja yang rendah
himpunannya. Irwan menjawab bahwa dia telah mendengar secara informal bahwa para
anggota himpunan merasa tidak senang dengan pengambilan semua keputusan yang dibuat
sendiri olehnya. Armasyah menyatakan, "bahwa dalam suatu kondisi yang urgent dan
mendesak atau kondisi yang apatis, maka perlu pengambilan keputusan yang cepat dan
tepat".

Pertanyaan:

1. a) Gaya kepemimpinan macam apa yang digunakan Armansyah?

b) Bagaimana keuntungan dan kelemahannya?

2. Konsekuensinya apa,bila Armansyah tidak dapat mengubah gaya kepemimpinannya?


3. Apa saran saudara bagi Armansyah dan himpunan termasuk anggotannya, dalam
merubah keadaan?

Jawaban:

1. a) Gaya kepemimpinan yang digunakan Armansyah adalah gaya otokratis atau


otoriter. Pemimpin yang menggunakan gaya kepemimpinan ini cenderung
mengambil keputusan sendiri tanpa mendiskusikannya dahulu dengan anggota
organisasi nya.
b) Keuntungan gaya kepemimpinan otokratis adalah pengambilan keputusan dapat
dilakukan dengan cepat. Hal ini sangat berguna dalam kondisi kritis yang tidak
menyediakan banyak waktu untuk membuat keputusan. Sementara,
kelemahannya adalah gaya kepemimpinan otokratis tidak sesuai dengan semua
situasi setiap saat. Ada kalanya keputusan harus dipikirkan matang-matang dan
didiskusikan dengan anggota organisasi. Selain itu, gaya kepemimpinan otoriter
membuat sang pemimpin seolah arogan dan tidak mendengarkan anggotanya.
Maka dari itu, hubungan antara anggota dengan pemimpin pun kurang berjalan
baik.
2. Konsekuensi yang akan Armansyah dapatkan jika tidak mengubah gaya
kepemimpinannya adalah semakin rendahnya semangat kerja himpunan yang ia
mimpin. Angota himpunan akan merasa semakin tidak senang dengan sikap
Armansyah dan akan menyebabkan semakin renggangnya hubungan Armansyah
dengan anggotanya. Hal itu kemudian akan berakibat fatal pada jalannya himpunan
yang Armansyah pimpin.
3. Saran saya untuk Armansyah adalah cobalah memperbanyak komunikasi dengan
anggota himpunan. Selalu diskusikan semua masalah yang menyangkut himpunan.
Jika keadaan mendesak dan memerlukan keputusan dalam waktu singkat, jangan
lupa untuk menginformasikan keputusan tersebut kepada anggota himpunan.
Jelaskan pula kenapa keputusan tersebut diambil sendiri tanpa diskusi. Sedangkan,
saran saya untuk anggota himpunan adalah lebih terbuka kepada pemimpin. Jika
ada yang salah dan kurang berkenan dengan pemimpin, lebih baik jujur dan katakan
saja dengan sopan. Seorang pemimpin bukanlah orang yang sempurna dan tidak
pernah salah, melainkan orang yang masih membutuhkan kritik dan saran agar
kepemimpinannya semakin baik. Jika dalam suatu himpunan terjalin komunikasi dan
kerja sama yang baik antara pemimpin dan anggotanya, niscaya himpunan tersebut
akan berjalan dengan baik.
Studi Kasus 2

Michwan adalah seorang mahasiswa pertanian semester akhir di sebuah universitas


terkenal. Ia seorang mahasiswa yang sangat pandai. Sejak semester dua hingga saat itu,
universitas memberikan beasiswa karena nilai-nilainya yang bagus. Michwan memiliki
banyak pengalaman kerja praktik dan banyak menimba kemampuan yang membuatnya
banyak berprestasi di bidang pertanian. Setelah lulus, dia harus ke kembali ke desa
kelahirannya di sebuah desa yang jauh dari kota dan sangat terpencil karena akses kurang.
Desa tersebut dihindari banyak pemuda/pemudi untuk tetap tinggal dan hidup karena jauh
dan terpencil. Pada saat Michwan bertekad menimba ilmu, memang ingin mengabdikan diri
untuk dalam meningkatkan pertanian di desa tersebut.

Konflik: Michwan memilih program studi Agroteknologi karena keluarganya adalah


seorang petani ladang. Ia bercita-cita untuk melanjutkan sekolah pertanian setinggi
mungkin dan ingin menemukan banyak teknologi yang dapat diterapkan untuk membangun
desa terpencilnya agar maju. Mempertimbangkan prestasi dan tesis penelitian yang disusun
oleh Michwan, sudah ada perusahaan pertanian multinasional; yang bersedia memberikan
beasiswa studi bagi Michwan sampai lulus hingga gelar doktor, serta menjanjikan pekerjaan
di laboratorium penelitian pertanian di Jepang dengan salary yang cukup menjanjikan tetapi
setiap 2 tahun harus memperbaharui kontraknya.

Michwan mengalami dilema: apakah ia akan mengabdikan diri di desa kecil tersebut
atau meninggalkan desa tercinta (terpencil) tersebut tanpa SDM yang kurang mumpuni
untuk membangun dan membantu warganya?

Pertanyaan:

Apabila Anda menjadi Michwan, keputusan mana yang Anda ambil? Beri alasan-alasan yang
kuat untuk mendukung keputusan tersebut.
Jawaban:

Jika saya menjadi Michwan, keputusan yang akan saya pilih adalah meninggalkan
desa dan mengambil beasiswa studi di Jepang. Setelah itu, bekerja di laboratorium
penelitian pertanian. Mungkin pilihan ini terkesan jahat karena harus meninggalkan desa
tempat Michwan berasal. Namun, tidak serta merta karena alasan materi atau keegoisan
diri, tetapi menurut saya hal ini merupakan pilihan yang baik karena suatu saat Michwan
dapat kembali dan membangun desa nya.

Alasan saya memilih pilihan tersebut adalah karena dengan melanjutkan studi
menggunakan beasiswa, apalagi di luar negeri akan menambah pengetahuan, kemampuan,
dan pengalaman. Hal ini juga memperbesar kemungkinan terciptanya teknologi seperti yang
diharapkan oleh Michwan. Semakin banyak ilmu dan kempuan yang dimiliki Michwan,
semakin baik pula teknologi yang mampu diciptakannya. Teknologi tersebut dapat
digunakan untuk meningkatkan pertanian di desa nya.

Jika saat lulus S1 Michwan langsung kembali ke desa, teknologi yang diterapkan
untuk memajukan pertanian desa tidak akan semaksimal jika Michwan menjadi lulusan
doktor. Selain itu, penciptaan teknologi membutuhkan dana yang besar. Dengan Michwan
bekerja di laboratorium penelitian pertanian Jepang, bertahun-tahun kemudian Michwan
akan memiliki dana yang cukup untuk membangun teknologi di desa nya.

Di era modern seperti sekarang, bukan tidak mungkin jika Michwan menerapkan
teknologi di desa nya dan mengontrolnya dari jarak jauh. Michwan bisa melakukan
pertemuan secara daring dengan warga desa tentang teknologi yang akan ia terapkan.
Michwan juga bisa mengirimkan produk teknologi yang ia buat dari Jepang ke desa nya.
Hingga saat kontrak Michwan habis atau tidak terjadi perpanjangan kontrak, ia bisa kembali
ke desa nya dan melanjutkan keinginannya untuk meningkatkan pertanian desa.

Anda mungkin juga menyukai