Anda di halaman 1dari 56

1

MODUL 5
Strategi Pendampingan BDR
oleh Orang Tua pada Anak Usia Dini

Penulis
Dedi Wahyudi Mustofa

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
DIREKTORAT GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
2020
Hak Cipta © 2020 pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Strategi Pendampingan BDR oleh Orang Tua pada Anak Usia Dini
Cetakan ke-1, tahun 2020

ISBN: ……………………………..

Pengarah:
Iwan Syahril

Penanggungjawab:
Santi Ambarrukmi

Penulis:
Dedi Wahyudi Mustofa

Penyunting:
Nasrudin
Pujiarto

Ilustrator dan penata letak:


Syafrizal Lentera Kata
Yulita Ayu Suryani

Sekretariat:
Krismiyati, Irni Diniati, Ratna Dumasari, Silvi Andika Sari, Dani Irawan

Diterbitkan oleh:
Direktorat GTK
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Tahun 2020

Hak cipta dilindungi undang-undang.


Diperbolehkan mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi
buku dengan izin tertulis dari penerbit.

ii
KATA SAMBUTAN

Assalaamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT,


Tuhan Yang Maha Esa, karena atas izin dan karunia-
Nya Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga
Kependidikan (GTK), Direktorat GTK PAUD melalui
kelompok kerja (pokja) pembelajaran telah selesai
menyusun modul pembelajaran jarak jauh (PJJ) bagi
GTK PAUD.
Situasi pandemi Corona Virus Disease (Covid 19) yang
terjadi di seluruh penjuru dunia pada akhir 2019
mengharuskan pemerintah untuk mengeluarkan peraturan “jaga jarak”
(physical distancing). Kebijakan jaga jarak ini berdampak pada hampir
semua aspek kehidupan di Indonesia, salah satunya berdampak pada
pendidikan. Khusus pada aspek pendidikan, diberlakukan kebijakan belajar
di rumah (BdR) bagi peserta didik dan mengajar/bekerja dari rumah (WFH)
bagi pendidik untuk semua jenjang pendidikan.
Menurut The United Nations Educational, Scientific, and Cultural
Organization (UNESCO) lebih dari 91% populasi siswa dunia telah
dipengaruhi oleh penutupan sekolah karena pandemi Covid 19.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalui Surat
Edaran Mendikbud Nomor 4 Tahun 2020 berisi arahan mengenai belajar
dari rumah melalui pembelajaran jarak jauh. Point arahannya itu: 1)
Memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa, tanpa
terbebani tuntutan menuntaskan seluruh capaian kurikulum kenaikan kelas
maupun kelulusan; 2) Memfokuskan pada pendidikan kecakapan hidup
antara lain mengenai pandemi Covid-19; 3) Memberikan variasi aktivitas
dan tugas pembelajaran belajar dari rumah antar siswa, sesuai minat dan
kondisi masing-masing, termasuk mempertimbangkan kesenjangan
akses/fasilitas belajar dari rumah; 4) Memberikan umpan balik terhadap
bukti atau produk aktivitas belajar dari rumah yang bersifat kualitatif dan
berguna bagi guru, tanpa diharuskan memberi skor/nilai kualitatif.
Terkait dengan PJJ tentunya akan berimbas pada pencapaian pembelajaran
dan adanya penyederhanaan kurikulum. Hal ini sejalan dengan Kementerian

iii
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menerbitkan Keputusan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
719/P/2020 tentang Pedoman Pelaksanaan Kurikulum pada Satuan
Pendidikan dalam Kondisi Khusus. Satuan pendidikan dalam kondisi khusus
dapat menggunakan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan
pembelajaran peserta didik.

Kebijakan tersebut harus direspon oleh guru untuk merubah cara mengajar
dan meningkatkan kompetensi untuk mendukung belajar dari rumah. Guru
harus dibekali dengan keterampilan-keterampilan baru untuk
memdampingi anak saat belajar dari rumah. GTK PAUD mengembangkan
bentuk bimbingan teknis (bimtek) bagi guru PAUD melalui Bimtek PJJ dalam
kondisi khusus. Bimbingan teknis melalui PJJ ini memerlukan modul-modul
yang dapat dimanfaatkan peserta bimtek secara mandiri.

Dengan demikian saya menyambut baik disusunnya perangkat modul


Bimtek PJJ PAUD. Modul ini diharapkan dapat menjadi sebuah langkah nyata
dalam menyiapkan guru PAUD yang memiliki kompetensi dalam
melaksanakan proses pembelajaran dalam kondisi khusus. Kami sampaikan
terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada seluruh
penyusun modul dan berbagai pihak yang telah bekerja keras dan
berkontribusi positif dalam mewujudkan penyelesaian modul pembelajaran
jarak jauh ini. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi upaya yang kita
lakukan.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Jakarta, Oktober 2020

Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan,

IWAN SYAHRIL

iv
KATA PENGANTAR

Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan


Pendidikan Anak Usia Dini merupakan unit
organisasi Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga
Kependidikan Pendidikan Anak Usia Dini
mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, pembinaan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, fasilitasi,
pemberian bimbingan teknis dan supervisi,
pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang
perencanaan kebutuhan, pengendalian formasi,
asesmen dan pengembangan karir, pendistribusian, pemindahan lintas
daerah provinsi, kesejahteraan, penghargaan, dan pelindungan guru,
pendidik lainnya, dan tenaga kependidikan pendidikan anak usia dini serta
pembinaan jabatan fungsional guru, pendidik lainnya, dan tenaga
kependidikan pendidikan anak usia dini dan urusan ketatausahaan
Direktorat.
Dalam melaksanakan tugas tersebut dan mendukung misi Presiden
mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian
melalui terciptanya pelajar Pancasila yang bernalar kritis, kreatif, bergotong
royong dan berkebhinekaan global banyak mengalami tantangan dan
kesulitan apalagi sejak merebaknya pandemi korona (Corona Virus Desease
19/Covid-19), peserta didik di Indonesia diberlakukan Belajar dari Rumah
(BdR). Tindakan ini merujuk pada surat edaran Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 4 Tahun 2020 tentang kebijakan pelaksanaan
pendidikan dalam masa darurat penyebaran corona virus deseases (Covid-
19) yang diberlakukan mulai tanggal 24 Maret 2020. Kebijakan BdR ini
dianggap tepat untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19,
khususnya di lingkungan sekolah dan tetap berlangsungnya proses
pembelajaran.
Namun pelaksanaan PJJ PAUD banyak menghadapi kendala baik pada satuan
PAUD/guru dan orang tua. Guru mengalami kesulitan dalam
mengoperasikan komputer, mengakses jaringan internet, internet tidak
stabil, kesulitan mengomunikasikan pesan kepada orang tua, kesulitan

v
menyusun perencanaan pembelajaran yang sederhana dan sesuai untuk
diterapkan anak di rumah melalui orang tua, serta kesulitan guru dalam
melakukan penilaian terhadap hasil belajar anak di rumah. Di sisi lain,
keluhan juga datang dari orang tua, yaitu kesulitan mendampingi anak
belajar karena belum paham caranya, tidak biasa menggunakan teknologi
digital untuk pembelajaran anak, dan tidak memahami maksud pesan yang
disampaikan guru.
Berdasarkan berbagai kendala tersebut, dan untuk menjamin
penyelenggaraan, pengelolaan dan pelaksanaan Bimbingan Teknis bagi Guru
PAUD, orang tua, maupun pihak yang terkait, maka dipandang perlu
diterbitkannya Modul Pembelajaran Jarak Jauh PAUD yang dapat
mendukung penerapan Pembelajaran Jarak Jauh PAUD di Indonesia. Modul
PJJ PAUD yang telah disusun antara lain: Pengembangan Kurikulum dalam
Kondisi Khusus, Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran selama BdR, Moda
Pembelajaran Jarak Jauh, Pengembangan Media Pembelajaran Jarak Jauh,
Pelaksanaan Belajar dari Rumah, Penilaian Perkembangan Anak, dan
Komunikasi dan Dukungan kepada Peserta Didik dan Orang tua.
Melalui modul PJJ PAUD ini diharapkan Guru PAUD, orang tua dan pihak
terkait memiliki pedoman dalam melaksanakan pembelajaran bersama anak
di rumah sehingga PJJ PAUD dapat berjalan lebih efektif dan optimal.
Akhirnya, kami menyampaikan ucapan terima kasih, apresiasi dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada tim penulis modul, penelaah,
penyunting dan semua pihak yang telah membantu dan terlibat dalam
penyiapan modul PJJ PAUD ini. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua dan dapat
memberikan yang terbaik bagi kemajuan pendidikan anak usia dini.

Jakarta, Oktober 2020


Direktur GTK PAUD

Dr. Santi Ambarrukmi, M.Ed.


NIP. 19650810 198902 2 001

vi
Petunjuk Penggunaan Modul

Agar semua paparan dalam bahan ajar ini efektif dikuasai oleh Bunda
dan Ayahanda, maka sebelum menyimaknya secara lebih jauh,
terdapat beberapa hal yang hendaknya diperhatikan, antara lain:
1. Bacalah doa sebelum Bunda dan Ayahanda mempelajari bahan
ajar ini.
2. Modul/Buku ini terdiri dari 4 (empat) bab, dan disajikan secara
berurutan. Bunda dan Ayahanda dianjurkan mempelajarinya
mulai dari bagian pertama menuju bagian akhir secara bertahap,
terutama bagi bunda dan ayahanda yang baru pertama kali
mempelajarinya.
3. Bahan ajar ini dalam pembahasannya, memuat juga contoh-
contoh sesuai dengan topik yang dibahas, bahkan beberapa
materi disertakan video atau bahan tayang. Perlu disampaikan
kepada bunda dan ayahanda, bahwa contoh-contoh tersebut
hanya sebagai inspirasi dan pembuka kreatifitas saja. Bunda dan
ayahanda sebaiknya pada saat penerapannya di tempat bunda
dan ayahanda bertugas melakukan penyesuaian-penyesuaian
sesuai kondisi dan daya dukung yang tersedia.
4. Jika bunda dan ayahanda mendapat kesulitan dalam memahami
isi atau substansi, baik sebagian kecil maupun sebagian besar,
bunda dan ayahanda dapat bertanya atau berkonsultasi langsung
dengan tim penulis melalui media komunikasi sebagaimana yang
dicantumkan.
5. Semoga bunda dan ayahanda dalam memahami semua isi bahan
ajar ini berjalan lancar dan sukses.
6. Salam dari penulis, tetap jaga kesehatan kebiasaan baik.

vii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ............................................................................................... vii


KATA SAMBUTAN ............................................................................................ iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... v
Petunjuk Penggunaan Modul.......................................................................... vii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... viii
Ruang Lingkup Modul ....................................................................................... x
Tujuan Penulisan Modul .................................................................................. xi

BAB I DILEMA ANAK BELAJAR DI RUMAH ................................................. 1


A. Tujuan ......................................................................................... 1
B. Uraian Materi .............................................................................. 2
1. Dilema Belajar di Rumah bagi Anak ..................................... 2
2. Strategi Pendampingan Pembelajaran dari Rumah ............ 3
C. Resume........................................................................................ 3
D. Tugas Peserta.............................................................................. 4
BAB II PENTINGNYA BERMAIN BAGI ANAK ................................................ 5
A. Tujuan ......................................................................................... 5
B. Uraian Materi .............................................................................. 5
1. Konsep Bermain .................................................................... 5
2. Belajar Melalui Bermain ....................................................... 9
3. Bermain Berpusat pada Anak ............................................. 10
C. Resume...................................................................................... 12
D. Tugas Peserta............................................................................ 12
BAB III KEGIATAN MAIN YANG DAPAT DILAKUKAN DI RUMAH .............. 13
A. Tujuan ....................................................................................... 13
B. Uraian Materi ............................................................................ 13
1. Konteks Terkait dengan Life Skills Anak Menghadapi
Pandemi Covid 19................................................................ 13
2. Kegiatan Main yang Bisa Dilakukan di Rumah .................. 14
3. Dukungan yang Perlu Diberikan pada Proses Bermain
Anak di Rumah .................................................................... 15
4. Memahami Alat Bahan Main yang Dapat Digunakan Saat
Bermain di Rumah............................................................... 20

viii
5. Contoh Kegiatan Main dengan Menggunakan Alat Bahan
Main Terbuka di Rumah...................................................... 22
6. Supervisi Pelaksanaan Pembelajaran oleh Orang Tua di
Rumah .................................................................................. 22
C. Resume...................................................................................... 24
D. Tugas Peserta............................................................................ 24
BAB IV PENUTUP .......................................................................................... 25

Lampiran 1 PRAKTIK BAIK DI SEKOLAH ALAM PELOPOR BANDUNG


INQUIRY LEARNING TERJADI SAAT ANAK BELAJAR DI RUMAH DENGAN
PENDAMPINGAN ORANG TUA ....................................................................... 26
Lampiran 2 LATIHAN SOAL ............................................................................ 36
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 43

ix
Ruang Lingkup Modul

Ruang lingkup modul Strategi Pendampingan BDR oleh Orang Tua


pada Anak Usia Dini, meliputi pembahasan hal-hal sebagai berikut:
1. Pemahaman tentang masalah atau dilema yang dihadapi dalam
pendampingan anak saat belajar di rumah. Dengan pemahaman
ini diharapkan guru akan dapat menetapkan strategi yang tepat
dalam mendampingi anak saat belajar di rumah.
2. Pemahaman tentang konsep bermain, meliputi pemahaman
tentang pengertian, ciri bermain, belajar melalui bermain dan
bermain berpusat pada anak. Dengan pemahaman konsep
bermain ini menjadi kesepakatan bersama guru dan orang tua
untuk memberikan proses dan konten pembelajaran di rumah
hanya dengan bermain.
3. Pemahaman tentang kegiatan-kegiatan bermain yang dapat
dilakukan saat belajar di rumah, pengembangan tema pada masa
pandemi terkait life skills saat pademi, dukungan yang perlu
diberikan pada proses bermain anak di rumah, alat bahan main
yang dapat digunakan saat bermain di rumah.

x
Tujuan Penulisan Modul

Tujuan penulisan modul ini adalah untuk memberikan pedoman bagi


guru dan orang tua agar dapat memberikan layanan berkualitas saat
anak berlajar di rumah dengan didampingi oleh orang tua.

Tujuan khususnya adalah:


1. Memberikan pemahaman kepada guru dan orang tua tentang
masalah atau dilema yang dihadapi dalam pendampingan anak
saat belajar di rumah. Dengan pemahaman ini diharapkan guru
akan dapat menetapkan strategi yang tepat dalam mendampingi
anak saat belajar di rumah.
2. Memberikan pemahaman kepada guru dan orang tua tentang
konsep bermain, meliputi pemahaman tentang pengertian, ciri
bermain, belajar melalui bermain dan bermain berpusat pada
anak. Dengan pemehaman konsep bermain ini menjadi
kesepakatan bersama guru dan orang tua untuk memberikan
proses dan konten pembelajaran di rumah hanya dengan
bermain.
3. Memberikan pemahaman kepada guru dan orang tua tentang
kegiatan-kegiatan bermain yang dapat dilakukan saat belajar di
rumah, pengembangan tema pada masa pandemi terkait life skills
saat pademi, dukungan yang perlu diberikan pada proses bermain
anak di rumah, alat bahan main yang dapat digunakan saat
bermain di rumah.

xi
BAB I

DILEMA ANAK BELAJAR DI RUMAH

A. Tujuan
Setelah mengikuti sesi ini, para peserta diharapkan mampu:

1. Menjelaskan masalah yang dihadapi ketika anak belajar di rumah


dengan didampingi oleh orang tua;
2. Menjelaskan mengapa orang tua sering lepas kendali ketika
mendampingi anaknya belajar di rumah;
3. Menganalis akan pentingnya kegiatan parenting sebelum
kegiatan belajar mengajar dijalankan dengan sistem “daring”;
4. Menganalis akan pentingnya membuat rencana pembelajaran
meliputi kegiatan bermain anak di rumah dengan memperhatikan
keterbatasan orang tua;
5. Menerapkan strategi pendampingan anak belajar di rumah sesuai
dengan kebutuhan orang tua.

1
B. Uraian Materi

1. Dilema Belajar di Rumah bagi Anak

2
2. Strategi Pendampingan Pembelajaran dari Rumah

Memperhatikan dilema belajar anak di rumah seperti yang diuraikan


di atas, maka strategi belajar dari rumah dengan pendampingan orang
tua dilakukan dengan dengan tahapan sebagai berikut:

a. Kegiatan parenting untuk memberikan penguatan kapasitas


orang tua dalam mendampingi anak belajar di rumah, isu-isu
dalam kegiatan parenting yang perlu diberikan diantaranya:
1) Pentingnya bermain dalam menstimulasi perkembangan
anak;
2) Konsep bermain;
3) Belajar melalui bermain;
4) Bermain berpusat pada anak;
5) Fungsi orang dewasa sebagai fasilitator.
b. Pemetaan kesiapan moda belajar virtual dari para orang tua
untuk menentukan strategi BDR.
c. Satuan PAUD menyiapkan panduan orang tua dalam
mendampingi anak belajar di rumah.
d. Guru menyiapkan rencana pembelajaran selama satu minggu
yang akan didampingi orang tua dalam setiap harinya.
e. Supervisi dan monitoring pelaksanaan belajar dari rumah, untuk
memberikan dukungan peningkatan kualitas bermain dan
memberikan bantuan pemecahan masalah yang ditemukan orang
tua.

C. Resume

Dalam menetapkan strategi pendampingan anak belajar di rumah


oleh orang tua harus memperhatikan beberapa hal, sebagai berikut:

1. Dilema belajar anak saat belajar di rumah yang sering kita


temukan;
2. Didahului dengan kegiatan parenting;

3
3. Pemetaan kesiapan moda belajar virtual dari para orang tua
untuk menentukan strategi BDR;
4. Menyiapkan panduan pendampingan belajar di rumah oleh orang
tua;
5. Menyiapkan RPP yang dibuat seminggu sekali;
6. Perlu menyiapkan lingkungan bermain anak di rumah yang
berkualitas.

D. Tugas Peserta

Susunlah panduan pendampingan orang tua dalam mendampingi


anak belajar di rumah sesuai dengan kebutuhan orang tua!

4
BAB II

PENTINGNYA BERMAIN BAGI ANAK

A. Tujuan

Setelah mengikuti sesi ini, para peserta diharapkan mampu:

1. Menerapkan konsep bermain meliputi pengertian bermain, ciri


bermain dan lingkup bermain;
2. Menerapkan implementasi belajar melalui bermain;
3. Menerapkan implementasi bermain berpusat pada anak.

B. Uraian Materi

1. Konsep Bermain

Bermain merupakan
kebutuhan bagi setiap
anak, karena pada
dasarnya setiap anak
memiliki rasa ingin
tahu yang tinggi. Di
mana pun, dalam
kondisi apa pun, anak
akan berusaha mencari
sesuatu untuk dapat
dijadikan mainan,
sehingga benda apa pun
yang ditemukan anak akan dimainkannya. Jadi bermain tidak harus
menggunakan APE yang mahal, apa pun bisa dimainkan anak asal
aman, nyaman, sehat bagi anak. Respon bermain yang bisa dilihat saat
anak bermain berupa suasana senang dan bahagia yang tercermin

5
dari tertawaan, teriakan, sorakan, ekspresi wajah yang ceria selalu
muncul saat anak bermain.

Bermain dapat mengembangkan kognitif anak melalui kreativitas,


memecahkan masalah, menguasai konsep-konsep baru. Bermain juga
baik untuk membangun kepercayaan diri anak, menumbuhkan
kemauan berbagi, dan mengontrol fisik, menguji ketahanan fisik,
melatih otot-otot tangan, dan menghasilkan gerakan baru.

a. Pengertian Bermain

1) Bermain adalah kegiatan yang dilakukan berulang-ulang


demi kesenangan (Piaget, 1951).
2) Bermain merupakan setiap kegiatan yang dilakukan dengan
kesenangan tanpa memikirkan hasil akhir (Elizabeth Hurlock,
1987).
3) Bermain adalah berbuat sesuatu untuk menyenangkan hati
(menggunakan alat ataupun tidak) (KBBI).

b. Ciri Bermain (Mulyadi, 2004)

1) Sesuatu yang menyenangkan dan memiliki nilai intrinstik


pada anak;
2) Tidak memiliki tujuan ekstrinsik, motivasinya lebih bersifat
intrinsik;
3) Bersifat spontan dan sukarela, tidak ada unsur keterpaksaan
dan bebas dipilih oleh anak;
4) Melibatkan peran aktif keikut sertaan anak;
5) Memiliki hubungan sistematik yang khusus dengan sesuatu
yang bukan bermain, seperti kreativitas, pemecahan masalah,
belajar bahasa, perkembangan sosial, dan sebagainya.

6
c. Lingkup Bermain

No LINGKUP BERMAIN TUJUAN


1. Bermain a. Bermain dengan permainan Menstimulasi
Memainkan Bebas pencapaian tingkat
Permainan perkembangan
anak dan atau
pencampaian
Komtetensi Dasar
(KD)

b. Bermain dengan permainan


yang disiapkan Guru

c. Bermain dengan permainan


yang difasilitasi Guru

d. Bermain dengan permainan


Motorik Kasar

7
e. Bermain dengan permainan
Tradisional

2. Bernyanyi a. Lagu Nasional Menstimulasi


b. lagu Anak pencapaian tingkat
c. Lagu terkait tema perkembangan
anak dan atau
pencampaian
Komtetensi Dasar
(KD)

3. Bercerita a. Cerita Tradisional Menstimulasi


(Mendongeng) b. Cerita Perjuangan pencapaian tingkat
c. Ceritra terkait tema perkembangan
anak dan atau
pencampaian
Komtetensi Dasar
(KD)

4. Kegiatan a. Saat mau makan, anak belajar Menstimulasi


Konstektual berdoa mau makan pencapaian tingkat
(momentum) perkembangan
anak dan atau
pencampaian
Komtetensi Dasar
(KD)

8
b. Saat mau ke WC, anak belajar
berdoa masuk/keluar WC

c. Saat bertengkar, anak belajar


mengelola emosi
d. dll

2. Belajar Melalui Bermain

Mengapa pemenuhan kebutuhan esensial pendidikan anak harus


dilakukan dengan cara bermain? Beberapa alasan untuk menjawab
pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut.

a. Terjadi perkembangan otak anak yang sangat pesat di usia 0-6


tahun;
b. Bermain mengembangkan keterampilan berpikir;
c. Bermain mengembangkan keterampilan komunikasi;
d. Perlu stimulus yang menyenangkan, sehingga kondisi psikisnya
dalam kondisi baik;
e. Bermain mengembangkan semua aspek perkembangan anak.

Dari beberapa jawaban tersebut di atas, maka setiap pencapaian


kompetensi dasar tidak boleh diajarkan langsung, tetapi harus melalui
“BERMAIN”.

9
3. Bermain Berpusat pada Anak

Pengertian bermain berpusat pada anak adalah:

a. Kegiatan main yang berpusat kepada kebutuhan dan


perkembangan anak.
b. Kegiatan main inkuiri yang memerankan guru sebagai
“fasilitator”.
c. Kegiatan main yang memberikan kebebasan anak untuk memilih
kegiatan main yang diminati/disukainya.

10
Tingkatan bermain berpusat pada anak:

11
C. Resume

Pembelajaran di rumah melibatkan peran aktif orang tua dalam


mendampingi anak secara tepat, oleh karenannya diperlukan
penyamaan persepsi tentang konsep bermain antara guru dan orang
tua. Penyamaan persepsi tersebut meliputi:

1. Pengertian bermain;
2. Ciri-ciri bermain;
3. Kegiatan-kegiatan anak yang masuk dalam lingkup bermain;
4. Pemahaman implementasi belajar melalui bermain;
5. Pemahaman implementasi belajar berpusat pada anak;
6. Komitmen belajar anak di rumah di dampingi orang tua hanya
dengan “bermain”.

D. Tugas Peserta

Buatlah tahapan pendampingan belajar anak di rumah yang


menyenangkan dan membuat anak dan orang tua bahagia!

12
BAB III
KEGIATAN MAIN YANG DAPAT DILAKUKAN
DI RUMAH

A. Tujuan

Setelah mengikuti sesi ini, para peserta diharapkan mampu:

1. Menerapkan konteks terkait dengan life skills anak menghadapi


pandemi covid 19;
2. Menerapkan kegiatan main yang bisa dilakukan di rumah;
3. Menerapkan dukungan yang perlu diberikan pada proses
bermain anak di rumah;
4. Menerapkan alat bahan main yang dapat digunakan saat bermain
di rumah.

B. Uraian Materi

1. Konteks Terkait dengan Life Skills Anak Menghadapi


Pandemi Covid 19

Konteks menarik yang sangat dekat dengan anak saat anak belajar di
rumah adalah (1) virus corona sebagai virus yang sangat berbahaya,
penularan dan cara menghindari penularannya, dan (2) rumah
sebagai pusat kegiatan anak.

13
Konteks corona sangat penting
menjadi bagian belajar anak, karena
kita harus membangun life skills
anak agar dapat menghindari dari
situasi yang berbahaya dan perilaku
PHBS. Demikian pula dengan
“rumah” menjadi sangat menarik
karena banyak menyediakan bagian-
bagian, alat perabot, asesoris rumah, halaman serta material terbuka
lainnya yang tiada lain sebagai sumber, media, dan alat belajar anak.

2. Kegiatan Main yang Bisa Dilakukan di Rumah

Kegiatan pembelajaran anak di rumah dengan pendampingan orang


tua harus memperhatikan: (1) kegiatan yang dekat dengan suasana
rumah, (2) penanaman karakter anak, (3) pengembangan life skills
anak dalam mengahadapi pandemi, (4) pengembangan semua aspek
perkembangan anak, dan (5) membangun budaya belajar anak yang
membahagiakan di rumah.

Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi:

a. Kegiatan main sesuai dengan tema yang diberikan setiap


minggunya.
b. Kegiatan ibadah sehari-hari, meliputi kegiatan berdoa, beribadah
dan lainnya.
c. Kegiatan membantu kegiatan orang tua di rumah, seperti kegiatan
membantu menyapu rumah, membantu menyiram tanaman,
membantu memasak di dapur, membereskan tempat tidur,
membersihkan kamar mandi dan lainnya.
d. Kegiatan kesehatan dan perilaku keselamatan, meliputi kegiatan
pembiasaan PHBS diantaranya cuci tangan, mandi dua kali sehari
dan lainnya, kegiatan menghindari dari situasi berbahaya
termasuk menghindari dari penularan virus corona dengan cara
jaga jarak, menggunakan masker, bersalaman jarak jauh dan
lainnya serta kegiatan olah raga setiap hari.

14
3. Dukungan yang Perlu Diberikan pada Proses Bermain Anak
di Rumah

Untuk memberikan dukungan agar proses bermain anak di rumah


dengan pendampingan orang tua berkualitas, perlu disiapkan
lingkungan bermain yang berkualitas, sebagai berikut:

a. Lingkungan Fisik

Meliputi lingkungan fisik rumah baik di dalam maupun di luar


ruangan, mebelair, dan seluruh peralatan rumah tangga dimanfaatkan
sebagai tempat bermain anak ditambah dengan penataan alat bahan
main (material) terbuka yang ada di rumah pada setiap kegiatan main
anak. Misalnya di ruang dapur diberikan kegiatan main
mengelompokkan bumbu dapur, maka kita siapkan berbagai bumbu
dapur, peralatan dapur yang ada seperti piring, rantang, sendok dan
lainnya, anak akan bereksplorasi menggunakan berbagai peralatan
dapur, menemukan berbagai bumbu dapur dan mengelompokkannya,
mencari tahu nama setiap bumbu dapur, menuliskan setiap nama
bumbu dapur, dan kegiatan lainnya. Prinsipnya dalam menyediakan
peralatan dan material terbuka saat anak bermain di rumah adalah:

1) Harus membuat anak merasa aman, artinya aman dari benda-


benda berbahaya, situasi yang berbahaya, binatang yang
berbahaya, dan lainnya.
2) Harus membuat anak merasa nyaman, artinya anak nyaman dan
ergonomic dengan tempat dan material terbuka yang
digunakannya.
3) Harus menjamin kesehatan anak, artinya tempat bermain harus
bersih, terhindar dari bahan-bahan kimia yang berbahaya,
misalnya cat besi dengan zat kimia tertentu.
4) Harus menarik yang dapat mengundang anak untuk bermain,
artinya penataan, jenis material dan alat main lainnya ditata
terlebih dahulu secara lebih menarik.

15
5) Harus mendorong anak untuk dapat bereksplorasi, artinya jumlah
material terbuka yang banyak akan memberikan kesempatan
lebih banyak kepada anak dalam bereksplorasi.
6) Harus mendukung anak untuk dapat berinteraksi dengan
lingkungannya, artinya harus dapat memberikan pengalaman
beraktivitas dan berinteraksi di semua tempat-tempat di dalam
maupun halaman rumah.
7) Sesuai dengan tahapan perkembangan anak, artinya memberikan
material main yang disesuaikan dengan usia dan tahap
perkembangannnya.
8) Memperhatikan karakteristik anak, artinya karakteristik anak
yang selalu memiliki rasa ingin tahu harus diimbangi dengan
jumlah dan ragam material terbuka yang akan dimainkan anak.
9) Mengembangkan kemandirian, artinya dilakukan penataan
material main yang memungkinkan anak bekerja/bermain
mandiri.
10) Mengembangkan kepercayaan diri anak, artinya siapkan
mainan/material yang bisa dimainkan oleh anak dengan
eksploratif.
11) Mengembangkan keterampilan motorik halus maupun motorik
kasar, artinya kegiatan main dan material main harus dapat
menstimulus motorik kasar dan motorik halus anak.

b. Lingkungan Non-Fisik

Lingkungan non-fisik yang mendukung pencapaian perkembangan


anak secara lebih optimal meliputi kompetensi komunikasi dalam
pengasuhan guru yang membahagiakan dan menyenangkan bagi
anak. Kemampuan ini berkaitan dengan kemampuan guru/orang tua
untuk berkipir secara kreatif dalam menstimulasi pembelajaran pada
anak. Dalam persiapan lingkungan non-fisik penting bagi guru/orang
tua untuk memperhatikan bahwa bermain selalu berpusat pada anak,
selalu memberikan kesempatan kepada anak mengungkapkan dan
mencoba gagasannya sehingga akan terlatih kemampuan berpikir
kritis dan kreatifnya.
16
Secara umum pola asuh terbagi menjadi tiga pola asuh sebagai
berikut:

1) Pola Asuh Permisif

Pola asuh permisif dapat diartikan sebagai pola yang membebaskan


anak untuk melakukan apa yang ingin dilakukan tanpa
mempertanyakan. Pola asuh ini tidak menggunakan aturan yang ketat,
bahkan bimbingan pun kurang diberikan sehingga tidak ada
pengendalian atau pengontrolan serta tuntutan kepada anak.

Kebebasan diberikan penuh dan anak diizinkan untuk memberi


putusan untuk dirinya sendiri. Anak berperilaku sesuai dengan
keinginannya tanpa adanya kontrol dari orang tua.

Contoh pola asuh permisif adalah saat anak ingin dibelikan mainan,
orang tua langsung membelikan mainan tersebut. Anak kesulitan
mengerjakan PR, orang tua yang akan mengerjakannya.
Contoh dalam kegiatan main di rumah, orang tua membebaskan mau
main apa pun tanpa arahan.

2) Pola Asuh Demokratis

Pola asuh demokratis yaitu menanamkan disiplin kepada anak, dan


menghargai kebebasan yang tidak mutlak, dengan bimbingan yang
penuh pengertian antara anak dan orang tua, memberi penjelasan
secara rasional dan obyektif jika keinginan dan pendapat anak tidak
sesuai. Dalam pola asuh ini, tumbuh rasa tanggung jawab pada anak,
dan pada akhirnya, anak mampu bertindak sesuai dengan norma yang
ada.
Contoh pola asuh demokratis adalah apabila ada seorang anak ingin
membeli mainan baru, orang tua akan mengajak diskusi terlebih
dahulu mengenai penting atau tidaknya mainan yang akan dibeli

17
sehingga anak dan orang tua bisa berkomunikasi bersama dan anak
belajar untuk mengambil keputusan.
Contoh dalam kegiatan main di rumah, orang tua sudah menyiapkan
alat bahan main (material) terbuka dan anak diajak diskusi tentang
muatan materi terkait tema dan gagasan apa saja yang ingin dilakukan
anak, orang tua memfasilitasinya.

3) Pola Asuh Otoriter

Pola asuh otoriter yaitu ketika orang tua menerapkan aturan dan
batasan yang mutlak harus ditaati, tanpa memberi kesempatan pada
anak untuk berpendapat, jika anak tidak mematuhi akan diancam dan
dihukum. Pola asuh otoriter ini dapat menimbulkan hilangnya
kebebasan pada anak, kurangnya inisiatif dan aktivitasnya, sehingga
anak menjadi tidak percaya diri pada kemampuannya.

Contoh pola asuh otoriter adalah orangtua yang menentukan masa


depan anak tanpa menanyakan apa yang anak sukai dan tidak sukai.
Contoh dalam kegiatan main di rumah, begitu lihat perencanaan
pembelajaran dari guru, orang tua langsung menginstruksikan anak
untuk memainkan permainan sesuai RPP tanpa mengajak diskusi
dengan anak.

Pola pengasuhan orang tua yang demokratis diperkuat dengan


pemahaman orang tua tentang konsep bermain, belajar melalui
bermain dan berpusat pada anak akan dapat memberikan layanan
pendidikan yang lebih berkualitas.

c. Dukungan Saat Anak Bermain

Orang tua perlu mempersiapkan berbagai dukungan supaya anak


dapat fokus, eksploratif, dan bermakna saat bermain di tempat-
tempat tertentu pada bagian ruangan yang ada di rumah maupun di
halaman, dukungan-dukungan tersebut meliputi:

18
1) Menata tempat bermain anak baik yang akan dilakukan di bagian-
bagian rumah dalam ruangan atau pun di halaman rumah.
2) Mengajak anak diskusi tentang tema dalam RPPM, usahakan
jangan banyak menjelaskan tetapi lakukan dengan bertanya
sehingga anak akan terangsang untuk menyampaikan pendapat
dan mencari tahu.
3) Ajak anak untuk menyepakati aturan dalam bermain, termasuk
waktu bermain.
4) Menyampaikan dan mempromosikan kegiatan main yang akan
dilaksanakan termasuuk memperkenalkan berbagai alat bahan
main (material) terbuka yang dapat anak mainkan sesuai dengan
gagasannya.
5) Amati saat anak bermain dengan memberikan dukungan yang
diperlukan untuk menguatkan makna pada setiap kegiatan main.
6) Berikan apresiasi setiap hasil karya anak.
7) Dokumentasikan setiap momen perkembangan yang muncul atau
setiap peristiwa menarik yang dilihat.
8) Selesai bermain, ajak anak membereskan mainannya sendiri
dengan suka cita.
9) Ajak anak untuk merefleksikan pengalaman mainnya, apakah
anak senang bermain?
10) Tutup kegiatan main dengan kalimat apresiasi dan
meninformasikan dan mempromosikan kegiatan main yang
besok akan dilakukan, contoh bagaimana orang tua
mempromosikan kegiatan main esok hari: “Adik, besok kita akan
bermain lebih seru. Kita akan bermain di garasi untuk membuat
mobil seperti mobil ayah. Bahan-bahannya kita gunakan barang-
barang yang ada di rumah. Besok Bunda bantu menyiapkan
kardus, kaleng biskuit, tutup botol, ubi, singkong, dan lainnya.
Kalau Adik butuh barang lainnya, silahkan cari lagi yang ada di
rumah. Seru, kan?”

19
4. Memahami Alat Bahan Main yang Dapat Digunakan Saat
Bermain di Rumah

Kegiatan bermain yang berpusat pada anak harus didukung oleh alat
bahan main (material) terbuka.

Alat bahan main (material) terbuka adalah material yang dapat


dimainkan bebas oleh anak sesuai sesuai dengan gagasan anak.
Material tersebut meliputi
benda-benda yang dapat
terpisah, dapat dijadikan satu
kembali, dibawa,
digabungkan, dijajar,
dipindahkan, dan digunakan
sendiri atau pun digabungkan
dengan bahan-bahan lain,
dapat berupa benda alam atau
pun sintetis.

Dengan menggunakan alat bahan (material) terbuka akan


memberikan kesempatan kepada anak lebih kreatif, lebih terlatih
dalam memecahkan masalah, lebih memberikan kesempatan untuk
bekerja sama dengan temannya serta terstimulus untuk melakukan
komunikasi dalam menyampaikan gagasan, bertanya, dan
berpendapat.

Ketika anak bermain menggunakan material terbuka, maka akan


ditemukan kegiatan main sebagai berikut:

a. Dimainkan sesuai dengan idenya.


b. Lebih terbuka.
c. Tidak bergantung pada arahan guru.
d. Lebih kreatif dan imajinatif dibandingkan bermain dengan APE
pabrik.
e. Bahan-bahan terbuka dapat digunakan untuk apa pun secara
fleksibel.

20
Prinsip Bahan Main (material) Terbuka:

a. Tidak ada aturan;


b. Tidak ada ekspektasi;
c. Tidak ada masalah;
d. Tidak ada target hasil;
e. Tidak ada patokan benar atau salah.

Sumber/Jenis Bahan Main Terbuka (material):

a. Bahan alam,
b. Kayu & bambu,
c. Plastik,
d. Kain,
e. Logam,
f. Gelas & keramik,
g. Bekas kemasan,
h. dll

Manfaat Bahan Main Terbuka:

a. Meningkatkan keterampilan inkuiri (anak fokus pada berpikir,


bukan pada mainannya), mengembangkan keterampilan berpikir
kritis, rasa ingin tahu alami pada anak merupakan dasar berpikir
kritis, anak akan bereksplorasi hal-hal sebagai berikut:
• Membandingkan;
• Menjelaskan mengapa sesuatu terjadi;
• Memahami sudut pandang orang lain;
• Meramalkan apa yang akan terjadi;
• Mengevaluasi ide-ide;
• Memikirkan pemecahan masalah secara kreatif.
b. Mengembangkan kemampuan bahasa reseptif dan bahasa
ekspresif, melalui peran guru sebagai fasilitator dan sebagai
penanya hebat dalam menginvitasi maupun memprovokasi anak
untuk bereksplorasi dalam kegiatan main. Contoh kemampuan
bahasa ekspresif dalam bertanya, sebagai berikut:

21
• Bagaimana jika aku menggunakan benda ini sebagai mobil?
• Bagaimana jika aku tambahkan balok?
• Apa yang terjadi jika aku gunakan ini?
c. Mengembangkan semua aspek perkembangan (1) Nilai agama
dan moral, (2) Fisik motorik, (3) Kognitif, (4) Bahasa, (5) Sosial
Emosional, dan (6) Seni.
d. Mengembangkan imajinasi & kreativitas. Jika anak dibatasi dalam
bermain, maka anak tidak dapat mengembangkan ide-idenya
sendiri, dan ini akan membuat anak tidak kreatif.
e. Mengembangkan bermain sosial dan interaksi. Jika anak dibatasi
dalam bermain, maka anak tidak dapat mengembangkan ide-
idenya sendiri, dan ini akan membuat anak tidak kreatif.

5. Contoh Kegiatan Main dengan Menggunakan Alat Bahan Main


Terbuka di Rumah

Contoh-contoh kegiatan bermain di rumah dengan menggunakan


tempat-tempat yang ada di rumah serta alat bahan main (material)
terbuka dapat diakses di Buku Saku “Pentingnya Bermain” yang
dikeluarkan oleh Direktorat PAUD Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan. Buku tersebut dapat diunduh di:

https://bersamahadapikorona.kemdikbud.go.id/buku-saku-paud

6. Supervisi Pelaksanaan Pembelajaran oleh Orang Tua di


Rumah

Supervisi “pembelajaran anak di rumah” adalah serangkaian kegiatan


kepala sekolah dan/atau guru dalam membantu orang tua
mengembangkan kemampuannya dalam mendampingi anak belajar
di rumah agar mampu mencapai tujuan pembelajaran.

Esensi supervisi pembelajaran itu sama sekali bukan menilai kinerja


orang tua dalam mendampingi anak belajar di rumah, melainkan

22
hanya memberikan dukungan agar orang tua dapat memberikan
pendampingan pembelajaran melalui bermain yang berkualitas,
menyenangkan, dan membahagiakan anak maupun orang tua.

Supervisi berhubungan dengan kesesuaian pelaksanaan program


dengan SOP, Pedoman Teknis Pendampingan Belajar Anak di Rumah
yang telah disepakati melalui pertemuan parenting di awal program
BdR.

Lingkup Supervisi Belajar di Rumah:

a. Kemampuan melaksanakan pendampingan kegiatan anak belajar


melalui bermain yang berkualitas dan menyenangkan;
b. Kemampuan menciptakan lingkungan belajar yang
menyenangkan;
c. Kemampuan memanfaatkan sumber-sumber belajar (material
terbuka) yang tersedia;
d. Kemampuan menggunakan strategi, metode, dan teknik yang
tepat;
e. Kemampuan melayani anak yang mengalami kesulitan belajar.

Mengingat BdR dijalankan saat terjadi kondisi pandemic Covid 19,


maka kepala sekolah dan/atau guru harus meminta izin orang tua
untuk melakukan kunjungan rumah dan melihat proses
pembelajaran. Jika diizinkan, sepakati waktu dan sampaikan agenda
kegiatannya. Jika tidak diizinkan, kunjungan rumah ditiadakan, kepala
sekolah dan/atau guru bisa berdiskusi dengan orang tua secara
daring.

23
C. Resume

Kegiatan main yang dapat dilakukan di rumah dengan pendampingan


orang tua harus disiapkan program pembelajarannya oleh guru
dengan memberikan RPP dan panduan pendampingannya. Kegiatan
yang dapat dilakukan di rumah meliputi (1) kegiatan main inti dengan
mengangkat konteks corona dan rumah yang sangat menarik, (2)
kegiatan ibadah sebagai upaya penanaman sikap melalui pembiasaan
sikap beribadah anak, (3) kegaiatn membantu orang tua di rumah
sebagai upaya penanaman sikap melalui pembiasaan dan kegiatan
yang terkait dengan perilaku hidup bersih dan sehat, yaitu kegiatan
olah raga, mengonsumsi makanan dan minuman sehat, bersih dan
bergizi, mencuci tangan, mandi 2 kali sehari, memotong kuku,
menggosok gigi, dan lainnya.

Bermain di rumah memerlukan dukungan yang tepat dari orang tua,


diantaranya dukungan lingkungan fisik yang aman, nyaman dan sehat,
dukungan non-fisik berupa pola pengasuhan yang demokratis
diimplementasikan saat anak bermain, dukungan tersedianya alat
bahan (material) main terbuka yang dapat mengembangkan
kreativitas dan kemampuan berpikir kritis anak.

D. Tugas Peserta

Identifikasi alat bahan (material) main terbuka yang ada di rumah


yang dapat dimainkan anak secara eksploratif!

24
BAB IV
PENUTUP

Stimulasi anak oleh orang tua saat belajar di rumah harus


disiapkan desain pembelajarannya oleh guru, oleh karenannya guru
harus membuat petunjuk belajar anak secara mandiri yang difasilitasi
oleh orang tua di rumah dengan memperhatikan berbagai masalah
yang mungkin timbul saat anak belajar di rumah.

Tahapan stimulasinya, dimulai dengan (1) membuat


perencanaan pembelajaran dengan menangkap konteks corona dan
rumah, (2) sosialisasi program dengan orang tua yang bisa dilakukan
dengan tatap muka terbatas, daring atau luring, (3) pelaksanaan
pembelajaran difasilitasi oleh orang tua dengan serangkaian kegiatan
yang telah disiapkan oleh guru.

Untuk memberikan dukungan agar proses bermain anak di


rumah dengan pendampingan orang tua berkualitas, perlu disiapkan
lingkungan bermain yang berkualitas, meliputi penyiapan lingkungan
fisik berbasis rumah dengan penataan tempat bermain menggunakan
tempat pada bagian-bagian rumah, perabot rumah tangga dan
penggunaan alat bahan main (material) terbuka yang ada di rumah.
Demikian pula perlu menyiapkan lingkungan non-fisik berupa pola
komunikasi dan pengasuhan orang tua saat mendampingi anak
bermain yang eksploratif, bermakna, menyenangkan, dan
membahagiakan.

25
Lampiran 1

PRAKTIK BAIK DI SEKOLAH ALAM PELOPOR BANDUNG


INQUIRY LEARNING TERJADI SAAT ANAK BELAJAR DI RUMAH
DENGAN PENDAMPINGAN ORANG TUA

A. Latar Belakang Masalah

Pelaksanaan pembelajaran PAUD berkualitas terus digerakkan oleh


pemerintah melalui berbagai bimtek dan pelatihan diantaranya
dengan Diklat Berjenjang maupun Diklat Teknis lainnya.
Pembelajaran PAUD harus dilakukan dengan hanya bermain,
berpusat pada anak dengan menggunakan alat bahan main (material)
terbuka sehingga memungkinkan anak dapat bereksplorasi dalam
mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Pada
prosesnya, anak diberikan kesempatan dan keleluasaan untuk
menemukan pengetahuan, keterampilan dan sikapnya sendiri, itulah
proses belajar inkuiri.

Pembelajaran inkuiri dapat diartikan suatu rangkaian kegiatan belajar


yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan anak untuk
mencari dan menyelidiki secara kritis, logis, analitis, sehingga mereka
dapat merumuskan sendiri penemuan-penemuannya dengan penuh
percaya diri.

Namun demikian kita masih melihat banyak guru-guru yang kesulitan


dalam mengimplementasikan pembelajaran anak usia dini dengan
hanya bermain, berpusat pada anak apalagi menerapkan
pembelajaran inkuiri. Guru masih banyak menggunakan
pembelajaran dengan menggunakan lembar kerja siswa (LKS),
penyeragaman tugas bermain, mengajarkan baca tulis dengan
diajarkan langsung. Demikian pula saat guru menuangkan gagasan
rencana kegiatan pembelajaran sering kali mengalami kesulitan
dalam menyelaraskan antara KD yang dipilih dengan indikatornya

26
dengan kegiatan main, demikian juga banyak guru mengalami
kesulitan dalam merumuskan muatan materi pembelajarannya.

Untuk membantu pemecahan masalah yang dihadapi guru tersebut


diperlukan model pembelajaran berkualitas, dan itu sudah terjadi
melalui kegiatan belajar dan magang di PAUD-PAUD percontohan.
Upaya lain yang perlu dilakukan salah satunya menuliskan beberapa
praktik baik penyelenggaraan pembelajaran PAUD yang berkualitas,
salah satunya praktik baik pelaksanaan pembelajaran yang didampngi
orang tua dengan menggunakan sistem daring di masa pandemi covid
19 yang menghasilkan praktik belajar inkuiri yang selama ini
diharapkan dapat dilaksanakan oleh para guru kita, serta inspirasi
membuat RPP berbasis kegiatan main.

B. Tujuan
1. Memberikan inspirasi membuat perencanaan pembelajaran
(RPP) berbasis kegiatan main.
2. Memberikan inspirasi pelaksanaan pembelajaran inkuiri melalui
proses bermain berpusat pada anak yang memberikan
kesempatan anak mencari sendiri dan menemukan sendiri
pengetahuan, keterampilan dan sikapnya sendiri.

C. Hasil yang Diharapkan


1. Adanya inspirasi membuat perencanaan pembelajaran (RPP)
berbasis kegiatan main.
2. Adanya inspirasi pelaksanaan pembelajaran inkuiri melalui
proses bermain berpusat pada anak yang memberikan
kesempatan anak mencari sendiri dan menemukan sendiri
pengetahuan, keterampilan, dan sikapnya sendiri.

D. Pelaksanaan dan Hasil Penyelesaian Masalah

Di awal pelaksanaan BDR guru melakukan langkah-langkah


perencanaan sebagai berikut.

27
1. Guru menyiapkan pedoman teknis BDR di masa Pandemi Covid
19;
2. Guru menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran selama
Pandemi Covid 19;
3. Pertemuan orang tua secara virtual untuk mensosialisasikan
teknis pelaksanaan pembelajaran anak dengan pendampingan
orang tua;
4. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan menggunakan WA
Group, virtual meeting dan tatap muka terbatas melalui kunjungan
rumah bagi beberapa orang tua yang mengalami keterbatasan.

1. Salah Satu Penugasan Guru “Membuat Gambar Corona”

Penugasan ini dilakukan di


awal pandemi Covid 19
dengan mengangkat tema
“Virus Corona” sebagai isu
peristiwa yang sedang
terjadi (prinsip insidental),
menarik (prinsip
kemenarikan), dekat
(prinsip kedekatan) dengan
kita semua termasuk anak-
anak untuk membangun kompetensi anak agar dapat paham akan
virus corona dan upaya-upaya menghindari penularannya.

Penugasan menggunakan fasilitas WA Group, guru membuat video


penugasan bermain di rumah yang dikirimkan via WA disertai dengan
lembar ajakan bermain “menggambar virus corona”, disertai dengan
penugasan tulisan sebagai berikut

28
2. Catatan Orang Tua

Orang tua bersama anak memutar video penugasan guru, isinya


ajakan guru untuk bermain membuat gambar corona, setelah itu
orang tua menyiapkan alat bahan berupa kertas sebagai media
gambar dan pensil. Kebetulan di hari itu keluarga mengonsumsi buah
naga, maka kulitnya disiapkan juga sebagai pewarna. Selain kulit buah
naga, juga dapat menggunakan kunyit, daun sawi, dan lainnya.

Dalam pelaksanaannya orang tua tidak dibebankan untuk melakukan


penilaian, cukup membuat catatan proses anak bermain, selanjutnya
dari cacatan proses tersebut guru dapat menganalisis proses terjadi
dan bisa menilainya.

Catatan proses orang tua, sebagai berikut:

a. Rudi bertanya, “Bentuk gambar corona seperti apa?”


b. Saya sebagai orang tua mengajak anak untuk mencari bentuk
corona di google dengan menggunakan HP.
c. Rudi bertanya, “Mamah virus corona itu bahaya?” Untuk
menjawab pertanyaan itu, mamah memperlihatkan tulisan
tentang corona, kemudian Rudi meminta mamahnya untuk
membacakannya, kemudian mamah membacakan dan Rudi
mendengarkan cerita corona terkait bahaya virius corona, cara
penyebarannya, cara menghindari penularannya, dan lainnya.

29
d. Rudi meminta diperlihatkan kembali bentuk gambarnya,
kemudian anak mulai meniru gambar virus corona yang ada di HP.
e. Rudi membaca doa sebelum belajar saat akan memulai
menggambar.
f. Rudi mulai menggambar menggunakan pensil.
g. Rudi bertanya, “Mamah krayonnya mana?” Mamah menjawab,
“Krayonnya ada di sekolah, tetapi itu ada kulit buah naga, ada
warnanya tidak? Kunyit ada warnanya tidak?” Kemudian anak
mencoba menggunakannya di kertas lain dan hasilnya ternyata
ada warnanya.
h. Rudi mulai memberi warna virus corona dengan menggunakan kulit
buah naga, kunyit, atau daun sawi.
i. Rudi menuliskan namanya di pojok kanan kertas.
j. Rudi menuliskan kata “corona” di bawah gambar corona.
k. Rudi menceritakan gambar corona dengan direkam video.

3. Catatan Guru Saat Melihat Video Anak Menceritakan Gambar


Virus Corona
a. Rudi mengucapkan, “Assalamu’alaikum Wr Wb”.
b. Rudi mulai meceritakan gambar corona.
c. Isi cerita “bentuk coronanya bulat”.
d. Virus corona sangat berbahaya, Bunda.
e. Penularannya kalau kena cipratan batuk, bersih, atau air liur.
f. Supaya tidak terkena, kita harus memakai masker, jangan terlalu
dekat dengan orang lain, jangan salaman kena tangan, sering cuci
tangan, dan kita harus tinggal di rumah saja.
g. Mengucapkan, “Assalamu’alaikum wr wb”.

E. Analisis Perkembangan Anak dari Catatan Orang Tua dan


Guru

Dari catatan orang tua salah satunya adalah anak bertanya bentuk
corona, setelah bersama orang tua mencarinya di google anak minta
diceritakan tentang virus corona, bahayanya, cara menghindari
penularan, dan lainnya. Analisisnya kegiatan itu memperlihatkan

30
munculnya indikator KD 3.5-4.5, anak dapat memecahkan masalah
mencari tahu bentuk corona, bahaya corona, cara menghindari
penularannya, dan lainnya, serta KD 2.2, anak yang memiliki perilaku
rasa ingin tahu, dan dilanjutkan dengan analisis catatan orang tua
berikutnya, kemudian analisis nya dapat dituliskan di tabel sebagai
berikut:

MUATAN
KEGIATAN KD INDIKATOR PENILAIAN
MATERI
A Catatan Orang Tua
1 Mengucapkan 3.1- Doa mau belajar Dapat
doa mau belajar 4.1 mengucapkan
doa mau belajar
2 Mencari tahu 3.5- Cara Dapat
bentuk, bahaya, 4.5 memecahkan memecahkan
penularan, dan masalah masalah dengan
cara mencegah mencari di
dengan gambar google bersama
corona dari HP mamah
3 Mendengarkan 3.10- Cara menyimak Dapat
cerita mamah 4.10 cerita menceritakan
tentang bahaya, kembali cerita
penularan, dan
cara mencegah

4 Menggambar 3.3- Cara Dapat


menggunakan 4.3 menggunakan menggunakan
pensil pensil pensil dengan
benar
Cara Dapat melakukan
menggambar gerakan motorik
halus
menggambar
corona
5 Mewarnai 3.3- Cara mewarnai Dapat melakukan
dengan kulit 4.3 dengan kulit gerkan motorik
buah naga halus mewarnai

31
buah naga dan dengan kulit
kunyit buah naga
Cara mewarnai Dapat melakukan
dengan kunyit gerkan motorik
halus mewarnai
dengan kunyit
6 Menuliskan 3.12- Cara menulis Dapat
namanya di 4.12 huruf dari kata menuliskan huruf
pojok kanan atas “rudi” dari kata “rudi”
7 Menuliskan kata Cara menulis Dapat
corona di bawah huruf dari kata menuliskan huruf
gambar “corona” dari kata
“corona”
B Catatan Guru Saat Anak Bercerita
1 Mengucapkan 3.1- Kalimat Dapat
Assalamu’alaikum 4.1 Assalamu’alaikum mengucapkan
wr wb wr wb Assalamu’alaikum
wr wb
2 Menceritakan 3.11- Cara bercerita Dapat
gambar corona 4.11 menceritakan
kembali gambar
virus corona

3 Isi cerita: bentuk 3.6- Bentuk lingkaran Dapat


corona bulat 4.6 menyebutkan
bentuk lingkaran
4 Detail tentang 3.8- Bentuk, bahaya, Dapat
virus corona 4.8 cara menghindari mengungkapkan
tertular virus secara detail
corona tentang virus
corona dari
gambar yang
dibuatnya.
5 Cara penularan 3.4- Bahasa cipratan Dapat
(batuk, bersin, air 4.4 batuk menghindari dari
liur) batuk orang lain
Bahaya cipratan Dapat
bersin menghindari dari
bersin orang lain

32
6 Di rumah saja 3.3- Manfaat di Dapat
4.4 rumah saja menghindari dari
bahaya corona
dengan tingal di
rumah saja
7 Salaman dari 3.4- Manfaat salaman Dapat
jauh 4.4 jarak jauh meghindari dari
corona dengan
salaman jarak
jauh

8 Jaga jarak 3.4- Manfaat jaga Dapat


4.4 jarak meghindari dari
corona dengan
jaga jarak saat
bertemu orang
lain

9 Memakai masker 4.4- Manfaat masker Dapat


4.4 meghindari dari
corona dengan
memakai masker
saat keluar
rumah

10 Mencuci tangan 3.4- Manfaat cuci Dapat


4.4 tangan meghindari dari
corona dengan
sering cuci
tangan

Dari Analisis perkembangan anak dengan satu kegiatan menggambar


virus corona, telah memberikan gambaran proses belajar melalui
bermain, berpusat pada anak dan pembelajaran inkuiri serta inspirasi
alternatif membuat RPP berbasis kegiatan main sebagai berikut.

33
1. Dari satu kegiatan main, guru dapat menangkap 19 bahkan lebih
indikator perkembangan anak dan sekaligus dapat melakukan
penilaian. Biasanya dengan menggunakan RPPH yang biasa kita
gunakan untuk kegiatan menggambar kita hanya merencanakan
satu KD yaitu 3.3-4.3 begitupun dalam penilaian hanya dapat satu
atau dua indikator saja.

2. Analisis di atas bisa menjadi model “perencanaan berbasis


kegiatan main” yang komprehensif sekaligus sebagai rencana
penilaiannya. Syaratnya penguasaan guru terhadap pemahaman
KD dan indikatornya harus kuat sehingga akan mudah saat
menganalisis perkembangan anak saat bermain. Alternatif
membuat perencanaan berbasis kegiatan main sebagai berikut.

a. Tetapkan tema;
b. Rancang dan tetapkan kegiatan main;
c. Analisis estimasi tahapan kegiatan yang akan dilakukan anak;
d. Buatlah tabel seperti di atas;
e. Estimasi capaian perkembangan atau pencapaian indikator
KD yang akan muncul pada setiap kegiatan main, kemudian
catat KD, Muatan Materi dan Indikator pada kolom tabel di
atas.
f. RPP ini dapat dikonversi ke dalam format RPP yang biasa kita
gunakan yaitu Prosem, RPPM dan RPPH.
Selamat mencoba Bunda dan Ayahanda…!!!

3. Pembelajaran inkuiri dalam proses bermain menggambar “Virus


Corona” telah terjadi saat anak belajar di rumah dengan
pendampingan orang tua.

Dalam catatan yang diberikan orang tua di atas, sesungguhnya


telah terjadi proses belajar inkuiri dimana anak mencari tahu,
menginvestigasi sendiri seperti apa bentuk gambar corona,
bahaya corona, cara menghindari supaya tidak tertular virus
corona dan lainnya, melalui pencarian bersama mamahnya
bereksplorasi dengan google.

34
Anak meminta dibacakan tentang virus corona, sehingga anak
dapat menceritakan kembali kepada bunda gurunya melalui
video yang direkam orang tua. Inilah praktik pembelajaran inkuiri
yang sudah lama kita rindukan, ditemukan di rumah saat belajar
dengan pendampingan orang tua, luar biasa.

35
Lampiran 2

LATIHAN SOAL

A. Dilema Anak belajar di Rumah

1. Apa dilema belajar anak di rumah dengan pendampingan orang


tua?
A. Anak menjadi sangat malas kalau belajar di rumah.
B. Orang tua tidak bisa mengajar anaknya sendiri di rumah.
C. Kekuasaan orang tua tidak terbatas terhadap anaknya.
D. Anak hanya mau belajar dengan benar di sekolah (satuan
PAUD).
E. Orang tua tidak punya waktu untuk mendampingi anak di
rumah.

2. Apa perbedaan yang sering Anda lihat, ketika anak belajar di


rumah dengan didampingi oleh orang tuanya dengan ketika anak
belajar di satuan PAUD dengan pendampingan oleh guru?
A. Ketika belajar di rumah seringkali orang tua tidak sabar dan
mudah emosi, sedangkan di sekolah guru taat pada kode etik
dan harus bisa mengendalikan diri saat mengajar.
B. Ketika belajar di rumah orang tua tidak bisa mengajar dengan
baik, sedangkan di sekolah guru bisa mengajar dengan baik.
C. Ketika anak belajar di rumah tidak dapat dikendalikan oleh
orang tua, sedangkan di sekolah anak dapat dikendalikan oleh
guru.
D. Ketika anak belajar di rumah tidak terarah dan tidak
mencapai tujuan, sedangkan anak belajar di sekolah lebih
terarah dan dapat mencapai tujuan.
E. Ketika belajar di rumah anak hanya bermain-main saja,
sedangkan belajar di sekolah anak bisa serius belajar dan
bermain.

36
3. Apa penyebab orang tua sering kali kurang sabar bahkan sering
lepas kendali saat mendampingi anak belajar di rumah?
A. Anaknya susah sekali diatur untuk belajar.
B. Anaknya sulit menerima pelajaran.
C. Orang tua tidak bisa mengajar dengan baik.
D. Kekuasaan orang tua tidak terbatas.
E. Anak hanya bermain-main dan tidak bisa serius.

4. Salah satu strategi BDR yang perlu dilakukan oleh guru dan satuan
PAUD adalah ….
A. mengurangi kekuasaan orang tua melalui kegiatan parenting
B. pelatihan bagi orang tua dengan menghadirkan para ahli
setiap sebulan
C. dibuka tempat kursus bagi orang tua untuk belajar mengajar
D. disesuaikan dengan kemampuan orang tua untuk mengajar
E. guru selalu berkunjung ke rumah untuk mendampingi orang
tua mengajar

5. Yang bukan merupakan dukungan yang harus diberikan orang tua


saat anak bermain di rumah adalah ….
A. memberi panduan teknis bagi orang tua dalam melakukan
pendampingan anak belajar di rumah
B. membuat RPP yang dapat dilaksanakan orang tua untuk
mengajar kepada anaknya
C. melakukan pertemuan orang tua secara daring atau luring
mensosialisasikan panduan teknis
D. memberikan kepercayaan penuh kepada orang tua dengan
memberikan motivasi
E. memberikan dukungan fisik maupun non fisik agar anak
senang belajar dengan baik di rumah

37
B. Pentingnya Bermain Bagi Anak

1. Yang bukan pengertian bermain adalah ….


A. Kegiatan yang dilakukan berulang-ulang demi kesenangan
anak.
B. Melakukan kegiatan sesuka hati dan bersifat bebas tanpa
batas.
C. Setiap kegiatan yang dilakukan dengan kesenangan tanpa
memikirkan hasil akhir.
D. Berbuat sesuatu untuk menyenangkan hati (menggunakan
alat atau pun tidak).
E. Bisa dilakukan dengan kegiatan bermain seperti bercerita,
bernyanyi, dan memanfaatkan momentum tertentu (kegiatan
kontekstual).

2. Yang bukan salah satu ciri bermain adalah ….


A. memiliki tujuan instrinsik
B. tidak memiliki tujuan ekstrinsik
C. menyenangkan hati
D. diprogram oleh guru
E. memiliki hubungan sistematik yang khusus dengan sesuatu
yang bukan bermain

3. Kegiatan apa saja yang masuk ke dalam lingkup bermain?


A. Bermain, bercerita, bernyayi, dan kegiatan konstektual
lainnya.
B. Bercerita, bernyayi, bermain, senam, dan membaca buku.
C. Bernyanyi, bercerita, bermain, dan menghitung buah apel.
D. Bermain, bercerita, bernyanyi, dan loose-part.
E. Bermain, senam, STEAM, saintifik, dan loose parts.

38
4. Apa yang dimaksud dengan “belajar anak adalah bermain”?
A. Setiap pencapaian kompetensi dasar dan tingkat pencapaian
perkembangan anak harus dilakukan dengan kegiatan
bermain.
B. Setiap pembelajaran guru harus menyiapkan kegiatan main
yang harus dimainkan anak.
C. Guru mengarahkan anak agar bermain sesuai dengan yang
dinstruksikan guru.
D. Setiap pencapaian kompetensi dasar dan tingkat pencapaian
perkembangan anak dilakukan sesuai kemampuan anak.
E. Guru tidak perlu menyiapkan kegiatan bermain karena anak
sudah pasti akan bermain (tidak perlu membuat program).

5. Yang bukan merupakan konsep “bermain berpusat pada anak”


adalah ….
A. bermain hanya berorientasi kepada kebutuhan main anak
B. bermain hanya berorientasi kepada perkembangan anak
C. anak diberi kesempatan memilih kegiatan bermain yang ingin
dilakukan
D. anak bermain bebas tergantung apa yang diinginkannya
E. guru sebagai fasilitator yang memandu proses anak bermain
sesuai gagasannya

C. Kegiatan Main yang Dapat Dilakukan di Rumah

1. Yang bukan merupakan konteks yang terkait dengan life skills


anak menghadapi pandemi covid 19 adalah ….
A. anak perlu mengetahui cara hidup sehat agar tidak tertular
penyakit
B. anak perlu mengetahui virus corona terkait bahaya dan cara
penularannya
C. anak perlu mengetahui bagian-bagian rumah dan perabotan
rumah tangga
D. rumah tempat belajar agar dapat mengerjakan semua
pekerjaan di rumah
39
E. rumah merupakan tempat penanaman karakter anak dari
keluarga

2. Perhatikan kegiatan berikut ini.


1) Kegiatan bermain dengan menggunakan material terbuka
2) Membiasakan tinggal di rumah
3) Beribadah
4) Membiasakan memakai masker
5) Membantu pekerjaan rumah
6) Kegiatan bermain terbatas dengan anak sebaya di dekat
rumah
7) Kegiatan out-door ke tempat yang diinginkan anak
8) Kegiatan pekerjaan rumah
9) Kegiatan perilaku hidup sehat

Kegiatan-kegiatan di atas yang termasuk lingkup kegiatan


bermain yang dapat ditugaskan kepada anak saat anak belajar di
rumah didampingi oleh orang tua ditunjukkan dengan nomor ….

A. 1, 2, 3, 4
B. 1, 3, 4, 7
C. 1, 3, 5, 9
D. 2, 3, 4, 5
E. 2, 3, 5, 6

3. Yang bukan merupakan dukungan orang tua dalam memfasilitasi


anak bermain yang berkualitas dan bermakna adalah ….
A. menata tempat bermain anak baik yang akan dilaksanakan di
dalam rumah maupun di halaman rumah
B. mengajak anak berdiskusi tentang tema dalam RPPM, dengan
bertanya sehingga anak berani menyampaikan pendapat dan
mencari tahu
C. memberikan kebebasan anak untuk bermain yang disukainya
sesuai kata hatinya

40
D. mengajak anak untuk menyepakati aturan dalam bermain,
termasuk waktu bermain
E. menyampaikan dan mempromosikan kegiatan bermain
dengan berbagai alat bahan main (material) terbuka sesuai
dengan gagasan anak

4. Dukungan apa saja yang perlu dilakukan orang tua dalam


memfasilitasi proses bermain anak di rumah?
A. Lingkungan fisik, penyediaan alat bahan main, penyediaan
tempat bermain yang aman dan nyaman.
B. Lingkungan non fisik, pola asuh orang tua, konsep bermain
dan dukungan orang tua dalam mengarahkan anak.
C. Lingkungan fisik, lingkungan non fisik dan dukungan saat
bermain.
D. Lingkungan main, dukungan guru dan dukungan
pengendalian emosi saat mendampingi anak belajar.
E. Guru melakukan kunjungan rumah secara rutin, membeli APE
yang dibutuhkan, dan menilai perkembangan anak.

5. Yang dimaksud dengan alat dan bahan main (material) terbuka


adalah material yang dapat dimainkan bebas oleh anak yang
meliputi benda-benda yang dapat terpisah, dapat dijadikan satu
kembali, dibawa, digabungkan, dijajar, dipindahkan dan
digunakan sendiri atau pun digabungkan dengan bahan-bahan
lain, dapat berupa benda alam atau pun sintetis sesuai dengan ….
A. instruksi guru
B. fungsinya
C. gagasan anak
D. mood (suasana hati) anak
E. situasi dan kondisi anaknya

41
KUNCI JAWABAN

BAGIAN A BAGIAN B BAGIAN C


No Jawaban No Jawaban No Jawaban
1 C 1 B 1 D
2 A 2 D 2 C
3 D 3 A 3 C
4 A 4 A 4 C
5 D 5 D 5 C

42
DAFTAR PUSTAKA

Hughes, B. (2002). A Playworker’s Taxonomy of Play Types (2nd


Edition). London, UK: PlayLink.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.


(2020). Bermain Bermakna di Rumah. Jakarta: Direktorat
Pendidikan Anak Usia Dini.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (2020).


Serunya Belajar di Rumah. Jakarta: Direktorat Pendidikan Anak
Usia Dini.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2020). Pentingnya


Bermain bagi Anak Usia Dini. Jakarta: Direktorat Pendidikan
Anak Usia Dini.

Surat Edaran Kemendikbud No 4 Tahun 2020 Tentang Pelaksanaan


Kebijakan Pendidikan Dalam Masa Darurat Penyebaran Corona
Virus Disease (Covid -19).

Wood, E. (2010). Developing integrated approaches to play and


learning. In P. Broadhead, J. Howard and E. Wood (eds) Play and
Learning in the Early Years: From Research to Practice. London:
Sage.

43
44

Anda mungkin juga menyukai