Anda di halaman 1dari 13

REFERENSI PUISI

 MACAM-MACAM PUISI Jika hendak melihat pada orang yang


A.Puisi Lama berilmu
1. Pantun adalah jenis puisi lama yang Beratnya dan belajarlah tiada jemu
satu baitnya terdiri dari terdiri dari 2 Jika hendak mengenal orang yang
sampiran dan 2 isi. berakal
Di dalam dunia mengambil bekal
Ciri-ciri pantun :
Setiap bait terdiri dari 4 baris
Baris 1 dan 2 sebagai sampiran
Baris 3 dan 4 sebagai isi 3. Syair adalah jenis puisi lama dalam
Bersajak a-b-a-b pengertian umum yang mengungkapkan
Setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata hati penulisnya. 
Berasal dari melayu
Ciri-ciri syair :
Contoh pantun: Merupakan puisi terikat
Kalau ada jarum patah Bait syair merupakan bagian dari sebuah
Jangan dimasukkan dalam peti cerita yang panjang
Kalau ada kataku yang salah Jumlah kata dalam satu baris tetap, yaitu
Jangan dimasukkan dalam hati 4-5 kata
Jumlah suku kata dalam satu baris tetap,
2. Gurindam adalah sajak dua seuntai. yaitu 8-12 suku kata
Gurindam termasuk dalam jenis puisi Rimanya a-a-a-a atau a-b-a-b
lama.
Contoh syair :
Ciri-ciri gurindam : Diriku hina amatlah malang (a)
Baris pertama menyatakan isi kejadian Padi ditanam tumbuhlah ilalang (a)
Baris kedua menjelaskan makna dari Puyuh di sangkar jadi ilalang (a)
kalimat pertama Ayam ditambat disambar elang (a)
Rima dalam gurindam a-a,b-b
4. Seloka adalah puisi yang berisikan
Contoh gurindam: pepatah maupun perumpamaan yang
Jika hendak mengenal orang berbangsa mengandung gurau, sindiran, bahkan
Lihat kepada budi dan bahasa ejekan. Seloka termasuk dalam jenis puisi
Jika hendak mengenal orang yang lama.
berbahagia
Sangat memeliharakan yang sia-sia Ciri-ciri seloka :
Jika hendak mengenal orang mulia Tiap bait terdiri 2 baris panjang
Lihatlah pada kelakuan dia Tiap baris terdiri dari 18 suku kata
Isi bait saling berkaitan satu sama lain
Isinya petuah Ciri-ciri karmina :
Baris kedua pada bait terdahulu menjadi Terdiri dari 2 baris
baris kesatu pada bait berikutnya Bersajak a-a atau b-b
Baris keempat pada bait terdahulu Bersifat epik, mengisahkan seorang
menjadi baris ketiga pada bait berikutnya pahlawan
Tidak memiliki sampiran, hanya
Contoh seloka : memiliki isi
Seganda gugur di halaman  Semua baris diakhiri koma, kecuali baris
Daun melayang masuk kulah keempat diakhiri titik
Dengan adinda minta berkenalan Mengandung dua hal yang bertentangan,
Rindunya bukan ulah-ulah yaitu rayuan dan perintah
Daun melayang masuk kulah
Batang berangan di tepi paya Contoh karmina :
Rindunya bukan ulah-ulah Dahulu parang, sekarang besi (a)
Jangan tuan tidak percaya Dahulu sayang, sekarang benci (a)

5. Mantra adalah jenis puisi lama yang 7. Talibun adalah pantun yang jumlah baris
dianggap sakti dan mengandung tenaga dalam setiap baitnya lebih dari empat
gaib. baris. Talibun termasuk jenis puisi lama.

Ciri-ciri mantra : Ciri-ciri talibun :


Berima akhir abc-abc, abcd-abcd, abcde- Terdiri atas sampiran dan isi
abcde Merupakan jenis puisi bebas
Bersifat lisan, sakti, atau magis Isinya berdasarkan suatu perkara yaang
Adanya perulangan diceritakan secara terperinci
Metafora merupakan unsur penting
Contoh talibun : 
Contoh mantra : Pasir bulan dalam perahu
Hai putri satulung besar Berlabuh tentang batu bara
Yang beralun berilir simayan Berkiawan lalu ke tepian
Mari kecil, kemari Ketika menghadap kemudinya
Aku menyanggul rambutmu Kasih tuan hambalah tahu
Aku membawa sadap gading Bagai orang menggenggam bara
Akan membasuh mukamu Rasa hangat dilepaskan
Begitu benar malah dikiranya
6. Karmina adalah jenis puisi lama yang
terdiri dari 2 baris dalam setiap baitnya
untuk ungkapan secara langsung. 8. Ghazal adalah jenis puisi lama yang
Biasanya puisi karmina disebut sebagai mengandung unsur yang diulang-ulang.
puisi kilat. 
Ciri-ciri ghazal : Engkau yang muram mengurung murung
Terdiri dari 8 baris merintih nafas, lalu suara sengal hujan
Setiap baris berisi perihal asmara Diujung setiap gerimis, siulan angin
Tiap baris berakhir dengan kata yang siapa hati kanak tak mengigal hujan
sama  Buah buah jatuh, lebah kupu meneduh
dalam genang kenang, sepenggal hujan
Contoh ghazal : Jiwaku, ada yang tak pernah basah
Maka kusalinlah garis-garis hujan padamu
Ke dalam baris syair, ghazal hujan sejak berjejal tak terurai dalam sesal
Engkau yang riang menyanyikan dingin hujan
mengulang refrain, hingga tinggal hujan

9. .Nazam adalah jenis puisi lama yang menggambarkan perasaan secara tidak


sudah ada sejak 100 tahun yang lalu. langsung, sehingga orang lain yang
mendengarkan harus mendalami dan
Ciri-ciri nazam:  meresapi arti serta maksudnya. (pepatah,
Terdiri dari 2 baris dalam 1 bait ungkapan, perumpamaan, tamsil, ibarat,
Setiap baris terdiri dari 12 suku kata pemeo)
Bersifat keagamaan, seperti memuji
kebesaran tuhan Ciri-ciri bidal :
Bahasa berkiasan
Contoh nazam : Sebagai lambang suatu perbuatan
Aku mula nazam ini dengan nama Kiasan yang berima atau bersajak
Allah yang memberi fahaman agama
Puji ini bagi Allah yang mulia Contoh bidal :
Lagi kekal ia lagi yang sedia 1)Buruk muka cermin dibelah
2)Anjing menyalak takkan menggigit
3)Soraknya seperti gunung runtuh
10. Bidal adalah jenis puisi lama yang
menggunakan bahasa kiasan untuk

B. Puisi Modern
(a)      Balada (b)     Romance 
Romance adalah puisi yang berisi
Balada ialah puisi yang berisi suatu
luapan perasaan kasih sayang terhadap
cerita. Misalnya, Jante Arkidam karya
kekasih.
Ajib Rosidi, Nyanyian Angsa karya
W.S. Rendra, Balada Terbunuhnya
(c)      Elegi
Atmo Karpo karya W.S. Rendra.
Elegi adalah puisi yang mengungkapkan
rasa duka atau keluh kesah karena
sedih, rindu atau murung, terutama
karena kematian seseorang. Puisi Amir
Hamzah yang terkumpul dalam (b)     Puisi auditorium, ialah puisi
bukunya yang berjudul Nyanyi Sunyi yang cocok untuk dibaca di auditorium,
dan Buah Rindu kebanyakan tergolong di mimbar yang jumlah pendengarnya
jenis ini. bisa ratusan orang.

(c)      Puisi fisikal, puisi yang bersifat


realitas artinya menggambarkan
kenyataan apa adanya.
(d)     Himne (Gita puja)
Himne ialah puisi yang berisi puji- (d)     Puisi platonik, ialah puisi yang
pujian terhadap Tuhan atau sesuatu sepenuhnya berisi hal-hal yang bersifat
yang dimuliakan seperti pahlawan. spiritual kejiwaan.

(e)      Ode (e)      Puisi metafisikal, ialah puisi


Ode ialah puisi yang bertema mulia, yang bersifat filosofis dan mengajak
berciri nada dan gaya yang sangat resmi pembaca untuk merenungkan kehidupan
serta bersifat menyanjung. Ode dapat dan merenungkan Tuhan.
melukiskan peristiwa umum yang
penting atau peristiwa yang menyangkut (f)      Puisi subjektif, ialah puisi yang
kehidupan pribadi. mengungkapkan gagasan, pikiran,
perasaan dan suasana dalam diri penyair
(f)      Satire sendiri.
Satire ialah karya sastra baik prosa
maupun puisi yang berisi kritikan tajam (g)     Puisi objektif, ialah puisi yang
atau bahkan sindirandan cemoohan mengungkapkan hal-hal diluar diri
terhadap kepincangan - kepincangan penyair itu sendiri.
sosial atau penyalahgunaan dan
kebodohan manusia serta pranatanya.

Tujuan kritikan tersebut untuk


mengoreksi penyelewengan dengan
jalan mencetuskan kemarahan dan tawa
bercampur dengan kecaman dan
ketajaman pikiran.

C. Puisi Baru
Ada beberapa macam puisi modern
yang dikemukakan oleh Waluyo (dalam (h)     Puisi diafan, ialah puisi yang
Suroto, 1989: 74) puisi-puisi tersebut sedikit sekali menggunakan
adalah sebagai berikut. pengimajinasian kata-kata yang
digunakan sangat konkret dan bahasa
(a)      Puisi kamar, ialah puisi yang bersifat figuratif, sehingga puisinya
cocok dibaca sendirian atau dengan satu mirip dengan bahasa sehari-hari.
dua orang pendengar saja di kamar.
(i)       Puisi prismatis, ialah puisi yang passion.  Suasana batin benar-benar
memunculkan berbagai  macam makna terlibat dalam puisi ini. Misalnya, Senja
berkat kemampuan penyair yang di Pelabuhan Kecil karya Chairil
mampu menciptakan majas, versifikasi, Anwar.
diksi dan pengimajinasian secara serasi
dan seimbang. Dengan demikian puisi (l)       Puisi demonstratif, ialah puisi
tersebut seolah memancarkan sinar yang melukiskan dan merupakan hasil
makna dari sebuah prisma. refleksi demonstrasi. Puisi jenis ini pada
umumnya bersifat kelompok, jadi bukan
(j)       Puisi parnaisan, ialah puisi yang menyuarakan gejolak individu.
mengandung nilai-nilai keilmuan. Puisi Misalnya puisi demonstrasi yang
ini diciptakan dengan dasar muncul tahun ’66 yang berjudul Hati
pertimbangan ilmu dan pengetahuan Nurani karangan Sandy Tyas.
bukan inspirasi.
(m)   Puisi pamflet, ialah puisi yang
(k)     Puisi inspiratif, ialah puisi yang mengungkapkan protes sosial. Puisi
diciptakan berdasarkan mood atau jenis satire masuk dalam jenis puisi ini.

 UNSUR-UNSUR PUISI
A. Unsur Batin Puisi atau Unsur makna puisi

Perasaan yang diutarakan dan yang disampaikan oleh para penyair dan pembuat puisi dinamakan
sebagai unsur puisi (Waluyo, 1991). Unsur batin puisi secara utuh yang merupakan wacana teks
puisi yang mengandung makna atau arti yang dapat kita rasakan dengan menghayati unsur unsur
puisi ini. Unsur batin puisi atau unsur makna puisi terdiri atas  4 bagian yang tidak terpisahkan
tapi dapat dibedakan, yaitu : tema (sense), perasaan penyair (feeling), nada atau sikap penyair
terhadap pembaca (tone), amanat (intention) (Waluyo, 1991:180-181).
1. Tema
Sebuah puisi memiliki inti pokok pembicaraan meskipun puisi berbiara banyak hal akan tetapi
semua hal yang dibicarakan ataupun digambarkan harus menuju pada inti pembicaraan
pokoknya. 

Tema sering diartikan sebagai ide dasar dari puisi atau semua bentuk karya.Tema menjadi inti
dari keseluruhan makna dalam suatu puisi. Munculnya tema dalam puisi tertentu dalam pikiran
penyair akan memberikan dorongan yang kuat untuk menghasilkan karya puisi yang sesuai tema
yang kuat untuk menghasilkan karya puisi yang sesuai tema tersebut. Misalnya, ketika muncul
ide atau gagasan yang kuat berupa hubungan antara penyair dan tuhan, maka puisinya akan
bertema ketuhanan. Begitu pula ketika muncul ide atau gagasan yang berkaitan dengan persoalan
sosial, maka puisi nya akan bertema kritik sosial.
Dari sumber lain dijelaskan bahwa dalam sebuah puisi sang penyair tentu saja ingin
menyampaikan sesuatu hal kepada para penikmat puisinya. Dalam puisi tersebut, penyair dapat
menyampaikan dalam hasil karyanya hal yang dia dapatkan melalui penglihatan mereka, melalui
pengalaman mereka atau bahkan penyair puisi dapat membuat puisi yang menceritakan
pengalaman dirinya, orang lain atau dalam masyarakat tersebut dengan bahasanya sendiri. Para
penyair puisi ingin mengemukakan, mempersoalkan, mempermasalahkan hal-hal itu dengan
caranya sendiri. Tardigan ( 1984:10) menambahkan bahwa sang penyair ingin mengemukakan
pengalaman pribadinya kepada para pembaca melalui puisinya . Sehingga dapat disimpulkan
bahwa unsur puisi berupa tema adalah gagasan pokok yang dikemukakan oleh sang penyair yang
terdapat dalam puisinya.
Menurut Waluyo, seorang pembaca puisi atau penikmat puisi yang memiliki latar belakang
pengetahuan yang sama akan mengetahui tema puisi yang dibuat oleh penyair dikarenakan
sebuah tafsir puisi bersifat lugas, obyektif dan khusus (Waluyo, 1991:107)

2. Perasaan Penyair (Feeling)


Pengertian perasaan (feeling) sebagai unsur puisi adalah sikap penyair terhadap pokok persoalan
yang ditampilkan. Menurut Waluyo (1991:121) perasaan penyair dalam puisinya dapat dikenal
melalui penggunaan ungkapan-ungkapan  yang digunakan dalam puisinya karena dalam
menciptakan puisi suasana hati penyair juga ikut diekspresikan dan harus dapat dihayati oleh
pembaca. Sesuai dengan pendapat Tarigan (1984:11) bahwa rasa adalah sikap penyair terhadap
pokok permasalahan yang terkandung dalam puisinya.
3. Nada dan Suasana
Pengertian nada sebagai unsur unsur puisi menurut Tarigan (1984:17) nada adalah sikap sang
penyair terhadap pembacanya atau dengan kata lain sikap sang penyair terhadap para penikmat
karyanya, seperti : merenungkan, menertawai, memaharahi, menyindir, menasihati, menggurui,
menasehati, mengejek, dan lain-lain.
4. Amanat (Pesan)
Pengertian amanat atau pesan sebagai unsur unsur puisi adalah maksud yang hendak
disampaikan atau himbauan, pesan, tujuan yang hendak disampaikan penyair melalui puisinya.
Secara sadar ataupun tidak seorang penyair yang juga merupakan sastrawan dan anggota
masyarakat khususnya yang berperan dalam literasi harusnya bertanggungjawab dalam menjaga
kelangsungan hidup dan ketenangan dalam masyarakat sesuai dengan hati nuraninnya. Oleh
karena itu, puisi selalu ingin mengandung amanat (pesan). Walaupun menurut Waluyo
(1991:130) dalam banyak puisi, para penyair tidak secara khusus dan sengaja mencantumkan
amanat dalam puisinya. amanat tersirat di balik kata dan juga di balik tema yang diungkapkan
penyair. 

B. Unsur Fisik Puisi


Menurut Waluyo (1991:71) bahwa unsur fisik puisi adalah unsur pembangun puisi dari luar.
Puisi disusun dari kata dengan bahasa yang indah dan bermakna yang dituliskan dalam bentuk
bait-bait. Orang dapat membedakan mana puisi dan mana bukan puisi berdasarkan bentuk lahir
atau fisik yang terlihat. Unsur unsur fisik puisi terdiri atas diksi/pilihan kata, imaji atau imajinasi,
kata konkret, majas, rima/ritme dan tipografi.
1. Diksi atau Pilihan Kata
Unsur puisi yang penting dalam puisi adalah pilihan kata atau diksi. Dengan menggunakan
pilihan kata yang tepat, unsur unsur batin puisi yang ingin disampaikan oleh para penyair puisi
dapat tersampaikan dengan jelas dan menyentuh perasaan para penikmat puisi sesuai dengan
harapan yang diinginkan para penyair puisi. Dengan diksi yang tepat dan benar, ekspresi ekspresi
jiwa penyair dapat “terlihat” oleh para pembaca bahwa oleh para pembaca pemula yang
membaca puisi tersebut. Penyair puisi juga ingin mempertimbangkan perbedaan arti yang
sekecil-kecilnya dengan cermat. 

Penyair harus cermat memilih kata-kata karena kata-kata yang ditulis harus dipertimbangkan
maknanya, komposisi bunyi, dalam rima dan irama serta kedudukan kata itu di tengah konteks
kata lainnya, dan kedudukan kata dalam keseluruhan puisi itu. Dengan uraian singkat diatas,
ditegaskan kembali betapa pentingnya diksi bagi suatu puisi. Tarigan (1984:30) menjelaskan
bahwa dengan pilihan kata yang tepat dapat mencerminkan ruang, waktu, falsafah, amanat, efek,
nada suatu puisi dengan benar.

2. Imajinasi/Pengimajian
Pengertian Imaji adalah unsur unsur puisi yang memberikan gambaran dalam sebuah puisi, baik
yang menyentuh indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan dan

sebagainya. Tujuan dari penggambaran agar pembaca puisi dapat dibawa memasuki pengalaman
yang diungkapkan penyair. Pembaca puisi dapat ikut merasakan dan mengalami serta diajak
secara lebih jelas.

Menurut Tarigan (1984:30) bahwa dengan menggunakan pemilihan dan penggunaan kata yang
tepat dalam puisi dapat terwujud imaji yang diharapkan oleh para penyair puisi dalam puisi yang
mereka buat. 

Menurut Waluyo  (1991: 97) terdapat hubungan yang erat tiap unsur unsur fisik puisi seperti
imajinasi atau imaji, pemilihan kata /diksi, dan data konkret. Dimana diksi yang dipilih harus
menghasilkan dan karena itu kata-kata menjadi lebih konkret seperti yang kita hayati dalam
penglihatan, pendengaran atau cita rasa. Pengimajian atau pembayangan apa yang kita alami atau
ingin pembaca puisi bayangkan dibatasi dengan pengertian kata atau susunan kata-kata yang
dapat mengungkapkan pengalaman sensoris seperti penglihatan, pendengaran dan perasaan

Pilihan serta penggunaan kata-kata yang tepat dapat memperkuat serta memperjelas daya bayang
pikiran manusia dan energi tersebut dapat mendorong imajinasi atau daya bayang kita untuk
menjelmakan gambaran yang nyata. Dengan menarik perhatian kita pada beberapa perasaan
jasmani sang penyair berusaha membangkitkan pikiran dan perasaan para penikmat sehingga
mereka menganggap bahwa merekalah yang benar-benar mengalami peristiwa jasmaniah
tersebut (Tarigan, 1984:30). Dengan menarik perhatian pembacanya melalui kata dan daya
imajinasi akan memunculkan sesuatu yang lain yang belum pernah dirasakan oleh pembaca
sebelumnya.  Segala yang dirasai atau dialami secara imajinatif inilah yang biasa dikenal dengan
istilah imagery atau imaji atau pengimajian (Tarigan, 1984:30).

Dalam puisi kita kenal bermacam-macam (gambaran angan) yang dihasilkan oleh indera
pengihatan, pendengaran, pengecapan, rabaan, penciuman, pemikiran dan gerakan. Selanjutnya
terdapat juga imaji penglihatan (visual), imaji pendengaran (auditif) dan imaji cita rasa (taktil)
(Waluyo, 1991:79).

3. Kata Konkret
Pengertian kata konkret sebagai unsur unsur puisi adalah kata kata yang dapat ditangkap dengan
indera manusia sehingga kata tersebut dinilai tepat dan memberikan arti yang sesungguhnya.

Dengan menggunakan kata konkret, menurut Tardigan (1984:32) para penikmat sastra akan
menganggap bahwa mereka benar-benar  melihat, mendengar, merasakan, dan mengalami segala
sesuatu yang dialami oleh sang penyair puisi tersebut. 

4. Majas atau Bahasa Figuratif


Pengertian majas atau bahasa figuratif sebagai unsur unsur puisi adalah kata kata atau susunan
kata dan kalimat yang membuat puisi tersebut terlihat atau bersifat prismatis dari segi makna
sehingga mengandung banyak arti atau kaya akan makna, akan tetapi bukan dengan maksud
membuatnya salah arti dapat membuatnya banyak arti. Menurut Waluyo (1991:83), bahasa
figuratif atau majas dalam unsur unsur puisi  adalah bahasa yang digunakan oleh penyair untuk
menyatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni secara tidak langsung mengungkapkan
makna kata atau bahasanya bermakna kias atau makna lambang .

Waluyo menambahkan bahwa bahasa figuratif/bahasa kias/majas merupakan wujud penggunaan


bahasa yang mampu mengekspresikan makna dasar asosi lain. Dengan adanya kiasan dalam
puisi, dapat membantu para pembaca puisi merasakan dan melihat apa yang dilihat dan dirasakan
penyair puisi tersebut. 

Seperti dibahas sebelumnya, imajinasi atau imaji penting dihadirkan bukan hanya karena sebagai
unsur unsur puisi, akan tetapi dengan adanya gambaran tersebut pembaca mampu memahami
perasaan penyair puisi, oleh karena itu, kata kias/majas/bahas figuratif hadir sehingga tercipta
objek yang dapat dilihat oleh mata melalui kata kata yang ditulis dalam puisi tersebut. 

Waluyo (1991:83) memandang bahwa bahasa figuratif lebih efektif untuk menyatakan apa yang
dimaksudkan penyair puisi disebabkan oleh 4 hal yaitu: (1) Bahasa figuratif/Majas/Bahasa kias
adalah cara untuk mengkonsentrasikan makna yang hendak disampaikan dan cara
menyampaikan sesuatu yang banyak dan luas dengan bahasa yang singkat. (2) Bahasa
figuratif/Majas mampu menghasilkan kesenangan imajinatif,  (3) Bahasa figuratif/Majas adalah
cara menambah intensitas, (4) Bahasa figuratif/Majas dalah cara untuk menghasilkan imaji
tambahan dalam puisi sehingga yang abstrak menjadi kongret dan menjadikan puisi lebih nikmat
dibaca. Berikut bahasa kias/Majas atau bahasa figuratif yang biasa digunakan dalam puisi
ataupun karya sastra lainnya:

 Perbandingan/ Perumpamaan (Simile): Perbandingan atau perumpamaan (simile) ialah


bahasa kiasan yang menyamakan satu hal dengan hal yang lain dengan mempergunakan
kata-kata pembanding seperti bagai, bak, semisal, seumpama, laksana dan kata-kata
pembanding lainnya.

 Metafora: Bahasa kiasan seperti perbandingan, hanya tidak mempergunakan kata-kata


pembanding seperti bagai, laksana dan sebagainya. Metafora ini menyatakan sesuatu
sebagai hal yang sama atau seharga dengan yang lain yang sesungguhnya tidak sama.

 Personifikasi : Kiasan ini mempersamakan benda dengan manusia. Benda-benda  mati


dibuat dapat berbuat, berfikir dan sebagainya. Seperti halnya manusia dan banyak
dipergunakan penyair dulu sampai sekarang. Personifikasi membuat hidup lukisan di
samping itu memberi kejelasan kebenaran, memberikan bayangan angan yang konkret.

 Allegori: Cerita kiasan ataupun lukisan kiasan. Cerita kiasan atau lukisan kiasan ini
mengkiaskan hal lain atau kejadian lain.
5. Rima dan Ritma
Salah satu unsur unsur puisi yang penting dan ada dalam puisi sebagai unsur fisik yang membuat
suatu puisi unik dan terdengar berbeda dengan yang lainnya adalah rima dan ritma. Berikut
penjelas rima dan ritma sebagai unsur unsur fisik puisi:

1. Rima: Pengertian Rima sebagai unsur puisi adalah pengulangan bunyi dalam puisi untuk
membentuk musikalisasi atau orkestrasi sehingga puisi menjadi menarik untuk dibaca.
Rima membuat efek bunyi makna yang diinginkan oleh penyair puisi menjadi indah dan
menimbulkan makna yang lebih kuat sehingga pesan dapat lebih tersampaikan kepada
para pembaca puisi

2. Ritma: Pengertian ritma sebagai unsur puisi menurut (1991:94) adalah pertentangan


bunyi, tinggi rendah, panjang pendek, keras lemah, yang mengalun dengan teratur dan
berulang-ulang sehingga membentuk keindahan.
6. Tipografi atau Perwajahan
Struktur fisik puisi membentuk tipografi yang khas puisi. Pengertian tiprografi  sebagai unsur
puisi adalah bentuk visual yang dapat menambahkan makna dalam puisi dan bentuknya dapat
ditemukan pada jenis puisi konkret. Tipografi dalam puisi memiliki bermacam macam bentuk.
Macam mcam bentuk tipografi dalam puisi contohnya grafis, kaligrafi, kerucut dan sebagainya.
Jadi tipografi memberikan ciri khas puisi pada periode angkatan tertentu. Susunan penulisan
dalam puisi disebut tipografi.

Ciri-ciri yang dapat dilihat sepintas dari puisi adalah perwajahannya atau tipografinya. Melalui
indera mata tampak bahwa puisi tersusun atas kata-kata yang membentuk larik-larik puisi. Larik-
larik itu disusun ke bawah dan terikat dalam bait-bait.  Banyak kata, larik maupun bait
ditentukan oleh keseluruhan makna puisi yang ingin dituliskan penyair. Dengan demikian satu
bait puisi bisa terdiri dari satu kata bahkan satu huruf saja. Dalam hal cara penulisannya puisi
tidak selalu harus ditulis dari tepi kiri dan berakhir di tepi kanan seperti bentuk tulisan umumnya.

Sumber Artikel Pengertian Puisi dan Unsur Unsur Puisi

Think Smart Bahasa Indonesia oleh Ismail Kusmayadi untuk Kelas XII SMA/MA
program bahasa (2007) oleh penerbit Grafindo Media Pratama di Bandung

Membaca sastra: Pengantar memahami sastra untuk perguruan tinggi oleh  Melani


Budianta dkk. Indonesia tera di Jogjakarta. (2008).

Pengantar Teori Sastra (2008) oleh Dr. Wahyudi Iswanto, diterbitkan oleh Grasindo di Jakarta.

 TEKNIK MEMBACA PUISI


 Vokal
Sebuah puisi dibacakan agar pendengar bisa mendengar isi puisi tersebut.Seperti kejelasan
pelafalan fonem yang diucapkan oleh si pembaca.Gerakan mulut tentu berpengaruh dengan
kata yang diucapkan.Latihlah gerakan mulutmu agar lafal yang dikeluarkan terdengar
jelas.Misalnya kata (La,mu,po,um,oh,dsb).

 Intonasi
Yaitu tekanan suara yang keluar dari mulut.Baik itu rendah,sedang,maupun tinggi. Intonasi
sangat berpengaruh pada arti sebuah kata dari puisi.Puisi tentunya akan terdengar mengalun-
alun apabila adanya tekanan puisi.Yang pada akhirnya akan memberikan kemerduan isi
puisi.Kamu bisa latihan olah tekanan suara.Misalnya (Oh , Ooh , Ohh...,Ohhh...,Ras, Rass, Rasss).
Kemerduan suara dihasilkan oleh dinamika suara tinggi-rendah yang baik.Dan memberikan
gambaran maksud dari isi puisi kalian.

 Jeda
Kalimat puisi yang diucapkan mestinya bisa dimengerti dari kata yang satu maupun kebagian
kata yang  selanjutnya.Kamu harus mengatur tempat singgah pembacaan atau jeda yang tepat
pada suatu kalimat.Sehingga tidak memotong kalimat tersebut dibagian kata yang sifatnya satu
pengertian, yang nantinya malah terdengar janggal ditelinga pendengar.Misalnya Rasa yang
terasa meniris jelma pedih kian meruntut.Kamu tidak boleh memotong (menjeda) kalimat pada
kata meniris,yang akhirnya antara penyambungan jelma pedih kian meruntut,itu akan memecah
suatu maksud isi kalimat.kalimat meniris jelma adalah satu kesatuan arti dari kalimat
tersebut.Apabila dipecah maka akan terdengar jelma pedih kian meruntut,ini akan terdengar
tidak berhubungan arti dengan kalimat selanjutnya.
 Tempo
Selain jeda penghentian cepat-lambatnya tempo juga mempengaruhi isi suatu kalimat. Tempo
salah satu sentuhan awal untuk memberikan alunan suatu puisi.Kalimat-kalimat puisi yang
dialunkan akan terasa merdu apabila pemberian temponya diperhatikan.Misalnya, puisi tentang
kesedihan ini akan lebih banyak tempo lambat,sebaliknya puisi tentang suatu kemarahan atau
rasa gelora yang bergejolak akan lebih banyak tempo cepat.

 Penghayatan
Bacalah berulang-ulang naskah puisi yang akan kamu bawakan.Carilah setiap kata-kata yang sulit
dari puisimu untuk diingat dan difasihkan.Puisi akan terasa energik apabila kamu dapat
menghayati setiap isi puisi tersebut.Apabila kamu bisa memahami keseluruhan isi puisi,maka
secara tidak langsung itu akan terbawa dengan suara yang keluar dari mulutmu dalam
pembawaan puisi.Penghayatan yang bagus akan seolah-olah mengajak pendengar mengikuti
cerita dari isi puisi. Misalnya puisi tentang kesedihan,maka penghayatannya juga sedih,bagitu
pula sebaliknya.

 Ekspresi Gerak Mimik


Sebuah puisi yang bertema kesedihan akan terasa aneh apabila si pembaca membawakannya
dengan ekspresi (raut muka) bahagia.Ekspresi yang diungkapkan haruslah sesuai dengan isi puisi
tersebut,entah itu sedih,bahagia,gelisah,maupun murka.Pendengar akan tertarik pula dengan
ekspresi yang diungkapkan melalui bahasa tubuh (gerakan).Baik itu tangan,kepala,maupun
gerakan kecil lainnya.Cobalah membaca puisi didepan cermin untuk memudahkanmu
menentukan serta melihat ekspresi wajah dan gerak-gerik yang kamu lakukan.

 Pernapasan
Pernapasan disini maksudnya napas panjang,pendek,datar,ataupun terengah-engah.Ketika puisi
bertema kesedihan kamu bawakan maka napas terengah-engah perlu kamu
terapkan.Maksudnya seolah sedang merasa tersiksa suatu beban.Jadi,gunakanlah pernapasan
yang tepat untuk puisi kalian.

Anda mungkin juga menyukai