Anda di halaman 1dari 62

LAPORAN KKN-PROFESI DEPARTEMEN K3

DI RSUD BATARA SIANG KAB. PANGKEP

DISUSUN OLEH

KELOMPOK IV

WIDYAWATI LARASIDI INTAN PRATIWI

SRI WAHDANIYAH SAPUTRI DAHLIAH

SITI KIRMAN SALEHA TASANE

NUR FITRIANI FAIKATUL NISA

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR
MAKASSAR
2020
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KULIAH KERJA NYATA PROFESI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN UIM
DEPARTEMEN K3
DI RSUD BATARA SIANG

Untuk Memenuhi Salah SatuTugasKerja Nyata Profesi keperawatan


Departemen Kesehatan & Keselamatan Kerja (K3)

Di Susun Oleh: Kelompok IV

1. Widyawati Larasidi 6. Saleha Tasane


2. Intan Pratiwi 7. Nur Fitriani
3. Dahliah 8. Faikatulnisa
4. Sri Wahdaniyah Saputri
5. Siti Kirman

Di SahkanPadaTanggal: 17 Maret 2020

Oleh:

CI LAHAN CI INSTITUSI

(.........................................) (.......................................)

KORDINATOR KKNP

(...............................................)
KATA PENGANTAR
           
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan hidayahNya sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas laporan ini dengan
judul “LAPORAN KKN-PROFESI DEPARTEMEN K3“ yang merupakan salah
satu persyaratan akademik dalam pelaksanaan pendidikan di Universitas Islam
Makassar.
Dalam penyusunan tugas ini kami berusaha semaksimal mungkin namun
kemampuan kami sangat terbatas, sehingga penyusunan tugas ini jauh dari
sempurna, dan kami menyadari akan segala kekurangan dalam penyusunan tugas
ini. Kami mengharap kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan tugas makalah ini dan kesempatan penulis selanjutnya.
Kami mengucapkan kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan tugas ini.Semoga bermanfaat bagi penyusun khususnya dan pembaca
pada umumnya.

Pangkep, 16 Maret 2020

                          Penyusun
DAFTAR ISI

SAMPUL.......................................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................
KATA PENGANTAR..................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................
BAB I  PENDAHULUAN............................................................................
A. Latar Belakang...................................................................................
B. Rumusan Masalah..............................................................................
C. Tujuan ................................................................................................
D. Manfaat..............................................................................................
E. Ruang Lingkup K3.............................................................................
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................
A. Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)..........................
B. Bahaya Yang Dihadapi Dalam Rumah Sakit.....................................
C. Kesehatan dan Keselamatan Kerja.....................................................
D. Peran Perawat dalam pelaksanaan K3 RS.........................................
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI KKNP.....................................
A. Sejarah dan Letak Geografis..........................................................
B. Falsafah, Moto, Visi, Misi dan Tujuan..........................................
BAB IV HASIL DAN ANALISA MASALAH..........................................
A. Hasil...................................................................................................
B. Analisa Masalah.................................................................................
BAB V IMPLEMENTASI...........................................................................
A. Implementasi......................................................................................
B. Dokumentasi......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................
LAMPIRAN..................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perusahaan di Indonesia
secara umum diperkirakan termasuk rendah. Pada tahun 2005 Indonesia
menempati posisi yang buruk jauh di bawah Singapura, Malaysia, Filipina
dan Thailand. Kondisi tersebut mencerminkan kesiapan daya saing
perusahaan Indonesia di dunia internasional masih sangat rendah. Indonesia
akan sulit menghadapi pasar global karena mengalami ketidakefisienan
pemanfaatan tenaga kerja (produktivitas kerja yang rendah). Padahal
kemajuan perusahaan sangat ditentukan peranan mutu tenaga kerjanya.
Karena itu disamping perhatian perusahaan, pemerintah juga perlu
memfasilitasi dengan peraturan atau aturan perlindungan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja. Nuansanya harus bersifat manusiawi atau bermartabat.
Keselamatan kerja telah menjadi perhatian di kalangan pemerintah dan
bisnis sejak lama. Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat
terkait dengan kinerja karyawan dan pada gilirannya pada kinerja perusahaan.
Semakin tersedianya fasilitas keselamatan kerja semakin sedikit kemungkinan
terjadinya kecelakaan kerja.
Di era globalisasi dan pasar bebas WTO dan GATT yang akan berlaku
tahun 2020 mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah
satu prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang
dan jasa antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara anggota,
termasuk bangsa Indonesia. Untuk mengantisipasi hal tersebut serta
mewujudkan perlindungan masyarakat pekerja Indonesia; telah ditetapkan
Visi Indonesia Sehat 2010 yaitu gambaran masyarakat Indonesia di masa
depan, yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat,
memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta
memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu
bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari
pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian
materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses
produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan
berdampak pada masyarakat luas.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan pada latar belakang di atas, maka permasalahan
yang akan dibahas dalam makalah ini adalah bagaimana peran tenaga
kesehatan dalam menangani korban kecelakaan kerja dan mencegah
kecelakaan kerja guna meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja.

C. Tujuan
Tujuan Umum
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui peran tenaga
kesehatan dalam menangani korban kecelakaan kerja dan mencegah
kecelakaan kerja guna meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja.

Tujuan Khusus
1. Memberikan informasi mengenai pentingnya penerapan keselamatan dan
kesehatan kerja (K3)
2. Memberikan informasi mengenai kecelakaan kerja yang sering terjadi di
Rumah Sakit bagi profesi perawat
3. Memberikan informasi peran perawat dalam meningkatkan K3
Ruang lingkup K3 di Rumah Sakit

1. Sarana higene yang memantau pengaruh lingkungan kerja terhadap tenaga


kerja antara lain pencahayaan, bising, suhu / iklim kerja.
2. Sarana Keselamatan kerja yang meliputi pengamanan pada peralatan
kerja, pemakaian alat pelindung diri dan tanda/rambu-rambu peringatan
dan alat pemadam kebakaran.
3. Sarana Kesehatan Kerja yang meliputi pemeriksaan awal, berkala dan
khusus, gizi kerja, kebersihan diri dan lingkungan.
4. Ergonomi yaitu kesehatan antara alat kerja dengan tenaga kerja
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)


“Pengertian keselamatan dan kesehatan kerja menurut Edwin B. Flippo
(1995), adalah pendekatan yang menentukan standar yang menyeluruh dan
bersifat (spesifik), penentuan kebijakan pemerintah atas praktek-praktek
perusahaan di tempat-tempat kerja dan pelaksanaan melalui surat panggilan,
denda dan hukuman-hukuman lain.”
“Secara filosofis, Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) diartikan sebagai
suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan jasmani maupun rohani
tenaga kerja, pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan
budaya menuju masyarakat adil dan makmur. Sedangkan secara keilmuan K3
diartikan sebagai suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha
mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
(Forum, 2008, edisi no.11)”
“Keselamatan kerja merupakan sarana utama untuk pencegahan
kecelakaan seperti cacat dan kematian akibat kecelakaan kerja. Keselamatan
kerja dalam hubungannya dengan perlindungan tenaga kerja adalah salah satu
segi penting dari perlindungan tenaga kerja. (Suma’mur, 1992)”
“Keselamatan kerja yang dilaksanakan sebaik-baiknya akan membawa
iklim yang aman dan tenang dalam bekerja sehingga sangat membantu
hubungan kerja dan manajemen. (Suma’mur, 1992)”
 “Pengertian keselamatan dan kesehatan kerja menurut Keputusan Menteri
Tenaga Kerja R.I. No. Kep. 463/MEN/1993 adalah keselamatan dan
kesehatan kerja adalah upaya perlindungan yang ditujukan agar tenaga kerja
dan orang lainnya di tempat kerja /perusahaan selalu dalam keadaan selamat
dan sehat, serta agar setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman
dan efisien.”
B. Bahaya Yang Dihadapi Dalam Rumah Sakit Atau Instansi Kesehatan
Dalam pekerjaan sehari-hari petugas keshatan selalu dihadapkan pada
bahaya-bahaya tertentu, misalnya bahaya infeksius, reagensia yang toksik,
peralatan listrik maupun peralatan kesehatan. Secara garis besar bahaya yang
dihadapi dalam rumah sakit atau instansi kesehatan dapat digolongkan
dalam :
1. Bahaya kebakaran dan ledakan dari zat/bahan yang mudah terbakar atau
meledak    (obat– obatan).
2. Bahan beracun, korosif dan kaustik .
3. Bahaya radiasi .
4. Luka bakar .
5. Syok akibat aliran listrik .
6. Luka sayat akibat alat gelas yang pecah dan benda tajam .
7. Bahaya infeksi dari kuman, virus atau parasit.

Pada umumnya bahaya tersebut dapat dihindari dengan usaha-


usaha pengamanan, antara lain dengan penjelasan, peraturan serta
penerapan disiplin kerja. Pada kesempatan ini akan dikemukakan
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit / instansi
kesehatan.
Hasil laporan National Safety Council (NSC) tahun 2008
menunjukkan bahwa terjadinya kecelakaan di RS 41% lebih besar dari
pekerja di industri lain. Kasus yang sering terjadi adalah tertusuk jarum,
terkilir, sakit pinggang, tergores/terpotong, luka bakar, dan penyakit
infeksi dan lain-lain. Sejumlah kasus dilaporkan mendapatkan kompensasi
pada pekerja RS, yaitu sprains, strains : 52%;contussion, crushing,
bruising : 11%; cuts, laceration, punctures: 10.8%; fractures:
5.6%; multiple injuries: 2.1%; thermal burns: 2%; scratches, abrasions:
1.9%; infections: 1.3%; dermatitis: 1.2%; dan lain-lain: 12.4% (US
Department of Laboratorium, Bureau of Laboratorium Statistics, 1983).
Ditambahkan juga bahwa terdapat beberapa kasus penyakit akut
yang diderita petugas RS lebih besar 1.5 kali dari petugas atau pekerja
lain, yaitu penyakit infeksi dan parasit, saluran pernafasan, saluran cerna
dan keluhan lain, seperti sakit telinga, sakit kepala, gangguan saluran
kemih, masalah kelahiran anak, gangguan pada saat kehamilan, penyakit
kulit dan sistem otot dan tulang rangka. Dari berbagai potensi bahaya
tersebut, maka perlu upaya untuk mengendalikan, meminimalisasi dan bila
mungkin meniadakannya, oleh karena itu K3 RS perlu dikelola dengan
baik. Agar penyelenggaraan K3 RS lebih efektif, efisien dan terpadu,
diperlukan sebuah pedoman manajemen K3 di RS, baik bagi pengelola
maupun karyawan RS.

C. Kesehatan Dan Keselamatan Kerja


Manajemen adalah pencapaian tujuan yang sudah ditentukan sebelumnya,
dengan mempergunakan bantuan orang lain. Hal tersebut diharapkan dapat
mengurangi dampak kelalaian atau kesalahan ( malprektek) serta mengurangi
penyebaran langsung dampak dari kesalahan kerja.
Untuk mencapai tujuan tersebut, dimembagi kegiatan atau fungsi
manajemen tesebut menjadi :
a. /Planning /(perencanaan)
b. /Organizing/ (organisasi)
c. /Actuating /(pelaksanaan)
d. /Controlling /(pengawasan)

a) Planning/ (Perencanaan)
Fungsi perencanaan adalah suatu usaha menentukan kegiatan yang
akan dilakukan di masa mendatang guna mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Dalam hal ini adalah keselamatan dan kesehatan kerja di
rumah sakit dan instansi kesehatan.perencanaan ini dilakukan untuk
memenuhi standarisasi kesehatan pacsa perawatan dan merawat
( hubungan timbal balik pasien – perawat / dokter, serta masyarakat
umum lainnya ). Dalam perencanaan tersebut, kegiatan yang
ditentukan meliputi:
a. Hal apa yang dikerjakan
b. Bagaiman cara mengerjakannya
c. Mengapa mengerjakan
d. Siapa yang mengerjakan
e. Kapan harus dikerjakan
f. Dimana kegiatan itu harus dikerjakan
g. hubungan timbal balik ( sebab akibat)

Kegiatan kesehatan ( rumah sakit / instansi kesehatan )


sekarang tidak lagi hanya di bidang pelayanan, tetapi sudah
mencakup kegiatan-kegiatan di bidang pendidikan dan penelitian,
juga metode-metode yang dipakai makin banyak ragamnya.
Semuanya menyebabkan risiko bahaya yang dapat terjadi dalam
( rumah sakit / instansi kesehatan ) makin besar. Oleh karena itu
usaha-usaha pengamanan kerja di rumah sakit / instansi kesehatan
harus ditangani secara serius oleh organisasi keselamatan kerja
rumah sakit / instansi kesehatan.

b) Organizing/ (Organisasi)
Organisasi keselamatan dan kesehatan kerja rumah sakit / instansi
kesehatan dapat dibentuk dalam beberapa jenjang, mulai dari tingkat
rumah sakit / instansi kesehatan daerah (wilayah) sampai ke tingkat
pusat atau nasional. Keterlibatan pemerintah dalam organisasi ini baik
secara langsung atau tidak langsung sangat diperlukan. Pemerintah
dapat menempatkan pejabat yang terkait dalam organisasi ini di
tingkat pusat (nasional) dan tingkat daerah (wilayah), di samping
memberlakukan Undang-Undang Keselamatan Kerja. Di tingkat
daerah (wilayah) dan tingkat pusat (nasional) perlu dibentuk Komisi
Keamanan Kerja rumah sakit / instansi yang tugas dan wewenangnya
dapat berupa :
a. Menyusun garis besar pedoman keamanan kerja rumah sakit /
instansi kesehatan .
b. Memberikan bimbingan, penyuluhan, pelatihan pelaksana- an
keamanan kerja rumah sakit / instansi kesehatan .
c. Memantau pelaksanaan pedoman keamanan kerja rumah sakit /
instansi kesehatan .
d. Memberikan rekomendasi untuk bahan pertimbangan penerbitan
izin rumah sakit / instansi kesehatan.
e. mengatasi dan mencegah meluasnya bahaya yang timbul dari
suatu rumah sakit / instansi kesehatan.
f. Dan lain-lain.

Perlu juga dipikirkan kedudukan dan peran organisasi


/Cermin Dunia Kedokteran No. 154, 2007 5/ background image
Manajemen keselamatan kerja profesi (PDS-Patklin) ataupun
organisasi seminat (Patelki, HKKI) dalam kiprah organisasi
keselamatan dan kesehatan kerja rumah sakit / instansi kesehatan
ini. Anggota organisasi profesi atau seminat yang terkait dengan
kegiatan rumah sakit / instansi kesehatan dapat diangkat menjadi
anggota komisi di tingkat daerah (wilayah) maupun tingkat pusat
(nasional). Selain itu organisasi-organisasi profesi atau seminar
tersebut dapat juga membentuk badan independen yang berfungsi
sebagai lembaga penasehat atau Panitia Pembina Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit / Instansi Kesehatan.

c) Actuating/ (Pelaksanaan)
Fungsi pelaksanaan atau penggerakan adalah kegiatan mendorong
semangat kerja, mengerahkan aktivitas, mengkoordinasikan berbagai
aktivitas yang akan menjadi aktivitas yang kompak (sinkron),
sehingga semua aktivitas sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan
sebelumnya. Pelaksanaan program kesehatan dan keselamatan kerja
rumah sakit / instansi kesehatan sasarannya ialah tempat kerja yang
aman dan sehat. Untuk itu setiap individu yang bekerja maupun
masyarakat dalam rumah sakit / instansi kesehatan wajib mengetahui
dan memahami semua hal yang diperkirakan akan dapat menjadi
sumber kecelakaan kerja dalam rumah sakit / instansi kesehatan, serta
memiliki kemampuan dan pengetahuan yang cukup untuk
melaksanakan pencegahan dan penanggulangan kecelakaan kerja
tersebut. Kemudian mematuhi berbagai peraturan atau ketentuan
dalam menangani berbagai spesimen reagensia dan alat-alat. Jika
dalam pelaksanaan fungsi penggerakan ini timbul permasalahan,
keragu-raguan atau pertentangan, maka menjadi tugas semua untuk
mengambil keputusan penyelesaiannya.

d) Controlling/ (Pengawasan)
Fungsi pengawasan adalah aktivitas yang mengusahakan agar
pekerjaan-pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan
atau hasil yang dikehendaki. Untuk dapat menjalankan pengawasan,
perlu diperhatikan 2 prinsip pokok, yaitu :
a. Adanya rencana
b. Adanya instruksi-instruksi dan pemberian wewenang kepada
bawahan.. Dalam fungsi pengawasan tidak kalah pentingnya
adalah sosialisasi tentang perlunya disiplin, mematuhi segala
peraturan demi keselamatan kerja bersama di rumah sakit / instansi
kesehatan. Sosialisasi perlu dilakukan terus menerus, karena usaha
pencegahan bahaya yang bagaimanapun baiknya akan sia-sia bila
peraturan diabaikan. Dalam rumah sakit / instansi kesehatan perlu
dibentuk pengawasan rumah sakit / instansi kesehatan yang
tugasnya antara lain:
1) Memantau dan mengarahkan secara berkala praktek- praktek
rumah sakit / instansi kesehatan yang baik, benar dan aman.
2) Memastikan semua petugas rumah sakit / instansi kesehatan
memahami cara- cara menghindari risiko bahaya dalam rumah
sakit / instansi kesehatan.
3) Melakukan penyelidikan / pengusutan segala peristiwa
berbahaya atau kecelakaan.
4) mengembangkan sistem pencatatan dan pelaporan tentang
keamanan kerja rumah sakit / instansi kesehatan .
5) Melakukan tindakan darurat untuk mengatasi peristiwa
berbahaya dan mencegah meluasnya bahaya tersebut.
6) Dan lain-lain.

D. Peran perawat dalam pelaksanaan K3RS


Fungsi seorang perawat sangat tergantung kepada kebijaksanaan
perusahaan dalam hal luasnya ruang lingkup usaha kesehatan, susunan dan
jumlah tenaga kesehatan yang dipekerjakan dalam perusahaan.
Perawat merupakan satu-satunya tenaga kesehatan yang full time di
perusahaan, maka fungsinya adalah :
1. Membantu dokter perusahaan dalam menyusun rencana kerja di
perusahaan
2. Melaksanakan program kerja yang telah digariskan, termasuk
administrasi kesehatan  kerja.
3. Memelihara dan mempertinggi mutu pelayanan perawatan dan
pengobatan
4. Memelihara alat-alat perawatan, obat-obatan dan fasilitas kesehatan
perusahaan.
5. Membantu dokter dalam pemeriksaan kesehatan sesuai cara-cara yang
telah disetujui.
6. Ikut membantu menentukan kasus-kasus penderita, serta berusaha
menindaklanjuti sesuai wewenang yang diberikan kepadanya.
7. Ikut menilai keadaan kesehatan tenaga kerja dihubungkan dengan faktor
pekerjaan dan melaporkan kepada dokter perusahaan.
8. Membantu usaha perbaikan kesehatan lingkungan dan perusahaan sesuai
kemampuan yang ada.
9. Ikut mengambil peranan dalam usaha-usaha kemasyarakatan : UKS.
10. Membantu, merencanakan dan atau melaksanakan sendiri kunjungan
rumah sebagai salah satu dari segi kegiatannya.
11. Menyelenggarakan pendidikan hiperkes kepada tenaga kerja yang
dilayani.
12. Turut ambil bagian dalam usaha keselamatan kerja.
13. Mengumpulkan data-data dan membuat laporan untuk statistic dan
evaluasi.
14. Turut membantu dalam usaha penyelidikan kesehatan tenaga kerja.
15. Memelihara hubungan yang harmonis dalam perusahaan.
16. Memberikan penyuluhan dalam bidang kesehatan.
17. Bila lebih dari satu paramedik dalam satu perusahaan, maka pimpinan
paramedis harus mengkoordinasi dan mengawasi pelaksanaan semua
usaha perawatan hiperkes.

Menurut Jane A. Le R.N dalam bukunya The New Nurse in Industry,


beberapa fungsi specific dari perawat adalah :
1. Persetujuan dan kerjasama dari pimpinan perusahaan/ industry dalam
membuat program dan pengolahan pelayanan hiperkes yang mana
bertujuan memberikan pemeliharaan / perawatan kesehatan yang sebaik
mungkin kepada tenaga kerja.
2. Memberikan/ menyediakan primary nursing care untuk penyakit -penyakit
atau korban kecelakaan baik akibat kerja maupun yang bukan akibat kerja
bedasarkan petunjuk- petunjuk kesehatan yang ada.
3. Mengawasi pengangkutan si sakit korban kecelakaan ke rumah sakit ,
klinik atau ke kantor dokter untuk mendapatkan perawatan / pengobatan
lebih lanjut
4. Melakukan referral kesehatan dan pencanaan kelanjutan perawatan dan
follow up dengan rumah sakit atau klinik spesialis yang ada.
5. Mengembangkan dan memelihara system record dan report kesehatan dan
keselamatan yang sesuai dengan prosedur yang ada di perusahaan.
6. Mengembangkan dan memperbarui policy dan prosedur servis perawatan.
7. Membantu program physical examination (pemeriksaan fisik) dapatkan
data-data keterangan-keterangan mengenai kesehatan dan pekerjaan.
8. Lakukan referral yang tepat dan berikan suatu rekomendasi mengenai hasil
yang positif.
9. Memberi nasehat pada tenaga kerja yang mendapat kesukaran dan jadilaj
perantara untuk membantu menyelesaikan persoalan baik emosional
maupun personal.
10. Mengajar karyawan praktek kesehatan keselamatan kerja yang baik,dan
memberikan motivasi untuk memperbaiki praktek-praktek kesehatan.
11. Mengenai kebutuhan kesehatan yang diperlukan karyawan dengan
obyektif dan menetapkan program Health Promotion, Maintenance and
Restoration.
12. Kerjasama dengan tim hiperkes atau kesehatan kerja dalam mencari jalan
bagaimana untuk peningkatan pengawasan terhadap lingkungan kerja dan
pengawasan kesehatan yang terus menerus terhadap karyawan yang
terpapar dengan bahan-bahan yang dapat membahayakan kesehatannya.
13. Tetap waspada dan mengikuti standar-standar kesehatan dan keselamatan
kerja yang ada dalam menjalankan praktek-praktek perawatan dan
pengobatan dalam bidang hiperkes ini.
14. Secara periodic untuk meninjau kembali program-program perawatan dan
aktifitas perawatan lainnya demi untuk kelayakan dan memenuhi
kebutuhan serta efisiensi.
15. Ikut serta dalam organisasi perawat (professional perawat) seperti ikatan
paramedic hiperkes, dan sebagainya.
16. Merupakan tanggung jawab pribadi yang tidak boleh dilupakan dan
penting adalah mengikuti kemajuan dan perkembangan professional
(continues education)
BAB III
HASIL KUESIONER

A Tabel 1. Penerapan K3 di RSUD Batara Siang Kab.


. Pangkep

Penerapan N %

Baik 30 93,75 %

Kurang Baik 2 6,25 %

Total 32 100%

Sumber: Data Primer, Maret 2020

Keterangan :

Dari tabel 1. diatas dari 32 perawat tentang penerapan K3 di


RSUD Batara Siang Kab. Pangkep diperoleh kategori baik
sebanyak 30 perawat (93,75%) dan sebanyak 2 perawat (6,25%)
untuk kategori kurang baik

Tabel 2. Sikap Perawat terhadap K3 di RSUD Batara Siang


B
Kab.Pangkep

Sikap N %

Positif 8 25%

Negatif 24 75%

Total 32 100%

Sumber: Data Primer, Maret 2020

Keterangan:

Dari tabel 2. diatas dari 32 perawat tentang sikap perawat


terhadap K3 di
RSUD Batara Siang Kab. Pangkep diperoleh kategori positif
sebanyak 8
perawat (25%) dan sebanyak 24 perawat (75%) untuk kategori
negatif
Tabel 3. Ketersediaan APD di RSUD Batara Siang Kab.
C
Pangkep

Ketersediaan APD N %

Terpenuhi 11 34,37%

Tidak terpenuhi 21 65,63%

Total 32 100%

Sumber: Data Primer, Maret 2020

Keterangan:

Dari tabel 3. diatas tentang ketersediaan APD K3 di RSUD


Batara Siang Kab. Pangkep diperoleh kategori terpenuhi
sebanyak 11 APD (34,37%) dan sebanyak 21 APD (65,63%)
untuk kategori tidak terpenuhi
A
. Penerapan K3 di RSUD BATARA SIANG KAB PANGKEP

Tabel 1.1 Petugas K3 mengingatkan prioritas K3 dalam


bekerja

Mengingatkan prioritas K3 n %

3 93,75
Ya 0 %

Tidak 2 6,25%

3
100%
Total 2

Sumber: Data Primer, Maret


2020

Keterangan:

Dari tabel 1.1 diatas dari 32 perawat tentang petugas K3


mengingatkan prioritas K3 dalam bekerja diperoleh
kategori ya sebanyak 30 perawat (93,75%) dan sebanyak
2 perawat (6,25%) untuk kategori kurang baik

Tabel 1.2 Petugas K3 selalu mensosialisasikan setiap


kebijakan maupun regulasi K3

Mensosialisasikan kebijakan
n %
maupun regulasi K3

2
87,5%
Ya 8

Tidak 4 12,5%

3
100%
Total 2

Sumber: Data Primer, Maret


2020

Keterangan:
Dari tabel 1. diatas dari 32 perawat tentang petugas
selalu mensosialisasikan kebijakan maupun regulasi K3
diperoleh kategori ya sebanyak 28 perawat (87,5%) dan
sebanyak 4 perawat (12,5%) untuk kategori tidak

Tabel 1.3 Petugas K3 menyampaikan tujuan dan manfaat


K3

Petugas menyampaikan tujuan


n %
dan manfaat K3

3 93,75
Ya 0 %

Tidak 2 6,25%

3
100%
Total 2

Sumber: Data Primer, Maret


2020

Keterangan:

Dari tabel 1.3 diatas dari 32 perawat tentang petugas


menyampaiakan tujuan dan manfaat K3 diperoleh
kategori ya sebanyak 30 perawat (93,75%) dan sebanyak
2 perawat (96,25%) untuk kategori tidak

Tabel 1.4 Petugas K3 menginformasikan peran dalam


program K3

Petugas menginformasikan
n %
peran dalam program K3

2 84,37
Ya 7 %

15,63
5
Tidak %

3
100%
Total 2
Sumber: Data Primer, Maret
2020

Keterangan:

Dari tabel 1.4 diatas dari 32 perawat tentang petugas


menginformasikan peran dalam program K3 diperoleh
kategori ya sebanyak 27 perawat (84,37%) dan sebanyak
5 perawat (15,63%) untuk kategori tidak

Tabel 1.5 Petugas melibatkan perawat dalam


penyimpanan, dan cara penanggulangan bila terjadi
kontaminasi

Petugas melibatkan dalam


penyimpanan & cara n %
penanggulangan

3
100%
Ya 2

Tidak 0 0%

3
100%
Total 2

Sumber: Data Primer, Maret


2020

Keterangan:

Dari tabel 1.5 diatas dari 32 perawat tentang petugas


melibatkan dalam penyimpanan dan cara
penanggulangan diperoleh kategori ya sebanyak 32
perawat (100%) dan 0 perawat (0%) kategori tidak

Tabel 1.6 Melakukan koordinasi dengan rekan kerja


dengan pimpinan

Koordinasi dengan rekan kerja n %


dengan pimpinan

3 96,87
Ya 1 %

Tidak 1 3,13%

3
100%
Total 2

Sumber: Data Primer, Maret


2020

Keterangan:

Dari tabel 1.6 diatas dari 32 perawat tentang koordinasi


dengan rekan kerja dengan pimpinan diperoleh kategori
ya sebanyak 31 perawat (96,87%) dan sebanyak 1
perawat (3,13%) kategori tidak
Tabel 1.7 Petugas selalu menghimbau untuk bekerja
sesuai dengan SOP

Petugas selalu menghimbau


untuk bekerja sesuai dengan n %
SOP

3
100%
Ya 2

Tidak 0 0%

3
100%
Total 2

Sumber: Data Primer, Maret


2020

Keterangan:

Dari tabel 1.7 diatas dari 32 perawat tentang petugas


selalu menghimbau untuk bekerja sesuai dengan SOP
diperoleh kategori ya sebanyak 32 perawat (100%) dan 0
perawat (0%) kategori tidak

Tabel 1.8 Petugas memberikan arahan dan komunikasi


yang jelas ketika terjadi bencana

Memberikan arahan dan


komunikasi yang jelas ketika n %
terjadi bencana

3 93,75
Ya 0 %

Tidak 2 6,25%

3
100%
Total 2

Sumber: Data Primer, Maret


2020

Keterangan:

Dari tabel 1.8 diatas dari 32 perawat tentang petugas


memberikan arahan dan komunikasi yang jelas ketika
terjadi bencana diperoleh kategori ya sebanyak 30
perawat (93,75%) dan sebanyak 2 perawat (6,25%)
kategori tidak
Tabel 1.9 RS memberikan dan memastikan keamanan
fasilitas dalam mendukung pelaksanaan program K3

Memberikan dan memastikan


keamanan fasilitas n %
pelaksanaan K3

3 93,75
Ya 0 %

Tidak 2 6,25%

3
100%
Total 2

Sumber: Data Primer, Maret


2020

Keterangan:

Dari tabel 1.9 diatas dari 32 perawat tentang RS


memberikan dan memastikan keamanan dan fasilitas
dalam mendukung pelaksanaan program K3 diperoleh
kategori ya sebanyak 30 perawat (93,75%) dan sebanyak
2 perawat (6,25%) kategori tidak

Tabel 1.10 Petugas memberi solusi dan bantuan jika


menemukan kendala dalam pelaksanaan K3

Petugas memberi bantuan dan


n %
solusi dalam pelaksanaan K3

3 93,75
Ya 0 %

Tidak 2 6,25%

3
100%
Total 2

Sumber: Data Primer, Maret


2020

Keterangan:

Dari tabel 1.10 diatas dari 32 perawat tentang petugas


memberi solusi dan bantuan jika menemukan kendala
dalam pelaksanaan K3 diperoleh kategori ya sebanyak
30 perawat (93,75%) dan sebanyak 2 perawat (6,25%)
kategori tidak

Tabel 1.11 Perawat melakukan pekerjaan sesuai tugas


yang diberikan tanpa pengawasan

Perawat melakukan pekerjaan


sesuai tugas yang diberikan n %
tanpa pengawasan

3
100%
Ya 2

Tidak 0 0%

3
100%
Total 2

Sumber: Data Primer, Maret


2020

Keterangan:

Dari tabel 1.11 diatas dari 32 perawat tentang Perawat


melakukan pekerjaan sesuai tugas yang diberikan tanpa
pengawasan diperoleh kategori ya sebanyak 32 perawat
(100%) dan 0 perawat (0%) kategori tidak

Tabel 1.12 RS mempunyai nilai-nilai K3 yang menjadi


acuan dalam bekerja

RS mempunyai nilai-nilai K3
yang menjadi acuan dalam n %
bekerja

3 96,87
Ya 1 %

Tidak 1 3,13%

Total 3 100%
2

Sumber: Data Primer, Maret


2020

Keterangan:

Dari tabel 1.12 diatas dari 32 perawat tentang RS


mempunyai nilai-nilai K3 yang menjadi acuan dalam
bekerja diperoleh kategori ya sebanyak 31 perawat
(96,87%) dan sebanyak 1 perawat (3,13%) kategori tidak
Tabel 1.13 Petugas K3 memberi sanksi dan penghargaan
kepada perawat dalam penerapan K3

Petugas K3 memberi sanksi


dan penghargaan kepada n %
perawat dalam penerapan K3

1 59,37
Ya 9 %

1 40,63
Tidak 3 %

3
100%
Total 2

Sumber: Data Primer, Maret


2020

Keterangan:

Dari tabel 1.13 diatas dari 32 perawat tentang Petugas


K3 memberi sanksi dan penghargaan kepada perawat
dalam penerapan K3 diperoleh kategori ya sebanyak 19
perawat (59,37%) dan sebanyak 13 perawat (40,63%)
kategori tidak

Tabel 1.14 Perawat diberi kesempatan dalam


menyampaikan saran atau kritik untuk perbaikan K3 RS

Diberi kesempatan
menyampaikan saran atau n %
kritik untuk perbaikan K3 RS

2 81,25
Ya 6 %

18,75
6
Tidak %

3
100%
Total 2

Sumber: Data Primer, Maret


2020
Keterangan:

Dari tabel 1.14 diatas dari 32 perawat tentang Perawat


diberi kesempatan dalam menyampaikan saran atau
kritik untuk perbaikan K3 RS diperoleh kategori ya
sebanyak 26 perawat (81,25%) dan sebanyak 6 perawat
(18,75%) kategori tidak

Tabel 1.15 RS mewajibkan untuk mengikuti pelatihan atau


sosialisasi K3

RS mewajibkan untuk
mengikuti pelatihan atau n %
sosialisasi K3

2 84,37
Ya 7 %

15,63
5
Tidak %

3
100%
Total 2

Sumber: Data Primer, Maret


2020

Keterangan:

Dari tabel 1.15 diatas dari 32 perawat tentang RS


mewajibkan untuk mengikuti pelatihan atau sosialisasi
K3 diperoleh kategori ya sebanyak 27 perawat (84,37%)
dan sebanyak 5 perawat (15,63%) kategori tidak

Tabel 1.16 Area atau tempat bekerja sudah melaksanakan


program K3

Area atau tempat bekerja


sudah melaksanakan program n %
K3

3
100%
Ya 2

Tidak 0 0%
3
100%
Total 2

Sumber: Data Primer, Maret


2020

Keterangan:

Dari tabel 1.16 diatas dari 32 perawat tentang Area atau


tempat bekerja sudah melaksanakan program K3
diperoleh kategori ya sebanyak 32 perawat (100%) dan 0
perawat (0%) kategori tidak
Tabel 1.17 RS bertanggung jawab terhadap keselamatan
selama bekerja

RS bertanggung jawab
terhadap keselamatan selama n %
bekerja

3 96,87
Ya 1 %

Tidak 1 13,3%

3
100%
Total 2

Sumber: Data Primer, Maret


2020

Keterangan:

Dari tabel 1.17 diatas dari 32 perawat tentang RS


bertanggung jawab terhadap keselamatan selama
bekerja diperoleh kategori ya sebanyak 31 perawat
(96,87%) dan sebanyak 1 perawat (13,3%) kategori tidak

Tabel 1.18 Petugas K3 RS melibatkan perawat dalam


pengolahan limbah di RS

Petugas K3 RS melibatkan
perawat dalam pengolahan n %
limbah di RS

3 93,75
Ya 0 %

Tidak 2 6,25%

3
100%
Total 2

Sumber: Data Primer, Maret


2020

Keterangan:

Dari tabel 1.18 diatas dari 32 perawat tentang Petugas


K3 RS melibatkan perawat dalam pengolahan limbah di
RS diperoleh kategori ya sebanyak 30 perawat (93,75%)
dan sebanyak 2 perawat (6,25%) kategori tidak
Tabel 1.19 Bekerja sama dengan perugas K3 dalam
mengumpulkan, mendokumentasikan dan melaporkan
data

Bekerjasama dalam
mengumpulkan,
N %
mendokumentasikan dan
melaporkan data

93,
3
75
0
Ya %

6,2
2
Tidak 5%

3 10
Total 2 0%

Sumber: Data Primer, Maret 2020

Keterangan:

Dari tabel 1.19 diatas dari 32 perawat tentang


berkerjasama dalam mengumpulkan,
mendokumentasikan dan melaporkan data diperoleh
kategori ya sebanyak 30 perawat (93,75%) dan sebanyak
2 perawat (6,25%) kategori tidak

Tabel 1.20 Perawat bersama petugas K3 RS berpartisipasi


dalam program akreditasi RS

Perawat bersama petugas K3 RS


berpartisipasi dalam program N %
akreditasi RS

3 10
Ya 2 0%

Tidak 0 0%

3 10
Total 2 0%
Sumber: Data Primer, Maret 2020
Keterangan:

Dari tabel 1.20 diatas dari 32 perawat tentang Perawat


bersama petugas K3 RS berpartisipasi dalam program
akreditasi RS diperoleh kategori ya sebanyak 32 perawat
(100%)
B. Sikap Perawat

Tabel 2.1 Pemakaian sepatu anti slip

Pemakaian sepatu anti slip N %

1
50%
Ya 6

1
50%
Tidak 6

3
100%
Total 2

Sumber: Data Primer, Maret 2020

Keterangan :

Dari tabel 2.1 di atas dari 32 perawat tentang pemakaian sepatu


anti slip di peroleh kategori ya sebanyak 16 perawat (50%) dan
sebanyak 16 perawat (50%) kategori tidak

Tabel 2.2 Pemakaian sarung tangan saat melakukan tindakan

Pemakaian sarung tangan saat


N %
melakukan tindakan pada pasien

3
100%
Ya 2

Tidak 0 0%

3
100%
Total 2

Sumber: Data Primer, Maret 2020

Keterangan :

Dari tabel 2.2 di atas dari 32 perawat tentang pemakaian sarung


tangan saat melakukan tindakan di peroleh kategori ya sebanyak
32 perawat (100%)
Tabel 2.3 Pemakaian gergaji ampul saat melakukan tindakan

Pemakaian gergaji ampul saat


N %
melakukan tindakan pada pasien

Ya 2 6.25%

3 93.75
Tidak 0 %

3
100%
Total 2

Sumber: Data Primer, Maret 2020

Keterangan :

Dari tabel 2.3 di atas dari 32 perawat tentang pemakaian gergaji


ampul saat melakukan tindakan di peroleh kategori ya sebanyak 2
perawat (6.25%) dan sebanyak 30 perawat (93.75%) kategori tidak

Tabel 2.4 Pemakaian kassa saat mematahkan ampul

Pemakaian kassa saat mematahkan


N %
ampul

2 62.50
Ya 0 %

1 37.50
Tidak 2 %

3
100%
Total 2

Sumber: Data Primer, Maret 2020

Keterangan :

Dari tabel 2.4 di atas dari 32 perawat tentang pemakaian kassa


saat mematahkan ampul di peroleh kategori ya sebanyak 20
perawat (62.50%) dan sebanyak 12 perawat (37.50%) kategori
tidak
Tabel 2.5 Penggunaan metode penyekopan saat menutup jarum
suntik

menutup kembali jarum suntik dengan


N %
metode penyekopan

3 93.75
Ya 0 %

Tidak 2 6.25%

3
100%
Total 2

Sumber: Data Primer, Maret 2020

Keterangan :

dari tabel 2.5 di atas dari 32 perawat tentang penggunaan metode


penyekopan saat menutupi jarum suntikl di peroleh kategori ya
sebanyak 30 perawat (93.75%) dan sebanyak 2 perawat (6.25%)
kategori tidak
Tabel 2.6 tidak memakai metode penyekopan pada saat menutup
jarum suntik

menutup kembali jarum suntik tidak


N %
memakai metode penyekopan

28.12
9
Ya %

2 71.88
Tidak 3 %

3
100%
Total 2

Sumber: Data Primer, Maret 2020

Keterangan :

Dari tabel 2.6 di atas dari 32 perawat tentang tidak memakai


metode penyekopan pada saat menutup jarum suntik ya sebanyak
9 perawat (28.12%) dan sebanyak 23 perawat (71.88%) kategori
tidak

Tabel 2.7 menjalankan aturan saat melakukan penyuntikan

menjalankan aturan saat melakukan


penyuntikan pada pasien berdasarkan N %
SOAP

3 96.88
Ya 1 %

Tidak 1 3.12%

3
100%
Total 2

Sumber: Data Primer, Maret 2020

Keterangan :

Dari tabel 2.7 di atas dari 32 perawat tentang menjalankan aturan


saat melakukan penyuntikan ya sebanyak 31 perawat (96.88%)
dan sebanyak 1 perawat (3.12%) kategori tidak
Tabel 2.8 menjalankan aturan saat melakukan pemasangan infus

Menjalankan aturan saat melakukan


pemasangan infus pada pasien N %
berdasarkan SOAP

3 96.88
Ya 1 %

Tidak 1 3.12%

3
100%
Total 2

Sumber: Data Primer, Maret 2020

Keterangan :

Dari tabel 2.8 di atas dari 32 perawat tentang menjalankan aturan


saat melakukan pemasangan infus ya sebanyak 31 perawat
(96.88%) dan sebanyak 1 perawat (3.12%) kategori tidak

Tabel 2.9 Membuang sampaah padat medis pada tempatnya

Membuang sampah padat medis pada


N %
tempat yang telah ada

3 96.88
Ya 1 %

Tidak 1 3.12%

3
100%
Total 2

Sumber: Data Primer, Maret 2020

Keterangan :

Dari tabel 2.9 di atas dari 32 perawat tentang membuang sampah


padat medis pada tempatnya ya sebanyak 31 perawat (96.88%)
dan sebanyak 1 perawat (3.12%) kategori tidak
Tabel 2.10 penggunaan stop kontak tambahan

Menggunakan stop kontak tambahan


N %
untuk sterilisasi

1 31.25
Ya 0 %

2 68.75
Tidak 2 %

3
100%
Total 2

Sumber: Data Primer, Maret 2020

Keterangan :

Dari tabel 2.10 di atas dari 32 perawat tentang penggunaan stop


kontak tambahan ya sebanyak 10 perawat (31.25%) dan sebanyak
22 perawat (68.75%) kategori tidak
C
. Ketersediaan APD

Tabel 3.1 ketersediaan masker

Masker N %

3
100%
Ya 2

Tidak 0 0%

3
100%
Total 2

Sumber: Data Primer, Maret 2020

Keterangan :

Dari tabel 3.1 di atas dari 32 perawat tentang ketersediaan masker


ya sebanyak 32 (100%)

Tabel 3.2 Ketersediaan sarung tangan

Sarung tangan N %

3 96.88
Ya 1 %

Tidak 1 3.12%

3
100%
Total 2

Sumber: Data Primer, Maret 2020

Keterangan :

Dari tabel 3.2 di atas dari 32 perawat tentang ketersediaan sarung


tangan ya sebanyak 31 (96.88%) dan sebanyak 1 (3.12%) tidak
Tabel 3.3 Ketersediaan apron

Apron n %

Ya 32 100%

Tidak 0 0%

Total 32 100%

Sumber: Data Primer, Maret 2020

Keterangan :

Dari tabel 3.3 di atas dari 32 perawat tentang ketersediaan apron ya


sebanyak 32 (100%)

Tabel 3.4 Ketersediaan gaun

Gaun n %

Ya 7 21.88%

Tidak 25 78.12%

Total 32 100%

Sumber: Data Primer, Maret 2020

Keterangan :

Dari tabel 3.4 di atas dari 32 perawat tentang ketersediaan gaun ya


sebanyak 7 (21.88%) dan sebanyak 25 (78.12%) tidak
Tabel 3.5 Ketersediaan pelindung kaki

Pelindung kaki n %

Ya 10 31.25%

Tidak 22 78.12%

Total 32 100%

Sumber: Data Primer, Maret 2020

Keterangan :

Dari tabel 3.4 di atas dari 32 perawat tentang ketersediaan gaun ya


sebanyak 7 (21.88%) dan sebanyak 25 (78.12%) tidak

Tabel 3.6 Ketersediaan pelindung mata

Pelindung mata n %

Ya 30 93.75%

Tidak 2 6.25%

Total 32 100%

Sumber: Data Primer, Maret 2020

Keterangan :

Dari tabel 3.4 di atas dari 32 perawat tentang ketersediaan pelindung


mata ya sebanyak 30 (93.75%) dan sebanyak 2 (6.25%) tidak
PRIORITAS MASALAH

1. Menggunakan sepatu anti slip


Rencana tindakan : penerapan penggunaan sepatu anti slip
2. Menyediakan fasilitas
Rencana tindakan : Membuat rambu-rambu penunjuk arah pelayanan,
jalan keluar, jalan masuk, arah evakuasi, pintu emergency

N Proritas Rencana Target


o Masalah Tindakan waktu
pelaksan
aan
1 Menggunaka Penerapan - Minggu
n sepatu anti
penggunaan ke 3
slip
sepatu anti slip
2 Menyediaka Membuat - Minggu
n fasilitas rambu-rambu ke 3
penunjuk arah
pelayanan, jalan
keluar, jalan
masuk, arah
evakuasi, pintu
emergency
BAB V
IMPLEMENTASI

A. Implementasi
Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan oleh mahasiswa kuliah
kerja nyata profesi Departemen K3 fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Islam Makassar tanggal 20 februari – 21 maret 2020, terdapat beberapa
masalah. Setelah dianalisa dan dengan mempertimbangkan kemampuan
kelompok, maka kelompok memutuskan untuk mengatasi beberapa
masalah di 8 ruangan perawatan seperti dibawah ini yang terkait dengan
Kesehatan & Keselamatan Kerja yang dapat di intervensi oleh mahasiswa.
Setelah di intervensi kelompok mengevaluasi kinerja dan membandingkan
kembali dengan konsep teoritis yang ada dan bagaimana pencapaian
kelompok.
Adapun gambaran masalah kesehatan dan keselamatan kerja yang
di intervensi mahasiswa dan kinerja kelompok adalah sebagai berikut :

N Masalah Kegiatan Tan keterang


o proker ggal an
terla
ksan
a
1 Menggu Penerapan Kam Telah
nakan penggunaan is, tertempe
sepatu sepatu anti 12 l stiker
anti slip slip Mar di 8
et ruang
2020 perawata
n
(Anggre
k,
Mawar,
Melati,
Asoka,
Sawit I
& II,
Bougenv
ille I &
II)
Menyedi Membuat Kam Telah
akan rambu-rambu is- terpasan
fasilitas penunjuk Jum g di area
arah at, RSUD
2 12- Batara
13 Siang
Mar Kab.
et Pangkep
2020
B. Dokumentasi
1. Ruang Perawatan Anggrek
Hari/Tanggal : Kamis, 12 Maret 2020

2. Ruang Perawatan Melati


Hari/Tanggal : Kamis, 12 Maret 2020
3. Ruang Perawatan Mawar
Hari/Tanggal : Kamis, 12 Maret 2020

4. Ruang Perawatan Asoka


Hari/Tanggal : Kamis, 12 Maret 2020
5. Ruang Perawatan Bougenville I & II
Hari/Tanggal : Kamis, 12 Maret 2020
6. Ruang Perawatan Sawit I & II
Hari/Tanggal : Kamis, 12 Maret 2020
Pemasangan rambu-rambu penunjuk arah
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya
untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran
lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan
efisiensi dan produktivitas kerja
Bahaya yang dihadapi dalam rumah sakit ; Bahaya kebakaran dan ledakan
dari zat/bahan yang mudah terbakar atau meledak (obat– obatan), Bahan
beracun, korosif dan kaustik , Bahaya radiasi , Luka bakar  ,Syok akibat
aliran listrik ,Luka sayat akibat alat gelas yang pecah dan benda tajam &
Bahaya infeksi dari kuman, virus atau parasit.

B. Saran
Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) khususnya di Indonesia
secara umum diperkirakan termasuk rendah. Indonesia akan sulit
menghadapi persaingan global karena mengalami ketidakefisienan
pemanfaatan tenaga kerja (produktivitas kerja yang rendah). Padahal
kemajuan pelayanan tersebut sangat ditentukan peranan mutu tenaga
kerjanya. Karena itu disamping perhatian instansi itu sendiri, pemerintah
juga perlu memfasilitasi dengan peraturan atau aturan perlindungan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

DAFTAR PUSTAKA

Allen, carol Vestal, 1998, Memahami Proses keperawatan dengan pendekatan


latihan , alih bahasa Cristantie Effendy, Jakarta : EGC

Depkes RI, 1991, pedoman uraian tugas tenaga keperawatan dirumah


sakit, Jakarta.:Depkes RI

Morison, MJ , 1992, A.colour guide to the nursing management of wounds, alih


bahasa Monica Ester ,Jakarta :EGC

Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung : Rosdakarya, 1996).

Simamora, RH. 2009. Buku Ajar Pendidikan dalam Keperawatan. Medan: EGC

Simamora, RH. 2012. Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Jakarta: EGC

Simamora, RH. 2008. Buku Ajar Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta: EGC

Simamora, RH. 2010. Komunikasi dalam Keperawatan. Jakarta

Simamora, RH. 2010. Dokumentasi proses Keperawatan. Jakarta


Simamora, RH. dan Fathi, A. 2017. Penguatan Pengetahuan Perawat dalam
Pelaksanaan Keselamatan Pasien Melalui Pelatihan Nursing Hand Over Berbasis
Komunikasi SBAR. Seminar Nasional Keperawatan. Bandung: UNPAD

Simamora, RH. dan Fathi, A. 2017. The Quality of Nursing Hand Over and
Effective Communication Implementation of SBAR in the Utilization of Patient
Safety at Private Hospital. International Nursing Conference: Assosiasi
Pendidikan Ners Indonesia
Lampiran

KUESIONER PENERAPAN K3 RUMAH SAKIT

Tindakan
No Ya Tidak
Petugas K3 RS selalu mengingatkan saya untuk
1
memprioritaskan K3 dalam kerja
Petugas K3 RS selalu mensosialisasikan setiap
2
kebijakan maupun regulasi K3 kepada saya
Petugas K3 RS telah menyampaikan tujuan dan
3
manfaat K3 kepada saya
Petugas K3 RS menginformasikan peran saya dalam
4
keberhasilan program K3
Petugas K3 RS melibatkan saya dalam penyimpanan,
5 resiko pajanan dan cara penanggulangan B3 bila
terjadi kontaminasi
Dalam menerapkan K3 RS, saya selalu melakukan
6
koordianasi dengan rekan kerja dengan pimpinan
Petugas K3 RS selalu menghimbau saya untuk selalu
7
bekerja sesuai dengan SPO
Petugas K3 RS memberikan arahan dan komunikasi
8 yang jelas mengenai tindakan yang dilakukan ketika
terjadi bencana atau kebakaran
Rumas sakit memberikan dan memastikan keamanan
9
fasilitas dalam mendukung pelaksanaan program K3
1 Petugas K3 RS member solusi dan bantuan jika saya
0 menemukan kendala dalam menerapkan K3
1 Tanpa pengawasan petugas K3 RS, saya melakukan
1 pekerjaan sesuai tugas yang diberikan
1 Rumah sakit mempunyai nilai-nilai K3 yang menjadi
2 acuan saya dalam bekerja
1 Panitia K3 RS member sanksi dan penghargaan
3 kepada petugas dalam penerapan K3
1 Saya diberi kesempatan dalam menyampaikan saran
4 atau kritik untuk perbaikan K3 RS
1 Rumas sakit mewajibkan saya untuk mengikuti
5 pelatihan atau sosialisasi K3
1 Area atau tempat saya bekerja sudah melaksanakan
6 program K3 RS
1 Rumah sakit dan saya sendiri bertanggung jawab
7 terhadap kesehatan selama bekerja
1 Petugas K3 RS melibatkan saya dalam pengelolahan
8 limbah (termasuk sampah) di rumah sakit
1 Saya bekerja sama dengan petugas K3 RS dalam
mengumpulkan, mendokumentasikan dan melaporkan
9
data terkait K3
2 Saya bersama petugas K3 RS berpartisipasi dalam
0 program akreditasi rumah sakit terkait K3
KUESIONER PENERAPAN K3 RUMAH SAKIT

Tindakan
No Ya Tidak
1 Anda memakai sepatu anti slip
Anda memakai sarung tangan saat melakukan
2
tindakan pada pasien
Anda memakai gergaji ampul untuk mematahkan
3
ampul
4 Anda memakai kassa saat mematahkan ampul
Menutup kembali jarum suntik dengan metode
5
penyekopan
Menutup kembali jarum suntik tidak memakai
6
metode penyekopan
Menjalankan kaedah/aturan saat melakukan
7
penyuntikan ke pasien
Menjalankan kaedah atau aturan saat melakukan
8
pemasangan infuse ke pasien
Membuang sampah padat medis pada tempat yang
9
telah ada
1 Menggunakan stop kontak tambahan pada alat
0 sterilisasi
KETERSEDIAAN APD

KETERSEDI
N AAN KETERAN
ALAT
O Y TID GAN
A AK
1 MASKER
2 SARUNGTAN
GAN
3 APRON
4 GAUN
5 PELINDUNG
KAKI
6 PELINDUNG
MATA

Anda mungkin juga menyukai