Anda di halaman 1dari 6

TUGAS PRAKTIKUM FARMASI KLINIS

“ANALISIS KASUS DRPS”

Nama Dosen:

Apt. Cory imawati, M.Farm

Disusun oleh:

Aulia Rachmadhini Faiz (180901004)

Komalasari (180901012)

Novalidia Elistian Usman (180901015)

AKADEMI FARMASI MAHADHIKA

TAHUN AJARAN 2018/2019


Kasus 1

Anak Melati usia 3 tahun, mengalami kejang disertai demam 38 ̊C, diagnosis terkena epilepsy
dan diresepkan diazepam (Rectal Gel), anak melati memiliki riwayat alergi protein tinggi seperti
telur. Seminggu lalu alergi anak melati kambuh kafena memakan kue yang mengandung telur
dan ibunya memberi sirup cetrizin.

Penyelesaian

A. Subjek
Nama : Melati
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 3 Tahun

Medication History
-
B. Objek
-
C. Assessment
Dari data yang diberikan pasien tidak memiliki riwayat penggunaan obat-obatan. Pasien
memiliki riwayat alergi protein tinggi seperti telur. Pasien menderita epylepsi (Dosis tidak
dicantum kan). Assessment masalah obat terkait drps; Indikasi tanpa obat pasien hanya di
berikan obat kejang sedangkan obat anti epylepsi nya tidak diberikan.
D. Plan
Tujuan terapi yang ingin dicapai dalam pengobatan adalah mengurangi resiko kejang
kambuh lagi dan pasien bisa hidup normal.
1. Terapi obat kejang
- Diazepam (Rectal Gel)
Analisis Drug Related Problem dalam Kasus 1:

1) Indikasi tanpa obat


Pasien menderita epilepsy tapi tidak mendapatkan obat, saran nya harus mendapat kan obat
epylepsi yaitu asam valproate sirup.
2) Obat tanpa indikasi
Tidak ada obat tanpa indikasi
3) Ketidaktepatan pemilihan obat
Ketidaktepatan pemilihan obat pada pasien artinya ada pemberian obat yang tidak efektif,
seperti obat diazepam (Rectal gel) Obat ini hanya mengurangi gejala kejang nya saja
sedangkan untuk obat epylepsi nya tidak ada.
4) Dosis obat kurang dan berlebih
Dalam kasus ini hanya terdapat data usia pasien, tidak dicantumkan berapa dosis yang
digunakan dan juga tidak tersedia data berat badan pasien. Penilaian apakah dosis yang
diberikan oleh dokter kurang atau berlebih sangat sulit dilakukan, kerena perhitungan dosis
tidak dapat dilakukan. Namun, apabila dokter memberikan dosis obat-obat tersebut dalam
jumlah dan range dosis lazimnya maka dapat dikatakan tidak terjadi kekurangan dan
kelebihan dosis obat.
5) Interaksi obat
Meningkatkan efek depresi sentral dari alkohol, obat hipnotik/sedative
6) Efek samping obat
Diazepam (rectal gel): mengantuk, kesulitan koordinasi, kelelahan, kelemahan otot, ataksia,
dan kepala terasa ringan.
7) Kegagalan terapi
Adanya kegagalan terapi dalam kasus ini, yaitu tidak di berikan nya obat anti epylepsi pada
pasien.
Kasus 2

Pria 30 tahun menderita HIV sejak 1 tahun lalu, terapi yang diterima tablet Efavirenz 600 mg
1x/hari dan masih di konsumsi sampai saat ini, kemarin ia mengeluhkan sakit tenggorokan dan
dokter merepkan tablet klaritromisin 250mg

Penyelesaian

A. Subjek
Nama :-
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 30 tahun

Medication History
- Efaviren 600 mg
B. Objek
-
C. Assessment
Dari data yang diberikan pasien memiliki riwayat penyakit HIV dan memiliki riwayat
penggunaan obat-obatan. Assessment masalah obat terkait drps yaitu mengenai dosis
klaritromicin dan ketepatan pemilihan obat
D. Plan
Tujuan terapi yang ingin dicapai dalam pengobatan adalah adalah untuk menekan jumlah
virus (viral load), sehingga akan meningkatkan status imun pasien HIV dan mengurangi
kematian akibat infeksi oportunistik.

Analisi Drug Related Problem dalam Kasus 2:

1) Indikasi tanpa obat


Tidak ada nya indikasi tanpa obat pada kasus ini
2) Obat tanpa indikasi
Dari kedua obat tersebut Evapiren dan klaritromisin, tidak di temukan nya obat tanpa
indikasi.
3) Ketidaktepatan pemilihan obat
Ketidaktepatan pemilihan obat pada pasien artinya ada pemberian obat yang tidak efektif,
seperti produk obat tidak efektif berdasarkan kondisi medisnya atau obat bukan paling
efektif untuk mengatasi penyakit. Klaritromicin tidak tepat pada pengobatan sakit
tenggorokan rekomendasi bisa ganti klaritromicin dengan makrolida lain seperti
Azitromycin
4) Dosis obat kurang dan berlebih
Dalam kasus ini dosis obat yang kurang yaitu klaritromicin seharus nya dosis dewasa 2 x
250 mg/hari
5) Interaksi obat
Interaksi obat efavirens dan klaritromisin, efek klaritomisin bisa berkurang ,hal ini terjadi
karena efavirens mempercepat metabolisme klaritromicin,dan juga biasa nya bisa timbul
Rash (kemerahan pada terapi kedua kombinasi obat itu
6) Efek samping obat
Efek samping yang paling umum akibat efavirenz adalah kelelahan, ruam pada kulit, mual,
pusing, diare, sakit kepala, dan insomnia (sulit tidur). Memakai efavirenz waktu makan
makanan berlemak atau minum susu dapat meningkatkan tingkat obat dalam darah, sehingga
efek samping mungkin lebih berat.
7) Kegagalan terapi
Tidak ditemukan kegagalan terapi dalam kasus ini, sejauh follow up yang dilakukan oleh
dokter. Kegagalan terapi dalam suatu pengobatan dapat disebabkan oleh faktor psikososial,
ketidakmampuan ekonomi, kurangnya pemahaman pasien tentang terapi yang dia lakukan,
dosis yang tidak sesuai, dan pasien menggunakan obat lain tanpa sepengetahuan dokter.
Kegagalan terapi juga dapat disebabkan oleh petugas kesehatan yang tidak memberitahu
cara penggunaan obat dengan benar

Anda mungkin juga menyukai