ABSTRAK
Beton Ringan Struktural adalah beton ringan yang digunakan untuk elemen-elemen struktural bangunan
seperti misalnya balok, pelat lantai dan atap maupun dinding gedung tinggi, salah satu cara untuk
memperolehnya adalah dengan mengganti agregat kasar normal dengan agregat ringan baik yang diperoleh
secara alami atau vulkanik seperti Batu Apung dan Batuan Skoria maupun secara buatan melalui proses
termo-kimia seperti pengembangan tanah liat, serpihan batu, terak pabrik baja dan abu terbang. Agregat
ringan buatan ini sangat mahal karena proses pembuatannya memerlukan energi yang besar dan rumit, untuk
itu agregat ringan alami, salah satunya Batuan Skoria dari Gunung Kelud Blitar merupakan pilihan yang
perlu dikaji karena keberadaanya melimpah, murah, belum diberdayakan secara maksimal dan nantinya akan
diperoleh beton ringan yang lebih ramah lingkungan.Dari hasil penelitian sebelumnya diperoleh kuat tekan
hancur yang memenuhi persyaratan walaupun dengan proporsi campuran coba-coba berdasarkan
perbandingan berat agregat halus-kasar dan agregat-semen, namun berat isinya masih cukup besar dan masih
tidak memenuhi persyaratan yang ada sehingga perlu diperbaiki lagi. Tujuan dari penelitian ini
adalahmemanfaatkan Batuan Skoria dari Gunung Kelud sebagai agregat kasar pada beton ringan struktural
berdasarkan kriteria karakteristik fisik dan mekanik yang telah disyaratkan.Pada penelitian ini proporsi
campuran beton ringan juga diambil secara coba-coba berdasarkan perbandingan agregat halus-agregat kasar
yang diperhalus antara 1.25 dan 1.35, sedangkan perbandingan agregat-semen diambil 3.25, 3.5 dan 3.75
dengannilai slump tetap dipertahankan dibawah 100 mm.Benda uji silinder dibuat sesuai perlakuan dan
perulangan yang ditentukan, perawatan sesuai standar beton ringan dan pengujian dilakukan pada umur 28
hari untuk mendapatkan data yang berhubungan dengan Berat Isi, Kuat Tekan Hancur dan Modulus
Elastisitas Chord. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Batuan Skoria dari Gunung Kelud
merupakan agregat kasar ringan vulkanik yang dapat digunakan untuk Beton Ringan Struktural dengan
pemilihan jenis agregat halus tertentu. Hanya kuat tekan hancur masih relatif rendah sehingga perlu
peningkatan misalnya dengan perancangan proporsi campuran yang lebih teliti atau penggunaan bahan
tambahan campuran pereduksi air.
JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 7, No.2 – 2013 ISSN 1978 - 5658 151
campuran beton ringan di antaranya campuran memang kohesif namun
adalah absorpsi dan kandungan air mungkin tidak mudah dikerjakan karena
agregat, gradasi agregat dan rasio air- tentunya campuran membutuhkan air
semen, sedangkan metode perencanaan lebih banyak. Hal ini akan
proporsi campuran beton yang cocok mengakibatkan faktor air semen
digunakan adalah Metode Volume meningkat dan tentunya kekuatan beton
(Volumetric Method). Metode ini dapat akan menurun, apabila kekuatan tekan
digunakan untuk beton ringan total beton dipertahankan maka kebutuhan
maupun beton ringan berpasir, semen meningkat dan harga campuran
perencanaan proporsi campuran disini beton akan mahal. Pada beton normal,
didasarkan pada banyaknya kandungan umumnya kebutuhan agregat halus adalah
semen dan bukan perbandingan berat ( 25 - 35 ) % dari volume total agregat,
antara air dengan semen lagi, hal ini sedangkan bentuk butiran agregat kasar
disebabkan oleh sulitnya penentuan juga sangat menentukan kebutuhan
kebutuhan air akibat besarnya absorbsi agregat halus, untuk batu pecah ( angular
dari agregat ringan. Penentuan volume ) akan memerlukan lebih banyak agregat
semen didasarkan percobaan yang halus bila dibandingkan dengan kerikil
menghasilkan kuat tekan sedangkan (bulat).Neville ( 1981 ), menyatakan
kebutuhan air hanya didasarkan pada bahwa perbandingan antara berat agregat
besarnya slump yang dibatasi tidak boleh dengan semen (A-S) pada campuran
lebih 100 mm seperti disampaikan beton akanjuga mempengaruhi kekuatan
sebelumnya. Hasil perencanaan proporsi beton, namun perbandingan ini hanyalah
campuran beton ringan dengan metode faktor sekunder saja, untuk faktor air
ini akan berbeda dengan proporsi semen konstan campuran beton dengan
campuran pada beton normal. Pada kandungan agregat yang lebih sedikit
metode ini akan diperoleh proporsi atau perbandingan agregat-semen kecil
kebutuhan agregat halus yang lebih besar akan memiliki kekuatan tekan yang lebih
bila dibandingkan dengan kebutuhan tinggi, hal ini disebabkan oleh
agregat kasar, hal ini disebabkan oleh penyerapan air oleh agregat dan
kebutuhan agregat halus untuk mengisi kebutuhan air untuk melumasi permukaan
ruang antar agregat kasar maupun agregat lebih kecil, apabila jumlah
rongga-rongga pada agregat kasar akan kandungan agregat lebih banyak maka
lebih besar dibandingkan dengan beton penyerapan air akan lebih banyak dan
normal. Juga peningkatan kebutuhan faktor air semen efektif berkurang
agregat halus ini diperjelas oleh modulus sehingga kekuatan tekan juga akan turun.
kehalusan agregat kasar per volume yang Batuan Skoria adalah batuan beku
lebih besar dibanding dengan modulus luar ( ekstrusi ) yang terbentuk dari hasil
kehalusan per beratnya. pembekuan lava pada saat letusan gunung
Paulus Nugraha (1989), berapi di luar perut bumi. Secara fisik
menyatakan bahwa perbandinganantara batuan ini berwarna hitamdengan struktur
berat agregat halus dan agregat kasar berongga yang cukup dominan dan
(AH-AK) akan mempengaruhi tenggelam dalam air secara langsung.
karakteristik baik beton segar maupun Menurut Doddy Setia Graha (1987),
beton keras. Apabila agregat halus terlalu struktur berongga atau vesikular ini
sedikit, maka pasta tidak akan cukup disebabkan oleh pelepasan gas-gas yang
mengisi ruang-ruang kosong sehingga terkandung dalam lava akibat penurunan
campuran beton cenderung untuk tekanan selama perjalanan magma
segregasi dan sulit dikerjakan. Sebaliknya kepermukaan bumi sehingga
bila agregat halus terlalu banyak, menghasilkan rongga-rongga berbentuk
JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 7, No.2 – 2013 ISSN 1978 - 5658 152
bulat, ellip, silinder ataupun tak Hendro Suseno et.al (2007), walaupun
beraturan. Batuan ini banyak sekali juga masih salah menyebut nama
terdapat di daerah aliran lava gunung- batuannya telahmemperbaiki kesalahan
gunung berapi yang masih aktif, di Jawa diatas dengan cara membuat proporsi
Timur misalnya, batuan ini tersedia campuran coba-coba beton ringan
melimpah di aliran-aliran lava Gunung berdasarkan beberapa perbandingan berat
Kelud dan Gunung Semeru dan hanya agregat-semen dan agregat halus-kasar
dimasukkan sebagai bahan galian dengan nilai slump ditetapkan sesuai
banguan sirtu yang terdiri dari pasir, ketentuan diatas. Hasil yang diperoleh
kerikil dan kerakal dan hanya digunakan adalah kekuatan tekan hancur memenuhi
sebagai bahan jalan, rumah, bahan urugan ketentuan diatas pada perbandingan
dan sebagainya. agregat-semen 3.5 dan 3.75, sedangkan
Menurut Pusat Pengembangan dan perbandingan agregat halus-kasar adalah
Penelitian Geologi Bandung yang dikutip 1.25, 1.30 dan 1.35. Namun semua
Arsito Pandojo (1994), Batuan Skoria perbandingan ini memberikan berat isi
yang berasal dari Gunung Kelud yang sedikit lebih besar dari persyaratan
merupakan fragmen batuan piroklastik diatas, hal ini mungkin disebabkan oleh
dan diperkirakan berasal dari batuan lava penggunaan agregat halus dari pasir
bagian pinggir. Ciri-ciri megaskopis hitam yang berat isinya besar sehingga
batuan ini berwarna abu-abu kehitaman, perlu dicoba menggunakan pasir alami
struktur yang kompak berongga-rongga dengan berat isi yang lebih rendah.
yang cukup dominan dan tekstur
porfiritik dengan massa dasar afanitik METODE PENELITIAN
sedangkan ciri-ciri mikroskopis Pada penelitian ini proporsi
mempunyai warna keruh kehijauan campuran beton ringan juga diambil
berbintik hitam, struktur cukup kompak secara coba-coba berdasarkan
dengan rongga-rongga halus sampai perbandingan agregat halus-agregat kasar
sedang atau vesikuler kurang lebih 20 % yang diperhalus antara 1.25 dan 1.35,
dan tekstur porfiritik dengan fenokris sedangkan perbandingan agregat-semen
yang terdiri dari plagioklas dan piroksen diambil 3.25, 3.5 dan 3.75. Nilai slump
yang tertanam dalam massa dasar gelas tetap dipertahankan dibawah 100 mm.
isotropis. Semen Portland yang digunakan adalah
Penggunaan Batuan Skoria ini PPC ( Pozzolan Portland Cement ),
sebagai agregat kasar beton ringan belum agregat kasar adalah Batuan Skoria yang
dilakukan secara maksimal sehingga diambil dari aliran lahar Gunung Kelud
perlu ditingkatkan agar lebih berdaya Blitar dan dipecah secara manual, agregat
guna terutama sebagai pengganti agregat halus adalah pasir alami yang diambil
kasar buatan yang mahal karena dari lokasi yang sama dan keduanya
pembuatannya rumit dan memerlukan dicuci bersih. Benda uji silinder dibuat
energi yang relatif besar sertadengan sesuai perlakuan dan perulangan yang
memanfaatkannya nantinya akan ditentukan, perawatan dilakukan sesuai
diperoleh suatu beton ringan yang lebih standar beton ringan dan pengujian
ramah lingkungan.Beberapa penelitian dilakukan pada umur 28 hari untuk
awal telah dilakukan untuk Tugas Akhir mendapatkan data yang berhubungan
beberapa mahasiswa Jurusan Teknik Sipil dengan Berat Isi, Kuat Tekan Hancur dan
UB namun hasilnya kurang memuaskan Modulus Elastisitas Chord.
karena kesalahan-kesalahan dalam
perancangan proporsi campuran bahkan
penyebutan nama batuan juga salah.
JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 7, No.2 – 2013 ISSN 1978 - 5658 153
HASIL DAN PEMBAHASAN
No Jenis Pengujian A. Kasar
Dari hasil pengujian Agregat Halus
6 Berat Isi Kering 756.14
yang disampaikan pada Tabel 1, terlihat
( Kg/m3 )
bahwa besarnya berat jenis dan berat isi
7 Kadar Air ( % ) 1.53
pasir alami yang diambil dari aliran lahar
tempat pengambilan batuan skoria 8 Modulus Lembut 6.74
Gunung Kelud adalah lebih kecil dari
Tabel 3. Hasil Rerata Nilai Slump ( mm ).
pasir alami yang digunakan untuk
campuran beton secara umum di daerah Perbandingan Perbandingan A - S
Malang, pasir ini berwarna jauh lebih AH - AK 3.25 3.50 3.75
terang sehingga kandungan besi akan 1.250 89.20 91.40 92.20
rendah dan lebih ringan, namun 1.275 90.40 93.20 90.40
1.300 92.20 94.10 93.50
butirannya kecil-kecil, agak seragam dan 88.50 90.40 90.80
1.325
teksturnya kurang tajam. 1.350 89.30 89.80 93.20
Sedangkan dari hasil pengujian
Agregat Kasar yang disampaikan pada Dari hasil pencampuran beton
Tabel 2, terlihat bahwa besarnya berat dengan perlakuan dan perulangan yang
jenis dan berat isi agregat kasar dari ditentukan, terlihat bahwa untuk
batuan skoria Gunung Keludmemenuhi mendapatkan campuran beton yang masih
syaratsebagai agregat ringan yang mudah dikerjakan, plastis dan tidak
digunakan untuk campuran beton ringan terjadi segregasi maupunbleeding
struktural, namun seperti agregat ringan diperlukan air yang memberikan Nilai
umumnya absorpsi 24 jam batuan ini Slump yang disampaikan pada Tabel 3,
relatif besar karena kandungan pori- nilai-nilai ini masih lebih kecil dari yang
porinya juga besar. disyaratkan sebesar 100 mm namun
masih relatif besar karena kondisi agregat
Tabel 1. Karakteristik Fisik Agregat Halus. kasar yang berpori-pori dan lebih kasar
No Jenis Pengujian A. teksturnya sehingga kurang memberikan
Halus kekuatan beton yang maksimal.
1 Berat Jenis Curah 1.98 Hasil pengujian dan perhitungan
2 Berat Jenis SSD 2.02 Berat Isi yang dilakukan pada umur 28
3 Berat Jenis Semu 2.19 hari dapat dilihat pada Tabel 4, terlihat
4 Absorpsi 24 jam ( % ) 4.08 bahwa dengan perlakuan-perlakuan yang
5 Berat Isi SSD ( Kg/m3 ) 1120.74 diberikanseperti diatas besarnya
6 Berat Isi Kering 1057.12 memenuhi syarat sebagai beton ringan
( Kg/m3 ) struktural seperti disebutkan sebelumnya
7 Kadar Air ( % ) 0.85 dan tidak bervariasi secara nyata terhadap
8 Modulus Lembut 2.42 perlakuan yang ada, bila dibandingkan
dengan penelitian yang juga
menggunakan Batuan Skoria sebelumnya
Tabel 2. Karakteristik Fisik Agregat Kasar terlihat efektivitas penggantian agregat
halus dari pasir umum untuk beton
No Jenis Pengujian A. Kasar normal dengan pasir alami yang diambil
1 Berat Jenis Curah 1.52 dari aliran lahar Gunung Kelud Blitar
2 Berat Jenis SSD 1.73 yang sama dengan lokasi
3 Berat Jenis Semu 1.96 pengambilannya.
4 Absorpsi 24 jam ( % ) 17.86 Hasil pengujian dan perhitungan
5 Berat Isi SSD 914.12 Kuat Tekan Hancur yang dilakukan pada
( Kg/m3 ) umur 28 hari dapat dilihat pada Gambar
JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 7, No.2 – 2013 ISSN 1978 - 5658 154
1, terlihat bahwa dengan perlakuan- tekan hancur terlihat menurun. Semakin
perlakuan yang ada besarnya juga besar perbandingan agregat–semen
memenuhi syarat sebagai beton ringan memang kuat tekan hancur juga terlihat
struktural seperti disebutkan sebelumnya semakin meningkat namun prosentase
dan bervariasi secara nyata terhadap peningkatan kekuatan dari perbandingan
perlakuan yang diberikan. 3.5 ke 3.25 relatif lebih kecil dari
penurunan kekuatan dari perbandingan
Tabel 4. Hasil Rerata Berat Isi (Kg/m3 ) 3.5 ke 3.75, sehingga pada interval
Perbandingan Perbandingan A - S perbandingan ini harga 3.5 dapat
AH - AK 3.25 3.50 3.75 dianggap suatu harga yang memberikan
1.250 1849.52 1848.61 1847.42 kondisi yang terbaik.
1.275 1847.84 1846.73 1845.27 Hasil pengujian dan perhitungan
1.300 1839.69 1838.12 1836.22
1.325 1838.72 1837.03 1834.60
Modulus Elastisitas Chord yang
1.350 1834.56 1832.68 1830.72 dilakukan pada umur 28 hari dapat dilihat
pada Gambar 2, terlihat bahwa
perlakuan-perlakuan yang ada juga
memberikan kecenderungan yang sama
dengan yang diberikan oleh kuat tekan
hancur, hal ini menunjukkan adanya
hubungan empirik antar
keduanya.Dengan kekuatan yang sama,
besarnya adalah ( 0.53 – 0.68 ) bila
dibandingkan dengan Modulus Elastisitas
beton normal, sehingga masih memenuhi
ketentuan yang disebutkan diatas.
JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 7, No.2 – 2013 ISSN 1978 - 5658 156