Anda di halaman 1dari 8

PENGGUNAAN BATUAN SKORIA DARI GUNUNG KELUD BLITAR

SEBAGAI AGREGAT KASAR PADA


BETON RINGAN STRUKTURAL
Hendro Suseno
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Jl. MT. Haryono 167, Malang 65145, Indonesia
E-mail : hendros@ub.ac.id

ABSTRAK

Beton Ringan Struktural adalah beton ringan yang digunakan untuk elemen-elemen struktural bangunan
seperti misalnya balok, pelat lantai dan atap maupun dinding gedung tinggi, salah satu cara untuk
memperolehnya adalah dengan mengganti agregat kasar normal dengan agregat ringan baik yang diperoleh
secara alami atau vulkanik seperti Batu Apung dan Batuan Skoria maupun secara buatan melalui proses
termo-kimia seperti pengembangan tanah liat, serpihan batu, terak pabrik baja dan abu terbang. Agregat
ringan buatan ini sangat mahal karena proses pembuatannya memerlukan energi yang besar dan rumit, untuk
itu agregat ringan alami, salah satunya Batuan Skoria dari Gunung Kelud Blitar merupakan pilihan yang
perlu dikaji karena keberadaanya melimpah, murah, belum diberdayakan secara maksimal dan nantinya akan
diperoleh beton ringan yang lebih ramah lingkungan.Dari hasil penelitian sebelumnya diperoleh kuat tekan
hancur yang memenuhi persyaratan walaupun dengan proporsi campuran coba-coba berdasarkan
perbandingan berat agregat halus-kasar dan agregat-semen, namun berat isinya masih cukup besar dan masih
tidak memenuhi persyaratan yang ada sehingga perlu diperbaiki lagi. Tujuan dari penelitian ini
adalahmemanfaatkan Batuan Skoria dari Gunung Kelud sebagai agregat kasar pada beton ringan struktural
berdasarkan kriteria karakteristik fisik dan mekanik yang telah disyaratkan.Pada penelitian ini proporsi
campuran beton ringan juga diambil secara coba-coba berdasarkan perbandingan agregat halus-agregat kasar
yang diperhalus antara 1.25 dan 1.35, sedangkan perbandingan agregat-semen diambil 3.25, 3.5 dan 3.75
dengannilai slump tetap dipertahankan dibawah 100 mm.Benda uji silinder dibuat sesuai perlakuan dan
perulangan yang ditentukan, perawatan sesuai standar beton ringan dan pengujian dilakukan pada umur 28
hari untuk mendapatkan data yang berhubungan dengan Berat Isi, Kuat Tekan Hancur dan Modulus
Elastisitas Chord. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Batuan Skoria dari Gunung Kelud
merupakan agregat kasar ringan vulkanik yang dapat digunakan untuk Beton Ringan Struktural dengan
pemilihan jenis agregat halus tertentu. Hanya kuat tekan hancur masih relatif rendah sehingga perlu
peningkatan misalnya dengan perancangan proporsi campuran yang lebih teliti atau penggunaan bahan
tambahan campuran pereduksi air.

Kata kunci : batuan Skoria, Gunung Kelud, beton ringan struktural.

PENDAHULUAN yang menempati ( 70 % - 75 % ) dari


Beton adalah bahan komposit yang volume total beton bila dibandingkan
merupakan campuran antara semen, dengan bahan campuran beton yang lain.
agregat ( kasar dan halus ), dan air yang Salah satu carauntuk mereduksi
mengeras menjadi benda padat sesuai berat isi yang cukup besarini adalah
fungsi waktu. Kelebihan beton ini dengan mengganti agregat normal dengan
diantaranya adalah kuat menahan tekanan agregat ringan,baik yang diperoleh dari
dan kemudahannya untuk dibentuk alam atau buatan dan hasilnya disebut
menjadikannya bahan bangunan yang Beton Ringan (Lightweight Concrete).
sangat umum dipakai, namunsalah satu Harga agregat kasar buatan ini sangat
kelemahan beton ini adalah berat mahal karena diperoleh melalui proses
sendirinya yang cukup besar. Besarnya termo-kimia yang rumit dan memerlukan
berat sendiri ini disebabkan oleh agregat energi yang tinggi, sedangkan agregat
JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 7, No.2 – 2013 ISSN 1978 - 5658 149
kasar alami adalah agregat kasar vulkanik adalah sifat elastisitas beton terhadap
seperti Batu Apung (Pumice) dan Batuan pengaruh pembebanan dan dinyatakan
Skoria (Scoria) yang dihasilkan oleh sebagai kekakuan struktur. Sifat ini
kegiatan vulkanik gunung berapi dan dinyatakan oleh karakteristik mekanik
melimpah keberadaanya di aliran-aliran seperti Modulus Elastisitas yang
lahar. Salah satu bahan agregat ringan ini ditentukan melalui pengukuran di
adalah Batuan Skoria dari aliran lahar laboratorium. Modulus Elastisitas ini juga
Gunung Kelud Blitar, batuan ini tersedia dipengaruhi oleh sifat dari agregat,
melimpah, mudah pengambilannya di semen, kekuatan, kecepatan pembebanan,
lokasi dan belum dimanfaatkan secara umur beton dan ukuran benda uji. Secara
maksimal sebagai agregat kasar beton empirik, dengan meningkatnya kuat tekan
ringan, untuk itu kegunaan batuan ini beton akibat hal-hal yang telah
perlu ditingkatkan lagi sehingga lebih disebutkan sebelumnya akan
berdaya guna dan akan didapatkan beton menyebabkan peningkatan Modulus
ringan yang lebih ramah lingkungan. Elastisitas secara berarti pula.
Karena agregat menempati bagian
yang relatif besar dari volume total beton, TUJUAN
maka sifat-sifat fisik dan mekanik agregat Tujuan dari penelitian ini adalah
ini mempunyai pengaruh yang besar memanfaatkan Batuan Skoria dari
terhadap karakteristik dan perilaku dari Gunung Kelud Blitar sebagai agregat
beton keras. Untuk mendapatkan beton kasar pada beton ringan struktural
dengan karakteristik optimal seperti yang berdasarkan kriteria karakteristik fisik
diharapkan, cukup dengan melakukan dan mekanik sesuai dengan persyaratan
variasi terhadap komposisi berat agregat yang telah ditentukan.
dan air pada suatu campuran beton
terhadap berat semen. Karakteristik fisik TINJAUAN PUSTAKA
seperti berat isi dan karakteristik mekanik Menurut Neville (1981), Murdock
seperti kuat tekan beton ringan sangat & Brook (1991), Mehta & Monteiro
ditentukan oleh rasio berat agregat-semen (1993) dan Aman Subakti (1994), Beton
pada campuran beton. Rasio berat Ringan (Lightweight Concrete) adalah
agregat-semen yang kecil menyebabkan beton yang mempunyai berat isi kering
volume semen yang ditambahkan pada yang besarnya antara γ = ( 300 – 1850 )
campuran akan besar, campuran dengan kg/m3, salah satu cara untuk
volume semen yang besar akan memperolehnya adalah dengan
menghasilkan beton ringan dengan kuat menggunakan agregat kasaryang berpori-
tekan yang tinggi. Begitu pula rasio berat pori dimana berat isinya akan lebih
agregat halus-agregat kasar akan ringan dibanding dengan agregat kasar
mempengaruhi karakteristik beton ringan, normal. Agregat ringan (Lightweight
hal ini disebabkan oleh penambahan aggregate) ini dapat diperoleh secara
agregat halus sampai dengan nilai alami dari batuan vulkanik seperti Batu
tertentu akan mengisi rongga antara Apung ( Pumice ) dan Skoria ( Scoria )
agregat kasar maupun pori-porinya yang mempunyai berat isi curah sebesar γ
sendiri secara lebih baik dan akan = ( 300 – 1850 ) kg/m3dan akan
menghasilkan campuran beton yang lebih menghasilkan beton ringan dengan berat
padat dan kompak, sehingga kuat tekan isi γ = ( 720 – 1440 ) kg/m3serta kuat
beton relatif juga akan meningkat. tekan hancur f’c = ( 2 - 14 ) MPa. Atau
Hal lain yang juga perlu dengan menggunakan agregat ringan
dipertimbangkan sehubungan dengan buatan yang dibuat melalui prosestermo-
fungsinya sebagai bahan konstruksi kimia, misalnya dari pengembangan
JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 7, No.2 – 2013 ISSN 1978 - 5658 150
bahan-bahan seperti tanah liat dan struktural ini banyak dipakai untuk
serpihan batuan (expanded clay, shale elemen-elemen struktur seperti balok,
dan slate), terak ketel pabrik baja ( pelat lantai dan atap maupun dinding
expanded blast furnace slag ) atau abu gedung-gedung tinggi sampai 42 lantai,
terbang sisa pembakaran batu bara ( fly untuk lantai jembatan bahkan juga
ash ). Dengan agregat ringan buatan ini digunakan untuk atap stadion.Menurut
dapat diperoleh beton ringan yang berat Winter & Nilson (1981), produksi atau
isi keringnya sebesar γ = ( 1360 – 1760 ) pembuatan beton ringan struktural
kg/m3dan kuat tekan hancur yang relatif diperlukan ketelitian dan pengendalian
tinggi pada umur 28 hari. Kelebihan lain mutu yang lebih cermat dan hal ini dapat
dari beton ringan ini adalah rendahnya mudah terlaksana hanya pada pabrik
konduktivitas panas sehingga dapat pembuatan beton pracetak, sehingga
berfungsi sebagai bahan isolasi panas dan perkembangan penggunaan beton ini
dingin. Sedangkan kelemahan dari lebih dikhususkan pada elemen struktur
agregat ringan adalah lebih getas, pracetak dan pratekan.
kekuatannya relatif lebih rendah, Pada beton ringan segar, karena
keausannya besar dan absorbsi air yang agregat kasar banyak mengandung pori-
besar karena porositasnya besar. pori maka kebutuhan air pada campuran
Besarnya absorpsi ini menyebabkan akan meningkat dan hal ini menurut
keperluan air pada saat pencampuran Neville (1981) dan Robinson et al.(1993),
akan besar, hal ini tentunya akan akan menyulitkan penentuan kebutuhan
menyebabkan faktor air semen besar dan air dengan menggunakan faktor air semen
menurunkan kekuatan tekannya sehingga dalam perencanaan campuran, untuk itu
untuk mempertahankan faktor air semen keperluan air dalam campuran beton akan
tetap kecil maka kandungan semen ditentukan berdasarkan pada workabilitas
haruslah besar. yang dinyatakan oleh nilai slump saja dan
Menurut Neville (1981), Winter & pada umumnya dibatasi maksimum 100
Nilson (1993) dan Robinson et al. (1993), mm. Dengan demikian untuk mencapai
beton ringan struktural ( Structural kemudahan pengerjaan beton segar akan
Lightweight Concrete) adalah beton diperlukan lebih banyak air dan untuk
ringan yang digunakan untuk elemen tetap mempertahankan kekuatan tekannya
struktur bangunan dengan berat isi pada maka faktor air semen harus tetap rendah,
umur 28 hari sebesar γ = ( 1440 – 1850 ) hal ini dapat dicapai hanya dengan
kg/m3 dan kuat tekan hancur minimal meningkatkan kandungan semen dalam
adalah f’c = 17.24 MPa. Kuat tekan ini campuran beton.Pada beton keras, berat
dapat meningkat sampai 34.47 MPa isi maupun kekuatan tekan beton ringan
bahkan bila perencanaan campuran harus sesuai dengan syarat yang telah
sangat teliti dapat mencapai 41.36 disampaikan diatas, sedangkan untuk
MPa.Menurut Robinson et al. (1993), Modulus Elastisitas menurut Winter &
kegunaan beton ringan struktural dari Nilson (1993), Robinson et al. (1993),
tahun 1950 sampai sekarang terus dan McGregor (1997) adalah lebih
meningkat dengan pesat dan dengan rendah sebesar ( 0.5 – 0.75 ) dari beton
melihat kekuatan tekan beton ringan normal pada kekuatan yang sama dan
struktural yang besar, maka beton jenis juga dapat dihitung berdasarkan
ini akan dapat digunakan pada elemen- hubungan empirik dengan kuat tekan
elemen struktur bangunan, baik secara hancur dan berat isinya.
dicetak setempat, pracetak maupun Menurut Klieger et al. (1976) dan
pratekan. Di Amerika Serikat, Canada, Boyle et al. (1998), faktor-faktor yang
dan Negara Maju lainnya, beton ringan mempengaruhi pembuatan proporsi

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 7, No.2 – 2013 ISSN 1978 - 5658 151
campuran beton ringan di antaranya campuran memang kohesif namun
adalah absorpsi dan kandungan air mungkin tidak mudah dikerjakan karena
agregat, gradasi agregat dan rasio air- tentunya campuran membutuhkan air
semen, sedangkan metode perencanaan lebih banyak. Hal ini akan
proporsi campuran beton yang cocok mengakibatkan faktor air semen
digunakan adalah Metode Volume meningkat dan tentunya kekuatan beton
(Volumetric Method). Metode ini dapat akan menurun, apabila kekuatan tekan
digunakan untuk beton ringan total beton dipertahankan maka kebutuhan
maupun beton ringan berpasir, semen meningkat dan harga campuran
perencanaan proporsi campuran disini beton akan mahal. Pada beton normal,
didasarkan pada banyaknya kandungan umumnya kebutuhan agregat halus adalah
semen dan bukan perbandingan berat ( 25 - 35 ) % dari volume total agregat,
antara air dengan semen lagi, hal ini sedangkan bentuk butiran agregat kasar
disebabkan oleh sulitnya penentuan juga sangat menentukan kebutuhan
kebutuhan air akibat besarnya absorbsi agregat halus, untuk batu pecah ( angular
dari agregat ringan. Penentuan volume ) akan memerlukan lebih banyak agregat
semen didasarkan percobaan yang halus bila dibandingkan dengan kerikil
menghasilkan kuat tekan sedangkan (bulat).Neville ( 1981 ), menyatakan
kebutuhan air hanya didasarkan pada bahwa perbandingan antara berat agregat
besarnya slump yang dibatasi tidak boleh dengan semen (A-S) pada campuran
lebih 100 mm seperti disampaikan beton akanjuga mempengaruhi kekuatan
sebelumnya. Hasil perencanaan proporsi beton, namun perbandingan ini hanyalah
campuran beton ringan dengan metode faktor sekunder saja, untuk faktor air
ini akan berbeda dengan proporsi semen konstan campuran beton dengan
campuran pada beton normal. Pada kandungan agregat yang lebih sedikit
metode ini akan diperoleh proporsi atau perbandingan agregat-semen kecil
kebutuhan agregat halus yang lebih besar akan memiliki kekuatan tekan yang lebih
bila dibandingkan dengan kebutuhan tinggi, hal ini disebabkan oleh
agregat kasar, hal ini disebabkan oleh penyerapan air oleh agregat dan
kebutuhan agregat halus untuk mengisi kebutuhan air untuk melumasi permukaan
ruang antar agregat kasar maupun agregat lebih kecil, apabila jumlah
rongga-rongga pada agregat kasar akan kandungan agregat lebih banyak maka
lebih besar dibandingkan dengan beton penyerapan air akan lebih banyak dan
normal. Juga peningkatan kebutuhan faktor air semen efektif berkurang
agregat halus ini diperjelas oleh modulus sehingga kekuatan tekan juga akan turun.
kehalusan agregat kasar per volume yang Batuan Skoria adalah batuan beku
lebih besar dibanding dengan modulus luar ( ekstrusi ) yang terbentuk dari hasil
kehalusan per beratnya. pembekuan lava pada saat letusan gunung
Paulus Nugraha (1989), berapi di luar perut bumi. Secara fisik
menyatakan bahwa perbandinganantara batuan ini berwarna hitamdengan struktur
berat agregat halus dan agregat kasar berongga yang cukup dominan dan
(AH-AK) akan mempengaruhi tenggelam dalam air secara langsung.
karakteristik baik beton segar maupun Menurut Doddy Setia Graha (1987),
beton keras. Apabila agregat halus terlalu struktur berongga atau vesikular ini
sedikit, maka pasta tidak akan cukup disebabkan oleh pelepasan gas-gas yang
mengisi ruang-ruang kosong sehingga terkandung dalam lava akibat penurunan
campuran beton cenderung untuk tekanan selama perjalanan magma
segregasi dan sulit dikerjakan. Sebaliknya kepermukaan bumi sehingga
bila agregat halus terlalu banyak, menghasilkan rongga-rongga berbentuk

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 7, No.2 – 2013 ISSN 1978 - 5658 152
bulat, ellip, silinder ataupun tak Hendro Suseno et.al (2007), walaupun
beraturan. Batuan ini banyak sekali juga masih salah menyebut nama
terdapat di daerah aliran lava gunung- batuannya telahmemperbaiki kesalahan
gunung berapi yang masih aktif, di Jawa diatas dengan cara membuat proporsi
Timur misalnya, batuan ini tersedia campuran coba-coba beton ringan
melimpah di aliran-aliran lava Gunung berdasarkan beberapa perbandingan berat
Kelud dan Gunung Semeru dan hanya agregat-semen dan agregat halus-kasar
dimasukkan sebagai bahan galian dengan nilai slump ditetapkan sesuai
banguan sirtu yang terdiri dari pasir, ketentuan diatas. Hasil yang diperoleh
kerikil dan kerakal dan hanya digunakan adalah kekuatan tekan hancur memenuhi
sebagai bahan jalan, rumah, bahan urugan ketentuan diatas pada perbandingan
dan sebagainya. agregat-semen 3.5 dan 3.75, sedangkan
Menurut Pusat Pengembangan dan perbandingan agregat halus-kasar adalah
Penelitian Geologi Bandung yang dikutip 1.25, 1.30 dan 1.35. Namun semua
Arsito Pandojo (1994), Batuan Skoria perbandingan ini memberikan berat isi
yang berasal dari Gunung Kelud yang sedikit lebih besar dari persyaratan
merupakan fragmen batuan piroklastik diatas, hal ini mungkin disebabkan oleh
dan diperkirakan berasal dari batuan lava penggunaan agregat halus dari pasir
bagian pinggir. Ciri-ciri megaskopis hitam yang berat isinya besar sehingga
batuan ini berwarna abu-abu kehitaman, perlu dicoba menggunakan pasir alami
struktur yang kompak berongga-rongga dengan berat isi yang lebih rendah.
yang cukup dominan dan tekstur
porfiritik dengan massa dasar afanitik METODE PENELITIAN
sedangkan ciri-ciri mikroskopis Pada penelitian ini proporsi
mempunyai warna keruh kehijauan campuran beton ringan juga diambil
berbintik hitam, struktur cukup kompak secara coba-coba berdasarkan
dengan rongga-rongga halus sampai perbandingan agregat halus-agregat kasar
sedang atau vesikuler kurang lebih 20 % yang diperhalus antara 1.25 dan 1.35,
dan tekstur porfiritik dengan fenokris sedangkan perbandingan agregat-semen
yang terdiri dari plagioklas dan piroksen diambil 3.25, 3.5 dan 3.75. Nilai slump
yang tertanam dalam massa dasar gelas tetap dipertahankan dibawah 100 mm.
isotropis. Semen Portland yang digunakan adalah
Penggunaan Batuan Skoria ini PPC ( Pozzolan Portland Cement ),
sebagai agregat kasar beton ringan belum agregat kasar adalah Batuan Skoria yang
dilakukan secara maksimal sehingga diambil dari aliran lahar Gunung Kelud
perlu ditingkatkan agar lebih berdaya Blitar dan dipecah secara manual, agregat
guna terutama sebagai pengganti agregat halus adalah pasir alami yang diambil
kasar buatan yang mahal karena dari lokasi yang sama dan keduanya
pembuatannya rumit dan memerlukan dicuci bersih. Benda uji silinder dibuat
energi yang relatif besar sertadengan sesuai perlakuan dan perulangan yang
memanfaatkannya nantinya akan ditentukan, perawatan dilakukan sesuai
diperoleh suatu beton ringan yang lebih standar beton ringan dan pengujian
ramah lingkungan.Beberapa penelitian dilakukan pada umur 28 hari untuk
awal telah dilakukan untuk Tugas Akhir mendapatkan data yang berhubungan
beberapa mahasiswa Jurusan Teknik Sipil dengan Berat Isi, Kuat Tekan Hancur dan
UB namun hasilnya kurang memuaskan Modulus Elastisitas Chord.
karena kesalahan-kesalahan dalam
perancangan proporsi campuran bahkan
penyebutan nama batuan juga salah.

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 7, No.2 – 2013 ISSN 1978 - 5658 153
HASIL DAN PEMBAHASAN
No Jenis Pengujian A. Kasar
Dari hasil pengujian Agregat Halus
6 Berat Isi Kering 756.14
yang disampaikan pada Tabel 1, terlihat
( Kg/m3 )
bahwa besarnya berat jenis dan berat isi
7 Kadar Air ( % ) 1.53
pasir alami yang diambil dari aliran lahar
tempat pengambilan batuan skoria 8 Modulus Lembut 6.74
Gunung Kelud adalah lebih kecil dari
Tabel 3. Hasil Rerata Nilai Slump ( mm ).
pasir alami yang digunakan untuk
campuran beton secara umum di daerah Perbandingan Perbandingan A - S
Malang, pasir ini berwarna jauh lebih AH - AK 3.25 3.50 3.75
terang sehingga kandungan besi akan 1.250 89.20 91.40 92.20
rendah dan lebih ringan, namun 1.275 90.40 93.20 90.40
1.300 92.20 94.10 93.50
butirannya kecil-kecil, agak seragam dan 88.50 90.40 90.80
1.325
teksturnya kurang tajam. 1.350 89.30 89.80 93.20
Sedangkan dari hasil pengujian
Agregat Kasar yang disampaikan pada Dari hasil pencampuran beton
Tabel 2, terlihat bahwa besarnya berat dengan perlakuan dan perulangan yang
jenis dan berat isi agregat kasar dari ditentukan, terlihat bahwa untuk
batuan skoria Gunung Keludmemenuhi mendapatkan campuran beton yang masih
syaratsebagai agregat ringan yang mudah dikerjakan, plastis dan tidak
digunakan untuk campuran beton ringan terjadi segregasi maupunbleeding
struktural, namun seperti agregat ringan diperlukan air yang memberikan Nilai
umumnya absorpsi 24 jam batuan ini Slump yang disampaikan pada Tabel 3,
relatif besar karena kandungan pori- nilai-nilai ini masih lebih kecil dari yang
porinya juga besar. disyaratkan sebesar 100 mm namun
masih relatif besar karena kondisi agregat
Tabel 1. Karakteristik Fisik Agregat Halus. kasar yang berpori-pori dan lebih kasar
No Jenis Pengujian A. teksturnya sehingga kurang memberikan
Halus kekuatan beton yang maksimal.
1 Berat Jenis Curah 1.98 Hasil pengujian dan perhitungan
2 Berat Jenis SSD 2.02 Berat Isi yang dilakukan pada umur 28
3 Berat Jenis Semu 2.19 hari dapat dilihat pada Tabel 4, terlihat
4 Absorpsi 24 jam ( % ) 4.08 bahwa dengan perlakuan-perlakuan yang
5 Berat Isi SSD ( Kg/m3 ) 1120.74 diberikanseperti diatas besarnya
6 Berat Isi Kering 1057.12 memenuhi syarat sebagai beton ringan
( Kg/m3 ) struktural seperti disebutkan sebelumnya
7 Kadar Air ( % ) 0.85 dan tidak bervariasi secara nyata terhadap
8 Modulus Lembut 2.42 perlakuan yang ada, bila dibandingkan
dengan penelitian yang juga
menggunakan Batuan Skoria sebelumnya
Tabel 2. Karakteristik Fisik Agregat Kasar terlihat efektivitas penggantian agregat
halus dari pasir umum untuk beton
No Jenis Pengujian A. Kasar normal dengan pasir alami yang diambil
1 Berat Jenis Curah 1.52 dari aliran lahar Gunung Kelud Blitar
2 Berat Jenis SSD 1.73 yang sama dengan lokasi
3 Berat Jenis Semu 1.96 pengambilannya.
4 Absorpsi 24 jam ( % ) 17.86 Hasil pengujian dan perhitungan
5 Berat Isi SSD 914.12 Kuat Tekan Hancur yang dilakukan pada
( Kg/m3 ) umur 28 hari dapat dilihat pada Gambar
JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 7, No.2 – 2013 ISSN 1978 - 5658 154
1, terlihat bahwa dengan perlakuan- tekan hancur terlihat menurun. Semakin
perlakuan yang ada besarnya juga besar perbandingan agregat–semen
memenuhi syarat sebagai beton ringan memang kuat tekan hancur juga terlihat
struktural seperti disebutkan sebelumnya semakin meningkat namun prosentase
dan bervariasi secara nyata terhadap peningkatan kekuatan dari perbandingan
perlakuan yang diberikan. 3.5 ke 3.25 relatif lebih kecil dari
penurunan kekuatan dari perbandingan
Tabel 4. Hasil Rerata Berat Isi (Kg/m3 ) 3.5 ke 3.75, sehingga pada interval
Perbandingan Perbandingan A - S perbandingan ini harga 3.5 dapat
AH - AK 3.25 3.50 3.75 dianggap suatu harga yang memberikan
1.250 1849.52 1848.61 1847.42 kondisi yang terbaik.
1.275 1847.84 1846.73 1845.27 Hasil pengujian dan perhitungan
1.300 1839.69 1838.12 1836.22
1.325 1838.72 1837.03 1834.60
Modulus Elastisitas Chord yang
1.350 1834.56 1832.68 1830.72 dilakukan pada umur 28 hari dapat dilihat
pada Gambar 2, terlihat bahwa
perlakuan-perlakuan yang ada juga
memberikan kecenderungan yang sama
dengan yang diberikan oleh kuat tekan
hancur, hal ini menunjukkan adanya
hubungan empirik antar
keduanya.Dengan kekuatan yang sama,
besarnya adalah ( 0.53 – 0.68 ) bila
dibandingkan dengan Modulus Elastisitas
beton normal, sehingga masih memenuhi
ketentuan yang disebutkan diatas.

Gambar 1. Hubungan antara Perbandingan


Agregat Halus-Agregat Kasar
dengan Kuat Tekan Hancur
untuk Tiga Perbandingan
Agregat-Semen

Perbandingan agregat halus –


agregat kasar 1.30memberikan kuat tekan
hancur maksimum, jadi agregat halus Gambar 2. Hubungan antara Perbandingan
sudah cukup mengisi rongga-rongga yang Agregat Halus-Agregat Kasar
ada baik pada beton maupun batuannya dengan Modulus Elastisitas
sehingga beton yang diperoleh adalah Chord untuk Tiga Perbandingan
yang paling padat dan kompak, dibawah Agregat-Semen
harga ini kepadatan maksimal beton
belum tercapai sedangkan diatas harga ini KESIMPULAN
agregat halus terlalu banyak,keperluan air Dari hasil penelitian ini dapat
meningkat untuk pembasahan agregat disimpulkan bahwa Batuan Skoria dari
sehingga pada kedua kondisi ini kuat Gunung Kelud merupakan agregat kasar
JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 7, No.2 – 2013 ISSN 1978 - 5658 155
ringan alami atau vulkanik yang dapat Hendro Suseno, et.al., 2007. Beton Ringan
digunakan untuk Beton Ringan Struktural Struktural Beragregat Batuan Andesit
Piroksen dari Gunung Kelud Blitar.
dengan pemilihan jenis agregat halus Laporan Penelitian Fakultas Teknik
tertentu walaupun dengan proporsi Universitas Brawijaya, Malang
campuran coba-coba. Hanya kuat tekan Klieger, et. al., 1976.Recommended Practice for
hancur yang dicapai masih relatif rendah Selecting Proportions for Structural
sehingga perlu peningkatan misalnya Lightweight Concrete (ACI 211.2-69).
American Concrete Institute, Detroit.
dengan perancangan proporsi campuran McGregor, G.J, 1997.Reinforced Concrete
yang lebih teliti atau penggunaan bahan Mechanics And Design. Prentice Hall,
tambahan campuran pereduksi air untuk New Jersey.
mengurangi kebutuhan air namun masih Mehta, P.K. & Monteiro, P.J.M., 1993.Concrete
dapat dikerjakan dengan baik. Structure Properties and
Materials.Prentice-Hall, New Jersey.
Murdock, L.J & Brook, K.M, 1986. Bahan dan
DAFTAR PUSTAKA Praktek Beton terjemahan oleh Stephanus
Aman Subakti, 1994.Teknologi Beton Dalam Hendarko.Edisi keempat, Erlangga,
Praktek. Jurusan Teknik Sipil FTSP Jakarta.
Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Neville, A.M, 1981.Properties of Concrete. Third
Surabaya. Edition, The Language Book Society and
Arsito Pandojo, 1994.Pengaruh Kuat Tekan Pitman Publishing, London.
Hancur Beton Beragregat Kasar Batu Paulus Nugraha, 1989. Teknologi Beton dengan
apung Terhadap Modulus Elastisitas dan antisipasi terhadap Pedoman Beton
Rasio Poisson.Skripsi Tidak Diterbitkan, 1989.Penerbitan Universitas Kristen Petra,
Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Surabaya.
Brawijaya, 1994, Malang. Robinson et. al., 1993.Guide For Structural
Boyle, et. al., 1998.Standard Practice for Lightweight Agregate Concrete, (ACI 213
Selecting Proportions for Structural R-87). American Concrete Institute,
Lighweight Concrete (ACI 211.2-98). Detroit.
American Concrete Institute, Detroit. Winter, G & Nilson, A.H, 1993.Perencanaan
Struktur Beton Bertulang.Disunting oleh
Doddy Setia Graha, 1987.Batuan dan Mineral. M. Sahari Besari dkk. PT Pradnya
Nova, Bandung. Paramita, Jakarta.

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 7, No.2 – 2013 ISSN 1978 - 5658 156

Anda mungkin juga menyukai