Makalah Osmoregulasi Pada Amfibi
Makalah Osmoregulasi Pada Amfibi
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai hewan yang berdarah dingin, amfibi tidak aktif dalam kondisi
dingin. Pada kondisi ini mereka melakukan hibernasi, biasanya dalam lumpur di
dasar kolam. Musim kawin amfibi sering berlangsung kacau. Amfibi jantan dan
betina berkumpul bersama dalam jumlah besar. Setelah membuahi telur, biasanya
amfibi tidak lagi mempedulikan telurnya. Hanya sedikit jenis amfibi yang
melindungi telur. Umumnya spesies amfibi kecil mengandalkan penyamaran atau
melarikan diri saat terancam pemangsa. Ada pula amfibi yang mengandalkan kulit
yang mencolok untuk menakuti musuh. Ada jenis amfibi yang mempunyai racun.
PEMBAHASAN
a) Defekasi: yaitu proses pengeluaran sisa pencernaan makanan yang disebut
feses. Zat yang dikeluarkan belum pernah mengalami metabolisme di dalam
jaringan. Zat yang dikeluarkan meliputi zat yang tidakl diserap usus sel epitel,
usus yang rusak dan mikroba usus.
d) : yaitu proses pengeluaran zat dari rongga tubuh, baik dari rongga yang
kecil (saluran air mata) maupun dari rongga yang besar (usus).
Secara umum, sistem ekskresi memelihara homeostasis dengan tiga cara, yaitu:
Oleh karena itu, zat ini harus dikeluarkan dari tubuh. Namun demikian, jika
untuk sementara disimpan dalam tubuh zat tersebut akan dirombak menjadi zat
yang kurang beracun, yaitu dalam bentuk urea. Zat warna empedu adalah sisa
hasil perombakan sel darah merah yang dilaksanakan oleh hati dan disimpan pada
kantong empedu.
Bagi hewan yang hidup di darat amonia menjadi masalah untuk kelangsungan
hidupnya jika di timbun dalam tubuhnya. Karena itu pada hewan yang hidup di
darat amonia segera di rubah di dalam hati menjadi persenyawaan yang kurang
berbahaya bagi tubuhnya yaitu dalam bentuk urea dan asam urat.
Air dalam urine pada hewan-hewaan darat diabsorbsi oleh tubuh untuk
penghematan. Meskipun cara hidup dan habitat mempunyai oeran penting pada
ekskresi sisa metabolisme yang mengandung nitrogen.
3) Osmoregulasi
Katak dan salamander umumnya adalah hewan air tawar, akan mati dalam
beberapa jam bila ditaruh dalam air laut, jadi katak dan salamander
adalah regulator hiperosmotik sempit. Namun ada sejenis katak pemakan
kepiting, hidup didaerah rawa mangrove, mencari makan dan berenang dalam air
laut.Pada saat katak berada dalam air laut ia menjadi hewan hiosmotik. Untuk
mencegah kehilangan air osmotic melalui kulitnya, katak menambah umlah urea
dalam darahnya, yang dapat mencapai 480 mmol urea perliter. Mekanisme ini
beralasan, sebab kulit amphibi relative permeable terhadap air, sehinggan secara
sedarhana untuk mencegah kehilangan air dibuat konsentrasi osmotic darah
seperti mediumnya.
Katak pemakan kepiting, yang muda memiliki toleransi lebih besar terhadap
salinitas tinggi dari pada yang dewasa. Pada katak muda, pola regulasi
osmotiknya mirip dengan teleostei sedangkan yang dewasa mirip Elasmobrankhii.
1. Membuang limbah yang tidak berguna dan beracun dari dalam tubuh.
– Ginjal
– Paru-paru
– Kulit
– Insang
Ginjal amphibi sama dengan ginjal ikan air tawar yaitu berfungsi
untuk mengeluarkan air yang berlebih. Karena kulit katak permeable
terhadap air, maka pada saat ia berada di air, banyak air yang masuk ke
tubuh katak secara osmosis. Pada saat ia berada di darat harus melakukan
konservasi air dan tidak membuangnya. Katak menyesuaikan dirinya
terhadap kandungan air sesuai dengan lingkungannya dengan cara
mengatur laju filtrasi yang dilakukan oleh glomerulus, sistem portal renal
berfungsi untuk membuang bahan-bahan yang diserap kembali oleh tubuh
selama masa aliran darah melalui glomerulus dibatasi. Katak juga
menggunakan kantung kemih untuk konservasi air. Apabila sedang berada
di air, kantung kemih terisi urine yang encer. Pada saat berada di darat air
1) Melalui Hati
Osmoregulasi pada hati bertujuan untuk membuang racun yang
terdapat didalam darah. Racun yang didapat berasal dari darah yang
dialirkan dari anyaman pembuluh kapiler darah yang berasal dari system
pencernaan. Selanjutnya, racun tersebut akan dibuang dari tubuh melalui
urine dan feses. Dengan demikian, konsentrasi darah dapat terjaga dalam
batas normal.
2) Melalui Ginjal
3) Melalui Kulit
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Qurniawan, Tony Febri dan Deera Army Pramana . tanpa tahun . “Mikroanatomi
Kelenjar Kulit Duttaphrynus melanostictus (Schneider,1799) dan
Kalaoula baleata (Muller,1836) (Amphibia, Anura) . Yogyakarta :
Fakultas Biologi Universitas Gajah Mada