Anda di halaman 1dari 5

SEJARAH DAN FILOSOFI

BILANGAN KOMPLEKS

by Umi Mahmudah, Ph.D

Apakah bilangan kompleks benar-benar ada? Apakah ini pertanyaan jebakan? Bagaimana
kita bisa melihat akar kuadrat dari angka negatif dan, dengan definisi akar kuadrat, mengklaim
bahwa angka seperti itu dapat diafirmasi?. Pertanyaan-pertanyaan tersebut sangat sulit dijawab
dengan pasti sampai sekitar 300 tahun yang lalu. Banyak penelitian dalam bidang matematika
yang menganalisis tentang apakah bilangan-bilangan kompleks tersebut masuk akal atau tidak
dalam kehidupan nyata.
Penemuan awal angka imajiner pada pertengahan 1500-an adalah di sekitar gagasan
serupa mengenai bilangan kompleks selama beberapa dekade. Pada masa itu, mereka bahkan
tidak memiliki konsep yang pasti tentang bilangan negatif, apalagi yang imajiner. Solusi
matematika yang mengandung bilangan negatif masih dicurigai dan diragukan. Oleh karenanya,
pada masa itu konflik tentang bilangan kompleks adalah lazim terjadi. Tanpa standar yang
digunakan untuk mengevaluasi pemikiran mereka, setiap ahli matematika kurang lebih
membangun dari bawah ke atas. Akibatnya, perkembangan teori bilangan kompleks sangat
lambat. Berikut empat tahapan penting dalam teori analisis kompleks.

A. PERKEMBANGAN AWAL: Tartaglia, Cardano, dan Persamaan Kubik


Bilangan kompleks pertama kali dilacak di Italia, berdasarkan solusi dari persamaan kubik
(cubic equation). Nicolo Tartaglia mengenalkan formula rahasia untuk menyelesaikan persamaan
kubik, yaitu dengan menggunakan metode abstrak dibandingkan dengan metode numeric yang
umumnya digunakan pada masa itu. Dia menulis solusinya dalam bentuk ekspositori yang oleh
banyak orang disebut Puisi Tartaglia (Tartaglia Poem). Dia mulai menguji persamaan depressed
cubic dengan memberikan formulas sebagai berikut:

Tartaglia mendefinisikan dua bilangan u dan v, sedemikian sehingga


dan

Dari sini, solusi untuk persamaan kubik berhasil ditemukan.

Proses dan perumusan solusi persamaan kubik yang ditemukan oleh Tartaglia kemudian
dibagikan secara rahasia dengan ahli matematika Italia Girolamo Cardano pada tahun 1539.
Akan tetapi, Cardano kemudian mempublikasikan rumus dan formula tersebut sehingga sampai
saat ini teknik penyelesaian persamaan kubik dikenal dengan formula Cardano. Gambar 1
berikut adalah kubus yang digunakan oleh Cardano.

Gambar 1: Kubus Cardano

Solusi-solusi yang ditemukan oleh Cardano para persamaan kubik selalu mengandung
akar kuadrat negatif. Akibatnya, ia berasumsi tidak ada solusi, dan tidak mempelajari persamaan
tipe ini lebih lanjut. Karena solusi yang diberikan oleh Cardano hanya tunggal, ia tidak hanya
menemui jalan buntu, tetapi pada dasarnya dapat dikatakan tidak menemukan solusi nyata yang
memuaskan untuk persamaan kubik. Dalam proses mencari solusi persamaan kubik tersebut,
Cardano menemukan banyak keraguan-keraguan yang serius sehingga munculah pernyataannya
yang terkenal bahwa bilangan kompleks adalah “mental torture” (penyiksaan mental). Cardano
juga menyimpulkan bahwa proses matematika yang menggunakan sebagai “as subtle as it
would be useless”.
Dengan demikian, komentarnya tentang topik yang tidak sepenuhnya dia pahami menjadi
bumerang. Namun demikian, kegagalan Cardano dalam memberikanpemikiran matematis yang
lengkap tentang solusi persamaan kubik dan kemudian merasionalisasikannya ke dalam
kehidupan nyata tidak merusak reputasinya, tetapi lebih menggambarkan struktur bukti
matematika selama pertengahan abad ke-16.

B. Awal Mula Teori Kompleks: Rafael Bombelli


Rafael Bombelli adalah tokoh yang menyediakan tahapan-tahapan yang hilang dalam
formula Cardano untuk memberikan solusi persamaan kubik. Karyanya, yang berjudul
L'Algebra, adalah titik balik dalam pengembangan bilangan kompleks, sebagai representasi sejati
mengenai imajiner. Ini merupakan representasi paling awal dari apa yang kita kenal sebagai
kuantitas imajiner. Bombelli mendefinisikan sebagai pdm (piu di meno) atau “plus of
minus”. Demikian pula, dia mendefinisikan kebalikan dari sebagai minus of minus.
Penting untuk diketahui bahwa Matematika pada waktu itu masih ditampilkan melalui
bentuk kata/kalimat dan masing sangat jarang notasi simbolik digunakan, terutama dalam kasus
di mana belum ada simbol yang dikembangkan untuk jumlah imajiner seperti yang dijelaskan
oleh Bombelli. Kemudian, ia juga berhasil membuktikan bagaimana kombinasi akar imajiner
dapat mengarah ke bilangan real, yang memberikan "langkah hilang (missing step)" yang
memvalidasi metode Cardano.
Ide dari Bombelli juga secara tidak sengaja menunjukkan bahwa bilangan real juga
kompleks. Bombelli membuktikan secara empiris bahwa bilangan real apa pun dapat dinyatakan
dalam bentuk kompleks.

C. Penggunaan Kata Imajiner: Descartes, Leibniz


Pada akhir 1600-an, Descartes mengembangkan aturan tanda, dan menyebutkan istilah
"imajiner" untuk bilangan kompleks, tetapi tidak membahas gagasan ini sampai tingkat yang
lebih jauh. Pada pergantian abad ke-18, kita mulai melihat pandangan yang lebih modern tentang
bilangan kompleks. Mereka menjadi lebih banyak dipelajari dan diterima sebagai kebenaran
matematika.
Gottfried Wilhelm Leibniz adalah tokoh yang mempelopori dikenalnya kembali bilangan
imajiner. Leibniz memperhatikan beberapa property (sifat) matematika yang menarik dari
bilangan kompleks, khususnya kombinasi linear dari konjugat kompleks menghasilkan bilangan
rasional positif.. Kontribusi Leibniz yang paling besar pada pengembangan kompleks adalah
penggunaan istilah “imajiner”. Alasan dia menggunakan kata imajiner adalah “amfibi antara ada
dan tidak ada, yang kita sebutlah akar imajiner dari persatuan negatif”

D. EULER
Meskipun Euler tidak terlalu terkenal dalam perkembangan bilangan kompleks, namun ia
berhasil memberikan salah satu pondasi paling mendasar mengenai sistem yang kompleks. Euler
mengenalkan symbol i sebagai .

Beberapa tokoh yang memberikan konstribusi besar pada perkembangan bilangan


kompleks:

1. Descartes (1596-1650) mengaitkan angka imajiner dengan ketidakmungkinan geometris.


2. John Wallis (1616-1703) memberikan kemajuan yang sangat penting dalam interpretasi
geometris dari
3. Leonhard Euler (1707-1783) mengenalkan notasi dan kemudian memvisualkan
angka imajiner sebagai titik dari koordinat persegi panjang, tetapi tidak memberikan dasar
yang memuaskan untuk angka kompleks.
4. Caspar Wessel (1745-1818), adalah orang pertama yang mendapatkan dan menerbitkan
presentasi yang sesuai dari bilangan kompleks. Judul papernya yaitu “On the Analytic
Representation of Direction: An Attempt” terbit pada tahun 1799. Wessel menggunakan
pendekatan vector, yaitu menambahkan geometris vektor (hukum jajar genjang) dan
penggandaan vektor dalam hal apa yang kita sebut hari ini “menambahkan sudut kutub dan
mengalikan besarnya”.
5. William Rowan Hamilton mendefinisikan bilangan kompleks dalam bentuk pasangan
berurutan (a, b) agar lebih mudah dipahami dalam aritmatika.
6. Usaha dari Hamilton tersebut menginspirasi perumusan teori umum dari bilangan kompleks,
yang diantaranya dilakukan oleh Karl Weierstrass, Hermann Schwarz, Richard Dedekind, otto
Holder, Henri Poincare, Eduard Study, Sir Frank MacFarlane Burnet.
7. Kemudian August Mobius mengaplikasikan bilangan kompleks ke dalam geometri yang
menjadikan bentuk-bentuk formula transformasinya lebih jelas.
8. Augustin-Louis Cauchy menginisiasi teori-teori tentang fungsi kompleks. Cauchy
memberikan Teorema Cauchy yang berbunyi: “Jika f(z) analitik dan f`(z) kontinu di dalam
dan pada lintasan tertutup sederhana C maka Integral (fzdz) = 0”
9. Carl Frederich Gauss menggunakan bilangan kompleks dalam pembuktian teorema aljabar,
yaitu selalu ada solusi utk setiap persamaan polynomial n.

Sumber:

Daniel, D.F.. Math and Metaphor. BRIDGES Mathematical Connections in Art, Music, and
Science
Gani, Samsul Abdul. Sejarah Bilangan Kompleks. FKIP. Univeristas Negeri Siliwangi
Graves-Gregory, Nicola. Historical Changes in the Concepts of Number, Mathematics and
Number Theory
Merino, Orlando. A Short History of Complex Numbers. University of Rhode Island

Nahin, Paul J.. An Imaginary Tale: The Story of . Princeton University Press

Peters, Christen. The Reality of the Complex: The Discovery and Development of Imaginary
Numbers. Lee University

Anda mungkin juga menyukai