Anda di halaman 1dari 9

Makalah Pengelolaan Program Pengajaran Biologi “STEM”

Untuk Memenuhi Tugas Bapak Drs. Nur Widodo, M.Kes.

Nama Kelompok:
1. Izzati
2. Yulinda Dwi Paramida (201610070311116)
3. Ayu Suhaida (201610070311121)
4. Panji Sukma (201610070311128)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2019
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam kehidupan
manusia. Sebuah negara dikatakan maju atau tidaknya dapat dilihat dari
pendidikan yang diterapkan di negara tersebut. Persaingan yang semakin ketat di
era globalisasi ini mengharuskan sumber daya manusia memiliki kualitas yang
baik dan profesional di berbagai bidang kehidupan. Para siswa yang hidup di era
ini haruslah memiliki keterampilan abad 21 agar dapat bersaing. Keterampilan
abad 21 ini meliputi keterampilan dalam literasi era digital, berpikir inventif,
komunikasi yang efektif, dan produktivitas yang tinggi (Lemke, 2003).
Di Indonesia, pembelajaran STEM belum populer jika dibandingkan di negara
maju. Namun, pembelajaran STEM ini mulai dilirik pemerintah untuk dimasukkan
ke dalam kurikulum sekolah. STEM di Indonesia masih dalam tahap berkembang,
dan saat ini belum terdapat penilaian baku yang dapat diterapkan khusus untuk
pembelajaran STEM, termasuk di Indonesia. Alat penilaian dinilai penting dalam
sebuah pembelajaran karena merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk
menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan
sudah tercapai. Alat penilaian yang digunakan harus bersifat objektif, efektif, dan
memudahkan guru (Arikunto, 2009).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan STEM?
2. Apa saja  ciri-ciri STEM?
3. Apa saja langkah-langkah pembelajaran STEM?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu STEEM.
2. Untuk mengetahui ciri-ciri dari STEM.
3. Untuk mengetahui langkah-langkah pembelajaran berbasis STEM.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 STEM (Science, Technology, Engineering and Mathematics)


Definisi dasar berdasarkan masing-masing kata yaitu, Science merupakan
bagian dari ilmu pengetahuan yang mempelajari alam semesta, fakta-fakta, fenomena
serta keteraturan yang ada di dalamnya. Technology merupakan inovasi, perubahan,
modifikasi dari lingkungan alam untuk memberi kepuasan terhadap keinginan dan
kebutuhan manusia. (standarad of technology literacy, ITEA 2000) Tujuan teknologi
adalah membuat modifikasi pada dunia untuk memenuhi kebutuhan manusia.
(National Science Education Standard, NRC 1996) Dalam pemaknaan yang lebih luas,
teknologi mempu meningkatkan kemampuan manusia untuk merubah dunia;
memotong, membentuk, menyatukan material-material, memindahkan sesuatu dari
satu tempat ke tempat lain, untuk menggapai sesuatu yang lebih hebat dengan
menggunakan tangan, suara dan perasaan kita. (Benchnark for science literacy, AAAS,
1993) merupakan proses manusia memodifikasi alam untuk memenuhi kebutuhan dan
keinginan mereka (Technically Speaking: Why All Americans Need to Know More
About Technology, NAE/NRC,2012) Engineering merupakan sebuah profesi dimana
pengetahuan sains dan matematika diperoleh melalui studi, eksperimen, dan praktek
yang diaplikasikan dengan mempertimbangkan pengembangan cara untuk
menyelesaikan masalah yang tidak umum) - self management and self development
(kemampuan untuk bekerja secara otomatis dengan kelompok maupun sendiri) -
system thinking (kemampuan untuk memahami kerja seluruh sistem serta memahami
bagaimana pengaruh suatu tindakan perubahan terhadap sistem tersebut). Untuk
merakit bahan-bahan dan kekutan alam untuk memenuhi kebutuhan manusia.
(Accreditation Board for Engineering and Technology, 2008) Mathematics merupakan
cabang disiplin ilmu yang mempelajari berbagai pola atau hubungan (relasi) (AAAS,
1993).
STEM dalam konteks pendidikan mempunyai tujuan pendidikan STEM
(STEM education) bagi semua siswa adalah menerapkan dan mempraktekan konten
dasar dari STEM pada situasi yang mereka hadapi atau temukan dalam kehidupan,
menjadi melek STEM (STEM literacy) (Rodger, W Bybee, 2013).
Pendidikan STEM tidak bermakna hanya penguatan praktis pendidikan dalam
bidang-bidang STEM secara terpisah, melainkan mengembangkan pendekatan
pendidikan yang mengintegrasikan sains, teknonogi, enjiniring, dan matematika,
dengan memfokuskan proses pendidikan pada pemecahan masalah nyata dalam
kehidupan sehari-hari maupun kehidupan profesi (National STEM Education Center,
2014). Dalam konteks pendidikan dasar dan menengah, Pendidikan STEM bertujuan
mengembangkan peserta didik yang melek STEM (Bybee, 2013), yang mempunyai:
1. pengetahuan, sikap, dan keterampilan untuk mengidentifikasi pertanyaan dan
masalah dalam situasi kehidupannya, menjelaskan fenomena alam, mendesain,
serta menarik kesimpulan berdasar bukti mengenai isu-isu terkait STEM;
2. memahami karakteristik fitur-fitur disiplin STEM sebagai bentuk-bentuk
pengetahuan, penyelidikan, serta desain yang digagas manusia;
3. kesadaran bagaimana disiplin-disiplin STEM membentuk lingkungan material,
intelektual dan kultural;
4. kemauan terlibat dalam kajian isu-isu terkait STEM (misalnya efisiensi energi,
kualitas lingkungan, keterbatasan sumberdaya alam) sebagai warga negara
yang konstruktif, peduli, serta reflektif dengan menggunakan gagasan-gagasan
sains, teknologi, enjiniring dan matematika.
Pembelajaran STEM perlu menekankan beberapa aspek dalam proses
pembelajaran (NRC, 2011) diantaranya:
1) mengajukan pertanyaan (science) dan mendefinisikan masalah (engineering);
2) mengembangkan dan menggunakan model;
3) merencanakan dan melakukan investigasi;
4) menganalisis dan menafsirkan data (mathematics);
5) menggunakan matematika; teknologi informasi dan komputer; dan berpikir
komputasi;
6) membangun eksplanasi (science) dan merancang solusi (engineering);
7) terlibat dalam argumen berdasarkan bukti;
8) memperoleh, mengevaluasi, dan mengkomunikasikan informasi.
2.2 Definisi Literasi STEM
1. Sains (Science) Literasi sains: kemampuan dalam mengidentifikasi informasi
ilmiah, lalu mengaplikasikannya dalam dunia nyata yang juga mempunyai
peran dalam mencari solusi.
2. Teknologi (Technology) Literasi teknologi: keterampilan dalam
menggunakan berbagaiteknologi, belajar mengembangkan teknologi,
menganalisis teknologi dapat mempengaruhi pemikiran siswa dan
masyarakat.
3. Teknik (Engeneering) Literasi desain: kemampuan dalam mengembangkan
teknologi dengan desain yang lebih kreatif dan inovatif melalui
penggabungan berbagai bidang keilmuan.
4. Matematika (Mathematics) Literasi matematika: kemampuan dalam
menganalisis dan menyampaikan gagasan, rumusan, menyelesaikan masalah
secara matematik dalam pengaplikasiannya.

Pendekatan STEM tidak hanya dapat diterapkan di sekolah dasar dan sekolah
menengah, tapi juga dapat diterapkan dperkuliahan bahkan program doctoral.
Pendekatan STEM menghubungkan pembelajaran dengan empat komponen
pengajaran, yaitu science, technology, engeneering, and mathematics. Selaras dengan
hal tersebut pendekatan STEM dapat dilaksanakan pada tingkat pendidikan formal/di
dalam kelasdan tingkat satuan non formal/di luar kelas (Gonzales dan Kuenzi, 2012).
STEM beberapa tahun terakhir ini sudah banyak diterapkan di beberapanegara
seperti di Taiwan, peningkatan kurikulum 9 tahun mulai mengintegrasi pembelajaran
STEM yang membuat siswa berperan sebagai pusat kegiatan belajar (Lou dkk,
2011). Selain itu, negara Malaysia juga melakukan kerjasama dengan Amerika untuk
meningkatkan kemampuan siswanya dengan menggunakan pendekatan pembelajaran
STEM sebagai salah satu persiapan untuk menghadapi persaingan abad 21.
Selanjutnya,penelitian tentang pendekatan pembelajaran STEM di Indonesia
jugasudah dimulai beberapa tahun terakhir.
2.3 Pendekatan STEM
Roberts dan Cantu (2012) mengembangkan tiga pendekatan pembelajaran STEM
yang dapat diterapkan, yaitu:
1. Pendekatan Silo
Pendekatan ini menekankan pada kesempatan siswa untuk
mendapatkan pengetahuan daripada keterampilan teknis. Melalui pendekatan
silo memiliki beberapa karakteristik, diantaranya pembelajaran di dalam kelas
hanya memberikan sedikit kesempatan siswa untuk aktif dan masih otoriter
oleh guru. Pendekatan silo menekankan pada pengetahuan yang mendapatkan
penilaian.
2. Pendekatan Tertanam
Pendekatan ini menekankan pada penguasaan pengetahun melalui
keadaan dunia nyata dan cara yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan
permasalahan dalam lingkup sosial, budaya, dan fungsional. Pendekatan ini
mengutamakan integritas pada subjek dan menghubungkan materi yang
diprioritaskan dengan materi pendukung atau materi tertanam.
3. Pendekatan Terpadu
Pendekatan ini menekankan pada penggabungan berbagai bidang
STEM dan menjadikannya satu subjek. Pendekatan ini menggabungkan
berbagai konten lintas kurikuler seperti kemampuan berpikir kritis,
penyelesaian masalah, dan informasi ilmiah yang menjadi suatu solusi dari
suatu masalah melalui pengintegrasian materi yang diajarkan pada kelas dan
waktu yang berbeda. Penggunaan pendekatan STEM mengintegrasikan
beberapa multi disiplin ilmu yang disebut sebagai integrasi interdisipliner dan
penggabungan beberapa mata pelajaran dalam waktu yang tidak sama disebut
dengan integrasi multidisiplin. Pendekatan pembelajaran STEM ini mampu
membangun daya berpikir siswa yang sangat dibutuhkan untuk menambah
kemampuan siswa dalam menyelesaikan permasalahan melalui pengumpulan
dan menganalisis berbagai permasalahan yang muncul, sehingganya dapat
membantu siswa dalam menyiapkan keterampilannya dalam menuju dunia
kerja.

2.4 Science, Technology, Engineering and Mathematics-Project Based Learning


(STEM-PjBL)
Pembelajaran Sains PjBL (project based learning) merupakan model
pembelajaran yang disarankan dalam kurikulum 2013, sedangkan STEM lebih pada
sebuah strategi besar. Karakteristik PjBL dengan STEM-PjBL terdapat persamaan,
namun STEM-PjBL lebih menekankan pada proses mendesain. Design process
adalah pendekatan sistematis dalam mengembangkan solusi dari masalah dengan
welldefine outcome (Capraro, dkk., 2013). Proses pembelajaran STEM-PjBL dalam
membimbing siswa terdiri dari lima langkah, setiap langkah bertujuan untuk
mencapai proses secara spesifik. Berikut ini tahapan dalam proses pembelajaran
STEM- PjBL yang efektif (Laboy-Rush, 2010).
Tahap 1: Reflection
Tujuan dari tahap pertama untuk membawa siswa ke dalam konteks masalah
dan memberikan inspirasi kepada siswa agar dapat segera mulai
menyelidiki/investigasi. Fase ini juga dimaksudkan untuk menghubungkan apa yang
diketahui dan apa yang perlu dipelajari.
Tahap 2: Research
Tahap kedua adalah bentuk penelitian siswa. Guru memberikan pembelajaran
sains, memilih bacaan, atau metode lain untuk mengumpulkan sumber informasi
yang relevan. Proses belajar lebih banyak terjadi selama tahap ini, kemajuan belajar
siswa mengkonkritkan pemahaman abstrak dari masalah. Selama fase research, guru
lebih sering membimbing diskusi untuk menentukan apakah siswa telah
mengembangkan pemahaman konseptual dan relevan berdasarkan proyek.
Tahap 3: Discovery
Tahap penemuan umumnya melibatkan proses menjembatani research dan
informasi yang diketahui dalam penyusunan proyek. Ketika siswa mulai belajar
mandiri dan menentukan apa yang masih belum diketahui. Beberapa model dari
STEM-PjBL membagi siswa menjadi kelompok kecil untuk menyajikan solusi yang
mungkin untuk masalah, berkolaborasi, dan membangun kerjasama antar teman
dalam kelompok. Model lainnya menggunakan langkah ini dalam mengembangkan
kemampuan siswa dalam membangun habit of mind dari proses merancang untuk
mendesain.
Tahap 4: Application
Pada tahap aplikasi tujuannya untuk menguji produk/solusi dalam
memecahkan masalah. Dalam beberapa kasus, siswa menguji produk yang dibuat
dari ketentuan yang ditetapkan sebelumnya, hasil yang diperoleh digunakan untuk
memperbaiki langkah sebelumnya. Di model lain, pada tahapan ini siswa belajar
konteks yang lebih luas di luar STEM atau menghubungkan antara disiplin bidang
STEM.
Tahap 5: Communication
Tahap akhir dalam setiap proyek dalam membuat produk/solusi dengan
mengkomunikasikan antar teman maupun lingkup kelas. Presentasi merupakan
langkah penting dalam proses pembelajaran untuk mengembangkan keterampilan
komunikasi dan kolaborasi maupun kemampuan untuk menerima dan menerapkan
umpan balik yang konstruktif. Seringkali penilaian dilakukan berdasarkan
penyelesaian langkah akhir dari fase ini.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Seperti telah diuraikan pada bagian terdahulu, maju mundurnya suatu bangsa
dapat dicirikan oleh tiga aspek, yaitu literasi sains, bahasa dan matematika.
Fenomena terkait rendahnya literasi anak Indonesia pada ketiga jenis literasi
menunjukkan masih perlunya dunia pendidikan di Indonesia berbenah diri. FKIP,
khususnya FPMIPA dan sekolah diharapkan menjadi ujung tombak perjuangan ini.
Oleh karena itu, lakukanlah perubahan, inovasi, dan reformasi dalam cara
membelajarkan anak/melatih mahasiswa calon guru dari penggunaan paradigma
lama menjadi paradigma baru. Membangun penguasaan konten harus dilakukan
melalui proses memberikan keterampilan (Skills), yang dilandasi dengan sikap,
karakter, dan kebiasaan yang baik. Ingatlah bahwa akhir suatu proses pendidikan
pada dasarnya adalah menanamkan kepribadian. Pembelajaran berbasis STEM
merupakan salah satu pembelajaran alternative yang potensial digunakan untuk
membangun keterampilan abad 21.

DAFTAR PUSTAKA
Afriana, Jaka., Permanasari, Anna., Fitriani, Any. 2016. Penerapan Project Based
Learning Terintegrasi STEM untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa
Ditinjau dari Gender. Jurnal Inovasi Pendidikan IPA. 2 (2): 202 – 212.
Arikunto, S (2008). Manajemen Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Bybee, R. W. (2013). The case for STEM education: Challenges and opportunity.
Arlington, VI: National Science Teachers Association (NSTA) Press.
Jauhariyyah, F R., Suwono, Hadi., Ibrohim. 2017. Science, Technology, Engineering
and Mathematics Project Based Learning (STEM-PjBL) pada Pembelajaran
Sains. ISBN: 978-602-9286-22-9. 2 (2): 432-436.

Anda mungkin juga menyukai