A. Pendahuluan
Kabupaten Sleman dikategorikan sebagai kawasan perkotaan
kabupaten cepat tumbuh. Sebagai Kawasan Perkotaan Kabupaten Cepat
Tumbuh, Kabupaten Sleman akan menghadapi dua tantangan besar.
Dalam Subkhi, Wildha dan Mardiansjah, Fadjar (2019:106) dijelaskan
bahwa tantangan yang akan dihadapi dalam pertumbuhan dan
perkembangan kawasan perkotaan kabupaten yang cepat tumbuh, Pertama
adalah laju pertumbuhan kawasan perkotaan kabupaten berlangsung sangat
cepat, bahkan lebih cepat dari perkotaan yang secara administrasi
direncanakan (kota) (Mardiansjah, 2013). Pertumbuhan penduduk pada
kawasan perkotaan kabupaten cepat tumbuh juga lebih tinggi
dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk pada kota-kota
besar/kota inti-nya (Firman, 2016; Setyono et al., 2017). Kedua proses
urbanisasi kabupaten yang terus berlangsung menyebabkan
pertumbuhan perkotaannya terus meluas dan berlangsung terus-menerus,
sehingga dalam satu kabupaten dapat memiliki banyak kawasan perkotaan
kabupaten (Mardiansjah, 2013; Firman, 2016; Jedwab et al., 2017).
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik pada
Agustus 2019, disebutkan bahwa Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki
penduduk sebanyak 3,8 juta Jiwa dan sepertiga dari penduduk Daerah
Istimewa Yogyakarta bertempat tinggal di Kabupaten Sleman (1,2 juta
Jiwa). Selain itu, ¾ dari seluruh Kecamatan di Sleman terklasifikasi
kedalam wilayah Desa Perkotaan, wilayah Desa Perkotaan ini telah
berkembang menjadi pusat pertumbuhan dimana aktivitas masyarakat
untuk menunjang kebutuhan sosial dan ekonomi banyak dilakukan. Salah
satu fasilitas yang dapat digunakan masyarakat untuk membantu
menunjang aktivitas sosial dan ekonominya adalah transportasi, terutama
transportasi umum. Transportasi umum dapt menjadi pilihan yang tepat
dalam menunjang aktivitas sosial ekonomi masyrakat karena harganya
yang lebih murah dibandingkan dengan menggunakan transportasi pribadi.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009
tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan yang selanjutnya disingkat LLAJ,
bahwa Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sebagai bagian dari sistem
transportasi nasional harus dikembangkan potensi dan perannya untuk
mewujudkan keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran berlalu
lintas dan Angkutan Jalan dalam rangka mendukung pembangunan
ekonomi dan pengembangan wilayah.
Kebutuhan transportasi merupakan kebutuhan utama untuk
menunjang aktivitas ekonomi, sosial, dan sebagainya. Dalam kerangka
makro-ekonomi, transportasi merupakan tulang pungggung perekonomian
nasional, regional, dan lokal, yang diperlukan baik di perkotaan maupun di
pedesaan. Dalam hal ini sarana transportasi yaitu angkutan umum,
merupakan salah satu bentuk angkutan umum yang mempunyai fungsi
sebagai sarana penggerak manusia untuk berpindah dari suatu tempat ke
tempat lain yang juga merupakan sarana transportasi alternatif, terutama
bagi masyarakat yang tidak memiliki kendaraan pribadi. Sehingga
kebutuhan akan trasnportasi ini sangat diperlukan. Oleh karena itu,
Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki trasnportasi massal
yang dikenal luas oleh masyarakat DIY yaitu Trans Jogja.
Trans Jogja merupakan sebuah sistem transportasi bus yang
menjadi salah satu bagian dari program penerapan Bus Rapid Transit yang
dicanangkan Departemen Perhubungan Republik Indonesia. Sistem ini
mulai dioperasikan pada awal bulan Maret 2008 oleh Dinas Perhubungan
DIY. Dikarenakan sistem transportasi memiliki sifat sistem jaringan, maka
kinerja pelayanan transportasi sangat dipengaruhi oleh integritas dan
keterpaduan jaringan. Dalam sistem yang digunakan oleh Trans Jogja,
menggunakan sistem tertutup dimana penumpang tidak dapat memasuki
bus tanpa melewati gerbang pemeriksaan (Halte). Selain itu, diterapkan
sistem pembayaran yang berbeda-beda: tiket sekali jalan, tiket
berlangganan pelajar, dan tiket berlangganan umum. Penumpang dapat
berganti bus tanpa harus membayar biaya tambahan, asalkan masih dalam
satu tujuan.
Proyek praktikum ini bertujuan untuk menganalisis serta
memahami jangkauan transportasi umum Trans Jogja dengan melihat
persebaran Halte dan TPB (shelter) di Kabupaten Sleman. Kabupaten
Sleman dipilih sebagai lokasi penelitian karena merupakan salah satu
kabupaten cepat tumbuh di Pulau Jawa. Sebagaian besar dari Kecamatan
di Sleman merupakan wilayah desa perkotaan atau perkotaan kabupaten
karena letak geografisnya yang berbatasan dengan ibukota Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta, sehingga menjadikan Kabupaten Sleman
mendapat limpahan aktivitas sosial, ekonomi, dan sebagainya dari Kota
Yogyakarta. Selain itu, Kabupaten Sleman menjadi tempat berdirinya
perguruan tinggi besar dan ternama. Sehingga Kabupaten Sleman telah
berkembang menjadi kawasan yang heterogen.
B. Tujuan
Tujuan dari dibuatnya proyek praktikum ini adalah:
1. Mengetahui pola persebaran Halte dan TPB Trans Jogja di Kabupaten
Sleman.
2. Mengetahui jangkauan transportasi umum yang dapat dijangkau oleh
masyarakat Kabupaten Sleman.
C. Dasar Teori
Transportasi Umum
Berasal dari kata Latin yaitu transportare, dimana trans berarti
seberang atau sebelah lain dan portare berarti mengangkut atau membawa.
Jadi transportasi berarti mengangkut atau membawa (sesuatu) ke sebelah
lain atau dari suatu tempat ke tempat lainnya. Ini berarti transportasi
merupakan suatu jasa yang diberikan, guna menolong orang dan barang
untuk dibawa dari suatu tempat ke tempat lainnya. Dengan demikian,
transportasi dapat diberi definisi sebagai usaha dan kegiatan mengangkut
atau membawa barang dan/atau penumpang dari suatu tempat ke tempat
lainnya. Dapat ditegaskan lagi bahwa transportasi adalah jasa yang
dipergunakan sebagai alat untuk memperoleh keuntungan-keuntungan
ekonomis dalam berbagai kegiatan usaha dan hubungan kemasyarakatan
(Kamaluddin, 2003) dalam Wakari, Viona, dkk (2019:554).
Transportasi didefinisikan sebagai alat pemindahan orang dan atau
barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan,
sementara transportasi umum (public transport) adalah semua jenis moda
transportasi yang disuplai untuk kebutuhan mobilitas pergerakan
barang/orang, demi kepentingan masyarakat banyak/umum dalam
memenuhi kebutuhannya, baik transportasi darat, laut maupun transportasi
udara dengan dipungut bayaran.
Menurut Warpani (1990) dalam Wakari, Viona, dkk (2019:554)
Angkutan Umum adalah angkutan penumpang yang dilakukan dengan
sistem sewa atau bayar. Tujuan keberadaan angkutan umum penumpang
adalah menyelenggarakan pelayanan angkutan yang baik dan layak bagi
masyarakat. Ukuran pelayanan yang baik adalah pelayanan yang aman,
nyaman, murah dan cepat. Selain itu keberadaan angkutan umum
penumpang membuka lapangan kerja. Jadi, dalam menentukan pilihan
jenis angkutan, orang mempertimbangkan berbagai faktor, seperti maksud
perjalanan, jarak dan waktu tempuh, biaya dan tingkat kenyamanan serta
keselamatan (Tamin, 2000).
Analisis SIG
Menurut Prahasta (2009) SIG atau Sistem Informasi geografis adalah
sistem berbasis komputer yang didesain untuk mengumpulkan, mengelola,
memanipulasi, menganalisis, dan menampilkan informasi spasial. Maksud
dan tujuan penggunaan SIG adalah untuk menciptakan suatu sistem kerja
yang efektif dan efisien serta memudahkan dalam perencanaan,
pemantauan, pemeliharaan, pengembangan dan membantu dalam
pengambilan keputusan.
Intersect
Operasi Interseksi atau operator Boolean Membuat coverage baru
dengan cara melakukan overlay dua himpunan fiturfitur coverage.
Inteseksi / irisan Keluaran Coverage, hanya berisi bagian fitur-fitur dalam
area yang terisi oleh kedua masukan dan merupakan irisan dari coverage.
(Handayani, Dewi, dkk 2005). Intersect yaitu suatu operasi yang
memotong sebuah tema atau layer input atau masukan dengan atribut dari
tema atau overlay untuk menghasilkan output dengan atribut yang
memiliki data atribut dari kedua theme. Fungsinya untuk menghasilkan
unsur spasial baru dari dua atau lebih unsur spasial. Fungsi ini
menghasilkan unsur spasial baru dari irisan dua atau lebih unsur spasial
sebelumnya.
Split atau Clip
Menururt Handayani, Dewi, dkk (2005:112) Operasi ini dilakukan
dengan menggunakan satu klip theme sebagai potongan kue pada masukan
theme. Atribut masukan theme tidak diubah. Contoh:
Gambar 1. Proses Clip pada Geoprocessing Arcgis
(Sumber: https://lajugandharum.wordpress.com)
Multiple Ring Buffer
Menururt Handayani, Dewi dan Sunardi (2005:110, 113) Analisa
Buffer digunakan untuk mengidentifikasi area sekitar fitur-fitur geografi.
Proses mengenerate sekitar lingkaran buffer yang ada fitur-fitur geografi
dan kemudian mengidentifikasi atau memilih fitur-fitur berdasarkan
apakah mereka ada diluar atau didalam batas Buffer. Dengan membuat
Buffer, maka akan terbentuk suatu area, polygon, atau zone baru yang
menutuoi (atau melingkupi) objek spasial yang berupa objek-objek titik,
garis, atau area dengan jarak tertentu.
Seperti Buffer, namun operasi Multiple Buffer Ring dapat membuat lebih
dari satu buffer dengan jarak interval tertentu dari objek.
Analisis Tetangga Terdekat atau Nearest Neighbour Analysis
Merupakan salah satu analisis yang digunakan untuk menjelaskan
pola persebaran dari titik-titik lokasi tempat dengan menggunakan
perhitungan yang mempertimbangkan, jarak, jumlah titik lokasi dan luas
wilayah. Analisis ini memiliki hasil akhir berupa indeks (T), Nilai indeks
penyebaran tetangga terdekat sendiri diperoleh melalui rumus:
Ju
T= …………………………. (1)
Jh
Keterangan:
T = Indeks penyebaran tetangga terdekat
Ju = Jarak rata-rata yang diukur antara satu titik dengan titik tetangganya
yang terdekat
Jh = Jarak rata-rata yang diperoleh andaikata semua titik mempunyai pola
acak.
Peta
Persebaran
Halte dan TPB
Multiple
Ring Buffer Intersect
(Overlay)
Clip
Overlay
Analisis Z Score
Tetangga
Terdekat
3. Data Csv. Titik Koordinat Lokasi Halte dan TPB di Kabupaten Sleman
Digunakan sebagai data dasar pengolahan penelitian. Berikut data Csv.
Dari titik koordinat lokasi Halte dan TPB dari Lokasi 1-22:
Gambar 3 Data Csv. Titik Koordinat Lokasi Halte dan TPB
5. Google Maps
Digunakan untuk mencari titik koordinat lokasi Halte dan TPB di
Kabupaten Sleman.
6. Aplikasi ArcGis
Digunakan untuk mengolah semua data yang telah terkumpul sehingga
didapatkan hasil akhir.
F. Langkah Kerja
1. Mencari data titik koordinat lokasi Halte dan TPB di Kabupaten
Sleman pada Google Maps setelah itu dikonversikan kedalam UTM.
Data yang sudah dikumpulkan dituliskan pada excel untuk kemudian
diexport ke dalam tipe file Csv.
2. Melakukan Overlay berupa Intersect terhadap layer peta Kabupaten
Sleman dengan layer peta Kecamatan yang ada di Sleman. Klik
ArcToolbox-Analysis Tools-Intersect, masukan layer yang akan
diintersect pada input features dan simpan di output features class-OK.
3. Hasil Clip peta Kabupaten Sleman dengan peta Kecamatan-Kecamatan
di Sleman kemudian di Overlay dengan melakukan Intersect terhadap
layer DIY dan Sekitarnya. Klik ArcToolbox-Analysis Tools-Intersect,
masukan layer hasil clip dengan layer DIY dan sekitarnya pada input
features, simpan pada output features class-OK.
4. Masukan data Csv. Titik koordinat lokasi Halte dan TPB ke dalam
layer dan export data menjadi shp baru. Klik kanan 2x kemudian klik
Data-Export Data_Ok.
5. Melakukan operasi Multiple Ring Buffer pada titik koordinasi Halte
dan TPB. Klik ArcToolBox-Analysis Tool-Proximity-Buffer-Multiple
Ring Buffer. Masukan layer Sebaran Halte dan TPB pada input
features dan simpan pada output featurs class, masukan interval yang
ingin dimasukan pada kolom distances (300 m,500 m,750 m, dan 1000
m) kemudian Ok.
6. Lakukan Clip terhadap layer persebaran Halte dan TPB dengan hasil
layer Multiple Ring Buffer untuk mendapatkan Peta Persebaran Halte
dan TPB. Klik Geoprocessing-Clip, pada kolom input features dan
output features pilih shp yang akan dipotong, simpan pada output
features class-Ok.
7. Lakukan analisis tetangga terdekat, untuk mencari pola sebaran Halte
dan TPB.
8. Masukan shp kepadatan penduduk lalu Overlay dengan melakukan
Intersect dengan layer persebaran Halte dan TPB, untuk kemudian
dianalisis proporsi penduduk terlayani atau tidak terlayani menurut
jarak jangkauan berjalan ideal.
G. Hasil dan Pembahasan
1. Peta Persebaran Lokasi Halte dan TPB di Kabupaten Sleman
Gambar 3. Peta Persebaran Halte dan TPB di Kab. Sleman
Terdapat 57 Titik lokasi Halte dan TPB yang terdiri dari 33 Halte
dan 24 TPB, secara geografis lokasi Halte dan TPB ini tersebar pada:
a. Daerah dekat Kota Yogyakarta dan berada pada jalur utama jalan,
yaitu dari Jalan Wates hingga Jalan Ring Road Utara hingga Jalan
Solo sampai Prambanan. Jalur ini merupakan beberapa Jalan Arteri
atau Jalan Utama di Kabupaten Sleman yang merupakan jalan
penting karena sering dilewati oleh masyarakat Provinsi DIY,
terutama masyarakat di Kabupaten Sleman. Beberapa lokasi Halte
dan TPB juga ditempatkan pada daerah wisata dan bandara,
sehingga dapat digunakan oleh wisatawan yang datang ke Jogja.
b. Sekitar perguruan tinggi yang ada di Sleman, seperti UNY, UGM,
UIN, UTY, dan Sanata Dharma. Penempatan lokasi Halte dan TPB
di sekitar wilayah perguruan tinggi ini dapat membantu
mahasiswa, dosen, dan staff perguruan tinggi pada khususnya,
serta masyarakat pada umumnya untuk dapat melakukan
perpindahan tempat dari satu tempat ke tempat lainnya.
Penempatan lokasi ini terutama dapat menjangkau masyarakat
yang tinggal pada sekitar perguruan tinggi atau pendatang yang
belum terbiasa dengan jalan di Jogja.
c. Dekat kantor pemerintahan, kantor pelayanan masyarakat, dan
rumah sakit seperti: Polsek Depok dan Polda DIY di Ring Road
Utara, RUU Disnaker di Maguwoharjo, serta Panti Rapih dan JIH.
Penempatan lokasi Halte dan TPB pada lokasi-lokasi ini akan
memudahkan masyarakat untuk dapat menjangkau pelayanan
umum.
Tingkat jarak berjalan ideal tiap-tiap orang berbeda, oleh karena itu
berdasarkan jarak berjalan ideal yang dikeluarkan oleh TRRL 1980
dan World Bank 1987 dibuat interval jarak berjalan ideal sepanjang
300 m, 500 m, 750 m, dan 1000 m. dari masing-masing jarak berjalan
ideal, kemudian dapat diketahui jumlah penduduk yang dapat
terlayani beserta proporsinya. Berdasarkan jarak berjalan ideal yang
paling jauh, yaitu 1000 m, maka penduduk yang bertempat tinggal
atau berada pada lokasi awal pada jarak 1000 m dari Halte/TPB dapat
menjangakau transportasi umum Transjogja. Namun dari 1.180.479
jiwa penduduk maksimal hanya 105.559 jiwa atau 8,9% penduduk
saja yang dapat menjangkau transportasi umum Trans Jogja.