Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis serta memahami jangkauan transportasi umum Trans Jogja
dengan melihat persebaran Halte dan TPB (shelter) di Kabupaten Sleman dengan mencakup pokok
bahasan dan hasil: (1) Persebaran Halte dan TPB di Kabupaten Sleman, (2) Analisi Pola Persebaran Halte
dan TPB, dan (3) Jangkauan Tranportasi Umum Trans Jogja dilihat dari proporsi penduduk terlayani atau
tidak terlayani menurut jarak jangkauan berjalan ideal. Kabupaten Sleman dipilih sebagai lokasi penelitian
karena merupakan salah satu kabupaten cepat tumbuh di Pulau Jawa. Sebagaian besar dari Kecamatan di
Sleman merupakan wilayah desa perkotaan atau perkotaan kabupaten karena letak geografisnya yang
berbatasan dengan ibukota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, sehingga menjadikan Kabupaten
Sleman mendapat limpahan aktivitas sosial, ekonomi, dan sebagainya dari Kota Yogyakarta. Selain itu,
Kabupaten Sleman menjadi tempat berdirinya perguruan tinggi besar dan ternama. Sehingga Kabupaten
Sleman telah berkembang menjadi kawasan yang heterogen. Bahan yang dibutuhkan dalam membuat
peta administrasi adalah data shp administrasi, operasi Overlay berupa Intersect terhadap layer peta
Kabupaten Sleman dengan layer peta Kecamatan yang ada di Sleman untuk membuat peta administrasi.
Dalam mengkaji persebaran Halte dan TPB di Kabupaten sleman digunakan data sekunder berupa file csv.
yang berisi titik koordinat dimana halte dan TPB berada. Data csv. tersebut menjadi bahan dasar untuk
menganalisis pola persebaran halte dan TPB menggunakan analisis tetangga terdekat. Selanjutnya, lokasi
tempat halte dan TPB dibuffer menggunakan Multiple Ring Buffer untuk mengetahui jarak jangkauan
transportasi umum oleh masyarakat dengan interval yang sudah ditetapkan. Kemudian, dianalisis dengan
kepadatan penduduk untuk mengetahui proporsi penduduk terlayani dan tidak terlayani.
Kata kunci : Transportasi Umum, Trans Jogja, Jangkauan Transportasi Umum, Neighbour Analysis
Dissolve, Analisis Tetangga Terdekat, Multiple Ring Buffer, Intersect, Clip, Overlay.
PENDAHULUAN
Kabupaten Sleman dikategorikan (2019:106) dijelaskan bahwa tantangan yang
sebagai kawasan perkotaan kabupaten cepat akan dihadapi dalam pertumbuhan dan
tumbuh. Sebagai Kawasan Perkotaan Kabupaten perkembangan kawasan perkotaan kabupaten
Cepat Tumbuh, Kabupaten Sleman akan yang cepat tumbuh, Pertama adalah laju
menghadapi dua tantangan besar. Dalam pertumbuhan kawasan perkotaan kabupaten
Subkhi, Wildha dan Mardiansjah, Fadjar berlangsung sangat cepat, bahkan lebih cepat
1
dari perkotaan yang secara administrasi ketertiban, dan kelancaran berlalu lintas dan
direncanakan (kota) (Mardiansjah, 2013). Angkutan Jalan dalam rangka mendukung
Pertumbuhan penduduk pada kawasan pembangunan ekonomi dan pengembangan
perkotaan kabupaten cepat tumbuh juga lebih wilayah.
tinggi dibandingkan dengan laju pertumbuhan Kebutuhan transportasi merupakan
penduduk pada kota-kota besar/kota inti-nya kebutuhan utama untuk menunjang aktivitas
(Firman, 2016; Setyono et al., 2017). Kedua ekonomi, sosial, dan sebagainya. Dalam
proses urbanisasi kabupaten yang terus kerangka makro-ekonomi, transportasi
berlangsung menyebabkan pertumbuhan merupakan tulang pungggung perekonomian
perkotaannya terus meluas dan berlangsung nasional, regional, dan lokal, yang diperlukan
terus-menerus, sehingga dalam satu kabupaten baik di perkotaan maupun di pedesaan. Dalam
dapat memiliki banyak kawasan perkotaan hal ini sarana transportasi yaitu angkutan umum,
kabupaten (Mardiansjah, 2013; Firman, 2016; merupakan salah satu bentuk angkutan umum
Jedwab et al., 2017). yang mempunyai fungsi sebagai sarana
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh penggerak manusia untuk berpindah dari suatu
Badan Pusat Statistik pada Agustus 2019, tempat ke tempat lain yang juga merupakan
disebutkan bahwa Daerah Istimewa Yogyakarta sarana transportasi alternatif, terutama bagi
memiliki penduduk sebanyak 3,8 juta Jiwa dan masyarakat yang tidak memiliki kendaraan
sepertiga dari penduduk Daerah Istimewa pribadi. Sehingga kebutuhan akan trasnportasi
Yogyakarta bertempat tinggal di Kabupaten ini sangat diperlukan. Oleh karena itu,
Sleman (1,2 juta Jiwa). Selain itu, ¾ dari seluruh Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta
Kecamatan di Sleman terklasifikasi kedalam memiliki trasnportasi massal yang dikenal luas
wilayah Desa Perkotaan, wilayah Desa Perkotaan oleh masyarakat DIY yaitu Trans Jogja.
ini telah berkembang menjadi pusat Trans Jogja merupakan sebuah sistem
pertumbuhan dimana aktivitas masyarakat untuk transportasi bus yang menjadi salah satu bagian
menunjang kebutuhan sosial dan ekonomi dari program penerapan Bus Rapid Transit yang
banyak dilakukan. Salah satu fasilitas yang dapat dicanangkan Departemen Perhubungan
digunakan masyarakat untuk membantu Republik Indonesia. Sistem ini mulai
menunjang aktivitas sosial dan ekonominya dioperasikan pada awal bulan Maret 2008 oleh
adalah transportasi, terutama transportasi Dinas Perhubungan DIY. Dikarenakan sistem
umum. Transportasi umum dapt menjadi pilihan transportasi memiliki sifat sistem jaringan, maka
yang tepat dalam menunjang aktivitas sosial kinerja pelayanan transportasi sangat
ekonomi masyrakat karena harganya yang lebih dipengaruhi oleh integritas dan keterpaduan
murah dibandingkan dengan menggunakan jaringan. Dalam sistem yang digunakan oleh
transportasi pribadi. Trans Jogja, menggunakan sistem tertutup
Dalam Undang-Undang Republik dimana penumpang tidak dapat memasuki bus
Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu tanpa melewati gerbang pemeriksaan (Halte).
Lintas Angkutan Jalan yang selanjutnya disingkat Selain itu, diterapkan sistem pembayaran yang
LLAJ, bahwa Lalu Lintas dan Angkutan Jalan berbeda-beda: tiket sekali jalan, tiket
sebagai bagian dari sistem transportasi nasional berlangganan pelajar, dan tiket berlangganan
harus dikembangkan potensi dan perannya umum. Penumpang dapat berganti bus tanpa
untuk mewujudkan keamanan, keselamatan,
2
harus membayar biaya tambahan, asalkan masih
dalam satu tujuan.
Proyek praktikum ini bertujuan untuk
menganalisis serta memahami jangkauan
transportasi umum Trans Jogja dengan melihat
persebaran Halte dan TPB (shelter) di Kabupaten
Gambar 1. Proses Clip pada Geoprocessing
Sleman. Kabupaten Sleman dipilih sebagai lokasi
Arcgis
penelitian karena merupakan salah satu
Intersect
kabupaten cepat tumbuh di Pulau Jawa.
Operasi Interseksi atau operator Boolean
Sebagaian besar dari Kecamatan di Sleman
Membuat coverage baru dengan cara
merupakan wilayah desa perkotaan atau
melakukan overlay dua himpunan fiturfitur
perkotaan kabupaten karena letak geografisnya
coverage. Inteseksi / irisan Keluaran Coverage,
yang berbatasan dengan ibukota Provinsi
hanya berisi bagian fitur-fitur dalam area yang
Daerah Istimewa Yogyakarta, sehingga
terisi oleh kedua masukan dan merupakan irisan
menjadikan Kabupaten Sleman mendapat
dari coverage. (Handayani, Dewi, dkk 2005).
limpahan aktivitas sosial, ekonomi, dan
Intersect yaitu suatu operasi yang memotong
sebagainya dari Kota Yogyakarta. Selain itu,
sebuah tema atau layer input atau masukan
Kabupaten Sleman menjadi tempat berdirinya
dengan atribut dari tema atau overlay untuk
perguruan tinggi besar dan ternama. Sehingga
menghasilkan output dengan atribut yang
Kabupaten Sleman telah berkembang menjadi
memiliki data atribut dari kedua theme.
kawasan yang heterogen.
Fungsinya untuk menghasilkan unsur spasial
baru dari dua atau lebih unsur spasial. Fungsi ini
METODE
menghasilkan unsur spasial baru dari irisan dua
Analisis SIG
atau lebih unsur spasial sebelumnya.
Menurut Prahasta (2009) SIG atau Sistem
Multiple Ring Buffer
Informasi geografis adalah sistem berbasis
Menururt Handayani, Dewi dan Sunardi
komputer yang didesain untuk mengumpulkan,
(2005:110, 113) Analisa Buffer digunakan untuk
mengelola, memanipulasi, menganalisis, dan
mengidentifikasi area sekitar fitur-fitur geografi.
menampilkan informasi spasial. Maksud dan
Proses mengenerate sekitar lingkaran buffer
tujuan penggunaan SIG adalah untuk
yang ada fitur-fitur geografi dan kemudian
menciptakan suatu sistem kerja yang efektif dan
mengidentifikasi atau memilih fitur-fitur
efisien serta memudahkan dalam perencanaan,
berdasarkan apakah mereka ada diluar atau
pemantauan, pemeliharaan, pengembangan dan
didalam batas Buffer. Dengan membuat Buffer,
membantu dalam pengambilan keputusan.
maka akan terbentuk suatu area, polygon, atau
Dalam penelitian ini, analisis SIG yang digunakan
zone baru yang menutuoi (atau melingkupi)
adalah:
objek spasial yang berupa objek-objek titik,
Clip
garis, atau area dengan jarak tertentu. Seperti
Menururt Handayani, Dewi, dkk (2005:112)
Buffer, namun operasi Multiple Buffer Ring dapat
Operasi ini dilakukan dengan menggunakan satu
membuat lebih dari satu buffer dengan jarak
klip theme sebagai potongan kue pada masukan
interval tertentu dari objek.
theme. Atribut masukan theme tidak diubah.
Contoh:
3
Analisis Tetangga Terdekat atau Nearest dibagi dengan jarak yang diharapkan (jarak yang
Neighbour Analysis diharapkan didasarkan pada distribusi acak
Merupakan salah satu analisis yang hipotetis dengan jumlah yang sama fitur yang
digunakan untuk menjelaskan pola persebaran mencakup total luas yang sama) dengan
dari titik-titik lokasi tempat dengan ketentuan:
menggunakan perhitungan yang I = Nilai T dari 0 – 0,7 adalah pola mengelompok
mempertimbangkan, jarak, jumlah titik lokasi atau bergerombol (cluster pattern)
dan luas wilayah. Analisis ini memiliki hasil akhir II = Nilai T dari 0,7 – 1,4 adalah pola acak atau
berupa indeks (T), Nilai indeks penyebaran tersebar tidak merata (random pattern)
tetangga terdekat sendiri diperoleh melalui III= Nilai T dari 1,4 – 2,1491 adalah pola seragam
rumus: atau tersebar merata (uniform/dispersed
Ju pattern
T= …………………………. (1)
Jh
Sehingga jika indeks rasio tetangga
Keterangan: terdekat rata-rata kurang dari 1, maka feature
T = Indeks penyebaran tetangga terdekat dikatakan berpola clustering (berkelompok). Jika
Ju = Jarak rata-rata yang diukur antara satu titik indeks lebih besar dari 1, tren adalah menuju
dengan titik tetangganya yang terdekat disperse (menyebar) (Widayani Prima dan Dyah
Jh = Jarak rata-rata yang diperoleh andaikata Kusuma, 2014). Analisis ini digunakan untuk
semua titik mempunyai pola acak. melihat pola persebaran Halte dan TPB di
Kabupaten Sleman
Dalam melakukan analisis tetangga Jarak Jangkauan Masyarakat
terdekat, perlu diperhatikan beberapa tahapan Untuk mengetahui apakah trasportasi
penting sebagai berikut: umum tersebut sudah berjalan dengan baik atau
1. Menentukan batas wilayah yang akan belum, dapat dievaluasi dengan memakai
diteliti indikator standar pelayanan kinerja umum
2. Mengubah pola sebaran unit amatan dalam kendaraan angkutan umum dari aspek jarak
peta topografi menjadi pola sebaran titik berjalannya. Indikator yang dapat dijadikan
3. Memberi nomor urut untuk tiap titik, untuk acuan dapat berasal dari standar world bank
mempermudah analisis atau standar yang telah ditetapkan pemerintah.
4. Mengukur jarak terdekat pada garis lurus Untuk indikator standar pelayanan kendaraan
antara satu titik dengan titik yang lain yang umum aspek jarak berjalan dapat dilihat pada
merupakan tetangga terdekatnya. tabel berikut:
5. Menghitung besar parameter tetangga Tabel 1 Standar Pelayanan Kinerja
terdekat. (Anggun Jane, dkk. 2014). Umum
Cara kerja metode average nearest neighbor Aspek Parameter Standar
distance adalah mengukur jarak antara setiap a. Daerah Perkotaan 300-500
Jarak
centroid fitur dan lokasi centroid tetangganya Maksimum
Berjalan
yang terdekat, kemudian ratarata semua jarak b. Daerah Pinggiran 500-1000
(meter)
tetangga terdekat. Analisis pola ini Kota Maksimum
menggunakan nilai indeks. Nilai indeks ini
dihasilkan dari rasio antara jarak yang diamati
4
KONSEPTUAL MODEL
Overlay
5
Gambar 2. Peta Administrasi Kab. Sleman perguruan tinggi atau pendatang yang
Peta Persebaran Lokasi Halte dan TPB di belum terbiasa dengan jalan di Jogja.
Kabupaten Sleman c. Dekat kantor pemerintahan, kantor
pelayanan masyarakat, dan rumah sakit
seperti: Polsek Depok dan Polda DIY di Ring
Road Utara, RUU Disnaker di Maguwoharjo,
serta Panti Rapih dan JIH. Penempatan lokasi
Halte dan TPB pada lokasi-lokasi ini akan
memudahkan masyarakat untuk dapat
menjangkau pelayanan umum.
Pola Persebaran Halte dan TPB di
Kabupaten Sleman
6
geografisnya, wilayah yang memiliki Halte dan dan 1000 m. dari masing-masing jarak berjalan
TPB merupakan wilayah yang dekat dengan Kota ideal, kemudian dapat diketahui jumlah
Yogyakarta, dekat dengan perguruan tinggi, penduduk yang dapat terlayani beserta
serta termasuk ke dalam wilayah pariwisata. proporsinya. Berdasarkan jarak berjalan ideal
Peta Jangkauan Halte dan TPB di Kabupaten yang paling jauh, yaitu 1000 m, maka penduduk
Sleman yang bertempat tinggal atau berada pada lokasi
awal pada jarak 1000 m dari Halte/TPB dapat
menjangakau transportasi umum Transjogja.
Namun dari 1.180.479 jiwa penduduk maksimal
hanya 105.559 jiwa atau 8,9% penduduk saja
yang dapat menjangkau transportasi umum
Trans Jogja.
7
seperti Kecamatan Ngaglik, Kecamatan Sleman,
Kecamatan Godean, dan Kecamatan Kalasan. Undang-Undang Republik Indonesia
KESIMPULAN Nomor 22 Tahun 2009 Tentang
Dari Hasil dan Pembahasan dapat disimpulkan Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan.
bahwa: Diakses di
1. Lokasi persebaran Halte dan TPB di http://www.dpr.go.id/dokjdih/doc
Kabupaten Sleman dianalisis dengan analisa ument/uu/UU_2009_22.pdf pada 8
tetangga terdekat menghasilkan nilai T Juni 2020.
mendekati 0 sehingga memiliki pola Wakari, Viona, dkk. 2019. Daya Dukung
mengelompok. Layanan Angkot Berdasarkan
2. Maksimal penduduk Kabupaten Sleman Jarak Jangkauan Masyarakat
yang dapat menjangkau transportasi umum Terhadap Jalur Trayek Di Kota
Trans Jogja sebesar 8,9% atau 105.559 jiwa. Manado. Jurnal Spasial Vol 6. No.
3. Lokasi Halte dan TPB Trans Jogja 3, Halaman 553-560.
ditempatkan pada Jalan Arteri, daerah
wisata, dan sekitar perguruan tinggi. Namun,
masih belum menjangkau kecamatan padat
penduduk dan wilayah-wilayah dengan
banyak pergerakan aktivitas sosial ekonomi
lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Kabupaten Sleman. Diakses
dihttps://slemankab.bps.go.id/statictable/
2017/11/08/82/luas-wilayah-banyaknya-
penduduk-dan-kepadatan-penduduk-per-
km2-menurut-kecamatan-di-kabupaten-
sleman-2016.html pada 8 Juni 2020
Handayani, Dewi, dkk. (2005). Pemanfaatan
Analisis Spasial untuk Pengolahan Data
Spasial Sistem Informasi Geografi. Jurnal
Teknologi Informasi DINAMIK Volume X,
No.2 Mei 2005: 108-116.
Prahasta, E. 2009. Sistem Informasi Geografis :
Konsepkonsep Dasar (Perspektif Goedesi
dan Geomatika). Bandung: Informatika
Subkhi, Wildha dan Mardiansjah, Fadjar. 2019.
Pertumbuhan dan Perkembangan
Kawasan Perkotaan di Kabupaten: Studi
Kasus Kabupaten Sleman, Daerah
Istimewa Yogyakarta. Jurnal Wilayah dan
Lingkungan Volume 7. Nomor 2,
Halaman 105-120.