Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Kecelakaan didunia cukup tinggi, World Health Organization (WHO)

mencatat di tahun 2011 terdapat lebih dari 5,6 juta orang meninggal dikarenakan

insiden kecelakaan dan sekitar 1,3 juta orang mengalami kecelakaan fisik. Di

indonesia angka kejadian kecelakaan sangat tinggi sebesar 1,3 juta setiap tahun

dengan jumlah penduduk 238 jta terbesar di Asia Tenggara. (Ropyanto, 2013).

Pemasangan pen atau juga disebut dengan Orif adalah hal yang sudah tidak

biasa lagi di dunia World Health Organization (WHO) melampirkan angka

pemasangan Orif pada tahun 2013 sudah mencapai 64,660 jumlah pemasangan Orif

sedangkan pada tahun 2014 angka pemasangan Orif mengalami peningkatan hingga

menjadi 120,696 angka pemasangan Orif. Angka ini semakin meningkat dikarenakan

banyak sebagian orang menggunakan pemasangan Orif disaat terjadi fraktur

mendapatkan hasil yang memuaskan dari hasil yang memuaskan dari hasil

pemasangan Orif tersebut. (WHO 2014).

Melihat fenomena tersebut, perawat memiliki peran penting yang sangat

dibutuhkan oleh pasien fraktur salah satunya pasca Orif dalam program rehabilitas

mobilisasi untuk mencegah terjadinya komplikasi yang lebih parah. Upaya yang dapat

dilakukan untuk mencegah komplikasi pasca Orif yang lebih berat diperlukan

1
intervensi mobilisasi dini berupa latihan rentang gerak. Burnwell, telah melakukan

penelitian pada 127 orang pasien fraktur yang dilaksnakan dengan Orif dan dilakukan

rehabilitas berupa teori mobilisasi. (Muttaqin, 2014).

Internal fikasi biasanya melibatkan penggunaan flat, sekrup, paku maupun

suatu Intera Medulari (IM) untuk mempertahankan fragmen tulang dalam posisinya

sampai penyembuhan tulang yang sulit terjadi. Umunya pasien post Orif setelah 24

jam bedrest, sehingga dapat terjadi keterbatasan aktifitas, mobilisasi dini yang

dilakukan oleh perawat diruangan, dapat memperbaiki sirkulasi, mengurangi

komplikasi mobilisasi post operasi, mempercepat pemulihan pasien post operasi.

Mobilisasi merupakan kegiatan yang penting dalam pemulihan post operasi

untuk mencegah komplikasi lebih lanjut. (Smeltzer, 2011). Melakukan mobilisasi

mungkin dapat mencegah karena tekanan, kontraktur, tromboplebitis, dekubitis,

konstipasi sehingga penting dilakukan secara kontinyu. Sebagian besar pasien di

rumah sakit harus menjalani mobilisasi, pasien harus tidur baring karena terapi atau

penyakit yang diderita. Pasien dianjurkan segera meninggalkan tempat tidur atau

melakukan mobilisasi.

Menurut casey (2011), berpendapat bedrest selama 24 jam setelah anestesi

spinal todak dianjurkan lagi. Pasien memang tidak boleh duduk, tetapi pasien masih

dibolehkan untuk beraktifitas diatas tempat tidur seperti miring kanan atau miring kiri

menggerakkan anggota tubuh lainnya asalkan dalam posisi duduk atau berdiri. Posisi

ini berguna untuk mengurangi komplikasi sakit kepala pasca anestesi spinal

2
disamping obat-obatan analgetik yang diberikan. Karena inilah kita sebagai advokat

pasien sebagai kewajiban kita untuk memberikan pendidikan kesehatan.

Di negara maju seperti Amerika juga banyak dilakukan tindakan pemasangan

Orif pada pasin fraktur dan bisa mencapai 8,345 per tahun dikarenakan

pengobatannya menggunakan teknik pemasangan Orif atau pemasangan Pen (WHO,

2014). Namun khususnya di Indonesia, angka pemasangan Orif pada pasien fraktur

ini lebih besar dibanding negara Amerika, angka prevalensi pemasangan Orif dapat

mencapai 10,875 per tahun. (WHO,2014).

Berdasarkan catatan hasil survey rumah sakit terbesar dan rujukan utama di

Kota Medan didapatkan dari catatan medis angka kejadian pemasangan orif di

RSUP.H. Adam Malik angka pemasangan orif diperkirakan mencapai 20 orang

perbulan dan per tahun dapat mencapai 240 orang.

Di RS.Grandmed Lubuk Pakam pemasangan orif ini sering dilakukan karena

banyaknya angka kejadian lalu lintas yang sebagian besar penanganannya

menggunakan pemasangan orif. Angka pemasangan orif di RS.Grandmed dapat

mencapai 115 per tahunnya. Maka dari itu peneliti ingin meneliti gambaran

pengetahuan pasien post Orif di RS.Grandmed Lubuk Pakam.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah diatas maka rumusan masalah peneliti adalah

“Gambaran Pengetahuan Pasien Post Orif tentang Mobilisasi di Rumah Sakit

GrandMed Lubuk Pakam tahun 2020”.

3
3. Tujuan Penelitian

3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran pengetahuan pasien post Orif di Rumah Sakit Grandmed

Lubuk Pakam.

3.2 Tujuan Khusus

3.2.1 Untuk mengetahui gambaran pengetahuan pasien berdasarkan umur.

3.2.2 Untuk mengetahui gambaran pengetahuan pasien berdasarkan pendidikan.

3.2.3 Untuk mengetahui gambaran pengetahuan pasien berdasarkan pekerjaan.

4. Manfaat Penelitian

4.1 Bagi Instansi Kesehatan

Diharapkan bagi instansi kesehatan agar dapat memberikan gambaran mobilisasi

pasien pada pemasangan orif dan mengurangi komplikasinya.

4.2 Bagi Instansi Pendidikan

Sebagai pengembangan materi bagi pendidikan dalam proses pembelajaran

khususnya pendidikan Keperawatan D3 Institut Kesehatan Medistra Lubuk

Pakam.

4.3 Bagi Masyarakat

4.3.1 Untuk melaksanakan penyuluhan bagi pasien post op operasi pemasangan

orif tentang mobilisasi.

4.3.2 Untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi masyarakat tentang

mobilisasi oemasangan Orif.

4.4 Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan tentang mobilisasi pasien post op operasu Orif dan

sebagai pengalaman berharga dalam penigkatan pengetahuan yang telah diperoleh

4
selama perkuliahan di progam studi Keperawatan D3 Institut Kesehatan Medistra

Lubuk Pakam dan mengaplikasikan ilmunya sebagai modal dalam pengetahuan

pembelajaran saya disini.

Anda mungkin juga menyukai