Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

PEMBAHASAN KASUS VIRAL TENTANG PATIENT SAFETY DAN ASPEK


HUKUM
MATA KULIAH : KOMUNIKASI DAN KONSELING DALAM PRAKTIK
KEBIDANAN II
DOSEN : NIASTY LAZMY ZAEN SST M.Kes
DISUSUN OLEH : KELOMPOK 6
1. AYU AZHARI 18. HAJZUM
2. SRI RAHAYU 19. SANTI SARDI
3. HARTATIK BR SUBAKTI 20. SRI ASTUTI
4. RATNA BR GINTING 21. INNI RAHAYU
5. DEWI AMELIA 22. SRI WULANDARI
6. AFRIDA NINGSIH 23. RINI ANTIKA
7. ERNAWATI PARDEDE 24. ROSLINA DEPARI
8. NENI TAMBUNAN 25. DEVI HENDRIYANI
9. LIDYA BUDIARTI 26. RANTI
10. DEWI SUNDARI 27. RUSNAH
11. JOJOR PATINA RUMAPEA 28. DONA FRANSISKA
12. LEMSI MANURUNG 29. NUR HAYATI
13. ERIKA 30. METTI ROSANA
14. NORA SHANTI 31. NURALIAH
15. MERSEDES SIRAIT 32. SUHARTINI
16. UMMI KALSUM 33. LANNY VALENTINA
17. SITI ZALEHA 34. TRI SUCI

PROGRAM STUDI SERJANA TERAPAN KEBIDANAN


UNIVERSITAS HAJI SUMATRA UTARA
T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta

karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini tepat pada

waktunya yang berjudul “Patient Safety ”

Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang Keselamatan

pasien. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, kesempurnaan

hanyalah milik Allah semata. Oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat

membangun sangat kami harapkan.

Akhir kata kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam

penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai

semua usaha kita. Aamiin.

Medan, Oktober 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...................................................................................................................... i

Daftar Isi................................................................................................................................ ii

BAB I Pendahuluan...............................................................................................................3 

A. Pendahuluan......................................................................................................................3 

B Latar Belakang....................................................................................................................3

C Rumusan Masalah...............................................................................................................4

D.     Tujuan............................................................................................................................5

BAB II Pembahasan...............................................................................................................6

A.    Mengapa Perlu Ada Patient Safety.................................................................................6

B.     Pengertian Patient Safety................................................................................................7

C.     Tujuan Patient Safety.....................................................................................................7

D.    Manfaat Patient Safety...................................................................................................8

E.     Langkah Menuju Patient Safety.....................................................................................8

F.      Sembilan Solusi Keselamatan Pasien.............................................................................9

G.    Tujuh Standar Keselamatan Pasien................................................................................13

H.   Langkah Pelaksanaan Patient Safety.............................................................................17

I. Kasus Patient Safety yang Sedang Viral...........................................................................18

J. Aspek Hukum Patient Safety.............................................................................................21

BAB III Penutup................................................................................................................... 25

Kesimpulan............................................................................................................................ 25

Daftar Pustaka........................................................................................................................ 26
BAB I

PENDAHULUAN

A.    PENDAHULUAN

Keamanan adalah prinsip yang paling fundamental dalam pemberian pelayanan kesehatan

maupun keperawatan, dan sekaligus aspek yang paling kritis dari manajemen kualitas.

Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan

pasien lebih aman, mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat

melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.

Sistem tersebut meliputi pengenalan risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang

berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari

insiden, tindak lanjut dan implementasi solusi untuk meminimalkan resiko (Depkes 2008).

Tujuan dilakukannya kegiatan Patient Safety di rumah sakit adalah untuk menciptakan

budaya keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatkan akuntabilitas rumah sakit,

menurunkan KTD di rumah sakit, terlaksananya program-program pencegahan sehingga

tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan.

Mengingat masalah keselamatan pasien merupakan masalah yang penting dalam sebuah

rumah sakit, maka diperlukan standar keselamatan pasien rumah sakit yang dapat digunakan

sebagai acuan bagi rumah sakit di Indonesia.

B.     LATAR BELAKANG

Hampir setiap tindakan medic menyimpan potensi resiko. Banyaknya jenis obat, jenis

pemeriksaan dan prosedur, serta jumlah pasien dan staf Rumah Sakit yang cukup besar,

merupakan hal yang potensial bagi terjadinya kesalahan medis (medical errors). Menurut

Institute of Medicine (1999), kesalahan medis didefinisikan sebagai: suatu Kegagalan

tindakan medis yang telah direncanakan untuk diselesaikan tidak seperti yang diharapkan

atau perencanaan yang salah untuk mencapai suatu tujuan (yaitu., kesalahan perencanaan).
Kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis ini akan mengakibatkan atau berpotensi

mengakibatkan cedera pada pasien, bisa berupa Near Miss atau Adverse Event (Kejadian

Tidak Diharapkan/KTD).

Near Miss atau Nyaris Cedera (NC) merupakan suatu kejadian akibat melaksanakan suatu

tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission),

yang dapat mencederai pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi, karena keberuntungan

(misalnya,pasien terima suatu obat kontra indikasi tetapi tidak timbul reaksi obat),

pencegahan (suatu obat dengan overdosis lethal akan diberikan, tetapi staf lain mengetahui

dan membatalkannya sebelum obat diberikan), dan peringanan (suatu obat dengan overdosis

lethal diberikan, diketahui secara dini lalu diberikan antidotenya).

Adverse Event atau Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) merupakan suatu kejadian yang

mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien karena suatu tindakan

(commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission), dan bukan

karena “underlying disease” atau kondisi pasien.

Kesalahan tersebut bisa terjadi dalam tahap diagnostic seperti kesalahan atau keterlambatan

diagnose, tidak menerapkan pemeriksaan yang sesuai, menggunakan cara pemeriksaan yang

sudah tidak dipakai atau tidak bertindak atas hasil pemeriksaan atau observasi; tahap

pengobatan seperti kesalahan pada prosedur pengobatan, pelaksanaan terapi, metode

penggunaan obat, dan keterlambatan merespon hasil pemeriksaan asuhan yang tidak layak;

tahap preventive seperti tidak memberikan terapi provilaktik serta monitor dan follow up

yang tidak adekuat; atau pada hal teknis yang lain seperti kegagalan berkomunikasi,

kegagalan alat atau system yang lain.


Dalam kenyataannya masalah medical error dalam sistem pelayanan kesehatan

mencerminkan fenomena gunung es, karena yang terdeteksi umumnya adalah adverse event

yang ditemukan secara kebetulan saja. Sebagian besar yang lain cenderung tidak dilaporkan,

tidak dicatat, atau justru luput dari perhatian kita semua.

Mempertimbangkan betapa pentingnya misi rumah sakit untuk mampu memberikan

pelayanan kesehatan yang terbaik terhadap pasien mengharuskan rumah sakit untuk berusaha

mengurangi medical error sebagai bagian dari penghargaannya terhadap kemanusiaan, maka

dikembangkan system Patient Safety yang dirancang mampu menjawab permasalahan yang

ada

C. RUMUSAN MASALAH

1. Mengapa Perlu Ada Patient Safety. 

2. Pengertian Patient Safety

3. Tujuan Patient Safety

4. Manfaat Patient Safety

5. Langkah Menuju Patient Safety

6. Sembilan Solusi Keselamatan Pasien

7. Tujuh Standar Keselamatan Pasien 

8. Langkah Pelaksanaan Patient Safety 

9. Kasus Patient Safety yang Sedang Viral

10. Aspek Hukum Patient Safety

D.     TUJUAN

1. Mengetahui tentang Patient Safety (Keselamatan Pasien)

2. Mengetahui cara untuk mewujudkan keselamatan Pasien

3. Mengetahui kasus yang sedang viral tentang patient safety

4. Mengetahui aspek hukum patient safety


BAB II

PEMBAHASAN

A.     MENGAPA PERLU ADA PATIENT SAFETY?

1.      Laporan WHO

-          Di Negara maju : 1 dari 10 pasien dirawat mengalami cedera

-          Di Negara berkembang lebih tinggi (risiko infeksi 20 kali lipat)

-          Setiap saat 1,4 juta orang di dunia menderita infeksi di Rumah Sakit

-          Minimal 50% peralatan medic di negara berkembang tidak layak

-          Setiap tahun 1,3 juta kematian disebabkan injeksi yang tidak aman

-          Di Penerbangan dan Nuklir keselamatan 1 : 1 juta tapi di Yankes rasio

2.      Di Amerika Serikat

-          Kesalahn pemberian obat di Amerika Serikat 34-56%

-          Kesalahan bedah 1: 50 pasien rawat

3.      Di Inggris

-          Tiap hari terjadi kesalahn medic

4.      Di Indonesia (di Yogya) menurut Iwan D. MMedSc., Phd:

-          Medication Errors di ICU mencapai 96% (tidak sesuai indikasi, tidak sesuai dosis, dll)

-          Medication di Puskesmas mencapai 80%

5.      Di Indonesia (di Jakarta tahun 2005)

-          Pidana : 48 kasus di Polda Metro

-          Perdata : 160 kasus di LBH Kesehatan

6.      Laporan Insiden ke KKPRS persi September 2006 sampai Agustus 2007

-          Asal provinsi yang melapor 9 provinsi dengan 3 terbanyak adalah DKI, Jateng, dan

Yogya

-          Rincian kejadian:


a.       Fraktur fibula tidak terdeteksi, hanya hecting di UGD

b.      Salah tulis nama bayi, bayi tertukar

c.       Kasus multitrauma di CT scan tapi belum distabilkan sebagai pasien meninggal

d.      Perawat melakukan persiapan operasi (cukur buku mata), tapi dokter belum

menentukan meta yang akan di Vitrektomi karena masih konsul ke dokter 1 dan dokter 2

e.       Gips tanpa jendela, sebagai kaki busuk

f.       Pasien TB diberi MDT, konsul ke paru di beri MDT juga (double MDT)

g.       Salah baca obat : Ottopan diberi OttopainTT

h.      Salah dosis : 1,5 mg menjadi 1,5 ml

B.     PENGERTIAN PATIEN SAFETY (KESELAMATAN PASIEN)

Patient Safety atau keselamatan pasien adalah suatu system yang membuat asuhan pasien di

rumah sakit menjadi lebih aman. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan

oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang

seharusnya diambil.

Sistem tersebut meliputi : Assesment Risiko, Identifikasi dan Pengelolaan Risiko (Laporan

dan Analisa), Belajar dari Insiden (Tindak Lanjut dan Implementasi Solusi).

C.     TUJUAN PATIENT SAFETY

1.      Terciptanya budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit

2.      Meningkatnya akuntabilitas Rumah Sakit terhadap pasien dan masyarakat

3.      Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di Rumah Sakit

4.      Terlaksananya program-program pencegahansehingga tidak terjadi pengulangan

kejadian tidak diharapkan

5.      Menciptakan lingkungan yang aman bagi karyawan dan pengunjung Santosa Bandung

International Hospital
6.      Mempertahankan reputasi Santosa Bandung International Hospital

7.      Memberikan pelayanan yang efektif dan efisien

D.     MANFAAT PATIENT SAFETY

1.      Budaya safety meningkat dan berkembang

2.      Komunikasi dengan pasien berkembang

3.      Kejadian tidak diharapakn (KTD) menurun

4.      Risiko klinis menurun

5.      Keluhan berkurang

6.      Mutu pelayan Rumah Sakit meningkat

7.      Citra Rumah Sakit dan kepercayaan masyarakat meningkat, diikuti dengan kepercayaan

diri yang meningkat

E.      LANGKAH MENUJU PATIENT SAFETY

1.   Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien

2.   Memimpin dan mendukung staf untuk komitmen dan focus pada keselamatan pasien di

Rumah Sakit

3.   Integrasikan manajemen risiko

4.   Sistem pelaporan di Rumah Sakit

5.   Komunikasi terbuka dengan pasien

6.   Belajar dan berbagi pengalaman keselamatan pasien

7.   Cegah cedera melalui implementasi keselamatan pasien

F.      SEMBILAN SOLUSI LIVE-SAVING KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT


WHO Collaborating Centre for Patient Safety pada tanggal 2 Mei 2007 resmi menerbitkan

Nine Life Saving Patient Safety Solutions (Sembilan Solusi Life-Saving Keselamatan Pasien

Rumah Sakit).

Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) mendorong RS-RS di Indonesia untuk

menerapkan Sembilan Solusi Life-Saving Keselamatan Pasien Rumah Sakit, atau 9 Solusi,

langsung atau bertahap, sesuai dengan kemampuan dan kondisi RS masing-masing.

1.      Perhatikan Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip (Look-Alike, Sound-Alike Medication

Names).

Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip (NORUM),yang membingungkan staf pelaksana adalah

salah satu penyebab yang paling sering dalam kesalahan obat (medication error).

Solusi :

a.       NORUM ditekankan pada penggunaan protokol untuk pengurangan risiko

b.      Memastikan terbacanya resep, label, atau penggunaan perintah yang dicetak lebih dulu

c.       Pembuatan resep secara elektronik.

2.      Pastikan Identifikasi Pasien.

Kegagalan mengidentifikasi pasien àkesalahan pengobatan, transfusi , pemeriksaan,

pelaksanaan prosedur yang keliru orang, penyerahan bayi kepada bukan keluarganya, dsb.

Rekomendasi :

a.       Verifikasi terhadap identitas pasien, termasuk keterlibatan pasien dalam proses ini

b.      Standardisasi dalam metode identifikasi di semua rumah sakit dalam suatu sistem

layanan kesehatan

c.       Partisipasikan pasien dalam konfirmasi ini

d.      Penggunaan protokol untuk membedakan identifikasi pasien dengan nama yang sama.
3.      Komunikasi Secara Benar saat Serah Terima / Pengoperan Pasien.

Kesenjangan dalam komunikasi saat serah terima/ pengoperan pasien antara unit-unit

pelayanan, dan didalam serta antar tim pelayananàterputusnya kesinambungan layanan,

pengobatan yang tidak tepat, dan potensial dapat mengakibatkan cedera terhadap pasien.

Rekomendasi :

a.       Memperbaiki pola serah terima pasien termasuk penggunaan protokol untuk

mengkomunikasikan informasi yang bersifat kritis

b.      Memberikan kesempatan bagi para praktisi untuk bertanya dan menyampaikan

pertanyaan-pertanyaan pada saat serah terima

c.       Melibatkan para pasien serta keluarga dalam proses serah terima.

4.      Pastikan Tindakan yang benar pada Sisi Tubuh yang benar.

Penyimpangan pada hal ini à pelaksanaan prosedur yang keliru atau pembedahan sisi tubuh

yang salah. Sebagian besar adalah akibat dan miskomunikasi dan tidak adanya informasi atau

informasinya tidak benar. Faktor yang paling banyak kontribusinya terhadap kesalahan-

kesalahan macam ini adalah tidak ada atau kurangnya proses pra-bedah yang distandardisasi.

Rekomendasi :

a.       Mencegah jenis-jenis kekeliruan yang tergantung pada pelaksanaan proses verifikasi

prapembedahan

b.      Pemberian tanda pada sisi yang akan dibedah oleh petugas yang akan melaksanakan

prosedur

c.       Adanya tim yang terlibat dalam prosedur sesaat sebelum memulai prosedur untuk

mengkonfirmasikan identitas pasien, prosedur dan sisi yang akan dibedah.


5.      Kendalikan Cairan Elektrolit Pekat (concentrated).

Sementara semua obat-obatan, biologics, vaksin dan media kontras memiliki profil risiko,

cairan elektrolit pekat yang digunakan untuk injeksi khususnya adalah berbahaya.

Rekomendasi :

a.       Membuat standardisasi dari dosis, unit ukuran dan istilah

b.      Pencegahan atas campur aduk / bingung tentang cairan elektrolit pekat yang spesifik.

6.      Pastikan Akurasi Pemberian Obat pada Pengalihan Pelayanan.

Kesalahan medikasi terjadi paling sering pada saat transisi / pengalihan. Rekonsiliasi

(penuntasan perbedaan) medikasi adalah suatu proses yang didesain untuk mencegah salah

obat (medication errors) pada titik-titik transisi pasien.

Rekomendasi:

a.       Menciptakan suatu daftar yang paling lengkap dan akurat dan seluruh medikasi yang

sedang diterima pasien juga disebut sebagai “home medication list”, sebagai perbandingan

dengan daftar saat admisi, penyerahan dan / atau perintah pemulangan bilamana menuliskan

perintah medikasi

b.      Komunikasikan daftar tsb kepada petugas layanan yang berikut dimana pasien akan

ditransfer atau dilepaskan.

7.      Hindari Salah Kateter dan Salah Sambung Slang (Tube).

Slang, kateter, dan spuit (syringe) yang digunakan harus didesain sedemikian rupa agar

mencegah kemungkinan terjadinya KTD (Kejadian Tidak Diharapkan) yang bisa

menyebabkan cedera atas pasien melalui penyambungan spuit dan slang yang salah, serta

memberikan medikasi atau cairan melalui jalur yang keliru.

Rekomendasi :

Menganjurkan perlunya perhatian atas medikasi secara detail / rinci bila sedang mengerjakan

pemberian medikasi serta pemberian makan (misalnya slang yang benar), dan bilamana
menyambung alat-alat kepada pasien (misalnya menggunakan sambungan & slang yang

benar).

8.      Gunakan Alat Injeksi Sekali Pakai.

Salah satu keprihatinan global terbesar adalah penyebaran HIV, HBV, dan HCV yang

diakibatkan oleh pakai ulang (reuse) dari jarum suntik.

Rekomendasi:

a.       Perlunya melarang pakai ulang jarum di fasilitas layanan kesehatan

b.      Pelatihan periodik para petugas di lembaga-lembaga layanan kesehatan khususnya

tentang prinsip-pninsip pengendalian infeksi,edukasi terhadap pasien dan keluarga mereka

mengenai penularan infeksi melalui darah.

c.       Praktek jarum sekali pakai yang aman.

9.      Tingkatkan Kebersihan Tangan (Hand hygiene) untuk Pencegahan lnfeksi Nosokomial.

Diperkirakan bahwa pada setiap saat lebih dari 1,4 juta orang di seluruh dunia menderita

infeksi yang diperoleh di rumah-rumah sakit. Kebersihan Tangan yang efektif adalah ukuran

preventif yang pimer untuk menghindarkan masalah ini.

Rekomendasi:

a.       Mendorong implementasi penggunaan cairan “alcohol-based hand-rubs” tersedia pada

titik-titik pelayan tersedianya sumber air pada semua kran

b.      Pendidikan staf mengenai teknik kebarsihan tangan yang benar mengingatkan

penggunaan tangan bersih ditempat kerja

c.       Pengukuran kepatuhan penerapan kebersihan tangan melalui pemantauan / observasi

dan tehnik-tehnik yang lain.


G.     TUJUH STANDAR KESELAMATAN PASIEN

1.      Hak Pasien

Pasien & keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi tentang rencana & hasil

pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya KTD (Kejadian Tidak Diharapkan).

Kriteria:

a.       Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan

b.      Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan

c.       Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan yang jelas dan

benar   kepada pasien dan keluarga tentang rencana dan hasil pelayanan, pengobatan atau

prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan terjadinya KTD

2.      Mendidik Pasien Dan Keluarga

RS harus mendidik pasien & keluarganya tentang kewajiban & tanggung jawab pasien dalam

asuhan pasien.

Kriteria:

Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dgn keterlibatan pasien adalah

partner dalam proses pelayanan. Karena itu, di RS harus ada system dan mekanisme

mendidik pasien & keluarganya tentang kewajiban & tanggung jawab pasien dalam asuhan

pasien.Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien & keluarga dapat:

a.       Memberikan info yg benar, jelas, lengkap dan jujur

b.      Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab

c.       Mengajukan pertanyaan untuk hal yg tdk dimengerti

d.      Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan

e.       Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan RS


f.       Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa

g.       Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati

3.      Keselamatan Pasien Dan Kesinambungan Pelayanan

RS menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi antar tenaga dan antar unit

pelayanan.

Kriteria:

a.       Koordinasi pelayanan secara menyeluruh

b.      Koordinasi pelayanan disesuaikan kebutuhan pasien dan kelayakan sumber daya

c.       Koordinasi pelayanan mencakup peningkatan komunikasi

d.      Komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan

4.      Penggunaan Metode-Metode Peningkatan Kinerja Untuk Melakukan Evaluasi Dan

Program Peningkatan Keselamatan Pasien

RS harus mendesign proses baru atau memperbaiki proses yg ada, memonitor &

mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif KTD, &

melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta KP.

Kriteria:

a.       Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan (design) yang baik, sesuai

dengan  ”Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit”.

b.      Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja

c.       Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif

d.      Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi hasil analisis
5.      Peran Kepemimpinan Dalam Meningkatkan Keselamatan Pasien

Standar:

a.       Pimpinan dorong & jamin implementasi progr KP melalui penerapan “7 Langkah

Menuju KP RS ”.

b.      Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif identifikasi risiko KP & program

mengurangi KTD.

c.       Pimpinan dorong & tumbuhkan komunikasi & koordinasi antar unit & individu

berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang KP

d.      Pimpinan mengalokasikan sumber daya yg adekuat utk mengukur, mengkaji, &

meningkatkan kinerja RS serta tingkatkan KP.

e.       Pimpinan mengukur & mengkaji efektifitas kontribusinyadalam meningkatkan kinerja

RS & KP.

Kriteria:

a.       Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien.

b.      Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan program

meminimalkan insiden,

c.       Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari rumah sakit

terintegrasi dan berpartisipasi

d.      Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan kepada pasien

yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain dan penyampaian informasi yang

benar dan jelas untuk keperluan analisis.

e.       Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan insiden,

f.       Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden

g.       Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit dan antar

pengelola pelayanan
h.      Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan

i.        Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan kriteria objektif

untuk mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien

6.      Mendidik Staf  Tentang Keselamatan Pasien

Standar:

a.       RS memiliki proses pendidikan, pelatihan & orientasi untuk setiap jabatan mencakup

keterkaitan jabatan dengan KP secara jelas.

b.      RS menyelenggarakan pendidikan & pelatihan yang berkelanjutan untuk meningkatkan

& memelihara kompetensi staf serta mendukung pendekatan interdisiplin dalam pelayanan

pasien.

Kriteria:

a.       Memiliki program diklat dan orientasi bagi staf baru yang memuat topik keselamatan

pasien

b.      Mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap kegiatan inservice training dan

memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan insiden.

c.       Menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok (teamwork) guna

mendukung pendekatan interdisiplin dan kolaboratif dalam rangka melayani pasien.

7.      Komunikasi Merupakan Kunci Bagi Staf  Untuk Mencapai Keselamatan Pasien

Standar:

a.       RS merencanakan & mendesain proses manajemen informasi KP untuk memenuhi

kebutuhan informasi internal & eksternal.

b.      Transmisi data & informasi harus tepat waktu & akurat.
Kriteria:

a.       Disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses manajemen untuk

memperoleh data dan informasi tentang hal-hal terkait dengan keselamatan pasien.

b.      Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk merevisi

manajemen informasi yang ada

H.     LANGKAH LANGKAH KEGIATAN PELAKSANAAN PATIENT SAFETY

ADALAH

1.      Di Rumah Sakit

a.       Rumah sakit agar membentuk Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit, dengan susunan

organisasi sebagai berikut: Ketua: dokter, Anggota: dokter, dokter gigi, perawat, tenaga

kefarmasian dan tenaga kesehatan lainnya.

b.      Rumah sakit agar mengembangkan sistem informasi pencatatan dan pelaporan internal

tentang insiden

c.       Rumah sakit agar melakukan pelaporan insiden ke Komite Keselamatan Pasien Rumah

Sakit (KKPRS) secara rahasia

d.      Rumah Sakit agar memenuhi standar keselamatan pasien rumah sakit dan menerapkan

tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit.

e.       Rumah sakit pendidikan mengembangkan standar pelayanan medis berdasarkan hasil

dari analisis akar masalah dan sebagai tempat pelatihan standar-standar yang baru

dikembangkan.

2.      Di Provinsi/Kabupaten/Kota

a.       Melakukan advokasi program keselamatan pasien ke rumah sakit-rumah sakit di

wilayahnya
b.      Melakukan advokasi ke pemerintah daerah agar tersedianya dukungan anggaran terkait

dengan program keselamatan pasien rumah sakit.

c.       Melakukan pembinaan pelaksanaan program keselamatan pasien rumah sakit

3.       Di Pusat

a.       Membentuk komite keselamatan pasien Rumah Sakit dibawah Perhimpunan Rumah

Sakit Seluruh Indonesia

b.      Menyusun panduan nasional tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit

c.       Melakukan sosialisasi dan advokasi program keselamatan pasien ke Dinas Kesehatan

Propinsi/Kabupaten/Kota, PERSI Daerah dan rumah sakit pendidikan dengan jejaring

pendidikan.

d.      Mengembangkan laboratorium uji coba program keselamatanpasien.

I. Kasus Viral Patient Safety di Indonesia

Di Lansir Oleh Detikcom

Banda Aceh - Dua perawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cut Nyak Dhien

Meulaboh, Aceh Barat, Aceh, divonis masing-masing 2 tahun penjara karena terbukti salah

menyuntik pasien hingga meninggal dunia. Keduanya ialah Erwanty dan Desri Amelia

Zulkifli.

Dikutip detikcom dari situs resmi Pengadilan Meulaboh, Jumat (31/1/2020), kasus tersebut

bermula saat korban Alfa Reza dibawa ke rumah sakit karena karena tertusuk kayu pada paha

kiri sampai ke bokong. Dia masuk ke ruang IGD pada Jumat, 19 Oktober 2018.

Sejam berselang, tim dokter melakukan tindakan operasi terhadap korban. Setelah selesai

menjalani operasi, korban dipindahkan ke ruang perawatan anak. Dokter kemudian

memerintahkan Erwanty, Desri, serta beberapa perawat yang bertugas jaga untuk

memberikan obat kepada korban.


Pada malam hari sekitar pukul 21.00 WIB, terdakwa Desri membuka buku rekam medis

untuk melihat obat yang harus disuntikkan ke Reza. Dia melihat ketersediaan obat pada kotak

obat Reza hanya satu.

Desri kemudian mengatakan kepada Erwanty ada beberapa obat yang harus disuntikkan ke

Reza. Erwanty selanjutnya memerintahkan Desri untuk meresepkan obat ke dalam Kartu

Obat Pasien (KOP) untuk digunakan sebagai dasar pengambilan obat di depo.

Tak lama berselang, Desri meminta orang tua korban mengambil obat di depo obat. Petugas

di sana sempat menanyakan keberadaan pasien. Namun, karena ayah korban tidak dapat

berbicara, akhirnya diserahkan obat tersebut setelah petugas melihat data korban.

Saat itu, petugas mengira Reza masih berada di dalam ruang operasi. Setelah obat dikantongi,

terdakwa kemudian memerintahkan untuk menyuntik ke korban.

Reza mendapat suntikan obat beberapa kali dalam beberapa menit. Sekitar pukul 00.05 WIB,

Sabtu, 20 Oktober 2018, Desri memanggil Erwanty, lalu mengabarkan kondisi Reza

melemah.

Erwanty mengecek keadaan Reza dan mendapatkan kondisi nadi serta pernapasan korban

sudah melemah. Seorang perawat di ruang anak memberi tahu kedua terdakwa bahwa

keduanya salah menyuntik obat ke tubuh Reza. Hal itu menyebabkan Reza meninggal dunia.

Kasus tersebut selanjutnya dilaporkan ke Polres Aceh Barat. Polisi memeriksa sejumlah sakti

tersebut kedua terdakwa. Erwinty dan Desri selanjutnya dikirim ke pengadilan.

Dalam persidangan di PN Meulaboh, jaksa penuntut umum (JPU) menuntut keduanya dengan

hukuman masing-masing 2 tahun 6 bulan penjara. Namun majelis hakim memvonis keduanya

lebih ringan.
Majelis hakim yang diketuai Zulfadly dengan hakim anggota Muhammad Al-Qudri dan

Irwanto menyatakan kedua terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan

tindak pidana melakukan kelalaian berat yang mengakibatkan kematian bagi penerima

pelayanan kesehatan.

"Menjatuhkan pidana terhadap diri para terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara

masing-masing selama dua tahun," putus Zulfadly dalam persidangan yang digelar, Kamis

(30/1) kemarin.

Link Kasus Viral 2 Perawat Suntik Pasien Hingga Tewas

https://www.google.com/url?

sa=t&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjVhfmCks3sAhVWeH0KHQQO

DSEQFjACegQIAxAC&url=https%3A%2F%2Fnews.detik.com%2Fberita%2Fd-

4880701%2Fsalah-suntik-bikin-pasien-meninggal-2-perawat-di-aceh-dibui-2-

tahun&usg=AOvVaw1iD_nP57Mjno9TqOh9PFyv

Dokumentasi Kasus Viral 2 Perawat Suntik Pasien Hingga Tewas


J. Aspek Hukum Patient Safety

Perlindungan kepentingan manusia merupakan hakekat hukum yang diwujudkan dalam

bentuk peraturan hukum,baikperundangan-undangan maupun peraturan hukum lainnya.

Peraturan hukum tidak semata dirumuskan dalam bentuk perundang-undangan namun

berlaku dan mempunyai kekuatan hukum mengikat, sepanjang diperintahkan oleh

perundangan-undangan. Undang-undang sebagai wujud peraturan hukum dan sumber hukum

formal merupakan alat kebijakan pemerintah negara dalam melindungi dan menjamin hak-

hak masyarakat sebagai warga negara.

UU Rumah Sakit No. 44 tahun 2009 menyatakan pelayanan kesehatan yang aman merupakan

hak pasien dan menjadi kewajiban rumah sakit untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan

yang aman (Pasal 29 dan 32). UU Rumah Sakit secara tegas menyatakan bahwa rumah sakit

wajib menerapkan standar keselamatan pasien. Standar dimaksud dilakukan dengan


melakukan pelaporan insiden, menganalisa dan menetapkan pemecahan masalah. Untuk

pelaporan, rumah sakit menyampaikannya kepada komite yang membidangi keselamatan

pasien yang ditetapkan oleh menteri (Pasal 43). UU Rumah Sakit juga memastikan bahwa

tanggung jawab secara hukum atas segala kelalaian yang dilakukan tenaga kesehatan berada

pada rumah sakit bersangkutan (Pasal 46).

Organ untuk melindungi keselamatan pasien di rumah sakit lengkap karena UU Rumah Sakit

menyatakan pemilik rumah sakit dapat membentuk Dewan Pengawas. Dewan yang terdiri

dari unsur pemilik, organisasi profesi, asosiasi perumahsakitan dan tokoh masyarakat itu

bersifat independen dan non struktural. Salah satu tugas Dewan adalah mengawasi dan

menjaga hak dan kewajiban pasien. Pada level yang lebih tinggi, UU Rumah Sakit juga

mengamanatkan pembentukan Badan Pengawas Rumah Sakit Indonesia. Badan yang

bertanggung jawab kepada Menteri Kesehatan itu berfungsi melakukan pembinaan dan

pengawasan terhadap rumah sakit. Komposisi Badan terdiri dari unsur pemerintah, organisasi

profesi, asosiasi perumahsakitan, dan tokoh masyarakat (Pasal 57).

Ketentuan mengenai keselamatan pasien juga diatur dalam UU Kesehatan No. 36 tahun 2009.

Beberapa pasal yang berkaitan dengan keselamatan pasien dalam UU Kesehatan tersebut

adalah:

1. Pasal 5 ayat (2), menyatakan bahwa setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh

pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau.

2. Pasal 19, menyatakan bahwa pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan segala

bentuk upaya kesehatan yang bermutu, aman, efisien, dan terjangkau.

3. Pasal 24 ayat (1), menyatakan bahwa tenaga kesehatan harus memenuhi ketentuan kode

etik, standar profesi, hak pengguna pelayanan kesehatan, standar pelayanan, dan standar

prosedur operasional.

4. Pasal 53 ayat (3), menyatakan pelaksanaan pelayanan kesehatan harus mendahulukan


keselamatan nyawa pasien.

5. Pasal 54 ayat (1), menyatakan bahwa penyelenggaraan pelayanan kesehatan dilaksanakan

secara bertanggung jawab, aman, bermutu, serta merata dan non diskriminatif.

Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS) Departemen Kesehatan telah pula menyusun

Standar Keselamatan Pasien Rumah Sakit dalam instrumen Standar Akreditasi Rumah Sakit.

Departemen Kesehatan RI telah menerbitkan Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah

Sakit (Patient Safety) edisi kedua pada tahun 2008 yang terdiri dari dari 7 standar, yakni:

1. Hak pasien

2. Mendididik pasien dan keluarga

3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan

4. Penggunaan metoda metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program

peningkatan keselamatan pasien

5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien

6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien

7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien

Akreditasi rumah sakit saat ini adalah syarat mutlak yang harus dipenuhi setiap rumah sakit

sebagai amanat Undang-undang no. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

Tanggung Jawab Hukum Keselamatan Pasien

Kerugian yang diderita pasien serta tanggung jawab hukum yang ditimbulkannya berpotensi

untuk menjadi sengketa hukum. Pemerintah bertanggung jawab mengeluarkan kebijakan

tentang keselamatan pasien.

Tanggung jawab hukum keselamatan pasien diatur dalam Pasal 58 UU Kesehatan No. 36

tahun 2009:

1. Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap seseorang, tenaga kesehatan, dan/atau

penyelenggara kesehatan yang menimbulkan kerugian akibat kesalahan atau kelalaian dalam
pelayanan kesehatan yang diterimanya.

2. Tuntutan ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi tenaga

kesehatan yang melakukan tindakan penyelamatan nyawa atau pencegahan kecacatan

seseorang dalam keadaan darurat.

Tanggung jawab hukum rumah sakit terkait keselamatan pasien diatur dalam:

Pasal 46 UU Rumah Sakit No. 44 tahun 2009

• Rumah sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap semua kerugian yang ditimbulkan

atas kelalaian yang dilakukan tenaga kesehatan di rumah sakit

Pasal 45 UU Rumah Sakit No. 44 tahun 2009

1. Rumah sakit tidak bertanggung jawab secara hukum apabila pasien dan/atau keluarganya

menolak atau menghentikan pengobatan yang dapat berakibat kematian pasien setelah adanya

penjelasan medis yang komprehensif.

2. Rumah sakit tidak dapat dituntut dalam melaksanakan tugas dalam rangka menyelamatkan

nyawa manusia.

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

1. Keselamatan pasien merupakan upaya untuk melindungi hak setiap orang terutama dalam

pelayanan kesehatan agar memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu dan aman.

2. Indonesia salah satu negara yang menerapkan keselamatan pasien sejak tahun 2005 dengan

didirikannya Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) oleh Persatuan Rumah

Sakit Seluruh Indonesia (PERSI). Dalam perkembangannya Komite Akreditasi Rumah Sakit

(KARS) Departemen Kesehatan menyusun Standar Keselamatan Pasien Rumah Sakit dalam

instrumen Standar Akreditasi Rumah Sakit.

3. Peraturan perundang-undangan memberikan jaminan kepastian perlindungan hukum

terhadap semua komponen yang terlibat dalam keselamatan pasien, yaitu pasien itu sendiri,

sumber daya manusia di rumah sakit, dan masyarakat. Ketentuan mengenai keselamatan

pasien dalam peraturan perundang-undangan memberikan kejelasan atas tanggung jawab

hukum bagi semua komponen tersebut.

SARAN

1. Agar pemerintah lebih memperhatikan dan meningkatkan upaya keselamatan pasien dalam

rangka meningkatkan pelayanan kesehatan agar lebih bermutu dan aman dengan

mengeluarkan dan memperbaiki aturan mengenai keselamatan pasien yang mengacu pada

perkembangan keselamatan pasien (patient safety) internasional yang disesuaikan dengan

kondisi yang ada di Indonesia.

2. Agar setiap rumah sakit menerapkan sistem keselamatan pasien dalam rangka

meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan aman serta menjalankan peraturan

perundang-undangan yang mewajibkan untuk itu.

3. Agar seluruh komponen sarana pelayanan kesehatan bekerja sama dalam upaya

mewujudkan patient safety karena upaya keselamatan pasien hanya bisa bisa dicapai dengan
baik dengan kerjasama semua pihak.
Daftar Pustaka

marsenorhudy.wordpress.com/2011/01/07/patient-safetiy-keselamatan-pasien-rumah-sakit/

ansharbonassilfa.wordpress.com/2010/08/20/patient-safety-di-rumah-sakit/

adhikurniawan.wordpress.com/8/

https://www.google.com/search?q=materi+tentang+patient+safety&ie=utf-8&oe=utf-

8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-

a#q=risiko+atau+resiko&rls=org.mozilla:en-US:official

Balsamo RR and Brown MD. Risk Management. Dalam: Sanbar SS, Gibofsky A, Firestone

MH, LeBlang TR, editor. Legal Medicine. Edisi ke-4. St Louis: Mosby; 1998.

Cahyono JBS. Membangun budaya keselamatan pasien dalam praktek kedokteran. Jakarta:

Kanisius; 2008.

Departemen Kesehatan RI. Panduan nasional keselamatan pasien rumah sakit (patient

safety). Edisi ke-2. Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2008. Firmanda D. Keselamatan

pasien (patient safety) di rumah sakit. [document on the internet]. Jakarta: RSUP Fatmawati;

2008 (diunduh 21 Desember 2010). Tersedia dari: http://www.scribd.com/doc/Dody-

Firmanda-2008-Keselamatan-Pasien-Patient-Safety

Frankel A, Gandhi TK, Bates DW. Improving patient safety across a large integrated health

care delivery system. International Journal for Quality in Health care. 2003; 15 suppl. I: i31 –

i40.

Ghandi TK, Lee TH. Patient safety beyond the hospital. N Engl J Med. 2010; 363 (11):

1001-3.

Vincent C. Patient safety. Philadelphia: Elsevier; 2006.

Wachter RM, Shanahan J, Edmanson K, editor. Understanding patient safety. New York:

McGraw-Hill Companies; 2008.


Weeks WB, Bagian JP. Making the business case for patient safety. Joint Commission on

Quality and Safety. 2003; 29.

Wikipedia. Patient safety. [document on the internet]. Wikimedia Foundation: 2008 (diunduh

21 Desember 2010).Tersedia dari: http:// en.wikipedia.org/wiki/ patient_safety

Dasar hukum peraturan perundang-undangan:

1. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

2. Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

Anda mungkin juga menyukai