Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini tepat pada
Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang Keselamatan
pasien. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, kesempurnaan
hanyalah milik Allah semata. Oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
Akhir kata kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...................................................................................................................... i
Daftar Isi................................................................................................................................ ii
BAB I Pendahuluan...............................................................................................................3
A. Pendahuluan......................................................................................................................3
B Latar Belakang....................................................................................................................3
C Rumusan Masalah...............................................................................................................4
D. Tujuan............................................................................................................................5
BAB II Pembahasan...............................................................................................................6
Kesimpulan............................................................................................................................ 25
Daftar Pustaka........................................................................................................................ 26
BAB I
PENDAHULUAN
A. PENDAHULUAN
Keamanan adalah prinsip yang paling fundamental dalam pemberian pelayanan kesehatan
maupun keperawatan, dan sekaligus aspek yang paling kritis dari manajemen kualitas.
Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan
pasien lebih aman, mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
Sistem tersebut meliputi pengenalan risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden, tindak lanjut dan implementasi solusi untuk meminimalkan resiko (Depkes 2008).
Tujuan dilakukannya kegiatan Patient Safety di rumah sakit adalah untuk menciptakan
Mengingat masalah keselamatan pasien merupakan masalah yang penting dalam sebuah
rumah sakit, maka diperlukan standar keselamatan pasien rumah sakit yang dapat digunakan
Hampir setiap tindakan medic menyimpan potensi resiko. Banyaknya jenis obat, jenis
pemeriksaan dan prosedur, serta jumlah pasien dan staf Rumah Sakit yang cukup besar,
merupakan hal yang potensial bagi terjadinya kesalahan medis (medical errors). Menurut
tindakan medis yang telah direncanakan untuk diselesaikan tidak seperti yang diharapkan
atau perencanaan yang salah untuk mencapai suatu tujuan (yaitu., kesalahan perencanaan).
Kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis ini akan mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan cedera pada pasien, bisa berupa Near Miss atau Adverse Event (Kejadian
Tidak Diharapkan/KTD).
Near Miss atau Nyaris Cedera (NC) merupakan suatu kejadian akibat melaksanakan suatu
tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission),
yang dapat mencederai pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi, karena keberuntungan
(misalnya,pasien terima suatu obat kontra indikasi tetapi tidak timbul reaksi obat),
pencegahan (suatu obat dengan overdosis lethal akan diberikan, tetapi staf lain mengetahui
dan membatalkannya sebelum obat diberikan), dan peringanan (suatu obat dengan overdosis
Adverse Event atau Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) merupakan suatu kejadian yang
mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien karena suatu tindakan
(commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission), dan bukan
Kesalahan tersebut bisa terjadi dalam tahap diagnostic seperti kesalahan atau keterlambatan
diagnose, tidak menerapkan pemeriksaan yang sesuai, menggunakan cara pemeriksaan yang
sudah tidak dipakai atau tidak bertindak atas hasil pemeriksaan atau observasi; tahap
penggunaan obat, dan keterlambatan merespon hasil pemeriksaan asuhan yang tidak layak;
tahap preventive seperti tidak memberikan terapi provilaktik serta monitor dan follow up
yang tidak adekuat; atau pada hal teknis yang lain seperti kegagalan berkomunikasi,
mencerminkan fenomena gunung es, karena yang terdeteksi umumnya adalah adverse event
yang ditemukan secara kebetulan saja. Sebagian besar yang lain cenderung tidak dilaporkan,
pelayanan kesehatan yang terbaik terhadap pasien mengharuskan rumah sakit untuk berusaha
mengurangi medical error sebagai bagian dari penghargaannya terhadap kemanusiaan, maka
dikembangkan system Patient Safety yang dirancang mampu menjawab permasalahan yang
ada
C. RUMUSAN MASALAH
D. TUJUAN
PEMBAHASAN
- Setiap saat 1,4 juta orang di dunia menderita infeksi di Rumah Sakit
- Setiap tahun 1,3 juta kematian disebabkan injeksi yang tidak aman
3. Di Inggris
- Medication Errors di ICU mencapai 96% (tidak sesuai indikasi, tidak sesuai dosis, dll)
6. Laporan Insiden ke KKPRS persi September 2006 sampai Agustus 2007
- Asal provinsi yang melapor 9 provinsi dengan 3 terbanyak adalah DKI, Jateng, dan
Yogya
c. Kasus multitrauma di CT scan tapi belum distabilkan sebagai pasien meninggal
d. Perawat melakukan persiapan operasi (cukur buku mata), tapi dokter belum
menentukan meta yang akan di Vitrektomi karena masih konsul ke dokter 1 dan dokter 2
f. Pasien TB diberi MDT, konsul ke paru di beri MDT juga (double MDT)
Patient Safety atau keselamatan pasien adalah suatu system yang membuat asuhan pasien di
rumah sakit menjadi lebih aman. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan
oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil.
Sistem tersebut meliputi : Assesment Risiko, Identifikasi dan Pengelolaan Risiko (Laporan
dan Analisa), Belajar dari Insiden (Tindak Lanjut dan Implementasi Solusi).
5. Menciptakan lingkungan yang aman bagi karyawan dan pengunjung Santosa Bandung
International Hospital
6. Mempertahankan reputasi Santosa Bandung International Hospital
7. Citra Rumah Sakit dan kepercayaan masyarakat meningkat, diikuti dengan kepercayaan
2. Memimpin dan mendukung staf untuk komitmen dan focus pada keselamatan pasien di
Rumah Sakit
Nine Life Saving Patient Safety Solutions (Sembilan Solusi Life-Saving Keselamatan Pasien
Rumah Sakit).
Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) mendorong RS-RS di Indonesia untuk
menerapkan Sembilan Solusi Life-Saving Keselamatan Pasien Rumah Sakit, atau 9 Solusi,
1. Perhatikan Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip (Look-Alike, Sound-Alike Medication
Names).
Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip (NORUM),yang membingungkan staf pelaksana adalah
salah satu penyebab yang paling sering dalam kesalahan obat (medication error).
Solusi :
b. Memastikan terbacanya resep, label, atau penggunaan perintah yang dicetak lebih dulu
pelaksanaan prosedur yang keliru orang, penyerahan bayi kepada bukan keluarganya, dsb.
Rekomendasi :
a. Verifikasi terhadap identitas pasien, termasuk keterlibatan pasien dalam proses ini
b. Standardisasi dalam metode identifikasi di semua rumah sakit dalam suatu sistem
layanan kesehatan
d. Penggunaan protokol untuk membedakan identifikasi pasien dengan nama yang sama.
3. Komunikasi Secara Benar saat Serah Terima / Pengoperan Pasien.
Kesenjangan dalam komunikasi saat serah terima/ pengoperan pasien antara unit-unit
pengobatan yang tidak tepat, dan potensial dapat mengakibatkan cedera terhadap pasien.
Rekomendasi :
a. Memperbaiki pola serah terima pasien termasuk penggunaan protokol untuk
b. Memberikan kesempatan bagi para praktisi untuk bertanya dan menyampaikan
c. Melibatkan para pasien serta keluarga dalam proses serah terima.
4. Pastikan Tindakan yang benar pada Sisi Tubuh yang benar.
Penyimpangan pada hal ini à pelaksanaan prosedur yang keliru atau pembedahan sisi tubuh
yang salah. Sebagian besar adalah akibat dan miskomunikasi dan tidak adanya informasi atau
informasinya tidak benar. Faktor yang paling banyak kontribusinya terhadap kesalahan-
kesalahan macam ini adalah tidak ada atau kurangnya proses pra-bedah yang distandardisasi.
Rekomendasi :
a. Mencegah jenis-jenis kekeliruan yang tergantung pada pelaksanaan proses verifikasi
prapembedahan
b. Pemberian tanda pada sisi yang akan dibedah oleh petugas yang akan melaksanakan
prosedur
c. Adanya tim yang terlibat dalam prosedur sesaat sebelum memulai prosedur untuk
Sementara semua obat-obatan, biologics, vaksin dan media kontras memiliki profil risiko,
cairan elektrolit pekat yang digunakan untuk injeksi khususnya adalah berbahaya.
Rekomendasi :
b. Pencegahan atas campur aduk / bingung tentang cairan elektrolit pekat yang spesifik.
Kesalahan medikasi terjadi paling sering pada saat transisi / pengalihan. Rekonsiliasi
(penuntasan perbedaan) medikasi adalah suatu proses yang didesain untuk mencegah salah
Rekomendasi:
a. Menciptakan suatu daftar yang paling lengkap dan akurat dan seluruh medikasi yang
sedang diterima pasien juga disebut sebagai “home medication list”, sebagai perbandingan
dengan daftar saat admisi, penyerahan dan / atau perintah pemulangan bilamana menuliskan
perintah medikasi
b. Komunikasikan daftar tsb kepada petugas layanan yang berikut dimana pasien akan
Slang, kateter, dan spuit (syringe) yang digunakan harus didesain sedemikian rupa agar
menyebabkan cedera atas pasien melalui penyambungan spuit dan slang yang salah, serta
Rekomendasi :
Menganjurkan perlunya perhatian atas medikasi secara detail / rinci bila sedang mengerjakan
pemberian medikasi serta pemberian makan (misalnya slang yang benar), dan bilamana
menyambung alat-alat kepada pasien (misalnya menggunakan sambungan & slang yang
benar).
Salah satu keprihatinan global terbesar adalah penyebaran HIV, HBV, dan HCV yang
Rekomendasi:
9. Tingkatkan Kebersihan Tangan (Hand hygiene) untuk Pencegahan lnfeksi Nosokomial.
Diperkirakan bahwa pada setiap saat lebih dari 1,4 juta orang di seluruh dunia menderita
infeksi yang diperoleh di rumah-rumah sakit. Kebersihan Tangan yang efektif adalah ukuran
Rekomendasi:
b. Pendidikan staf mengenai teknik kebarsihan tangan yang benar mengingatkan
Pasien & keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi tentang rencana & hasil
Kriteria:
c. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan yang jelas dan
benar kepada pasien dan keluarga tentang rencana dan hasil pelayanan, pengobatan atau
RS harus mendidik pasien & keluarganya tentang kewajiban & tanggung jawab pasien dalam
asuhan pasien.
Kriteria:
Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dgn keterlibatan pasien adalah
partner dalam proses pelayanan. Karena itu, di RS harus ada system dan mekanisme
mendidik pasien & keluarganya tentang kewajiban & tanggung jawab pasien dalam asuhan
RS menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi antar tenaga dan antar unit
pelayanan.
Kriteria:
b. Koordinasi pelayanan disesuaikan kebutuhan pasien dan kelayakan sumber daya
RS harus mendesign proses baru atau memperbaiki proses yg ada, memonitor &
mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif KTD, &
Kriteria:
a. Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan (design) yang baik, sesuai
d. Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi hasil analisis
5. Peran Kepemimpinan Dalam Meningkatkan Keselamatan Pasien
Standar:
a. Pimpinan dorong & jamin implementasi progr KP melalui penerapan “7 Langkah
Menuju KP RS ”.
b. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif identifikasi risiko KP & program
mengurangi KTD.
c. Pimpinan dorong & tumbuhkan komunikasi & koordinasi antar unit & individu
d. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yg adekuat utk mengukur, mengkaji, &
RS & KP.
Kriteria:
a. Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien.
b. Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan program
meminimalkan insiden,
c. Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari rumah sakit
d. Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan kepada pasien
yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain dan penyampaian informasi yang
e. Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan insiden,
g. Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit dan antar
pengelola pelayanan
h. Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan
i. Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan kriteria objektif
untuk mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien
Standar:
a. RS memiliki proses pendidikan, pelatihan & orientasi untuk setiap jabatan mencakup
& memelihara kompetensi staf serta mendukung pendekatan interdisiplin dalam pelayanan
pasien.
Kriteria:
a. Memiliki program diklat dan orientasi bagi staf baru yang memuat topik keselamatan
pasien
b. Mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap kegiatan inservice training dan
7. Komunikasi Merupakan Kunci Bagi Staf Untuk Mencapai Keselamatan Pasien
Standar:
b. Transmisi data & informasi harus tepat waktu & akurat.
Kriteria:
a. Disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses manajemen untuk
memperoleh data dan informasi tentang hal-hal terkait dengan keselamatan pasien.
b. Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk merevisi
ADALAH
a. Rumah sakit agar membentuk Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit, dengan susunan
organisasi sebagai berikut: Ketua: dokter, Anggota: dokter, dokter gigi, perawat, tenaga
b. Rumah sakit agar mengembangkan sistem informasi pencatatan dan pelaporan internal
tentang insiden
c. Rumah sakit agar melakukan pelaporan insiden ke Komite Keselamatan Pasien Rumah
d. Rumah Sakit agar memenuhi standar keselamatan pasien rumah sakit dan menerapkan
e. Rumah sakit pendidikan mengembangkan standar pelayanan medis berdasarkan hasil
dari analisis akar masalah dan sebagai tempat pelatihan standar-standar yang baru
dikembangkan.
2. Di Provinsi/Kabupaten/Kota
wilayahnya
b. Melakukan advokasi ke pemerintah daerah agar tersedianya dukungan anggaran terkait
a. Membentuk komite keselamatan pasien Rumah Sakit dibawah Perhimpunan Rumah
c. Melakukan sosialisasi dan advokasi program keselamatan pasien ke Dinas Kesehatan
pendidikan.
Banda Aceh - Dua perawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cut Nyak Dhien
Meulaboh, Aceh Barat, Aceh, divonis masing-masing 2 tahun penjara karena terbukti salah
menyuntik pasien hingga meninggal dunia. Keduanya ialah Erwanty dan Desri Amelia
Zulkifli.
Dikutip detikcom dari situs resmi Pengadilan Meulaboh, Jumat (31/1/2020), kasus tersebut
bermula saat korban Alfa Reza dibawa ke rumah sakit karena karena tertusuk kayu pada paha
kiri sampai ke bokong. Dia masuk ke ruang IGD pada Jumat, 19 Oktober 2018.
Sejam berselang, tim dokter melakukan tindakan operasi terhadap korban. Setelah selesai
memerintahkan Erwanty, Desri, serta beberapa perawat yang bertugas jaga untuk
untuk melihat obat yang harus disuntikkan ke Reza. Dia melihat ketersediaan obat pada kotak
Desri kemudian mengatakan kepada Erwanty ada beberapa obat yang harus disuntikkan ke
Reza. Erwanty selanjutnya memerintahkan Desri untuk meresepkan obat ke dalam Kartu
Obat Pasien (KOP) untuk digunakan sebagai dasar pengambilan obat di depo.
Tak lama berselang, Desri meminta orang tua korban mengambil obat di depo obat. Petugas
di sana sempat menanyakan keberadaan pasien. Namun, karena ayah korban tidak dapat
berbicara, akhirnya diserahkan obat tersebut setelah petugas melihat data korban.
Saat itu, petugas mengira Reza masih berada di dalam ruang operasi. Setelah obat dikantongi,
Reza mendapat suntikan obat beberapa kali dalam beberapa menit. Sekitar pukul 00.05 WIB,
Sabtu, 20 Oktober 2018, Desri memanggil Erwanty, lalu mengabarkan kondisi Reza
melemah.
Erwanty mengecek keadaan Reza dan mendapatkan kondisi nadi serta pernapasan korban
sudah melemah. Seorang perawat di ruang anak memberi tahu kedua terdakwa bahwa
keduanya salah menyuntik obat ke tubuh Reza. Hal itu menyebabkan Reza meninggal dunia.
Kasus tersebut selanjutnya dilaporkan ke Polres Aceh Barat. Polisi memeriksa sejumlah sakti
Dalam persidangan di PN Meulaboh, jaksa penuntut umum (JPU) menuntut keduanya dengan
hukuman masing-masing 2 tahun 6 bulan penjara. Namun majelis hakim memvonis keduanya
lebih ringan.
Majelis hakim yang diketuai Zulfadly dengan hakim anggota Muhammad Al-Qudri dan
Irwanto menyatakan kedua terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan
tindak pidana melakukan kelalaian berat yang mengakibatkan kematian bagi penerima
pelayanan kesehatan.
"Menjatuhkan pidana terhadap diri para terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara
masing-masing selama dua tahun," putus Zulfadly dalam persidangan yang digelar, Kamis
(30/1) kemarin.
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjVhfmCks3sAhVWeH0KHQQO
DSEQFjACegQIAxAC&url=https%3A%2F%2Fnews.detik.com%2Fberita%2Fd-
4880701%2Fsalah-suntik-bikin-pasien-meninggal-2-perawat-di-aceh-dibui-2-
tahun&usg=AOvVaw1iD_nP57Mjno9TqOh9PFyv
formal merupakan alat kebijakan pemerintah negara dalam melindungi dan menjamin hak-
UU Rumah Sakit No. 44 tahun 2009 menyatakan pelayanan kesehatan yang aman merupakan
hak pasien dan menjadi kewajiban rumah sakit untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan
yang aman (Pasal 29 dan 32). UU Rumah Sakit secara tegas menyatakan bahwa rumah sakit
pasien yang ditetapkan oleh menteri (Pasal 43). UU Rumah Sakit juga memastikan bahwa
tanggung jawab secara hukum atas segala kelalaian yang dilakukan tenaga kesehatan berada
Organ untuk melindungi keselamatan pasien di rumah sakit lengkap karena UU Rumah Sakit
menyatakan pemilik rumah sakit dapat membentuk Dewan Pengawas. Dewan yang terdiri
dari unsur pemilik, organisasi profesi, asosiasi perumahsakitan dan tokoh masyarakat itu
bersifat independen dan non struktural. Salah satu tugas Dewan adalah mengawasi dan
menjaga hak dan kewajiban pasien. Pada level yang lebih tinggi, UU Rumah Sakit juga
bertanggung jawab kepada Menteri Kesehatan itu berfungsi melakukan pembinaan dan
pengawasan terhadap rumah sakit. Komposisi Badan terdiri dari unsur pemerintah, organisasi
Ketentuan mengenai keselamatan pasien juga diatur dalam UU Kesehatan No. 36 tahun 2009.
Beberapa pasal yang berkaitan dengan keselamatan pasien dalam UU Kesehatan tersebut
adalah:
1. Pasal 5 ayat (2), menyatakan bahwa setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh
2. Pasal 19, menyatakan bahwa pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan segala
3. Pasal 24 ayat (1), menyatakan bahwa tenaga kesehatan harus memenuhi ketentuan kode
etik, standar profesi, hak pengguna pelayanan kesehatan, standar pelayanan, dan standar
prosedur operasional.
secara bertanggung jawab, aman, bermutu, serta merata dan non diskriminatif.
Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS) Departemen Kesehatan telah pula menyusun
Standar Keselamatan Pasien Rumah Sakit dalam instrumen Standar Akreditasi Rumah Sakit.
Sakit (Patient Safety) edisi kedua pada tahun 2008 yang terdiri dari dari 7 standar, yakni:
1. Hak pasien
4. Penggunaan metoda metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program
Akreditasi rumah sakit saat ini adalah syarat mutlak yang harus dipenuhi setiap rumah sakit
Kerugian yang diderita pasien serta tanggung jawab hukum yang ditimbulkannya berpotensi
Tanggung jawab hukum keselamatan pasien diatur dalam Pasal 58 UU Kesehatan No. 36
tahun 2009:
1. Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap seseorang, tenaga kesehatan, dan/atau
penyelenggara kesehatan yang menimbulkan kerugian akibat kesalahan atau kelalaian dalam
pelayanan kesehatan yang diterimanya.
2. Tuntutan ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi tenaga
Tanggung jawab hukum rumah sakit terkait keselamatan pasien diatur dalam:
• Rumah sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap semua kerugian yang ditimbulkan
1. Rumah sakit tidak bertanggung jawab secara hukum apabila pasien dan/atau keluarganya
menolak atau menghentikan pengobatan yang dapat berakibat kematian pasien setelah adanya
2. Rumah sakit tidak dapat dituntut dalam melaksanakan tugas dalam rangka menyelamatkan
nyawa manusia.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Keselamatan pasien merupakan upaya untuk melindungi hak setiap orang terutama dalam
pelayanan kesehatan agar memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu dan aman.
2. Indonesia salah satu negara yang menerapkan keselamatan pasien sejak tahun 2005 dengan
didirikannya Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) oleh Persatuan Rumah
Sakit Seluruh Indonesia (PERSI). Dalam perkembangannya Komite Akreditasi Rumah Sakit
(KARS) Departemen Kesehatan menyusun Standar Keselamatan Pasien Rumah Sakit dalam
terhadap semua komponen yang terlibat dalam keselamatan pasien, yaitu pasien itu sendiri,
sumber daya manusia di rumah sakit, dan masyarakat. Ketentuan mengenai keselamatan
SARAN
1. Agar pemerintah lebih memperhatikan dan meningkatkan upaya keselamatan pasien dalam
rangka meningkatkan pelayanan kesehatan agar lebih bermutu dan aman dengan
mengeluarkan dan memperbaiki aturan mengenai keselamatan pasien yang mengacu pada
2. Agar setiap rumah sakit menerapkan sistem keselamatan pasien dalam rangka
meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan aman serta menjalankan peraturan
3. Agar seluruh komponen sarana pelayanan kesehatan bekerja sama dalam upaya
mewujudkan patient safety karena upaya keselamatan pasien hanya bisa bisa dicapai dengan
baik dengan kerjasama semua pihak.
Daftar Pustaka
marsenorhudy.wordpress.com/2011/01/07/patient-safetiy-keselamatan-pasien-rumah-sakit/
ansharbonassilfa.wordpress.com/2010/08/20/patient-safety-di-rumah-sakit/
adhikurniawan.wordpress.com/8/
https://www.google.com/search?q=materi+tentang+patient+safety&ie=utf-8&oe=utf-
8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-
a#q=risiko+atau+resiko&rls=org.mozilla:en-US:official
Balsamo RR and Brown MD. Risk Management. Dalam: Sanbar SS, Gibofsky A, Firestone
MH, LeBlang TR, editor. Legal Medicine. Edisi ke-4. St Louis: Mosby; 1998.
Cahyono JBS. Membangun budaya keselamatan pasien dalam praktek kedokteran. Jakarta:
Kanisius; 2008.
Departemen Kesehatan RI. Panduan nasional keselamatan pasien rumah sakit (patient
safety). Edisi ke-2. Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2008. Firmanda D. Keselamatan
pasien (patient safety) di rumah sakit. [document on the internet]. Jakarta: RSUP Fatmawati;
Firmanda-2008-Keselamatan-Pasien-Patient-Safety
Frankel A, Gandhi TK, Bates DW. Improving patient safety across a large integrated health
care delivery system. International Journal for Quality in Health care. 2003; 15 suppl. I: i31 –
i40.
Ghandi TK, Lee TH. Patient safety beyond the hospital. N Engl J Med. 2010; 363 (11):
1001-3.
Wachter RM, Shanahan J, Edmanson K, editor. Understanding patient safety. New York:
Wikipedia. Patient safety. [document on the internet]. Wikimedia Foundation: 2008 (diunduh