Anda di halaman 1dari 5

Nama : Tarmiji

Nim : I4061171025

1. JENIS-JENIS ANTIPSIKOTIK

 Antipsikotik Generasi Pertama (Apg I)

Obat antipsikotik yang ada di pasaran saat ini, dapat di kelompokkan dalam
dua kelompok besar yaitu antipsikotik generasi pertama (APG I/antipsikotik tipikal)
dan antipsikotik generasi kedua (APG II/antipsikotik atipikal). Antipsikotik generasi
pertama mempunyai cara kerja dengan memblok reseptor D2 khususnya di
mesolimbik dopamine pathways, oleh karena itu sering disebut juga dengan
Antagonist Reseptor Dopamin (ARD) atau antipsikotik konvensional atau tipikal.

Kerja dari APG I menurunkan hiperaktivitas dopamin di jalur mesolimbik


sehingga menyebabkan gejala positif menurun tetapi ternyata APG I tidak hanya
memblok reseptor D2 di mesolimbik tetapi juga memblok reseptor D2 di tempat lain
seperti di jalur mesokortikal, nigrostriatal, dan tuberoinfundibular. Apabila APG I
memblok reseptor D2 di jalur mesokortikal dapat memperberat gejala negatif dan
kognitif disebabkan penurunan dopamin di jalur tersebut. blokade reseptor D 2 di
nigrostriatal secara kronik dengan menggunakan APG I menyebabkan gangguan
pergerakan hiperkinetik (tardive dyskinesia). Blokade reseptor D2 di
tuberoinfundibular menyebabkan peningkatan kadar prolaktin sehingga dapat
menyebabkan disfungsi seksual dan peningkatan berat badan.

APG I mempunyai peranan yang cepat dalam menurunkan gejala positif


seperti halusinasi dan waham, tetapi juga menyebabkan kekambuhan setelah
penghentian pemberian APG I.

Kerugian pemberian APG I:

1. Mudah terjadi EPS dan tardive dyskinesia


2. Memperburuk gejala negatif dan kognitif
3. Peningkatan kadar prolaktin
4. Sering menyebabkan terjadinya kekambuhan

Keuntungan pemberian APG I adalah jarang menyebabkan terjadinya


Sindrom Neuroleptik Malignant (SNM) dan cepat menurunkan gejala positif.
APG I dapat dibagi berdasarkan potensi dan rumus kimia. Pembagian
berdasarkan potensi adalah potensi tinggi, sedang, dan rendah. Sedangkan pembagian
berdasarkan rumus kimia adalah phenotiazine dan non-phenotiazine.

Potensi tinggi bila dosis yang digunakan kurang atau sama dengan 10 mg.
APG I potensi tinggi diantaranya adalah haloperidol, fluphenazine, trifluoperazine
dan thiothixine. Potensi anti dopaminergik tinggi, kemungkinan efek samping tinggi
seperti distonia, akatisia, dan parkinsonisme. Pengaruhnya terhadap tekanan darah
rendah. Potensi sedang bila dosis APG I yang digunakan antara 10- 50 mg. APG I
potensi sedang diantaranya perphenazine, loxapine dan molindone. Digunakan untuk
penderita yang sulit terhadap toleransi efek samping APG I potensi tinggi dan potensi
rendah. Potensi rendah bila dosis APG I yang digunakan lebih dari 50 mg. APG I
potensi rendah diantaranya adalah clorpromazine, thiridazine, dan mesoridazine.
Mempunyai efek samping sedasi, hipotensi ortostatik, lethargi dan gejala
antikolinergik meningkat berupa mulut kering retensi urine, pandangan kabur dan
konstipasi.

 Antipsikotik Generasi Kedua (Apg Ii)

APG II sering disebut juga sebagai Serotonin Dopamin Antagosis (SDA)


atau antipsikotik atipikal. APG II mempunyai mekanisme kerja melalui interaksi
anatar serotonin dan dopamin pada ke 4 jalur dopamin di otak. Hal ini yang
menyebabkan efek samping EPS lebih rendah dan sangat efektif untuk mengatasi
gejala negatif. Perbedaan antara APG I dan APG II adalah APG I hanya dapat
memblok reseptor D2 sedangkan APG II memblok secara bersamaan reseptor
serotonin (5HT2A) dan reseptor dopamin (D2). APG II yang dikenal saat ini adalah
clozapine, risperidone, olanzapine, quetiapine, zotepine, ziprasidone, aripiprazole.
Saat ini antipsikotik ziprasidone belum tersedia di Indonesia.

Kerja obat antipsikotik generasi kedua pada dopamin pathways:

Mesokortikal Pathways
Antagonis 5HT2A tidak hanya akan menyababkan berkurangnya blokade terhadap
antagonis D2 tetapi juga menyebabkan terjadinya aktivitas dopamin pathways
sehingga terjadi keseimbangan antara serotonin dan dopamin. APG II lebih
berpengaruh banyak dalam memblok reseptor 5HT2A dengan demikian meningkatkan
pelepasan dopamin dan dopamin yang dilepas menang dari pada yang dihambat di
jalur mesokortikal. Hal ini menyebabkan berkurangnya gejala negatif maka tidak
terjadi lagi penurunan dopamin di jalur mesokortikal dan gejala negatif yang ada
dapat diperbaiki.
APG II dapat memperbaiki gejala negatif jauh lebih baik dibandingkan APG I
karena di jalur mesokortikal reseptor 5HT2A jumlahnya lebih banyak dari reseptor D 2,
dan APG II lebih banyak berkaitan dan memblok reseptor 5HT2A dan sedikti
memblok reseptor D2 akibatnya dopamin yang di lepas jumlahnya lebih banyak,
karena itu defisit dopamin di jalur mesokrtikal berkurang sehingga menyebabkan
perbaikan gejala negatif skizofrenia.

Mesolimbik Pathways
APG II di jalur mesolimbik, antagonis 5HT2A gagal untuk mengalahkan antagonis D2
di jalur tersebut. jadi antagonsis 5HT 2A tidak dapat mempengaruhi blokade reseptor
D2 di mesolimbik, sehingga blokade reseptor D2 menang. Hal ini yang menyebabkan
APG II dapat memperbaiki gejala positif. Pada keadaan normal serotonin akan
menghambat pelepasan dari dopamin.
Tuberoinfundibular Pathways
APG II di jalur tuberoinfundibular, antagonis reseptor 5HT 2A dapat mengalahkan
antagonis reseptor D2. Hubungan antara neurotransmiter serotonin dan dopamin
sifatnya antagonis dan resiprokal dalam kontrol sekresi prolaktin dari hipofise.
Dopamin akan menghambat pengelepasan prolaktin, sedangkan serotonin
menigkatkan pelepasan prolaktin. Pemberian APG II dalam dosis terapi akan
menghambat reseptor 5HT2A sehingga menyebabkan pelepasan dopamin menigkat.
Ini mengakibatkan pelepasan prolaktin menurun sehingga tidak terjadi
hiperprolaktinemia.

Nigrostriatal Pathways
Jalur ini berproyeksi dari substansia nigra menuju ganglia basalis. Fungsi jalur
nigrostriatal adalah untuk mengontrol pergerakan. Bila jalur ini diblok, akan terjadi
kelainan pergerakan seperti pada Parkinson yang disebut extrapyramidal reaction
(EPR). Gejala yang terjadi antara lain akhatisia, dystonia (terutama pada wajah dan
leher), rigiditas, dan akinesia atau bradikinesia.

APG II dalam klinis praktis, memiliki empat keuntungan, yaitu:


1. APG II menyebabkan EPS jauh lebih kecil dibandingkan APG I, umunya pada
dosis terapi sangat jarang terjadi EPS.
2. APG II dapat mengurangi gejala negatif dari skzofrenia dan tidak memperburuk
gejala negatif seperti yang terjadi pada pemberian APG I.
3. APG II menurunkan gejalan afektif dari skizofrenia dan sering digunakan untuk
pengobatan depresi dan gangguan bipolar yang resisten.
4. APG II menurunkan gejala kognitif pada pasien skizofrenia dan penyakit
Alzheimer.

Antipsikotik generasi kedua yang digunakan sebagai berikut:


First line: Risperidone, Olanzapine, Quetiapine, Ziprasidone, Aripiprazole
Second line: Clozapine.

Obat antipsikotik yang sering digunakan ada 21 jenis yaitu 15 jenis berasal
dari APG I dan 6 jenis berasal dari APG II. Keuntungan yang didapatkan dari
pemakaian APG II selain efek samping yang minimal juga dapat memperbaiki gejala
negatif, kognitif dan mood sehingga mengurangi ketidaknyamanan dan
ketidakpatuhan pasien akibat pemakian obat antipsikotik. Pemakaian APG II dapat
meningkatkan angka remisi dan menigkatkan kualitas hidup penderita skizofrenia
karena dapat mengembalikan fungsinya dalam masyarakat. Kualitas hidup seseorang
yang menurun dapat dinilai dari aspek occupational dysfunction, social dysfunction,
instrumental skills deficits, self-care, dan independent living.

2. TILIKAN
Tilikan adalah kemampuan pasien untuk mengerti peyebab sebenarnya dan arti dari
satu situasi( sekumpulan gejala). Secara umum tilikan adalah derajat kesadaran dan
pengertian pasien bahwa mereka sakit. Pasien mungkin menunjukan penyangkalan
penyaitnya atau mungkin menunjukan suatu kesadaran bahwa meraka sakit tetapi
melemparkan kesalahan pada orang lain, pada faktor eksternal,atau faktor organic.

Derajat Tilikan
1. Penyangkalan sepenuhnya terhadap penyakit
2. Sedikit kesadaran diri akan adanya penyakit dan meminta pertolongan tetapi
menyangkalinya pada saat yang bersamaan
3. Sadar akan adanya penyakit tetapi menyalahkan orang lain, faktor luar, medis atau
faktor organik yang tidak diketahui.
4. Sadar bahwa penyakitnya disebabkan oleh sesuatu yang tidak diketahui pada
dirinya.
5. Tilikan Intelektual : Pengakuan sakit dan mengetahui gejala dan kegagalan dalam
penyesuaian sosial oleh karena perasaan irrasional atau terganggu, tanpa menerapkan
pengetahuannya untuk pengalaman dimasa mendatang
6. Tilikan Emosional yang sebenarnya : kesadaran emosional terhadap motif-motif
perasaan dalam, yang mendasari arti dari gejala; ada kesadaran yang menyebabkan
perubahan kepribadian dan tingkah laku dimasa mendatang; keterbukaan terhadap ide
dan konsep yang baru mengenai diri sendiri dan orang-orang penting dalam
kehidupannya.

3. PROGNOSIS SKIZOPRENIA
Prognosis yang baik biasanya dikaitkan dengan beberapa hal, diantaranya:
 Perempuan
 Onset pada usia dewasa atau lebih tua
 Menikah
 Menetap pada negara maju
 Kepribadian premorbid yang baik
 Tidak ada riwayat gangguan jiwa sebelumnya
 Riwayat pendidikan dan pekerjaan yang baik
 Onset akut, gejala afektif, dan patuh pada pengobatan

Daftar Pustaka
1. Miyamoto S, Merrill DB, Lieberman JA, Fleischhacker WW, Marder SR. 2008.
Antipsychotic drugs. In: Tasman A, Kay J, Lieberman JA, et al. (eds). Psychiatry, 3rd
edn. Chichester: John Wiley & Sons, p: 2161--2201.

2. Kaplan & Sadock. 2009. Buku Ajar Psikiatri Klinis Edisi Dua. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai