Nim : I4061171025
1. JENIS-JENIS ANTIPSIKOTIK
Obat antipsikotik yang ada di pasaran saat ini, dapat di kelompokkan dalam
dua kelompok besar yaitu antipsikotik generasi pertama (APG I/antipsikotik tipikal)
dan antipsikotik generasi kedua (APG II/antipsikotik atipikal). Antipsikotik generasi
pertama mempunyai cara kerja dengan memblok reseptor D2 khususnya di
mesolimbik dopamine pathways, oleh karena itu sering disebut juga dengan
Antagonist Reseptor Dopamin (ARD) atau antipsikotik konvensional atau tipikal.
Potensi tinggi bila dosis yang digunakan kurang atau sama dengan 10 mg.
APG I potensi tinggi diantaranya adalah haloperidol, fluphenazine, trifluoperazine
dan thiothixine. Potensi anti dopaminergik tinggi, kemungkinan efek samping tinggi
seperti distonia, akatisia, dan parkinsonisme. Pengaruhnya terhadap tekanan darah
rendah. Potensi sedang bila dosis APG I yang digunakan antara 10- 50 mg. APG I
potensi sedang diantaranya perphenazine, loxapine dan molindone. Digunakan untuk
penderita yang sulit terhadap toleransi efek samping APG I potensi tinggi dan potensi
rendah. Potensi rendah bila dosis APG I yang digunakan lebih dari 50 mg. APG I
potensi rendah diantaranya adalah clorpromazine, thiridazine, dan mesoridazine.
Mempunyai efek samping sedasi, hipotensi ortostatik, lethargi dan gejala
antikolinergik meningkat berupa mulut kering retensi urine, pandangan kabur dan
konstipasi.
Mesokortikal Pathways
Antagonis 5HT2A tidak hanya akan menyababkan berkurangnya blokade terhadap
antagonis D2 tetapi juga menyebabkan terjadinya aktivitas dopamin pathways
sehingga terjadi keseimbangan antara serotonin dan dopamin. APG II lebih
berpengaruh banyak dalam memblok reseptor 5HT2A dengan demikian meningkatkan
pelepasan dopamin dan dopamin yang dilepas menang dari pada yang dihambat di
jalur mesokortikal. Hal ini menyebabkan berkurangnya gejala negatif maka tidak
terjadi lagi penurunan dopamin di jalur mesokortikal dan gejala negatif yang ada
dapat diperbaiki.
APG II dapat memperbaiki gejala negatif jauh lebih baik dibandingkan APG I
karena di jalur mesokortikal reseptor 5HT2A jumlahnya lebih banyak dari reseptor D 2,
dan APG II lebih banyak berkaitan dan memblok reseptor 5HT2A dan sedikti
memblok reseptor D2 akibatnya dopamin yang di lepas jumlahnya lebih banyak,
karena itu defisit dopamin di jalur mesokrtikal berkurang sehingga menyebabkan
perbaikan gejala negatif skizofrenia.
Mesolimbik Pathways
APG II di jalur mesolimbik, antagonis 5HT2A gagal untuk mengalahkan antagonis D2
di jalur tersebut. jadi antagonsis 5HT 2A tidak dapat mempengaruhi blokade reseptor
D2 di mesolimbik, sehingga blokade reseptor D2 menang. Hal ini yang menyebabkan
APG II dapat memperbaiki gejala positif. Pada keadaan normal serotonin akan
menghambat pelepasan dari dopamin.
Tuberoinfundibular Pathways
APG II di jalur tuberoinfundibular, antagonis reseptor 5HT 2A dapat mengalahkan
antagonis reseptor D2. Hubungan antara neurotransmiter serotonin dan dopamin
sifatnya antagonis dan resiprokal dalam kontrol sekresi prolaktin dari hipofise.
Dopamin akan menghambat pengelepasan prolaktin, sedangkan serotonin
menigkatkan pelepasan prolaktin. Pemberian APG II dalam dosis terapi akan
menghambat reseptor 5HT2A sehingga menyebabkan pelepasan dopamin menigkat.
Ini mengakibatkan pelepasan prolaktin menurun sehingga tidak terjadi
hiperprolaktinemia.
Nigrostriatal Pathways
Jalur ini berproyeksi dari substansia nigra menuju ganglia basalis. Fungsi jalur
nigrostriatal adalah untuk mengontrol pergerakan. Bila jalur ini diblok, akan terjadi
kelainan pergerakan seperti pada Parkinson yang disebut extrapyramidal reaction
(EPR). Gejala yang terjadi antara lain akhatisia, dystonia (terutama pada wajah dan
leher), rigiditas, dan akinesia atau bradikinesia.
Obat antipsikotik yang sering digunakan ada 21 jenis yaitu 15 jenis berasal
dari APG I dan 6 jenis berasal dari APG II. Keuntungan yang didapatkan dari
pemakaian APG II selain efek samping yang minimal juga dapat memperbaiki gejala
negatif, kognitif dan mood sehingga mengurangi ketidaknyamanan dan
ketidakpatuhan pasien akibat pemakian obat antipsikotik. Pemakaian APG II dapat
meningkatkan angka remisi dan menigkatkan kualitas hidup penderita skizofrenia
karena dapat mengembalikan fungsinya dalam masyarakat. Kualitas hidup seseorang
yang menurun dapat dinilai dari aspek occupational dysfunction, social dysfunction,
instrumental skills deficits, self-care, dan independent living.
2. TILIKAN
Tilikan adalah kemampuan pasien untuk mengerti peyebab sebenarnya dan arti dari
satu situasi( sekumpulan gejala). Secara umum tilikan adalah derajat kesadaran dan
pengertian pasien bahwa mereka sakit. Pasien mungkin menunjukan penyangkalan
penyaitnya atau mungkin menunjukan suatu kesadaran bahwa meraka sakit tetapi
melemparkan kesalahan pada orang lain, pada faktor eksternal,atau faktor organic.
Derajat Tilikan
1. Penyangkalan sepenuhnya terhadap penyakit
2. Sedikit kesadaran diri akan adanya penyakit dan meminta pertolongan tetapi
menyangkalinya pada saat yang bersamaan
3. Sadar akan adanya penyakit tetapi menyalahkan orang lain, faktor luar, medis atau
faktor organik yang tidak diketahui.
4. Sadar bahwa penyakitnya disebabkan oleh sesuatu yang tidak diketahui pada
dirinya.
5. Tilikan Intelektual : Pengakuan sakit dan mengetahui gejala dan kegagalan dalam
penyesuaian sosial oleh karena perasaan irrasional atau terganggu, tanpa menerapkan
pengetahuannya untuk pengalaman dimasa mendatang
6. Tilikan Emosional yang sebenarnya : kesadaran emosional terhadap motif-motif
perasaan dalam, yang mendasari arti dari gejala; ada kesadaran yang menyebabkan
perubahan kepribadian dan tingkah laku dimasa mendatang; keterbukaan terhadap ide
dan konsep yang baru mengenai diri sendiri dan orang-orang penting dalam
kehidupannya.
3. PROGNOSIS SKIZOPRENIA
Prognosis yang baik biasanya dikaitkan dengan beberapa hal, diantaranya:
Perempuan
Onset pada usia dewasa atau lebih tua
Menikah
Menetap pada negara maju
Kepribadian premorbid yang baik
Tidak ada riwayat gangguan jiwa sebelumnya
Riwayat pendidikan dan pekerjaan yang baik
Onset akut, gejala afektif, dan patuh pada pengobatan
Daftar Pustaka
1. Miyamoto S, Merrill DB, Lieberman JA, Fleischhacker WW, Marder SR. 2008.
Antipsychotic drugs. In: Tasman A, Kay J, Lieberman JA, et al. (eds). Psychiatry, 3rd
edn. Chichester: John Wiley & Sons, p: 2161--2201.
2. Kaplan & Sadock. 2009. Buku Ajar Psikiatri Klinis Edisi Dua. Jakarta.