Anda di halaman 1dari 13

Perbedaan Antara Pola Sidik Bibir Laki-laki dan Perempuan Mahasiswa

Antropologi Universitas Airlangga.

Mar’atul Mahmudah
maratulmahmudah9@gmail.com
Program Studi Antropologi
Departemen Antropologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Airlangga, Surabaya.

Abstrak
Latar Belakang: Sidik bibir adalah salah satu biological identity yang dimiliki
manusia, karena sidik bibir bersifat unik pada setiap individu, sehingga dapat
digunakan sebagai metode identifikasi individu dan jenis kelamin. Tujuan:
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan antara tipe pola sidik bibir Laki-
laki dan Perempuan Mahasiswa Antropologi Universitas Airlangga. Metode:
Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif dengan menggunakan
rancangan penelitian cross sectional. Klasifikasi tipe pola sidik bibir menggunakan
klasifikasi Suzuki dan Tsuchihashi, dengan metode analisis One Compartement dan
pengamatan 8 Kuadran. Subyek penelitian 100 sampel, 50 laki-laki dan 50
perempuan Mahasiswa Antropologi Universitas Airlangga. Hasil: Penelitian ini
menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara pola sidik bibir laki-laki dan
perempuan Mahasiswa Antropologi Universitas Airlangga pada metode analisis 8
kuadrant, yaitu pada kuadrant 1,6 dan 7. Pola dominan pada sidik bibir laki-laki
adalah tipe II, sedangkan sidik bibir perempuan dominan tipe I, letak perbedaan pada
persentase kemunculan tipe pola sidik bibir pada masing-masing jenis kelamin. Uji
Statistik Chi Square menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada kuadrant
1,6 dan 7. Metode pengamatan 8 Kuadrant dapat digunakan sebagai identifikasi jenis
kelain dengan melihat pada kuadrant 1,6 dan 7. Metode analisis One Compartement
tidak menunjukkan adanya perbedaan antara pola sidik bibir laki-laki dan perempuan.
Kata Kunci : Sidik Bibir, Tipe Pola Sidik Bibir, Identifikasi Jenis Kelamin.

1
Abstrack
Background: Lip prints is one of the biological identities possessed by humans,
because lip prints are unique to each individual, so they can be used as a method of
identifying individuals and sexes. Objective: This study was conducted to determine
the differences between the types of lip print patterns of male and female
Anthropology students of Universitas Airlangga. Method: This study was a
descriptive observational study using a cross sectional study design. The
classification of lip print patterns uses the Suzuki and Tsuchihashi classification, with
the One Compartment analysis method and the observation of 8 Quadrants. The
subjects were 100 samples, 50 male and 50 female Anthropology students at
Universitas Airlangga. Results: This study showed a significant difference between
male and female lip print patterns of Anthropology Students at Universitas Airlangga
in the 8 quadrants analysis method, namely in quadrant 1.6 and 7. The dominant
pattern in male lip prints was type II, whereas female lip prints are predominantly
type I, where differences in the percentage of types of lip print patterns appear in
each sex. The Chi Square Statistic Test shows a significant difference in quadrant 1.6
and 7. The 8 Quadrant observation method can be used as identification of other
types by looking at 1.6 and 7 quadrants. The One Compartment analysis method does
not show any difference between lip print patterns of male and female lips.
Keywords: Lip print, Lipstick Type, Sex Identification.

Pendahuluan Ciri fisik ini kemudian menjadi


Perbedaan lingkungan dan topik dalam keilmuan Antropologi
populasi menyebabkan manusia Forensik untuk mempraktekan
melakukan strategi adaptasi untuk identifikasi manusia dalam sebuah
bertahan hidup, sehingga terdapat peristiwa. Antropologi forensik adalah
perbedaan ciri biologis pada manusia ilmu yang dipelajari kemudian
yang berlainan lingkungan tempat digunakanan untuk mengidentifikasi
beradaptasi. Menurut Goldsby, R.A. korban dalam sebuah bencana atau
Variasi ciri fisik manusia dapat kasus pembunuhan. Antropologi
memberikan petunjuk asal-usul Forensik turut berkontribusi dalam
seseorang dan kebudayaan mereka, memberikan informasi tentang seorang
oleh karena itu sangat penting untuk individu atau sekelompok individu
diteliti (Jannah 2015). dengan memanfaatkan sisa-sisa rangka

2
manusia jika berhubungan dengan akurasi kekhasan bibir setiap individu
sebuah bencana yang menimbulkan dapat digunakan sebagai salah satu ciri
kematian. Dalam kasus pembunuhan, atau variasi yang dimiliki manusia
tenaga forensik juga dapat berperan (Remya, dkk 2016). Remya juga
aktif untuk mengidentifikasi kasus mengatakan bahwa pola sidik bibir
dengan memanfaatkan petunjuk- pada individu bersifat unik dan
petunjuk di TKP (Koesbardiati 2012) terdapat kekhasan dan terdapat
Perekaman pola sidik bibir pada perbedaan pola pada kedua jenis
manusia termasuk salah satu cara kelamin.
identifikasi secara biologis. Sidik bibir Menurut Tsucihashi teknik
bisa digunakan dalam pemecahan identifikasi sidik bibir atau cheiloscopy
kasus pembunuhan. Selain itu, sidik pertama dilakukan dan
bibir dapat di gunakan untuk direkomendasikan oleh Snyder pada
mengidentifikasi usia dan jenis 1950, sedangkan Santos pada 1967
kelamin. Alur gambaran sulci, pada adalah penggagas yang
permukaan bibir atas dan bawah bibir mengklasifikasikan pola pada sidik
manusia memiliki ciri khas pada bibir manusia menjadi tipe-tipe
masing-masing individu. Hal ini tertentu (Jannah 2015).
menjadi alasan pola bibir pada Pola guratan halus pada bibir
manusia dapat diidentifikasi sebagai manusia menjadi salah satu media
sidik bibir seperti sidik jari pada identifikasi karena beberapa alasan.
manusia (Septadina 2015). Bibir memiliki sifat unik dan stabil,
Sidik bibir dapat digunakan tidak dapat berubah sejak manusia
sebagai alat untuk penentuan jenis sudah berumur 6 minggu dalam
kelamin dari tipe pola sidik bibir objek kandungan sampai meninggal
identifikasi (Ardy 2016). Sama halnya (Wulandari, dkk 2016).
sidik jari, guratan halus pada bibir Remya dalam penelitiannya pada
manusia memiliki keunikan masing- Mahasiswa Kodekteran Forensik
masing setiap individu. Tingkat Amrita School of Medicine di India.

3
Penelitian ini melibatkan 200 1. Apakah terdapat perbedaan
Mahasiswa (100 laki-laki dan 100 yang signifikan antara pola
perempuan) usia 18-23 tahun yang sidik bibir laki-laki dan
berasal dari berbagai distrik di Kerala perempuan Mahasiswa
State India. Remya memaparkan Antropologi Universitas
bahwa sidik bibir pada jenis kelamin Airlangga?
laki-laki sebanyak 38% termasuk 2. Apakah terdapat pola yang
kedalam tipe IV, dan sidik bibir pada dominan pada sidik bibir laki-
jenis kelamin perempuan sebanyak laki dan perempuan pada
33% termasuk kedalam tipe II. Mahasiswa Antropologi
Sehingga dapat diambil kesimpulan Universitas Airlangga ?
bahwa secara statistik signifikan dalam 3. Bahan dan Metode Penelitian
menentukan jenis kelamin (Remya, Penelitian ini dilakukan
dkk 2016). pada 50 Laki-laki dan 50
Perempuan mahasiswa
Adanya pola-pola tertentu yang
Antropologi Universitas
dimiliki bibir manusia secara unik,
Airlangga untuk melihat
menjadi salah satu ciri khas bagi
perbedaan tipe pola sidik bibir
manusia. Terdapat dominasi pola
antara laki-laki dan perempuan
tertentu yang dimiliki laki-laki atau
mahasiswa Antropologi
perempuan pada suatu wilayah.
Universitas Airlangga, dengan
Penelitian-penelitian terdahulu
menggunakan metode lipstik
mendorong peneliti untuk mengetahui
dan selotip untuk mencetak
signifikansi pola sidik bibir dengan
sidik bibir responden.
perbedaan jenis kelamin pada
Metode penelitian ini
Mahasiswa Antropologi Universitas
adalah deskriptif observasional
Airlangga.
dengan rancangan cross
Pertanyaan penelitian pada sectonal. Klasifikasi tipe pola
penelitian ini adalah sebagai berikut : sidik bibir menggunakan

4
klasifikasi Suzuki dan
Tsuchihashi.

Gambar 4. Type III the grooves


intersect (alur yang berpotongan)

Gambar 1. Tipe I alur vertikal


sepanjang permukaan

Gambar 5. Type IV the grooves are


reticular (alur perpotongan garis
vertikal dan horizontal/ menyerupai
pagar)

Gambar 2. Tipe I’ alur vertikal seperti


tipe I, tetapi tidak disepanjang
permukaan

Gambar 6. Type V the grooves do not


fall into any of the types I–IV (tipe
Gambar 3. Type II alur yang
yang tidak termasuk dari tipe I-IV)
bercabang

5
Analisis Data yang lain (Wulandari, dkk. 2016).
Analisis ini digunakan karena bagian
Penelitian ini menggunakan
bawah tengah bibir secara konsisten
pendekatan cross sectional, yaitu jenis
terlihat dalam jejak, termasuk dalam
penelitian yang dilakukan dengan
kasus kriminal. Jika terdapat 2 pola
sekali waktu. Peneliti akan mengambil
yang tumpang tindih, maka penentuan
sampel sidik bibir dari responden
tipe pola sidik bibir yang khas berdasar
kemudian di analisis. Analisis
pada pertimbangan pola mana yang
dilakukan dengan menggunakan
lebih dominan dari 2 pola tersebut
klasifikasi tipe pola sidik bibir Suzuki
(Adamu dan Taura 2016).
dan Tsucihac
2) Pengamatan 8 Kuadran
1) 1.Metode One Compartement
Analisis kedua dengan membagi
Analisis data yang digunakan
bibir menarik garis vertikal dan
adalah dengan dua cara. Yaitu yang
horizontal pada titik tengah bibir,
pertama, peneliti mengamati bagian
degan menarik garis x untuk vertikal,
bibir bawah tengah, melihat pola yang
dan untuk horizontal. Seperti yang
muncul dan menjadi karakteristik tipe
dilakukan Yoshua pada penelitiannya,
bibir responden (One Compartement).
dengan menarik garis x dan y
Alasan memakai metode ini karena
kemudian bagian bibir terbagi menjadi
bagian bibir tersebut adalah bagian
4 bagian. Keempat bagian tersebut
yang paling stabil dari bagian bibir
dibagi menjadi 2 kuadran.

6
Jenis Frekuensi Tipe Sidik Bibir Responden Klasifikasi Suzuki Total
Kelamin Tsuchihashi
Tipe I Tipe I' Tipe II Tipe III Tipe IV Tipe V
Laki-Laki 15 0 21 Orang 3 Orang 6 Orang 5 Orang 50
Orang Orang
Persentase 30% 0% 42% 6% 12% 10% 100%
Perempuan 26 1 Orang 16 Orang 2 Orang 4 Orang 1 Orang 50
Orang Orang
Persentase 52% 2% 32% 4% 8% 2% 100%
Tabel 1. Distribusi Frekuensi tipe
Hasil dan Pembahasan pola sidik bibir responden dari
Penyajian Data One Compartement pengamatan One Compartement.

Tabel 1 di atas menunjukkan Tipe pola sidik bibir


tipe I pada sidik bibir laki-laki sebesar perempuan, tipe I sebesar 52% (26
30% yaitu sebanyak 15 orang. Tipe II orang), tipe I’ sebesar 2% sebanyak 1
sebesar 42%, sebanyak 21 orang. Tipe orang. Tipe II sebesar 32%, yaitu
III, sebesar 6% yaitu sebanyak 3 sebanyak 16 orang. Tipe III sebesar
orang. Tipe IV sebesar 12%, yaitu 4%, yaitu sebanyak 2 orang. Tipe IV
sebanyak 6 orang. Tipe V sebesar sebesar 8%, yaitu sebanyak 4 orang.
10%, yaitu sebanyak 5 orang. Tipe I’ Tipe V sebesar 2%, yaitu sebanyak 1
tidak muncul pada sidik bibir laki-laki. orang.

7
Uji Signifikansi Chi Square

Tabel 4.1 Taraf Signifikansi Hasil Uji Chi Square

Chi Square Nilai Df Asymp.sig. (2-sided)

One Compartement 7,849 5 0,162

Kuadran 1 13,313 5 0,010

Kuadran 2 6,522 4 0,259

Kuadran 3 3,835 4 0,429

Kuadran 4 7,239 4 0,124

Kuadran 5 2,532 4 0,639

Kuadran 6 19,677 5 0,001

Kuadran 7 19,804 5 0,001

Kuadran 8 4,097 4 0,393

N of Valid Cases 100

Uji Chi Square untuk melihat One Compartement. Berdasarkan hasil


perbedaan antara tipe pola sidik bibir Uji Chi Square pada metode
laki-laki dan perempuan Mahasiswa pengamatan One Compartemen, maka
Antropologi UNAIR dengan metode dapat disimpulkan bahwa metode One
analisis One Compartement Compartement tidak dapat digunakan
menunjukkan hasil signifikansi sebesar sebagai identifikasi jenis kelamin.
t tabel(0,162)>t hitung(0,05). Hal ini
Uji Chi Square pada metode
menunjukkan bahwa terdapat
pengamatan 8 kuadran terdapat 3
perbedaan yang signifikan antara tipe
kuadran yang memiliki taraf
pola sidik bibir laki-laki dan
signifikansi kurang dari 0,05%. Hal
perempuan Mahasiswa Antropologi
ini menyatakan bahwa adanya
UNAIR dengan menggunakan metode
pebedaan tipe pola sidik bibir yang

8
signifikan antara sidik bibir laki-laki membagi 4 kuadran. Mayoritas
dan sidik bibir perempuan pada masyarakat Jawa di Tuban memiliki
kuadran 1,6 dan 7. Artinya, metode tipe II pada pola sidik bibir mereka.
pengamatan 8 kuadran dapat Dalam penelitiannya, tidak ditemukan
digunakan sebagai identifikasi jenis hubungan yang signifikan antara pola
kelamin. sidik bibir dengan jenis kelamin.
Perbedaan terletak pada variasi
Penelitian ini menggunakan
dominan tipe pada masing-masing
klasifikasi tipe sidik bibir milik Suzuki
jenis kelamin (Jannah 2015). Pada
dan Tsuchihashi. Ditemukan fakta
penelitian ini, terdapat perbedaan tipe
bahwa tipe I’ dan tipe V sangat jarang
dominan pada sidik bibir laki-laki dan
muncul pada variasi tipe sidik bibir
perempuan. Sidik bibir laki-laki
sampel penelitian. Tipe V sebagai pola
dominan tipe II, sedangkan sidik bibir
yang bukan termasuk tipe I,I’,II,III dan
perempuan dominan tipe I.
V. Pada Analisis satu Compartement
atau dengan 8 kuadran sangat minim Penelitian lain juga dilakukan
dijumpai tipe V pada bibir responden. oleh Cristoper dengan
Langkah analisis menggunakan 2 membandingkan perbedaan pola sidik
model dapat menjamin akurasi dalam bibir populasi Jawa dan Tionghoa di
identifikasi, dan sesuai dengan fungsi Surabaya menggunakan klasifikasi
masing-masing. Suzuki dan Tsuchihashi. Teknik
analisis yang digunakan dengan
Variasi tipe pola pada bibir
melihat permukaan bibir dan
manusia digunakan oleh beberapa
mengidentifikasi pola yang terlihat.
peneliti sebagai identitas secara umum
Pada Etnis Tionghoa pola sidik bibir
pada sebuah populasi. Seperti yang
terbanyak pada tipe IV, dan pada
dilakukan oleh Miftahul Jannah yang
populasi Jawa pola terbanyak tipe I.
mengidentifikasi tipe pola sidik bibir
Jumlah yang sama pada tipe II dan III
pada etnis Jawa di Tuban dengan
pada masing-masing populasi.
metode tempel dan lipat, dengan

9
Perbedaan jumlah yang tidak terlalu perempuan, dominasi tipe pola III pada
signifikan ini mematahkan hipotesis, bibir laki-laki, dominasi tipe pola IV
bahwa terdapat perbedaan pola sidik pada bibir laki-laki, dominasi tipe pola
bibir pada masing-masing etnis. V pada bibir Laki-laki (Degwekar,
Karena persebarannya sangat tipis dkk.2013).
(Christopher 2015). Variasi yang
Sejalan dengan itu, pada
menarik adalah perbedaan persentase
penelitian ini dengan analisis One
tipe I dan II pada masing-masing jenis
Compartement dan 8 kuadrant,
kelamin. Hasil pengamatan One
dominan tipe I dan II pada perempuan,
Compartement menunjukkan bahwa
akan tetapi tipe III juga muncul
Tipe I sebanyak 50% pada sidik bibir
sebagai tipe dominan pada pola sidik
responden perempuan, kemudian
bibir perempuan dalam penelitian ini.
disusul dengan tipe II sebanyak 36%.
Kemudian, tipe dominan sidik bibir
Pada sidik bibir laki-laki tipe II
pada laki-laki berbeda dengan teori
sebanyak 40%, dan tipe I sebanyak
Vahanwala. Dominasi terletak pada
32%. Pengamatan 8 kuadran
tipe II dan I. Tipe II pada sidik bibir
menunjukkan tipe II sebanyak 37,75%,
laki-laki lebih banyak jumlahnya
dan tipe I sebanyak 23,75% pada sidik
daripada sidik bibir perempuan.
bibir perempuan. Pada sidik bibir laki-
laki tipe I sebanyak 32,25%, dan tipe Analisis One Compartement
II sebanyak 27,75% dan Tipe III juga dilakukan oleh Wulandari dkk
sebesar 25,5%. dalam penelitiannya tentang perbedaan
sidik bibir antara jenis kelamin laki-
Merujuk pada teori Vahanwala
laki dan perempuan. Hasil
tentang dominasi tipe pola sidik bibir
penelitiannya menunjukkan bahwa ada
Suzuki dan Tsuchihashi pada masing-
perbedaan pola sidik bibir antara laki-
masing jenis kelamin. Dominasi tipe
laki dan perempuan pada Mahasiswa
pola I dan I’ pada bibir perempuan,
Kedokteran Gigi Universitas Jember.
dominasi tipe pola I dan II pada bibir
Tipe III dominan pada sidik bibir laki-

10
laki sebanyak 40% dari 40 responden individu dengan beberapa posisi bibir.
laki-laki, dan tipe I’ dominan pada Hasil dari penelitian ini, melihat
sidik bibir perempuan sebanyak 35% perbedaan pola pada beberapa individu
dari 40 responden perempuan berdasarkan jenis kelamin dengan
(Wulandari,dkk. 2016). Hasil dari posisi bibir yang sama. Hasil
penelitian ini, tidak ditemukan penelitian Mindya dkk tidak
perbedaan yang signifikan antara sidik menunjukkan perbedaan pola pada
bibir laki-laki dan perempuan. Dan beberapa posisi bibir saat pencetakan
tipe I’ termasuk tipe yang sangat sidik bibir pada Mahasiswa
jarang muncul. Perbedaan jumlah Kedokteran Gigi Universitas
sampel mempengaruhi hasil penelitian. Indonesia. Hasil penelitiannya
mendapatkan kesimpulan bahwa sidik
Analisis dengan membagi 8
bibir menjadi ciri yang spesifik pada
kuadrant juga digunakan oleh Mindya
individu dan dapat digunakan untuk
dkk dalam penelitiannya untuk melihat
identifikasi, sedangkan pada penelitian
perbedaan pola sidik bibir dengan
ini terdapat perbedaan yang signifikan
beberapa posisi bibir. perbedaan posisi
antara tipe pola sidik bibir laki-laki
bibir, tersenyum, mengecup dan dan
dan perempuan pada pengamatan 8
terbuka dengan klasifikasi Suzuki dan
kuadran, yaitu pada kuadran 1,6 dan 7
Tsuchihashi. Analisis ini digunakan
(Mindya 2005).
untuk mempermudah pengamatan,
karena bibir manusia tidak hanya Sidik Bibir menjadi ciri yang
terdiri dari satu tipe pola saja, tetapi signifikan bagi masing-masing
terdiri dari beberapa tipe dan terdapat individu, dengan mengamati tiap
variasi yang unik. kuadran, variasi yang unik dapat
terlihat lebih jelas. Hal ini karena pada
Peneliti juga memakai analisis
masing-masing bibir individu akan
yang sama, akan tetapi variabel
berbeda tipe yang muncul jika dilihat
perlakuan yang berbeda. Mindya dkk
dengan membagi kuadrannya. Hal ini
melihat perbedaan pola pada satu

11
dapat dijadikan sebagai dasar menggunakan sidik bibi.
identifikasi individu dengan

Kesimpulan bibir responden, karena perbedaan


sidik bibir masing-masing individu
Berdasarkan penelitian dan
dari kombinasi di antara 6 tipe pola
analisis terhadap perbedaan tipe pola
sidik bibir oleh Suzuki Tsuchihashi.
sidik bibir laki-laki dan perempuan
Mahasiswa Antropologi Universitas Tipe yang sering muncul pada
Airlangga, diperoleh hasil bahwa sidik bibir laki-laki adalah tipe II,
Sterdapat perbedaan yang signifikan sedangkan tipe sidik bibir dominan
antara tipe pola sidik bibir laki-laki pada perempuan adalah tipe I, dari
dan perempuan Mahasiswa metode one Compartement perbedaan
Antropologi Universitas Airlangga. terletak pada persentase
Adanya perbedaan antara tipe pola kemunculannya. Pada metode
sidik bibir laki-laki dan perempuan pengamatan 8 kuadran, tipe pola sidik
Mahasiswa Antropologi Universitas bibir dominan responden laki-laki
Airlangga dapat dikatakan signifikan adalah tipe II, sedangkan pada sidik
dengan melihat pada kuadran 1,6 dan 7 bibir responden perempuan dominan
pada metode pengamatan 8 kuadran. tipe I. Dalam penelitian ini, semua tipe
Teknik analisis One Compartement dari klasifikasi Suzuki dan Tsuchihashi
tidak dapat digunakan sebagai terlihat pada sidik bibir Mahasiswa
identifikasi jenis kelamin karena Antropologi Universitas Airlangga.
metode pengamatan ini hanya melihat Pada penelitian ini, dapat disimpulkan
tipe yang muncul pada bagian stabil bahwa identifikasi Jenis Kelamin dapat
bibir yang tercetak dalam pengambilan dilakukan dengan cara melihat tipe
sampel bibir, dan tidak menutup pola sidik bibir pada kuadran 1, 6 dan
kemungkinan tipe pada bagian stabil 7. Hal ini karena terdapat perbedaan
tersebut sama pada masing-masing yang signifikan di antara sidik bibir

12
laki-laki dan perempuan pada ke tiga Karim, Bushra, dan Devanand Gupta.
kuadran tersebut. “Cheiloscopy and Blood Groups:
Aid in Forensic Identification.”
Daftar Pustaka The Saudi Dental Journal, 2014:
176-180.

Koesbardiati, Toetik. Bahan Ajar


Adamu, dan Taura. “Lip Prints: An
Antropologi Forensik Untuk
Emerging Tool for Personal
Mahasiswa Antropologi. 2012.
Identification.” Bayero J Biomed
Science, 2016: 78-87. Mindya, Juni Astuti. Iin, Sutisna.
“Perbandingan Pola Sidik Bibir
Ardy, Okky Marita. “Perbedaan
Posisi Normal dengan Poisis
Reliabilitas Pola Sidik Bibir dan
Terbuka, Tersenyum dan
Pola Ruga Palatal Pada
Mengecup.” Indonesian Journal
Mahasiswa Kedokteran Gigi
od Dentistry 2 (2005): 100-102.
Universitas Airlangga.” Tesis,
2016. Septadina, Indri Seta. “Identifikasi
Individu dan Jenis Kelamin
Christopher. “Perbedaan Pola Sidik Bibir
Berdasarkan Pola Sidik Bibir.”
Antara Populasi Jawa dan
Jurnal Kedokteran dan Kesehatan
Tionghoa-Surabaya.” Skripsi,
2 (2015): 231-236.
2015.

Jannah, Miftahul. “Variasi Pola Sidik


Bibir Pada Etnis Jawa.” Skripsi,
2015.

13

Anda mungkin juga menyukai