Anda di halaman 1dari 7

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya kepada kita semua. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada
Rasulullah SAW beserta keluarganya.

Dalam penyusunan proposal ini, kami menyadari sepenuhnya bahwa proposal ini masih jauh
dari kesempurnaan karena pengalaman dan pengetahuan penulis yang terbatas. Oleh karena
itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi terciptanya proposal yang
lebih baik lagi untuk masa mendatang

Medan, 07 Maret 202

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan
4. Manfaat dan Kegunaan

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB III METODE PENELITIAN

1. Jenis dan Desain Penelitian


2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3. Alur Penelitian Pembuatan Pengawet
4. Alat dan Bahan yang Digunakan
5. Prosedur Pembuatan Pengawet
6. Pengelolaan dan Analisa Data

BAB IV PENUTUP

1. Kesimpulan
2. Saran
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Akhir-akhir ini hampir semua masyarakat Indonesia mengalami rasa was-was untuk
mengkonsumsi makanan, khususnya makanan basah seperti mie, daging dan
kemudian bertambah luas kekhawatiran itu, yakni takut mengkonsumsi ikan segar dan
ikan yang diasinkan. Padahal ikan segar maupun yang diasinkan selama ini
merupakan sumber protein yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Namun, oleh karena
penggunaan formalin dan bahan pengawet kimia lainnya mulai menguat, sehingga
ketakutan pun menebar di seluruh nusantara. Penyebab dari semua kekhawatiran
tersebut tidak lain karena terdapat kandungan berbahaya (racun) yang berupa
formalin. Formalin yang biasanya digunakan sebagai pengawet mayat, tapi digunakan
untuk pengawet makanan. Padahal ada pengawet makanan yang aman dikonsumsi
dan bersifat alami yakni kitosan Hardjito (2009). Bahan pengawet ini banyak terdapat
dalam kulit luar hewan golongan Crustaceae seperti udang, rajungan, cumi dan
kepiting Yunizal et al (2001)
2. Rumusan Masalah
Adapun Rumusan Masalah dalam Proposal ini adalah:
1. Apakah Pengawet dengan bahan kulit udang dapat digunakan?
2. Apakah Pengawet ini memiliki dampak negatif jika penggunaan jangka
panjang?
3. Apakah pengawet jenis ini benar benar dapat digunakan oleh masyarakat?
4. Apakah pengawet jenis ini dapat dikembangkan lagi menjadi lebih baik?
3. Tujuan
Adapun Tujuan dari proposal ini adalah:
1. Penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk kehidupan
2. Penelitian yang dilakukan benar benar membuahkan hasil , dan dapat menjadi
bahan ajar, atau sebuah peluang usaha
3. Penelitian yang dilakukan dapat digunakan sebagai pengganti pengawet
berbahaya
4. Untuk menarik minat masyarakat

4. Manfaat dan Kegunaan


Adapun manfaat dan kegunaan berdasarkan penelitian ini adalah:
1. Sebagai pengganti pengawet berbahaya
2. Sebagai bahan ajar di sekolah dan juga di bangku kuliah
3. Sebagai Ilmu Pengetahuan yang dapan di ajarkan
4. Sebagai peluang usaha bagi masyarakat

BAB II
Tinjauan Teoritis

Produk pengawet berbahan Kitosan ini, Limbah udang, kepiting, cumi, rajungan dan
sejenis crustaceae lainnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengawet alami karena
mengandung kitin. Tapi di antara jenis crustaceae, yang paling banyak kandungan
kitinnya adalah limbah kulit udang. Limbah udang yang mencapai 30-40 % dari
produksi udang beku belum banyak dimanfaatkan. Menurut Mekawati (2012)
mengatakan bahwa pemanfaatan limbah kulit udang menjadi produk udang yang
bernilai ekonomis tinggi merupakan contoh yang sangat baik untuk memperoleh
bahan makanan dengan kandungan protein tinggi. Selama ini kuli udang telah
dimanfaatkan sebagai bahan pembuat terasi, keripik udang dan petis serta pasta udang
dan hidrolisat protein yang merupakan produk jenis baru dari limbah kulit udang.
Ide ini muncul dari banyak nya bahan pengawet yang terbuat dari bahan bahan
berbahaya sehingga dapat menyebabkan penyakit dan juga masalah kesehatan
masyarakat. Bahan pengawet merupakan bahan tambahan makanan yang dibutuhkan
untuk mencegah aktivitas mikroorganisme ataupun mencegah proses peluruhan yang
terjadi sesuai dengan pertambahan waktu, agar kualitas makanan senantiasa terjaga
sesuai dengan harapan konsumen. Dengan demikian pengawet diperlukan dalam
pengolahan bahan makanan, namun kita harus tetap mempertimbangkan
keamanannya. Hingga kini, penggunaan pengawet yang tidak sesuai masih sering
terjadi dan sudah semakin luas, tanpa menghiraukan dampaknya terhadap kesehatan
konsumen Hayash.
Bahan pengawet adalah zat atau bahan kimia yang ditambahkan ke dalam produk
seperti makanan, minuman, obat-obatan, cat, sampel biologis, kosmetik, kayu, dan
produk lainnya untuk mencegah terjadinya dekomposisi yang disebabkan oleh adanya
pertumbuhan mikrob atau oleh perubahan kimiawi. Secara umum, pengawetan
dilakukan melalui dua cara, yaitu secara kimiawi atau fisik. Pengawetan kimiawi
melibatkan penambahan senyawa kimia ke dalam produk. Pengawetan fisik
melibatkan berbagai proses seperti pembekuan atau pengeringan.

Bahan pengawet aditif makanan mengurangi risiko keracunan makanan, mengurangi


paparan mikrob, dan mempertahankan kesegaran serta kualitas nutrisi produk
tersebut. Beberapa teknik fisik untuk mengawetkan makanan di antaranya dehidrasi,
radiasi UV-C, pengeringbekuan, dan pembekuan. Teknik pengawetan kimiawi dan
fisik terkadang dikombinasikan.
Kitosan secara komersil umumnya diekstraksi dari kulit udang yang diperoleh dari
limbah industri. Proses ekstraksi kitosan dari kulit udang merupakan proses reaksi
kimia yang sederhana secara alternatif untuk menggantikan proses ekstraksi kimia
kitosan yaitu dengan cara fermentasi menggunakan mikroorganisme bakteri
proteolitik atau bakteri asam laktat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh konsentrasi basah NaOH pada proses deproteinasi terhadap kitosan kotor
yang dihasilkan dari kulit udang dan mengetahui pengaruh perbandingan kitosan
bersih serta NaOH pada proses deasetilasi terhadap kitosan yang dihasilkan dari kulit
udang.
Kitin adalah polimer alami yang melimpah Di alam. Kitin merupakan senyawa kedua
Terbesar setelah selulosa dan dikenal juga Sebagai polimer organik konversional dari
Laut, sedangkan Kitosan adalah modifikasi Dari senyawa kitin yang banyak terdapat
Dalam kulit luar hewan golongan Crustaceae Seperti udang, cumi, rajungan dan
kepiting. Khasiat kitosan sebagai bahan antibakteri dan Kemampuannya untuk
mengimobilisasi Bakteri menjadikan kitosan dapat digunakan Sebagai pengawet
makanan. Daya hambat kitosan terhadap bakteri tergantung dari Konsentrasi pelarutan
kitosan.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN
1. Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian yang di lakukan adalah penelitian eksperimen dengan desain
pengamatan terhadap perkembangan

Anda mungkin juga menyukai