Anda di halaman 1dari 5

Tinjauan

Sari Pustaka
Pediatri, Vol. 2, No. 4, Maret 2001 Sari Pediatri, Vol. 2, No. 4, Maret 2001: 193 - 197

Respons Imun Terhadap Infeksi Bakteri


Zakiudin Munasir

Guna menjaga integritas dan identitas individu diperlukan suatu sistem pertahanan tubuh
yang adekuat. Mekanisme imunitas terhadap antigen yang berbahaya meliputi pertahanan
fisik dan kimiawi, simbiosis dengan bakteri flora normal, innate immunity serta imunitas
spesifik yang didapat, terdiri dari imunitas humoral serta imunitas selular (cell mediated
immunity). Antigen Major Histo Compatibility (MHC) berperan pada presentasi antigen
oleh makrofag. Respons imun terhadap bakteri meliputi bakteri ekstra seluler dan intra
selular. Pada infeksi bakteri yang berat dapat terjadi kelelahan respons imun (exchaustion),
dalam keadaan ini pemberian terapi penunjang imunoglobulin intra vena dapat
dipertimbangkan.

Kata kunci: innate immunity, humoral immunity, cell mediated immunity, major histo
compatibility

S
istem imun merupakan sistem koordinasi mengatasi agen yang berbahaya di lingkungannya yaitu:
respons biologik yang bertujuan melindungi 1. Pertahanan fisik dan kimiawi: kulit, sekresi asam
integritas dan identitas individu serta men- lemak dan asam laktat melalui kelenjar keringat
cegah invasi organisme dan zat yang berbahaya di dan sebasea, sekresi lendir, pergerakan silia, sekresi
lingkungan yang dapat merusak dirinya. airmata, air liur, urin, asam lambung serta lisosim
Sistem imun mempunyai sedikitnya 3 fungsi dalam airmata.
utama. Yang pertama adalah suatu fungsi yang sangat 2. Simbiosis dengan bakteri flora normal yang
spesifik yaitu kesanggupan untuk mengenal dan memproduksi zat yang dapat mencegah invasi
membedakan berbagai molekul target sasaran dan juga mikroorganisme seperti laktobasilus pada epitel
mempunyai respons yang spesifik. Fungsi kedua adalah organ.
kesanggupan membedakan antara antigen diri dan 3. Innate immunity.
antigen asing. Fungsi ketiga adalah fungsi memori yaitu 4. Imunitas spesifik yang didapat.
kesanggupan melalui pengalaman kontak sebelumnya
dengan zat asing patogen untuk bereaksi lebih cepat
dan lebih kuat daripada kontak pertama. Innate Immunity

Merupakan mekanisme pertahanan tubuh non-


Mekanisme Imunitas terhadap Antigen spesifik yang mencegah masuknya dan menyebarnya
yang Berbahaya mikroorganisme dalam tubuh serta mencegah
terjadinya kerusakan jaringan. Ada beberapa
Ada beberapa mekanisme pertahanan tubuh dalam komponen innate immunity yaitu
1. Pemusnahan bakteri intraselular oleh sel poli-
morfonuklear (PMN) dan makrofag.
Alamat korespondensi:
Dr. Zakiudin Munasir, Sp.A(K).
2. Aktivasi komplemen melalui jalur alternatif.
Subbagian Alergi-Imunologi. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI- 3. Degranulasi sel mast yang melepaskan mediator
RSCM, Jakarta. Jl. Salemba no. 6, Jakarta 10430. inflamasi.
Tel. 021-316 1144, Fax. 390 7743. 4. Protein fase akut: C-reactive protein (CRP) yang

193
Sari Pediatri, Vol. 2, No. 4, Maret 2001

mengikat mikroorganisme, selanjutnya terjadi melalui kontak langsung atau melalui sekresi sitokin
aktivasi komplemen melalui jalur klasik yang regulator. Sel-sel ini dapat juga berinteraksi secara
menyebabkan lisis mikroorganisme. simultan dengan sel tipe lain atau dengan komponen
5. Produksi interferon alfa (IFN α) oleh leukosit dan komplemen, kinin atau sistem fibrinolitik yang
interferon beta (IFN β) oleh fibroblast yang menghasilkan aktivasi fagosit, pembekuan darah atau
mempunyai efek antivirus. penyembuhan luka. Respons imun dapat bersifat lokal
6. Pemusnahan mikroorganisme ekstraselular oleh sel atau sistemik dan akan berhenti bila antigen sudah
natural killer (sel NK) melalui pelepasan granula berhasil dieliminasi melalui mekanisme kontrol.
yang mengandung perforin.
7. Pelepasan mediator eosinofil seperti major basic
protein (MBP) dan protein kationik yang dapat Peran Major Histocompatibility Antigen
merusak membran parasit. (MHC)

Telah disebutkan di atas bahwa respons imun terhadap


Imunitas Spesifik Didapat sebagian besar antigen hanya dimulai bila antigen telah
ditangkap dan diproses serta dipresentasikan oleh sel
Bila mikroorganisme dapat melewati pertahanan APC. Oleh karena itu sel T hanya mengenal imunogen
nonspesifik/innate immunity, maka tubuh akan yang terikat pada protein MHC pada permukaan sel
membentuk mekanisme pertahanan yang lebih lain. Ada 2 kelas MHC yaitu
kompleks dan spesifik. Mekanisme imunitas ini 1. Protein MHC kelas I. Diekspresikan oleh semua
memerlukan pengenalan terhadap antigen lebih dulu. tipe sel somatik dan digunakan untuk presentasi
Mekanisme imunitas spesifik ini terdiri dari: antigen kepada sel TCD8 yang sebagian besar
adalah sel sitotoksik. Hampir sebagian besar sel
1. Imunitas humoral mempresentasikan antigen ke sel T sitotoksik (sel
Produksi antibodi spesifik oleh sel limfosit B (T Tc) serta merupakan target/sasaran dari sel Tc
dependent dan non T dependent). tersebut.
2. Cell mediated immunity (CMI) 2. Protein MHC kelas II. Diekspresikan hanya oleh
makrofag dan beberapa sel lain untuk presentasi
Sel limfosit T berperan pada mekanisme imunitas antigen kepada sel TCD4 yang sebagian besar
ini melalui: adalah sel T helper (Th). Aktivasi sel Th ini
1. Produksi sitokin serta jaringan interaksinya. diperlukan untuk respons imun yang sesungguh-
2. Sel sitotoksik matang di bawah pengaruh nya dan sel APC dengan MHC kelas II merupakan
interleukin 2 (IL-2) dan interleukin 6 (IL-6). poros penting dalam mengontrol respons imun
tersebut.

Prosesi dan Presentasi Antigen Respons Imun terhadap Bakteri Ekstraselular

Respons imun tubuh dipicu oleh masuknya antigen/ Bakteri ekstraselular dapat menimbulkan penyakit
mikroorganisme ke dalam tubuh dan dihadapi oleh melalui beberapa mekanisme yaitu
sel makrofag yang selanjutnya akan berperan sebagai 1. Merangsang reaksi inflamasi yang menyebabkan
antigen presenting cell (APC). Sel ini akan menangkap destruksi jaringan di tempat infeksi. Sebagai
sejumlah kecil antigen dan diekspresikan ke permukaan contoh misalnya kokus piogenik yang sering
sel yang dapat dikenali oleh sel limfosit T penolong menimbulkan infeksi supuratif yang hebat.
(Th atau T helper). Sel Th ini akan teraktivasi dan 2. Produksi toksin yang menghasilkan berbagai efek
(selanjutnya sel Th ini) akan mengaktivasi limfosit lain patologik. Toksin dapat berupa endotoksin dan
seperti sel limfosit B atau sel limfosit T sitotoksik. Sel eksotoksin. Endotoksin yang merupakan kom-
T sitotoksik ini kemudian berpoliferasi dan mem- ponen dinding bakteri adalah suatu lipopolisa-
punyai fungsi efektor untuk mengeliminasi antigen. karida yang merupakan stimulator produksi
Setiap prosesi ini sel limfosit dan sel APC bekerja sama sitokin yang kuat, suatu ajuvan serta aktivator

194
Sari Pediatri, Vol. 2, No. 4, Maret 2001

poliklonal sel limfosit B. Sebagian besar eksotoksin infeksi yang diikuti migrasi, akumulasi lokal serta aktivasi
mempunyai efek sitotoksik dengan mekanisme sel inflamasi. Kerusakan jaringan yang terjadi adalah
yang belum jelas benar. Sebagai contoh toksin akibat efek samping mekanisme pertahanan untuk
difteri menghambat sintesis protein secara eliminasi bakteri tersebut. Sitokin juga merangsang
enzimatik serta menghambat faktor elongasi-2 demam dan sintesis protein fase akut. Banyak fungsi
yang diperlukan untuk sintesis semua peptida. sitokin yang sama yaitu sebagai ko-stimulator sel limfosit
Toksin kolera merangsang sintesis AMP siklik T dan B yang menghasilkan mekanisme amplifikasi
(cAMP) oleh sel epitel usus yang menyebabkan untuk imunitas spesifik. Sitokin dalam jumlah besar atau
sekresi aktif klorida, kehilangan cairan serta diare produknya yang tidak terkontrol dapat membahayakan
yang hebat. Toksin tetanus merupakan suatu tubuh serta berperan dalam menifestasi klinik infeksi
neurotoksin yang terikat motor endplate pada bakteri ekstraselular. Yang paling berat adalah gejala klinis
neuromuscular junction yang menyebabkan oleh infeksi bakteri Gram-negatif yang menyebabkan
kontraksi otot persisten yang sangat fatal bila disseminated intravascular coagulation (DIC) yang
mengenai otot pernapasan. Toksin klostridium progresif serta syok septik atau syok endotoksin. Sitokin
dapat menyebabkan nekrosis jaringan yang dapat TNF adalah mediator yang paling berperan pada syok
menghasilkan gas gangren. Respons imun terhadap endotoksin ini.
bakteri ekstraselular ditujukan untuk eliminasi
bakteri serta netralisasi efek toksin. Imunitas Spesifik terhadap Bakteri
Ekstraselular
Imunitas Alamiah terhadap Bakteri
Ekstraselular Kekebalan humoral mempunyai peran penting dalam
respons kekebalan spesifik terhadap bakteri ekstra-
Respons imun alamiah terhadap bakteri ekstraselular selular. Lipopolisakarida merupakan komponen yang
terutama melalui mekanisme fagositosis oleh neutrofil, paling imunogenik dari dinding sel atau kapsul
monosit serta makrofag jaringan. Resistensi bakteri mikroorganisme serta merupakan antigen yang thymus
terhadap fagositosis dan penghancuran dalam makrofag independent. Antigen ini dapat langsung merangsang
menunjukkan virulensi bakteri. Aktivasi komplemen sel limfosit B yang menghasilkan imunoglobin (Ig)M
tanpa adanya antibodi juga memegang peranan penting spesifik yang kuat. Selain itu produksi IgG juga
dalam eliminasi bakteri ekstraselular. Lipopolisakarida dirangsang yang mungkin melalui mekanisme
(LPS) dalam dinding bakteri gram negatif dapat perangsangan isotype switching rantai berat oleh sitokin.
mengaktivasi komplemen jalur alternatif tanpa adanya Respons sel limfosit T yang utama terhadap bakteri
antibodi. Salah satu hasil aktivasi komplemen ini yaitu ekstraselular melalui sel TCD4 yang berhubungan
C3b mempunyai efek opsonisasi bakteri serta dengan molekul MHC kelas II yang mekanismenya
meningkatkan fagositosis. Selain itu terjadi lisis bakteri telah dijelaskan di atas. Sel TCD4 berfungsi sebagai
melalui membrane attack complex (MAC) serta beberapa sel penolong untuk merangsang pembentukan
hasil sampingan aktivasi komplemen dapat menim- antibodi, aktivasi fungsi fagosit dan mikrobisid
bulkan respons inflamasi melalui pengumpulan makrofag.
(recruitment) serta aktivasi leukosit. Ada 3 mekanisme efektor yang dirangsang oleh IgG
Endotoksin yang merupakan LPS merangsang dan IgM serta antigen permukaan bakteri
produksi sitokin oleh makrofag serta sel lain seperti 1. Opsonisasi bakteri oleh IgG serta peningkatan
endotel vaskular. Beberapa jenis sitokin tersebut antara fagositosis dengan mengikat reseptor Fc_ pada
lain tumour necrosis factor (TNF), IL-1, IL-6 serta monosit, makrofag dan neutrofil. Antibodi IgG
beberapa sitokin inflamasi dengan berat molekul dan IgM mengaktivasi komplemen jalur klasik
rendah yang termasuk golongan IL-8. yang menghasilkan C3b dan iC3b yang mengikat
Fungsi fisiologis yang utama dari sitokin yang reseptor komplemen spesifik tipe 1 dan tipe 3 dan
dihasilkan oleh makrofag adalah merangsang inflamasi selanjutnya terjadi peningkatan fagositosis. Pasien
non-spesifik serta meningkatkan aktivasi limfosit spesifik defisiensi C3 sangat rentan terhadap infeksi
oleh antigen bakteri. Sitokin akan menginduksi adhesi piogenik yang hebat.
neutrofil dan monosit pada endotel vaskular pada tempat 2. Netralisasi toksin bakteri oleh IgM dan IgG untuk

195
Sari Pediatri, Vol. 2, No. 4, Maret 2001

mencegah penempelan terhadap sel target serta ini akan menimbulkan pengumpulan lokal makrofag
meningkatkan fagositosis untuk eliminasi toksin yang teraktivasi yang membentuk granuloma sekeliling
tersebut. mikroorganisme untuk mencegah penyebarannya.
3. Aktivasi komplemen oleh IgM dan IgG untuk Reaksi inflamasi seperti ini berhubungan dengan
menghasilkan mikrobisid MAC serta pelepasan nekrosis jaringan serta fibrosis yang luas yang
mediator inflamasi akut. menyebabkan gangguan fungsi yang berat. Jadi
kerusakan jaringan ini disebabkan terutama oleh
Respons Imun terhadap Bakteri Intraselular respons imun terhadap infeksi oleh beberapa bakteri
intraselular. Contoh yang jelas dalam hal ini adalah
Sejumlah bakteri dan semua virus serta jamur dapat infeksi mikobakterium. Mikobakterium tidak
lolos dan mengadakan replikasi di dalam sel pejamu. memproduksi toksin atau enzim yang secara langsung
Yang paling patogen di antaranya adalah yang resisten merusak jaringan yang terinfeksi. Paparan pertama
terhadap degradasi dalam makrofag. Sebagai contoh terhadap Mycobacterium tuberculosis akan merangsang
adalah mikrobakteria serta Listeria monocytogenes. inflamasi selular lokal dan bakteri mengadakan
proliferasi dalam sel fagosit. Sebagian ada yang mati
Imunitas Alamiah terhadap Bakteri dan sebagian ada yang tinggal dormant. Pada saat yang
Intraselular sama, pada individu yang terinfeksi terbentuk imunitas
sel T yang spesifik. Setelah terbentuk imunitas, reaksi
Mekanisme terpenting imunitas alamiah terhadap granulomatosa dapat terjadi pada lokasi bakteri
mikroorganisme intraselular adalah fagositosis. Akan persisten atau pada paparan bakteri berikutnya. Jadi
tetapi bakteri patogen intraselular relatif resisten imunitas perlindungan dan reaksi hipersensitif yang
terhadap degradasi dalam sel fagosit mononuklear. menyebabkan kerusakan jaringan adalah manifestasi
Oleh karena itu mekanisme kekebalan alamiah ini tidak dalam respons imun spesifik yang sama.
efektif dalam mencegah penyebaran infeksi sehingga
sering menjadi kronik dan eksaserbasi yang sulit Terapi Imunoglobulin pada Infeksi
diberantas.
Pada keadaan infeksi bakteri yang berat, dapat terjadi
Respons Imun Spesifik terhadap Bakteri kelelahan respons imun (exhaustion) pada individu
Intraselular yang mempunyai respons imun yang normal dan
keadaan ini dapat terjadi pelepasan berbagai mediator
Respons imun spesifik terhadap bakteri intraselular yang merangsang timbulnya syok septik. Dalam
terutama diperankan oleh cell mediated immunity keadaan ini terapi penunjang dengan intravenous
(CMI). Mekanisme imunitas ini diperankan oleh sel immunoglobuline (IVIG) dapat diberikan. Terapi IVIG
limfosit T tetapi fungsi efektornya untuk eliminasi ini secara pasif untuk membantu sistem imun tubuh
bakteri diperani oleh makrofag yang diaktivasi oleh dengan antibodi yang spesifik terhadap bakteri serta
sitokin yang diproduksi oleh sel T terutama interferon eksotoksin dan endotoksin yang sesuai. Distribusi
α (IFN α). Respons imun ini analog dengan reaksi subkelas IgG harus mirip seperti dalam plasma normal
hipersensitivitas tipe lambat. dan sanggup memicu eliminasi antigen secara
Antigen protein intraselular merupakan stimulus imunologik. Pemberian IVIG dosis tinggi harus
kuat sel limfosit T. Beberapa dinding sel bakteri dilakukan dalam jangka pendek tanpa risiko penekanan
mengaktivasi makrofag secara langsung sehingga terhadap sistem imun endogen.
mempunyai fungsi sebagai ajuvan. Misalnya muramil
dipeptida pada dinding sel mikrobakteria. Terdapat 2 jenis preparat IVIG yaitu yang dipecah oleh
Telah disebutkan di atas bahwa fungsi sel limfosit plasmin dan yang dipecah oleh pepsin.
T pada CMI adalah produksi sitokin terutama IFN α. - Plasmin memecah molekul IgG 7S pada tempat
Sitokin INF α ini akan mengaktivasi makrofag spesifik yaitu pada ikatan disulfida pada tempat
termasuk makrofag yang terinfeksi untuk membunuh CHI yang berseberangan dari rantai berat.
bakteri. Beberapa bakteri ada yang resisten sehingga Keadaan ini akan melepaskan 2 fragmen Fab bebas
menimbulkan stimulasi antigen yang kronik. Keadaan dan satu fragmen Fc. Efek aktivasi komplemen

196
Sari Pediatri, Vol. 2, No. 4, Maret 2001

tidak bertahan lama tetapi meninggalkan efek imuntas. Dibandingkan dengan IgG 7S yang
imunosupresif. Oleh karena itu sering digunakan mempunyai waktu paruh sekitar 20 hari, IgG 5S
pada terapi penyakit autoimun. Hanya IgG 2 yang mempunyai waktu paruh lebih pendek yaitu 12-
resisten terhadap plasma sehingga masih me- 36 jam sehingga tidak akan mengikat reseptor Fc
ngandung sekitar 25% IgG 2. yang menyebabkan imunosupresi.
- Enzim pepsin memecah keempat subkelas IgG
pada sisi di bawah ikatan disulfida kedua rantai
berat molekul imunoglobulin. Pemecahan oleh Daftar Pustaka
pepsin ini menghasilkan fragmen IgG dengan 2
rantai pengikat antigen yang masih berhubungan 1. Delire M. Immunoglobulins. Rationale for the clinical
dengan ikatan disulfida yang disebut Fab2. use of polyvalent intravenous immunoglobulins.
Petersfield: Wrightson Biomedical Publishing Ltd, 1995.
Fragmen Fc-nya dengan cepat dimetabolisme h. 29-65.
sebagai polipeptida dan diekskresi melalui ginjal 2. Parslow TG. The immune response. In: Stites DP, Terr
sehingga tidak mempunyai peran imunologi lagi. Al, Parslow TG. Ed. Medical immunology. 9th. Ed.
Oleh karena itu, preparat IVIG ini bebas dari Connecticut: Appleton & Lange, 1977. h. 63-73.
3. Kalbhein HJ. Therapy of sepsis with 5S-immunoglobulin.
fragmen Fc sehingga tidak menyebabkan supresi
In: Dammaco F, ed. Immunoglobulins in therapy.
sistem imun endogen. Preparat IVIG yang hanya International Symposium Immunoglobulins in therapy
mengandung 2 fragmen F(ab)2 akan migrasi ke Vienna, November 1993. Maburg: Die Medizinische
regio 5S pada sentrifugasi, mempunyai indikasi Verlagsgeseeschaft, 1995. h. 28-32.
khusus dalam situasi klinis pada saat sistem imun 4. Bellanti JA, Rocklin RE. Cell mediated immune
reactions. In: Bellanti JA. Immunology III. Philadelphia:
mengalami kelelahan karena infeksi akut yang WB Saunders Company 1985. h. 181.
berat. Oleh karena itu pengobatan IVIG 5S dosis 5. Abbas KA, Lichman AH, Rober JS. Cellular and
tinggi diperlukan untuk menunjang mekanisme molecular immunology. Philadelphia: WB Saunders
kekebalan pada pasien yang mengalami gangguan Company 1991. h. 302-9.

197

Anda mungkin juga menyukai