Anda di halaman 1dari 9

PRINSIP KESANTUNAN DALAM “360 CERITA JENAKA NASRUDIN HOJA”

Hafizurrahman, Sisilya Saman Madeten, Amriani Amir


Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Untan Pontianak
Email: hafizurrahman2211166@gmail.com

Abstract
The problem which discassed in this research is obayness and disobayness of politeness
principle in 360 wirty story Nasrudin Hoja by the case are . tact maxim, appbrobation maxim,
agreement maxim, generosity maxim, modesty maxim, and maxim sympath. The research
purpose ti descibe obayness and disobayness in politeness principle in 360 wirty story
Nasrudin hoja. The beinfit of this research to add insight which related by pragmatic
especialy knowing are clearly about obayness and disobayness politeness principle. Research
subject is obayness and disobayness politeness principle in 360 wirty story of Nasarudin
Hoja.The Method is used in this research is discriptive method. This research object is
colection of wirty story Nasrudin Hoja. Date colection technich is used in this research is
study documenter. Temporary date analysis whch used are model Model Miles and
Huberman are reduction, supply and conclution. Based on analysys researc outcome
explanitions are (1) obayness politenes principle in 360 wirty story of Nasarudin Hoja consist
from nine tact maxim, two appbrobation maxim, one generosity maxim, one modesty maxim,
and four agreement maxim. (2) Sympathic maxim is not obayness of politeness principle in
360 quizzical story Nasarudin Hoja. (3) Disobayness of politeness principle in 360 quizzical
story Nasrudin Hoja consist from eleven tact maxim, nine appbrobation, three genorosity
maxim, three agreement maxim, and sympathic maxim. (4) Modesty maxim is not in
disobayness of politeness principle in 360 wirty Nasarudin Hoja.
Keywords :Politeness Principle, Wirty Story

PENDAHULUAN Sebuah tuturan yang dihasilkan oleh


Bahasa merupakan alat komunikasi yang penutur pasti mempunyai maksud dan fungsi.
digunakan secara lisan maupun tulisan. Bahasa Tuturan bisa digunakan oleh siapa saja dan
yang digunakan secara lisan seringkali disebut dimana saja. Baik secara situasi formal maupun
dengan pengertian tindak tutur. Ilmu bahasa non formal sebuah tuturan akan tetap terus
yang sangat erat sekali dengan dengan tindak dihasilkan. Pada situasi formal misalnya dalam
tutur adalah ilmu bahasa di bidang pragmatik. pembelajaran bahasa Indonesia sebuah tuturan
Pragmatik merupakan satu diantara cabang ilmu sangat kental karena belajar bahasa pada
bahasa yang berkaitan dengan suatu konteks dan hakikatnya adalah belajar komunikasi. Bahasa
erat kaitannya dengan tindak tutur. Konteks merupakan sarana komunikasi dalam
dalam pertuturan yang dilakukan dalam situasi masyarakat. Seseorang perlu belajar berbahasa
yang berbeda akan mempengaruhi makna yang baik dan benar agar dapat berkomunikasi
sebuah tindak tutur yang sama. dengan baik. Adanya bahasa maka tujuan
Dalam ilmu pragmatik, bahasa tidak komunikasi akan tercapai dan seseorang dapat
terlepas dari sebuah konteks bahasa yang menyatakan pendapatnya, mengutarakan
dimaksud. Ketika seseorang berkomunikasi atau pikirannya, dan menyatakan perasaannya.
melakukan sebuah tuturan, ia juga harus melihat Pada kenyataannya sekarang menurut
situasi saat berbicara serta unsur-unsur yang asumsi peneliti banyak proses tindak tutur atau
terdapat dalam situasi dan kondisi saat bertutur. berkomunikasi yang dilakukan oleh penutur
Tuturan yang diucapkan sesuai dengan kondisi terhadap mitra tutur menuai kesan yang kurang
saat itu maka akan menghasilkan komunikasi baik. Peneliti berasumsi bahwa semua itu terjadi
yang baik. karena dalam pertuturan seorang penutur tidak

1
memegang atau menggunakan prinsip tulisan secara seimbang Sementara itu, dalam
kesantuanan dalam berbahasa. proses pembelajaran, siswa dibiasakan untuk
Prinsip kesantunan dalam berbahasa di mengamati, menanya, mencoba, menalar, serta
zaman yang modern ini sesuai dengan mengomunikasikan pembelajaran yang dilalui di
pengamatan peneliti sudah sangat rendah sekali. kelas. Khusus dalam proses mengomunikasikan,
Peneliti melihat fenomena ini saat peneliti siswa tentunya harus memegang prinsip
melakukan praktik pengalaman lapangan di kesantunan dan tentunya sang gurulah yang
suatu sekolah di kota Pontianak. Banyak sekali harus menjadi panutan dalam berkomunikasi
murid yang tidak santun terhadap gurunya. secara santun agar siswa dapat meniru
Begitu juga dengan seorang guru terhadap murid kesantunan berbahasa dari guru tersebut.
atau guru terhadap guru dalam berkomunikasi Berdasarkan masalah tersebut peneliti
atau melakukan sebuah tuturan tidak memegang tertarik untuk meneliti pematuhan dan
prinsip kesantunan. pelanggaran prinsip kesantunan dalam kumpulan
Berkomunikasi secara santun di dalam cerita jenaka Nasrudin Hoja. Kumpulan cerita
dunia pendidikan menunjukkan kebangkitan jenaka Nasrudin hoja sangat representatif untuk
dalam pembangunan pendidikan di Indonesia. dijadikan penelitian. Kisah-kisah Nasrudin Hoja
Pada hakikatnya pendidikan merupakan usaha dikenal hampir di seluruh dunia di Uni Soviet,
sadar untuk mengembangkan kepribadian dan Asia Tengah sebuah film tentang Nasrudin telah
kemampuan manusia dengan maksud membantu di produksi. Kisah- kisah Nasrudin Hoja bersifat
peserta didik mencapai kedewasaan. Pendidikan universal karena menggambarkan keadaan
juga merupakan suatu upaya menuju kearah manusia sebagaiman adanya, termasuk
perbaikan hidup dan kehidupan manusia yang kelemahan umat manusia pada umumnya.
lebih baik. Untuk itu pendidikan berlangsung Kisah-kisahnya selalu relevan dengan keadaan
tanpa awal dan akhir atau tanpa ada batas ruang masyarakat tanpa dibatasi oleh waktu, batas-
dan waktu tertentu sepanjang hayat atau lebih batas geografis maupun bahasa. Itulah sebabnya
dikenal dengan Istilah Life Long Education UNESCO menetapkan tahun 1996 sebagai tahun
(Pendidikan Sepanjang Hayat). Nasrudin Hoja.
Dalam membangun kualitas pendidikan Kisah-kisah Nasrudin Hoja yang paling
tentunya tidak terlepas dari kualitas kinerja dominan dan yang mencuat pertama kali ketika
seorang guru. Guru merupakan panutan dan mendengar atau membaca kisah-kisah Nasrudin
teladan bagi murid-muridnya. Ia digugu dan Hoja adalah kejenakaan yang mengundang tawa.
ditiru segala perbuatannya. Sorotan masyarakat Tokoh ini seakan tidak pernah dirundung duka.
juga akan tertuju pada seorang guru, tentang Akan tetapi, kejenakaan Nasrudin Hoja hanyalah
bagaimana dia mampu berperan dalam sosial makna artifisial yang mudah di serap oleh semua
dan kemasyarakatan. Satu diantara kompetensi orang. Hal yang lebih esensial dalam kisah
yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah nasrudin Hoja adalah ungkapan-ungkapan moral
kompetensi kepribadian. Guru yang baik, yang menggelitik kesadaran kita dan mendorong
bertutur secara santun pasti akan dihormati arus kesadaran kita untuk mendapatkan
murid-muridnya. Guru yang selalu memegang pencerahan. Banyak orang yang akan
prinsip kesantunan dalam berbahasa sangat kecil tersinggung ketika dinasehati dengan cara yang
sekali kemungkinannya untuk diperlakukan tidak tepat. Bahkan sebagian akan marah ketika
muridnya secara tidak santun. dinasehati. Akan tetapi, nasihat bahkan kritik
Khusus bagi pelajaran Bahasa Indonesia pedas akan terasa lebih hangat dan lebih indah
dalam pelaksanaan kurikulum 2013 memiliki bila diungkapkan dengan humor. Sebab, orang
dampak bagi proses maupun hasil pembelajaran. yang dinasihati atau dikritik akan lebih dulu
Siswa harus menempuh proses penilaian tertawa sebelum kemudian menyadari
autentik serta sejumlah rubrik penilaian sikap kekhilafannya.
sebagai hasil atau evaluasi diri siswa.Sesuai Ada banyak hal yang dapat kita ambil dari
dengan tuntutan Kurikulum 2013 ini, siswa kisah-kisah Nasrudin, disamping tawa atau
diharapkan dapat berkomunikasi secara lisan dan senyum simpul. Nasrudin tidak hanya mengajak

2
kita untuk memandang realitas dunia dengan atau kesepakatan bahasa di kelompok sosial
kacamata canda dan gelak tawa, akan tetapi, tertentu. Oleh karena itu, bahasa bersifat
juga mengajak kita untuk merenung dan kembali dinamis. Pendapat ini sesuai dengan Chaer
memikirkan makna keberadaan kita sebagai (2007:53) Keterikatan dan keterkaitan bahasa itu
manusia. dengnan manusia sedangkan dalam
Penelitian tentang prinsip kesantunan ini kehidupannya di dalam masyarakat kegiatan
menggunakan prinsip kesantunan Leech (1983). manusia itu tidak tetap dan selalu berubah maka
Prinsip kesantunan Leech (1983) memiliki enam bahasa itupun juga menjadi ikut berunah,
maksim yang dirumuskan kedalam bahasa menjadi tidak tetap, menjadi tidak statis.
Indonesia Wijana (1996) yaitu maksim Bahasa mempunyai fungsi yang amat
kebijaksanaan, maksim penerimaan, maksim penting bagi manusia, terutama fungsi untuk
kemurahan, maksim kerendahan hati, maksim berkomunikasi. Manusia menggunakan bahasa
kecocokan, dan maksim kesimpatisan. Alasan sebagai sarana komunikasi yang vital dalam
peneliti memilih prinsip kesantunan Leech hidup ini. Menurut Ibrahim (1993:215) “Bahasa
(1983) karena Prinsip kesantunan Leech (1983) mempunyai dua fungsi umum yaitu mengacu
dianggap paling lengkap dan paling pada dunia luar dan mengomunikasikan pesan-
komprehensif. Pernyataan ini sesuai dengan pesan eksplisit dan untuk mengungkapkan
Rahardi, (2009:25) Prinsip kesantunan yang pearsaan
sampai saat ini dianggap paling lengkap, paling Ketika sebuah ujaran didengar oleh
mapan, dan paling komprehensif adalah prinsip seseorang biasanya ia tidak hanya mencoba
kesantunan yang dirumuskan Leech (1983). memahami makna kata-kata dalam ujaran
Penelitian tentang prinsip kesantunan dalam tersebut, tetapi juga makna yang dikehendaki
kumpulan cerita jenaka Nasrudin hoja ini penutur.Untuk memahami makna tersebut
meneliti bagaimana pelaksaan dan pelanggaran penutur perlu memahami konteksyang ada dan
prinsip kesantunan. Alasan peneliti memilih akan terjadilah komunikasi yang dapat berjalan
pelaksanaan dan pelanggaran dalam penelitian dengan lancar. Bilamana konteks tidak dipahami
ini karena, peneliti melihat walaupun terdapat maka akan terjadi kesalahpahaman sehingga
pelanggaran kesantunan dalam cerita tersebut komunikasi tidak berjalan lancar. Sehubungan
tetapi memiliki makna lain yang dapat dijadikan dengan hal tersebut, diperlukan kajian teori di
nasihat bagi kita di dalam cerita tersebut. bidang tersebut yaitu bidang pragmatik.
Peneliti juga akan membandingkan seberapa Menurut Kasher dalam putrayasa (2015:1)
besar persentase antara pelanggaran dan “pragmatik adalah ilmu yang mempelajari
pelaksanaan prinsip kesantunan dalam kumpulan bagaimana bahasa digunakan dan bagaimana
cerita jenaka Nasrudin hoja supaya, pembaca bahasa tersebut diintegrasikan di dalam
dapat memilah antara yang baik dan yang yang konteks”. Pragmatik pertama kali diperkenalkan
tidak baik di dalam cerita tersebut. oleh seorang filsuf yang bernama Charless
Komunikasi yang dilakukan oleh penutur Morris. Pragmatik merupakan cabang ilmu
tehadap mitra tutur tentu menggunakan bahasa bahasa yang semakin dikenal pada masa
dalam percakapannya. Bahasa sebagai alat sekarang ini. Menurut Levinson dalam putrayasa
komunikasi tentu sangat berperan vital dalam memberikan dua pengertian pragmatik yang
proses komunikasi. Pernyataan tersebut dapat berkaitan dengan konteks yaitu
dikuatkan dengan pernyataan Kridalaksana “(a) pragmatik adalah kajian ikhwal
dalam Chaer (2007:32) “Bahasa adalah sistem hubungan antara bahasa dan konteks yang
lambang bunyi yang arbiter yang digunakan oleh digramatikalisasikan dan dikodekan dalam
para anggota kelompok sosial untuk bekerja struktur bahasa, dan (b) pragmatik adalah kajian
sama, berkomunikasi, dan mengidentifiksi diri”. ihwal kemampuan pengguna bahasa untuk
Bahasa adalah satu-satunya milik manusia menyesuaikan kalimat dengan konteks sehingga
yang tidak pernah lepas dari segala kegiatan kalimat itu patut atau tepat diajarkan”.
komunikasi Komunikasi yang menggunakan (Putrayasa, 2015:1)
bahasa sudah barang tentu memiliki keterikatan

3
Kridalaksana (1993177) menyatakan bahwa yakni tindak lokusi, tindak ilokusi dan tindak
“pragmatik adalah ilmu yang menyelidiki perlokusi. Tindakan tersebut diatur oleh norma
pertuturan, konteks, dan maknanya”. Kedua aturan penggunaan bahasa sesuai situasi tuturan
pendapat tersebut lebih dilengkapi lagi dengan atau percakapan.
pernyataan Yule mengemukakan ada empat
batasan mengenaipragmatik, yaitu METODE PENELITIAN
“pragmatic is the study of speaker Metode yang digunakan dalam penelitian
meaning” „pragmatik adalahstudi tentang ini adalah metode deskriptif. Penelitian ini
maksud menutur‟; “pragmatic is the study of menggunakan metode deskriptif karena dalam
contextual meaning”pragmatik adalah studi penelitian ini peneliti bertujuan untuk
tentang makna kontekstual‟“pragmatic is the menggambarkan hasil penelitian dari data yang
study ofhow more gets communicated than is diperoleh dan dianalisis serta diuraikan
said” „pragmatik adalah studi tentang menggunakan kata-kata ataupun kalimat bukan
bagaimana agar lebih banyak yang disampaikan dalam bentuk angka atau mengadakan
daripada yang dituturkan‟“pragmatic is the perhitngan. Selain itu, metode deskriptif dipilih
study of the expression of relative distance” dalam penelitian ini karena sangat tepat dan
„pragmatik adalahstudi tentang ungkapan jarak sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas.
hubungan‟. Keempat batasan tersebut mengacu Melalui metode ini, digambarkan serta
padapengertian bahwa “pragmatic is the study of dijelaskan tentang pelaksanaan dan pelanggaran
the relationships between lingiusticforms and prinsip kesantunan pada kumpulan cerita jenaka
the usersof those forms” „pragmatik adalah studi Nasrudin Hoja.
tentang hubungan antara bentuk-bentuk Menurut Nawawi (2012:67) metode
linguistik dan pemakai bentuk-bentuk deskriptif merupakan prosedur untuk
itu‟.George Yule (1996:1-2) Wijana (1996:1-3) memecahkan masalah yang diselidiki dengan
mendefinisikan pragmatik sebagai cabangilmu menggambarkan atau melukiskan keadaan
bahasa yang mempelajari stuktur bahasa secara subyek atau obyek peneliti (seseorang, lembaga,
eksternal, yakni bagaimanasatuan kebahasaan itu masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang
digunakan di dalam komunikasi. Makna yang berdaarkan fakta-fakta yang tampak, atau
dikaji dalampragmatik adalah makna yang sebagaimana adanya. Penggunaan metode
terikat konteks. Pragmatik dapat dimanfaatkan deskriptif dilakukan untuk memecahkan dan
setiap penutur untuk memahami maksud lawan menjawab permasalahan yang sedang dihadapi
tutur. Penutur dan lawan tuturnya dapat pada saat penelitian berlangsung. Tujuan utama
memanfaatkan pengalaman bersama dari metode ini adalah untuk membuat gambaran
(background knowledge) untuk memudahkan tentang suatu keadaan secara objektif dalam
pengertian bersama. situasi yang dihadapi dengan menempuh
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, langkah-langkah pengumpulan data, klasifikasi
secara garis besar defenisi pragmatik tidak dapat atau pengolahan data yang sesuai dengan
lepas dari bahasa, konteks, dan situasi. Oleh masalah penelitian.
karena itu, dapat disimpulkan bahwa pragmatik Berdasarkan uraian di atas dapat
merupakan bidang yang mengkaji tentang disimpulkan bahwa penelitian ini menganalis
kemampuan penutur untuk menyesuaikan dan menginterpretasi data yang telah ditemukan
kalimat yang diujarkan sesuai dengan sehingga, penelitian ini dapat memberikan
konteksnya, sehingga komunikasi dapat berjalan gambaran menganai pelaksanaan dan
dengan lancar. Sehubungan dengan hal ini perlu pelanggaran prinsip-prinsip kesantunan dalam
dipahamai bahwa kemampuan berbahasa yang berkomunikasi. Jadi, metode deskriptif sangat
baik tidak hanya terletak pada kesesuaian antara tepat digunakan dalam penelitian ini agar tujuan
gramatikal tetapi juga pada aturan pragmatik. penelitian dapat tercapai.
Searle (dalam Wijana, 1996:17) mengemukakan Bentuk penelitian yang digunakan dalam
tiga jenis tindakan dalam tindak tutur yang dapat penelitian ini adalah bentuk penelitian kualitatif.
diwujudkan oleh penutur secara pragmatis, Menurut Mahsun (2005:157) analisis kualitatif

4
berfokus pada penunjukkan makna, deskripsi, diberi warna sehingga memudahkan peneliti
penjernihan, dan penempatan pada konteksnya untuk meneliti.Alat yang digunakan dalam
masing-masing dn sering kali melukiskannya penelitian ini adalah peneliti dan kartu pencatat.
dalam bentuk kata-kata daripada dalam angka- Peneliti sebagai instrumen kunci berkedudukan
angka. Pendapat ini dikuatkan oleh Creswell sebagai perencana, pelaksana, penganalisis, dan
dalam Sugiyono (2013:228)Penelitian kualitatif penafsir data penelitian. Selain itu, terdapat
berarti proses eksplorasi dan memahami makna kartu pencatat untuk mencatat penomoran cerita
prilakuindividu dan kelompok, menggambarkan yang sesuai dengan permasalahan di dalam
masalah sosial atau masalah kemanusiaan. Dari penelitian.
penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa
metode penelitian kualitatif merupakan metode HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
penelitian yang menghasilkan data deskriptif Hasil Penelitian
berupa kata-kata pada suatu latar alamiah dan Hasil penelitian dijabarkan sebagai
menggunakan metode alamiah dengan maksud berikut.(1)Pematuhan prinsip kesantunan dalam
menafsirkanfenomena yang terjadi dan 360 cerita jenaka Nasrudin Hoja terdiri dari
dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai Sembilan maksim kebijaksanaan, dua
metode yang ada. maksimpenerimaan, satu maksimkemurahan,
Data dalam penelitian ini adalah kalimat- satu maksim kerendahan hati,danempat maksim
kalimat cerita atau kisah-kisah yang diperoleh kecocokan. (2) Maksim kesimpatian tidak
dari Nasrudin Hoja yang berkaitan dengan terdapat dalam pematuhan prinsip kesantunan
pelaksanaan dan pelanggaran prinsip kesantunan dalam 360 cerita jenaka Nasrudin Hoja (3)
berbahasa. Hal ini sejalan dengan Mahsun Pelanggaran prinsip kesantunan dalam 360 cerita
(2012:17) bahwa data merupakan kata-kata yang jenaka Nasrudin Hoja terdiri dari sebelas
didalamnya terdapat objek penelitian.Sumber maksim kebijaksanaan,sembilanmaksim
data dalam penelitian ini adalah buku cerita penerimaan, tiga maksim kemurahan, tiga
karya Irwan Winardi yang berjudul “360 Cerita maksim kecocokan, dan satu maksim
Jenaka Nasrudin Hoja”. Kumpulan cerita jenaka kesimpatian.(4) Maksim kerendahan hati tidak
Nasrudin Hoja adalah cerita-cerita humor sufi terdapat dalam pelanggaran prinsip kesantunan
yang universal dan menggambarkan keadaan dalam 360 cerita jenaka Nasrudin Hoja.
manusia dari berbagai zaman. Teknik
pengumpul data yang digunakan dalam Pembahasan
penelitian ini adalah studi dokumenter. Nawawi Penelitian ini dilakukan terhadap suatu
(2012: 101) teknik studi dokumenter adalah cara dokumen yg berjudul 360 cerita jenaka Nasrudin
mengumpulkan data yang dilakukan dengan Hoja. Pada penelitian dokumen tersebut
kategorisasi dan klasifikasi bahan-bahan tertulis ditemukan hasil penelitian yaitu terdapat
yang berhubungan dengan masalah penelitian, pemetuhan maksim kesantunan dan pelanggaran
baik dari sumber dokumen maupun buku-buku maksim kesantunan. Pematuhan prinsip
koranm majalah, dan lain-lain. Penelitian ini kesantunan maksim kebijaksanaan, maksim
dilakukan dengan cara mengumpulkan data dari penerimaan, maksim kecocokan, maksim
kumpulan cerita jenaka Nasrudin Hoja. Teknik kemurahan dan maksim kerendahan hati.
pengumpulan data dilakukan dengan cara Pematuhan Prinsip kesantunan banyak
sebagai berikut. Mengumpulkan data dengan terdapat pada tema Nasrudin Hoja yang cerdik.
cara memilah cerita-cerita jenaka Nasrudin Hoja Pada bagian ini banyak terdapat interaksi atau
yang terdapat percakapan antara penutur dengan dialog Nasrudin terhadap teman sebaya,
mitra tutur dan terdapat aspek pelaksanaan atau penjahat dan juga istrinya. Dalam banyak
pelanggaran prinsip kesantunan berbahasa. percakapan Nasrudin tersebut Nasrudin mampu
Data Yang telah dikumpulkan kemudian menerapkan prinsip kesantunan berdasar kaidah
diklasifikasikan sesuai dengan tema dalam cerita formalitas, ketidak tegasan dan kesekawanan.
tersebut.Kalimat yang mengandung pelaksanaan Hal tersebut sejaln dengan teori Lakoff dalam
atau pelanggaran kesantunan dalam data akan buku Prof Abdul Chaer yaitu Lakoff (1973)
dalam Chaer ( 2010:46 ) mengatakan kalau

5
tuturan kita ingin terdengar santun di telinga humor memerlukan daya kecerdasan dan
pendengar atau lawan tutur kita, ada tiga buah emosional yang tinggi namun hal yang lebih
kaidah yang harus kita patuhi. Ketiga buah esensial dari humor yaitu dapat dijadikan alat
kaidah kesantunan itu adalah formalitas untuk memberi kenikmatan, kesenangan dan
(formality), ketidaktegasan (hesitancy) dan kebahagiaan. (Darmansyah, 2012:74)
persamaan atau kesekawanan (equality or Adapun penelitian tersebut banyak
cameraderie). Ketiga kaidah itu apabila menyajikan komunikasi yang santun dan bersifat
dijabarkan, maka yang pertama formalitas, jenaka. Sifat jenaka tersebut mampu
berarti jangan memaksa atau angkuh (aloof); menetralisasi kesalah pahaman penutur terhadap
yang kedua, ketidaktegasan bararti buatlah lawan tutur.
sedemikian rupa sehingga lawan tutur dapat Hal ini sudah di jelaskan oleh Gunawan
menentukan pilihan (option) dan yang ketiga dalam Chaer (2010). Menurut Gunarwan (1994)
persamaan atau kesekawanan, berarti dalam Chaer (2010 : 48) ada tiga hal yang perlu
bertindaklah seolah-olah Anda dan lawan tutur diulas. Pertama, kesantunan itu adalah roperti
Anda menjadi sama. Jadi, menurut Lakoff, atau bagian dari tuturan; jadi, bukan tuturan itu
sebuah tuturan dikatakan santun apabila ia tidak sendiri. Kedua, pendapat pendengarlah yang
terdengar memaksa atau angkuh, tuturan itu menentukan apakah kesantunan itu terdapat pada
memberi pilihan kepada lawan tutur, dan lawan sebuah tuturan. Mungkin saja sebuah tuturan
tutur merasa tenang. dimaksudkan sebagai tuturan yang santun oleh si
Prinsip kesantunan dalam penelitian penutur, tapi di telinga lawan tutur, tuturan itu
tersebut tidaklah bersifat kaku dan terlalu ternyata tidak terdengar santun; begitu pula
bersifat formal. Hal yang paling dominan dan sebaliknya. Ketiga, kesantunan itu dikaitkan
mencuat dalam komunikasi serta tuturan dengan hak dan kewajiban peserta pertuturan.
Nasrudin adalah kejenakaan yang mengundang Suatu tuturan terdengar santun atau tidak
tawa. Akan tetapi, kejenakaan tersebut hanyalah diukur berdasarkan (a) apakah si penutur tidak
makna artifisial yang mudah di cerap oleh semua melampaui haknya terhadap lawan tuturnya dan
orang. Hal-hal esensial dalam tuturan Nasrudin (b) apakah si penutur memenuhi kewajibannya
yang mematuhi prinsip kesantunan lebih kepada lawan tuturnya itu.Di antara hak-hak
menekankan ungkapan moral yang menggelitik penutur alam suatu proses pertuturan adalah hak
kesadaran dan mendorong arus kesadaran kita untuk bertanya, misalnya, Namun, hak ini
untuk metndapatkan inspirasi atau pencerahan bukanlah tanpa batas. Maksudnya, ada
yang lebih bermakna. pertanyaan yang boleh di lakukan kepada lawan
Penyampaian tuturan yg bersifat santun tutur akan tetapi, ada pula tidak boleh atau tidak
akan lebih indah jika redaksi tersebut dilapisi pantas dilakukan umpamanya dua orang yang
dengan diksi yang humor. Peran humor dalam baru saling mengenal yang bertemu di lobi hotel
merakit kepribadian yang menarik bagi (terutama bila keduanya berjenis kelamin yang
seseorang telah banyak dikemukakan para pakar. sama) boleh saja yang seorang bertanya
Terutama penggunaan humor dalam pergaulan "Tinggalnya di kamar berapa?" dan pertanyaan
sosial, berkomunikasi, dan berinteraksi dengan itu terdengar sopan. Akan tetapi pertanyaan yang
orang lain. Hill dalam Darmansyah (2012:73) sama akan terdengar tidak santun bila si penanya
“Menyatakan bahwa selera humor yang tinggi adalah pria dan yang ditanya adalah wanita, dan
merupakan salah satu bagian terpenting dari kedua-duanya baru saja saling berkenalan di lobi
beberapa hal yang diperlukan untuk merakit hotel. Satu di antara yang menjadi kewajiban
sebuah kepribadian yang menarik dalam peserta pertuturan adalah kewajiban untuk
berinteraksi dengan orang lain”.Menurut menjawab. Tindakan tidak menjawab
Suprana dalam Darmansyah menyatakan bahwa merupakan tindakan yang tidak santun. Tentu
Humor adalah suatu situasi dan kondisi yang saja ia mempunyai hak untuk tidak menjawab
bebas dari nilai baku. Humor memiliki daya misalnya bila pertanyaannya terdengar tidak
rangsang untuk tertawa, namun tertawa bukan santun.
tujuan akhir humor. Meskipun menangkap

6
Pada penelitian ini juga terdapat mengungkapkan ide-ide, gagasan, maksud, dan
ketidaksantunan dalam komunikasi yang di pengharapan seseorang kepada orang lain.
tuturkan oleh Nasrudin. Hal ini banyak terjadi Menurut Sapir dalam Chaer (2002:12) “Bahasa
pada tema Nasrudin dan Timur Lenk serta terutama strukturnya merupakan unsur yang
Nasrudin dan Istrinya. Menghadapi Raja yg menentukan struktur pemikiran manusia”.
kejam dan istri yang berperangai buruk Menurut Yudibrata (1997: 26) Bila seseorang
seringkali membuat Nasrudin menjadi khilaf dan hendak megemukakan sebuah pikiran perasaan
silap dalam bertutur. kehendak, dan kemauan kepada orang lain
Pelanggaran prinsip kesantunan dalam 360 pastinya akan menggunakan bahasa.
cerita jenaka Nasrudin Hoja terdiri dari lima Bahasa sangat erat kaitannya dengan
maksim kebijaksanaan, empat maksim komunikasi. Bentuk komunikasi sebelum bicara
penerimaan, empat maksim kemurahan, satu yakni ekspresi emosional melalui raut wajah
maksim kecocokan, dan satu maksim sangatlah tampak. Seseorang yang memiliki
kesimpatian. Hal tersebut dapat kita lihat dari kecerdasan emosional tentu akan mengelola
satu diantara contoh teks berikut ini. , "Hei, emosionalnya secermat mungkin dalam
Bung, kenapa kau melakukan hal itu di berbahasa. Menurut Sumardi (2007: 64) Orang
kebunku?”Nasruddin menjawab, “Saya tadi yang memiliki kecerdasan emosional memiliki
dibawa angin kencang, melewati tembok ini, ciri-ciri kehidupan sosioalnya mantap, mudah
pak."Si pemilik kebun berkata lagi, “lalu siapa bergaul dan jenaka, simpatik dan hangat dalam
yang mencabuti sayur-sayuranku ini dari hubungan.Berdasarkan pendapat tersebut
tanah?"Nasruddin menjawab, “Nah, ketika memberikan arti bahwa bahasa yang digunakan
dibawa angin kencang tadi, saya jatuh di sini dan untuk berkomunikasi dan kecerdasa emosional
mencoba berpegangan pada sayur-sayuran sangat relevan dan menentukan komunikasi ke
ini.”“oh, begitu? tetapi mengapa sayur-sayuran arah yang lebih santun.
itu kemudian berada di dalam karungmu?" Adapun hasil dari penelitian ini yaitu
Tanya si pemilik kebun.“Itulah yang sedang pelanggaran prinsip kesantunan sangat sejalan
saya pikirkan. Saat Anda memergokiku, saya dengan teori dari Chaer (2010) yaitu dalam
kehabisan ide. kenapa sayur-sayuran itu berada memahami dan menguasai berbahasa secara
di dalam karung saya..” (KI 2012 : 37 ). Tuturan santun, Chaer(2010:69) menyebutkan adanya
tersebut merupakan tuturan yang tidak santun. beberapa faktor atau hal yang menyebabkan
Dalam hal ini Nasrudin telah melanggar maksim sebuah pertuturan itu menjadi tidak santun.
kebijaksanaan. Penyebab ketidaksantunan itu antara lain adalah
Maksim kebijaksanaan menggariskan (a) mengeritik secara langsung dengan
bahwa setiap peserta pertuturan harus menggunakan kata-kata kasar; (b) dorongan
meminimalkan kerugian orang lain, atau emosi penutur; sengaja menuduh lawan tutur;
memaksimalkan keuntungan pada orang lain. (d) protektif terhadap pendapat sendiri; dan (e)
Pada cerita tersebut Nasrudin sangat protektif sengaja memojokkan lawan tutur. Ada
terhadap pendapatnya dan sangat sejumlah pakar yang telah menulis
memaksimalkan keuntungan bagi dirinya mengenai teori kesantunan berbahasa.
sendiri. Hal ini dilakukan karena Nasrudin Diantaranya adalah Lakoff (1973), Fraser
tertangkap basah sedang mencuri sayuran di (1978), Brown dan Levenson (1978), Leech
kebun tersebut. pelanggaran status sosial yng (1983), dan Pranowo (2009). Lakoff (1973)
terjadi dalam latar cerita tersebut yaitu Nasrudin dalam Chaer ( 2010:46 ) mengatakan kalau
berbohong pada sang pemilik kebun yang sudah tuturan kita ingin terdengar santun di telinga
mengetahui bahwa Nasrudin mencuri di kebun pendengar atau lawan tutur kita, ada tiga buah
tersebut. kaidah yang harus kita patuhi. Ketiga buah
Bila seseorang ingin mengemukakan buah kaidah kesantunan itu adalah formalitas
pikiran, perasaan, kehendak dan kemauan (formality), ketidak tegasan (hesitancy) dan
kepada orang lain, biasanya ia menggunakan persamaan atau kesekawanan (equality or
bahasa. Bahasa biasa digunakan untuk cameraderie). Ketiga kaidah itu apabila

7
dijabarkan, maka yang pertama formalitas, maksim kemurahan, satu maksim kerendahan
berarti jangan memaksa atau angkuh (aloof); hati, dan empat maksim kecocokan.(2)Maksim
yang kedua, ketidaktegasan bararti buatlah kesimpatian tidak terdapat dalam pematuhan
sedemikian rupa sehingga lawan tutur dapat prinsip kesantunan dalam 360 cerita jenaka
menentukan pilihan (option) dan yang ketiga Nasrudin Hoja (3) Pelanggaran prinsip
persamaan atau kesekawanan, berarti kesantunan dalam 360 cerita jenaka Nasrudin
bertindaklah seolah-olah Anda dan lawan tutur Hoja terdiri dari sebelas maksim kebijaksanaan,
Anda menjadi sama. Jadi, menurut Lakoff, sembilan maksim penerimaan, tiga maksim
sebuah tuturan dikatakan santun apabila ia tidak kemurahan, tiga maksim kecocokan, dan satu
terdengar memaksa atau angkuh, tuturan itu maksim kesimpatian.(4)Maksim kerendahan hati
memberi pilihan kepada lawan tutur, dan lawan tidak terdapat dalam pelanggaran prinsip
tutur merasa tenang. Pendapat lain yaitu, Fraser kesantunan dalam 360 cerita jenaka Nasrudin
(1978) dalam Chaer ( 2010: 47 ) membahas Hoja.
kesantunan berbahasa bukan atas dasar kaidah-
kaidah, melainkan atas dasar strategi. Saran
Peran humor dalam merakit kepribadian Sehubungan dengan usaha pelestarian
yang menarik bagi seseorang telah banyak kesantunan berbahasa sebagai khazanah bangsa
dikemukakan para pakar. Terutama penggunaan dalam penelitian ini ada beberapa saran yang
humor dalam pergaulan sosial, berkomunikasi, disampaikan penulis sebagai berikut. Peneliti
dan berinteraksi dengan orang lain. Hill dalam mengharapkan penelitian ini dapat dijadikan
Darmansyah (2012:73) “Menyatakan bahwa bahan perbandingan untuk mengadakan
selera humor yang tinggi merupakan salah satu penelitian lebih lanjut tentang prinsip
bagian terpenting dari beberapa hal yang kesantunan berbahasa. Peneliti mengharapkan
diperlukan untuk merakit sebuah kepribadian kepada semua pihak yang terlibat dalam
yang menarik dalam berinteraksi dengan orang penelitian bahasa agar dapat meneruskan
lain”.Menurut Suprana dalam Darmansyah penelitianterhadapkesantunan berbahasa.Peneliti
menyatakan bahwa juga mengharapkan melalui penelitian ini dapat
Humor adalah suatu situasi dan kondisi menjadi sumber ilmu bagi penelitian
yang bebas dari nilai baku. Humor memiliki selanjutnya. Peneliti juga mengharakan kepada
daya rangsang untuk tertawa, namun tertawa pembaca agar penelitian ini dijadikan pelajaran
bukan tujuan akhir humor. Meskipun dalam bertutur secara santun terhadap mitra
menangkap humor memerlukan daya kecerdasan tutur.
dan emosional yang tinggi namun hal yang lebih
esensial dari humor yaitu dapat dijadikan alat DAFTAR RUJUKAN
untuk memberi kenikmatan, kesenangan dan Chaer,A.(2010).Kesantunan Berbahasa.Jakarta:
kebahagiaan. (Darmansyah, 2012:74) Rineka Cipta.
Berdasarkan pendapat diatas bahwa humor Chaer,A.(2009).Psikolinguistik KajianTeoretik.
sangat berpengaruh dalam berinteraksi atau Jakarta: Rineka Cipta.
berkomunikasa dalam hubungan sosial. Cummings,L.(2007). Pragmatik Sebuah
Seseoarang yang humoris tentu akan melahirkan PerspektifMultidisipliner. Yogyakarta:
keceriaan dalam tuturannya serta menipiskan PustakaBelajar.
kesenjangan antara penutur terhadap mitra tutur. Sumardi. (2007). Password Menuju Sukses.
Bandung: Penerbit Erlangga.
SIMPULAN DAN SARAN Wijana,I.(1996).Dasar-DasarPragmatik.
Simpulan Yogyakarta: Andi
Berdasarkan analisis hasil penelitian Yudibrata,Kdkk.(1997).Psikolinguistik. Jakarta:
dijabarkan sebagai berikut. (1)Pematuhan Departemen Pendidikan danKebudayaan.
prinsip kesantunan dalam 360 cerita jenaka Yule,G. (1996). Pragmatik. Yogyakarta:
Nasrudin Hoja terdiri dari Sembilan maksim PustakaBelajar.
kebijaksanaan, dua maksim penerimaan, satu

8
Darmansyah. (2012).Strategi Pembelajaran Nawawi, H.(2012). Metode Penelitian Bidang
Menyenangkan dengan Humor. Jakarta: Sosial. Yogyakarta. Gadjahmada University
Bumi Aksara. Press
Djajasudarma,F. (2012). Wacana dan Putrayasa,I. (2015). Pragmatik.Yogyakarta:
Pragmatik. Bandung: RefikaAditama. GrahaIlmu.
Kridalaksana,H. (2011). Kamus Linguistik. Rahardi,K.(2009).sosiopragmatik.
Jakarta:Gramedia Pustaka Jakarta:Penerbit Erlangga
Utama. Rohmadi,M.(2011). Pragmatik Teoridan
Chaer,A. (2007).Linguistik Umum.Jakarta: Analisis. Surakarta: Yuma Pustaka:
Rineka Cipta Surakarta
Mahsun. (2013). Metode Penelitian Bahasa. Sugiyono. (2015). Metode Penelitian
Jakarta: Raja Grafindo Persada. Pendidikan. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai