Anda di halaman 1dari 15

Ittihad Jurnal Kopertais Wilayah XI Kalimantan Volume 14 No.

26 Oktober 2016

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENDIDIKAN

Oleh: Normina
Dosen pada Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Washliyah Barabai

Absrtak
Partisipasi masyarakat dengan lembaga pendidikan merupakan seluruh proses kegiatan yang
direncanakan dan diusahakan secara sengaja dan bersungguh-sungguh, disertai pembinaan secara
kontinu untuk mendapatkan simpati dari masyarakat pada umumnya. Khususnya masyarakat yang
berkepentingan langsung dengan pendidikan. Simpati masyarakat akan tumbuh melalui upaya-
upaya sekolah dalam menjalin hubungan secara insentif dan proaktif di samping membangun citra
lembaga pendidikan yang baik. Partisipasi adalah keterlibatan aktif dari seseorang, atau
sekelompok orang (masyarakat) secara sadar untuk berkontribusi secara sukarela dalam program
pembangunan dan terlibat mulai dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring sampai pada tahap
evaluasi.
Kata Kunci: Partisipasi, Masyarakat, Pendidikan.

A. Pendahuluan Kepercayaan masyarakat salah satu


kunci kemajuan lembaga pendidikan. Ketika
Pendidikan tidak bisa lahir tanpa
masyarakat memiliki kepercayaan terhadap
adanya kemunculan sebuah komunitas atau
lembaga pendidikan mereka akan mendukung
masyarakat. Pendidikan dilakukan bertujuan
penuh terhadap jalannya pendidikan itu. Oleh
bagi kemajuan, perubahan, dan stabilitas sosial
karena itu, masyarakat merupakan komponen
dari masyarakat. Pendidikan dilakukan tidak
strategis yang harus mendapat perhatian penuh
lain untuk kepentingan sebuah masyarakat,
oleh pendidikan.
baik di tingkat lokal, keluarga, daerah,
Masyarakat memiliki posisi ganda,
provinsi, dan bangsa secara keseluruhan.
yaitu sebagai objek dan sebagai subjek yang
Pendidikan menengahi masyarakat atau
keduanya memiliki makna fungsional bagi
hubungan pendidikan dengan masyarakat.
pengelolaan lembaga pendidikan. Ketika
Harus disadari bahwa masyarakat memiliki
lembaga pendidikan sedang melakukan
peranan yang sangat penting terhadap
promosi penerimaan calon siswa baru, maka
keberadaan, kelangsungan, bahkan kemajuan
masyarakat merupakan objek yang mutlak
pendidikan. Setidaknya salah satu parameter
dibutuhkan. Sementara itu, respons masyarakat
penentu nasib pendidikan adalah masyarakat.
terhadap promosi itu menempatkan mereka
Bila ada pendidikan yang maju, hampir bisa
sebagai subjek yang memiliki kewenangan
dipastikan salah satu faktor keberhasilan
penuh untuk menerima atau menolaknya.
tersebut adalah keterlibatan dan partisipasi
Posisi masyarakat sebagai subjek juga terjadi
masyarakat yang maksimal. Begitu pula
ketika mereka menjadi pengguna lulusan
sebaliknya, bila ada pendidikan yang bernasib
lembaga pendidikan. Oleh karena itu,
memprihatinkan, salah satu penyebabnya bisa
partisipasi dan hubungan yang baik dengan
jadi karena masyarakat enggan mendukung.
masyarakat harus dikelola dengan baik.

71
Ittihad Jurnal Kopertais Wilayah XI Kalimantan Volume 14 No.26 Oktober 2016

Partisipasi masyarakat dengan lembaga Partisipasi masyarakat menurut Isbandi


pendidikan merupakan seluruh proses kegiatan (2007; 27) adalah keikutsertaan masyarakat
yang direncanakan dan diusahakan secara dalam proses pengidentifikasian masalah dan
sengaja dan bersungguh-sungguh, disertai potensi yang ada di masyarakat, pemilihan dan
pembinaan secara kontinu untuk mendapatkan pengambilan keputusan tentang alternatif
simpati dari masyarakat pada umumnya. solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan
Khususnya masyarakat yang berkepentingan upaya mengatasi masalah, dan keterlibatan
langsung dengan pendidikan. Simpati masyarakat dalam proses mengevaluasi
masyarakat akan tumbuh melalui upaya-upaya perubahan yang terjadi.
sekolah dalam menjalin hubungan secara Mikkelsen (1999; 64) membagi
insentif dan proaktif di samping membangun partisipasi menjadi 6 (enam) pengertian, yaitu:
citra lembaga pendidikan yang baik. 1. Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari
masyarakat kepada proyek tanpa ikut serta
B. Partisipasi Masyarakat dalam pengambilan keputusan;
2. Partisipasi adalah “pemekaan” (membuat
Kata “partisipasi masyarakat” dalam
peka) pihak masyarakat untuk
pembangunan menunjukkan pengertian pada
meningkatkan kemauan menerima dan
keikutsertaan pembangunan (United Nation,
kemampuan untuk menanggapi proyek-
1975). Partisipasi masyarakat dalam
proyek pembangunan;
pengembangan pendidikan Indonesia, perlu
3. Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh
ditumbuhkan adanya kemauan dan
masyarakat dalam perubahan yang
kemampuan warga atau kelompok masyarakat
ditentukannya sendiri;
untuk berpartisipasi dalam pengembangan
4. Partisipasi adalah suatu proses yang aktif,
pendidikan . Sebaliknya pihak pemerintah atau
yang mengandung arti bahwa orang atau
Negara juga memberikan ruang atau
kelompok yang terkait, mengambil inisiatif
kesempatan kepada warga atau kelompok
dan menggunakan kebebasannya untuk
masyarakat untuk berpartisipasi seluas
melakukan hal itu;
mungkin sehingga kita bisa mencetuskan
5. Partisipasi adalah pemantapan dialog antara
sebuah ide yang kreatif dan imajinatif dalam
masyarakat setempat dengan para staf yang
pengembangan pendidikan, seperti pepatah
melakukan persiapan, pelaksanaan, monito-
orang Jawa “Rawe-rawe rantas, malang-ma-
ring proyek, agar supaya memperoleh
lang putung’’ atau dalam Bahasa Indonesianya
informasi mengenai konteks lokal, dan
Bercerai kita runtuh, Bersatu kita teguh”
dampak-dampak sosial;
Menurut Ach. Wazir Ws., et al. (1999;
6. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat
29) partisipasi bisa diartikan sebagai
dalam pembangunan diri, kehidupan, dan
keterlibatan seseorang secara sadar ke dalam
lingkungan mereka.
interaksi sosial dalam situasi tertentu. Dengan
Pentingnya partisipasi dikemukakan
pengertian itu, seseorang bisa berpartisipasi
oleh Conyers (1991; 154-155) sebagai berikut:
bila ia menemukan dirinya dengan atau dalam
pertama, partisipasi masyarakat merupakan
kelompok, melalui berbagai proses berbagi
suatu alat guna memperoleh informasi menge-
dengan orang lain dalam hal nilai, tradisi,
nai kondisi, kebutuhan, dan sikap masyarakat
perasaan, kesetiaan, kepatuhan dan
setempat, yang tanpa kehadirannya program
tanggungjawab bersama.
pembangunan serta proyek-proyek akan gagal;
kedua, bahwa masyarakat akan lebih memper-

72
Ittihad Jurnal Kopertais Wilayah XI Kalimantan Volume 14 No.26 Oktober 2016

cayai proyek atau program pembangunan jika 5. Kesetaraan Tanggung Jawab (Sharing
merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan Responsibility). Berbagai pihak mempunyai
perencanaannya, karena mereka akan lebih tanggung jawab yang jelas dalam setiap
mengetahui seluk-beluk proyek tersebut dan proses karena adanya kesetaraan kewenang-
akan mempunyai rasa memiliki terhadap an (sharing power) dan keterlibatannya
proyek tersebut; ketiga, bahwa merupakan dalam proses pengambilan keputusan dan
suatu hak demokrasi bila masyarakat langkah-langkah selanjutnya.
dilibatkan dalam pembangunan masyarakat 6. Pemberdayaan (Empowerment). Keterlibat-
mereka sendiri. an berbagai pihak tidak lepas dari segala
Apa yang ingin dicapai dengan adanya kekuatan dan kelemahan yang dimiliki
partisipasi adalah meningkatnya kemampuan setiap pihak, sehingga melalui keterlibatan
(pemberdayaan) setiap orang yang terlibat baik aktif dalam setiap proses kegiatan, terjadi
langsung maupun tidak langsung dalam suatu proses saling belajar dan saling
sebuah program pembangunan dengan cara memberdayakan satu sama lain.
melibatkan mereka dalam pengambilan 7. Kerjasama. Diperlukan adanya kerja sama
keputusan dan kegiatan-kegiatan selanjutnya berbagai pihak yang terlibat untuk saling
dan untuk jangka yang lebih panjang. Adapun berbagi kelebihan guna mengurangi
prinsip-prinsip partisipasi tersebut, sebagai- berbagai kelemahan yang ada, khususnya
mana tertuang dalam Panduan Pelaksanaan yang berkaitan dengan kemampuan sumber
Pendekatan Partisipatif yang disusun oleh daya manusia.
Department for International Development Dari definisi partisipasi di atas, dapat
(DFID) (dalam Monique Sumampouw, 2004; dibuat kesimpulan bahwa partisipasi adalah
106-107) adalah: keterlibatan aktif dari seseorang, atau
1. Cakupan. Semua orang atau wakil-wakil sekelompok orang (masyarakat) secara sadar
dari semua kelompok yang terkena dampak untuk berkontribusi secara sukarela dalam
dari hasil-hasil suatu keputusan atau proses program pembangunan dan terlibat mulai dari
proyek pembangunan. perencanaan, pelaksanaan, monitoring sampai
2. Kesetaraan dan kemitraan (Equal pada tahap evaluasi.
Partnership). Pada dasarnya setiap orang Partisipasi masyarakat dalam
mempunyai keterampilan, kemampuan dan pendidikan dapat diwujudkan dalam berbagai
prakarsa serta mempunyai hak untuk bentuk:
menggunakan prakarsa tersebut terlibat
dalam setiap proses guna membangun 1. Partisipasi finansial
dialog tanpa memperhitungkan jenjang dan
Berupa dukungan dana sesuai dengan
struktur masing-masing pihak.
kekuatan dan kemampuan masyarakat.
3. Transparansi. Semua pihak harus dapat
Termasuk juga orangtua secara kolektif dapat
menumbuhkembangkan komunikasi dan
mendukung dana yang diperlukan sekolah,
iklim berkomunikasi terbuka dan kondusif
yang benar-benar dapat dipertanggungjawab-
sehingga menimbulkan dialog.
kan untuk keberhasilan pendidikan. Selain itu,
4. Kesetaraan kewenangan (Sharing Power/
lembaga bisnis dan industri diharapkan dapat
Equal Power Ship). Berbagai pihak yang
menyisihkan anggaran untuk pemberian
terlibat harus dapat menyeimbangkan
beasiswa pendidikan.
distribusi kewenangan dan kekuasaan untuk
menghindari terjadinya dominasi.

73
Ittihad Jurnal Kopertais Wilayah XI Kalimantan Volume 14 No.26 Oktober 2016

2. Partisipasi material C. Pengelolaan Partisipasi Masyarakat dalam


Pendidikan
Diwujudkan dengan sumbangan bahan-
bahan yang berkenaan dengan material Pengelolaan partisipasi masyarakat
bangunan, untuk penyempurnaan bangunan diawali dengan kegiatan perencanaan,
ruang dan tempat untuk kegiatan belajar agar implementasi, monitoring dan evaluasi. Tahap
kegiatan belajar mengajar dapat berjalan perencanaan dilakukan terhadap kebutuhan
dengan baik. Demikian juga masyarakat baik lembaga pendidikan maupun masyarakat,
mendukung terciptanya lingkungan fisik yang selanjutnya membuat perencanaan berdasarkan
kondusif untuk kegiatan belajar mengajar. atas kebutuhan yang diperlukan untuk menge-
tahui potensi-potensi yang dimiliki menyusun
3. Partisipasi akademik alternatif program kegiatan. Kegiatan yang
Kepedulian masyarakat terhadap bermanfaat yang menunjang pendidikan,
penyelenggaraan kegiatan akademik yang misalnya dengan ilmu pengetahuan dan
lebih berkualitas. Dukungan dapat diwujudkan teknologi, nilai-nilai spiritualitas keagamaan,
dengan dukungan orangtua dan masyarakat identifikasi kebutuhan masyarakat dapat
untuk mengawasi dan membimbing belajar dilihat mereka memilih lembaga pendidikan,
anak di rumah. Selain itu banyak lembaga- yang pada dasarnya oleh alasan teologis,
lembaga pemerintahan maupun non pemerin- akademik, sosiologi, filosofi dan ekonomi.
tahan yang dapat memberikan kesempatan Berdasarkan kebutuhan masyarakat
untuk praktik atau magang. Hal ini dilakukan tersebut kedua lembaga ini berusaha
untuk memberikan wawasan secara nyata meresponnya dengan memberikan pelayanan
kepada peserta didik. maksimal dan bersama-sama dengan
masyarakat melalui wadah komite sekolah
4. Partisipasi kultural melakukan inovasi sesuai dengan tuntutan
masyarakat.
Perhatian masyarakat terhadap terpe- Pada tahap implementasi disusunlah
liharanya nilai kultural dan moral yang cara/kiat yang dilakukan dengan kecermatan,
terdapat di lingkungan sekitar sekolah kejelian khusus keseriusan dari semua pihak
sehingga sekolah mampu menyesuaikan diri para pengelola. Di antara implementasi
dengan budaya setempat. pelaksanaan partisipasi masyarakat adalah
tercerminnya kerja sama yang baik antara
5. Partisipasi evaluatif kepala sekolah, guru dan majelis madrasah/
Keterlibatan masyarakat dalam mela- komite dan masyarakat umum. Kepala sekolah
kukan pengendalian dan kontrol terhadap bersama dewan guru dan karyawan melaksa-
penyelenggaraan pendidikan, sehingga nakan program pendidikan, sementara masya-
masyarakat dapat memberikan umpan balik rakat mem-back up kegiatan tersebut. Majelis
dan penilaian terhadap kinerja lembaga sekolah sebagai mitra kerja ikut berpartisipasi
pendidikan. Selain itu, masyarakat juga dapat dalam menyusun dan melaksanakan program,
berperan dalam penyusunan atau pemberi partisipasi dalam menghimpun sumber-sumber
masukan dalam penyusunan kurikulum bagi daya dan dana, melakukan hubungan kerja
sekolah. Agar kurikulum itu sesuai dengan sama dengan masyarakat, LSM dan instansi
kebutuhan siswa. pemerintah dan non pemerintah serta
perguruan tinggi dan akademisi.

74
Ittihad Jurnal Kopertais Wilayah XI Kalimantan Volume 14 No.26 Oktober 2016

Pada tahap pemantauan (monitoring) rakat. Agar masyarakat lebih mengenal dan
dan evaluasi dilakukan pada saat dapat membantu program tersebut. Selain itu,
berlangsungnya dan setelah kegiatan yang hal ini dilakukan agar hubungan masyarakat
bertujuan untuk melihat dan mengkaji progress dan sekolah menjadi erat. Diharapkan juga
keberhasilan program dan memberikan masyarakat dan sekolah mengadakan
feedback terhadap pelaksana kegiatan. Pada kerjasama dalam hari-hari besar agama. Selain
tahap ini dilakukan pengawasan dan itu juga, sekolah perlu memberi tahu
akuntabilitas pelaksanaan kegiatan. Pada saat masyarakat tentang program unggulan sekolah
ini pertanggungjawaban bisa dilakukan dengan agar menarik minat masyarakat.
melalui berbagai pertemuan dan rapat dengan
BP3 atau masyarakat dan membeberkan secara 3. Mengundang masyarakat dalam rapat
terbuka semua persoalan sekolah. Persoalan tahunan sekolah
yang diaudit dan dipertanggungjawabkan
sekolah kepada masyarakat adalah: kinerja Masyarakat perlu terus melakukan
guru, perilaku guru, pelaksanaan rencana pemantauan dan evaluasi terhadap penye-
sekolah, kesejahteraan guru, pelaksanaan lenggaraan pendidikan. Dalam hal ini tentu
pembelajaran, kekurangan tenaga pengajar, sekolah harus transparan dalam hal kurikulum
keadaan fisik gedung, keuangan sekolah, pembelajaran sekolah dan juga tentang biaya
keuangan BP3/majelis sekolah. penyelenggaraan sekolah. Hal ini
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan dimaksudkan agar orang tua tidak hanya
sekolah atau lembaga pendidikan agar menerima informasi dari sekolah. Tetapi
partisipasi masyarakat dalam dunia pendidikan masyarakat juga bisa memberikan informasi
semakin baik, antara lain: yang berkaitan dengan peserta didik agar
pendidikan dapat berjalan dengan lancar.
1. Menjalin Komunikasi yang Efektif dengan Selain itu, sekolah juga dapat melibatkan
Orang Tua dan Masyarakat. masyarakat dalam pengambilan keputusan
yang berkenaan dengan kebutuhan operasional
Partisipasi orang tua dan masyarakat maupun non operasional sekolah. Di forum ini
akan tumbuh jika orang tua dan masyarakat masyarakat dan sekolah saling bertukar
juga merasakan manfaat dari keikutsertaannya pikiran, mengeluarkan ide atau gagasan dan
dalam program sekolah. Manfaat dapat juga menyampaikan permasalahan yang
diartikan luas, termasuk rasa diperhatikan dan dihadapi baik oleh orang tua murid ataupun
rasa puas karena dapat menyumbangkan sekolah. Jadi sekolah dan masyarakat dapat
kemampuannya bagi kepentingan sekolah. Jadi saling bahu-membahu dalam mengembangkan
prinsip menumbuhkan hubungan dengan pendidikan.
masyarakat adalah saling memberikan Dalam Peraturan Pemerintah No. 39
kepuasan. Salah satu jalan penting untuk Tahun 1992 Bab III pasal 4 peran serta/par-
membina hubungan dengan masyarakat adalah tisipasi masyarakat dapat berbentuk:
menetapkan komunikasi yang efektif. 1. Pendirian dan penyelenggaraan satuan
pendidikan pada jalur pendidikan sekolah
2. Melibatkan Masyarakat dan Orang Tua
atau jalur pendidikan luar sekolah, pada
dalam Program Sekolah
semua jenis pendidikan kecuali pendidikan
Di sini sekolah harus memperkenalkan kedinasan, dan pada semua jenjang
program dan kegiatan sekolah kepada masya- pendidikan di jalur pendidikan sekolah;

75
Ittihad Jurnal Kopertais Wilayah XI Kalimantan Volume 14 No.26 Oktober 2016

2. Pengadaan dan pemberian bantuan tenaga masyarakat berpartisipasi. Hambatan yang


kependidikan untuk melaksanakan atau dialami oleh sekolah untuk mengajak
membantu melaksanakan pengajaran, partisipasi masyarakat dalam perbaikan mutu
pembimbingan dan/atau pelatihan peserta pendidikan membuktikan, belum sepenuhnya
didik; disadari sebagai tanggung jawab bersama.
3. Pengadaan dan pemberian bantuan tenaga Realitas tersebut menguatkan asumsi
ahli untuk membantu pelaksanaan kegiatan sepenuhnya bahwa partisipasi tidak mudah
belajar-mengajar dan/atau penelitian dan diwujudkan, karena ada hambatan yang
pengembangan; bersumber dari pemerintah dan masyarakat.
4. Pengadaan dan/atau penyelenggaraan Dari pihak pemerintah, faktor yang
program pendidikan yang belum diadakan menghambat partisipasi masyarakat dalam
dan/atau diselenggarakan oleh Pemerintah pendidikan dapat berupa:
untuk menunjang pendidikan nasional; 1. Lemahnya komitmen politik para
5. Pengadaan dana dan pemberian bantuan pengambil keputusan di daerah untuk
yang dapat berupa wakaf, hibah, secara sungguh-sungguh melibatkan
sumbangan, pinjaman, beasiswa, dan masyarakat dalam pengambilan keputusan
bentuk lain yang sejenis; yang menyangkut pelayanan publik.
6. Pengadaan dan pemberian bantuan ruangan, 2. Lemahnya dukungan SDM yang dapat
gedung, dan tanah untuk melaksanakan diandalkan untuk mengimplementasikan
Pengadaan dan pemberian bantuan buku strategi peningkatan partisipasi masyarakat
pelajaran dan peralatan pendidikan untuk dalam pelayanan publik.
melaksanakan kegiatan belajar-mengajar; 3. Rendahnya kemampuan lembaga legislative
7. Pemberian kesempatan untuk magang dalam mengaktualisasikan kepentingan
dan/atau latihan kerja; masyarakat.
8. Pemberian bantuan manajemen bagi 4. Lemahnya dukungan anggaran, karena
penyelenggaraan satuan pendidikan dan kegiatan partisipasi public sering kali hanya
pengembangan pendidikan nasional; dilihat sebagai proyek, maka pemerintah ti-
9. Pemberian pemikiran dan pertimbangan dak menjalankan dana secara berkelanjutan.
berkenaan dengan penentuan kebijaksanaan Sedangkan dari pihak masyarakat,
dan/atau penyelenggaraan pengembangan faktor penghambat partisipasi dalam pendi-
pendidikan; dikan muncul karena beberapa hal, antara lain:
10. Pemberian bantuan dan kerjasama dalam 1. Budaya paternalism yang dianut oleh
kegiatan penelitian dan pengembangan; masyarakat menyulitkan untuk melakukan
11. Keikutsertaan dalam program pendidikan diskusi secara terbuka.
dan/atau penelitian yang diselenggarakan 2. Apatisme karena selama ini masyarakat
oleh Pemerintah di dalam dan/atau di luar jarang dilibatkan dalam pembuatan
negeri. keputusan oleh pemerintah daerah.
3. Tidak adanya kepercayaan masyarakat
D. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat kepada pemerintah.
Partisipasi Masyarakat dalam Pendidikan 4. Hambatan kultural, yaitu masih adanya
sebagian masyarakat yang menganggap
Masyarakat pada dasarnya cenderung bahwa pendidikan formal bertentangan
berpartisipasi dalam pembangunan pendidikan, dengan adat mereka, misalnya saja pada
tetapi di sisi lain tidak mudah untuk mengajak masyarakat Samin yang menganggap

76
Ittihad Jurnal Kopertais Wilayah XI Kalimantan Volume 14 No.26 Oktober 2016

bahwa orang yang pintar hanya akan masyarakat sekarang ini sudah bisa
membuat orang membodohi orang lain. mengakses pendidikan, bukan hanya dari
5. Hambatan geografis, misalnya jauhnya golongan masyarakat saja yang bisa
lokasi sekolah yang diikuti oleh tidak mengakses pendidikan. Pemerataan
adanya fasilitas transportasi dan akses jalan pendidikan diharapkan dapat memberikan
yang mendukung untuk mencapai sekolah. kesempatan yang sama dalam memperoleh
6. Mahalnya biaya pendidikan, terutama pada pendidikan bagi semua usia sekolah.
pendidikan tingkat atas dan perguruan Strategi ini perlu mendapat prioritas karena
tinggi. ternyata banyak anak-anak di Indonesia,
Faktor yang mendorong partisipasi terutama di pedesaan masih banyak yang
masyarakat dalam pendidikan, antara lain: belum mengenyam pendidikan, terutama di
1. Pola pikir masyarakat yang semakin maju tingkat SLTP. Pemerataan kesempatan
yang menganggap pendidikan sangat berarti setiap warga negara memiliki
penting dan menganggap pendidikan kesempatan yang sama untuk memperoleh
sebagai salah satu jalan untuk memudahkan pendidikan sebagaimana diamanatkan
mereka dalam mencari pekerjaan. dalam UUD 1945 pasal 31 yang berbunyi”
2. Adanya stratifikasi sosial yang menempat- Tiap-tiap warga negara berhak mendapat
kan tingkat pendidikan tertentu sebagai pengajaran”. Begitu pula dalam UU No. 20
sebuah prestise dan salah satu penentu Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
status sosial pada suatu masyarakat. Nasional yang tidak membedakan warga
3. Pandangan masyarakat bahwa pendidikan negara menurut jenis kelamin, status sosial
sebagai salah satu cara untuk merubah nasib ekonomi, agama, dan lokasi geografis.
menjadi lebih baik. 10. Aksebilitas artinya setiap orang tanpa
4. Fasilitas dan akses menuju sarana pendidik- membedakan asal usulnya memiliki akses
an yang memadai, misalnya saja sudah (kesempatan masuk) yang sama ke dalam
banyak sekolah yang berada di pelosok desa pendidikan pada semua jenis, jenjang,
yang mudah dijangkau oleh masyarakat maupun jalur pendidikan. Adapun yang
yang tinggal di daerah terpencil. dimaksud dengan keadilan di sini adalah
5. Sosialisasi tentang pentingnya pendidikan perbedaan perlakuan pada peserta didik
yang terus dilakukan untuk meningkatkan sesuai dengan kondisi internal dan
derajat kehidupan masyarakat. eksternal. Secara moral-etis adalah adil dan
6. Adanya program wajib belajar 9 tahun dari wajar apabila peserta didik diperlakukan
pemerintah. menurut kemampuan, bakat dan minatnya.
7. Adanya sekolah kejuruan yang membentuk 11. Persepsi orangtua tentang pendidikan,
siswa siap kerja setelah lulus, dan siswa Persepsi orangtua terhadap pendidikan akan
juga bisa melanjutkan pendidikan ke mempengaruhi aspirasi. Artinya, kemam-
perguruan tinggi. puan orangtua dalam melihat pentingnya
8. Program Biaya Operasional Sekolah (BOS), pendidikan akan berpengaruh pada harapan
yang membantu meringankan biaya pendi- dan tujuan untuk keberhasilan pada masa
dikan pada tingkat pendidikan mulai dari yang akan datang. Yang dimaksud aspirasi
sekolah dasar hingga sekolah menengah di sini adalah keinginan, harapan, atau cita-
pertama. cita orangtua terhadap tingkat pencapaian
9. Pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan anak-anaknya.
pendidikan sehingga semua lapisan

77
Ittihad Jurnal Kopertais Wilayah XI Kalimantan Volume 14 No.26 Oktober 2016

Faktor yang mempengaruhi partisipasi daya pendidikan adalah dukungan dan


masyarakat dalam suatu program juga dapat penunjang pelaksanaan pendidikan yang
berasal dari unsur luar/lingkungan. Menurut terwujud sebagai tenaga, dana, sarana da
Holil (1980; 10) ada 4 poin yang dapat prasarana yang tersedia yang digunakan dan
mempengaruhi partisipasi masyarakat yang didayagunakan oleh keluarga, sekolah dan
berasal dari luar/lingkungan, yaitu: masyarakat, peserta didik dan pemerintah
1. Komunikasi yang intensif antara sesama secara bersama-sama. Ada tidaknya kemauan
warga masyarakat, antara warga masyarakat keluarga/warga masyarakat dalam pengem-
dengan pimpinannya serta antara sistem bangan pendidikan terkait dengan paradigma
sosial di dalam masyarakat dengan sistem pembangunan di Indonesia. Agar kemampuan
di luarnya; berpartisipasi dimiliki oleh masyarakat maka
2. Iklim sosial, ekonomi, politik dan budaya, perlu peningkatan sumber daya manusia
baik dalam kehidupan keluarga, pergaulan, dengan cara memperluas tiga jenis pendidikan
permainan, sekolah maupun masyarakat di masyarakat baik formal, nonformal, maupun
dan bangsa yang menguntungkan bagi serta informal. Kaitan masyarakat dan pendidikan
mendorong tumbuh dan berkembangnya dapat ditinjau dari tiga segi yaitu:
partisipasi masyarakat; a. Masyarakat sebagai penyelenggara pendi-
3. Kesempatan untuk berpartisipasi. Keadaan dikan baik dilembagakan maupun tidak
lingkungan serta proses dan struktur sosial, dilembagakan
sistem nilai dan norma-norma yang b. Lembaga-lembaga masyarakat atau kelom-
memungkinkan dan mendorong terjadinya pok sosial masyarakat baik langsung mau
partisipasi sosial; pun tidak langsung mempunyai peranan dan
4. Kebebasan untuk berprakarsa dan berkreasi. fungsi edukatif.
Lingkungan di dalam keluarga masyarakat c. Dalam masyarakat tersedia berbagai sumber
atau lingkungan politik, sosial, budaya yang belajar, baik yang dirancang maupun tidak
memungkinkan dan mendorong timbul dan dirancang dan dimanfaatkan.
berkembangnya prakarsa, gagasan,
perseorangan atau kelompok. 2. Fungsi masyarakat sebagai pusat pendidikan
Partisipasi adalah proses aktif dan
Fungsi masyarakat sebagai pusat pendi-
inisiatif yang muncul dari masyarakat serta
dikan sangat bergantung pada taraf perkem-
akan terwujud sebagai suatu kegiatan nyata
bangan dari masyarakat dan sumber-sumber
apabila terpenuhi oleh tiga faktor pendukung-
belajar yang tersedia di dalamnya. Karena
nya, yaitu:
secara garis besar masyarakat dibedakan
beberapa tipe, yaitu:
1. Kemauan dan kemampuan berpartisipa-
a. Tipe masyarakat dengan sistem berkebun
si berasal dari masyarakat itu sendiri
yang amat sederhana desa terpencil
Kemauan dan kemampuan berpartisi- b. Tipe masyarakat pedesaan
pasi berasal dari masyarakat itu sendiri, c. Tipe masyarakat perkotaan
sedangkan kesempatan berasal dari pihak luar. Selain itu, juga terdapat sejumlah
Peran serta masyarakat dalam dunia pendi- lembaga kemasyarakatan yang mempunyai
dikan sangat penting. Keharusan masyarakat peranan dan fungsi edukatif yang besar adalah
terlibat dalam pendidikan sudah menjadi kelompok sebaya, organisasi kepemudaan,
peraturan UU No. 2 tahun 1989 yaitu sumber organisasi keagamaan, ekonomi, politik, kebu-

78
Ittihad Jurnal Kopertais Wilayah XI Kalimantan Volume 14 No.26 Oktober 2016

dayaan, media massa, dan sebagainya. a. Masalah pemerataan pendidikan. Masalah


Kemampuan tersebut bukan hanya pemerataan pendidikan adalah persoalan
memberikan kontribusi sosialisasi tetapi juga bagaimana sistem pendidikan dapat
pengetahuan dan keterampilan. menyediakan kesempatan yang seluas-
Setelah keluarga, kelompok sebaya luasnya bagi seluruh warga negara untuk
mungkin paling besar pengaruhnya terhadap memperoleh pendidikan.
pembentukan kepribadian, terutama pada saat b. Masalah mutu pendidikan
anak berusaha melepaskan diri dari pengaruh c. Masalah efesiensi pendidikan
kekuasaan orang tua. Kelompok sebaya adalah mempersoalkan bagaimana suatu sistem
suatu kelompok yang terdiri dari orang-orang pendidikan mendayagunakan sumber daya
yang bersamaan usianya. Adapun fungsi yang ada untuk mencapai tujuan pendidikan
kelompok teman sebaya adalah: d. Masalah relevansi pendidikan.
a. Mengajar berhubungan dan menyesuaikan
diri dengan orang lain. E. Peran serta Masyarakat dalam Pendidikan
b. Memperkenalkan kehidupan masyarakat
Demokratisasi penyelenggaraan pendi-
yang lebih luar.
dikan, harus mendorong pemberdayaan
c. Menguatkan sebahagian dari nilai-nilai
masyarakat dengan memperluas partisipasi
yang berlaku dalam kehidupan masyarakat.
masyarakat dalam pendidikan yang meliputi
d. Memberikan pengalaman dan memperke-
peran serta perorangan, kelompok, keluarga,
nalkan tentang persamaan hak.
organisasi profesi dan organisasi kemasyara-
e. Memberikan pengetahuan yang tidak
katan dalam penyelenggaraan dan pengenda-
didapatkan di dalam keluarga.
lian mutu pelayanan pendidikan (pasal 54 ayat
1). Masyarakat tersebut dapat berperan sebagai
3. Masalah Pendidikan di Indonesia
sumber, pelaksana, dan pengguna hasil
Secara singkat pendidikan merupakan pendidikan (pasal 54 ayat 2). Oleh karena itu,
produk dari masyarakat. Pendidikan tidak lain masyarakat berhak menyelenggarakan pendi-
merupakan proses transmisi pengetahuan, dikan yang berbasis masyarakat, dengan
sikap, kepercayaan, keterampilan dan aspek- mengembangkan dan melaksanakan kurikulum
aspek perilaku lainnya kepada generasi ke dan evaluasi pendidikan, serta manajemen dan
generasi. Bagi masyarakat pendidikan diharap- pendanaannya sesuai dengan standar nasional
kan mampu menunjang kelangsungan dan pendidikan (pasal 55 ayat 1 dan 2).
proses kemajuan hidupnya. Agar masyarakat Dana pendidikan yang berbasis masya-
dapat melangsungkan hidupnya dan eksisten- rakat dapat bersumber dari penyelenggaraan,
sinya yang memiliki nilai-nilai, pengetahuan, masyarakat, pemerintah (pusat), pemerintah
serta keterampilan. daerah dan sumber lainnya (pasal 55 ayat 3).
Aktivitas pendidikan telah dimulai Demikian juga, lembaga pendidikan yang
semenjak seorang individu pertama kali berbasis masyarakat dapat memperoleh
berinteraksi dengan lingkungan eksternal. bantuan teknis, subsidi dana, dan sumber daya
Sehingga pendidikan menjadi bagian yang tak lain secara adil merata dari pemerintah pusat
terpisahkan dari kehidupan sosial budaya dan dan daerah (Hasan Basri, 2012; 92).
masyarakat. Adapun masalah pokok pendi- Partisipasi masyarakat tersebut
dikan di Indonesia adalah: kemudian dilembagakan dalam bentuk dewan
pendidikan dan komite sekolah. Dewan

79
Ittihad Jurnal Kopertais Wilayah XI Kalimantan Volume 14 No.26 Oktober 2016

pendidikan adalah lembaga mandiri yang sebagai hak masyarakat untuk ikut mengontrol
beranggotakan berbagai unsur masyarakat agenda dan urutan prioritas pembangunan
yang peduli terhadap pendidikan. Adapun untuk dirinya atau kelompoknya. Oleh karena
komite sekolah/madrasah adalah lembaga itu tidak akan dapat diterima jika ada kelom-
mandiri yang terdiri dari atas unsur orangtua/ pok mendikte dan kepentingannya dalam isi
wali peserta didik, komunitas sekolah, serta dan prioritas keputusan pembangunan. Titik
tokoh masyarakat yang peduli pendidikan pusat perhatian adalah ke arah pembangunan
(pasal 1 butir 24 dan 25). Dewan pendidikan yang lebih berpihak kepada masyarakat.
berperan dalam peningkatan mutu pelayanan Individu bukanlah sebagai objek melainkan
pendidikan, dengan memberikan pertimbang- sebagai subjek atau pelaku yang menentukan,
an, arahan, dan dukungan tenaga, sarana dan mengontrol sumber daya, dan mengarahkan
prasarana, serta pengawasan pendidikan pada proses yang mempengaruhi kehidupannya
tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten/kota sendiri. Pembangunan yang memihak rakyat
yang tidak mempunyai hubungan kierarkis menekankan kepada pentingnya prakarsa dan
(pasal 56 ayat 2). Peningkatan mutu pelayanan perbedaan lokal.
di tingkat satuan pendidikan peran tersebut Penyadaran diri masyarakat merupakan
menjadi tanggung jawab komite sekolah/ satu di antara argumen-argumen yang paling
madrasah (pasal 56 ayat 3) (Hasan Basri, penting. Kesempitan pandangan cakrawala
2012; 92). rakyat diubah ke arah suatu keinsyafan,
Pergeseran paradigma pembangunan perasaan, pemikiran, dan gagasan bahwa akan
yang sentralistik ke disentralistik telah ada alternatif-alternatif jika dirinya terlibat
mengubah cara pandang penyelenggara negara langsung menyelesaikan masalah-masalahnya.
dan masyarakat dalam penyelenggaraan Bentuk aktualisasi dan pernyataan penyadaran
pembangunan. Pembangunan harus dipandang diri masyarakat secara kolektif dapat berupa
sebagai bagian dari kebutuhan masyarakat itu partisipasinya dalam proses pengambilan ke-
sendiri dan bukan semata kepentingan negara. putusan yang berhubungan dengan kebutuhan
Pembangunan seharusnya mengandung arti dirinya dan kelompoknya dalam komunitas
bahwa manusia ditempatkan pada posisi yang melingkupinya.
perilaku dan sekaligus penerima manfaat dari Musyawarah adalah merupakan pende-
proses mencari solusi dan meraih hasil katan kultural khas Indonesia yang dapat
pembangunan. Penguatan masyarakat secara dimasukkan dalam proses eksplorasi kebutuh-
institusional bisa diartikan sebagai pengelom- an dan identifikasi masalah. Musyawarah juga
pokkan anggota masyarakat sebagai warga merupakan bentuk sarana untuk meningkatkan
negara mandiri yang dapat dengan bebas dan partisipasinya dan rasa memiliki atas keputus-
egaliter bertindak aktif dalam wacana dan an dan rencana pembangunan. Musyawarah
praktis mengenai segala hal yang berkaitan dapat merupakan cara analisis kebutuhan dan
dengan masalah kemasyarakatan dan tidak sekedar keinginan yang bersifat
umumnya. superfisial demi pemenuhan kebutuhan sesaat.
Peran pemerintah sangat dominan dan Langkah lain dalam proses partisipasi masya-
peran masyarakat merupakan kewajiban. rakat adalah pembentukan kelompok. Melalui
Penguatan partisipasi masyarakat haruslah kelompok akan dibina solidaritas, kerjasama,
menjadi agenda pembangunan itu sendiri, ter- musyawarah, rasa aman dan percaya kepada
lebih dalam era globalisasi saat sekarang ini. diri sendiri. Salah satu cara yang efektif mem-
Peran serta masyarakat harus lebih dimaknai

80
Ittihad Jurnal Kopertais Wilayah XI Kalimantan Volume 14 No.26 Oktober 2016

bentuk kelompok adalah melalui pendekatan para muridnya sudah barang tentu justru
kepentingan yang secara primordial. menjadi bahan pembicaraan orang banyak.
Pembentukan dan pengembangan Jika dihadapkan para muridnya seorang guru
kelompok masyarakat dapat dikatakan sebagai harus bisa menjadi teladan, ia pun dituntut hal
basis dan strategi pembangunan dari bawah. yang sama di dalam berinteraksi dengan
Dari kelompok-kelompok itu diharapkan akan masyarakat sekitar.
timbul dinamika dari bawah. Pada dasarnya, Penghargaan atas peranan guru di
partisipasi masyarakat telah terjadi di sekolah negara kita bisa dibedakan menjadi dua
dalam praktik penyelenggaraan musyawarah macam.
maupun pembentukan institusi lokal. Program- 1. Penghargaan sosial, yaitu penghargaan atas
program sekolah berupa desain kurikulum dan jasa guru dalam masyarakat. Penghargaan
pelaksanaannya kegiatan-kegiatan kurikuler ini dilihat dari sikap sosial anggota masya-
nonkurikuler sampai pada pengadaan kebutuh- rakat serta penempatan posisi guru dalam
an sumber daya untuk suatu sekolah agar dapat stratifikasi sosial masyarakat yang bersang-
berjalan lancar, tampaknya harus sudah mulai kutan. Hal semacam ini akan tampak jelas
diberikan ruang partisipasi bagi pihak-pihak kita amati pada masyarakat pedesaan yang
yang berkepentingan. selalu menunjukkan rasa hormat dan
Cara untuk menyalurkan partisipasi santun terhadap para guru yang menjadi
dapat diciptakan dengan berbagai variasi cara pengajar bagi anak-anaknya. Masyarakat
sesuai dengan kondisi masing-masing wilayah lebih memberi kata-kata sopan santun
atau komunitas tempat masyarakat dan terhadap guru, seperti panggilan pak guru,
lembaga pendidikan itu berada. Kondisi ini mas guru.
menuntun kesigapan para pemegang kebijakan 2. Penghargaan ekonomis, yaitu penghargaan
dan manajer pendidikan untuk mendistribusi- atas peran guru dipandang dari seberapa
kan peran dan kekuasaannya agar bisa menam- besar gaji yang diterima oleh guru. Dengan
pung sumbangan partisipasi masyarakat. kondisi gaji guru-guru di Indonesia tahun
Peranan pendidikan bagi masyarakat 2000-an ini, tidak mungkin sejahtera dalam
secara luas bisa dilihat dari bagaimana kiprah, hal ekonomi jika hanya mengandalkan
peranan, sikap, dan sumbangsih kalangan pekerjaan mengajar saja. Hal inilah yang
pendidik atas persoalan masyarakat dan menjadikan kurang maksimalnya peranan
bangsa secara keseluruhan. Demikian juga guru dalam menjalankan tugas mengajar ,
peran guru dalam masyarakat tergantung pada apalagi melakukan pengabdian masyarakat.
gambaran masyarakat tentang kedudukan guru (M.Rifa’I, 2011; 181).
dan status sosialnya di masyarakat. Jadi Di dalam masyarakat, guru berperan
peranan itu juga tidak terlepas dari kualitas sebagai pemimpin yang menjadi panutan atau
pribadi guru yang bersangkutan serta kompe- teladan serta contoh (reference) bagi masyara-
tensi mereka dalam bekerja. Pada masyarakat kat sekitar. Mereka adalah pemegang norma
yang paling menghargai, guru pun akan sangat dan nilai-nilai yang harus dijaga dan dilaksa-
sulit untuk berperan banyak dan mendapatkan nakan. Hal ini dapat dilihat bahwa betapa
kedudukan sosial yang tinggi jika, seorang gu- besar ucapan guru dalam masyarakat sangat
ru tidak memiliki kecakapan dan kompetensi berpengaruh terhadap orang lain. Ki Hajar
di bidangnya. Ia akan tersisih dari persaingan Dewantara menggambarkan peran guru seba-
dengan guru-guru lainnya. Apalagi guru-guru gai stake holder atau tokoh panutan dengan
yang tidak bisa memberikan keteladanan bagi

81
Ittihad Jurnal Kopertais Wilayah XI Kalimantan Volume 14 No.26 Oktober 2016

ungkapan-ungkapan ing ngarso sungulodho, tersebut, lebih-lebih pada pemerintah sebagai


ing madya mangun karso, tut wuri handayani. penyelenggaraan negara.
Di sini tampak jelas bahwa guru Partisipasi dan tanggung jawab negara
memang sebagai pemeran aktif, dalam keselu- atau pemerintah terhadap pengembangan
ruhan aktivitas masyarakat secara holistik. pendidikan sebagai mana yang diamanatkan
Tentunya, para guru harus bisa memposisikan oleh UU Sisdiknas 2003 bahwa pemerintah
dirinya sebagai agen yang benar-benar pusat dan pemerintah daerah berhak
membangun, sebagai pelaku propaganda yang mengarahkan, membimbing, membantu, dan
bijak dan menuju ke arah yang positif bagi mengawasi penyelenggaraan pendidikan, serta
perkembangan masyarakat. (Karsidi, 2008; berkewajiban memberikan layanan dan
42). kemudahan penyelenggaraan pendidikan yang
Partisipasi yang utama adalah tanggung bermutu bagi setiap warga negara tanpa
jawab pengembangan pendidikan sebagai diskriminasi. Pemerintah pusat dan daerah
proses sosialisasi berapa pada orangtua dan juga wajib menjamin tersedianya dana guna
kelompok-kelompok masyarakat yang berke- terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga
pentingan. Tanggung jawab tersebut tentu negara usia tujuh sampai usia lima belas tahun.
mengalami dinamika, tidak pernah lepas dan Lebih dari itu, sebenarnya peluang bagi
mengendur. Karena paradigma tersebut telah orangtua atau warga negara dalam kelompok
bergeser menuju kepada peluang yang lebih masyarakat masih sangat luas.
bagi teraktualisasikannya kembali partisipasi Untuk itu, dalam kondisi kualitas
masyarakat, perlu segera dilakukan pemulihan layanan dan output pendidikan sedang banyak
dan pengembalian tanggung jawab masyarakat dipertanyakan mutu dan relevansinya, peme-
terhadap pengembangan pendidikan, baik rintah seharusnya memberikan peluang yang
dalam skala makro maupun skala mikro. Inilah luas bagi partisipasi masyarakat. Lebih dari
yang disebut Karsidi sebagai reaktualisasi itu, pemerintah perlu menyusun mekanisme
partisipasi masyarakat karena sebenarnya yang sehingga orangtua dan kelompok-kelompok
bertanggung jawab dalam hal ini justru masyarakat dapat berpartisipasi secara optimal
masyarakat. Dengan mengacu pada lingkup dalam pengembangan pendidikan di Indonesia.
partisipasi masyarakat dalam pengembangan Dari sini, Karsidi berkesimpulan bahwa
pendidikan, masyarakat harus sejak proses partisipasi masyarakat dalam pendidikan
perencanaan, pelaksanaan, serta pemanfaatan sebagai berikut:
hasil dan evaluasi. 1. Adanya opini masyarakat bahwa tanggung
Program-program pembelajaran di jawab utama pembangunan (dalam bidang
sekolah berupa desain kurikulum dan pendidikan) hanya terletak di tangan peme-
pelaksanaannya, kegiatan nonkurikuler sampai rintah, menyebabkan masyarakat hanya
pada pengadaan kebutuhan sumber dana merasa ditempatkan sebagai bukan pemain
untuk suatu sekolah agar dapat berjalan lancar, utama dan berakibat melemahkan kemauan
tampak harus sudah mulai diberikan ruang berpartisipasi warga dan kelompok-kelom-
partisipasi bagi pihak-pihak yang berkepen- pok masyarakat dalam pengembangan
tingan. Demikian pula di lembaga-lembaga pendidikan. Kondisi ini telah merugikan
pendidikan non sekolah lainnya, ruang pengembangan pendidikan dan semakin
partisipasi tersebut harus dibuka lebar agar memberatkan pemerintah sebagai
tanggung jawab pengembangan pendidikan penyelenggaraan negara.
tidak tertumpu pada lembaga pendidikan

82
Ittihad Jurnal Kopertais Wilayah XI Kalimantan Volume 14 No.26 Oktober 2016

2. Perkembangan teknologi (terutama di yang perincian dan jabarannya dijelaskan


bidang informasi) menyebabkan peranan dengan ayat 1 sampai 4, yaitu sebagai berikut:
sekolah sebagai lembaga pendidikan mulai 1. Masyarakat berperan dalam peningkatan
bergeser. Di kemudian hari, sekolah tidak mutu pelayanan pendidikan yang meliputi
lagi akan menjadi satu-satunya pusat perencanaan, pengawasan, dan evaluasi
pembelajaran karena aktivitas belajar tidak program pendidikan melalui dewan
lagi terbatasi oleh ruang dan waktu. Peran pendidikan dan komite sekolah/madrasah.
guru juga tidak akan menjadi satu-satunya 2. Dewan pendidikan sebagai lembaga
sumber belajar karena banyak sumber mandiri dibentuk dan berperan dalam
belajar dan sumber informasi yang mampu peningkatan mutu pelayanan pendidikan
memfasilitasi seseorang untuk belajar. dengan memberikan pertimbangan, arahan,
Peranan orangtua dalam kelompok- dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana,
kelompok masyarakat menjadi sangat serta pengawasan pendidikan pada tingkat
penting untuk mengisi kekosongan peran nasional, provinsi, dan kabupaten/kota yang
yang tidak lagi mampu diambil oleh tidak mempunyai hubungan hierarkis.
sekolah atau lembaga pendidikan. 3. Komite sekolah/madrasah, sebagai lembaga
3. Bergesernya paradigma pembangunan mandiri, dibentuk dan berperan dalam
sentralistik ke disentralistik telah membuka peningkatan mutu pelayanan dengan
peluang yang lebar bagi teraktualisasikan- memberikan pertimbangan, arahan dan
nya kembali partisipasi masyarakat dalam dukungan tenaga, sarana dan prasarana,
pengembangan pendidikan. serta pengawasan pendidikan pada tingkat
4. Orangtua dan kelompok-kelompok masya- satuan pendidikan.
rakat harus dilibatkan dalam pengembangan 4. Ketentuan mengenai pembentukan dewan
pendidikan sejak dari proses perencanaan, pendidikan dan komite sekolah/madrasah
pelaksanaan, pemanfaatan, dan hasil sebagaimana dimaksud pada ayat 2, ayat 3,
evaluasinya. dan ayat 3 diatur lebih lanjut dengan
5. Media dan forum yang dapat dimanfaatkan peraturan pemerintah.
untuk penyaluran partisipasi masyarakat
dalam pengembangan pendidikan antara F. Penutup
lain adalah media musyawarah dan
Masyarakat merupakan salah satu ling-
pembentukan institusi masyarakat yang
kungan yang mendukung pendidikan seorang
mampu menampung aspirasi masyarakat,
individu. Karena di dalam lingkungan masya-
terutama di wilayah atau komunitas tempat
rakat inilah seorang anak belajar bersosialisasi,
sekolah/lembaga pendidikan berada.
dan memperoleh keterampilan. Dalam
6. Diperlukan adanya peraturan perundangan
lingkungan masyarakat dapat diperoleh
yang mengatur mekanisme partisipasi
pengetahuan dan keterampilan sekaligus,
masyarakat terhadap pengembangan
dikarenakan di dalam masyarakat terdapat
pendidikan, baik dalam skala nasional,
sumber-sumber belajar yang banyak baik yang
maupun tingkat penyelenggara pendidikan.
bersifat tersusun maupun tidak.
(Karsidi, 2008; 115-116).
Kaitan masyarakat dan pendidikan
Partisipasi masyarakat dalam pendidik-
dapat ditinjau dari tiga segi yaitu:
an nasional bisa dirujukkan pada UU Sisdiknas
2003 pasal 56 terkait pembentukan dewan
pendidikan dan komite sekolah/madrasah,

83
Ittihad Jurnal Kopertais Wilayah XI Kalimantan Volume 14 No.26 Oktober 2016

1. Masyarakat sebagai penyelenggara DAFTAR PUSTAKA


pendidikan baik dilembagakan maupun
tidak dilembagakan.
2. Lembaga-lembaga masyarakat atau kelom-
pok sosial masyarakat baik langsung mau Agus, Bustanuddin, Agama dalam Kehidupan
pun tidak langsung mempunyai peranan dan Manusia Pengantar Antropologi Agama,
fungsi edukatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007.
3. Dalam masyarakat tersedia berbagai sumber
belajar, baik yang dirancang maupun tidak Ahmadi, Abu, Sosiologi Pendidikan, Jakarta:
dirancang dan dimanfaatkan. Rineka Cipta, 2004.
Fungsi masyarakat sebagai pusat
pendidikan sangat bergantung pada taraf Arifin, H. M, Ilmu Pendidikan, Jakarta: Bumi
perkembangan dari masyarakat dan sumber- Aksara, 2003.
sumber belajar yang tersedia di dalamnya.
Basri, Afifudin Hasan, Kapita Selekta
Lembaga-lembaga masyarakat yang mempu-
Pendidikan, Bandung: CV. Pustaka
nyai peran edukatif yang sangat besar adalah
Setia, 2012.
kelompok sebaya, organisasi (kepemudaan,
keagamaan, sosial, kebudayaan, ekonomi, Daradjat, Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam,
politik) dan media massa. Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
Sebagai bagian dari masyarakat, maka
mari kita hendaknya untuk lebih meningkatkan Gunawan, Ary. Sosiologi Pendidikan, Jakarta:
partisipasi dan kepedulian kita terhadap pendi- Rineka Cipta, 2002.
dikan yang ada di lingkungan tempat tinggal
kita. Sehingga pendidikan dapat berlangsung Jalal, Abdul Fattah, Azas-asaz Pendidikan
dengan sebaik-baiknya. Islam, terj. Hery Noer Ali, Bandung:
Diponegoro, 1988.

Karsidi, Ravik, Sosiologi Pendidikan,


Surakarta: UNS Press, 2005.

Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu


Antropologi, Jakarta: Rineka Cipta,
2009.

Nata, Abudin, Kapita Selekta Pendidikan


Islam, Bandung: Angkasa, 2003.

Pidarta, Made, Manajemen pendidikan


Indonesia, Jakarta: Rinneka Cipta, 2004.

Sagala, Saiful, Administrasi Pendidikan


Kontemporer, Bandung: Alfabeta, 2006.

84
Ittihad Jurnal Kopertais Wilayah XI Kalimantan Volume 14 No.26 Oktober 2016

Tirtarahardja, Umar dan S.L.La. Sulo,


Pengantar Pendidikan, Jakarta: Rineka
Cipta, 2005.

http://gadogadozaman.blogspot.co.id/2013/06/
peran-serta-masyarakat-dalam-pendidik-
an.html diakses pada hari Kamis tanggal
15 Oktober 2015 pukul 10.00 WIB.

https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/1
2/26/pengelolaan-partisipasi-
masyarakat-dalam-pendidikan/ diakses
pada hari Kamis tanggal 15 Oktober
2015 pukul 10.14 WIB.

https://uns.ac.id/data/sp11.pdf diakses pada


hari Kamis tanggal 15 Oktober 2015
pukul 10.28 WIB

85

Anda mungkin juga menyukai