Anda di halaman 1dari 14

44

Pengembangan Inovasi Pertanian 5(1), 2012: 44-57 Moh. Cholil Mahfud

TEKNOLOGI DAN STRATEGI PENGENDALIAN


PENYAKIT KARAT DAUN UNTUK MENINGKATKAN
PRODUKSI KOPI NASIONAL1)
Moh. Cholil Mahfud
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur
Jalan Raya Karangploso km 4, Kotak Pos 188, Malang 65101
Telp. (0341) 494052; Faks. (0341) 471255
e-mail: bptp-jatim@litbang.deptan.go.id

Diajukan: 27 Oktober 2011; Disetujui: 16 Februari 2012

ABSTRAK

Sejak tahun 1998, posisi Indonesia sebagai produsen kopi terbesar ketiga dunia tergeser oleh Vietnam
karena kopi Indonesia kurang memiliki daya saing akibat rendahnya produktivitas, hanya 539 kg biji
kering/ha/tahun. Rendahnya produktivitas kopi Indonesia berkaitan dengan gangguan penyakit karat
daun (Hemileia vastatrix) yang dapat menurunkan hasil 20-70%, serta sebagian besar (95,5%) kopi
dihasilkan dari perkebunan rakyat dengan penerapan teknik budi daya yang kurang optimal. Makalah
ini bertujuan untuk memperkenalkan teknologi pengendalian penyakit karat daun yang berpotensi
meningkatkan produktivitas kopi dan berpeluang dikembangkan di perkebunan rakyat. Terdapat empat
komponen PHT untuk mengendalikan penyakit karat daun kopi, yaitu penggunaan varietas toleran,
pengendalian secara biologis, kultur teknis, dan penggunaan fungisida. Penggunaan varietas toleran
sering tidak berhasil karena H. vastatrix cepat membentuk ras baru yang dapat mematahkan ketahanan
tanaman kopi. Penggunaan jamur Verticillium dalam pengendalian biologis hanya efektif di laboratorium
dan rumah kaca, sedangkan aplikasinya di lapangan memperlihatkan tingkat keberhasilan yang rendah.
Praktik kultur teknis seperti menyiang gulma 2-3 kali, memupuk dua kali setahun dengan pupuk
kandang dan NPK yang dosisnya mengikuti umur tanaman, memangkas tanaman kopi, serta mengatur
intensitas naungan menurunkan gangguan penyakit 64% dan meningkatkan produksi 80%. Sebaliknya,
pengendalian dengan fungisida, di samping efektivitasnya hanya 20% dan berdampak negatif terhadap
lingkungan, juga tidak terjangkau oleh petani karena harganya mahal. Memerhatikan prinsip PHT
maka praktik kultur teknis secara benar berpeluang dikembangkan di perkebunan rakyat. Di samping
efektif mengendalikan penyakit karat daun dan potensial meningkatkan produktivitas kopi, praktik
kultur teknis juga sudah biasa diterapkan petani meskipun belum optimal. Strategi dalam pengendalian
penyakit karat daun meliputi: (1) meningkatkan pemahaman petani terhadap penyakit karat daun dan
praktik kultur teknis secara benar, melalui penyuluhan pengenalan penyakit dan bimbingan dalam
penerapan kultur teknis; dan (2) mempercepat adopsi praktik kultur teknis, antara lain melalui demplot
dan pendampingan implementasinya. Dukungan kebijakan yang diperlukan berupa penyediaan sarana
dan prasarana, penguatan kelembagaan, serta penelitian/pengkajian untuk menghasilkan varietas kopi
tahan penyakit. Implementasi praktik kultur teknis spesifik lokasi diperlukan untuk meningkatkan
keberhasilan pengendalian penyakit karat daun pada perkebunan rakyat.

Kata kunci: Kopi, penyakit karat daun, Hemileia vastatrix, pengendalian penyakit

1)
Naskah disarikan dari bahan Orasi Profesor Riset yang disampaikan pada tanggal 19 Juli 2011 di
Bogor.
Teknologi dan strategi pengendalian penyakit karat daun ... 45

ABSTRACT
Technology and Strategy on Leaf Rust Disease Control to Increase
the National Coffee Production

Since 1998, Indonesia’s position as the world’s third largest coffee producer has been displaced by
Vietnam due to lack of competitiveness as a consequence of low productivity, which was only 539 kg of
dry seed/ha/year. The low productivity related with coffee leaf rust disease (Hemileia vastatrix) infestation
which decreased coffee yield by 20-70%, and most (95.5%) of Indonesian coffee are produced by
smallholders with less optimal cultivating application. This paper aimed to introduce the leaf rust
disease control technologies which are effective and potentially increase coffee productivity and has
opportunity to be developed on smallholders’ plantation. There are four components of integrated
pest management (IPM) to control coffee leaf rust disease, i.e. the use of tolerant varieties, biological
control, technical culture, and the use of fungicides. The use of tolerant varieties was often unsuccessful
because H. vastatrix quickly form a new race to break the resistance of coffee plants. The use of
Verticillium fungi in biological control was only effective in the laboratory and greenhouse, while its
application in the field showed a very low success rate. Technical culture practices such as weeding 2-
3 times, fertilizing twice a year with manure and NPK at a rate following the age of the plant, cutting
the coffee plants, and adjusting the intensity of the shade, reduced disease intensity by 64% and
increased production by 80%. In contrast, control with fungicides, in addition to its effectiveness is
only 20% and gives negative impact on environment, was also not covered by the farmers due to its
expensive price. Based on principles of IPM, the proper technical culture practice has the opportunity
and potential to be developed on smallholders’ plantation. Beside effectively control leaf rust disease
and potentially improve coffee productivity, technical culture has also been applied by farmers although
it was not yet optimal. Strategies of controlling coffee leaf rust include: (1) improving farmers’
understanding on leaf rust disease and appropriate technical culture practices through counselling
and guidance in the application in the field; and (2) accelerating the adoption of technical culture
practices, among others through demonstration plot and assistance in its implementation in the field.
Policy supports include provision of infrastructure, institutional strengthening, and research/assessment
to generate disease-resistant coffee varieties. Implementation of site-specific technical culture practice
is needed to improve the success of leaf rust disease control on smallholders’ plantation.

Keywords: Coffee, leaf rust disease, Hemileia vastatrix, disease control

PENDAHULUAN robusta dan sisanya (22,1% atau 286.000


ha) kopi arabika. Produksi kopi Indonesia
Kopi termasuk komoditas andalan per- mencapai 697.543 ton/tahun. Sebagian
kebunan yang mempunyai kontribusi besar (67,2% atau 469.000 ton) produksi
cukup nyata dalam perekonomian Indo- kopi Indonesia diekspor ke berbagai
nesia, yaitu sebagai penghasil devisa, negara dengan nilai US$991,5 juta, yang
sumber pendapatan petani, penghasil menempatkan Indonesia sebagai salah
bahan baku industri, sumber lapangan satu negara produsen utama kopi, terutama
kerja, dan pengembangan wilayah (Ditjen- jenis robusta (Ditjenbun 2009).
bun 2006). Area pertanaman kopi di Sejak tahun 1998, posisi Indonesia
Indonesia pada tahun 2008 mencapai 1,3 sebagai produsen kopi terbesar ketiga
juta ha, yang tersebar di 33 provinsi. dunia setelah Brasil dan Kolumbia tergeser
Sebagian besar (77,9% atau 1,01 juta ha) oleh Vietnam yang mampu memproduksi
pertanaman kopi Indonesia adalah kopi kopi 750.000 ton dengan kontribusi 10,7%
46 Moh. Cholil Mahfud

terhadap total produksi dunia (Ditjenbun seluruh dunia, termasuk Indonesia.


2006). Pergeseran ini disebabkan kopi Gangguan penyakit ini tidak hanya
Indonesia kurang memiliki daya saing memengaruhi pertumbuhan tanaman,
akibat rendahnya produktivitas, yaitu tetapi juga menurunkan hasil biji kopi.
hanya 539 kg biji kering/ha/tahun, lebih Meluasnya bercak pada daun sebagai
rendah dibandingkan dengan negara tanda berkembangnya penyakit, menye-
produsen utama lainnya seperti Vietnam babkan area fotosintesis berkurang secara
(1.540 kg/ha/tahun), Kolumbia (1.220 kg/ signifikan yang berdampak pada menurun-
ha/tahun), dan Brasil (1.000 kg/ha/tahun) nya pertumbuhan tanaman. Banyaknya
(Ditjenbun 2006). daun yang gugur sebagai gejala lanjut dari
Rendahnya produktivitas kopi antara penyakit ini menyebabkan jumlah bunga
lain disebabkan oleh gangguan penyakit yang terbentuk berkurang, yang ber-
karat daun (Hemileia vastatrix), yang dampak pada turunnya jumlah biji kopi
merupakan penyakit paling merugikan yang dihasilkan tanaman (Brown et al.
usaha tani kopi di Indonesia (Mawardi 1995).
1996; Sri-Sukamto 1998; Wiryadiputra et Penyakit karat daun kopi pertama kali
al. 2002). Bahkan salah satu pendorong ditemukan di Kenya pada tahun 1861.
dibentuknya Karantina Pertanian pada 19 Pada tahun 1869, Berkeley dan Broome
Desember 1877 (Staatsblad No. 262) terkait mengidentifikasi penyebab penyakit karat
dengan perkembangan penyakit karat daun kopi, yaitu jamur Hemileia, yang
daun pada tanaman kopi di Indonesia kemudian secara lengkap diidentifikasi
(BKP Kelas I Semarang 2008). Meskipun oleh Marshall Ward sebagai Hemileia
perkembangan penyakit ini sudah ber- vastatrix Berk. & Br (Arneson 2003). Jamur
langsung lebih dari satu abad dan menim- H. vastatrix termasuk parasit obligat
bulkan kerugian yang cukup besar, sampai (hanya hidup pada daun kopi yang masih
saat ini belum ditetapkan cara yang efektif hidup), diklasifikasikan ke dalam divisi
untuk menanggulanginya (Budiman et al. Basidiomycota, kelas Urediniomycetes,
2004). Oleh karena itu, perlu dikenalkan ordo Uredinales, famili Pucciniaceae, dan
cara pengendalian yang efektif dan ber- genus Hemileia (Kushalappa 1989;
peluang dikembangkan dalam upaya Arneson 2003). Di Indonesia, penyakit ini
mengurangi gangguan penyakit karat daun pertama kali ditemukan pada tahun 1876 di
dan meningkatkan produktivitas kopi Sumatera dan Jawa (Sri-Sukamto 1998).
Indonesia. Tulisan ini menyajikan tekno- Perkembangan penyakit tanaman
logi pengendalian penyakit karat daun dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu pato-
yang efektif dan berpeluang dikembang- gen, inang, dan tanaman (Mahfud et al.
kan di perkebunan rakyat dalam upaya 1991). Secara spesifik, perkembangan
meningkatkan produksi kopi Indonesia. penyakit karat daun kopi dipengaruhi oleh
patogen H. vastatrix, kondisi tanaman
kopi, dan lingkungan kebun. Di daerah
DINAMIKA PENYAKIT KARAT DAUN tropis, H. vastatrix bertahan sebagai
DAN ARTI EKONOMISNYA uredospora (spora jamur karat), uredium
(badan buah penghasil uredospora), dan
Gangguan penyakit karat daun menjadi miselium (kumpulan hifa jamur karat) pada
masalah utama dalam usaha tani kopi di daun sakit untuk melanjutkan infeksi pada
Teknologi dan strategi pengendalian penyakit karat daun ... 47

tanaman. Dari beberapa struktur jamur kan kelembapan lingkungan yang memacu
tersebut, uredospora paling berperan infeksi dan perkembangan jamur H.
dalam perkembangan penyakit karat daun. vastatrix (Brown et al. 1995).
Uredospora jamur H. vastatrix berwarna Faktor lingkungan yang memengaruhi
oranye, panjang 25-35 µm dan lebar 12-28 perkembangan penyakit antara lain adalah
µm, berbentuk seperti ginjal dan berduri suhu, kelembapan udara, curah hujan, dan
pada bagian yang cembung (Kushalappa sinar matahari (McCartney 1994; Brown
1989). et al. 1995). Suhu di atas 15oC di sekitar
H. vastatrix mempunyai siklus hidup tanaman kopi menghambat perkembangan
yang sederhana. Jika uredospora sampai penyakit (Brown et al. 1995). Hujan ber-
pada daun yang peka, misalnya daun peran dalam meningkatkan kelembapan
muda, uredospora berkecambah dan se- sehingga cocok bagi perkecambahan
cara cepat menginfeksi daun melalui sto- uredospora dan penyebaran jamur H.
mata pada permukaan daun bagian bawah. vastatrix. Sinar matahari langsung ke
Dalam tempo 10-20 hari, pada permukaan permukaan daun menghambat proses
daun bagian bawah terbentuk uredospora perkecambahan uredospora dan memper-
baru oleh uredium yang keluar lewat panjang periode inkubasi penyakit karat
stomata. Tiap uredium menghasilkan + daun (McCartney 1994). Tingkat keru-
70.000 uredospora dalam 3-5 bulan sebagai sakan tanaman kopi pada perkebunan
sumber penular penyakit yang sangat rakyat di Indonesia yang mencapai 58%
potensial. Karena kopi merupakan tanaman mengindikasikan lingkungan pertanaman
tahunan, pembentukan daun berlangsung kopi mendukung perkembangan penyakit
sepanjang tahun sehingga memungkinkan karat daun (Rosmahani et al. 2003).
jamur tersebut hidup dan terus berkembang Pada tahun 1970-an, penyakit karat
setiap saat (Agnihothrudu 1992). daun merusak pertanaman kopi arabika di
Jenis kopi, umur tanaman, dan kera- Amerika dan menurunkan produksi 80%
patan daun memengaruhi perkembangan (Kushalappa 1989). Pada tahun 1980,
penyakit karat daun. Tanaman kopi jenis penyakit ini merusak perkebunan kopi di
arabika lebih peka terhadap penyakit karat Sri Lanka dengan kehilangan hasil lebih
daun dibanding jenis robusta (Hulupi dari 50% (Brown et al 1995). Di Uganda,
1998; Sri-Sukamto 1998). Daun muda lebih diperkirakan penyakit ini menyebabkan
peka terhadap penyakit karat daun kehilangan hasil 30%, sedangkan di Brasil
dibanding daun yang lebih tua. Jika posisi menurunkan hasil 30% bila tindakan
daun tidak rapat, uredospora jamur H. pengendalian tidak dilakukan (Eskes 1989).
vastatrix yang sampai ke tanaman kopi Kehilangan hasil akibat penyakit ini juga
akan banyak yang jatuh ke tanah. Seba- terjadi di India sebesar 70% (Sreenivasan
liknya, jika posisi daun rapat, permukaan 1989), di Kolumbia 15-25% (Castillo-Z
tanaman menjadi luas yang memung- 1989), dan di Papua New Guinea sampai
kinkan semua uredospora yang sampai ke 70% (Brown et al. 1995). Di Indonesia,
tanaman kopi menempel pada daun penyakit ini mulai mengganas pada tahun
sehingga tersedia banyak sumber penyakit 1880-an dan merusak sebagian besar
(Partridge 1997). Daun yang saling ber- perkebunan kopi arabika. Meskipun telah
sentuhan akan memudahkan perkem- dilakukan rehabilitasi kopi arabika dengan
bangan penyakit, di samping meningkat- robusta, penyakit ini masih menjadi masa-
48 Moh. Cholil Mahfud

lah di seluruh wilayah penghasil kopi di Memerhatikan cara budi daya yang
Indonesia dan menurunkan produksi 20- demikian, usaha tani kopi pada perkebunan
70% (Puslit Koka 1998a). Berdasarkan data rakyat belum secara khusus melakukan
tersebut, kehilangan hasil kopi dunia oleh pengendalian penyakit karat daun. Hal ini
penyakit ini diperkirakan US$1-2 miliar/ berkaitan dengan tingkat pemahaman
tahun (Kushalappa 1989). petani terhadap hama dan penyakit yang
masih kurang, terlihat dari 60% petani kopi
belum memahami hama-penyakit tanaman
KERAGAAN BUDI DAYA DAN kopi, 97,5% di antaranya belum memahami
PENGENDALIAN PENYAKIT KARAT cara pengendaliannya, bahkan 10% petani
DAUN PADA PERKEBUNAN menganggap hama-penyakit sebagai
KOPI RAKYAT fenomena alam biasa yang pada saatnya
akan hilang sendiri (Mahfud et al. 2000b;
Rendahnya produktivitas kopi Indonesia Wiryadiputra et al. 2002). Dengan pema-
antara lain disebabkan oleh tingginya haman ini, permasalahan penyakit karat
gangguan penyakit karat daun sebagai daun pada perkebunan kopi rakyat men-
akibat belum diterapkannya praktik kultur jadi tidak teratasi. Selain itu, kondisi
teknis yang benar, termasuk pengendalian lingkungan mikro yang kondusif bagi
penyakit karat daun, terutama pada pertumbuhan jamur (terutama kelembapan
perkebunan rakyat yang luasnya 1.241.500 tinggi) dan/atau kondisi tanaman dengan
ha (95,5% dari luas tanaman kopi) (Mahfud pertumbuhan yang kurang prima, makin
et al. 2000a). Usaha tani kopi pada per- mendorong serangan penyakit karat dan
kebunan rakyat dikelola oleh 2,33 juta dengan risiko yang lebih serius.
keluarga petani dengan kemampuan
permodalan terbatas, penguasaan tekno-
logi masih rendah, dan luas kepemilikan TEKNOLOGI PENGENDALIAN
lahan rata-rata 0,63 ha (Wiryadiputra et al. PENYAKIT KARAT DAUN DAN
2002). Mahalnya harga sarana produksi PELUANG PENGEMBANGAN PADA
menjadi salah satu kendala bagi petani PERKEBUNAN KOPI RAKYAT
dalam menerapkan kultur teknis secara
optimal (Suryana 2006). Pengendalian Hama Terpadu (PHT) telah
Umumnya petani melakukan pemang- menjadi dasar kebijakan pemerintah dalam
kasan seadanya, menyiang 1-2 kali pada setiap program perlindungan tanaman di
awal dan akhir musim hujan bersamaan Indonesia, dengan dasar hukum Inpres
dengan memupuk tanaman dengan pupuk No. 3/1986 dan UU No. 12/1992 (Untung
urea dan pupuk kandang saja atau pupuk 1993).
NPK yang dosisnya di bawah rekomen-
dasi. Penerapan teknik budi daya yang
demikian menyebabkan pertumbuhan Komponen PHT dan
tanaman kurang optimal dan kerusakan Permasalahan dalam Penerapan
oleh penyakit karat daun cukup tinggi, yaitu
49-58%, bergantung pada jenis kopi yang Berdasarkan penelitian, direkomendasikan
ditanam (Mahfud et al. 2001; Rosmahani empat komponen PHT untuk mengen-
et al. 2003). dalikan penyakit karat daun kopi, yaitu
Teknologi dan strategi pengendalian penyakit karat daun ... 49

penggunaan varietas tahan, pengendalian (jamur parasit yang dapat memarasit jamur
secara biologis, kultur teknis, dan peng- parasit lain) pada penyakit karat daun
gunaan fungisida (Mawardi 1996; Sri- kopi. Berbagai spesies Verticillium yang
Sukamto 1998; Wiryadiputra et al. 2002). diketahui hiperparasit pada H. vastatrix
adalah V. psalliotae dan V. lecanii (V.
hemileiae) (Eskes et al. 1991; Mahfud et
Penggunaan Varietas Toleran al. 2004). Uredospora H. vastatrix yang
terparasit pertumbuhannya terganggu
Varietas tahan merupakan salah satu dan mati, ditandai oleh pertumbuhan jamur
komponen PHT yang mudah diterapkan, Verticillium berwarna putih pada per-
murah, dan tidak mencemari lingkungan mukaan gejala karat daun (Mahfud et al.
(Mahfud 1991; Mahfud et al. 1993, 1997, 2004).
2007). Hingga saat ini baru ditemukan jenis Di laboratorium, V. psalliotae menu-
kopi yang toleran (dapat mempertahankan runkan perkecambahan uredospora H.
diri dari infeksi H. vastatrix) dan dianjurkan vastatrix 59,3% (Mahfud et al. 2004) dan
penggunaannya dalam pengendalian di rumah kaca menurunkan tingkat ke-
penyakit karat daun tanaman kopi (Sri- rusakan tanaman oleh penyakit karat
Sukamto 1998). Dari jenis kopi yang ada, daun 68,2% (Mahfud et al. 2006a). Namun,
golongan robusta lebih tahan daripada aplikasinya di lapangan memperlihatkan
arabika (Hulupi 1998). tingkat keberhasilan yang rendah karena
Pengendalian penyakit karat daun kesulitan dalam menentukan waktu apli-
menggunakan varietas toleran untuk kasi Verticillium yang tepat, pengaruh
jangka lama sering tidak berhasil karena faktor lingkungan, dan adanya mikro-
H. vastatrix memiliki daya adaptasi yang organisme lain di permukaan daun yang
tinggi dan cepat membentuk ras baru yang antagonis dengan jamur Verticillium
dapat mematahkan gen ketahanan tanaman (Mahfud et al. 2006b).
kopi, sehingga jenis kopi yang sebelumnya
toleran menjadi rentan. Ras baru H.
vastatrix bisa terbentuk antara lain apabila Pengendalian secara Kultur Teknis
jenis kopi tahan/toleran ditanam terus-
menerus dalam hamparan yang luas. Di Rekomendasi kultur teknis dalam usaha
Indonesia terdapat lebih dari delapan ras tani kopi telah disusun oleh Puslit Koka,
fisiologis jamur H. vastatrix (Mawardi yaitu menyiang gulma 2-3 kali, memupuk
1996). dua kali setahun (awal dan akhir musim
hujan) dengan pupuk kandang dan NPK
yang dosisnya disesuaikan dengan umur
Pengendalian secara Biologis tanaman, memangkas tanaman (pangkas
lepas panen, pangkas tunas/cabang tidak
Pengendalian secara biologis adalah cara produktif, dan menghilangkan tunas-tunas
pengendalian penyakit dengan meng- air), serta mengatur intensitas naungan
gunakan musuh alami (Mahfud 1989; (Puslit Koka 1998b). Praktik kultur teknis
Rosmahani et al. 2002; Korlina et al. 2008). yang benar dapat menurunkan kerusakan
Jamur Verticillium dikenal hiperparasit tanaman kopi oleh penyakit karat daun
50 Moh. Cholil Mahfud

hingga 64% dan meningkatkan produksi Komponen PHT yang Potensial


80% (Mahfud et al. 2002b, 2010). pada Perkebunan Rakyat

Prinsip PHT adalah mempertimbangkan


Pengendalian dengan Fungisida aspek ekologis dan ekonomis sehingga
komponen PHT yang dikembangkan tidak
Penyakit karat daun sulit dikendalikan merusak lingkungan, tetapi dapat mema-
sehingga penggunaan fungisida menjadi nipulasi lingkungan menjadi kurang cocok
pilihan (Rahmawati et al. 2002). Hingga bagi perkembangan penyakit dan secara
tahun 2005, terdapat 11 jenis bahan aktif ekonomis menguntungkan. Memer-
fungisida yang direkomendasikan untuk hatikan prinsip PHT, efektivitas, dan
mengendalikan penyakit karat daun kopi permasalahan dalam penerapannya, kom-
di Indonesia, yaitu siprokanazol, heksa- ponen PHT yang berpeluang dikem-
kanazol, triadimefon, triadimenol, benomil, bangkan di perkebunan rakyat adalah
tembaga oksiklorida, mankozeb, tembaga praktik kultur teknis.
hidroksida, tembaga oksida, dinikonazol, Di samping efektif mengendalikan
dan propikonazol (Komisi Pestisida 2005). penyakit karat daun, cara ini juga dapat
Apabila diikuti dengan praktik kultur tek- meningkatkan produktivitas tanaman kopi
nis yang benar, aplikasi fungisida dapat dan aman bagi lingkungan. Praktik kultur
menurunkan tingkat kerusakan tanaman teknis juga mudah diterapkan, tidak
oleh penyakit karat daun sampai 64,9% banyak menambah biaya, dan sudah
(Mahfud et al. 2002a). Sebaliknya, tanpa diterapkan oleh sebagian besar petani
diikuti praktik kultur teknis yang benar, meskipun belum sempurna (Mahfud et al.
aplikasi fungisida hanya menurunkan 2002b, 2010; Rosmahani et al. 2004).
tingkat kerusakan tanaman oleh penyakit Teknologi yang berpeluang diadopsi
karat daun 20% (Arneson 2003). petani adalah perbaikan teknologi yang
Pengendalian menggunakan fungisida biasa diterapkan petani, murah, mudah
kurang disukai oleh petani karena selain diimplementasikan di lapangan, dan aman
memerlukan biaya cukup tinggi, juga bagi lingkungan (Sumarno 2008). Memer-
meninggalkan residu yang berbahaya bagi hatikan kriteria tersebut, teknologi pe-
konsumen (Budiman et al. 2004). Di ngendalian penyakit karat daun yang
samping itu, penggunaan fungisida sering berpeluang dikembangkan di perkebunan
menimbulkan pengaruh negatif, yaitu: rakyat adalah praktik kultur teknis secara
(1) meningkatkan ketahanan patogen benar.
terhadap fungisida; (2) mengkontaminasi
tanaman; (3) mendorong timbulnya
penyakit baru; dan (4) menyebabkan Praktik Kultur Teknis dan
terbunuhnya musuh alami (Mahfud 2001; Kinerjanya dalam Pengendalian
Mahfud et al. 2002a; Rahmawati et al. Penyakit Karat Daun Kopi
2002; Sarwono et al. 2002b). Harga fungi-
sida yang semakin mahal menyebabkan Penerapan kultur teknis berpotensi me-
cara pengendalian ini tidak terjangkau oleh ngendalikan penyakit tanaman (Mahfud
petani. et al. 2003). Dalam usaha tani kopi, pada
Teknologi dan strategi pengendalian penyakit karat daun ... 51

dasarnya praktik kultur teknis yang Pemangkasan Tanaman


direkomendasikan adalah menyiang,
memupuk, memangkas tanaman, dan Pemangkasan tanaman menurunkan
mengelola naungan (Puslit Koka 1998b). intensitas penyakit karat daun dan
menghasilkan cabang/ranting produktif.
Bagian tanaman sakit dan tidak produktif
Penyiangan berperan sebagai sumber penyakit
sehingga pemangkasan bagian ini dapat
Di area perkebunan kopi, gulma yang mengurangi sumber penyakit. Pemang-
dominan adalah wedusan (Ageratum kasan juga berperan menaikkan suhu di
conyzoides) (Zaenudin 1996). Tanaman sekitar tanaman menjadi kurang cocok bagi
kopi relatif kalah bersaing dengan gulma perkembangan penyakit. Tanpa pemang-
dalam mendapatkan unsur hara dari da- kasan cabang/ranting, efisiensi fotosintat
lam tanah karena perakarannya dangkal menjadi rendah karena tanaman meng-
(Zaenudin 1998). Lebih dari 80% akar hasilkan cabang/ranting yang tidak
rambut tanaman kopi berada pada produktif. Pemangkasan pada minggu
kedalaman 0-30 cm (Nur dan Zaenudin ketiga setelah panen dengan bobot
1986). Gulma menurunkan laju pertum- pangkasan 30% menurunkan kerusakan
buhan dan hasil kopi sampai 30% tanaman oleh penyakit karat daun hingga
(Zaenudin 1987). Penyiangan tiga kali 34,3% dan menaikkan produktivitas kopi
(dua kali pada saat pemupukan dan sekali arabika sebesar 60% (Sarwono et al.
sesuai keadaan) (Puslit Koka 1998b), di 2002a). Meminimalkan sumber penular
samping mengoptimalkan tanaman kopi penyakit merupakan tindakan paling
dalam mendapatkan usur hara dari dalam penting dalam pengendalian penyakit
tanah, juga menurunkan kelembapan dan karena menurunkan kecepatan penularan
menaikkan suhu di sekitar tanaman menjadi penyakit (Arneson 2003).
kurang sesuai bagi perkembangan pe-
nyakit karat daun (Kushalappa 1989).
Pengelolaan Naungan

Pemupukan Dalam budi daya kopi dianjurkan menanam


tanaman penaung tetap seperti lamtoro
Tanaman kopi perlu dipupuk dua kali (Leucaena glauca), dadap (Erythrina
setahun pada awal dan akhir musim hujan subumbrans) atau sengon (Albizia
untuk dapat tumbuh optimal, meng- falcata). Pada awal musim hujan, tanaman
gunakan pupuk berimbang NPK dan penaung dipenggal setinggi 2,5 m dari
pupuk kandang dengan takaran sesuai permukaan tanah. Dua bulan berikutnya,
umur tanaman (Puslit Koka 1998b). Dengan tunas/cabang dipangkas 50%, menyisakan
tumbuh optimal, tanaman kopi dapat tiga cabang. Apabila hujan lebat, naungan
mempertahankan diri dari penyakit karat disisakan hanya 30%. Selama musim
daun. Praktik budi daya yang tidak optimal kemarau, naungan dipertahankan 100%
menjadikan tanaman peka terhadap (Puslit Koka 1998b). Adanya sinar matahari
penyakit karat daun (Hulupi 1998). langsung ke permukaan pertanaman kopi
52 Moh. Cholil Mahfud

menghambat proses perkecambahan ure- penyakit karat daun yang perlu ditempuh
dospora, sedangkan difusi sinar matahari adalah:
ke permukaan bagian bawah daun me- 1. Peningkatan pemahaman petani ter-
nurunkan perkecambahan uredospora hadap penyakit karat daun dan praktik
sehingga memperpanjang periode inkubasi kultur teknis secara benar melalui
penyakit karat daun (Arneson 2003). penyuluhan pengenalan penyakit karat
daun dan bimbingan lapang cara
penerapan kultur teknis. Penyediaan
ARAH DAN STRATEGI media cetak yang mudah dimengerti
PENGEMBANGAN TEKNOLOGI oleh petani, berisi pengenalan penyakit
PENGENDALIAN PENYAKIT karat daun, faktor yang memengaruhi
KARAT DAUN KOPI perkembangan penyakit, kerugian
ekonomis yang ditimbulkan, serta
Arah Pengembangan potensi praktik kultur teknis dalam
mengendalikan penyakit karat daun
Pengembangan kopi di Indonesia, ter- dan meningkatkan produktivitas
utama perkebunan rakyat, difokuskan tanaman kopi perlu dilakukan untuk
pada peningkatan produktivitas dengan mempercepat pemahaman dan memo-
mengoptimalkan pengendalian organisme tivasi petani untuk mengendalikan
pengganggu tanaman (OPT) (Ditjenbun penyakit karat dan kopi.
2006), terutama penyakit karat daun kopi. 2. Percepatan adopsi praktik kultur teknis
Memerhatikan faktor yang memengaruhi antara lain melalui demplot dan pen-
perkembangan penyakit karat daun, dampingan dalam implementasinya.
permasalahan dalam penerapan komponen Dengan kegiatan ini, petani bisa belajar
PHT, dan kondisi sosial-ekonomi petani cara menerapkan kultur teknis secara
maka pengembangan teknologi pengen- benar dan cara memecahkan masalah
dalian penyakit karat daun diarahkan pada dalam penerapannya.
penerapan kultur teknis yang benar, meli-
puti menyiang, memupuk, dan memangkas
tanaman kopi serta mengelola naungan
(Puslit Koka 1998a). KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
KEBIJAKAN

Strategi Pengembangan
Kesimpulan
Pemahaman petani terhadap penyakit
karat daun dan penguasaan teknologi Produktivitas kopi Indonesia yang kini
pengendalian secara kultur teknis masih hanya 539 kg biji kering/ha/tahun atau baru
rendah. Kenyataan ini mendorong perlu- 54% dari potensi produktivitasnya,
nya upaya peningkatan pemahaman memberi peluang bagi Indonesia untuk
petani terhadap penyakit karat daun dan meningkatkan produktivitas dengan cara
percepatan pemasyarakatan praktik mengoptimalkan pengendalian penyakit
kultur teknis yang benar. Strategi pe- karat daun yang dapat menurunkan
ngembangan teknologi pengendalian produksi kopi 20-70%, terutama pada
Teknologi dan strategi pengendalian penyakit karat daun ... 53

perkebunan rakyat. Rekayasa kultur tek- dan kios saprotan untuk mendukung
nis merupakan teknologi pengendalian keberhasilan penerapan praktik kul-
penyakit karat daun yang efektif, potensial tur teknis secara massal, berdasarkan
meningkatkan produktivitas kopi, dan keinginan petani sendiri.
berpeluang dikembangkan pada per- 3. Pemerintah berperan sebagai fasilitator
kebunan rakyat. Memerhatikan kinerja untuk menggerakkan dan mendorong
praktik kultur teknis dan karakteristik tumbuh-kembangnya serta berjalannya
petani kopi, pengendalian penyakit karat fungsi-fungsi kelembagaan di daerah
daun diarahkan pada pengembangan masing-masing dalam melaksanakan
praktik kultur teknis secara benar pada program aksi pengendalian penyakit.
perkebunan rakyat. Peningkatan pema- 4. Dukungan penelitian/pengkajian
haman petani terhadap penyakit karat pengembangan praktik kultur teknis
daun, serta pemasyarakatan dan akselerasi spesifik lokasi yang potensial untuk
teknologi pengendaliannya merupakan mengendalikan penyakit karat daun
strategi yang perlu ditempuh agar im- dan meningkatkan produktivitas ta-
plementasi praktik kultur teknis dapat naman. Farmer driven research dapat
memasyarakat. dilaksanakan untuk menghasilkan
teknologi yang dimaksud.

Implikasi Kebijakan
DAFTAR PUSTAKA
Pengembangan kultur teknis pada per-
kebunan kopi rakyat untuk pengendalian Agnihothrudu, V. 1992. Leaf rust of coffee.
penyakit karat daun menghadapi beberapa p. 190-201. In Plant Disease of
masalah, antara lain makin mahalnya harga International Importance. Prentice-
sarana produksi, belum berfungsinya Hall, Inc., New Jersey, USA.
kelembagaan pertanian secara optimal, Arneson, P.A. 2003. Coffee Rust. The
serta belum tersedianya varietas kopi American Phytopathological Society,
tahan penyakit karat daun. Untuk itu Minnesota. p. 1-7.
diperlukan dukungan kebijakan berupa BKP (Balai Karantina Pertanian) Kelas 1
penyediaan sarana dan prasarana, pengu- Semarang. 2008. Profil BKP Kelas I
atan kelembagaan, serta penelitian/ Semarang. BKP Kelas I Semarang. 1
pengkajian untuk menghasilkan varietas hlm.
kopi tahan penyakit karat daun melalui: Brown, J.S., J.H. Whan, M.K. Kenny, and
1. Dukungan penyediaan sarana dan P.R. Merriman. 1995. The effect of
prasarana usaha tani kopi di lokasi coffee leaf rust on foliation and yield
perkebunan rakyat untuk memudahkan of coffee in Papua New Guinea. Crop
dan memperlancar petani dalam mene- Prot. 14(7): 589-592.
rapkan praktik kultur teknis secara Budiman, A., I. Susanti, S. Mawardi, D.A.
benar. Santoso, dan Siswanto. 2004. Ekspresi
2. Revitalisasi kelembagaan pertanian α-1,3 glukanase dan kitinase pada
seperti Balai Penyuluhan Pertanian, tanaman kopi arabika (Coffea arabica
kelompok tani, gabungan kelompok L.) tahan dan rentan karat daun.
tani (gapoktan), koperasi tani (koptan), Menara Perkebunan 72(2): 57-71.
54 Moh. Cholil Mahfud

Castillo-Z, J. 1989. Breeding for rust Kerja sama Balai Pengkajian Teknologi
resistance in Colombia. p. 307-316. In Pertanian Jawa Timur dengan Fakultas
Coffee Rust: Epidemiology, resistance Pertanian Universitas Brawijaya, Dinas
and management. CRC Press, Inc., Pertanian Provinsi Jawa Timur dan
Florida. Badan Perencanaan Pembangunan
Ditjenbun (Direktorat Jenderal Perkebun- Daerah Provinsi Jawa Timur.
an). 2006. Arah kebijakan pengem- Kushalappa, A.C. 1989. Rust management:
bangan kopi di Indonesia. Makalah An epidemiological approach and
Simposium Kopi 2006, Surabaya, 2-3 chemical control. p. 84-94. In Coffee
Agustus 2006. Pusat Penelitian Kopi Rust: Epidemiology, resistance and
dan Kakao Indonesia, Jember. 8 hlm. management. CRC Press, Inc., Florida.
Ditjenbun (Direktorat Jenderal Perke- Mahfud, M.C. 1989. Pengendalian
bunan). 2009. Statistik Perkebunan Diaphorina citri Kuway dengan jamur
Kopi 2008-2010. Ditjenbun, Jakarta. 79 Metarrhizium anisopliae. Penelitian
hlm. Hortikultura 3(2): 24-31.
Eskes, A.B. 1989. Natural enemies and Mahfud, M.C. 1991. Ketahanan beberapa
biological control. p. 161-168. In Coffee jenis jeruk terhadap penyakit embun
Rust: Epidemiology, resistance and tepung. Jurnal Hortikultura 1(2): 54-57.
management. CRC Press, Inc., Florida. Mahfud, M.C., H.M. Prasetyo, Erwin, dan
Eskes, A.B., M.D.L. Mendes, and C.F. W. Triwahyuni. 1991. Penyakit tepung
Robbs. 1991. Laboratory and field pada bibit pepaya dan beberapa faktor
studies on parasitism of Hemileia yang mempengaruhi perkembangan-
vastatrix with Verticillium lecanii and nya. Penelitian Hortikultura 4(3): 43-54.
V. leptobactrum. Café Cacao Tea 35(4): Mahfud, M.C., C. Hermanto, P. Prahardini,
275-282. dan D. Rachmawati. 1993. Ketahanan
Hulupi, R. 1998. Penggunaan bahan beberapa jenis mangga terhadap pe-
tanaman tahan dalam mengendalikan nyakit antraknose. Penelitian Horti-
hama-penyakit. Kumpulan Materi kultura 5(3): 48-57.
Pelatihan Pengelolaan Organisme Mahfud, M.C., S. Purnomo, Handoko, B.
Pengganggu Tanaman Kopi. Pusat Tegopati, dan M. Sugiyarto. 1997.
Penelitian Kopi dan Kakao, Jember. 12 Perbedaan ketahanan di antara varie-
hlm. tas melon terhadap penyakit layu
Komisi Pestisida. 2005. Pestisida untuk Fusarium. Jurnal Hortikultura 7(1):
Pertanian dan Kehutanan. Direktorat 561-565.
Pupuk dan Pestisida, Departemen Mahfud, M.C., L. Rosmahani, D. Rachma-
Pertanian, Jakarta. 490 hlm. wati, Handoko, dan Sarwono. 2000a.
Korlina, E., M.C. Mahfud, D. Rahmawati, Kajian pengelolaan hama terpadu
dan Sarwono. 2008. Pengkajian efek- (PHT) pada tanaman kopi. hlm. 507-518.
tivitas cendawan Beauveria bassiana Prosiding Seminar Hasil Penelitian/
terhadap perkembangan hama dan Pengkajian Teknologi Pertanian Men-
penyakit tanaman krisan. hlm. 361-367. dukung Ketahanan Pangan Berwasaan
Prosiding Seminar Pemberdayaan Agribisnis, Malang, 8-9 Agustus 2000.
Petani melalui Informasi dan Teknologi Pusat Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, Mojokerto, 16 Juli 2008. Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor.
Teknologi dan strategi pengendalian penyakit karat daun ... 55

Mahfud, M.C., D. Rachmawati, Handoko, tanaman padi secara terpadu pada


Sarwono, dan E. Korlina. 2000b. Pe- sawah irigasi di Jatim. hlm. 12-36.
ningkatan pemahaman petani kepada Prosiding Seminar dan Ekspose Tekno-
PHT. hlm. 529-533. Prosiding Seminar logi BPTP Jatim, Malang, 9-10 Juli 2002.
Hasil Penelitian/Pengkajian Teknologi Pusat Penelitian dan Pengembangan
Pertanian Mendukung Ketahanan Pa- Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor.
ngan Berwawasan Agribisnis, Malang, Mahfud, M.C., Z.A. Mior Ahmad, S. Meon,
8-9 Agustus 2000. Pusat Penelitian dan and J. Kadir. 2004. Characteristic of
Pengembangan Sosial Ekonomi Perta- Verticillium psalliotae Treschow and
nian, Bogor. parasitism of the coffee leaf rust
Mahfud, M.C. 2001. Teknologi peng- pathogen, Hemileia vastatrix Berk.&
hematan pestisida dalam usahatani Br. p. 317-318. Proceeding of the Agri-
hortikultura. hlm. 101-106. Prosiding culture Congress, Selangor, Malaysia,
Seminar dan Ekspose Teknologi BPTP 4-7 October 2004.
Jatim, Malang 11-12 September 2001. Mahfud, M.C., Z.A. Mior Ahmad, S. Meon,
Pusat Penelitian dan Pengembangan and J. Kadir. 2006a. In vitro and in vivo
Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor. tests for parasitism of Verticillium
Mahfud, M.C., L. Rosmahani, D. Rach- psalliotae Treschow on Hemileia
mawati, Handoko, Sarwono, E. Korlina, vastatrix Berk. and Br. Malays. J.
M. Soleh, A. Suryadi, dan W. Istuti. Microbiol. 2(1): 46-50.
2001. Studi pengembangan dan pene- Mahfud, M.C., Z.A. Mior Ahmad, S.
rapan PHT pada tanaman kopi. hlm. Meon, and J. Kadir. 2006b. Potential of
128-139. Prosiding Seminar dan Verticillium psalliotae Treschow as a
Ekspose Teknologi BPTP Jatim, Mycoparasite of Coffee Leaf Rust
Malang, 11-12 September 2001. Pusat Pathogen, Hemileia vastatrix Berk.&
Penelitian dan Pengembangan Sosial Br. PhD Thesis, Universiti Putra
Ekonomi Pertanian, Bogor. Malaysia. 367 pp.
Mahfud, M.C., L. Rosmahani, D. Rah- Mahfud, M.C., S. Nurbanah, dan Suprapto.
mawati, Handoko, Sarwono, dan E. 2007. Kajian ketahanan beberapa
Korlina. 2002a. Pengaruh pemberian varietas unggul baru bunga krisan ter-
beberapa jenis nematisida botani hadap penyakit karat daun (Puccinia
terhadap perkembangan nematoda horiana) di sentra produksi Kecamatan
parasit pada tanaman kopi arabika. Tutur. Agritek 15 (Edisi Khusus): 97-
Agritek 10(2): 1849-1854. 100.
Mahfud, M.C., L. Rosmahani, E. Korlina, Mahfud, M.C., S. Nurbanah, Ismiyati, dan
D. Rachmawati, dan Handoko. 2002b. Ardiansyah. 2010. Kajian penerapan
Uji aplikasi komponen PHT penyakit teknologi produksi pada usahatani
karat daun (Hemileia vastatrix) pada kopi robusta di lokasi Prima Tani
tanaman kopi arabika. Jurnal Fito- Kabupaten Pasuruan. Jurnal Peng-
patologi Indonesia 6(2): 12-19. kajian dan Pengembangan Teknologi
Mahfud, M.C., Handoko, H. Subagio, M.I. Pertanian 13(2): 141-147.
Wahab, Suhardi, G. Kustiono, dan W. Mawardi, S. 1996. Kajian Genetika Ke-
Istuti. 2003. Uji penerapan pengelolaan tahanan Tak Lengkap Kopi Arabika
56 Moh. Cholil Mahfud

terhadap Penyakit Karat Daun di PHT tingkat petani oleh petani pada
Indonesia. Disertasi, Universitas kopi arabika rakyat di dataran tinggi.
Gadjah Mada, Yogyakarta. 221 hlm. hlm. 441-453. Prosiding Seminar dan
McCartney, H.A. 1994. Spore dispersal: Ekspose Teknologi BPTP Jatim,
environmental and biological factors. Malang, 9-10 Juli 2002. Pusat Penelitian
p. 172-181. In Ecology of Plant dan Pengembangan Sosial Ekonomi
Pathogen. CAB International, Walling- Pertanian, Bogor.
ford. Rosmahani, L., M.C. Mahfud, D.
Nur, A.M. dan Zaenudin. 1986. Hasil Rahmawati, Sarwono, dan Jumadi.
penelitian pola sebaran akar rambut 2004. Uji aplikasi komponen kultur
kopi robusta asal benih dan asal stek. teknis dan pestisida botani untuk
Pelita Perkebunan 2(2): 55-59. mengendalikan jasad pengganggu
Partridge, J.E. 1997. Coffee rust. http:// utama kopi arabika mendukung
plantpath.unl.edu/peartree/homer/ pengembangan PHT. Agritek 12(1):
disease.skp/Hort/Trees/CoffeeRst. 901-913.
html. [ 6 April 2004]. Sarwono, Handoko, M.C. Mahfud, dan
Puslit Koka (Pusat Penelitian Kopi dan Jumadi. 2002a. Pengauh bobot pang-
Kakao). 1998a. Program penelitian kasan terhadap tingkat keparahan
PHT tanaman kopi. Makalah pada penyakit karat daun dan produksi
Workshop Pengendalian Hama Ter- kopi arabika. hlm. 221-226. Risalah
padu pada Komoditas Kopi, Surabaya, Simposium Nasional Penelitian PHT
24 Februari 1998. Bagpro PHT-PR/IPM- Perkebunan Rakyat, Bogor, 17-18
SECP Jatim. 9 hlm. September 2002.
Puslit Koka (Pusat Penelitian Kopi dan Sarwono, M.C. Mahfud, L. Rosmahani, D.
Kakao). 1998b. Pedoman Teknis Budi- Rachmawati, Jumadi, dan E. Korlina.
daya Tanaman Kopi Arabika. Puslit 2002b. Pengendalian penyakit karat
Koka, Jember. hlm. 32-61. daun Hemileia vastatrix B. Et. Br pada
Rahmawati, D., L. Rosmahani, M.C. tanaman kopi arabika dengan bubur
Mahfud, Sarwono, dan E. Korlina. bordo berdasarkan ambang kendali.
2002. Pengaruh pemberian fungisida Jurnal Agrosains 4(1): 37-42.
bubur bordo terhadap perkembangan Sreenivasan, M.S. 1989. Breeding for
penyakit Cercospora (Cercospora rust resistance in India. p. 316-323. In
coffeicola) pada bibit kopi arabika Coffee Rust: Epidemiology, resistance
Kartika-1. Agritek 10(4): 2433-2437. and management. CRC Press, Inc.
Rosmahani, L., E. Korlina, D. Rahmawati, Florida.
dan M.C. Mahfud. 2002. Keefektifan Sri-Sukamto. 1998. Pengelolaan penyakit
beberapa strain Beauveria bassiana tanaman kopi. Kumpulan Materi Pela-
dalam mengendalikan hama PBKo tihan Pengelolaan Organisme Peng-
(Hypothenemus hampei) pada kopi ganggu Tanaman Kopi. Pusat Peneli-
robusta. Agritek 10(4): 2449-2455. tian Kopi dan Kakao, Jember. 15 hlm.
Rosmahani, L., M.C. Mahfud, Handoko, D. Sumarno. 2008. Memfasilitasi petani agar
Rahmawati, Sarwono, M. Soleh, dan H. responsif terhadap inovasi teknologi.
Subagio. 2003. Uji penerapan teknologi hlm. 1-18. Prosiding Seminar Pem-
Teknologi dan strategi pengendalian penyakit karat daun ... 57

berdayaan Petani Melalui Informasi Analisis status penelitian dan pengem-


dan Teknologi Petanian, Mojokerto, 16 bangan PHT pada pertanaman kopi.
Juni 2008. Kerja sama Balai Pengkajian Risalah Simposium Nasional Peneli-
Teknologi Pertanian Jawa Timur tian PHT Perkebunan Rakyat, Bogor,
dengan Fakultas Pertanian Universitas 17-18 September 2002. Bagian Proyek
Brawijaya, Dinas Pertanian Provinsi Tanaman Perkebunan. hlm. 129-146.
Jawa Timur, dan Badan Perencanaan Zaenudin. 1987. Beberapa cara penyiang-
dan Pembangunan Daerah Provinsi an pada kopi robusta, pengaruhnya
Jawa Timur. terhadap lengas tanah dan pertum-
Suryana, A. 2006. Arah penelitian dan buhan pada pengamatan tahun
pengembangan pertanian dalam men- pertama. Pelita Perkebunan 2(4): 152-
dorong perkopian nasional yang 158.
tangguh. Makalah Simposium Kopi, Zaenudin. 1996. Pengujian herbisida
Surabaya, 2-3 Agustus 2006. Pusat terhadap gulma campuran pada per-
Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, tanaman kopi. Warta Pusat Penelitian
Jember. 11 hlm. Kopi dan Kakao 12(3): 201-207.
Untung, K. 1993. Konsep Pengendalian Zaenudin. 1998. Pengendalian gulma pada
Hama Terpadu. Andi Ofset, Yogyakarta. perkebunan kopi dan kakao. Kumpulan
hlm. 69-70. Materi Pelatihan Pengelolaan Orga-
Wiryadiputra, S., Y.D. Junianto, E. nisme Pengganggu Tanaman Kopi.
Sulistyowati, Saidi, R. Hulupi, M.C. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao,
Mahfud, dan L. Rosmahani. 2002. Jember. 12 hlm.

Anda mungkin juga menyukai