Disusun Oleh :
Ertaviya Febriyani 1813411001
Dinda Auliya 1813411010
Fitri Amaliah 1813411020
Moulieda Rosyalia 1813411027
Aji Surya Kencana 1813411031
Arum Kusuma Dewi 1813411039
Ni Komang Fitri Ananda 1813411044
Atas Nama :
Puji syukur khadirat allah SWT, dengan segala rahmat dan hidayah-
Nya sehingga tugas penyusunan Lapoan Besar Praktik Kerja Lapangan
(SPMI) Sistem Penyelenggaraan Makanan Instalasi Gizi pada RSUD
Pesawaran dapat selesai dengan tepat waktu.
Lapoan Besar Praktik Kerja Lapangan ini disusun sebagai salah satu
syarat menyelesaikan praktik kerja lapangan (PKL) Sistem Penyelenggaraan
Makanan Institusi di RSUD Pesawaran. Laporan ini dapat Terselesaikan
karena bantuan dari berbagai pihak oleh karena itu, penyusun mengucapkan
trimakasih kepada pihak yang telah membimbing dan berkontribusi
sehingga Laporan Besar Praktik Kerja Lapangan ini dapat terselesaikan.
Penyusun,
DAFTAR ISI
Cover
Lembar Pengesahan
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Lampiran
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Waktu dan Tempat
D. Manfaat
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kebutuhan Tenaga Kerja
B. Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS)
C. Penyelenggaraan Makanan Rumah Sakit
D. Anggaran Belanja Makan Pasien RSUD Pesawaran
BAB III. PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum
B. Tata Letak Ruang, Konsep Fasilitas Dan Sarana Penyelenggaraan
Makann Institusi
C. Standar Porsi
D. Pencatatan dan Pelaporan Bahan Makanan
E. Produksi Makanan
F. Identifikasi Unsur 5M dalam Instalasi Gizi RSUD Pesawaran
Daftar Pustaka
Lampiran
DAFTAR LAMPIRAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Diploma III Gizi Poltekkes Tanjungkarang
melaksanakan kegiatan pendidikan yang menghasilkan lulusan Ahli
Madya Gizi sebagai pelaksana Asuhan Dietetik, pelaksana Pelayanan
Gizi Institusi, pelaksana Kegiatan Program Gizi Masyarakat dan
Asisten Peneliti yang beriman dan bertagwa kepada Tuhan yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat kreatif, mandiri dan berbudaya dalam
menjalankan perannya secara profesional dibidang gizi. Berdasarkan
Keputusan Direktur Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Nomor
Kp.02.07/1.1/4486.A/2016 tentang Kurikulum Institusi Diploma III
Gizi Politeknik Kesehatan Tanjungkarang, ditetapkan kurikulum gizi
disusun melalui pendekatan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang
diselaraskan dengan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI),
dengan mengacu kepada berbagai regulasi yang ada diantaranya
Peraturan Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik
Indonesia Nomor 44 tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan
Tinggi.
Menurut Keputusan Meteri Kesehatan Nomor
HK.01.07/MENKES/342/2020 tentang standar prifesi nutrisionis terdiri
dari profesionalitas yang luhur, mawas diri dan pengembangan diri,
komunikasi efektif, pengelolaan informasi, landasan ilmiah ilmu gizi,
pangan, biomedik, humaniora, dan kesehatan masyarakat, keterampilan
gizi masyarakat, penyelenggaraan makanan (food service) dan clinical
nutrition, dan pengelolaan masalah gizi dan pemberdayaan masyarakat.
Agar dapat memenuhi tuntutan tersebut maka perserta didik
diwajibkan melaksanakan praktek kerja lapangan Sistem
Penyelenggaraan Makanan Institusi (SPMI) di rumah sakit dan berbagai
institusi selain rumah sakit dalam melaksanakan sistem
penyelenggaraan makanan insitusi mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi. Praktek kerja lapangan SPMI
dilakukan untuk menguasai 12 kompetensi utama dan 3 kompetensi
pendukung. Setelah melaksanakan kegiatan praktek ini, mahasiswa
mampu menerapkan sistem penyelenggaraan makanan di rumah sakit.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Pada akhir Praktek Kerja Lapangan (PKL) peserta didik mampu
melaksanakan Manajemen Sistem Penyelenggaraan Makanan
Institusi khususnya di Rumah Sakit.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan kelas, karakteristik, tujuan,
fungsi, organisasi rumah sakit dan penyelenggaraan makanan di
rumah sakit.
b. Mahasiswa mampu menganalisis kebutuhan ketenagaan pada
penyelenggaraan makanan institusi.
c. Mahasiswa mampu menilai tata letak ruang, konsep fasilitas, dan
sarana penyelenggaraan makanan institusi
d. Mahasiswa mampu mengevaluasi siklus menu, anggaran belanja,
standar porsi, standar makanan.
e. Mahasiswa mampu melaksanakan pemesanan bahan makanan,
penerimaan, penyimpanan, dan distribusi bahan makanan
f. Mahasiswa mampu melakukan pengolahan makanan untuk
penyelenggaraan makanan institusi dengan berbagai jenis diet
yang ada
g. Mahasiswa mampu melakukan distribusi makanan untuk
penyelenggaraan makanan institusi dengan berbagai jenis diet
yang ada
h. Mahasiswa mampu melakukan pengendalian keamanan dengan
dengan menerapkan HACCP
i. Mahasiswa mampu melakukan pengembangan menu/resep
j. Mahasiswa mampu melaksanakan pengendalian biaya dan
menentukan harga makanan dan minuman
k. Mahasiswa mampu melakukan penelitian gizi terapan dalam
sistem penyelenggaraan makanan institusi
l. Mahasiswa mampu melakukan pengamatan sisa makanan
m. Mahasiswa mampu menyusun dan menyajikan laporan kegiatan
sistem penyelenggaraan makanan institusi
D. Manfaat
Praktik kerja lapangan (PKL) ini diharapkan dapat menjadi bahan
masukan atau evaluasi dalam hal pelayanan dan penyelenggaraan
makanan di RSUD Pesawaran.
1. Bagi Instalasi Gizi
a. Sebagai referensi dalam melakukan evaluasi penyelenggaraan
makanan di RSUD Pesawaran.
b. Sebagai bahan masukan dalam rangka meningkatkan kualitas
pelayanan gizi kepada pasien.
c. Sebagai bahan masukan untuk keperluan penelitian dan
pengembangan gizi dalam rangka mewujudkan asuhan gizi
masyarakat yang berkualitas melalui sistem manajemen
penyelenggaraan makanan rumah sakit yang sesuai standar
Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS).
2. Bagi Mahasiswa
a. Menambah pengetahuan tentang praktik sistem manajemen
penyelenggaraan makanan di Instalasi Gizi Rumah Sakit..
b. Menambah pengalaman dalam bekerja di lingkup
penyelenggaraan makanan di Instalasi Gizi Rumah Sakit.
c. Mengaplikasikan ilmu sistem manajemen penyelenggaraan
makanan institusi/massal yang telah diajarkan selama praktik
belajar di kelas, sehingga dapat membandingkan antara teori
dengan kenyataan yang ada, untuk keperluan penelitian dan
pengembangan gizi.
d. Sebagai salah satu syarat kelulusan dari akademik, dan
menambah pengalaman dalam bekerja langsung di Instalasi Gizi
Rumah Sakit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Prasyarat :
i. Distribusi Makanan
Distribusi makanan adalah serangkaian proses kegiatan
penyampaian makanan sesuai dengan jenis makanan dan jumlah porsi
konsumen/pasien yang dilayani
1) Prasyarat :
a) Tersedianya peraturan pemberian makanan rumah sakit
b) Tersedianya standar porsi yang ditetapkan rumah sakit
c) Tersedianya peraturan pemberian makanan
d) Adanya daftar permintaan makanan konsumen/pasien
e) Tersedianya peralatan untuk distribusi makanan dan peralatan
makan
f) Adanya jadwal pendistribusian makanan yang ditetapkan
2. Pengertian pelaporan
Pelaporan adalah catatan yang memberikan informasi
tentang kegiatan tertentu dan hasilnya disampaikan kepihak yang
berwewenang atau berkaitan terhadap1kegiatan tersebut (
Mubarok,2012)
Standar kelonggaran =
1. Kelas A 56 16 72
2. Kelas B 22 15 37
3. Kelas C 18 12 30
4. Kelas D 9 14 23
Kelas C 18 12 30 1 0 0 29
1 Kepala instalasi - - 1 - - - 1
gizi
2 Ahli gizi - 1 2 - - - 3
3 Kepala produksi - - - - - - -
4 Tim gudang - - - - - - -
5 Tenaga pastry - - - - - - -
6 Juru masak - - - 1 - - 1
7 Tenaga VIP - - - - - - -
8 Pendistribusi - - - 1 - - 1
sentralisasi
9 Cleaning service - - - 1 - - 1
Jumlah - 1 3 3 - - 7
Kategori SDM
Kode Faktor Ket
Kepala Ahli gizi Juru Petugas distribusi
instalansi masak gudang
B Cuti 12 12 12 12 12 Hari/tahun
tahunan
C Pendidika - - - - - Hari/tahun
n dan
pelatihan
E Ketidak 7 7 7 7 7 Hari/tahun
hadiran
kerja
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa waktu kerja tersedia untuk SDM
kategori ahli gizi adalah 1449 jam/tahun, dan Juru masak, petugas gudang
serta distribusi masing-masing yaitu 1883 jam/tahun. Data tersebut dapat
dihitung dengan rumus perhitungan waktu tersedia sebagai berikut:
2. Ahli Gizi
Hari kerja tersedia = {A - (B+C+D+E)}
= {240 - (12+0+14+7)}
= 207 hari kerja/tahun
4. Distribusi
Hari kerja tersedia = {A - (B+C+D+E)}
= {288 - (12+0+0+7)}
= 269 hari kerja/tahun
Waktu tersedia = hari kerja tersedia x waktu kerja (F)
= 269 x 7 jam
= 1883 jam/tahun
= 112.980 menit/tahun
Konsultasi 30 2898
Menyusun 10 8694
Asesment
Menyusun 15 5796
NCP
Istirahat 60 1449
A Jumlah TT 84
Skrining : = 0,2
Konsultasi : = 0,8
Ahli gizi 3 21 18
Petugas gudang 0 5 5
Tenaga pastry 0 5 5
Tenaga pendistribusian 1 9 8
Cleaning service 1 5 4
Jumlah 7 99 92
b. Tujuan Khusus
1) Menyelenggarakan Asuhan Gizi terstandar pada pelayanan
gizi rawat jalan dan rawat inap
2) Menyelenggarakan Makanan sesuai standar kebutuhan gizi
dan amandikonsumsi
3) Menyelenggarakan penyuluhan dan konseling gizi pada
klien/pasien dankeluarganya
4) Menyelenggarakan penelitian aplikasi di bidang gizi dan
dietetik sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi (PGRS,2013
J. Unit Cost
Unit cost atau biaya Satuan adalah biaya yang dikeluarkan untuk
menghasilkan satu produk, dan merupakan biaya rata-rata hasil perhitungan
dari biaya total dibagi sejumlah biaya produksi (Bahan, SDM dan
Overhead). Ada 2 macam biaya satuan, yaitu :
B. Tanggung Jawab
1. Memastikan tersusunnya program kegiatan di Instalasi Gizi
2. Membuat rencana kebutuhan bahan makanan di Instalasi Gizi
3. Memastikan tersedianya kebutuhan tenaga, sarana dan
prasarana di Instalasi Gizi
C. Wewenang
1. Memberikan masukan dan saran dalam rangka meningkatkan
mutu pengelolaan gizi baik kepada bawahan maupun kepada
atasan.
2. Membuat keputusan darurat dan segera melaporkan keputusan
yang telah diambil kepada atasan langsung.
D. Hak
1. Mendapatkan ruang kerja yang nyaman
2. Mendapatkan sarana dan fasilitas yang baik.
Unit Kerja : Instalasi Gizi
Jabatan : Koordinator Unit Logistik dan Purchasing
URAIAN TUGAS
A. Rincian Tugas
1. Melaksanakan fungsi perencanaan (P1), meliputi :
a. Menyusun perencanaan anggaran belanja
b. Menyusun kebutuhan bahan makanan
2. Melaksanakan fungsi penggerakan dan pelaksanaan (P2), meliputi :
a. Membantu mengatur dan mengelola pelaksanaan kegiatan
logistic Instalasi Gizi
b. Membuat laporan pemakaian bahan makanan
c. Membuat laporan pemakaian anggaran belanja bahan
makanan
d. Membuat laporan stok bahan makanan
e. Melakukan pemesanan bahan makanan ke unit purchasing
f. Melakukan penyimpanan stok bahan makanan basah dan
kering
g. Melakukan penerimaan bahan makanan dari unit purchasing.
3. Melaksanakan fungsi pengawasan, pengendalian dan penilaian
(P3), meliputi :
a. Membantu memberikan arahan dan petunjuk dalam
melaksanakan kegiatan dan SPO di Instalasi Gizi
b. Membantu mengelola dan mengatur keamanan, pemakaian,
pemeliharaan bahan makanan
c. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan unit
logistic
B. Tanggung Jawab
a. Kebenaran dan ketepatan dalam pelayanan logistik Instalasi
Gizi
b. Bertanggung jawab atas pelancaran pengadaan bahan
makanan
c. Bertanggung jawab atas penyimpanan bahan makanan dan
stok bahan makanan
d. Kebenaran dan ketepatan dalam pembelian bahan makanan
e. Bertanggung jawab atas semua pembelian bahan makanan
basah dan kering
C. Wewenang
1. Meminta arahan dari Ka. Instalasi Gizi dalam rangka untuk
pengembangan kinerja.
2. Memberi saran dan pertimbangan kepada Ka. Instalasi Gizi
3. Meminta masukan dari unit lain di Instalasi Gizi
4. Mengatur keluar masuknya bahan makanan di Instalasi Gizi
5. Mengatur penyimpanan bahan makanan
6. Mengajukan anggaran belanja ke bagian keuangan
URAIAN TUGAS
A. Koordinator Unit Produksi
1. Penanggung Jawab Perencanaan dan Pengadaan Bahan
Makanan :
a. Uraian Tugas
1) Melaksanakan fungsi perencanaan (P1), meliputi :
a) Membantu menyusun program tahunan penyelenggaraan
makanan;
b) Membantu menyusun dan mengadakan pertemuan
berkala atau insidentil bila diperlukan;
c) Membantu program orientasi bagi staf baru dan siswa
PKL;
d) Membantu merencanakan kebutuhan peralatan dan bahan
makanan Unit pelayanan Boga.
2) Melaksanakan fungsi penggerakan dan pelaksanaan (P2),
meliputi :
a) Membantu mengatur dan mengelola pelaksanaan kegiatan
penyelenggaraan makanan dan hygiene sanitasi makanan;
b) Membuat laporan kegiatan pengawasan penyelenggaraan
makanan dan hygiene sanitasi serta pengarsipannya;
c) Memberikan informasi hasil pelatihan di bidang
penyelenggaraan makanan hygiene sanitasi kepada staf
untuk peningkatan profesionalitas;
d) Membantu memberikan petunjuk dan arahan dalam
melakukan penyelenggaraan makanan han hygiene
sanitasi makanan sesuai aturan yang berlaku;
e) Menyusun menu, membuat standar resep dan standar
porsi
3) Melaksanakan fungsi pengawasan, pengendalian dan
penilaian (P3), meliputi :
a) Membantu memberikan arahan dan petunjuk dalam
pelaksanaan pelayanan dan SPO di instalasi gizi;
b) Membantu mengelola dan mengatur keamanan,
pemakaian pemeliharaan dan inventarissarana pelayanan
gizi di Instalasi Gizi;
c) Mengevaluasi perubahan menu dan memberikan
masukkan untuk perbaikan;
d) Melakukan penelitian/ uji cita rasa setiap masakkan yang
dihasilkan
e) Melakukan pemeriksaan sanitasi dan hygiene petugas
penjamah makanan;
f) Melakukan pengawasan terhadap proses administrasi
penyelenggaraan makanan dan hygiene sanitasi
makanan.
b. Tanggung Jawab
1) Menjamin terlaksananya kegiatan penyelenggaraan makanan
sesuai SPO dan alur kerja yang ada
2) Menjamin terpeliharanya hygiene dan sanitasi mulai dari
tenaga alat dan lingkungan penyelengaraan makanan.
3) Menjamin ketepatan dan kelancaran pelaksanaan
penyelenggaraan makanan
4) Tersedianya makanan yang sesuai/tepat gizi, tepat rasa dan
tepat waktu
5) Menjamin kebenaran laporan kegiatan pelayanan gizi pasien
rawat inap.
6) Menjamin tetap terjaganya profesionalitas dalam bekerja
7) Ketepatan dalam melakkan penyelenggaraan makanan
dengan memperhatikan aturan yang berlaku
8) Kebenaran dan ketepatan dalam pemeliharaan peralatan di
unit kerja
c. Wewenang
1) Mengawasi proses penyelenggaraan makanan pasien
2) Mengatur petugas dalam pembuatan laporan kegiatan
penyelenggaraan makanan
3) Meminta masukan dan arahan dari Manager Instalasi
4) Membuat dan mengatur proses pengarsipan realisasi kegiatan
penyelenggaraan makanan pasien rawat inap
5) Memberi saran dan pertimbangan kepada Manager Instalasi
6) Meminta masukkan dari staf pelaksana
c. Wewenang
1) Mengawasi proses penelenggaraan makanan pasien
2) Mengatur petugas dalam pembuatan laporan kegiatan
penyelenggaraan makanan
3) Meminta masukan dan arahan dari Manager Instalasi
4) Membuat dan mengatur proses pengarsipan realisasi
kegiatan penyelenggaraan makanan pasien rawat inap
5) Memberi saran dan pertimbangan kepada Manager
Instalasi
6) Meminta masukkan dari staf pelaksana
B. Koordinator Unit Distribusi
1. Penanggung Jawab Distribusi Makanan dan Penyajian
a. Uraian Tugas
1) Melaksanakan fungsi perencanaan (P1), meliputi :
a) Membantu menyusun program tahunan penyelenggaraan
makanan;
b) Membantu menyusun dan mengadakan pertemuan
berkala atau insidentil bila diperlukan;
c) Membantu program orientasi bagi staf baru dan siswa
PKL;
d) Membantu merencanakan kebutuhan peralatan dan bahan
makanan unit pelayanan Boga.
b. Melaksanakan fungsi penggerakan dan pelaksanaan (P2),
meliputi :
1) Membantu mengatur dan mengelola pelaksanaan
kegiatan pelayanan gizi pasien di ruang rawat inap
2) Membuat laporan pelayanan gizi/makan pasien rawat
inap secara periodic dan pengarsipannya
3) Mengelola dan mengatur kesesuaian pemberian
pelayanan gizi/makanan pasien rawat inap
4) Membantu memberikan petunjuk dan arahan dalam
melakukan palayanan gizi di ruang rawat inap sesuai
aturan yang berlaku
c. Melaksanakan fungsi pengawasan, pengendalian, dan
penilian (P3), meliputi :
1) Membantu memberikan arahan dan petunjuk dalam
pelaksanaan pelayanan dan SPO di Instalasi Gizi;
2) Membantu mengelola dan mengatur keamanan,
pemakaian, pemeliharaan, dan inventaris sarana
pelayanan dan distribusi makanan di Instalasi Gizi;
3) Membantu melakukan pengawasan terhadap proses
administrasi pelayanan gizi.
b. Tanggung Jawab
1) Menjamin kelancaran dan ketepatan proses pelayanan
gizi/makan pasien rawat inap dapat berjalan sesuai dengan
SPO dan alur kerja yang ada
2) Menjamin tidak adanya masalah dalam pemberian pelayanan
gizi/makan pasien rawat inap
3) Menjamin kebenaran laporan kegiatan pelayanan gizi/makan
pasien rawat inap
4) Menjamin tetap terjaganya profesionalitas dalam bekerja
5) Ketepatan dalam melakukan pelayanan gizi/makan pasien
rawat inap dengan memperhatikan aturan yang berlaku di
Instalasi Gizi
6) Kebenaran dan ketepatan dalam pemeliharaan peralatan di
unit kerja
c. Wewenang
1) Mengawasi proses pemberian makanan pasien
2) Pengkajian gizi, diagnosis gizi, dan intervensi gizi
3) Pendidikan, latihan, penelitian dan pengembangan pelayanan
gizi
4) Melaksanakan penyelenggaraan makanan untuk orang
banyak/ kelompok orang dalam jumlah besar.
5) Memberikan saran dan pertimbangan kepada manager
Instalasi Gizi
6) Meminta masukan dari staf pelayanan
2. Wewenang
a. Meminta arahan dari Ka. Instalasi Gizi dalam rangka untuk
pengembangan kinerja.
b. Memberi saran dan pertimbangan kepada Ka. Instalasi Gizi
terhadap kelancaran kegiatan penelitian dan pengembangan
Pelayanan Gizi di Rumah Sakit.
5. Tata Letak Ruang, Konsep Fasilitas Dan Sarana Penyelenggaraan
Makann Institusi
1. Ruang Produksi dan Dapur
Pada dapur Unit Gizi RSUD Pesawaran termasuk kedalam
tipe combined preparation and finishing dan sudah sesuai
standar dari penjelasan dapur tersebut.
a. Letak dapur
8. Penyajian Makanan
Menurut PGRS, 2014 hal-hal yang perlu diperhatikan pada tahap
penyajian makanan antara lain :
a. Tempat penyajian
Perhatikan jarak dan waktu tempuh dari tempat pengolahan
makanan ke tempat penyajian serta hambatan yang mungkin
terjadi selama pengangkutan karena akan mempengaruhi
kondisi penyajian.
b. Prinsip penyajian makanan
1) Prinsip perwadahan yaitu setiap jenis makanan
ditempatkan dalam wadah yang terpisah dan memiliki
tutup untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang.
2) Prinsip kadar air yaitu makanan yang mengandung
kadar air tinggi baru dicampur menjelang penyajian
untuk menghindari makanan cepat basi.
3) Prinsip edible part yaitu setiap bahan yang disajikan
merupakan bahan yang dapat dimakan.
4) Prinsip pemisah makanan yang disajikan dalam dus
harus dipisah satu sama lain.
5) Prinsip panas penyajian makanan yang harus disajikan
dalam keadaan panas hal ini bertujuan untuk mencegah
pertumbuhan bakteri dan meningkatkan selera makan.
Makanan harus berada pada suhu lebih dari 600C.
6) Prinsip bersih yaitu setiap peralatan atau wadah yang
digunakan harus hygient, utuh, tidak cacat atau rusak.
7) Prinsip handling yaitu setiap penanganan makanan tidak
boleh kontak langsung dengan anggota tubuh .
8) Prinsip tempat penyajian disesuaikan dengan kelas
pelayanan dan kebutuhan .
Di RSUD Pesawaran pada proses penyajian makanan sudah
memenuhi prinsip penyajian makanan, hanya saja pada tempat
penyajian makanan matang menggunakan wadah berbahan
plastik hal ini dapat mengakibatkan gangguan kesehatan karena
wadah berbahan plastik mengandung BPA (Bisphenol A),
sedangkan untuk penyajian makanan yang akan didistribusikan
sudah menggunaka n plato.
9. Distribusi
Distribusi makanan adalah serangkaian proses kegiatan
penyampaian makanan sesuai dengan jenis makanan dan jumlah
porsi pasien yang dilayani. Tujuan distribusi yaitu pasien
mendapatkan makanan sesuai diet dan ketentuan yang berlaku.
Macam distribusi makanan yaitu :
1) Distribusi makanan desentralisasi
Cara distribusi desentralisasi yaitu makanan pasien dibawa
keruang perawatan pasien dalam jumlah banyak/besar,
kemudian dipersiapkan ulang dan disajikan dalam alat
makan pasien sesuai dengan dietnya (tidak dipusatkan).
2) Distribusi makanan sentralisasi
Cara distribusi sentralisasi yaitu makanan dibagi dan
disajikan dalam alat makan diruang produksi makanan
(dipusatkan)
Di RSUD Pesawaran pada proses pendistribusian makanan
menggunakan sistem distribusi sentralisasi.
ALUR MSPM
penyajian
Mengamprah + labeling
Distribusi
E. Makanan Pegawai
Di RSUD Pesawaran pada makanan pegawai diberikan 1 kali sehari
yaitu pada waktu dinas malam, dengan menu lengkap sesuai dengan isi
piringku terdiri dari makanan pokok, lauk hewani, auk nabati, sayur dan
buah. Anggaran dana didapatkan dari APBN.
F. Identifikasi Unsur 5M dalam Instalasi Gizi RSUD Pesawaran
1. Man (SDM)
Manusia yaitu orang yang menggerakan dan melakukan aktivitas-
aktivitas untuk mencapai tujuan organisasi, termasuk juga
mendayagunakan sumberdaya lainnya. Manusia merupakan penggerak
utama untuk menjalankan fungsi-fungsi manajemen. Sumber daya
manusia yaitu segenap potensi yang dimiliki oleh manusia. Potensi
yang dimiliki setiap manusia berbeda satu sama lain, untuk itu
dibutuhkan pengelolaan agar diperoleh tenaga kerja yang puas akan
pekerjaannya dan dapat mencapai tujuan organisasi dengan efektif dan
efisien.
Tenaga di Instalasi Gizi RSUD Pesawaran masih terdapat
kekurangan jumlah tenaga kerja seperti : juru masak pasien 1 orang,
petugas gudang 4 orang dan Cleaning Service 3 orang. Untuk jumlah
ahli gizi sudah memenuhi standar kebutuhan yaitu 3 orang. Sedangkan
untuk penambahan jumlah pelaksana gizi dapat dilakukan secara
bertahap, hal ini dengan mempertimbangkan luas instalasi gizi saat ini.
Kemungkinan jika instalasi gzi telah bangun dan diperluas maka jumlah
tenaga pelaksana gizi dapat ditambah sesuai kekurangan pada setiap
unit kerjanya.
2. Money (Uang)
Uang adalah factor yang amat penting, bahkan menentukan
didalam setiap proses pencapaian tujuan. Setiap program, setiap
kegiatan atau rutin maupun proyek, besar maupun kecil, semua itu tidak
akan terlaksana tanpa adanya penyediaan uang atau biaya yang
cukup.Money atau Uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat
diabaikan. Uang merupakan alat tukar dan alat pengukur nilai. Besar-
kecilnya hasil kegiatan dapat diukur dari jumlah uang yang beredar
dalam perusahaan. Oleh karena itu uang merupakan alat (tools) yang
penting untuk mencapai tujuan karena segala sesuatu harus
diperhitungkan secara rasional. Hal ini akan berhubungan dengan
berapa uang yang harus disediakan untuk membiayai gaji tenaga kerja,
alat-alat yang dibutuhkan dan harus dibeli serta berapa hasil yang akan
dicapai dari suatu organisasi.
Untuk perencanaan anggaran belanja bagian gizi dibuat dengan
melihat anggaran belanja tahun sebelumnya, rekapitulasi dari jumlah
porsi makanan dan pengeluaran bahan makanan tahun sebelumnya
serta melihat kenikan harga pasar. Anggaran belanja makanan pasien
RSUD Pesawaran bersumber dari APBD dan JKN.
3. Materials (Materi)
Materi terdiri dari bahan setengah jadi (raw material) dan bahan
jadi. Dalam dunia usaha untuk mencapai hasil yang lebih baik, selain
manusia yang ahli dalam bidangnya juga harus dapat menggunakan
bahan/materi-materi sebagai salah satu sarana. Sebab materi dan
manusia tidak dapat dipisahkan, tanpa materi tidak akan tercapai hasil
yang dikehendaki.
Material yang dibutuhkan pada instalasi gizi RSUD Pesawaran
seperti bahan-bahan makanan, sarana dan prasarana meliputi gedung,
alat penyimpanan bahan makanan, alat-alat produksi makanan, alat ukur
suhu ruang dan makanan serta troli distribusi. Sedangkan alat yang
belum tersedia pada instalasi gizi RSUD Pesawaran seperti alat
pemanas makanan dan alat pengering peralatan makan.
4. Method (Metode)
Dalam pelaksanaan kerja diperlukan metode-metode kerja. Suatu
tata cara kerja yang baik akan memperlancar jalannya pekerjaan.
Sebuah metode dapat dinyatakan sebagai penetapan cara pelaksanaan
kerja suatu tugas dengan memberikan berbagai pertimbangan-
pertimbangan kepada sasaran, fasilitas-fasilitas yang tersedia dan
penggunaan waktu, serta uang dan kegiatan usaha. Perlu diingat
meskipun metode baik, sedangkan orang yang melaksanakannya tidak
mengerti atau tidak mempunyai pengalaman maka hasilnya tidak akan
memuaskan. Dengan demikian, peranan utama dalam manajemen tetap
manusianya sendiri.
Metode penyelenggaraan makanan RSUD Pesawaran meliputi
pemesanan bahan makanan kering dilakukan 1 bulan sekali sedangkan
untuk makanan basah dilakukan pemesanan 2 hari sekali pemesaan
dilakukan sesuai dengan jumlah pasien hari sebelumnya di tambah 10%
dilakukan 3 sampel makanan cadangan disertai nota belanja kemudian
diverifikasi dan spesifikasi bahan makanan oleh ahli gizi, Pemesanan
bahan makanan basah datang setiap hari paling lambat 08.00 disertai
nota belanja kemudian diverifikasi dan spesifikasi bahan makanan oleh
ahli gizi. Bahan makanan diterima harus berdasarkan spesifikasi yang
telah ditetapkan apabila tidak sesuai spesifikasi maka akan
dikembalikan dan dignati atau ditukar dengan yang sesuai dengan
spesifikasi pembelian bahan makanan dilakukan oleh pihak ketiga.
5. Market (Pasar)
Pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatanusaha yang
ditunjukkan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan
dan mendistribusikan barang, jasa, ide kepada pasar sasaran agar dapat
mencapai tujuan organisasi.
Sasaran pada distribusi makanan instalasi gizi ditujukan untuk
pasien yang berada pada 4 ruangan yang terpisah yaitu ruang penyakit
dalam (RPD), ruang bedah, ruang anak dan ruang kebidanan.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kenagakerjaan untuk juru masak pasien masih kurang yaitu
dibutuhkan 1 orang juru masak, 4 orang petugas gudang dan 3 orang
Cleaning Service. Sedangkan untuk penambahan jumlah pelaksana
gizi dapat dilakukan secara bertahap.
2. Ruangan Instalasi Gizi belum ada ruangan administrasi dan ruangan
pertemuan, serta ruangan instalasi gizi sebaiknya mudah dicapai,
dekat dengan instalasi rawat inap sehingga waktu pendistribusian
makanan bisa merata untuk semua pasien.
3. Untuk fasilitas toilet dan cuci tangan sudah sesuai dengan jumlah
karyawan pada toilet dan wastafel sudah tersedia sabun cuci tangan
dan petunjuk cuci tangan.
4. Pengamatan pada higiene peralatan di RSUD Pesawaran sudah
sesuai dengan PGRS 2014 yaitu peralatan makan (plato/tupperware)
yang mudah dibersihkan, selain itu meja untuk persiapan bahan
makanan selalu dalam keadaan bersih.
5. Pemeriksaan air di RSUD Pesawaran sudah sesuai dengan standar
yang ada. Pemeriksaan air dilakukan setiap sebulan sekali sehingga
sudah sesuai dengan Permenkes RI No. 416/ Menkes/ Per/ IX/ 1990
dan PGRS 2014.
6. Siklus menu 10 hari menu tanggal 31 RSUD Pesawaran sudah
sesuai dengan tujuan kegiatan penyelenggaraan makanan RS.
7. Berdasarkan hasil persentase beberapa bahan makanan siang didapat
bahwa rata – rata ketepatan standar porsi sebesar 83,4 %,
8. Pencatatan dan Pelaporan Pengadaan Makanan, Penyelengagaraan
makanan, anggaran belanja, sudah sesuai dengan buku PGRS 2014
9. Ruang persiapan bahan makanan di RSUD Pesawaran tidak cukup
luas untuk menampung pegawai dan bahan seharusnya luas ruang
persiapan bahan makanan yaitu 18 m2
10. Pada saat pencucian belum menggunakan air panas untuk alat yang
berminyak dan berlemak. Untuk fasilitas pencucian alat sudah sesuai
dengan persyaratan PGRS 2014.
11. Pada tempat penyajian makanan matang menggunakan wadah
berbahan plastik hal ini dapat mengakibatkan gangguan kesehatan
karena wadah berbahan plastik mengandung BPA (Bisphenol A).
12. Di RSUD Pesawaran pada proses pendistribusian makanan
menggunakan sistem distribusi sentralisasi.
B. Saran
1. Sebaiknya perlu ditanmbahkan tenaga pemasak
2. Sebaiknya perlu adanya penyediaan beberapa tambahan alat seperti tempat
penyajian makan matang, tempat pencucian dilengkapi dengan saluran air
panas dan pintu penerimaan bahan makanan tidak bergabung dengan
ruangan pencucian alat dan mudah dijangkau oleh kendaraan.
DAFTAR PUSTAKA
Bakri, Bachyar, Ani Intiyati dan Widartika. 2018. Buku Ajar Sistem
Penyelenggaraan Makanan Institusi. Jakarta: Kemenkes RI.
WAKTU I II III IV V
1,11,21 2,12,22 3,13,23 4,14,24 5,15,25
PAGI Nasi/Tim/Bubur Nasi/Tim/Bubur Nasi/Tim/Bubur Nasi/Tim/Bubur Nasi/Tim/Bubur
Telur bb kuning Semur telur puyuh Ayam suir bb kecap Pepes ikan patin Semur telur
Tempe goreng (I) Tumis tahu (I) Tahu goreng(I) Oseng kentang (I) Tempe goreng tepung
Cah bayam + toge Cah katuk + jagung Tumis buncis + soleng Tumis caisin + (I)
Jeruk (I) manis Jeruk (I) jagung manis Tumis labu siam
Pir Pir (I) Jeruk (I)
SNACK Puding maizena Bubur kacang hijau Naga sari Puding Cokelat Bolu kukus
10.00 Buah (DM) Buah (DM) Buah (DM) Buah (DM) Buah (DM)
SIANG Nasi/Tim/Bubur Nasi/Tim/Bubur Nasi/Tim/Bubur Nasi/Tim/Bubur Nasi/Tim/Bubur
Semur ayam Sup bakso Ikan simba kuah Telur puyuh rebus Soto ayam
Pepes tahu kemangi Perkedel kentang kuning Tempe bacem Perkedel tahu goreng
Sop sayuran (buncis, Capcay (caisin, Sop oyong + soun Urap (kacang pjg, Rebusan soun, toge,
wortel, kol, kentang) wortel, soleng) Pir (I) bayam, toge) kol
Semangka (I,II,III) Jeruk(I) Pepaya (II,III) Semangka (I,II,III) Pir (I)
Pisang (I,II,III) Pepaya (II,III)
SNACK Bolu Pandan (I,II,III) Risol Cantik manis Bubur sum-sum Bugis
15.00 Buah (DM) Buah (DM) Buah (DM) Buah (DM) Buah (DM)
MALAM Nasi/Tim/Bubur Nasi/Tim/Bubur Nasi/Tim/Bubur Nasi/Tim/Bubur Nasi/Tim/Bubur
Ikan lele goreng (MB) Pindang patin Telur dadar Semur bakso Ikan lele santan (MB)
Nuget ikan ekor kuning Orek tempe (MB) Tahu bb kecap Tahu goreng Nuget ikan ekor
(ML) Tempe bb kecap Sayur lodeh (kacang Sop sayuran kuning (ML)
Gulai tempe (ML) pjg, kol, daun melinjo, (buncis, wortel, kol, Tempe bb kecap
Tumis kacang pjg Cah kangkung labu siam) kentang) Tumis oyong + wortel
Pepaya (I,II,III) Semangka (I,II,III) Semangka (I,II,III) Jeruk (I) Semangka
Pisang (I,II,III)
WAKTU VI VII VIII IX X
6,16,26 7,17,27 8,18,28 9,19,29 10,20,30
PAGI Nasi/Tim/Bubur Nasi/Tim/Bubur Nasi/Tim/Bubur Nasi/Tim/Bubur Nasi/Tim/Bubur
Telur puyuh kecap Telur dadar Oseng bakso Telor ceplok Ikan simba goreng
Tahu goreng (I) Tempe goreng (I) Perkedel kentang (I) Tahu goreng Tempe bb kuning
Bobor bayam Cah sawi + Soleng Tumis caisin + toge tepung (I) Cah kangkung
Pir (I) Jeruk(I) Pir(I) Cah oyong + Pir (I)
jagung manis
Jeruk (I)
SNACK Pisang kukus Roti goreng Talam Puding jagung Dadar gulung
10.00 Buah (DM) Buah (DM) Buah (DM) Buah (DM) Buah (DM)
SIANG Nasi/Tim/Bubur Nasi/Tim/Bubur Nasi/Tim/Bubur Nasi/Tim/Bubur Nasi/Tim/Bubur
Ikan simba goreng Ayam santan Rendang daging (I) Pindang patin Semur bakso
Tempe bacem Tahu goreng Rendang telur (II,III) Tempe bacem Tahu santan
Sayur asem (Jagung, Tumis buncis Perkedel tahu kukus Capcay (caisin, Tumis labu siam+
kacang pjg, labu siam, Pir (I) Sop sayuran (buncis, wortel, soleng) buncis
daun melinjo) Pisang (I,II,III) wortel, kol) Pir (I) Semangka (I,II,III)
Semangka (I,II,III) Semangka (I,II,III) Pepaya (II,III)
SNACK Bola-bola ubi Lemper abon Bolu cokelat Putu ayu Apem
15.00 Buah (DM) Buah (DM) Buah (DM) Buah (DM) Buah(DM)
MALAM Nasi/Tim/Bubur Nasi/Tim/Bubur Nasi/Tim/Bubur Nasi/Tim/Bubur Nasi/Tim/Bubur
Sup bakso Ikan lele goreng Sate telur puyuh Rolade ayam Soto daging(I)
Perkedel kentang tepung (MB) Tempe bacem Tahu bb kecap Telur(II,III)
Cah kangkung Nuget ikan ekor Bening katuk+ soleng Sayur lodeh Perkedel tahu goreng
Pepaya (I,II,III) kuning (ML) Jeruk(I) ( kacang pjg, kol, Rebusan soun, kol,
Orek tempe Pepaya (II,III) daun melinjo, labu toge
Bening oyong + siam) Jeruk (I)
jagung manis Pisang (I,II,III) Pepaya (II,III)
Semangka (I,II,III)
Menu XI Pagi Snack Siang Snack Malam
Tgl 31 Bubur ayam Puding cokelat Nasi /Tim/Bubur Lapis Nasi/ Tim/ Bubur
Ayam suir Buah (DM) Telur puyuh santan Buah (DM Pepes patin
Kacang tanah Tempe bacem Perkedel tahu goreng
Daun sop Cah caisin+ wortel Cah bayam+ toge
Jeruk (I) Semangka (I,II,III) Pepaya (I,II,III)
Siklus menu 10 hari +menu tanggal 31 RSUD Pesawaran sudah sesuai dengan tujuan kegiatan penyelenggaraan
makanan RS. Penyusunan penentuan pemberian makanan RS berdasarkan:
1. Kebijakan RS setempat
2. Macam konsumen yang dilayani
3. Angka kecukupan gizi yang mutakhir dan kebutuhan gizi untuk diet khusus
4. Standar makanan sehari untuk makanan biasa dan diet khusus
5. penentuan menu dan pola makan
6. penetapan kelas perawatan
7. Pedoman pelayanan gizi Rumah Sakit yang berlak
Lampiran 2. Analisis Sisa Makanan
PRESENTASE SISA 10 4 16 16 0 24 22 0 18 0 24 18 8 12
Sisa Makanan Hari-2
PRESENTASE SISA 8 4 12 12 12 10 20 8 12 6 0 4 0 8
Sisa Makanan Hari-3
PRESENTASE SISA 12 4 12 6 6 4 8 0 2 8 6 14 0 6
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan selama 3 hari
berturut-turut mulai dari tanggal 25 Februari – 27 Februari 2021 di
RSUD Pesawaran pada pasien dengan menu makanan biasa dan
lunak diwaktu makan pagi, siang dan sore. Diketahui persentase sisa
makanan pada hari pertama sebesar 12%, pada hari kedua sebesar 8%
dan pada hari ketiga sebesar 6%. Sedangkan rata-rata persentase sisa
makanan selama 3 hari sebesar 8,6%.
TIM HACCP
Oleh
Mengetahui,
Kepala Instalasi Gizi
RSUD Pesawaran
A. Latar Belakang
Makanan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia dan
merupakan hak asasi setiap orang untuk keberlangsungan hidupnya.
Makanan merupakan unsur terpenting dalam menentukan derajat
kesehatan seseorang, makanan juga dapat menjadi sumber penularan
penyakit (Priyanto, 2008). Penyakit dapat menular melalui makanan
dan minuman yang dikenal dengan food borne disease (keracunan
makanan) yang disebabkan oleh mikroorganisme. Interaksi mikroba
terhadap manusia dapat memberikan kerugian, contohnya
Clostridium perfringens dan Bacillus cereus dan yang memberikan
keuntungan adalah Lactobacillus bulgaricus serta Rhyzopus
oryzae.Escherichia coli dan bakteri kelompok Coliform merupakan
indikator adanya kotoran atau senyawa yang tidak baik terdapat pada
air, makanan, dan susu (Pelczar, 2008).
Penyelenggaraan makanan terutama makanan khusus di
rumah sakit harus optimal dan sesuai dengan mutu pelayanan standar
kesehatan, serta indikasi pasien. Penyelenggaraan makanan yang
kurang memenuhi syarat kesehatan (tidak saniter dan higienis) selain
memperpanjang proses perawatan, juga dapat menyebabkan
timbulnya infeksi silang atau infeksi nosokornial (Infeksi yang
didapatkan di rumah sakit) yang diantaranya dapat melalui makanan.
Selain timbulnya infeksi nosokornial, penyelenggaraan makanan di
rumah sakit yang tidak memenuhi standar kesehatan juga dapat
menyebabkan keracunan makanan (Puspita, 2010).
Instalasi Gizi merupakan bagian penunjang yang
menyelenggarakan makanan di rumah sakit yang dilaksanakan untuk
menyediakan makanan yang kualitasnya baik dan jumlahnya sesuai
dengan kebutuhan pasien. Sehubungan dengan hal tersebut, maka
perlu diperhatikan penampilan, rasa, tekstur, aroma dan sanitasi dari
makanan tersebut. Salah satu cara pengawasan mutu makanan yaitu
dengan menetapkan Hazard Analysis Critical Control Point
(HACCP), sehingga makanan yang disajikan terjaga keamanannya
untuk dikonsumsi.
HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) adalah
suatu sistem jaminan mutu yang mendasarkan kepada kesadaran
bahwa bahaya (hazard) dapat timbul pada berbagai titik atau tahap
produksi tertentu, tetapi dapat dilakukan pengendalian untuk
mengontrol bahaya-bahaya tersebut(Winarno, 2004). Tujuan
HACCP adalah untuk menjamin bahwa produk makanan memang
aman untuk dikonsumsi. Penerapan HACCP tersebut meliputi semua
kegiatan yang dimulai dari penangan bahan mentah, pemilihan bahan
mentah, persiapan, pengolahan, penyimpanan dan penyajian
makanan matang.
Instalasi Gizi RSUD Pesawaran merupakan salah satu
penunjang yang menyelenggarakan makanan bagi pasien rawat inap.
Penyelenggaraan makanan di rumah sakit ini dilaksanakan untuk
menyediakan makanan yang kualitasnya baik dan jumlahnya sesuai
dengan kebutuhan pasien. Sehubungan dengan hal tersebut, maka
perlu diperhatikan penampilan, rasa, tekstur, aroma dan sanitasi dari
makanan tersebut. Salah satu cara pengawasan mutu makanan yaitu
dengan menerapkan Hazard Analysis Critical Control Point
(HACCP), sehingga makanan yang disajikan terjaga keamanannya
untuk dikonsumsi.
Salah satu hidangan lauk hewani yang disediakan oleh bagian
Instalasi Gizi RSUD Pesawaran sebagai menu biasa bagi pasien
adalah Pindang Patin (diberikan untuk menu makan siang kelas I, II
dan III). Pada lauk hewani ini perlu dilakukan tindakan HACCP
mengingat bahan bakunya berupa ikan patin yang rentan terhadap
bahaya biologi, fisik, dan kimia. Selain bahaya yang berasal dari
bahan baku, bahaya juga dapat timbul pada saat penerimaan maupun
persiapan bahan baku. Bahaya tersebut timbul bila kualitas bahan
tidak sesuai standar, ada kontaminasi dengan bahan makanan yang
lain dan kebersihan alat pada waktu digunakan. Oleh karena untuk
menerapkan HACCP kami mencoba melakukan pengamatan
penelitian tentang “Pengawasan Mutu Makanan (HACCP) Pada
Lauk Hewani Pindang Patin”.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melakukan pengawasan terhadap kualitas keamanan
makanan untuk mencegah terjadinya penyakit keracunan yang
dapat ditimbulkan melalui perantara produk Pindang Patin.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui fungsi pengawasan mutu
b. Mengetahui gambaran umum produk
c. Mengetahui pelaksanaan kegiatan HACCP
.
C. Manfaat Pengamatan
1. Manfaat bagi Peneliti
Melakukan pengawasan terhadap kualitas keamanan
makanan untuk mencegah terjadinya penyakit keracunan yang
dapat ditimbulkan melalui perantara produk pindang patin.
2. Manfaat bagi Rumah Sakit
Memberikan bahan masukan bagi institusi mengenai
bagaimana pengawasan mutu terhadap produk makanan yang
diselenggarakan di Instalasi Gizi RSUD Pesawaran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. Sejarah HACCP
HACCP diperkenalkan pertama kali di USA oleh perusahaan
Pillsbury yang bekerja sama dengan NASA dan laboratorium
Research and Development USA Army Natick pada awal tahun
1960. Sistem ini didasarkan pada konsep teknis analisis kegagalan,
cara, dan analisis dampak (failfure, mode and effect analysis,
FMEA) yang mengkaji potensi kesalahan yang mungkin muncul
disetiap tahapan pelaksanaan, dan penempatan mekanisme
pengendalian yang efektif secara tepat. Konsep tersebut kemudian
diterapkan kedalam sistem keamanan mikrobiologis di hari-hari awal
pelaksanaan program pesawat ulang-alik berawak AS untuk
menjamin keamanan makanan astronotnya guna meminimalkan
risiko terjadinya kejadian luar biasa (KLB) keracunan makanan
diluar angkasa (Takenaka, 2005).
Sistem keamanan dan mutu makanan umumnya didasarkan
pada pengujian produk akhir. Akan tetapi, akibat keterbatasan teknik
pengambilan sampel dan pengujian, keamanan makanan sulit
dijamin. Dengan demikian tampak jelas bahwa ada suatu kebutuhan
untuk mendatangkan suatu yang lain, sebuah metode praktik dan
pencegahan yang dapat memberi jaminan keamanan makanan dalam
tingkat yang lebih tinggi-sistem HACCP. Sistem HACCP memang
belum dipublikasikan sampai tahun 1970-an tetapi sejak
mendapatkan pengakuan dunia Internasional, penerapannya didalam
produksi makanan yang aman telah diakui. Badan Kesehatan Dunia
(WHO) sebagai metode yang paling efektif untuk mengendalikan
penyakit bawaan makanan (foodborne disease) (Mortimore &
Wallace,2004).
Dalam bukunya, Rauf (2013) juga mengatakan bahwa
HACCP dirancang untuk industri pangan yang telah menggunakan
peralatan canggih, namun pendekatan prinsip-prinsip HACCP dapat
diterapkan pada skala kecil seperti di rumah, restoran maupun
Instalasi Gizi. Menurut Daulay (2011) untuk memahami konsep
HACCP secara menyeluruh diperlukan adanya kesamaan pandangan
terhadap beberapa istilah dan definisi yang dipakai dalam sistem
manajemen HACCP, yaitu:
1. Bahaya (Hazard)
Bahan biologi, kimia atau fisika, atau kondisi yang dapat
menimbulkan resiko kesehatan yang tidak diinginkan terhadap
konsumen. bahaya atau “Hazard” sebagai suatu sifat-sifat biologis
atau mikrobiologis, kimia, fisika yang dapat menyebabkan bahan
pangan (makanan) menjadi tidak aman untuk dikonsumsi.
2. Titik Kendali (Critical Point =CP)
Setiap titik, tahap atau prosedur pada suatu sistem
produksi makanan yang dapat mengendalikan faktor bahaya
biologi atau mikrobiologi, kimia atau fisika.
3. Titik Kendali Kritis (Critical Control Point =CCP)
Setiap titik, tahap atau prosedur pada suatu sistem
produksi makanan yang jika tidak terkendali dapat
mengakibatkan resiko kesehatan yang tidak diinginkan atau setiap
titik, tahap atau prosedur yang jika dikendalikan dengan baik dan
benar dapat mencegah, menghilangkan atau mengurangi adanya
bahaya.
4. Batas Kritis (Critical Limits)
Batas toleransi yang harus dipenuhi atau dicapai yang
menjamin bahwa
CCPdapatmengendalikansecaraefektifbahayayangmungkintimbul
atausuatunilai yang merupakan batas antara keadaan dapat
diterima dan tidak dapat diterima.
5. Resiko : Kemungkinan menimbulkan bahaya.
6. Penggolongan Resiko
Pengelompokkan prioritas resiko berdasarkan bahaya
yang mungkin timbul atau terdapat pada makanan.
7. Pemantauan (Monitoring)
Pengamanan atau pengukuran untuk menetapkan apakah
suatu CCP dapat dikendalikan dengan baik dan benar serta
menghasilkan catatan yang teliti untuk digunakan selanjutnya
dalam verifikasi.
8. Pemantauan Kontinyu
Pengumpulan dan pencatatan data secara kontinyu,
misalnya pencatatan suhu padatabel.
9. Tindakan Koreksi (Corrective Action)
Prosedur atau tatacara tindakan yang harus dilakukan jika
terjadi penyimpangan pada CCP.
10. Tim HACCP
Sekelompok orang atau ahli yang bertanggung jawab
untuk menyusun rancangan HACCP. Pembentukan tim HACCP
hendaknya disusun berdasarkan struktur organisasi yang sudah
ada dalam badan usaha pemilik restoran terkait, sehingga legalitas
dari tim HACCP tersebut dapat dipertanggungjawabkan
(Sudibyo, 2008).
11. Validasi Rancangan HACCP
Pemeriksaan awas oleh tim HACCP untuk menjamin
bahwa semua elemen dalam rancangan HACCP sudah benar.
12. Validasi
Metode, prosedur dan uji yang dilakukan selain
pemantauan untuk membuktikan bahwa sistem HACCP telah
sesuai dengan rancangan HACCP, dan untuk menentukan apakah
rancangan HACCP memerlukan modifikasi dan revalidasi.
C. Prinsip HACCP
Secara teoritis ada tujuh prinsip dasar penting dalam
penerapan sistem HACCP pada industri pangan. Ketujuh prinsip
dasar penting HACCP yang merupakan dasar filosofi HACCP
tersebut menurut Rauf (2013) adalah :
1. Analisis Potensi Bahaya
Analisis bahaya merupakan prinsip pertama dari tujuh
prinsip HACCP yang tertuang di dalam dua belas langkah
penerapan sistem HACCP. Analisis bahaya dilakukan untuk
mengidentifikasi potensi-potensi bahaya termasuk penyebabnya
serta menentukan peluang kejadian atau resiko (risk) dan tingkat
keparahan (severity) pada setiap tahapan proses (Brown, 2000).
Tabel 1. Analisis potensi bahaya
Jenis bahaya Contoh
Biologi Bakteri, virus, kapang, protozoa dan serangga
Kimia Toksin alami (sianida), allergen, pestisida,
mikotoksin
Fisik Kerikil, logam, kaca, rambut
Sumber: Rauf (2013)
Analisis potensi bahaya dilakukan dalam tiga tahap yaitu :
a. Menetukan potensi bahaya dan tindakan pengendalian, merupakan
potensi bahaya dari setiap bahan, baik bahan utama maupun bahan
tambahan sekecil apapun harus dilakukan analisis potensi bahaya
b. Menentukan kelompok bahaya pada bahan baku dan produk, tahap
kedua dalam analisis potensi bahaya adalah penentuan kelompok
bahaya dari bahan baku, produk antara, dan produk akhir, yang
dibagi menjadi 6 kelompok bahaya, yaitu bahaya A, B, C, D, E,
dan F.
Tabel 2. Kelompok bahaya pada bahan baku dan produk
Kelompok Karakteristik Bahaya
Bahaya
Bahaya A Kelompok produk khusus yang terdiri dari produk non
steril yang ditunjukkan untuk konsumen berisiko tinggi
seperti bayi, ibu hamil, ibu menyusui, orang sakit, dan
lansia.
Bahaya B Produk mengandung bahan yang sensitif terhadap bahaya
biologis, kimia, dan fisik.
Bahaya C Didalam produksi tidak terdapat tahap yang dapat
membunuh mikroorganisme berbahaya atau
mencegah/menghilangkan bahaya kimia atau fisik.
Bahaya D Produk yang kemungkinan mengalami pencemaran kembali
setelah pengolahan sebelum pengemasan.
Bahaya E Kemungkinan dapat terjadi kontaminasi kembali selama
distribusi, penjualan atau penanganan oleh konsumen,
sehingga produk menjadi berbahaya bila dikonsumsi.
Bahaya F Tidak ada proses pemanasan setelah pengemasan yang
dapat menghilangkan bahaya biologis atau tidak ada cara
konsumen untuk mendeteksi, menghilangkan bahaya kimia
atau fisik.
Sumber: Rauf (2013)
c. Menentukan kategori resiko, setelah ditentukan kelompok bahaya
dari bahan baku dan produk, selanjutnya ditentukan kategori resiko
dari setiap bahan baku, bahan antara dan bahan produk. Kategori
resiko terbagi menjadi tujuh, yaitu dari kategori 0 –VI.
Tabel 3 Kategori resiko dari bahan baku dan produk
Kategori Keterangan
B. Metode Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan metode observasi. Metode
observasi dilakukan secara langsung yaitu pada proses penerimaan,
persiapaan, pengolahan, dan penyajian pindang ayam.
C. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian HACCP ini meliputi
data primer dan sekunder.
1. Data Primer:
a. Data mengenai bahan makanan dan peralatan yang digunakan
b. Data tentang cara pembuatan pindang patin.
2. Data sekunder:
a. Data standar resep pindang patin RSUD Pesawaran.
b. Data spesifikasi bahan makanan yang berlaku RSUD
Pesawaran .
3. Prosedur Pembuatan
a. Siapkan bahan pindang patin yaitu ikan patin, tomat,
kemangi, bawang merah, bawang putih, kemiri, lengkuas,
kunyit, jahe, sereh, daun salam, asem kandis, daun bawang.
b. Haluskan bawang merah, bawang putih, kemiri, lengkuas,
kunyit, jahe, sereh.
c. Perebusan kuah pindang
d. Cuci tomat, daun bawang, dan kemangi. Lalu dipotong-
potong
e. Cuci ikan patin hingga bersih. Lalu masukkan ikan patin ke
dalam wajan berisi air.
f. Tambahakan garam, asam kandis, kemangi, tomat, dan daun
bawang.
g. Tunggu hingga matang, lalu pindahkan ikan patin ke wadah
penyajian.
F. Prosedur Penelitian
1. Melengkapi form “Penerapan HACCP mengenai informasi jenis
makanan yang meliputi langkah 2-4 (penetapan jenis produk,
identifikasi pengguna, penggunaan produk serta membuat
diagram alir)
2. Pengamatan kegiatan pada setiap tahap pengolahan makanan
yang kemungkinan ditemukan adanya hazard (langkah 5 yaitu
konfirmasi diagram alir)
a. Persiapan alat
b. Penerimaan bahan kering
c. Penerimaan bahan segar
d. Persiapan bumbu
e. Pengolahan bahan makanan
f. Penyajian
3. Identifikasi bahaya, dokumentasi pada form identifikasi bahaya
(langkah 6).
4. Penentuan titik kritis (CCP pada langkah 7)
5. Pengamatan tentang pelaksanaan spesifikasi batas kritis yang
telah ditentukan (langkah 8)
6. Penyusunan rencana penerapan sistem monitoring (langkah 9)
7. Tindakan perbaikan (langkah 10)
8. Verifikasi (langkah 11)
9. Dokumentasi (langkah 12)
10. Membuat hasil pengamatan dan pembahasan
11. Membuat kesimpulan dari penelitian
A. Hasil Pengamatan
FORM1. TIMHACCP
Pencucian Pengupasan
Pemotongan Pencucian
Penghalusan
Perebusan
Penyajian
Distribusi
Form 5. Diagram Alir Yang Sudah Diverifikasi
Ikan Patin Tomat Daun Daun Bawang Bawang Kunyit Lengkua Jahe Kemiri Daun Air
Bawang Kemangi Merah Putih s Sereh Salam
Asam Gar
Kandis am
Pencucian Pengupasan
Pemotongan Pencucian
Penghalusan
Perebusan
dengan suhu
95,1°C
Penyajian
Distribusi
FORM6.PRINSIP1 ANALISISBAHAYA
RENCANA HACCP
PT: Instalasi Gizi RSUD Pesawaran
Produk: Pindang Patin
Fisika = rambut, Kontaminasi saat Tenaga pengolah , Pemakaian APD , alat dicuci
pasir , dan debu pengolahan dan tempat dan dibersihkan sebelum
udara penyimpanan dan digunakan
udara
RENCANA HACCP
PT: Instalasi Gizi RSUD Pesawaran
Produk: Pindang patin
2. Biologis = Memakai CCP 2 Higiene Penggun Di tempat Memastikan Sesudah Bagian Penjamah Pemeriksaa
Menyajikan jamur dan wadah yg Peralatan aan pengolahan peralatan yg pemasaka penjamah harus n peralatan
pindang patin bakteri tertutup dan Perlengk bahan digunakan n memperhatika untuk
yang sudah menggunakan apan dan pangan dalam n penggunaan penyajian
matang kemasan yg penyajia keadaan perlengkapan
aman n kering dan penyajian
makanan makanan
Fisik = debu, Penyajian dalam
kotoran dan harus keadaan
rambut memperhatikan bersih dan
suhu kering
Kimia = Memilih jenis
Bispenol A wadah plastik
(BPA) yg cukup tahan
panas
B. Pembahasan
A. Fungsi Pengawasan Mutu
Pengawasan dan pengendalian mutu pelayanan gizi dirumah
sakit, ditujukan untuk menjamin ketepatan dan keamanan pelayanan
gizi. Fungsi dari kegiatan pengawasan dan pengendalian mutu dalam
pelayanan gizi dirumah sakit adalah 1). Mengawasi setiap tahapan
proses, 2). Menjamin keamanan pelayanan yang dihasilkan serta 3).
Menghasilkan pelayanan yang bermutu.
A. Kesimpulan
1) Fungsi dari kegiatan pengawasan dan pengendalian mutu
dalam pelayanan gizi dirumah sakit adalah 1). Mengawasi
setiap tahapan proses, 2). Menjamin keamanan pelayanan yang
dihasilkan serta 3). Menghasilkan pelayanan yang bermutu.
2) Pindang merupakan makanan (lauk) khas Palembang Melayu.
Pindang patin adalah salah satu makanan protein hewani yang
disajikan pada menu kelas III di dapur penyelenggaraan makan
bagian Instalasi Gizi RSUD Pesawaran. Pindang patin terdiri
dari bahan-bahan yang digunakan seperti ikan patin, tomat,
kemangi,bawang merah, bawang putih, kemiri, lengkuas,
kunyit, jahe, sereh, daun salam, asem kandis, daun bawang.
3) Berdasarkan hasil kegiatan pelaksaaan HACCP, ditemukan
bahwa pada proses pemasukan ikan patin ke dalam wajan
didapatkan hasil yang signifikan hal ini dikarenakan adanya
kemungkinan bahaya biologis yaitu E-coli dan kuman. Bahaya
fisik yaitu benda asing (rambut dan debu). Kemudian, bahaya
kimia yaitu seperti logam berat, cemaran timbal, pathogen
yang tahan terhadap panas dan kebersihan alat. Hasil yang
kedua pada saat proses penyajian pindang ikan patin yang
sudah matang, ditemukan bahwa pada proses pemasukan ikan
patin ke dalam wajan didapatkan hasil yang signifikan hal ini
dikarenakan adanya kemungkinan bahaya biologis yaitu seperti
jamur, dan bakteri. Bahaya fisik yaitu debu, kotoran, dan
rambut. Kemudian, bahaya kimia yaitu seperti Bispenol A
(BPA).
B. Saran
Saran yang dapat diberikan kepada pihak Instalasi Gizi di
RSUD Pesawaran dengan adanya penelitian ini adalah:
1) Dalam rangka mencapai penerapan sistem HACCP secara
maksimal, perlu komitmen tinggi dari manajemen yang tepat
untuk melaksanakan HACCP ini secara berkesinambungan dan
menyeluruh.
2) Petugas diharapkan selalu mempertahankan dan meningkatkan
kinerja agar makanan yang diolah dan diberikan kepada
konsumen selalu dalam keadaan yang baik,serta selalu
menerapkan enam langkah cuci tangan dan memakai
kelengkapan APD selama proses kinerja berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA
Rauf, Rusdin. 2013. Sanitasi dan HACCP. Graha Ilmu. Yogyakarta. &Rauf
(2013)
Oleh
Mengetahui,
Kepala Instalasi Gizi
RSUD Pesawaran
A. Latar Belakang
Instalasi Gizi RSUD Pesawaran merupakan salah satu
penunjang yang menyelenggarakan makanan bagi pasien rawat inap.
Penyelenggaraan makanan di rumah sakit ini dilaksanakan untuk
menyediakan makanan yang kualitasnya baik dan jumlahnya sesuai
dengan kebutuhan pasien. Sehubungan dengan hal tersebut, maka
perlu diperhatikan penampilan, rasa, tekstur, aroma dan sanitasi dari
makanan tersebut. Salah satu cara pengawasan mutu makanan yaitu
dengan menerapkan Hazard Analysis Critical Control Point
(HACCP), sehingga makanan yang disajikan terjaga keamanannya
untuk dikonsumsi.
HACCP adalah suatu evaluasi sistematis terhadap prosedur
pengolahan atau penyiapan makanan yang spesifik untuk
mengidentifikasi hazard yang berkaitan dengan ingredient atau
dengan prosedur pengolahan itu sendiri, dan untuk mengetahui cara
mengendalikan hazard tersebut. Tujuan HACCP adalah untuk
menjamin bahwa produk makanan memang aman untuk di
konsumsi. Penerapan HACCP tersebut meliputi semua kegiatan yang
dimulai dari penanganan bahan mentah, pemilihan bahan mentah,
persiapan, pengolahan, penyimpanan dan penyajian makanan
matang.
Salah satu hidangan lauk hewani yang disediakan oleh bagian
Instalasi Gizi RSUD Pesawaran sebagai menu biasa bagi pasien
adalah Rolade Variasi (diberikan untuk menu makan sore kelas II
dan III). Pada lauk hewani ini perlu dilakukan tindakan HACCP
mengingat bahan bakunya berupa daging ayam dan telur ayam yang
rentan terhadap bahaya biologi, fisik, dan kimia. Selain bahaya yang
berasal dari bahan baku, bahaya juga dapat timbul pada saat
penerimaan maupun persiapan bahan baku. Bahaya tersebut timbul
bila kualitas bahan tidak sesuai standar, ada kontaminasi dengan
bahan makanan yang lain dan kebersihan alat pada waktu digunakan.
Oleh karena untuk menerapkan HACCP kami mencoba melakukan
pengamatan penelitian tentang “Pengawasan Mutu Makanan
(HACCP) Pada Lauk Hewani Rolade Ayam”.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melakukan pengawasan terhadap kualitas keamanan
makanan untuk mencegah terjadinya penyakit keracunan yang
dapat ditimbulkan melalui perantara produk rolade ayam.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui mutu pengawasan penerimaan bahan baku rolade
ayam.
b. Mengetahui mutu pengawasan persiapan bahan baku rolade
ayam.
c. Mengetahui mutu pengawasan penyimpanan bahan baku
rolade ayam.
d. Mengetahui mutu pengawasan pengolahan rolade ayam.
e. Mengetahui mutu pengawasan penyajian rolade ayam.
C. Manfaat Pengamatan
3. Manfaat bagi Peneliti
Melakukan pengawasan terhadap kualitas keamanan
makanan untuk mencegah terjadinya penyakit keracunan yang
dapat ditimbulkan melalui perantara produk rolade ayam.
4. Manfaat bagi Rumah Sakit
Memberikan bahan masukan bagi institusi mengenai
bagaimana pengawasan mutu terhadap produk makanan yang
diselenggarakan di Instalasi Gizi RSUD Pesawaran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. SejarahHACCP
HACCP diperkenalkan pertama kali di USA oleh perusahaan
Pillsbury yang bekerja sama dengan NASA dan laboratorium
Research and Development USA Army Natick pada awal tahun
1960. Sistem ini didasarkan pada konsep teknis analisis kegagalan,
cara, dan analisis dampak (failfure, mode and effect analysis,
FMEA) yang mengkaji potensi kesalahan yang mungkin muncul
disetiap tahapan pelaksanaan, dan penempatan mekanisme
pengendalian yang efektif secara tepat. Konsep tersebut kemudian
diterapkan kedalam sistem keamanan mikrobiologis di hari-hari
awal pelaksanaan program pesawat ulang-alik berawak AS untuk
menjamin keamanan makanan astronotnya guna meminimalkan
risiko terjadinya kejadian luar biasa (KLB) keracunan makanan
diluar angkasa (Takenaka, 2005).
Sistem keamanan dan mutu makanan umumnya didasarkan
pada pengujian produk akhir. Akan tetapi, akibat keterbatasan
teknik pengambilan sampel dan pengujian, keamanan makanan
sulit dijamin. Dengan demikian tampak jelas bahwa ada suatu
kebutuhan untuk mendatangkan suatu yang lain, sebuah metode
praktik dan pencegahan yang dapat memberi jaminan keamanan
makanan dalam tingkat yang lebih tinggi-sistem HACCP. Sistem
HACCP memang belum dipublikasikan sampai tahun 1970 -an
tetapi sejak mendapatkan pengakuan dunia Internasional,
penerapannya didalam produksi makanan yang aman telah diakui.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) sebagai metode yang paling
efektif untuk mengendalikan penyakit bawaan makanan
(foodborne disease) (Mortimore & Wallace,2004).
Dalam bukunya, Rauf (2013) juga mengatakan bahwa
HACCP dirancang untuk industri pangan yang telah menggunakan
peralatan canggih, namun pendekatan prinsip-prinsip HACCP
dapat diterapkan pada skala kecil seperti di rumah, restoran
maupun instalasi gizi. Menurut Daulay (2011) untuk memahami
konsep HACCP secara menyeluruh diperlukan adanya kesamaan
pandangan terhadap beberapa istilah dan definisi yang di pakai
dalam sistem manajemen HACCP, yaitu:
1. Bahaya (Hazard)
Bahan biologi, kimia atau fisika, atau kondisi yang dapat
menimbulkan resiko kesehatan yang tidak diinginkan terhadap
konsumen. bahaya atau “hazard” sebagai suatu sifat-sifat
biologis atau mikrobiologis, kimia, fisika yang dapat
menyebabkan bahan pangan (makanan) menjadi tidak aman
untuk dikonsumsi.
2. Titik Kendali (Critical Point =CP)
Setiap titik, tahap atau prosedur pada suatu sistem
produksi makanan yang dapat mengendalikan faktor bahaya
biologi atau mikrobiologi, kimia atau fisika.
3. Titik Kendali Kritis (Critical Control Point =CCP)
Setiap titik, tahap atau prosedur pada suatu sistem
produksi makanan yang jika tidak terkendali dapat
mengakibatkan resiko kesehatan yang tidak diinginkan atau
setiap titik, tahap atau prosedur yang jika dikendalikan dengan
baik dan benar dapat mencegah, menghilangkan atau
mengurangi adanya bahaya.
4. Batas Kritis (CriticalLimits)
Batas toleransi yang harus dipenuhi atau dicapai yang
menjamin bahwa
CCPdapatmengendalikansecaraefektifbahayayangmungkintimb
ulatausuatunilai yang merupakan batas antara keadaan dapat
diterima dan tidak dapat diterima.
5. Resiko : Kemungkinan menimbulkan bahaya.
6. PenggolonganResiko
Pengelompokkan prioritas resiko berdasarkan bahaya yang
mungkin timbul atau terdapat pada makanan
7. Pemantauan(Monitoring)
Pengamanan atau pengukuran untuk menetapkan apakah
suatu CCP dapat dikendalikan dengan baik dan benar serta
menghasilkan catatan yang teliti untuk digunakan selanjutnya
dalam verifikasi.
8. PemantauanKontinyu
Pengumpulan dan pencatatan data secara kontinyu, misalnya
pencatatan suhu padatabel.
9. Tindakan Koreksi (CorrectiveAction)
Prosedur atau tatacara tindakan yang harus dilakukan jika
terjadi penyimpangan pada CCP.
10. Tim HACCP
Sekelompok orang atau ahli yang bertanggung jawab untuk
menyusun rancangan HACCP. Pembentukan tim HACCP
hendaknya disusun berdasarkan struktur organisasi yang sudah
ada dalam badan usaha pemilik restoran terkait, sehingga
legalitas dari tim HACCP tersebut dapat
dipertanggungjawabkan. (Sudibyo, 2008).
11. Validasi RancanganHACCP
Pemeriksaan awas oleh tim HACCP untuk menjamin bahwa
semua elemen dalam rancangan HACCP sudah benar.
12. Validasi
Metode, prosedur dan uji yang dilakukan selain pemantauan
untuk membuktikan bahwa sistem HACCP telah sesuai dengan
rancangan HACCP, dan untuk menentukan apakah rancangan
HACCP memerlukan modifikasi dan revalidasi.
C. Prinsip HACCP
Secara teoritis ada tujuh prinsip dasar penting dalam penerapan
sistem HACCP pada industri pangan. Ketujuh prinsip dasar penting
HACCP yang merupakan dasar filosofi HACCP tersebut menurut
Rauf (2013) adalah :
1. Analisis PotensiBahaya
Analisis bahaya merupakan prinsip pertama dari tujuh prinsip
HACCP yang tertuang di dalam dua belas langkah penerapan sistem
HACCP. Analisis bahaya dilakukan untuk mengidentifikasi potensi-
potensi bahaya termasuk penyebabnya serta menentukan peluang
kejadian atau resiko (risk) dan tingkat keparahan (severity) pada
setiap tahapan proses (Brown, 2000).
Tabel 1. Analisis potensi bahaya
Jenis bahaya Contoh
Biologi Bakteri, virus, kaang, protozoa dan serangga
Kimia Toksin alami (sianida), allergen, pestisida,
mikotoksin
Fisik Kerikil, logam, kaca, rambut
Sumber: Rauf (2013)
Analisis potensi bahaya dilakukan dalam tiga tahap yaitu :
a. Menetukan potensi bahaya dan tindakan pengendalian, merupakan
potensi bahaya dari setiap bahan, baik bahan utama maupun bahan
tambahan sekecil apapun harus dilakukan analisis potensibahaya
b. Menentukan kelompok bahaya pada bahan baku dan produk, tahap
kedua dalam analisis potensi bahaya adalah penentuan kelompok
bahaya dari bahan baku, produk antara, dan produk akhir, yang
dibagi menjadi 6 kelompok bahaya, yaitu bahaya A, B, C, D, E,
danF.
c. Tabel 2. Kelompok bahaya pada bahan baku dan produk
Kelompok Karakteristik
Bahaya Bahaya
Bahaya A Kelompok produk khusus yang terdiri dari produk
nonsteril yang ditunjukkan untuk konsumen berisiko
tinggi seperti bayi, ibu hamil, ibu menyusui, orang sakit,
dan lansia.
Bahaya B Produk mengandung bahan yang sensitif terhadap bahaya
biologis, kimia, dan fisik.
Bahaya C Di dalam produksi tidak terdapat tahap yang dapat
membunuh mikroorganisme berbahaya atau
mencegah/menghilangkan bahaya kimia atau fisik.
Bahaya D Produk yang kemungkinan mengalami pencemaran
kembali setelah pengolahan sebelum pengemasan.
Bahaya E Kemungkinan dapat terjadi kontaminasi kembali selama
distribusi, penjualan atau penanganan oleh konsumen,
sehingga produk menjadi berbahaya bila dikonsumsi.
Bahaya F Tidak ada proses pemanasan setelah pengemasan yang
dapat menghilangkan bahya biologis atau tidak ada cara
konsumen untuk mendeteksi, menghilangkan bahaya
kimia atau fisik.
Sumber: Rauf (2013)
d. Menentukan kategori resiko, setelah ditentukan kelompok bahaya
dari bahan baku dan produk, selanjutnya ditentukan kategori resiko
dari setiap bahan baku, bahan antara dan bahan produk. Kategori
resiko terbagi menjadi tujuh, yaitu dari kategori 0 –VI.
Tabel 3Kategori resiko dari bahan baku danproduk
Kategori Keterangan
B. Metode Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan metode observasi. Metode
observasi dilakukan secara langsung yaitu pada proses penerimaan,
persiapaan, pengolahan, dan penyajian rolade ayam.
C. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian HACCP ini meliputi
data primer dan sekunder.
1. Data Primer:
a. Data mengenai bahan makanan dan peralatan yang digunakan
b. Data tentang cara pembuatan rolade ayam.
2. Data sekunder:
a. Data standar resep rolade ayam RSUD Pesawaran.
b. Data spesifikasi bahan makanan yang berlaku RSUD
Pesawaran .
F. Prosedur Penelitian
1. Melengkapi form “penerapan HACCP mengenai informasi jenis
makanan yang meliputi langkah 2-4 (penetapan jenis produk,
identifikasi pengguna, penggunaan produk serta membuat
diagram alir)
2. Pengamatan kegiatan pada setiap tahap pengolahan makanan
yang kemungkinan ditemukan adanya hazard (langkah 5 yaitu
konfirmasi diagram alir)
a. Persiapan alat
b. Penerimaan bahan kering
c. Penerimaan bahan segar
d. Persiapan bumbu
e. Pengolahan bahan makanan
f. Penyajian
3. Identifikasi bahaya, dokumentasi pada form identifikasi bahaya
(langkah 6) .
4. Penentuan titik kritis (CCP pada langkah 7)
5. Pengamatan tentang pelaksanaan spesifikasi batas kritis yang
telah ditentukan (langkah 8)
6. Penyusunan rencana penerapan sistem monitoring (langkah 9)
7. Tindakan perbaikan (langkah 10)
8. Verifikasi (langkah 11)
9. Dokumentasi (langkah 12)
10. Membuat hasil pengamatan dan pembahasan
11. Membuat kesimpulan dari penelitian
5.Pengemasan Plato
6. Kondisi penyimpanan sebelum Disimpan pada suhu ruang
Disajikan
7. Daya tahan 24 jam
DIAGRAM ALIR
Penyiapan& penerimaan
Penghalusan
Pengchooperan
Pencetakkan
Pengukusan
Penimbangan
Pemotongan
Penataan
FORM 6. PRINSIP 1 ANALISIS BAHAYA
Lembar kerja 6. Identifikasi Bahaya, Penetapan Tindakan Pencegahan dan Signifikansi Bahaya (Risiko)
RENCANA HACCP
PT : Instalasi Gizi RSUD Pesawaran
Produk : Rolade ayam
4. Persiapan Fisik Benda asing Kontaminasi dari alat Membersihkan alat yang akan H L NS
bumbu: (Rambut, (kotor/tidak dibersihkan dipakai dan penjamah
debu, dan dahulu) dan kontaminasi menggunakan APD lengkap
Bawang merah,
tanah)/bahan dari penjamah
bawang putih,
selain bumbu
garam, lada
5. Menchopper Fisik Benda asing Kontaminasi dari alat Membersihkan alat yang M L NS
(kotor/tidak dibersihkan
bahan (daging (Rambut, akan dipakai dan penjamah
dahulu) dan kontaminasi
ayam, telur, debu, dan dari penjamah menggunakan APD lengkap
tepung terigu kerikil)/benda
dan bumbu) asing selain
bahan
6. Mencetak Fisik Benda asing Kontaminasi dari alat Pencucian alat setiap akan H H S
yang digunakan dan
adonan rolade (Rambut, digunakan dan setelah
kontaminasi dari
ayam debu, dan pekerjanya digunakan
kerikil)/benda
asing selain Hygiene pekerjanya
bahan
7. Mengukus Kimia Senyawa yang Kontaminasi dari alas Tidak menggunakan alas H H S
adoanan terkandung pelapis loyang pelapis plastik
pada plastik : menggunakan plastik Hygiene pekerjanya
Kandungan LDPE dan kontaminasi
BPA dari pekerjanya
(Bisphenol A)
dan PS
(Polysterin),
8. Memotong Fisik Benda asing Kontaminasi alat yang Pencucian alat setiap akan H H S
digunakan untuk
rolade (Rambut, digunakan dan setelah
pembentukan
debu, dan digunakan
Kontaminasi dari
kerikil)/benda pekerjanya
asing selain Hygiene pekerjanya
bahan
9. Penyajian Fisik Benda asing Kontaminasi alat yang Pencucian alat setiap akan M L NS
digunakan untuk
(Rambut, digunakan dan setelah
pembentukan
debu, dan digunakan
Kontaminasi dari
kerikil)/benda pekerjanya
asing selain Hygiene pekerjanya
bahan
FORM 7. RENCANA HACCP
RENCANA HACCP
PT : Instalasi Gizi RSUD Pesawaran
Produk : Rolade ayam
5. Menchopper Fisik Kontaminasi dari M L Membersihkan alat yang T - - - Bukan Karena bahaya
akan dipakai dan CCP tersebut akan
bahan (daging alat (kotor/tidak
penjamah menggunakan hilang pada
ayam, telur, dibersihkan dahulu) APD lengkap
tahap
tepung terigu dan kontaminasi dari selanjutnya
dan bumbu) penjamah
6. Mencetak Fisik Kontaminasi dari H H Pencucian alat setiap Y Y CCP Karena terjadi
alat yang digunakan migrasi
adonan rolade akan digunakan dan
dan kontaminasi dari senyawa
ayam pekerjanya setelah digunakan
berbahaya dari
wadah
Hygiene pekerjanya sebelumnya ke
makanan atau
dari alat yang
digunakan dan
Hygiene
penjamah
7. Mengukus Kimia Kontaminasi dari H H Tidak menggunakan alas Y Y CCP Karena bahaya
adoanan alat alat pelapis pelapis plastik dan dari alas
pelapis
menggunakn plastik Hygiene pekerjanya
menggunakan
LDPE dan plastik LDPE
kontaminasi dari Senyawa yang
terkandung
pekerjanya
pada plastik
yaitu BPA
(Bisphenol A)
dan PS
(Polysterin),
8. Memotong Fisik Kontaminasi alat H H Pencucian alat setiap Y Y CCP Karena terjadi
yang digunakan migrasi
rolade akan digunakan dan
untuk pembentukan senyawa
setelah digunakan
berbahaya dari
Kontaminasi dari
pekerjanya wadah
Hygiene pekerjanya sebelumnya ke
makanan atau
dari alat yang
digunakan dan
Hygiene
penjamah
FORM 8. RENCANA HACCP
RENCANA HACCP
Tahap/ Bahaya Tindakan CCP Batas Kritis Pemantauan Tindakan Verifikasi Dokume- ntasi
Koreksi
Input Pengendalian Apa Dimana Bagaimana Kapan Siapa Apa & Siapa Apa
& Siapa
1. Persiapan bahan Biologis - Spesifikasi CCP 1 Kebersihan bahan Pengecek Di tempat Memastikan Saat Bagian Bahan yang Review Form
pangan segar : penyimpanan tidak dan hyigiene an bahan persiapan penjamah sebelum penjamah dipesan harus berkala hasil penerimaan
telur terlalu lama dan penjamah dan bahan pangan melakukan memulai sesuai dengan monitoring barang dan
ditempatkan di tempat kebersiha pencucian telur produksi standar ysang tenaga di form tindakan
kering n dancuci tangan telah di tetapkan ruang koreksi
penjamah serta (bersih dari penerimaan
- memeriksa telur pengecekan kotoran) saat
pada saat datang dari kelengkapan melakukan
pemasok APD penerimaan
- mencuci telur
menggunakan air
mengalir
3. Mencetak Fisik - Pencucian alat setiap CCP 5 Kondisi penjamah Kelengka Di ruang Memastikan Saat Bagian Apd yang Review Form
adonan rolade akan digunakan dan pantry bersih dari pan apd Penyajian penjamah melakukan penyajian digunakan bersih berkala hasil monitoring
ayam setelah digunakan mikroba dan fisik menggunakan pencetakan dan bebas dari monitoring apd, form
sarung tangan kontaminan oleh tenaga tindakan
-hyigiene penjamah penjamah distribusi saat koreksi
melakukan
- kebersihan alat
pencetakan
rolade ayam
2. Mengukus Kimia Tidak menggunakan CCP 3 Kondsi alas Pengecek Ditempat Memastikan Saat Bagian Alas pelapis Review Form
adoanan alas pelapis plastik plastik pada saat an alaas pengolahan penjamah tidak melakukan penjamah pada saat berkala hasil penerimaan
dan pengukusan pada saat bahan pangan menggunkan pengukusan pengukusan tidak monitoring barang dan
pengukus plastik sebagai menggunakan tenaga di form tindakan
Hygiene pekerjanya an alas pengukusan pelapis ruang koreksi
penerimaan
saat
melakukan
penerimaan
4. Memotong Fisik - Pencucian alat setiap CCP 5 Kondisi penjamah Kelengka Di ruang Memastikan Saat Bagian Apd yang Review Form
Rolade akan digunakan dan pantry bersih dari pan apd Penyajian penjamah melakukan penyajian digunakan bersih berkala hasil monitoring
setelah digunakan mikroba dan fisik menggunakan pemotongan dan bebas dari monitoring apd, form
sarung tangan kontaminan oleh tenaga tindakan
-hyigiene penjamah penjamah distribusi saat koreksi
melakukan
- kebersihan alat
pemotongan
rolade ayam
5.2 Pembahasan
A.
Pengawasan Mutu dan Lain-lain
Pengawasan dan pengendalian mutu pelayanan gizi dirumah sakit,
ditujukan untuk menjamin ketepatan dan keamanan pelayanan gizi.
Fungsi dari kegiatan pengawasan dan pengendalian mutu dalam
pelayanan gizi dirumah sakit adalah 1). Mengawasi setiap tahapan
proses, 2). Menjamin keamanan pelayanan yang dihasilkan serta 3).
Menghasilkan pelayanan yang bermutu.
2. HACCP
A. Gambaran Umum Produk
Rolade ayam adalah salah satu makanan protein hewani yang
disajikan pada menu kelas III di dapur penyelenggaraan makan
bagian Instalasi Gizi RSUD Pesawaran. Rolade ayam terdiri dari
bahan-bahan yang digunakan seperti daging ayam, telur, tepung
terigu, wortel, daun bawang, lada, gula, garam, bawang putih, dan
bawang merah. Menurut SNI 01-3924-1995, daging ayam
didefinisikan sebagai otot sekeletal dari ayam yang aman, layak, dan
lazim dikomsumsi manusia.
3. Cara persiapan
Bahan-bahan disiapkan untuk persiapan pengolahan
rolade ayam dan akan langsung dilakukan pengolahan.
Dengan tujuan persiapan yaitu sebagai acuan penerapan
langkah-langkah dalam persiapan bahan makanan serta
bumbu-bumbu sebelum dilakukan kegiatan
pengolahan.Persiapan bahan seperti daging ayam, telur,
tepung terigu, wortel, daun bawang, lada, garam,
gula,bawang putih, dan bawang merah. Di RSUD Pesawaran
menggunakan First In First Out (FIFO) dan First Expired
First Out (FEFO). Sehingga bahan makanan dan bumbu-
bumbu yang ingin digunakan masih dalam keadaan baik.
8. Cara Penyajian
Dilakukan penyajian rolade ayam dimasukan kedalam
wadah lalu selanjutnya dilakukan pemorsian. Untuk pasien
yang tidak membutuhkan diet khusus dan teruntuk pasien
yang berada diruang kelas III.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data dan perbandingan kondisi
yang ada dengan hasil perencanaan HACCP, rencana HACCP telah
disusun diantaranya :
1. Penerimaan bahan pangan segar (telur) yaitu bahaya biologi
dengan jenis bahaya Salmonella dan kotoran retak dan bitnik
merah pada cangkang, serta tidak tenggelam dalam air (busuk).
2. Pengukusan adonan yaitu bahaya kimia dengan jenis bahaya
Kontaminasi dari alat pelapis menggunakn plastik LDPE dan
kontaminasi dari pekerjanya.
3. Mencetak adonan rolade ayam yaitu bahaya fisik dengan jenis
bahaya Benda asing (Rambut, dan debu).
4. Memotong rolade ayam yaitu bahaya fisik dengan jenis bahaya
Benda asing (Rambut, debu, dan kerikil)/benda asing selain
bahan.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan kepada pihak Instalasi Gizi di RSUD
Pesawaran dengan adanya penelitian ini adalah:
1) Dalam rangka mencapai penerapan sistem HACCP secara
maksimal, perlu komitmen tinggi dari manajemen yang tepat
untuk melaksanakan HACCP ini secara berkesinambungan dan
menyeluruh.
2) Mempertahankan penelitian lebih lanjut dan pengujian
laboratorium untuk mengetahui tingkat paparan kontaminasi
yang mungkin terjadi selama proses produksi.
DAFTAR PUSTAKA
Arisman, 2009, Buku Ajar Ilmu Gizi: Gizi dalam Daur Kehidupan, Jakarta:
EGC
.
Takenaka, S. 2005. Quality Enhancement in Food Processing Throuhg
HACCP. Tokyo: Asian Productivity Organization
SNI 01-3924-1995
Lampiran 4. Modifikasi Menu
Disusun Oleh :
ErtaviyaFebriyani 1813411001
DindaAuliya 1813411010
FitriAmalia 1813411020
MouliedaRosyalia 1813411027
Aji Surya Kencana 1813411031
Arum KusumaDewi 1813411039
Ni KomangFitriAnanda 1813411044
A. Latar belakang
Makanan merupakan kebutuhan dasar manusia untuk
melanjutkan kehidupan. Makanan yang dibutuhkan harus sehat
dalam arti memiliki nilaigizi yang optimal seperti : vitamin, mineral,
hidrat arang, lemak, dan lainnya. Makanan yang memenuhi
kebutuhan gizi dan dikonsumsi habis akan mempercepat proses
penyembuhan, memperpendek hari perawatan, mengurangi
komplikasi, menurunkan mortalitas, dan memperbaiki status gizi
pasien. Hal ini berarti dengan biaya perawatan yang sama Rumah
Sakit dapat memberikan pelayanan yang lebih baik (Depkes,2003).
Penyelenggaraan makanan rumah sakit adalah suatu rangkaian
kegiatan mulai dari perencanaan menu sampai dengan
pendistribusian makanan kepada konsumen, dalam rangka
pencapaian status kesehatan yang optimal. Penyelenggaraan
makanan di rumah sakit dilaksanakan dengan tujuan untuk
menyediakan makanan yang kualitasnya baik, jumlah sesuai
kebutuhan serta pelayanan yang layak dan memadai bagi klien atau
konsumen yang membutuhkan (Depkes, 2003).
Lauk hewani dan lauk nabati pada menu rumah sakit sering
tidak dihabiskan oleh pasien, untuk itu perlu dilakukan sejumlah
perubahan pada hidangan lauk hewani dan lauk nabati salah satu
caranya dengan melakukan modifikasi menu, atau cara pengolahan
tanpa mengurangi nilai gizinya, dengan tujuan untuk meningkatkan
penampilan serta meningkatkan rasa hidangan yang pada akhirnya
akan meningkatkan tingkat penerimaan makanan pasien. Dengan
meningkatnya daya terima pasien terhadap makanan maka asupan
gizi yang masuk kepada pasien akan lebihbaik.
Berkaitan dengan tujuan untuk tetap menghasilkan mutu
masakan yang baik serta memperhatikan nilai gizi makan , maka
menu lauk hewani dan nabati saat ini perlu di kaji kembali.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
a) Membuat rekomendasi modifikasi menu lauk hewani
dan nabati
2. Tujuan Khusus
a) Melihat kesesuaian penggunaan bahan makanan dan kandungan zat
gizi
b) Melakukan uji organoleptik terhadap menu yang dimodifikasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Menyusun Menu
Menu berarti hidangan makanan yang disajikan dalam suatu acara makan, baik
makan siang maupun makan malam. Namun menu dapat juga disusun untuk lebih dari
satu kali makan. misalnya untuk satu hari yang terdiri dari menu makan pagi, makan
siang, dan makan malam, serta makanan selingan jika ada. Dalam penyelenggaraan
makanan institusi, menu dapat disusun untuk jangka waktu yang cukup lama, misalkan
untuk selama tujuh atau sepuluh hari. Menu yang disusun seperti itu disebut menu induk
(master menu) (Moehyi, 2002).
Menurut (Aritonang,2014) menyusun menu dengan kesesuaian siklus menu yang
digunakan adalah siklus menu 10 hari yang berlaku selama 1 tahun yang meliputi:
1. Mengumpulkan dan mengelompokkan berdasarkan jenis makanan.
2. Menyusun pola menu dan master menu sebagai siklus menu yang berlaku.
3. Memasukkan hidangan hewani yang serasi warna, komposisi,konsistensi bentuk
dan variasinya kemudian lauk nabati, sayur, buah dan snack.
4. Membuat perbaikan menu dan selanjutnya menu siap untuk diusulkan kepada
pengambilan keputusan ( Instalasi Gizi).
B. Modifikasi Menu
Modifikasi menu adalah sebagai salah satu cara untuk meningkatkan citarasa
masakan. Menu yang telah dimodifikasi, sehingga dapat mengurangi rasa bosan/ jenuh
pasien terhadap masakan sering disajikan. Demikian pula, pengembangan resep untuk
meningkatkan nilai gizi masakan, sekaligus meningkatkan daya terima pasien. Modifikasi
bentuk, atau cara pengolahannya. Dengan demikian modifikasi resep dimaksudkan untuk
meningkatkan keanekaragaman masakan bagi pasien, meningkatkan nilai gizi pada
masakan, dan meningkatkan daya terima pasien terhadap masakan terutama masakan
pasien anak-anak (Aritonang, 2012).
C. Lauk Hewani
Lauk hewani merupakan salah satu bagian dari susunan menu sehari. Lauk hewani
yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat yang berasal dari daging ayam, daging sapi, ikan
dan telur. Biasanya daging ayam digunakan untuk lauk hewani hanya dimasak menjadi
ayam goreng, kare ayam, opor ayam, dsb. Untuk keanekaragaman lauk hewani maka
diperlukan pengembangan lauk hewani yang berasal dari bahan dasar yang sama salah
satunya yaitu ayam santan, sehingga diharapkan dari hasil pengembangan resep nantinya
dapat mengurangi kebosanan pasien. Protein hewani merupakan protein yang sempurna
yang mengandung semua asam amino esensial yang mutunya tinggi yang fungsinya
untuk menggantikan sel sel yang telah rusak dengan sel yang baru sehingga proses
penyembuhan dapat berjalan dengan lancar.
Berdasarkan pertimbangan yang mendasar bahwa pasien harus menghabiskan
makanan yang sesuai dengan kebutuhannya agar mendapatkan tingkat penyembuhan
yang optimal, maka diperlukan standar resep makanan yang variatif dan baku untuk
menghasilkan standar mutu makanan (menu) yang baik dan dapat diterima oleh orang
sakit maupun orang sehat. Seni mengolah bahan makanan yang dapat menghasilkan suatu
hidangan siap santap dan lezat, bergizi serta menarik dan dapat membangkitkan selera
makan (Tarwotjo,1998).
Beberapa faktor yang mempengaruhi ikan sebagai lauk hewani sebagai suatu
hidangan kurang diterima oleh sebagian orang untuk dikonsumsi. Menurut Hadiwiyoto S
(1993), cita rasa ikan dikaitkan dengan kesegaran dan kerusakan ikan, mutu citarasa ikan
sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor yang menyebabkan ikan tidak disukai
diantaranya disebabkan oleh kesalahan dalam penanganan pasca tangkap hasil perikanan,
seperti peralatan yang digunakan, penggunaan bahan pendingin, cara penyimpanan, cara
pengangkutan, cara pengolahan, suhu pengolahan dan bumbu yang digunakan. Standar
resep untuk makanan lauk hewani ikan yang berlaku dirumah sakit daerah Prof Sitiawan
Kartosoedarjo dari hasil penelitian sebelumnya masih belum dapat menjamin baiknya
daya terima pasien. Dengan adanya modifikasi resep yang terfokus pada standar
mutu/kualitas, antara lain dengan mengubah rasa makanan lebih variasi dan penampilan
makanan lebih menarik, dengan tetap mempertahankan nilai gizi ikan, diharapkan selain
meningkatkan intake protein juga dapat meningkatkan daya terima pasien atau menekan
terjadinya sisa makanan yang disajikan.
D. Lauk Nabati
Lauk nabat atau protein berasal dari konsumsi pangan atau berbagai jenis olahannya.
Tahu dan tempe makanan ini bisa di sajikan sebagai sumber protein setiap hari karena
harganya yang terjangkau. Namun ternyata, kandungan protein dari makanan yang
bersumber dari kedelai ini tak semurah harganya. Dalam takaran 100 gram, tahu memiliki
kandungan protein sebanyak 10,9 gram per 100 gramnya. Selain mudah untuk
didapatkan, tahu juga sangat mudah untuk diolah menjadi berbagai kreasi hidangan yang
pasti disukai seluruh anggota keluarga.
E. Daya Terima
1. Pengertian Daya Terima Makanan
Daya terima makan adalah kesanggupan seseorang untuk menghabiskan
makanan yang disajikan sesuai dengan kebutuhannya (Kurnia, 2010). Daya terima
makanan secara umum dapat dilihat dari jumlah makanan yang dikonsumsi dan
daya terima makanan juga dapat dinilai dari jawaban terhadap pertanyaan yang
berhubungan dengan makanan yang dikonsumsi (Chalida N, 2012).Cara penentuan
daya terima:
a) Uji Hedonik
Metode pengujian hedonik didasarkan atas kesukaan konsumen terhadap
suatu produk. Metode penilaiannya yang mudah dan sederhana karena
didasarkan atas nama suka atau tidaknya panelis terhadap suatu produk yang
diujikan ini membuat metode pengujian hedonik banyak digunakan di
masyarakat terutama ketika ingin memperkenalkan produk baru
(Kartika,1998).
Uji hedonik merupakan suatu kegiatan pengujian yang dilakukan oleh
seorang atau beberapa orang panelis yang mana memiliki tujuan untuk
mengetahui tingkat kesukaan atau ketidaksukaan konsumen tersebut terhadap
suatu produk tertentu. Panelis diminta tanggapan pribadinya tentang kesukaan
atau ketidaksukaan. Tingkat kesukaan ini disebut skala hedonik contoh tingkat
tersebut adalah :
1) Sangat suka
2) Suka
3) Agak suka
4) Tidak suka
5) Sangat tidak suka
Uji hedonik paling sering digunakan untuk menilai komoditi sejenis atau
produk pengembangan secara organoleptik. Jenis panelis yang bisa
digunakan untuk melakukan uji hedonic adalah panelis yang tidak terlatih
(Kartika, 1988).
b) Uji Organoleptik
Pengujian organoleptik disebut penilaian indera atau penilaian sensorik
merupakan suatu cara penilaian dengan memanfaatkan panca indera manusia
untuk mengamati tekstur, warna, bentuk, aroma, rasa suatu produk makanan
(Ayustaningwarno F, .2014).
c) Sisa Makanan
Sisa makanan merupakan makanan yang tidak habis termakan dan
dibuang sebagai sampah. Sisa makanan adalah bahan makanan atau makanan
yang tidak dimakan. Ada 2 jenis sisa makanan, yaitu :
1) kehilangan bahan makanan pada waktu proses persiapan dan pengolahan
bahan makanan
2) makanan yang tidak habis dikonsumsi setelah makanan disajikan (Hirch,
1979).
Sisa makanan diukur dengan menimbang sisa makanan untuk setiap jenis
hidangan. Penimbangan makanan merupakan salah satu metode yang di
gunakan untuk menggali informasi konsumsi pangan secara kuantitatif. (Nida
K. 2011) menyatakan bahwa metode penimbangan ini mempunyai tingkat
akurasi yang paling tinggi dibandingkan dengan metode lainnya.
G. Rasa Bosan
Rasa bosan biasanya timbul bila konsumen mengkonsumsi makanan yang sama
secara terus menerus atau mengkonsumsi makanan yang sama dalam jangka waktu yang
pendek, sehingga sudah hafal dengan jenis makanan yang disajikan. Rasa bosan juga
dapat timbul bila suasana lingkungan pada saat makan tidak berubah. Untuk mengurangi
rasa bosan tersebut selain meningkatkan variasi menu juga perlu adanya perubahan
suasana lingkungan pada saat makan (Moehyi, 2002).
a. Faktor Eksternal
Faktor eksternal yaitu faktor makanan yang disajikan terutama yang
menyangkut dengan kualitas makanan yang terdiri dari cita rasa makanan. Cita rasa
terjadi karena adanya rangsangan terhadap berbagai indra penglihatan, indra
penciuman dan indra pengecapan. Makanan yang mempunyai cita rasa tinggi adalah
makanan yang disajikan dengan tampilan menarik, mempunyai bau yang sedap dan
mempunyai rasa yang lezat (Winarno, 1992).
Cita rasa makanan terdiri dari penampilan makanan saat dihidangkan, rasa makanan saat
dimakan, cara penyajian (Moehyi, 2002).
1. Penampilan
Penampilan makanan terdiri dari :
a. Warna
Warna makanan memegang peranan utama dalam penampilan makanan,
warna makanan yang menarik dan tampak alamiah dapat meningkatkan cita rasa
pada makanan. Oleh sebab itu dalam penyelenggaraan makanan harus
mengetahui prinsip-prinsip dasar untuk mempertahankan warna makanan yang
alami, baik dalam bentuk tehnik memasak maupun dalam penanganan makanan
yang dapat mempengaruhi warna makanan ( Arifianti, 2000).
b. Bentuk
Untuk membuat makanan menjadi lebih menarik biasanya disajikan
dalam bentuk-bentuk tertentu. Bentuk makanan yang menarik akan memberikan
daya tarik tersendiri bagi setiap makanan yang disajikan (Ellizabet A, 2011).
Bentuk makanan tertentu yang disajikan dapat membuat makanan
menjadi lebih menarik saat disajikan (Moehyi, 2002) Beberapa macam bentuk
makanan yang disajikan seperti :
1. Bentuk yang sesuai dengan bentuk asli bahan makanan, seperti ikan yang
sering disajikan lengkap dengan bentuk aslinya.
2. Bentuk yang menyerupai bentuk asli, tetapi bukan bahan makanan yang
utuh seperti ayam kodok yang dibuat menyerupai ayam.
3. Bentuk yang diperoleh dengan cara memotong bahan makanan dengan
teknik tertentu atau mengiris bahan makanan dengan cara tertentu.
4. Bentuk yang disajikan khusus seperti bentuk nasi tumpeng atau bentuk
lainnya yang khas.
c. Tekstur atau Konsistensi Makanan
Tekstur atau konsistensi makanan berkaitan dengan struktur makanan
yang dirasakan saat didalam mulut. Tekstur makanan meliputi rasa daging,
keempukan dan tingkat kekerasan makanan yang dapat dirasakan oleh indra
pengecapan (Puji, 2008). Teksturmakanan mempengaruhi penampilan makanan
yang dihidangkan. Tekstur dan konsistensi suatu bahan makanan dapat
mempengaruhi penampilan makanan yang akan dihidangkan (Kurniah, 2010).
3. Porsi Ma kanan
Porsi makanan adalah banyaknya makanan yang disajikan sesuai kebutuhan
setiap individu berbeda sesuai dengan kebiasaan makan. Porsi makanan yang terlalu
besar atau terlalu kecil dapat mempengaruhi penampilan makanan (Tatik, 2004)
BAB III
METODOLOGI
A. Waktu pelaksanaan
Demonstrasi modifikasi menu dilaksanakan pada tanggal 22 Februari 2021
terhadap menu lauk hewani ikan simba kuah kuning menjadi sempol ikan simba
dan menu lauk nabati perkedel tahu kukus menjadi gyoza tahu. Modifikasi yang
dibuat adalah jenis makanan biasa.
B. Jumlah Porsi
Adapun jumlah porsi yang dibuat pada modifikasi menu ini adalah
berjumlah masing-masing 40 porsi hidangan.
C. Prosedurpelaksanaan
1. Pengkajian modifikasi menu
a. Mengkaji modifikasi menu
b. Melakukan ujiorganoleptik
Persiapan kedua menu yang akan diuji cobaorganoleptik.
Persiapan form penilaian uji organoleptik untuk kedua menu.
Uji coba kedua jenis menu kepada panelis.
2. Rekomendasi modifikasimenu
Rekomendasi modifikasi menu dilakukan berdasarkan :
Tabel 1.
Perbandingan Berat Bersih dan Berat Kotor Bahan Makanan
Pembuatan Sempol Ikan Simba
Bahan Makanan Sempol Ikan Berat Kotor (gr) Berat Bersih (gr)
Simba
Ikan simba 30 25
Tepung terigu 10 10
Tapioka 3 3
Wortel 12 10
Tepung panir 5 5
Total 60 53
d. Melakukan UjiOrganoleptik
Setelah pemasakan modifikasi menu, maka dilakukan uji organoleptik sempol ikan
simba. Berikut rincian hasil organoleptik dari 15 orang panelis :
Tabel 2.
Hasil Uji Organoleptik
Penilaian Deskripsi
Suka 15 9 7 6 10
Agak suka 0 1 5 6 3
Netral 0 2 1 1 1
Tidak suka 0 1 1 1 0
Dari hasil pengisian lembar uji organoleptik oleh 4 ahli gizi, 3 petugas intsalasi
gizi dan 8 pasien diperoleh hasil :
a. Warna
Modifikasi sempol ikan simba yang telah dibuat memiliki warna kuning
kecokelatan, warna dipengaruhi oleh ketepatan dalam penggorengan. Jika
penggorengan tidak terlalu matang maka akan berwarna pucat, sedangkan jika
penggorengan terlalu lama maka akan menimbulkan warna cokelat gosong. Hasil
uji organoleptik menunjukan semua panelis menyukai warna dari sempol ikan
simba.
b. Aroma
Modifikasi sempol ikan simba yang telah dibuat memiliki aroma khas ikan dan
tepung panir yang digoreng. Hasil uji organoleptik terhadap aroma menunjukan 9
orang suka, 1 orang agak suka, 2 orang netral, 2 orang agak tidak suka dan 1
orang tidak suka.
c. Rasa
Modifikasi sempol ikan simba yang telah dibuat memiliki rasa khas ikan dan
tepung, namun yang lebih mendominasi adalah rasa tepung karena konsentrasi
tepung dalam adonan terlalu banyak. Hasil uji organoleptik terhadap rasa
menunjukan 7 orang suka, 5 orang agak suka, 1 orang netral, 1 orang agak tidak
suka dan 1 orang tidak suka.
d. Tekstur
Modifikasi sempol ikan simba yang telah dibuat memiliki tekstur yang agak
keras karena terlalu banyak tepung. Hasil uji organoleptik terhadap tekstur
menunjukan 6 orang suka, 6 orang agak suka, 1 orang netral, 1 orang agak tidak
suka dan 1 orang tidak suka.
e. Keseluruhan
Keseluruhan adalah kesukaan panelis terhadap produk sempol ikan simba yang
disajikan. Hasil uji organoleptik terhadap keseluruhan menunjukan 10 orang
suka, 3 orang agak suka, 1 orang netral, 1 orang agak tidak suka dan 0 tidak suka.
3. Food Cost dan zat gizi
Pada mofidikasi sempol ikan simba memiliki foodcost yang lebih rendah
dibandingkan dengan menu yang diambil dari menu semula yaitu ikan simba bumbu
kuning. foodcost pada sempol ikan simba sebesar Rp 3.066 sedangkan foodcost pada
ikan simba bumbu kuning sebesar Rp. 5.930 untuk satu porsi, namun pada modifikasi
yang telah dibuat memiliki kandungan gizi yang lebih rendah dari menu semula
namun tinggi pada kandungan karbohidrat. dikarenakan pemakaian bahan makanan
pada menu modifikasi lebih sedikit dibandingkan dengan menu sebelum di
modifikasi, pada sempol ikan simba didapatkan hasil energy sebesar 111,17 kkal,
protein 5,71, lemak 5,94 dan karbohidrat 10,71. sedangkan pada menu ikan simba
bumbu kuning didapatkan energy sebesar 162 kkal, protein 9,90, lemak 11,46 dan
karbohidrat 5,46.
B.Gyoza tahu
1. Jumlah Berat Kotor dan Berat Bersih Bahan Makanan
Berdasarkan menu yang telah dibuat, diketahui untuk pembuatan 1 porsi
gyoza tahu membutuhkan bahan-bahan dengan perbandingan berat kotor dan
berat bersih sebagai berikut:
Tabel 3.
Perbandingan Berat Bersih dan Berat Kotor Bahan Makanan
Pembuatan Gyoza Tahu
Tahu putih 25 25
Jamur kancing 6 5
Wortel 8 5
Kulit pangsit 6 6
Tepung sajiku 10 10
Total 55 51
Tabel 4.
Hasil Uji Organoleptik
Penilaian Deskripsi
Suka 12 11 9 7 11
Agak suka 3 2 2 4 3
Netral 1 3 4 4 2
Tidak suka 0 0 0 0 0
Dari hasil pengisian lembar uji organoleptik oleh 4 ahli gizi, 3 petugas intsalasi
gizi dan 9 pasien diperoleh hasil :
a. Warna
Modifikasi gyoza tahu yang telah dibuat memiliki warna putih pada bagian luar
karena dibungkus dengan kulit pangsit dan pada bagian dalam perpaduan antara
warna putih dari tahu, warna oranye dari wortel dan warna cokelat dari jamur.
Hasil uji organoleptik menunjukan 12 orang suka, 3 orang agak suka, 1 orang
netral, 0 agak tidak suka, 0 tidak suka.
b. Aroma
Modifikasi gyoza tahu yang telah dibuat memiliki aroma khas tahu. Hasil uji
organoleptik terhadap aroma menunjukan 11 orang suka, 2 orang agak suka, 3
orang netral, 0 agak tidak suka, 0 tidak suka.
c. Rasa
Modifikasi gyoza tahu yang telah dibuat memiliki rasa khas tahu dan kulit
pangsit. Hasil uji organoleptik terhadap rasa menunjukan 9 orang suka, 2 orang
agak suka, 4 orang netral, 1 orang agak tidak suka, 0 tidak suka.
d. Tekstur
Modifikasi gyoza tahu yang telah dibuat memiliki tekstur yang lembik karena
konsistensi dari tahu yang dihancurkan lembik dan tidak menggunakan bahan
perekat seperti telur. Hasil uji organoleptik terhadap tekstur menunjukan 7
orang suka, 4 orang agak suka, 4 orang netral, 1 orang agak tidak suka, 0 tidak
suka.
e. Keseluruhan
Keseluruhan adalah kesukaan panelis terhadap produk gyoza tahu yang
disajikan. Hasil uji organoleptik terhadap keseluruhan menunjukan 11 orang
suka, 3 orang agak suka, 2 orang netral, 0 agak tidak suka, 0 tidak suka.
Berdasarkan pembahasan diatas tentang modifikasi menu lauk hewani dan nabati
3. Berikan penilaian dengan tanda checklist (√) pada pernyataan yang sesuai
penilaiananda.
4. Anda TIDAK BOLEH MEMBANDINGKAN sampel.
Penilaian Deskripsi
Warna Aroma Rasa Tekstur Keseluruhan
Suka
Agak suka
Netral
Agak tidak suka
Tidak suka
Terimakasihataspasrtisipa
sinya
Lampiran 2. Analisis Kebutuhan Biaya 1 porsi Modifikasi Lauk Hewani
Nilai Gizi
Menu Modifikasi Bahan Berat (gr) E P (g) L (g) KH (g)
(kkal)
Ikan Simba 25 21 4,44 0,23 0
Sempol Ikan Simba Tepung Terigu 10 33,3 0,9 0,10 7,72
Tapioka 3 9,07 0,27 0,012 2,2
Wortel 10 3,6 0,1 0,6 0,79
Minyak 5 44,2 0 5 0
Jumlah 53 111,17 5,71 5,94 10,71
Lampiran 6. Dokumentasi
Gambar 1. Ikan simba kuah kuning Gambar 2. Sempol ikan simba
Disusun Oleh :
Ertaviya Febriyani 1813411001
Dinda Auliya 1813411010
Fitri Amaliah 1813411020
Moulieda Rosyalia 1813411027
Aji Surya Kencana 1813411031
Arum Kusuma Dewi 1813411039
Ni Komang Fitri Ananda 1813411044
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit adalah industri yang bergerak di bidang pelayanan
jasa kesehatan yang tujuan utamanya memberikan pelayanan jasa
terhadap masyarakat sebagai usaha meningkatkan derajat kesehatan
yang setingggi- tingginya. Dalam setiap proses pelayanan kesehatan di
rumah sakit, terlihat adanya faktor-faktor penting sebagai pendukung
pelayanan itu sendiri, yang selalu berkaitan satu dengan yang lainnya.
Faktor-faktor tersebut meliputi pasien, tenaga kerja, mesin, lingkungan
kerja, cara melakukan pekerjaan serta proses pelayanan kesehatan itu
sendiri. Di samping memberikan dampak positif, faktor tersebut juga
memberikan nilai negatif terhadap semua komponen yang terlibat dalam
proses pelayanan kesehatan yang berakhir dengan timbulnya kerugian
(Puslitbag IKM FK, UGM 2000).
Penyelenggaraan makanan rumah sakit merupakan rangkaian
kegiatan mulai dari perencanaan menu, perencanaan kebutuhan
bahan makanan, perencanaan anggaran belanja, pengadaan bahan
makanan, penerimaan dan penyimpanan, pemasakan bahan
makanan, distribusi dan pencatatan, pelaporan serta evaluasi (PGRS,
2014). Bahaya-bahaya potensial di Rumah Sakit yang disebabkan oleh
faktor biologi (virus, bakteri, jamur, parasit); faktor kimia (antiseptik,
regent, gas anastesi); faktor ergonomi (lingkungan kerja, cara kerja, dan
posisi kerja yang salah); faktor fisik (suhu, cahaya, bising, listrik,
getaran dan radiasi); faktor psikologi (kerja bergilir, beban kerja,
hubungan kerja, hubungan sesama pekerja/atasan) dapat menyebab- kan
penyakit akibat kerja (Zahara, dkk, 2017).
Lingkungan rumah sakit dapat mengandung berbagai dampak
negatif yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan manusia terutama
pekerjanya. Dalam Indonesia 2010, lingkungan yang diharapkan adalah
yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat. Cara pengendalian
dapat dilakakukan untuk mengurangi bahaya di lingkungan kerja
dimana cara terbaik adalah dengan menghilangkan bahaya atau
menutup sumber bahaya tersebut itu bila mungkin, tetapi sering bahaya
tersebut tidak dapat sepenuhnya dikendalikan. Oleh karena itu
dibutuhkan usaha pencegahannya dengan menggunakan beberapa alat
pelindung diri (Sam’mul, 1985).
Salah satu upaya dalam rangka pemberian perlindungan tenaga
kerja terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di rumah sakit
adalah dengan cara memberikan APD. Pemberian APD kepada tenaga
kerja, merupakan upaya terakhir apabila upaya rekayasa (engineering)
dan cara kerja yang aman (work practices) telah maksimumdilakukan.
Tenaga penjamah makanannya pun juga harus menerapkan prinsip
hygiene yaitu menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) dengan lengkap
meliputi tutup kepala, masker, celemek, alas kaki anti selip dan pada
kondisi khusus bisa dilengkapi dengan kaca mata khusus, sarung tangan
dan sebagainya (Kemenkes, 2018). Para pekerja harus steril dalam
mengelola makanan, diantaranya menggunakan sarung tangan, masker,
celemek, penutup rambut, dan APD lainnya, menutup luka dan iritasi,
dan sebaiknya ada aturan yang melarang pekerja yang sakit untuk
bekerja.
Pelayanan gizi rumah sakit (PGRS) merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan paripurna rumah sakit dengan beberapa kegiatan,
antara lain asuhan gizi pasien rawat jalan, asuhan gizi pasien rawat inap,
penyelenggaraan makanan, serta penelitian dan pengembangan gizi
(Departemen Kesehatan RI, 2006).
Penyelenggaraan makanan yang sehat dan aman merupakan salah
satu faktor yang penting untuk meningkatkan derajat kesehatan. Oleh
karena itu kualitas makanan yang baik secara bakteriologis, kimiawi,
maupun fisik harus selalu dipertahankan. Menurut Depkes RI (2003)
yang dikutip oleh Harahap (2017) menjelaskan bahwa kualitas makanan
harus senantiasa terjamin setiap saat agar masyarakat sebagai pemakan
produk makanan tersebut dapat terhindar dari penyakit atau gangguan
kesehatan serta keracunan akibat makanan, terutama bagi pasien yang
sedang dirawat di rumah sakit yang tubuhnya dalam kondisi lemah
sehingga sangat rentan terhadap berbagai penyakit termasuk penyakit-
penyakit yang ditularkan melalui makanan, sehingga higiene sanitasi
pengolahan makanan di rumah sakit perlu mendapat perhatian yang
lebih seksama. Pada kegiatan sanitasi makanan di rumah sakit,
kebersihan bahan makanan yang diolah sebagai makanan untuk pasien
rawat inap yang ada di rumah sakit serta sangat penting diperhatikan
kebersihan dalam pembuatan makanan (Anggara, 2012).
Juru masak berperan penting dalam pelaksanaan hygiene
sanitasi. Juru masak merupakan orang yang menjamah makanan
dalam penyelenggaraan makanan, baik saat makanan dalam keadaan
terbuka atau tertutup. Perilaku kepatuhan juru masak dipengaruhi
oleh pengetahuan juru masak, dalam tingkatan pengetahuan tersebut
juru masak bisa memahami penggunaan alat pelindung diri
berdasarkan standar operasional (SOP) yang sudah ada.
Berdasarkan observasi yang sudah dilakukan pada saat praktik,
masih ada juru masak yang tidak menggunakan Alat Pelindung Diri
(APD) secara lengkap seperti terkadang tidak menggunakan sarung
tangan saat pengolahan makanan, tidak mencuci baju APD setelah
selesai digunakan, tidak menerapkan prosedur pemakaian dan pelepasan
APD secara sistematis serta hygiene sanitasi pengelolaan makanan yang
kurang sesuai dengan SOP (Standar Operasional Prosedur) yang ada
seperti tidak menerapkan 6 langkah cuci tangan, lalu kesalahan lainnya
disaat persiapan bahan makanan dilakukan pemotongan sebelum bahan
makanan dicuci terlebih dahulu sehingga akan beresiko terhadap
kandungan gizi makanan yang akan diolah.
Oleh sebab itu, penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dan
hygiene sanitasi pengelolaan makanan maka diperlukan kajian dan
pelatihan mengenai bagaimana praktek kepatuhan juru masak dalam
penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dan hygiene sanitasi
pengelolaan makanan di Instalasi Gizi RSUD Pesawaran.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran pengetahuan penggunaan Alat
Pelindung Diri (APD) juru masak dan hygiene sanitasi pengelolaan
makanan di Instalasi Gizi RSUD Pesawaran?
C. Tujuan
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan penggunaan Alat
Pelindung Diri (APD) penjamah makanan dan hygiene sanitasi
pengelolaan makanan khususnya dalam proses pengolahan bahan
makanan.
D. Manfaat
1. Bagi Rumah Sakit
Memberikan gambaran kepada rumah sakit tentang
pengetahuan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dan
hygiene sanitasi pengelolaan makanan di Instalasi Gizi RSUD
Pesawaran terutama dalam proses pengolahan bahan makanan.
2. Bagi Peneliti
Untuk mengetahui gambaran penggunaan Alat Pelindung Diri
(APD) pada juru masak dan hygiene sanitasi pengelolaan makanan di
Instalasi Gizi RSUD Pesawaran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
Menurut Icek Ajzen dan Martin Fishbein (Azwar, 2013)
pengetahuan didefinisikan sebagai suatu respon terhadap suatu perintah,
anjuran atau ketetapan yang ditunjukan melalui suatu aktifitas konkrit.
Kepatuhan juga merupakan bentuk ketaatan pada aturan atau disiplin
dalam menjalankan prosedur yang telah ditetapkan. Patuh adalah suka
menurut perintah, taat pada perintah atau aturan. Sedangkan kepatuhan
adalah perilaku sesuai aturan dan berdisiplin. Seseorang dikatakan
patuh berobat bila mau datang ke petugas kesehatan yang telah
ditentukan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan serta mau
melaksanakan apa yang dianjurkan oleh petugas (Lukman Ali et al,
2011).
2. Faktor yang Memengaruhi Ketidak Patuhan
Faktor yang memengaruhi ketidakpatuhan dapat digolongkan smeth
(2011) antara lain :
a. Pemahaman tentang Intruksi
Tak seorang pun dapat mematuhi intruksi jika ia salah paham
tentang intruksi yang diberikan kepadanya.
b. Kualitas Interaksi
Kualitas interaksi antara profesional kesehatan dan pasien
merupakan bagian yang penting dalam menentukan derajat
kepatuhan. Hal ini bisa dilaksanakan dengan bersikap ramah
dan memberikan informasi dengan singkat dan jelas.
3. Motivasi
Motivasi dapat diperoleh dari diri sendiri, keluarga, teman, petugas
kesehatan, dan lingkungan sekitarnya.
4. Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan klien dapat
meningkatkan kepatuhan, sepanjang bahwa pendidikan tersebut
merupakan pendidikan yang aktif.
5. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu, dari
pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari
oleh pengetahuan akan lebih langgeng 935 dari pada perilaku yang
tidak didasari oleh pengetahuan
6. Usia
Usia adalah umur yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat
akan berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan
kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja.
Dari segi kepercayaan, masyarakat yang lebih dewasa akan lebih
dipercaya daripada orang yang belum cukup tinggi tingkat
kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan
kematangan jiwanya. Semakin dewasa seseorang, maka cara
berfikir semakin matang.
C. Higiene Sanitasi
Higiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan
melindungi kebersihan subyeknya seperti mencuci tangan dengan air
bersih dan sabun untuk melindungi kebersihan tangan, mencuci piring
untuk kebersihan piring, membuang bagian makanan yang rusak untuk
melindungi keutuhan makanan secara keseluruhan (Depkes RI, 2004).
Higiene adalah suatu usaha pencegahan penyakit yang menitikberatkan
pada usaha kesehatan perseorangan atau manusia beserta lingkungan
tempat orang tersebut berada (Widyati, 2012).
Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan
melindungi kebersihan lingkungan dari subyeknya. Misalnya
menyediakan air yang bersih untuk keperluan mencuci tangan,
menyediakan tempat sampah untuk mewadai sampar agar tidak dibuang
sembarangan (Depkes RI, 2004). Sanitasi adalah upaya pencegahan
penyakit yang menitikberatkan kegiatan pada usaha kesehatan
lingkungan hidup manusia (Widyati, 2012).
Higiene dan sanitasi tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain
karena erat kaitannya. Misalnya Higienenya sudah baik karena mau
mencuci tangan, tetapi sanitasinya tidak mendukung karena tidak cukup
tersedianya air bersih, maka mencuci tangan tidak sempurna. (Depkes
RI, 2004).
Makanan dan minuman termasuk kebutuhan dasar terpenting dan
sangat mendasar dalam kehidupan manusia karena merupakan sumber
energi satusatunya. Sehingga apapun yang akan disajikan sebagai
makanan maupun minuman manusia aruslah memenuhi syarat utama,
yaitu cita rasa makanan dan keamanan makanan, dalam arti makanan
tidak mengandung zat atau mikroorganisme yang dapat mengganggu
kesehatan tubuh yang memakan makanan itu (Moehjii, 2010).
Higiene Sanitasi makanan adalah salah satu usaha pencegahan yang
menitikberatkan kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan
makanan dan minuman dari segala bahaya yang dapat menggangu atau
merusak kesehatan, mulai dari sebelum makanan diproduksi, selama
dalam proses pengolahan, penyimpanan, pengangkutan, sampai pada
saat di mana makanan dan minuman tersebut siap untuk dikonsumsikan
kepada masyarakat atau konsumen (Depkes RI, 2004).
D. Pengolahan Makanan
Pengolahan makanan adalah proses pengubahan bentuk dari bahan
mentah menjadi makana siap santap. Pengolahan makanan yang baik
mengikuti kaidah dari prinsip – prinsip higiene dan sanitasi. Semua
kegiatan pengolahan makanan harus dengan cara terlindung dari kontak
langsung dengan tubuh.
a. Penyiapan untuk pengolah
1) Peranan Penjamah Makanan
a) Harus sehat dan bebas dari penyakit menular
b) Secara berkala, minimal 2 kali setahun, diperiksa
kesehatannya oleh dokter yang berwenang, termasuk
pemeriksaan usap dubur
c) Harus menggunakan pakaian kerja dan perlengkapan
pelindung pengolahan makanan dapur
d) Selalu mencuci tangan sebeleum bekerja dan setelah
keluar dari kamar mandi
2) Tempat Pengolahan Makanan
Tempat pengolahan makanan dimana makanan diolah sehingga
menjadi makanan yang terolah ataupun makanan jadi yang biasanya
disebut dapur. Dapur merupakan tempat pengolahan makanan yang
memenuhi syarat higiene dan sanitasi,diantaranya kontruksi dan
perlengkapan yang ada.
E. Kerangka Konsep
c. <60%=
kurang baik
(Khomsan,2003)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif, yang bertujuan untuk
mengetahui gambaran pengetahuan penggunaan alat pelindung diri dan
hygiene sanitasi pengelolaan makanan pada petugas Instalasi Gizi di
RSUD Pesawaran Tahun 2021.
D. Metode Pengumpulan
Data primer diperoleh melalui hasil observasi.
E. Pengolahan Data
1. Editing
Kegiatan ini dilakukan untuk mengoreksi kembali data
yang diperoleh, mencakup kelengkapan jawaban, dan kebenaran
dalam cara pengisian jawaban.
2. Scoring
Data diperoleh dengan pengamatan atau observasi langsung
tentang perilaku pengetahuan juru masak instalasi gizi dalam
penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dan higiene sanitasi
pengelolaan makanan di RSUD Pesawaran, skor dilakukan dengan
menghitung hasil jawaban yang benar dan setiap jawaban yang
benar diberi nilai 1(satu) dan untuk jawaban yang salah diberi nilai
0 (nol). Perhitungan nilai dengan cara membagi jumlah jawaban
yang benar dibagi jumlah soal dikalikan 100%. Kemudian data
tersebut dikategorikan menjadi 3 yaitu kategori : ≥ 80 % = baik, 60-
80%.= cukup baik, dan <60% = kurang baik (Khomsan, 2003).
PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Tabel Hasil Kuesioner Pengetahuan APD dan Higiene Sanitasi
No Nama Nilai Persentase Kategori
1. Husnia Amala 18 90 Baik
2. Selly Agustina 19 95 Baik
B. Pembahasan
1. APD
Pada saat pencucian wadah makanan (Plato) untuk pasien, tenaga
pencuci didapati dalam keadaaan tertentu lupa menggunakan APD
lengkap seperti lupa memakai penutup kepala. Serta terkadang lupa
mengeringkan wadah penyajian makanan sebelum digunakan.
Selanjutnya, saat menyajikan makanan, terkadang tenaga penyaji
lupa memakan sarung tangan. Hal ini dapat menimbulkan kontaminasi
apabila tangan dalam keadaan kotor.
Kemudian, saat pengolahan dan penyajian makanan, terkadang
tenaga pemasak lupa memakai penutup kepala. Hal ini dapat
menyebabkan makanan yang diolah berkemungkinan terkontaminasi
oleh rambut dari tenaga pemasak yang bisa saja jatuh.
2. Higiene Sanitasi
Selama pengamatan tenaga pemasak sudah cukup rutin melakukan
cuci tangan, namun dikeadaan tertentu tenaga pemasak lupa mencuci
tangan setelah memegang benda yang kurang bersih misalnya setelah
memegang kabel Rice cooker lupa mencuci tangan terlebih dahulu
sebelum memegang bahan makanan yang akan diolah, dan tenaga
pemasak belum menerapkan 6 langkah cuci tangan.
Setelah itu, tenaga pemasak terkadang menaruh sendok yang
digunakan untuk mencicipi olahan menu di atas toples yang belum tentu
bersih. Pada saat membumbui ikan sebaiknya mengaduk bumbu
menggunakan alat pengaduk, misalnya sendok disarankan jangan
kontak langsung menggunakan tangan dikhawatirkan terjadi
kontaminasi silang antar bahan makanan, kecuali sebelum menyentuh
makanan tangan dicuci terlebih dahulu maka itu tidak apa – apa. Selain
itu, peletakkan sendok dan spatula yang sedang dipakai terkadang
diletakkan tidak ditempatnya seperti di atas kompor hal ini dapat
menyebabkan kotoran menempel di sendok dan spatula sehingga masuk
ke dalam makanan.
Pada saat penyajian makanan matang, wadah untuk makanan
matang yang akan disajikan menggunakan wadah yang keadaannya
masih sedikit basah. Sebaiknya wadah yang digunakan dikeringkan
terlebih dahulu sebelum digunakan. Kemudian untuk pemilihan wadah
makanan matang yang akan disajikan, sebaiknya tidak menggunakan
wadah berbahan plastik, hal ini dikarenakan bahan plastik mengandung
BPA (Bisphenol A) yang merupakan senyawa kimia berbahaya yang
dapat menimbulkan beberapa gangguan pada tubuh seperti obesitas,
gangguan otak, kanker, bahkan penyakit jantung.
Untuk pengukuran suhu makanan, alat pengukur yang digunakan
terkadang dicuci menggunakan air mentah kemudian langsung
digunakan untuk mengukur makanan yang sudah matang. Sebaiknya
alat pengukur dicuci menggunakan air yang telah matang.
Untuk tempat pencucian tangan, di Instalasi Gizi RSUD Pesawaran
belum terdapat tempat cuci tangan di depan dekat pintu masuk ke
ruangan Instalasi. Sebaiknya sebelum memasuki ruangan melakukan
cuci tangan terlebih dahulu, untuk itu dibutuhkan tempat cuci tangan di
depan ruangan Instalasi Gizi guna untuk mencuci tangan sebelum
masuk ke ruangan.
BAB V
KESIMPULAN
B. Kesimpulan
Petunjuk Pengisian :
1. Bacalah pertanyaan dengan baik dan teliti lah sebelum anda menjawab
2. Pilihlah salah satu jawaban yang paling sesuai dengan pendapat anda
3. Beri tanda silang (x) pada jawaban yang anda pilih
4. Untuk kelancaran penelitian ini mohon isilah jawaban sesuai dengan
pengetahuan anda tidak perlu bertanya dengan teman dan jawab dengan
jujur apa adanya
5. Kerahasiaan anda akan tetap terjamin
Data Responden
Nama :
Umur : …… tahun
Jenis Kelamin : Perempuan Laki-laki
Pendidikan Terakhir : SD SMP SMA Lainnya :
a. Untukmenghindaridiridarifaktorresikobahayaselamamelakukan
pekerjaan
a. APD yang digunakan harus dalam keadaan baik dan sesuai dengan
APD kebutuhan juru masak
b. 1 tahun sekali
c. 2 tahun sekali
12. Pakaian kerja untuk tenaga pengolah makanan yang sebaiknya dipakai pada
saat bekerja adalah...
a. Celemek
b. Tutup kepala (penutup rambut)
jawaban a dan b
a. Merokok
14. Tindakan yang dilakukan pada saat batuk atau bersin adalah...
c. Menutup mulut atau hidung dengan sapu tangan dan mencuci tangan
setelah itu tanpa mengalihkan muka dari makanan / minuman dan alat
makan / minuman
b. Sesudah keluar dari WC atau kamar kecil dengan menggunakan air bersih
dan sabun antiseptik
16. Apakah tujuan menggunakan korpus (penutup kepala) pada saat mengolah
makanan...
b. Dilepas
19. Apa yang dilakukan jika pada saat mengolah makanan tangan terluka / teriris
19. Pada saat sakit apakah tenaga pengolah makanan diperbolehkan menjamah
makanan...
c. Boleh hadir di tempat kerja tetapi tidak boleh ikut dalam mengolah
makanan dan disarankan untuk berobat.
La
mpiran 6. Siklus Menu
Nama: Moulieda Rosyalia
NIM: 1813411027
Waktu MENU
Snack Susu kedelai Pisang goreng Risol ayam Bola bola ubi Lemper abon
10.00
Selingan Puding jagung Nugget pisang Puding jeruk Jus buah Lambang sari
Sore naga
Waktu MENU
Telur ceplok Ayam suwir Ikan simba Pepes patin Ikan simba
kecap goreng goreng
Tempe bacem Tempe
Tahu bacem Tumis tempe goreng Tumis tahu
Capcay kecap
Bening oyong Tumis sawi Bening
Sayur sop bayam
Selingan Bubur kacang Kolak mantang Bubur ketan Kolak pisang Bubur sum-
Pagi hijau hitam sum
Selingan Risol sayur Puding jagung Jus apel Tahu crispy Jus melon
Sore
Makan Pagi Nasi Beras 100 100 100 13.000 1300 357 8,4 1,7 77,1
Makan Siang Nasi Beras 100 100 100 13.000 1300 357 8,4 1,7 77,1
Selingan Puding jagung Jagung 40 28 142 7.000 994 146,4 3,92 2,92 27,64
manis
Makan malam Nasi putih Beras 100 100 100 13.000 1300 357 8,4 1,7 77,1
Ayam suwir Ayam ras 40 58 56 40.000 2.240 119,2 7,28 10 0
Kecap
Semur tempe Tempe 50 100 50 15.000 750 100,5 10,4 4,4 6,75
Tempe Pepes Tahu Cah Bacem Tempe Pepes Pepes Tahu Tempe Tahu Orek
Bacem Tempe Tahu Mendoan Tahu Goreng Bacem Tempe
Sayur Sop Tumis Acar Tumis Sayur Sop Sayur Capcay Cah Tumis Bening
PAGI Kacang kuning Buncis Asem wortel,Kol Oyong Bayam
Panjang Tauge Tauge
Pudding Getuk Kue Lapis Lambang Bubur Puding Klepon Singkong
SELINGAN Kelpon Brownies
buah naga Sari kacang hijau karamel
(10.00)
Nasi Nasi Nasi Nasi Nasi Nasi Nasi Nasi Nasi Nasi
Opor Ayam Suir Ayam Tongseng Semur Ikan lele Orak Arik Pindang Ayam Pindang Ayam
Kecap Daging Telur Goreng Telur Ikan Kecap Ikan Patin Kecap
Kembung
SIANG Tahu Goreng Orak Arik Bola Tahu Tempe Tempe Tumis Tahu Tempe Nugget Pepes
Tempe Goreng Bacem Tahu Goreng Bacem Tahu Tahu
Capcay Tumis Sayur Asem Capcay Tumis Sayur Sayur Capcay Bening
Wortel Soleng Bening Bening Katuk
Brokoli Tempe Bayam
Semangka Melon Pisang Pisang Jeruk Semangka Melon Jeruk Semangka Melon
SELINGAN Caramel Risoles Kolak Ubi Lemet Klepon Kue Putu Pisang Lemet Ubi Dadar Risol
(15.00) singkong Ungu Singkong Goreng Ungu Gulung
Nasi Nasi Nasi Nasi Nasi Nasi Nasi Nasi Nasi Nasi
Acar ikan Pepes Ikan Lele Pepes Ikan Orak Arik Ayam Pindang Nugget Pepes Ikan Ayam
Patin Krispi Patin Telor Semur Patin Lele Simba kecap
Orek tempe Rolade Orek Pepes Tahu Tumis Tempe Tempe Perkedel Bola-bola Stik Tempe
Tahu Tempe Goreng Tahu Tahu Tempe Bubumbu
Kuning
MALAM
Sayur bening Capcay Cah Tumis Sayur Bobor Capcay Pecel Sayur Sop Tumis Tumis
Kangkung Kacang Kangkung Labu
Panjang Siam
Pisang Pepaya Semangka Jeruk Semangka Pisang Semangka Pepaya Papaya Pisang
2. Hitung biaya bahan makanan
Hari Waktu Menu Bahan Berat Berat Harga Food Cost Kandungan Gizi
BM(g) BM/Kg (Rp)
(Kg) E P L KH
Ke-1 MakanPagi NasiPutih Beras 50 0,05 Rp 12.000 Rp.600 90 1.5 0.15 19.9
(07.00) Dadar Telor Abon Telur ras 55 0,055 Rp. 24.000 Rp.1.320 84.7 6.82 5.94 0.385
Ayam Abon ayam 30 0,030 Rp. 78.000 Rp. 2.340 6 0.325 0.12 13.05
Sayur Sop Kol 30 0,03 Rp. 13.000 Rp. 390 8.7 0.42 0.06 1.59
SelinganPagi Klepon Tepung ketan putih 35 0,035 Rp. 27.000 Rp.945 126.3 2.59 0.28 27.44
Makan Siang Nasi Putih Beras 75 0,075 Rp. 12.000 Rp.900 135 2.25 0.22 29.85
(12.00) Opor Ayam Ayam 40 0,04 Rp. 40.000 Rp.1.600 119.2 7.28 10 0
Capcay Wortel 40 0,04 Rp. 14.000 Rp.560 14.4 0.4 0.24 3.16
Jagung muda 30 0,03 Rp. 11.000 Rp.330 10.5 0.66 0.03 2.22
Kembang kol 30 0,03 Rp. 33.000 Rp.990 10.2 0.846 0.05 1.992
Buah Semangka 180 0,18 Rp. 8.000 Rp.1.440 50.4 0.9 0.36 12.42
Selingan Siang Karamel Singkong Singkong 120 0,12 Rp. 5.000 Rp.600 105.6 0.48 0.48 24.72
MakanMalam NasiPutih Beras 75 0,075 Rp. 12.000 Rp.900 135 2.25 0.22 29.85
(19.00) Acar Ikan Ikan patin 55 0,055 Rp. 30.000 Rp.1.650 72.6 5.005 3.63 0.605
Pepes tahu Tahu 100 0,1 Rp.10.000 Rp. 1.000 80 10.9 4.7 0.8
Sayur Bening Bayam 55 0,055 Rp. 35.000 Rp.1.925 8.8 0.5 0.22 1.595
Buah Pisang 50 0,05 Rp. 26.000 Rp.1.300 63.5 0.7 0.4 16.8
Bahan tambahan Kecap 40 0,04 Rp. 50.000 Rp. 2.000 28.4 2.28 0.52 3.6
Nasi Nasi Nasi Nasi Nasi Nasi Nasi Nasi Nasi Nasi
Telur Ayam suir Bola-bola Telur Rolade Lele Semur Bakso Patin Telur
rebus ikan ekor ceplok ayam goreng telur ayam goreng kocok
Sup tahu
kuning kukus
Tempe Bakso Tempe Rolade Tempe Bola-bola Tempe
Bening
Pagi bacem Orak arik tahu kecap tahu goreng tahu mendoan Dimsum
bayam
tempe tahu
Sayur sop Bening Bening Capcay Tumis Tumis Sayur
Tumis daun oyong toge dan wortel dan asem Bening
buncis dan katuk jagung kol jagung
toge dan wortel
Lemper klepon Kue pukis Bolu Bubur Bola-bola Putu ayu Pisang Kolak Bubur
Snack
kukus sumsum ubi cryspi kacang
09.00
hijau
Nasi Nasi Nasi Nasi Nasi Nasi Nasi Nasi Nasi Nasi
Ayam Rolade Sup telur Ayam Bakso Orak arik Sempol Dimsum Telur Semur
kecap ikan puyuh goreng ikan gabus telur ayam ikan kecap ayam
tenggiri
Semur Tahu Tempe Tahu Tempe Gyoza Tempe Perkedel Orak arik
tahu Pepes kecap bacem goreng kecap tahu goreng tahu tempe
Siang
tempe
capcay Tumis kol Sayur Tumis Bening Bobor Bening Sayur sop Tumis
Tumis dan wortel lodeh labu jagung bayam oyong toge dan
Semangka pepaya
jagung dan wortel buncis
Pepaya Semangka pisang Semangka pisang
dan wortel
Pepaya Semangka
Pisang
Snack Salad Donat Kue lapis Kue talam Bola-bola Risol Nastar Sop buah Piscok Bolu
buah pisang singkong surabaya
15.00
Nasi Nasi Nasi Nasi Nasi Nasi Nasi Nasi Nasi Nasi
Pindang Telur Semur Ikan Sate telur Nuget Ikan Omlete Ayam patin
Malam patin santan ayam simba bb puyuh ayam criyspy telur suir goreng
kuning
Tempe Bola-bola Pepes Tempe Sup tahu Tempe Tahu Bola-bola rolade
kecap tahu kacang Tahu goreng bacem kecap tempe tahu
Omlete
merah goreng
Tumis Tumis Sayur Bening Bening
labu kacang capcay Tumis asem sayur bihun dan bayam Sayur sop Sayur aem
panjang soleng jagung
Pisang Semangka Pepaya Semangka pepaya Semangka Pisang
Pepaya Pisang Pisang
Waktu Menu Bahan Makanan Berat (g) E (Kal) P (g) L (g) KH (g)
Minyak 3 26,52 0 3 0
Bening oyong Oyong 50 9,5 0,4 0,1 2,05
Minyak 3 26,52 0 3 0
MENU
WAKTU HARI
HARI 1 HARI 2 HARI 3 HARI 4 HARI 5 HARI 6 HARI 7 HARI 8 HARI 9 10
PAGI Nasi Nasi Nasi Nasi Nasi Nasi Nasi Nasi Nasi Nasi
lele goreng Pindang patin Suir Ayam Nugget Sayur Ayam Lele Pepes Ikan Sop Ayam
Kecap ayam santan kecap tepung Patin bakso opor
patin krispy
Tahu bumbu Orak Orik Pepes Tahu Tempe Pepes tahu Tempe Tahu Tempe Tahu Tempe
kuning Tempe Bacem Goreng Bacem Bacem Bacem Mendo
an
Sayur Sop Tumis Tumis labu Tumis Sayur Bening Tumis Sayur sop Sop Tumis
(kol+wortel+ Babycorn siam+wortel Kangkung asem Katuk Oyong (wortel+kol+ Oyong Kacang
kentang) Tauge kentang) Tauge
Brownis Pisang Nagasari Kolak Bakpau Nugget Setup pisang Kue Kue
SELINGAN cokelat Getuk pisang sayur putu Lapis
Nasi Nasi Nasi Nasi Nasi Nasi Nasi Nasi Nasi Nasi
SIANG
Mangkuk Ayam kecap Santan ikan Sambal Pindang Telur Orak Ayam Telur dadar Semur Ikan
ayam simba Suir Ikan patin Arik Kecap telur kembun
kembung g
Goreng
Tempe bacem Tempe Rolade Tahu Tempe Tempe Tumis Nugget Tahu cryspi Pepes Tempe
Mendoan Goreng Bacem Tahu Tahu tahu bacem
Capcay Sayur Bobor Sayur Tumis Tumis Capcay Sayur Asem Bening Capcay
(wortel+buncis Singkong Bening kacang Soleng Bayam (wortel
) Katuk panjang+t Tempe +buncis
oge )
Pepaya Semangka Pisang Pepaya Jeruk Semangka Pepaya Pisang Pepaya Semang
ka
Bola-bola ubi Kue Pisang Pastel Lemet Kue Dadar Bubur kacang Bolu Klepon
SELINGAN Rai Donat Roti cokelat Singkong Klepon Gulung hijau Gulung
MALAM Nasi Nasi Nasi Nasi Nasi Nasi Nasi Nasi Nasi Nasi
Pepes Ikan Ayam Rica Bakso Asam Gadon Ayam Semur Ayam Ayam suir Rolade Tongse
kembung Rica Manis ayam bumbu telur Semur kecap ayam ng ika
kuning kembun
g
Perkedel Pepes Tahu Tahu bumbu Orak Orik Tempe Tempe Stik tempe orek Tahu Tahu
tempe kuning Tempe bacem Mendoan Tempe Bumbu bacem
Kuning
Sayur bening Bening Bayam Tumis Tumis Sawi Sayur Sayur Sop Tumis Tumis labu Sayur Tumis
bayem wortel Kacang Tahu lodeh wortel + siam+tahu Sop Wortel
Panjang+ buncis (wortel+ Brokoli
toge kol+kent
ang)
Semangka Pepaya Semangka Jeruk Semangka Jeruk Pepaya Semangka Pisang Pepaya
3. Biaya Bahan Makanan
Daging
50 0,05 Rp. 40.000 Rp. 2000 149 9,1 12,5 0
Mangkuk ayam
ayam Tomat 30 0,03 Rp. 8000 Rp. 240 7,2 0,39 0,15 1,41
Telur 30 0,03 Rp. 25.000 Rp. 750 46,2 3,72 3,24 0,21
Tempe Tempe 50 0,05 Rp. 10.000 Rp. 500 75 7 3,85 4,55
bacem Minyak 5 0,005 Rp. 13.000 Rp. 65 44,2 0 5 0
Capcay Wortel 50 0,05 Rp. 14.000 Rp. 700 18 0,5 0,3 3,95
(wortel+bun Buncis 50 0,05 Rp. 10.000 Rp. 500 17 1,2 0,15 3,95
cis) Minyak 5 0,005 Rp. 13.000 Rp. 65 16 1,9 0 3,25
Pepaya Pepaya 110 0,11 Rp. 10.000 Rp. 1.100 50,6 0,55 0,11 3,42
Selinga Ubi
50 0,05 Rp. 10.000 Rp. 500 75,5 0,8 0,15 17,7
n ungu
(15.00) Bola-bola Cokelat 20 0,02 Rp. 40.000 Rp. 800 148,1 0,3 4,94 12,81
ubi Tepung
20 0,02 Rp. 18.000 Rp. 360 66,6 2 0 14,6
panir
Minyak 5 0,005 Rp. 13.000 Rp. 65 44,2 0 5 0
Makan
malam Nasi Beras 75 0,15 Rp. 12.000 Rp. 900 135 2,25 0,225 29,85
(17.00)
Ikan
Pepes Ikan
kembun 50 0,05 Rp. 34.000 Rp. 1.700 62,5 10,65 1,7 1,1
kembung
g
Tempe 100 0,1 Rp. 10.000 Rp.1000 201 20,8 8,8 13,5
Minyak 5 0,005 Rp. 13.000 Rp. 65 44,2 0 5 0
Perkedel
Telur 30 0,03 Rp. 25.000 Rp. 750 12,5 2,7 2,7 1,5
tempe
Tepung
10 0,01 Rp.11.000 Rp. 110 0,02 0,9 0,2 8
terigu
Sayur Bayem 30 0,03 Rp. 35.000 Rp. 1.050 8,8 0,5 0,22 1,595
bening
bayem Wortel 50 0,05 Rp. 14.000 Rp. 700 18 0,5 0,3 3,95
wortel
Semang
Semangka 180 0,18 Rp. 15.000 Rp. 2.700 50,4 0,9 0,36 12,42
ka
Kecap 20 0,02 Rp. 50.000 Rp. 800
Bumbu Bawan
tambahan g 30 0,03 Rp.27.000 Rp. 810
merah
Bawan
30 0,03 Rp.27.500 Rp. 825
g putih
Kunyit 20 0,02 Rp. 10.500 Rp.210
Jeruk
50 0,05 Rp. 20.000 Rp. 1000
nipis
Garam 30 0,03 Rp. 15.000 Rp. 450
Gula
40 0,04 Rp. 30.000 Rp. 1.200
merah
Gula
10 0,01 Rp.13.000 Rp. 130
putih
Daun
20 0,02 Rp. 58.000 Rp. 1.160
bawang
Daun
kemang 20 0,02 Rp. 20.000 Rp. 400
i
269,335
2163,72 kkal 95,82 gr 101,81 gr
TOTA Rp.32.310 gr
Jumlah Rp. Rp.32.310
Food Cost Rp. Rp.32.310
Tenaga 25% Rp. 8.007,5
Overhead 20% Rp.6.462
Unit Cost Rp. 46.779,5
NAMA : FITRI AMALIAH
NIM : 1813411020
MENU
WAKTU
HARI 1 HARI 2 HARI 3 HARI 4 HARI 5 HARI 6 HARI 7 HARI 8 HARI 9 HARI 10
Nasi Nasi Nasi Nasi Nasi Nasi Nasi Nasi Nasi Nasi
MAKAN Semur Telur Kari ayam Ikan lele Pepes ikan Ayam Pindang Semur Ayam Suir Ayam Scramble Pepes Ikan
PAGI Puyuh acar kuning kembung Kecap Ikan samba Kecap eeg Patin
Stik tempe Nugget Bacem Pepes tahu Orak-arik Botok tahu Kering tempe Tahu Stik Rolade tahu
tahu tempe tempe bacem tempe
Tumis Tumis Capcay Tumis Bening Tumis Timis labu Tumis labu Sop Sayur sop
Babycorn Kacang oyong Katuk Kangkung siam siam Oyong
Tauge tauge
Risoles Kue Lapis Lambang Bola-bola Nagasari Tahu Fantasty Roti Setup
Sari ubi panggang pisang
SELINGAN Kue Pukis Getuk
Nasi Nasi Nasi Nasi Nasi Nasi Nasi Nasi Nasi Nasi
Ikan simba Rawon Sop Ayam Bola-bola Telur Orak Suir ikan Ayam Kecap Pepes Ikan Rolade Sate telur
asam manis daging ikan lele Arik kembung lele Daging puyuh
asam manis
Pepes tahu Tahu tempe orak Tempe Tumis Tahu Tempe Nugget Tahu Rolade Tahu Tempe
bacem arik Mendoan Goreng Tahu Kuning crispy
SIANG Bacem
Capcay Sayur Tumis Sayur Tumis labu Sayur Capcay Bobor Bening Sayur
lodeh Buncis Santan siam Bening Singkong Bayam Asem
Tauge Rebung Katuk
Apel Melon Jeruk Buah Naga Semangka Papaya Pisang Ambon Buah Pir Apel Pepaya
Brownies Klepon Donat Kue Klepon Pastel Dadar Gulung Bolu Bubur
buah naga Kue Pisang Lemet Gulung kacang
SELINGAN Rai singkong hijau
Nasi Nasi Nasi Nasi Nasi Nasi Nasi Nasi Nasi Nasi
Rawon daging Omlate Tongseng Ayam Rica ikan lele Gadon Ayam Semur Pindang Rolade Ayam
Daging Rica bumbu Daging ikan simba Daging suwir kecap
MALAM kuning
Kering tempe Bola Tahu Pepes Tahu Pepes Tempe Orak Orik Stik Tempe Pepes Tahu Tahu Orak arik
Tahu Mendoan Tempe Bumbu tempe
Kuning
Tumis pelangi Tumis Bening Tumis Sayur Sop Bening Tumis Tumis Sayur Sop Tumis labu
Wortel Bayam Sawi Tahu bayam Kangkung Kacang siam
Brokoli Panjang
Melon Salak Melon Buah Pir Jeruk Papaya Naga Merah Semangka Apel Pisang
Hijau ambon
Jumlah Rp 34.082
3. Kandungan Gizi
Waktu MENU
Waktu MENU
Waktu Menu Bahan Makanan Berat BDD Berat Harga BM Harga Kandungan Gizi
(%) Kotor (Rp)
(gr) (Rp) E P L KH
(g)
Selingan Susu Kedelai Susu Kedelai 200 100 200 30.000 6.000 82 7 5 10
telur Dadar Mangkuk ayam Gadon Daging gulai ikan kembung Telur Orak Arik
Tahu bumbu kuning Tempe bacem Orak Orik Tempe tumis tahu Tempe Mendoan
Capcay
Tumis Sawi Tahu Tumis Sawi Tahu Bening Bayam Sayur Sop
(wortel+buncis)
Pisang Ambon Semangka Pepaya Jeruk Melon
WAKTU SIKLUS MENU
HARI 6 HARI 7 HARI 8 HARI 9 HARI 10
PAGI Nasi/tim/bubur Nasi/tim/bubur Nasi/tim/bubur Nasi/tim/bubur Nasi/tim/bubur
Gulai ikan kembung Sup Telur pepes Lele Suir Ayam Kecap Telur bumbu kecap
Tempe Mendoan TahuBacem Tempe Bacem TahuBacem Tempe Goreng
Sayur lodeh ( kcg
Capcay Bening oyong, wortel pnjg ,kol, daun Sayur Sop Tumis Kacang Tauge
melinjo,labu siam)
SELINGAN
Lambang Sari Kentang Keju Lemet Ubi Ungu Puding pisang pandan bubur kacang hijau
SIANG
SIANG Nasi/tim/bubur Nasi/tim/bubur Nasi/tim/bubur Nasi/tim/bubur Nasi/tim/bubur
Sop Ayam Gulai Telur Ikan Lele goreng Rolade Daging Telur bumbu semur
Tempe bumbu
Tumis Tahu Nugget Tahu Tempe semur Rolade Tahu
kuning
Tumis Buncis
Sayur Asem Capcay Bening Bayam tumis Sawi toge
Tauge
Pepaya Jeruk Pir Apel Pisang Ambon
SELINGAN puding sari kacang
Donat + mesis Dadar Gulung Puding Jeruk Bolu pandan Gulung
SORE hijau
MALAM Nasi/tim/bubur Nasi/tim/bubur Nasi/tim/bubur Nasi/tim/bubur Nasi/tim/bubur
Ikan simba bumbu Telur kemangi tumis
ayam goreng Pepes Ikan lele telur dadar sayur
kuning bawang
tempe bacem Stik Tempe Tempe semur Tahu panggang Pepes tahu
Tumis Wortel
Bening Bayam Tumis Kangkung Sayur Sop Sop Oyong Bakso
Brokoli
pisang muli Semangka Pepaya Jeruk Melon
Food
Berat Berat Harga Cost Kandungan gizi
Hari Waktu Menu Bahan BM (g) (Kg) BM/Kg (Rp) E P L KH
Sarapan
pagi Nasi Beras 50 0.05 11000 550 157.5 0.0042 0.35 18.55
Ke-1 (07.00) Telur Bumbu Pindang Telur 40 0.05 23000 920 61.6 4.96 2.32 0.32
Perkedel Tahu Tahu 75 0.75 7,000 525 60 0.08175 3.525 45
Telur 75 0.1 23000 1725 85.5 9.3 4.35 0.6
terigu 100 0.15 10000 1000 233 0.0135 1 57.2
Tumis Baby corn +
Wortel Wortel 30 0.04 8,000 240 10.8 0.0004 0.18 2.37
soleng 30 0.03 10000 300 24.3 0.00078 0.3 5.55
Telur 25 0.03 23000 575 38.5 3.1 2.7 0.2
Cokelat
bubuk 15 0.03 35000 525 54 0.0054 1.8 5.25
Gula 15 0.02 12000 180 47.1 0 0 11.1
Selingan Minyak 5 0.02 12000 60 39.2 0 4.25 0
siang Tepung
(10.00) bolu cokelat terigu 35 0.05 10000 350 81.55 0.0045 0.35 23.52
E P L KH
Makan
siang Nasi Beras 75 0.15 11000 825 236.25 0.0126 0.525 42.825
Daging
ayam 40 0.05 34000 1360 119.2 7.28 6 0
Daging Keringsengan Tomat 20 0.03 6000 120 4.8 0.26 0.1 0.94
Tempe 35 0.05 10000 350 70.35 7.28 3.08 4.725
Tepung
terigu 15 0.015 10000 150 49.95 1.35 0.15 11.58
tepung beras 5 0.005 75000 375 17.65 0.35 0.025 4
tapioka 5 0.005 17000 85 18.25 0.055 0.025 4.4
Tempe Mendoan Minyak 15 0.015 12000 180 132.6 0 12.75 0
Tumis bayam+ wortel Wortel 30 0.03 11000 330 10.8 0.3 0.18 2.1
Buncis 30 0.03 9000 270 10.2 0.00072 0.09 2.16
Minyak 5 0.005 12000 60 44.2 0 4.25 0
Semangka Semangka 100 0.1 6000 600 28 0.0005 0 6
E P L KH
Selingan
sore beras ketan 35 0.035 10000 350 112.35 0.00245 0.28 27.3
(15.00) abon ayam 5 0.02 85,000 425 14 0.0068 1.25 1.5
santan kental 20 0.02 11000 220 44.8 0.0008 6.8 1
Lemper abon gula pasir 5 0.01 11500 57.5 14.7 0 0 4.7
Makan
malam Nasi Beras 75 0.15 12000 900 236.25 0.0126 0.525 42.825
telur Dadar Telur 40 0.05 20000 800 61.6 4.96 3.52 0.32
Minyak 10 0.005 12000 120 88.4 0 8.5 0
tahu 35 0.1 7000 245 28 0.0109 1.645 28
santan kental 75 0.02 15000 1125 168 0.0008 18 3.75
Tahu bumbu kuning gula pasir 15 0.005 11500 172.5 59.1 0 0 14.1
sawi 35 0.03 13,000 455 3.15 0.0003 0 0.35
Tumis Sawi Tahu tahu 20 0.05 7,000 140 16 0.00545 0.94 16
minyak 5 0.005 12000 60 39.2 0 4.25 0
Pisang
Pisang Ambon Ambon 120 0.18 10,000 1200 80.4 0.0018 0.72 30
Total harga bahan makanan 17925 Total zat gizi
E P L KH
2601.25 39.3613 94.73 418.235
Bumbu tambahan Kecap 20 0.02 21,000 420
Bawang
merah 30 0.03 24,000 720
Bawang
putih 30 0.03 24,500 735
Kunyit 20 0.02 8,500 170
Jeruk nipis 50 0.05 10,000 500
Garam kasar 30 0.03 5,000 150
Garam halus 30 0.03 6,000 180
Gula merah 40 0.04 20,000 800
Gula putih 10 0.01 13,000 130
Daun
bawang 20 0.02 36,000 720
Daun
kemangi 20 0.02 20,000 400
Total harga bumbu 4,925
Food cost( BM+Bumbu) 22,850
Tenaga 25 % 5712.5
Overhead 20 % 4570
Unit Cost 33,133