Anda di halaman 1dari 11

e-ISSN:2528-66510;Volume 5;No.

1(February, 2020): 285-295 Jurnal Human Care

ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN STANDAR PELAYANAN


FISIOTERAPI BERDASARKAN PERMENKES NOMOR 65
TAHUN 2015 DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA
DINAS KESEHATAN KOTA PADANG PANJANG
Rindu Febriyeni Utami1, Nursal Asbiran2, Siti Khadijah3
Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat, Sekolah Tinggi Kesehatan Fort De Kock. Jalan Soekarno
Hatta, Kelurahan Manggis Ganting, Kecamatan Mandiangin Koto Selayan, Bukittinggi
Email: rindufebriyeni_utami@yahoo.com

Submitted : 28-01-2020, Reviewer:16-02-2020, Accepted: 20-02-2020

ABSTRACT

Permasalahan kesehatan masyarakat masih banyak yang belum terselesaikan, ditandai dengan
meningkatnya penyakit tidak menular. Upaya pencegahan penyakit tersebut dimulai dari fasilitas
kesehatan tingkat pertama. Dalam Permenkes Nomor 65 Tahun 2015 fisioterapi terlibat dalam
pelayanan tingkat pertama. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang
implementasi kebijakan Permenkes Nomor 65 Tahun 2015 di Puskesmas Kota Padang Panjang. Jenis
penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologi yang dilakukan pada bulan April
sampai Juli 2019, pengumpulan data dilakukan menggunakan pedoman wawancara, observasi, dan
studi dokumen melalui wawancara mendalam dengan kepala dinas, kasi pelayanan kesehatan, ketua
IFI dan seluruh kepala Puskesmas Kota Padang Panjang. Hasil penelitian diketahui input seperti
kebijakan tentang Permenkes Nomor 65 Tahun 2015 belum pernah disosialisasikan, tenaga fisioterapi
belum ada, ketersediaan dana, sarana prasarana belum memadai. Proses implementasi kebijakan
pelayanan fisioterapi di Puskesmas, belum ada tenaga fisioterapi yang terlibat dalam program
Puskesmas. Dan Output yang diperoleh, Permenkes Nomor 65 Tahun 2015 belum pernah
disosialisasikan oleh Pemerintah sehingga belum ada perencanaan dan penerapan tenaga, dana, sarana
dan prasarana untuk melakukan pelayanan Fisioterapi di Puskesmas. Kesimpulan penelitian ini adalah
seluruh Puskesmas di Kota Padang Panjang belum pernah mendapatkan sosialisasi kebijakan tentang
Permenkes Nomor 65 Tahun 2015 sehingga belum ada implementasi pelayanan fisioterapi di
Puskesmas.

Kata Kunci : Fisioterapi, Puskesmas, Permenkes Nomor 65 Tahun 2015

PENDAHULUAN (physics, elektroterapeutis dan mekanis)


Fisioterapi merupakan salah satu ilmu pelatihan fungsi, dan atau komunikasi
kesehatan yang berperan aktif dalam (Permenkes No. 80 Tahun 2013 Pasal 1).
meningkatkan derajat kesehatan Indonesia Riskesdas 2018 menunjukkan
terutama masalah impairmet, fungtional prevalensi penyakit tidak menular
limitation, dan disability, pada berbagai mengalami kenaikan jika dibandingkan
kondisi yang menjadi wewenangnya. dengan Riskesdas 2013. Berbagai jenis
Fisioterapi adalah bentuk pelayanan penyakit tidak menular tersebut antara lain
kesehatan yang ditujukan kepada individu diakibatkan kurang gerak, pola hidup yang
dan/atau kelompok untuk mengembangkan, serba duduk (sedentary living). Fisioterapi
memelihara, dan memulihkan gerak dan sebagai upaya kesehatan penanggulangan
fungsi tubuh sepanjang rentang kehidupan gerak-fungsi tubuh, diperlukan untuk
dengan menggunakan penanganan secara mengatasi hal tersebut, baik dalam bentuk
manual, peningkatan gerak, peralatan upaya kesehatan perorangan maupun upaya

285
kesehatan masyarakat, agar dapat bahwa fisioterapi dapat berperan dalam
menjangkau melayani masyarakat sebanyak upaya kesehatan masyarakat yang di
dan seluas mungkin. Indonesia dilakukan oleh Pusat Kesehatan
Fisioterapi memiliki peran yang Masyarakat (Puskesmas). (Eman, 2015).
penting dalam program pelayanan kesehatan Pelayanan fisioterapi saat ini tidak
baik di tingkat dasar maupun rujukan. Dalam hanya dikenal dikota-kota besar saja tetapi
pelayanan kesehatan tingkat pertama sudah diterima dimasyarakat kecamatan
(Primer), fisioterapis dapat terlibat sebagai bahkan pedesaan/kelurahan. Hal ini dapat
anggota utama dalam tim, berperan dalam dilihat dari Profil Kesehatan Indonesia
pelayanan kesehatan dengan mengutamakan Tahun 2014 yang menyatakan bahwa
pelayanan pengembangan dan pemeliharaan fisioterapis yang bekerja di Puskesmas
melalui pendekatan promotif dan preventif berjumlah 599 orang yang tersebar di 30
tanpa mengesampingkan pemulihan dengan provinsi. Tetapi di provinsi Sumatera Barat
pendekatan kuratif dan rehabilitatif. fisioterapis yang bekerja di Puskesmas hanya
Sedangkan dalam pelayanan tingkat lanjutan, berjumlah 9 orang dari 19 kabupaten dan
fisioterapis berperan dalam perawatan pasien kota, 6 orang diantaranya terdapat
dengan berbagai gangguan neuromuscular, dikabupaten pesisir selatan dan 3 orang di
musculoskeletal, kardiovascular, paru, serta kota solok, sedangkan dikota Padang
gangguan gerak dan fungsi tubuh lainnya. Panjang belum ada tenaga fisioterapi di
Fisioterapis memainkan peran dalam Puskesmas (Profil Kesehatan Sumatera
masa akut, kronis, pencegahan, intervensi Barat, 2017).
dini untuk muskuloskeletal yang Berdasarkan data diatas, belum dilihat
berhubungan dengan pekerjaan cedera, adanya tenaga fisioterapis di Puskesmas
mendesain ulang pekerjaan individu, serta Kota Padang Panjang sementara di
rehabilitasi, dan diperlukan untuk Permenkes 65 Tahun 2015 pelayanan
memastikan layanan/intervensi diberikan fisioterapi merupakan bagian dari integral
secara komprehensif dan tepat berfokus pada dari pelayanan kesehatan di Puskesmas yang
individu, masyarakat dan lingkungan mencakup UKP dan UKM baik yang bersifat
(Permenkes No. 65 Tahun 2015). kuratif-rehabilitatif maupun promotif dan
Penyedia layanan dasar kesehatan di preventif (yang merupakan upaya kesehatan
Malaysia terdiri dari tim dokter, assistant esensial Puskesmas). Penelitian ini bertujuan
medical officers (AMOs), perawat dan untuk menganalisis implementasi kebijakan
perawat komunitas, apoteker, tenaga labor, standar pelayanan fisioterapi berdasarkan
asisten apoteker, dan fisioterapi. Area Permenkes Nomor 65 Tahun 2015 di
pelayanan fisioterapi di layanan dasar berupa Puskesmas Wilayah Kerja Dinas Kesehatan
: pelayanan antenatal dan post natal, Kota Padang Panjang Tahun 2019.
kesehatan anak dan remaja, kesehatan Kebijakan adalah serangkaian
sekolah, perawatan lansia, rehabilitasi dan tindakan/kegiatan yang diusulkan oleh
rehabilitasi berbasis masyarakat (Noh, 2011). seseorang, kelompok atau pemerintah dalam
Sistem fisioterapi di Indonesia sebagai suatu lingkungan tertentu dimana terdapat
sebuah bentuk pelayanan kesehatan masih hambatan-hambatan, dimana kebijakan
sangat muda. Sistem ini tumbuh dan terus tersebut diusulkan agar berguna dalam
berkembang. Dimensi/pendekatan pelayanan mengatasinya untuk mencapai tujuan yang
dan cakupan pelayanan serta ruang lingkup dimaksud (Friedrich dalam Agustino, 2012).
pelayanan fisioterapi tidak hanya terbatas Menurut WHO (2016) kebijakan
pada sarana kesehatan tertentu saja seperti kesehatan adalah berbagai keputusan,
RS tetapi juga di fasilitas pelayanan rencana, dan tindakan yang dilakukan untuk
kesehatan lainnya. Hal tersebut sejalan mencapai tujuan kesehatan tertentu dalam
dengan pernyataan WCPT (World masyarakat. Kebijakan kesehatan dibuat oleh
Confederation for Physical Therapyst) pemerintah dan swasta, sedangkan yang
memformulasikan dan implementasikan fungsional sepanjang rentang kehidupan.
kebijakan kesehatan tersebut adalah Pelayanan dalam lingkup gerak-fungsi
departemen kesehatan. terancam oleh penuaan, cedera, penyakit atau
Implementasi kebijakan merupakan faktor lingkungan. Gerak fungsional sebagai
sebuah proses untuk mewujudkan dan elemen untuk menjadi sehat (World
mencapai tujuan-tujuan program kebijakan Conederation for Physical Therapy,1995).
secara nyata. Dua jenis pendekatan model Fisioterapi adalah bentuk pelayanan
implementasi kebijakan berpacu dalam tahap kesehatan yang ditujukan kepada individu
implementasi kebijakan, yakni model top dan/atau kelompok untuk mengembangkan,
down dan model bottom up. Kedua model ini memelihara dan memulihkan gerak dan
terdapat pada setiap proses pembuatan fungsi tubuh sepanjang rentang kehidupan
kebijakan. Model elit, model proses dan dengan menggunakan penanganan secara
model inkremental dianggap sebagai manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik,
gambaran pembuatan kebijakan berdasarkan elektroterapeutis dan mekanis) pelatihan
model top down. Sedangkan gambaran fungsi, komunikasi (PMK. No.80, Th.2013,
model bottom up dapat dilihat pada model Ps.1).
kelompok dan model kelembagaan Menurut APTA (2011) dalam
(Dumilah, 2018). pelayanan kesehatan, organisasi perdagangan
Sarana prasarana pelayanan kesehatan dunia (WTO) dalam putaran Uruguay 1986-
merupakan proses kerjasama pendayagunaan 1994 mencatat fisioterapis termasuk jasa
semua sarana dan prasarana kesehatan secara professional dalam perdagangan bebas dunia.
efektif dan efisien untuk memberikan Namun seorang Fisioterapis memiliki
layanan secara profesional. Kelengkapan batasan untuk melakukan mobilitas
sarana prasarana yang baik merupakan hal internasional yang disebabkan karena
yang sangat penting dalam menciptakan adanya perbedaan dalam program pendidikan
kepuasan pelanggan (Ida Yunari Ristiani, fisioterapi, yang menghasilkan berbagai
2017). standar kompetensi. Oleh karena itu,
Proses pelayanan kesehatan tidak bisa seringkali perlu untuk memverifikasi
dipisahkan dengan pembiayaan kesehatan. kompetensi klinis melalui penilaian, serta
Oleh karena itu reformasi kebijakan menentukan atribut profesional dan
kesehatan di suatu negara seyogyanya kemampuan untuk menerapkan kompetensi
memberikan fokus penting kepada kebijakan dalam konteks praktik yang berbeda, sebagai
pembiayaan kesehatan untuk menjamin bagian dari proses pendaftaran. Ada sedikit
terselenggaranya kecukupan, pemerataan, evaluasi praktik pendaftaran, dan saat ini,
efisiensi pembiayaan kesehatan itu sendiri ada kebutuhan untuk mengevaluasi kembali
(Febri Endra Budi Setyawan, 2015). proses pendaftaran saat ini untuk
Sumber Daya Manusia Kesehatan memastikan mereka efisien dan efektif,
merupakan salah satu kunci elemen yang sehingga meningkatkan mobilitas tenaga
sangat penting dalam meningkatkan layanan kerja (Foo, Storr, & Maloney, 2016).
kesehatan kepada masyarakat, khususnya di Di Indonesia sistem fisioterapi sebagai
Puskesmas sebagai pelaksana pelayanan sebuah bentuk pelayanan kesehatan masih
kesehatan yang seharusnya ditempatkan sangat muda. Sistem ini tumbuh dan terus
sesuai dengan tugas pokok dan fungsi berkembang. Dimensi/pendekatan pelayanan
SDMK serta latar belakang pendidikan dan dan cakupan pelayanan serta ruang lingkup
keterampilan yang dimiliki (Handayani dkk, pelayanan kesehatan lainnya. Hal tersebut
2010). sejalan dengan pernyataan WCPT (World
Fisioterapi sebagai pelayanan pada Confederation for physical therapyst) bahwa
individu dan populasi untuk fisioterapi dapat berperan dalam upaya
mengembangkan, memelihara dan kesehatan masyarakat yang di Indonesia
memulihkan gerak dan kemampuan dilakukan oleh PUSKESMAS. Hal ini juga
diperjelas dalam PMK No. 80 Tahun 2013 Pengumpulan data dilakukan dengan
Ps.6 yang menyatakan bahwa Fisioterapis wawancara mendalam. Informasi dari
dapat menjalankan praktik pelayanan informan mengenai komponen input dapat
Fisioterapi secara mandiri atau bekerja di diketahui dari hasil wawancara berikut :
Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Fasilitas 1.1 Kebijakan Permenkes No 65 Tahun
Pelayanan Kesehatan yang dimaksud berupa: 2015 tentang Standar Pelayanan
puskesmas, klinik, rumah sakit dan/atau Fisioterapi
praktik fisioterapi mandiri. Dalam “Kebijakan Permenkes Nomor 65
menjalankan Praktik, Fisioterapis memiliki Tahun 2015 tentang standar pelayanan
kewenangan untuk melakukan pelayanan fisioterapi di Puskesmas sangat bagus
fisioterapi meliputi: asesmen fisioterapi yang sekali dalam mendukung peningkatan
meliputi pemeriksaan dan evaluasi, diagnosis pelayanan k epada masyarakat khususnya
fisioterapi, perencanaan intervensi pelayanan fisioterapi, pemerintah tidak akan
fisioterapi, intervensi fisioterapi, dan keberatan nantinya untuk menyediakan
evaluasi/re-evaluasi/re-assessmen/revisi. sarana dan prasarana termasuk SDMnya
Dalam melakukan pelayanan sebagaimana cuman kebijakan ini belum disosialisasikan
dimaksud pada ayat (1), fisioterapis dapat karena SDM, dana, sarana dan prasarana
menerima pasien langsung atau berdasarkan serta penanggung jawabnya belum ada”.
rujukan dari tenaga kesehatan lainnya (PMK “Pelayanan Fisioterapi di Puskesmas
No.80, Th. 2013, Ps.6, 11, 13, 16). itu sangat efektif sekali cuman belum ada
Menurut Eman (2015) Pokok-pokok sosialisasi dari dinas kesehatan untuk
kegiatan fisioterapi di Puskesmas yaitu : (1) melakukan layanan fisioterapi dilevel
Fisioterapi di Posyandu Bayi-Balita, Bumil, Puskesmas, selama ini Puskesmas mengarah
Nifas; (2) Fisioterapi di Posyandu Lanjut ke penanganan tradisional (akupresur),
usia atau Posbindu; (3) Fisioterapi Upaya sekarang tenaga akupresur sudah ada di
kesehatan sekolah; (4) Fisioterapi Home Puskesmas yaitu tenaga-tenaga keperawatan
Care; (5) Fisioterapi P3K/tanggap bencana; yang dilatih, rasionalnya kalau sudah
(6) Fisioterapi pada penyehat tradisional dikembangkan dan ada aturan yang jelas,
(hatra) /alternatif / komplementer; (7) saya rasa lebih bagus tenaga fisioterapi,
Fisioterapi Upaya Kesehatan Kerja; (8) kalau akupresur cuman menggunakan
Fisioterapi kesehatan olahraga; (9) Poliklinik manual sedangkan fisoterapi bisa
Fisioterapi; (10) Fisioterapi Rehabilitasi menggunakan manual dan alat”.
Bersumberdaya Masyarakat (RBM). Kebijakan standar pelayanan
fisioterapi di Puskesmas belum optimal
METODOLOGI PENELITIAN disosialisasikan kepada pihak puskesmas
Penelitian ini merupakan penelitian dikota Padang Panjang, yang ada baru
kualitatif dengan pendekatan fenomenalogi. sosialisasi dan pelatihan akupresur yang
Pengumpulan data dilakukan dengan mengarah kepada pelayanan fisioterapi.
menggunakan pedoman wawancara, Suatu kebijakan harus disosialisasikan agar
observasi, dan studi dokumen melalui mempunyai dampak atau tujuan yang di
wawancara mendalam dengan Analisis inginkan, karena kebijakan yang telah dibuat
kualitatif dengan menggunakan metode akan bermanfaat kalau sudah
Collaizi. disosialisasikan. Kebijakan tentang
Permenkes Nomor 65 Tahun 2015 belum
HASIL DAN PEMBAHASAN disosialisasikan di Kota Padang Panjang
1. Input disebabkan karena belum ada kejelasan dari
Komponen input terdiri dari Dasar departemen kesehatan tentang kebijakan ini.
Hukum, Sarana dan Prasarana, Dana serta Oleh karena itu, harus ada komitmen mulai
Sumber Daya Manusia pada Puskesmas Se- dari pemerintah pusat (Departemen
Kota Padang Panjang Tahun 2019. Kesehatan) dengan Pemerintah daerah
sehingga kebijakan ini dapat di sosialisasikan kesehatan dapat dirumuskan merupakan
dan diimplementasikan di Kota Padang segala macam peralatan, kelengkapan, dan
Panjang. benda-benda yang digunakan petugas
Fisioterapi sering dianggap sebagai puskesmas untuk memudahkan
pelayanan yang cocok ditingkat sekunder penyelenggaraan Puskesmas. Perbedaan
dan tersier yang berpusat di Perkotaan, sarana dan prasarana kesehatan adalah pada
sedangkan kenyataan dilapangan banyak fungsi masing-masing yaitu sarana kesehatan
masyarakat yang membutuhkan layanan untuk memudahkan penyampaian maksud
fisioterapi akan tetapi tidak dapat mengakses pelayanan, prasarana kesehatan untuk
layanan tersebut akibat biaya maupun jarak memudahkan penyelenggaraan kesehatan
lokasi fasilitas kesehatan, sehingga (Hidayat, 2015).
pemerintah Nigeria mencoba memperbaiki 1.3 Dana
anomali dengan membuat kebijakan “Belum ada dana yang dapat digunakan
pelayanan fisioterapi harus ada ditingkat untuk melakukan pelayanan fisioterapi di
dasar, sehingga masyarakat berpenghasilan Puskesmas karena belum ada kejelasan yang
rendah dan jauh dari perkotaan dapat lebih operasional, kita harus mendudukan
mengakses layanan fisioterapi ini (Olaleye, dulu tentang kebijakan (Permenkes No 65
2013). Tahun 2015) baru kita bisa merelokasikan
1.2 Sarana dan Prasarana dana yang akan digunakan”.
“Sarana dan prasarana yang “Belum ada dana yang dapat digunakan
mendukung pelayanan fisioterapi di untuk menunjang pelayanan fisioterapi di
Puskesmas itu belum ada karena Puskesmas”
berdasarkan Permenkes no 75 tahun 2014 Dana merupakan suatu indikator yang
tenaga fisioterapi tidak termasuk kedalam 9 sangat penting dalam penyelenggaraan
tenaga kesehatan di Puskesmas” pelayanan kesehatan, tanpa adanya dana
Untuk ketersediaan sarana dan yang mencukupi maka tujuan Puskesmas
prasarana dalam menunjang pelayanan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang
fisioterapi di Puskesmas itu belum ada, optimal tidak akan berjalan dengan baik. Di
kalau memang ada nantinya tenaga kota Padang Panjang penyediaan dana untuk
fisioterapi yang bekerja di Puskesmas, kita penyelengaraan pelayanan fisioterapi di
akan menyediakan sarana dan prasarananya Puskesmas belum ada, hal ini disebabkan
sehingga kita tidak perlu lagi merujuk karena belum ada kejelasan yang
pasien kerumah sakit untuk mendapatkan operasional.
tindakan fisioterapi”. Proses pelayanan kesehatan tidak bisa
Sarana dan prasarana di Puskesmas dipisahkan dengan pembiayaan kesehatan.
Kota Padang Panjang untuk melakukan Oleh karena itu reformasi kebijakan
pelayanan fisioterapi belum memadai, tetapi kesehatan di suatu negara seyogyanya
ada 3 Puskesmas yang memiliki sarana untuk memberikan fokus penting kepada kebijakan
memungkinkan melakukan pelayanan pembiayaan kesehatan untuk menjamin
fisioterapi. Sarana dan Prasarana Puskesmas terselenggaranya kecukupan (adequacy),
merupakan salah satu indikator keberhasilan pemerataan (equity), efisiensi (efficiency)
untuk melakukan pelayanan kesehatan yang dan efektifitas (effectiveness) dari
efektif dan efisien. Oleh karena itu, pembiayaan kesehatan itu sendiri (Febri
diperlukan perhatian pemerintah dalam Endra Budi Setyawan, 2015).
penyediaan sarana dan prasarana yang 1.4 Sumber Daya Manusia
memadai. “Belum ada tenaga fisioterapi yang
Sarana kesehatan adalah segala macam bekerja di Puskesmas,namun kita butuh
peralatan yang digunakan tenaga medis/para fisioterapi di Puskesmas karena pelayanan
medis untuk memudahkan penyampaian harus dekat dengan masyarakat, dengan
pelayanan kesehatan sedangkan prasarana adanya tenaga fisioterapi yang bekerja di
Puskesmas akan menambah nilai plus dan kita dalam memberikan pelayanan kepada
jenis pelayanan yang ada di Puskesmas”. pasien (French & Dowds, 2008)
“Untuk tenaga fisioterapi yang bekerja 2. PROSES
di Puskesmas itu belum ada,kalau nantinya 2.1 Fisioterapi di posyandu bayi-balita,
ditetapkan tenaga fisioterapi di Puskesmas bumil-nifas
sangat bagus sekali karena aka menunjang “Belum ada perencanaan program
peningkatan mutu Puskesmas dan derajat fisioterapi diposyandu bayi dan balita,ibu
kesehatan masyarakat ”. hamil serta ibu nifas tetapi kita butuh
Sumber daya manusia kesehatan fisioterapi di Puskesmas untuk mendekatkan
merupakan suatu indikator yang sangat layanan kepada masyarakat ”.
penting dalam penyelengaraan pelayanan “Fisioterapi di Posyandu bayi-balita,
kesehatan selain dana dan prasarana. ibu hamil dan ibu nifas itu sangat bagus
Pelayanan kesehatan akan sangat efektif jika sekali, selama ini kalau ditemukan yang
dilengkapi dengan adanya sumber daya yang mengalami gangguan tumbuh kembang
profesional. Dengan adanya penyediaan dilapangan hanya didiamkan saja oleh
tenaga fisioterapi di Puskesmas maka masyarakat karena biaya tidak ada
masyarakat akan lebih mudah mendapatkan kemudian dia butuh berulang-ulang seumur
layanan fisioterapi dan tidak perlu untuk hidup, kalau seandainya ada fisioterapi di
melakukan rujukan kerumah sakit sehingga Puskesmas maka anak-anak yang mengalami
derajat kesehatan masyarakat meningkat dan gangguan tumbuh kembang bisa diterapi
mutu dari puskesmas juga meningkat. langsung sehingga kelainannya bisa teratasi
Sumber daya manusia kesehatan sehingga derajat kesehatan meningkat
merupakan aset yang sangat vital, karena itu sehingga dia bisa bersekolah layaknya anak-
keberadaannya dalam organisasi tidak bisa anak normal lainnya. Tetapi untuk sekarang
digantikan oleh sumber daya lainnya. memang belum ada perencanaan untuk
Betapapun modern teknologi yang program pelayanan fisioterapi di
digunakan atau seberapa banyak dana yang Puskesmas”.
disiapkan, namun tanpa dukungan sumber Fisioterapi tidak hanya berperan pada
daya manusia yang memiliki kemampuan rehabilitatif tetapi juga pada promotif dan
profesional, semuanya menjadi tidak preventif. Di posyandu bayi-balita, ibu hamil
bermakna. Perencanaan kebutuhan SDMK dan ibu nifas fisioterapi bekerjasama dengan
adalah proses sistematis dalam upaya pemegang program KIA, Promkes dalam
menetapkan, jumlah dan kualifikasi SDMK merencanakan dan melaksanakan kegiatan
yang dibutuhkan sesuai dengan kondisi suatu seperti penyuluhan, senam hamil, senam
wilayah dalam rangka mencapai tujuan nifas, senam bayi, deteksi dini kecacatan dan
pembangunan kesehatan (Kemenkes RI, tumbuh kembang , intervensi dini kecacatan
2015). dan tumbuh kembang. Di Kota Padang
Fisioterapis harus selalu Panjang memang belum ada penerapan
mengembangkan ilmu fisioterapi untuk pelayanan fisioterapi di Posyandu bayi-
meningkatkan pelayanan kepada pasien, balita, ibu hamil dan ibu nifas tetapi
salah satunya dengan mengikuti program Puskesmas sangat mendukung sekali kalau
Continuing Professional Development nantinya fisioterapi juga berperan pada
(CPD), CPD terdiri dari serangkaian posyandu bayi-balita, ibu hamil dan ibu
kegiatan formal dan informal yang nifas, selain untuk meningkatkan derajat
merupakan bagian integral dari pekerjaan kesehatan masyarakat juga akan
fisioterapis. Melalui CPD kita dapat meningkatkan mutu Puskesmas.
mencapai pertumbuhan pribadi dan Studi selama 20 tahun terakhir, bahwa
profesional, mengembangkan, memperoleh latihan fisik yang benar, teratur dan terukur
dan memperbaiki keterampilan yang yang dilakukan selama kehamilan dapat
dibutuhkan untuk peran dan tanggung jawab mengurangi kejadian persalinan lewat waktu
dan memperbaiki skor APGAR (Pivarnik, Penelitian Priadi (2015) menjelaskan
James.M, dkk, 2013). dengan Latihan aerobik dapat meningkatkan
Sedangkan tujuan latihan fisik pada kebugaran paru jantung bagi lansia dengan
masa nifas untuk mempercepat pemulihan memenuhi kriteria FITT (frequency,
kondisi ibu setelah melahirkan dan intensity, time, type). Dan Penelitian yang
mengembalikan daya tahan jantung paru dilakukan Prabowo (2013) menyebutkan
kekeadaan sebelum hamil. Senam nifas tidak ada perbedaan antara pelatihan jalan
dengan bentuk latihan ditujukan untuk intesitas sedang dengan pelatihan static
pinggang bawah termasuk gerak ekstensi bicycle intesitas sedang dalam meningkatkan
pinggang, intensitas selama 10-20 menit endurance kardiorespirasi dilihat dari
dilakukan segera setelah persalinan peningkatan vo2 max pada lansia.
dilanjutkan dengan latihan inti bersifat Sedangkan menurut Edi (2013) adanya
aerobic dengan jalan perlahan untuk jarak pengaruh senam aerobik low impact
pendek selama 10-20 menit, frekuensi 3 kali intensitas sedang terhadap kesehatan lansia
seminggu. Latihan kegel dapat dilakukan dengan hipertensi di Posyandu lansia Desa
bersamaan atau diluar latihan inti dan senam Wironanggan, Sukoharjo. Lansia yang
nifas (SH, Park dan Kang, CB, 2013). melakukan senam secara rutin menjadikan
2.2 Fisioterapi di posyandu lansia tekanan darah menjadi lebih stabil.
“Fisioterapi diposyandu lansia 2.3 Fisioterapi di UKS dan Kesehatan
itu sangat bagus sekali,kalau Olahraga
sudah ada tenaga fungsionalnya di “Kalau fisioterapi ada di UKS dan
Puskesmas maka akan k ita libatkan dalam kesehatan olahraga sangat bagus sekali
posyandu lansia karena akan meningkatkan untuk meningkatkan derajat kesehatan
layanan kepada masyarakat”. “Belum masyarakat terutama pada anak-anak, j ika
ada program pelayanan ditemukan adanya kelainan tulang belakang
fisioterapi diposyandu lansia, kalau memang (scoliosis)bisa ditangani lansung oleh
ada, itu sangat bagus sekali apalagi kasus fisioterapi”.
yang terbanyak di Puskesmas ini banyak “Ternyata peran fisioterapi ini banyak
hipertensi dan sudah mulai banyak kasus juga ya, kalau fisioterapi ada di UKS dan
stroke”. Kesehatan olahraga maka akan
Fisioterapi sangat berperan pada meningkatkan pengetahuan siswanya
posyandu lansia untuk mengatasi hal-hal tentang olahraga yang baik dan teratur dan
yang berhubungan dengan gangguan gerak deteksi dini kecacatan ”.
dan fungsional, aktifitas sehari-hari, aktifitas Pelayanan fisioterapi UKS dan
perawatan diri dan adaptasi dengan kesehatan olahraga merupakan sebuah
lingkungan sosial lansia. Peran fisioterapi di inovasi bagi Puskesmas dalam meningkatkan
Puskesmas diantaranya memberikan latihan mutu Puskesmas. Dengan adanya tenaga
keseimbangan, latihan pencegahan fisioterapi yang berperan di UKS dan
osteoporosis, senam lansia, latihan fisik kesehatan olahraga akan mengurangi angka
untuk menjaga mobilitas dan postur, teknik kecacatan pada anak-anak dan peningkatan
mengangkat dan mengangkut, teknik kebugaran pada anak-anak.Dalam Role of
peningkatan kekuatan otot dan memperbaiki Physical Therapists in the Educational
koordinasi, dan lain sebagainya. Program di Model Ages 3-21, dari Area Education
seluruh Puskesmas Kota Padang Panjang Agency Iowa USA, 2014, pelayanan
tentang peran fisioterapi di posyandu lansia fisioterapi anak di sekolahan bertujuan untuk
memang belum ada tetapi Puskesmas mobilitas yang baik mencakup : functional
berharap fisioterapi dapat terlibat dalam mobility skills, architectural accessibility,
program posyandu lansia untuk mencegah utilizing appropriate assistive devices,
kecacatan pada lansia dan lansia bisa tetap transfers, positioning; dan kemampuan
aktif seiring bertambahnya usia. mengikuti pendidikan mencakup : gross
motor/visual motor, positioning, pre- sangat berharap sekali kalau nantinya ada
vocational tasks, play and leisure activities. tenaga fisioterapi di Puskesmas”.
2.4 Fisioterapi di Poliklinik Standar pelayanan fisioterapi di
Untuk poliklinik fisioterapi di Puskesmas di Kota Padang Panjang memang
Puskesmas itu efektif cuman belum ada belum optimal disosialisasikan. Hal ini
dasar hukum atau aturan yang jelas dan disebabkan karena pemerintah belum berani
sosialisasi kebijakan belum ada, tetapi kita mensosialisasikan Permenkes Nomor 65
sangat butuh fisioterapi di Puskesmas Tahun 2015 ini sebelum ada instruksi yang
karena pelayanan harus dekat dengan jelas dari departemen kesehatan, tetapi
masyarakat”. Puskesmas sangat antusias sekali tentang
“Sangat setuju sekali kalau ada kebijakan ini karena puskesmas menilai
poliklinik fisioterapi di Puskesmas, kalau dengan adanya pelayanan fisioterapi di
ditemukan kelainan tumbuh kembang bisa Puskesmas akan mengurangi angka kecatatan
ditangani secara langsung di Puskesmas pada masyarakat, akses pelayanan fisioterapi
tanpa harus jauh-jauh kerumah sakit dan lebih dekat dengan masyarakat, masyarakat
biaya yang dikeluarkan juga tidak banyak”. tidak perlu mengeluarkan banyak uang untuk
Pelayanan fisioterapi harus ada mendapatkan layanan fisioterapi. Dan
ditingkat pelayanan primer. Dengan adanya dengan demikian, derajat kesehatan
fisioterapi di Puskesmas maka masyarakat masyarakat akan meningkat dan mutu dari
akan lebih mudah untuk mendapatkan Puskesmas juga akan meningkat sehingga
pelayanan fisioterapi dan mengurangi hal ini akan berdampak pada akreditasi
kecacatan pada masyarakat. Puskesmas tidak Puskesmas.
perlu lagi merujuk kerumah sakit ketika Kesimpulan
masyarakat harus mendapatkan pelayanan Berdasarkan hasil penelitian dan
fisioterapi dan masyarakat tidak perlu pembahasan tentang standar pelayanan
mengeluarkan banyak biaya untuk fisioterapi berdasar Permenkes Nomor 65
mendapatkan pelayanan fisioterapi. Tahun 2015 di Puskesmas wilayah kerja
Menurut penelitian yang dilakukan dinas kesehatan Kota Padang Panjang maka
oleh Bath, dkk yang dilakukan di dapat disimpulkan :
Saskatchewan Kanada dengan judul “Patient 1. Input : Kebijakan pemerintah tentang
and referring health care provider standar pelayanan fisioterapi di
satisfaction with a physiotherapy spinal Puskesmas belum
triage assessment service” tentang evaluasi optimal disosialisasikan
kepuasan pasien terhadap pelayanan spinal kepada pihak Puskesmas
triase yang ada di pelayanan dasar di kota Padang Panjang, yang ada baru
menemukan bahwa dengan adanya sosialisasi dan pelatihan akupresur yang
fisioterapi di pelayanan dasar mampu mengarah kepada pelayanan fisioterapi.
memudahkan akses masyarakat pedesaan Walaupun kebijakan ini sudah lama
untuk mendapatkan pelayanan fisioterapi, dikeluarkan tetapi belum direalisasikan
mengurangi biaya dan waktu tunggu di Kota Padang Panjang, sehingga belum
perawatan yang kerap kali dianggap ada permintaan tenaga fisioterapi, sarana
menghalangi efektifnya perawatan. dan prasarana serta dana yang
dibutuhkan dalam pengimplementasian
3. Output pelayanan fisioterapi di Puskesmas
“Belum berani melakukan sosialisasi belum direlokasikan. Tetapi, dari 4
karena SDM, dana, sarana dan prasarana Puskesmas yang ada di Kota Padang 3
belum ada sehingga belum bisa kita diantaranya sudah memiliki sarana atau
sosialisasikan”. ruangan yang bisa digunakan untuk
“Selama ini belum ada sosialisasi dari pelayanan fisioterapi.
dinas tentang kebijakan ini tetapi kami
2. Proses : Implementasi kebijakan Tahun 2017.Dinas kesehatan
pelayanan fisioterapi di Puskesmas Kota Sumatera Barat: Padang
Padang Panjang baik di Posyandu bayi Edi, S. (2013). Pengaruh Senam Aerobik
dan balita, Posyandu lansia, Fisioterapi Low Impact Intensitas Sedang
UKS dan kesehatan olahraga dan Terhadap Penurunan Tekanan Darah
poliklinik fisioterapi belum ada sehingga pada lansia dengan Hipertensi di
kalau ada pasien yang harus Posyandu Lansia Desa Wironanggan
mendapatkan tindakan fisioterapi harus Sukoharjo. FIK Universitas
dirujuk ke Rumah Sakit. Muhammadiyah Surakarta
3. Output : Permenkes Nomor 65 Tahun Eman, Friets. 2015. Model Pelayanan
2015 tentang standar pelayanan Fisioterapi Di Puskesmas. Temu
fisioterapi belum pernah disosialisasikan Ilmiah Tahunan Fisioterapi ke 30
oleh Pemerintah sehingga belum ada Makassar
perencanaan dan penerapan tenaga, Eman, Friets. 2015. Pokok-Pokok Kegiatan
dana, sarana dan prasana untuk Fisioterapi Di Puskesmas.
melakukan pelayanan fisioterapi di Disampaikan dalam Seminar
Puskesmas. Nasional Fisioterapi, Manado 4-5
Desember 2015
Saran Febri Endra Budi Setyawan (2015). Sistem
Diharapkan hasil penelitian ini dapat Pembiayaan Kesehatan, Fakultas
menjadi masukan bagi Pemerintah Kedokteran, Universitas
khususnya Pemerintah Daerah kota Padang Muhammadiyah Malang
Panjang untuk mendiskusikan kebijakan ini Foo, J. S., Storr, M., & Maloney, S. (2016).
dengan kementrian kesehatan sehingga Registration factors that limit
Permenkes Nomor 65 Tahun 2015 tentang international mobility of people
standar pelayanan fisioterapi dapat holding physiotherapy qualifications :
disosialisasikan dan diimplementasikan di A systematic review. Health Policy.
Puskesmas Kota Padang Panjang. https://doi.org/10.1016/j.healthpol.20
16.04.008
Daftar Pustaka French, H. P., & Dowds, J. (2008). An
Ayuningtyas, D. 2018. Analisis Kebijakan overview of Continuing Professional
Kesehatan Prinsip dan Aplikasi. Development in physiotherapy.
Depok: PT.Raja Grafindo Persada Chartered Society of Physiotherapy,
Baldacchino, Marilyn. 2014. A review of 94, 190–197.
https://doi.org/10.1016/j.physio.2007.
certain recent advances in primary 09.004
health care. The journal of the malta Hidayat, wahyu (2015) Studi Tentang
collage of family doctors. Vol.03; Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan
Issue 01, May 2014 Di Puskesmas Long Ikis Kecamatan
Bath B, Janzen B. Patient and referring Long Ikis Kabupaten Paser, Fakultas
health care provider satisfaction with Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik,
a physiotherapy spinal triage Universitas Mulawarman
assessment service. Journal of Olaleye, Oadan Tk Hamzat. 2013. Relevance
Multidisciplinair Health Care. 2011; of Physiotherapy in primary health
2012(5):1-15 care. East African Journal of Public
Canada Physiotherapy Association. The Health. Bol.10, No. 1.
Value of Physiotherapy to primary Peraturan Menteri Kesehatan Republik
health care in Saskatchewan Indonesia Nomor 65 Tahun 2015
Dinas kesehatan Sumbar. 2017. Profil Tentang Standar Pelayanan
Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Fisioterapi
Permenkes No. 80 Tahun 2013 Tentang postnatal women :systematic review.
Penyelenggaraan Pekerjaan dan J Korean AcadNurs, 2013 Jun ; 43(3):
Praktik Fisioterapis 420-30. DOI:
Riskesdas. Badan Penelitian Pengembangan 10.4040/jkan.2013.43.3.420
Kesehatan Kementerian KesehatanRI Steward, Jenny, etc. “Primary Health Care
2018. Riset Kesehatan Daerah. in Aotearoa, New Zealand:
Jakarta: Riskesdas: 2018 Challenges and Opportunities for
Ristiani, Ida Yunari (2017) Pengaruh Sarana Physiotherapists” NZ Journal of
Prasarana Dan Kualitas Pelayanan Physiotherapy – July 2007, Vol. 35
Terhadap Kepuasan Pasien (Studi (2)
Pada Pasien Rawat Jalan Unit Sugiyono. 2012. Memahami
Poliklinik IPDN Jatinangor), Institut Penelitian Kualitatif, Bandung :
Pemerintahan Dalam Negeri Alfabeta
Noh, Kamaliah Mohammad.(2011). Primary Swandari, A.(2015). Pengaruh Senam Bayi
Health Care Reform in 1 Care for 1 Terhadap Kecepatan Kemampuan
Malaysia. International Journal of Motorik Kasar Pada Bayi Usia 5
Public Health Research Special Issue Bulan. Jurnal Insan Cendekia.
2011, pp (50-56) Volume 1 No 2 Mei 2015
Pivarnik, James, dkk. 2013. Impact of Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
Physical Activity during pregnancy 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga
and postpartum on chronic disease Kesehatan
risk. Journal of the American college Wagey. 2011. Senam Hamil Meningkatkan
of sport medicine. 0195- Antioksidan Enzimatik, Kekuatan
9131/06/3805-0989/0, DOI : Otot Panggul, Kualitas Jasmani dan
10.1249/01.mss.0000218147.51025.8 Menurunkan Kerusakan Oksidatif
a Pada wanita Hamil, Program Pasca
Prabowo, E. (2013) Perbedaan Antara Sarjana Universitas Udayana
Pelatihan Jalan Intesitas Sedang Denpasar
dengan Pelatihan Static Winarno, Budi. 2014. Kebijakan Publik :
BicycleIntesitas Sedang dalam Teori, Proses, Dan Studi Kasus.
Meningkatkan Endurance Yogyakarta: Center of Academic
Kardiorespirasi Dilihat Dari Publishing Service (CAPS)
Peningkatan Vo2 Max, Penurunan WCPT, 1995; Jurnal Ikatan Fisioterapi
Heart Rate, dan Peningkatan Indonesia 2003; Ikatan Fisioterapi
Inspirasi Maksimal pada Lansia. Indonesia Unit Rumah Sakit “Siaga
Jurnal kesehatan. Program Studi Raya”
Fisioterapi Sekolah Tinggi Ilmu WCPT, 1999; Jurnal Ikatan Fisioterapi
Kesehatan Aisyiyah Yogyakarta Indonesia 2003; Ikatan Fisioterapi
Priadi, A. (2015). Pelatihan Aerobik untuk Indonesia Unit Rumah Sakit “Siaga
Kebugaran Paru Jantung bagi Raya”
Lansia. Jurnal Olahraga Prestasi. WHO Global Health Expenditure Atlas 2014
Volume 11, Nomor 2 Juli 2015 http://www.who.int/gho/publication/
Rea, L. Brenda, etc. “The Role of Health world_health_statistics/2016/EN_W
Promotion in Physical Therapy in HS2016_AnnexB.pdf?ua=1 Thabrany
California, New York and H, 2005, Pendanaan Kesehatan dan
Tennessee”. Physical Therapy . Alternatif Mobilisasi Dana Kesehatan
Volume 84 . Number 6 . June 2004 di Indonesia
SH, Park, Kang CB, dkk. 2013. Effect of Widyawati. Syahrul, F. 2013. Pengaruh
kegel exercise to prevent urinary and Senam Hamil Terhadap Proses
fecal incontinence in antenatal and Persalinan Dan Status Kesehatan
Neonatus. Jurnal Berkala
Epidemiologi, Vol. 1, No. 2
September 2013: 316–324

Anda mungkin juga menyukai