Anda di halaman 1dari 8

UJIAN AKHIR SEMESTER LIMA

MATA KULIAH
CROSS CULTURAL MANAGEMENT

ALMA ALIVIANI
2201788060
LC86

BINUS UNIVERSITY
BEKASI

2021
1. Coca Cola V.S. Dolce Gabbana advertising
a) Coca Cola terkenal dengan strategi marketingnya yang sukses menciptakan
brand image dan memperkenalkan produk minumannya ke penjuru dunia. Tak
terkecuali dengan Coca Cola di China yang menerima respon positif dari
warga negaranya sehingga menjadi salah satu produk minuman berkarbonasi
terpopuler di China (jurnal glocalization banggggggggggggggggg). Coca Cola
menerapkan strategi periklanan yang melokalisasi di mana iklan pada video
tersebut berlatar-belakang drama kolosal atau zaman kerajaan China yang
kental, namun disajikan secara menghibur sehingga audiens menjadi engaged
dengan menonton iklan tersebut.
Sementara itu, Dolce Gabbana justru menerima respon sebaliknya. Iklan
Dolce Gabbana yang menampilkan wanita makan menggunakan sumpit,
namun dengan cara makan yang salah. Iklan tersebut menuai kecaman dari
audiens karena iklan tersebut dianggap rasis dan menghina tradisi dan cara
makan orang China (knowledgewharton)
b) Budaya sangat memengaruhi strategi pemasaran perusahaan terutama
perusahaan global yang harus beradaptasi kepada budaya setiap negara atau
regional target pasar mereka. Pada intinya, perusahaan harus terlebih dahulu
berfokus pada siapa target pasar (calon audiens) dari strategi pemasaran
mereka dan menganalisisnya baik secara demografis, bahasa, nilai, maupun
komunikasi nonverbal.
Pada kasus soal di atas, terlihat perbedaan di antara Coca Cola dan Dolce
Gabbana dalam menerapkan strategi periklanan. Coca Cola terlebih dahulu
mengenal perilaku konsumen di China yang dipengaruhi oleh values dan
memahami bahwa adanya environment-oriented values yang harus dihargai
yaitu tradition. Coca Cola berhasil memikat masyarakat di China dengan
menayangkan iklan dengan kisah budaya tradisional China yang dikemas
secara menarik. Di sisi lain, Dolce Gabbana justru mengabaikan aspek
environment-oriented values sehingga dinilai tidak menghargai tradition yang
berharga bagi orang China dengan menayangkan iklan tradisi makan orang
China yang salah.

2. Untuk mempersiapkan diri menghadapi Industry 5.0 era di mana penekanan terletak
pada manusia dan menyinergikan antara manusia dengan teknologi sebagai bagian
dari kehidupan di masa depan, maka intercultural communication competence yang
perlu dibangun yaitu cross-cultural knowledge untuk mengenal latar belakang budaya
dan pengaruhnya terutama pada gaya komunikasi masyarakat di negara tersebut,
memahami verbal and nonverbal communication styles dari banyak negara, IT
literacy untuk memperdalam pemahaman diri mengenai perkembangan teknologi
informasi yang berperan penting untuk menjalin komunikasi lintas region, dan
awareness terhadap automatization technology yang kelak akan mendukung
kehidupan manusia di segala aspek dalam era industri 5.0.

3. Menerapkan host country culture secara global dipertimbangkan akan memberikan


dampak baik positif maupun negatif, di antaranya:
- dampak positif
a) Untuk para manajer perusahaan cabang, mereka tidak perlu
menciptakan dan beradaptasi nilai-nilai baru sesuai dengan regional
perusahaan cabang. Mereka cukup mengimplementasikan nilai-nilai
yang mereka bawa dari host country ke regional-regional cabang
perusahaan.
b) menerapkan host country culture akan membantu para manajer untuk
memahaminya di mana pemahaman host country culture itu penting.
Pemahaman tersebut penting terutama apabila manajer berada di titik
tengah tekanan stratejik antara keharusan mempertahankan posisi
perusahaan di antara pesaing global dan harus memenuhi permintaan
local subsidiary. Untuk mengambil keputusan dalam situasi tersebut,
manajer membutuhkan pertemuan dengan host government dan
manajer harus mampu menginterpretasikan kondisi local subsidiary
kepada host company (BUKU WOEEEEEEEEEEEE)

- dampak negatif
a) host country culture akan berdampak langsung pada kepemimpinan
dan proses pengambilan keputusan para manajer. Para manajer yang
berasal dari host country atau sudah terbiasa dengan budaya host
country dapat melakukan pengambilan keputusan dengan lebih cepat
dibandingkan dengan manajer yang tidak berasal dari host country atau
belum terbiasa dengan budaya host country. Hal ini dikarenakan
manajer yang belum terbiasa dengan budaya host country akan butuh
waktu untuk mempertimbangkan dan menganalisis nilai-nilai yang
masih asing baginya.
b) untuk karyawan di perusahaan cabang, mereka kemungkinan akan
mengalami culture shock dikarenakan budaya perusahaan berbeda
dengan budaya daerah setempat di negara mereka tinggal.
c) Karyawan jadi membutuhkan waktu adaptasi dengan perusahaan lebih
lama atau risiko terburuknya adalah tidak bisa menyesuaikan diri
dengan nilai-nilai dan host country culture yang bertentangan dengan
nilai-nilai karyawan yang telah mereka anut selama tinggal di negara
tersebut.
d) tidak hanya memengaruhi karyawan, tetapi budaya perusahaan yang
berbeda dari budaya negara cabang secara tidak langsung akan
memengaruhi output atau produk mereka. Akibatnya, konsumen bisa
jadi tidak cocok dengan produk yang dihasilkan oleh perusahaan.
e) Bisa jadi bertentangan dengan regulasi negara tempat perusahaan
cabang beroperasi.

4. Etika bisnis Jepang, Australia, dan Brazil.


a) Jepang:
● Jangan datang rapat terlambat karena orang Jepang terkenal dengan
kedisplinan mereka.
● Merundukkan badan seebagai salam hormat kepada atasan dan rekan
kerja serendah tundukan yang dilakukan oleh orang lain terhadap kita.
● Menyapa semua orang secara individu meskipun di dalam kelompok
tersebut banyak orang.
● Ketika menerima kartu nama, gunakan kedua tangan atau tangan kanan
saja untuk menerimanya, kemudian jangan langsung diletakkan,
melainkan diperhatikan bak-baik dan letakkan di atas meja sampai
semua orang duduk.
● Jangan mengganggu orang lain yang sedang berbicara karena dianggap
tidak sopan.
● Presentasikan informasi mengenai perusahaan sebanyak-banyaknya.
● Meskipun orang Jepang terlihat individualis, tetapi mereka mengambil
keputusan berdasarkan pertimbangan bersama tim mereka (group-
oriented).
SUMBERNYA GAAAAAAAAAAAAAAAAAAAN

b) Australia:
● Membuat janji pertemuan beberapa hari sebelumnya akan dihargai
oleh orang Australia karena kita telah memiliki agenda.
● Jangan terlambat datang ke pertemuan.
● Kartu nama akan ditukarkan tanpa formalitas atau hanya akan
diberikan apabila ada kebutuhan kontak mengenai seseorang.
● Perkenalkan diri dengan nama lengkap.
● Pertemuan dinilai biasa saja, namun sebenarnya adalah hal yang
dianggap serius.
● Hadirin rapat diperbolehkan mengemukakan pendapat mereka tanpa
memandang posisi hirarki dan usia,
● Dalam bernegosiasi, dukunglah pendapat dan argumen dengan fakta-
fakta yang dapat dipercaya dan dibuktikan.
● Negosiasi relatif cepat dan lancar dikarenakan gaya komunikasi orang
Australia yang lugas dan jelas dan berbicara terus terang.
SUMBERNYA WOREEEEE

c) Brazil:
● Membuat janji pertemuan beberapa hari atau lebih baik beberapa
minggu sebelumnya.
● Menghadiri rapat tepat waktu, walaupun rekan kerja tidak bisa
sepenuhnya diharapkan datang tepat waktu karena mereka cenderung
santai.
● Kartu nama dipertukarkan di awal pertemuan pada sesi perkenalan.
● Negosiasi mungkin berjalan dengan lambat karena orang Brazil butuh
mengenal rekan bisnis mereka sebelum bekerja sama.
● Keputusan biasanya diambil oleh orang dengan posisi yang tertinggi di
perusahaan.
● Karyawan cenderung berusaha menyenangkan orang lain, walaupun
pada faktanya mereka belum tentu bisa melakukannya.
SUMBERNYA WOEEEEEEEEEEEEEEEEEEE

5. Pihak Melissa telah melakukan beberapa kesalahan selama enam bulan bernegosiasi
dengan penculik yang mengakibatkan Dan tidak bisa diselamatkan. Dengan
menganalisis dan memahami gaya negosiasi orang Kolombia, beberapa kesalahan
yang dilakukan oleh pihak Melissa adalah sebagai berikut:
1) Orang Kolombia akan lebih mudah dan cepat dalam mencapai kesepakatan
apabila negosiasi dilakukan dengan lebih dari satu negosiator. Sayangnya,
pihak Melissa hanya mengandalkan satu negosiator (walaupun pihak Melissa
sempat mengganti negosiator beberapa kali, namun negosiator yang saling
mengganti tersebut, Manuel, Charles, dan Frederick, melakukan negosiasi
sendiri).
2) Orang Kolombia pintar mengeksploitasi ketidaksetujuan dalam negosiasi
untuk mengambil manfaat bagi diri mereka sendiri. Sementara itu, pihak
Melissa sempat beberapa kali menyatakan ketidaksetujuannya terhadap pihak
penculik mengenai jumlah nominal uang yang dinilai terlalu tinggi bagi pihak
Melissa. Situasi ini bisa saja dimanfaatkan oleh penculik, misal: memberikan
dampak tekanan psikologis, ancaman, dan sebagainya.
3) Orang Kolombia menghargai hubungan jangka panjang antar sesama .
Mengganti orang di dalam tim bisa membuat proses menjalin hubungan dalam
negosiasi harus dimulai dari awal lagi sehingga seharusnya hal ini dihindari.
Sayangnya, pihak Melissa bahkan mengganti negosiator sebanyak empat kali:
Manuel, kemudian Charles, kembali ke Manuel, dan pada akhirnya Frederick.
Untuk pihak penculik, penggantian negosiator Melissa tersebut akan membuat
mereka beradaptasi lagi dalam mengenal negosiator dan mengulang negosiasi
yang berbeda dari sebelumnya. Seharusnya, pihak Melissa cukup menentukan
negosiator tetap dari awal demi menciptakan hubungan negosiasi yang lebih
baik dengan penculik.
4) Perlu dipahami bahwa tempo negosiasi orang Kolombia cenderung lambat
sehingga dibutuhkan kesabaran dan persistensi. Namun, pihak Melissa yang
mungkin pada saat itu terbawa suasana kepanikan dan tanpa adanya perbaikan
situasi, Melissa cenderung mengambil keputusan terburu-buru terutama ketika
Melissa menginginkan agar Charles kembali diganti oleh Manuel, sementara
perusahaan meminta Melissa agar Charles dapat melanjutkan negosiasi.
Selain itu, dengan memahami tempo negosiasi orang Kolombia yang lambat,
seharusnya sudah dapat membantu Melissa untuk tetap tenang dan berpikir
jernih bahwa ada kemungkinan pihak penculik bertujuan menciptakan tekanan
waktu, atau memang hanya mencerminkan proses pengambilan keputusan
yang cenderung lambat sebagai orang Kolombia.
5) Dalam bernegosiasi dengan orang Kolombia, mereka cenderung enggan
membagikan informasi secara terbuka karena mereka percaya bahwa
informasi tersebut dapat mendatangkan manfaat penawaran bagi lawan
negosiator. Sayangnya, ketika Charles bernegosiasi, Charles justru meminta
bukti bahwa Dan masih hidup. Jika Pihak Melissa ingin mengetahui kondisi
Dan pada saat itu, seharusnya bisa dilakukan dengan cara lain daripada secara
eksplisit dan to-the-point meminta informasi kepada penculik.
6) Orang Kolombia menginginkan win-win solution meskipun mereka bersifat
kompetitif. Dalam negosiasi, pihak Melissa hanya terus menerus
menginginkan win-lose situation untuk Melissa atas pihak penculik dengan
meminta harga tebusan yang rendah kepada penculik di mana situasi tersebut
unfavorable bagi penculik. Lebih jauh lagi, dengan sifat kompetitif orang
Kolombia dalam bernegosiasi, mereka akan terus mempertahankan keinginan
mereka sehingga waktu negosiasi semakin terulur dan pihak Melissa
kehabisan waktu (SUMBER JURNALLLLLL COLOMBIA)

Daftar Pustaka

https://knowledge.wharton.upenn.edu/article/dolce-gabbana-mistakes-in-china/

Negotiating International Business - Colombia


This section is an excerpt from the 2017 edition of the book “Negotiating International
Business - The Negotiator’s
Reference Guide to 50 Countries Around the World” by Lothar Katz.
https://culturalatlas.sbs.com.au/japanese-culture/japanese-culture-business-culture

Indonesian Journal of English Language Teaching, 12(1), May 2017, pp. 79-99
Tamas Kiss

https://culturalatlas.sbs.com.au/brazilian-culture/brazilian-culture-business-culture

https://culturalatlas.sbs.com.au/australian-culture/australian-culture-business-culture

5-13-2019 10:00 AM Glocalization in China: An Analysis of Coca-Cola’s Brand CoCreation


Process with Consumers in China Yinuo Shi

Anda mungkin juga menyukai