Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

DISTRIBUTED CONTROL SYSTEM

Oleh :

Kelompok 3 :

Dawido Tafonao (18 02 071)


Dharma Agung (18 02 073)
Eko Friemko (18 02 074)
Fanrido Limbong (18 02 076)
Fernando Butar Butar (18 02 077)
Gok isi Sitanggang (18 02 080)
Gopas Sibuea (18 02 081)
Hafidz Sinaga (18 02 082)
Harsima Limbong (18 02 083)

KELAS : II TM B

KEMENTRIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI
MEDAN
2019
Kata Pengantar

Puji syukur kepada Tuhan YME yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Distributed Control
System ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Elektronika. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang DCS bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Nelson Silitonga selaku dosen
elektronika yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari,
makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini

Medan, 9 November 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………………………...................... i

Daftar isi…………………………………………………………………………..……. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG …………………………………………..


………………… 1
1.2. RUMUSAN MASALAH………………………………………………….
………. 1
1.3. TUJUAN
PENULISAN…………………………………………………………… 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Dan Sejarah Perkembangan DCS……………………………….………3

2.2. Cara Kerja dan Komponen dari DCS……………………………………………....6

A. Cara kerja…………………………………………………………...…….……..6
B. Komponen……………………………………………………………………….6

2.3. Fungsi control yang bias di aplikasikan DCS……………………………...……….8

2.4. Maintenance untuk DCS………………………………………………………...…10

2.5. Perbedaan DCS dengan PLC…………………………………………………..…..11

BAB III PENUTUP

3.1. KESIMPULAN……………………………………………………………………13

3.2. SARAN……………………………………………………………………..……13

Daftar pustaka

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Seiring perkembangan zaman, seluruh teknologi terus mengalami perkembangan


terutama di bidang industri. Perkembangan tersebut terlihat di industri pabrik, dimana
sebelumnya banyak pekerjaan menggunakan tangan manusia, kemudian beralih
menggunakan mesin, berikutnya dengan electro-mechanic (semi otomatis) dan
sekarang sudah menggunakan robotic (full automatic).

Model apapun yang digunanakan pada sistem otomasi pabrik tersebut tergantung pada
keandalan peralatan kendalinya. Penggunaan relay konvensional untuk pabrik
dengan produksi skala yang cukup besar kurang effisien dalam berbagai hal seperti :
panel yang cukup besar untuk belitan relay, keandalan kontak – kontak untuk produksi
kapasitas besar, serta fleksibilitas dari kerja kontak tersebut. Untuk menggantikan relay
konvensional tersebut dapat menggunakan alat bernana Programmable Logic
Controllers (PLC) dan Distribute Control System (DCS), dimana PLC merupakan
alat elektronik yang dapat mengerjakan berbagai fungsi-fungsi kontrol pada level-
level yang kompleks dan dapat diterapkan untuk pengendalian sistem yang memiliki
output banyak. Sedangkan DCS merupakan suatu sistem yang mendistribusikan
berbagai fungsi yang digunakan untuk mengendalikan berbagai variabel proses dan unit
operasi proses menjadi suatu pengendalian yang terpusat pada suatu control room
dengan berbagai fungsi pengendalian, monitoring dan optimasi.

1.2. RUMUSAN MASALAH


1. Apa Yang Dimaksud Dengan DCS dan Bagaimana Sejarah Perkembangannya?
2. Bagaimana Cara Kerja dan Komponen dari DCS ?
3. Apa Fungsi Control yang Bisa Diaplikasikan DCS ?
4. Bagaimana Maintenance Pada DCS?
5. Apa perbedaan PLC dan DCS?

1
1.3. TUJUAN PENULISAN

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas dari Mata
Kuliah Elektronika serta dapat menambah pengetahuan dan materi

pembelajaran tentang pengetahuan, prinsip kerja, keuntungan dan kerugian, serta


perbedaan dari Programmable Logic Controllers (PLC) dengan Distribute Control
System (DCS).

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Dan Sejarah Perkembangan DCS

Distributed Control System merupakan suatu sistem yang mendistribusikan berbagai


fungsi yang digunakan untuk mengendalikan berbagai variabel proses dan unit operasi
proses menjadi suatu pengendalian yang terpusat pada suatu control room dengan
berbagai fungsi pengendalian, monitoring dan optimasi. Distributed control system
(DCS) adalah sebuah system kontrol yang biasanya digunakan pada sistem
manufacturing atau proses, dimana elemen controller tidak berada pada sentral sistem
(sebagai pusat) tetapi tersebar di sistem dengan komponen subsistem di bawah kendali
satu atau lebih controller. Keseluruhan sistem dapat menjadi sebuah jaringan untuk
komunikasi dan monitoring.

Distributed control system (DCS) digunakan dalam industri untuk memonitor dan
mengontrol peralatan yang tersebar dengan atau tanpa campur tangan manusia. Sebuah
DCS biasanya menggunakan komputer sebagai controller dan menggunakan propietary
interconections dan protokol untuk komunikasi. Modul input dan output membentuk
part komponen untuk DCS, Prosesor menerima informasi dari modul input dan
mengirim informasi ke modul output.

Modul input menerima informasi dari instrumentasi input dalam sistem dan modul
output mengirim ke instrumen output pada sistem. Bus computer atau bus elektrikal
menghubungkan prosessor dengan modul melalui multiplexer atau demultiplexer.
Mereka juga menghubungkan kontroller yang tersebar dengan sentral kontroller dan
akhirnya terhubung ke Human machine Interface (HMI) atau panel kontrol. DCS
adalah sebuah istilah yang sangat luas yang menggambarkan sebuah solusi untuk
industri yang sangat variatif, termasuk di dalamnya adalah :

• Electrical power grids dan electrical generation plants

• Environmental control systems

• Traffic signal

3
• Water management system

• Refining dan chemical plants

• Pharmaceutical manufacturing

Arsitektur memerlukan solusi yang luas melibatkan baik koneksi langsung dengan
peralatan (aktuator) seperti saklar, pompa, valve atau koneksi via sistem sekunder
seperti sistem SCADA. Sebuah DCS tidak memerlukan campur tangan operator untuk
operasionalnya, tetapi dengan digabungnya SCADA dan DCS memungkinkan untuk
interaksi dengan operator melalui sistem SCADA. DCS adalah sistem yang terintegrasi
ditujukan untuk mengontrol proses manufakturing yang kontinyu atau batch-
oriented, seperti oil refining , petrochemical, central station dan pembuatan
kertas. DCS dihubungkan dengan sensor dan aktuator dan mengunakan set poin
kontrol untuk mengatur aliran material ke pabrik. Contoh yang paling umum
adalah set point control loop yang terdiri dari sensor tekanan, kontroler, dan control
valve. Pengukuran tekanan atau aliran cairan ditransmisikan kepada kontroler, biasanya
melalui bantuan sebuah alat sinyal kondisi Input/Output (I/O). saat variabel yang
diukur mencapai titik tertentu, kontroler akan memerintahkan valve atau aktuator untuk
membuka atau menutup sampai proses aliaran cairan mencapai titik yang ditentukan.
Pengolahan minyak yang besar menggunakan ribuan I/O dan memberlakukan DCS
yang sangat besar. Proses tidak dibatasi untuk mengatur aliran cairan melalui pipa saja
tetapi juga termasuk mesin kertas, kontrol variasi kecepatan motor, mesin semen,
operasi penambangan dan hal-hal lainnya.

DCS (DistributeControl System) adalah suatu pengembangan system control dengan


mengunakan computer dan alat elektronik lainnya agar didapat suatu pengontrol suatu
loop system lebih terpadu dan dapat dilakukan oleh semua orang dengan cepat dan
mudah.

DCS juga merupakan suatu jaringan computer control yang dikembangkan untuk tujuan
monitoring dan pengontrolan proses variable pada industri proses. Sistem ini
dikembangkan melalui penerapan teknologi microcomputer, software dan network.
Sistem hardware dan software mampu menerima sinyal input berupa sinyal analog,

4
digital maupun pulsa dari peralatan instrument di lapangan. Kemudian melalui fungsi
feedback control sesuai algorithm control (P, PI, PID, dll) maupun sequence program
yang telah ditentukan, sistem akan menghasilkan sinyal output analog maupun digital
yang selanjutnya digunakan untuk mengendalikan final control element (control valve)
maupun untuk tujuan monitoring, reporting, dan alarm. Perlu diperhatikan disini bahwa
fungsi kontrol tidak dilakukan secara terpusat, melainkan ditempatkan di dalam satellite
room (out station) yang terdistribusi dilapangan (field).

Setiap unit proses biasanya memiliki sebuah out station, di dalam out station tersebut
terdapat peralatan controller (control station & monitoring station). Oleh karena
peralatan tersebut berfungsi sebagai fasilitas untuk koneksi dengan perlatan instrumen
lapangan (instrument field devices), maka peralatan tersebut sering juga disebut sebagai
process connection device. Untuk memahami suatu system Control dengan DCS kita
harus mengerti dulu apa yang disebut dengan loop system dimana pada suatu loop
system terdiri dari :

1. Alat pengukur ( Sensor Equiment)


2. Alat Control untuk penganturan Proses (Controler)
3. Alat untuk aktualisasi ( Actuator)

Sistem control otomatis pada mulanya berawal dari sitem control manual yang
berasal dari control menggunakan system pneumatic. Penggunaan system pneumatic
pada saat ini sangat memerlukan cost biaya yang cukup besar karena pada saat
instalasi system control pneumatic cenderung lebih rumit dan memerlukan jalur pipa
pneumatic untuk satu control loop.

Sebelum berkembang menjadi system DCS (Distributed Control System) sebelumnya


dikenal nama DDC (Digital Data Control). Perkembangan dari DDC menjadi DCS
hanya sekitar lima tahun saja hal ini disebabkan karena perkembangan teknologi
elektronik dan komputerisasi yang cukup pesat di saat sekarang. DDC menggunakan
System elektronik yang menggunakan system cabin area dimana pengukuran dan
control ditaruh dalam satu ruangan sehingga bisa dimasukan menjadi satu data analog
yang lalu diatampilkan pada layar operator.

5
Pada system DCS hasil pengukuran proses dan pengontrolan dimasukan dalam satu
syatem CPU yang data langsung bisa dilihat operator dan untuk action yang diperlukan
untuk suatu loop bisa langsung diatur secara automatis karena dalam computer sudah
ada system pengontrolan yang diperlukan oleh proses tersebut.

Sistem DCS dirangkai dalam suatu topografi yang bersusun membentuk sistem
pengontrolan, menghasilkan report dan penyimpanan data. Berikut ini topografi sistem
DCS :

2.2. CARA KERJA DAN KOMPONEN DCS

A. Cara Kerja Dcs


DCS sebagai suatu system control otomatis bekerja dengan cara :
1. Mengumpulkan data yang diterima dari lapangan.
2. Mengolah data tersebut menjadi sebuah signal standart.
3. Mengolah data signal standart yang didapat dengan system pengontrolan yang
berlaku sehingga bisa diterapkan untuk mendapatkan nilai yang cocok untuk
koreksi signal.
4. Bila terjadi error atau simpangan data maka dilakukan koreksi dari data yang
didapat guna mencapai nilai standar yang dituju
5. Setelah terjadi koreksi dari simpangan data dilakukan pengukuran atau
pengumpulan data ulang dari lapangan.

B. Komponen dasar DCS:


1. Analog Input
Analog input adalah komponen dari system DCS dimana bagian ini berfungsi untuk
mengumpulkan data data dari lapangan yang bersifat analog. Untuk penggunaan signal
analog yang standart dipakai untuk pengambilan data adalah 4-20mA atau 1-5 VDC
signal standar ini didapat dari sensor/transmitter yang berada di field yang ditransfer
melalu junction box. Untuk pengukuran signal standar dapat dijadikan acuan berapa
pembacaan sensor yang terjadi di lapangan. Seperti contoh sebagai berikut :

6
4mA = 0 % Pembacaan Sensor 12 mA = 50 % Pembacaan Sensor 20 mA = 100 %
Pembacaan Sensor.
2. Analog Output
Analog output adalah komponen DCS yang berfungsi untuk menyalurkan sensitive
sehingga error bisa dihilangkan dengan cepat dan baik. Selain menggunakan PID ada
juga sistem pengontrolan sederhana untuk yaitu dengan ON-OFF control yaitu hanya
untuk pengontrolan yang tidak continous atau biasanya digunakan untuk pengontrolan
sistem digital.
3. Digital Input
Bagian dari DCS yang berfungsi untuk mengumpulkan data digital dimana data yang
didapat adalah signal digital hanya berupa signal open atau close dari sebuah alat yang
memberikan signal. Open 0 VDc Closed 5 VDc.
4. Digital Output
Komponen dari sistem DCS yang berfungsi untuk mentransferkan hasil pengolahan
data kontroler yang berupa data digital ON-OFF signal pada alat-alat komponen
pengaturan yang ada dilapangan Field. Signal yang ditransfer adalah signal digital yaitu
sesuai click 0 atau 1 dimana posisi 0 bisa disebut Off dan untuk 1 bisa disebut ON,
Sedangkan untuk bila kita ukur maka tegangannya sama denga Digital input yaitu 0-5
Vdc.
5. Sensor / Transmiter
Sensor adalah alat ukur yang dipasang dilapangan, pada saat ini sebuah sensor bisa juga
disebut transmiter sebab selain dapat mengukur suatu
besaran proses alat ini bisa juga memberikan signal (transmit) ke alat yang lain. Untuk
Pengukuran pada proses signal yang dihasilkan adalah signal analog atau digital sesuai
dengan kebutuhan dari control yang akan dilakukan.
Hasil pengukuran analog akan masuk ke analog input untuk diolah berapa hasil
pengukurannya dan untuk signal digital akan masuk ke digital input yang selanjutnya
data akan diolah oleh controler.
6. Actuator

7
Actuator adalah alat yang berfungsi sebagai alat aktualisasi untuk melakukan koreksi
yang terjadi dari error yang terjadi pada saat pengukuran yang dimana actuator ini
menerima signal controler untuk memperbaiki error yang terjadi.
Salah satu contoh actuator adalah control valve untuk analog control dan Motor
control untuk Digital control.
7. Operator Station
Operator station sebagai suatu alat komunikasi antara operator dan teknisi pada sistem
DCS atau bisa juga disebut consule. Operator station ada 2 macam yaitu Operator
station untuk Operasional kerja yang harus on line pada jaringan DCS dan Engineering
Station yang berfungsi untuk proses maintenance pada sistem DCS sehingga bisa
membuat Sebuah data base atau PC Program tidak secara ON line.
Pada Opertor Station harus dilaksanakan back Up hal in untuk mencegah terjadi
kehilangan data pada sistem DCS di Consule tersebut dan Restore bila diperlukan.

2.3. Fungsi Control yang Bisa Diaplikasikan DCS

Dalam control DCS pada dasarnya digunakan untuk suatu sistem pengendalian alat-alat
agar bisa dikendalikan secara elekronik menggunakan signal standar yang ada dan
bisa diaplikasikan sebagai berikut :
1. Control Single Loop
Pengontrolan yang dapat dilakukan oleh DCS bisa melakukan pengaturan untuk alat
dalam satu rangkaian loop satu atau lebih. Single Loop adalah sistem kontrol yang
melakukan pengaturan dimana dari hasil pengukuran langsung dikontrol dan hasil
perhitungan dari koreksi error akan ditransfer ke actuator sebagai umpan balik. Single
loop ini disebut juga sistem pengendalian feedback.
2. Control Cascade
Control cascade adalah sistem pengendalian yang dapat dilakukan oleh sistem DCS
dimana hal ini diperlukan pada suatu loop control yang membutuhkan satu sistem
pengontrolan yang bertingkat contoh pada paper machine adalah heat exchanger.

8
Pengendalian sering juga disebut pengendalian master dan slave dimana master sebagai
pengontrol pertama sedangkan slave sebagai pengendali kedua yang mendapat signal
input remote dari master loop.
3. Control Batch
Pengendalian sistem batch adalah sistem pengendalian yang terjadi karena proses
operasinya mengalami shutdown dan start up secara berulang-ulang dengan hasil yang
terbatas sesuai dengan pesanan dari konsumen. Sistem pengendalian batch pada
DCSberfungsi menjaga agar kontrol tidak menjadi saturasi sehinga pada saat kontrol
akan dijalankan kembali alat actuator bisa berada pada posisi stand by sesuai dengan
kebutuhan produk yang akan dibuat.
Pengunaan sistem batch pada DCS di paper machine adalah untuk menjaga alat
kontrol bisa bekerja dengan baik apabila mesin stop untuk mengganti produk karena
dengan sistem ini operator tinggal memasukan set point yang ingin dicapai sesuai target
produksi sistem langsung mereset SP dan memberikan signal koreksi pada actuator.
4. Control Selektif
Pengendalian selektif adalah suatu sistem pengendalian dimana ada satu buah proses
yang memiliki dua manipulated variabel (alat ukur) dengan hanya ada satu control
variabel (actuator). Pengendalian selektif ini menggunakan High dan Low signal
Selector yang dilambangkan dengan “<” untuk low dan “>” untuk high.
Pengendalian selektif ini bekerja agar suatu proses bisa berjalan dengan baik misal
untuk suatu tangki yang akan akan dialirkan dengan suatu pompa, mengunakan level
transmiter dan untuk mengisi tangki digunakan flow control hal ini diperlukan agar
tangki tidak meluap, dengan sistem pengendalian selektif dapat ditetukan kapan control
valve harus buka atau menutup dengan signal dominan yang berasal level dan flow
meter.
5. Control Ratio
Pengendalian ratio adalah sistem pengendalian yang lazim dipakai di suatu proses
yang menghendaki komposisi campuran dua komponen atau lebih dengan suatu
perbadingan tertentu. Contoh control ratio adalah pencapuran chemical A dan B
dengan perbandingan tertentu, dimana hasil perbandingan yang dikehendaki harus
selalu sama, maka didapat nila K = A/B.

9
2.4. Maintenance Untuk DCS

Agar sistem pengendalian DCS bisa berjalan dengan baik dan dapat digunakan pada
waktu yang cukup lama diperlukan sistem maintenance (pemeliharaa) yang harus
dilakukan baik itu oleh teknisi ataupun operator. Maintenance yang harus dilakukan
antara lain :
1. Back Up data
Pemeliharaan untuk DCS dengan Back up data adalah untuk mendapatkan data-data
original atau data yang telah dimodifikasi.
Data back up ini diperlukan apabila mesin mati atau data di DCS hilang maka data
tersebut bisa digunakan untuk mengembalikan control DCS yang ada ke kondisi awal
sesuai dengan data back up yang dimiliki. Dengan adanya data back up teknisi atau
operator tidak harus melakukan setting ulang control (tunning) sehingga proses bisa
tetap jalan.
2. Maintenance junction box
Pemeliharan junction Box perlu dilakukan agar signal yang diterima atau dikirim dari
DCS ke lapangan untuk proses pengendalian bisa tetap baik dan normal. Apabila
junction box kotor maka akan mengakibatkan koneksi yang ada di panel tersebut akan
terganggu hal ini bisa mengakibatkan perubahan signal yang dikirim atau diterima oleh
DCS, serta dengan pemeliharaan pada junction box yang baik akan segera diketahui
sambungan-sambungan yang rusak yang akan menghambat proses pengendalian dari
DCS.
3. Maintenance operator station
Pemelihaan yang dilakukan untuk operator station yang dilakukan teknisi untuk
menjaga performa dari Operator Station adalah:
 Membesihkan operator station
 Melakukan Back up data Operator station
 Melakukan Restore data untuk Operator station
 Melakukan pengechekan jalur komunikasi

10
 Memperbaiki display OS yang sudah tidak sesuai dengan kondisi yang ada
dilapangan

4. Restrore data
Restore data adalah suatu cara untuk memasukan kembali data- data hasil back up
yang telah dilakukan oleh teknisi atau operator dengan prosesur yang telah dijelaskan
sebelumnnya.
Fungsi restore data ini agar data bisa kembali ke setinggan sebelumnya atau ada
masalah pada data di DCS sehingga terjadi “Hang” sehingga data bisa diselamatkan dan
digunakan kembali setelah reset DCS dilakukan.

5. Maintenance System komunikasi antar DCS dan Operator station


Untuk pemeliharaan sistem komunikasi diperlukan agar antara operator station dan
kontroler atau DCS bisa bekerja dengan baik yaitu dengan cara :
 Check Signal standar yang dipancarkan
 Test Loop feed back TCP/IP
 Check conection unit dengan melihat bit data yang ditransfer di connection unit
6. Reset
Reset dilakukan apabila terjadi hang pada DCS pada saat pengendalian atau hang yang
terjadi pada operator station

2.5. PERBEDAAN DCS DAN PLC

PLC (Programmable Logic Control) adalah sebuah “Controller” yang dapat diprogram
kembali. Jika PLC hanya berdiri sendiri dan tidak digabungkan dengan PLC yang lain,
SISTEM pengontrolannya dinamakan DDC. Sedangkan DCS (Distributed Control
Sistem) adalah system control yang bekerja menggunakan beberapa controller dan
mengkoordinasikan kerja semua controller tersebut. Masing-masing controller tersebut
menangani sebuah project yang terpisah. Controller yang dimaksud tersebut adalah
PLC.

11
Jadi, PLC adalah bagian sistem dari sebuah sistem besar yang bernama DCS.

Bila dilihat dari awal terbentuknya kedua perangkat itu, PLC dibuat untuk
menggantikan Relay Logic yang berfungsi sebagai shutdown system. DCS dibuat untuk
menggantikan Controller (single Loop, multi loop, close loop, open loop, etc), yang
mengendalikan jalannya Proses (Proses Control). Proses Controller tentu tidak sama
dengan Logic Controller, dan jangan dipisahkan, karena akan berbeda maknanya. DCS
dan PLC mempunyai banyak fungsi yang sama. Kalau dikatakan bahwa DCS dan PLC
mempunyai fungsi yang sama, dapat diartikan bahwa seluruh fungsi DCS dan PLC
sama, padahal masih ada banyak fungsi yang tidak sama antara DCS dan PLC.
Perbedaan fungsi tersebut juga berarti bahwa DCS dan PLC tidak bisa di-
implementasikan pada aplikasi yang sama. Misalnya untuk sebuah perancangan system
yang besar, tetap diperlukan kedua sistem DCS dan PLC, masing-masing untuk aplikasi
sesuai dengan rancang bangun atau kegunaan dari sistem (DCS atau PLC).
DCS bukanlah PLC yang besar. Kita bisa mempunyai DCS dengan 300 I/O dan 2
Processor Module, dan PLC dengan 8000 I/O dengan satu atau dua Processor Module;
System Architecture DCS dan PLC berbeda.
DCS juga bukan PLC-PLC yang terintegrasi menjadi satu system besar. Kata
“Controller” pada PLC lebih ditujukan sebagai “Logic Controller”, sedangkan pada
DCS lebih ditujukan sebagai “Process Controller”
Baik DCS maupun PLC adalah configurable dan reconfigurable
DDC dan PLC digabung ataupun tidak adalah dua system yang berbeda
Kita tidak bisa menyejajarkan sistem yang berbeda-beda; sedangkan untuk sistem yang
sama pun (sesama DCS atau sesama PLC) tidaklah mudah untuk menyejajarkan satu
dengan yang lain.

12
BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Pada makalah DCS ( Distribute Control System), maka dapat disimpulkan bahwa
Sistem kontrol ( control system) merupakan suatu kumpulan cara atau metode yang
dipelajari dari kebiasaan-kebiasaan manusia dalam
bekerja, dimana manusia membutuhkan suatu pengamatan kualitas dan proses dari apa
yang telah mereka ciptakan atau kerjakan, sehingga menghasilkan keluaran atau
karakteristik yang sesuai dengan yang diinginkan. Pada sistem kontrol berbasis industri
dan dalam skala besar digunakan PLC ( Programmable Logic Controler ) dan DCS
( Distribution Control System ). Kedua kontroler tersebut memiliki satu fungsi yang
sama yaitu untuk mengontrol, namun tiap-tiap jenis kontroler memiliki spesifikasi yang
berbeda. PLC ( Progammable Logic Control ) biasanya digunakan untuk menangani
industri dengan pengaturan input/output digital (on-off), dan yang membutuhkan
adanya logic operation. Terutama digunakan untuk mengatur suatu relay, karena bekerja
secara digital (on-off). Dituntut memiliki scanning time yang cepat dengan orde 1
milisecond. Sedangkan DCS ( Distributed Control System) biasanya digunakan untuk
menangani process industry dengan parameter-parameter analog sebagai input/output.
Memiliki scanning time yang lebih lambat (ada yang mencapai orde second)
dibandingkan dengan PLC. DCS dituntut untuk memiliki kehandalan yang lebih tinggi
karena fungsinya yang digunakan sebagai controller dalam process industry yang
penting.

3.2. SARAN
Dalam makalah ini terdapat penjelasan tentang DCS ( Distribute Control System).
Namun dalam penyajiannya masih dalam batas pengenalan saja. Diharapkan para
pembaca memberikan kritik maupun saran yang membangun agar makalah ini menjadi
lebih baik

13
14
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/document/353237565/Makalah-Plc-Dcs
https://docplayer.info/34300015-Makalah-seminar-kerja-praktek-distributed-control-
sistem-dcs-dan-sistem-kontrol-pada-co-2-removal-plant.html

http://repository.dinamika.ac.id/id/eprint/278/6/BAB%20III.pdf

https://www.coursehero.com/file/35109181/BAB-Idocx/

Anda mungkin juga menyukai