Tetanus
Tetanus
KASUS BEDAH
TETANUS
Diajukan Kepada:
dr. Hendryk Kwandang, M. Kes (Pembimbing IGD)
dr. Benidiktus Setyo Untoro (Pembimbing Rawat Inap dan Rawat Jalan)
Disusun oleh:
dr. Kenya Leilani
1|Tetanus
HALAMAN PENGESAHAN
PRESENTASI KASUS
KASUS MEDIK
TETANUS
Laporan kasus ini diajukan dalam rangka praktek dokter internsip sekaligus
sebagai bagian persyaratan menyelesaikan program internsip di
RSUD Kanjuruhan, Kepanjen, Malang
Oleh :
Dokter Pembimbing Instalasi Gawat Darurat
2|Tetanus
HALAMAN PENGESAHAN
PRESENTASI KASUS
KASUS MEDIK
TETANUS
Laporan kasus ini diajukan dalam rangka praktek dokter internsip sekaligus
sebagai bagian persyaratan menyelesaikan program internsip di
RSUD Kanjuruhan, Kepanjen, Malang
Oleh :
Dokter Pembimbing Rawat Inap dan Rawat Jalan
3|Tetanus
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah Bapa di surga atas bimbinganNya sehingga penulis
telah berhasil menyelesaikan portofolio laporan kasus yang berjudul “TETANUS”.
Dalam penyelesaian portofolio laporan kasus ini penulis ingin mengucapkan
terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. dr. Hendryk Kwandang, M. Kes selaku dokter pembimbing instalasi
gawat darurat.
2. dr. Benidiktus Setyo Untoro selaku dokter pembimbing rawat inap
dan rawat jalan.
Portofolio laporan kasus ini masih jauh dari kesempurnaan. Dengan
kerendahan hati penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya dan
mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Semoga laporan kasus ini
dapat menambah wawasan dan bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis
4|Tetanus
DAFTAR ISI
Judul ………………………………………………………………………………….. i
BAB 1 PENDAHULUAN
2.2 Anamnesa………..…………………………………………………………………2
5|Tetanus
3.4 Klasifikasi Kejang Demam ………………………………………………............12
6|Tetanus
BAB I
LAPORAN KASUS
1.2. Anamnesis
Anamnesis dilkukan secara alloanamnesis dengan istri pasien pada
tanggal 27 Januari 2018
Keluhan Utama
Kaku pada seluruh tubuh sejak ± 3 hari SMRS.
7|Tetanus
mual(-), muntah (-), BAB & BAK (+), nyeri seluruh badan (+), sulit
menelan (+). Riwayat imunisasi tetanus tidak diketahui.
Riwayat Pengobatan
Pasien tidak pernah berobat untuk keluhan ini sebelumnya.
Pemeriksaan fisik
Kepala : Normocephali, trismus (+) 2 jari, rambut hitam, tidak
mudah dicabut
8|Tetanus
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil 3mm/3mm
isokor, RCL +/+, RCTL +/+
Leher : Pembesaran KGB (-), kaku kuduk (+)
Telinga : Sekret -/-
Thorax
Jantung
I : Ictus cordis tidak tampak
P : Ictus teraba pada IC 5 garis midclavicula sinistra
P : Batas jantung kanan IC 4 garis sternal dextra
Batas jantung kiri IC 5 garis midclavicula sinistra
A : S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru-paru
I : Pergerakan dinding dada terlihat simetris kiri-kanan
P : Pergerakan dinding dada teraba simetris kiri-kanan
Vocal fremitus tidak dapat dinilai
P : Batas paru-hati IC 5 garis midclavicula dextra sonor-pekak
Batas paru-lambung IC 6 garis axillaris anterior sinistra sonor-
timpani
A : BND vesikuler, wheezing -/-, rales -/-
Abdomen
I : Perut tampak datar
A : BU (+)
P : Defans Muskular (+)
P : Nyeri tekan (+), nyeri ketok (+)
9|Tetanus
Pemeriksaan neurologis
Motorik
Tonus
Normotonus Normotonus
Normotonus Normotonus
Pergerakan
Terbatas Terbatas
Terbatas Terbatas
3333 3333
3333 3333
Refleks
Refleks fisiologis
Biceps : meningkat/meningkat
Triceps : meningkat/meningkat
KPR : meningkat/meningkat
APR : meningkat/meningkat
Refleks patologis
Babinski : -/-
Chaddock : -/-
Oppenheim : -/-
Gordon : -/-
Schaefer : -/-
10 | T e t a n u s
Laboratorium 27 Januari 2018
1.5. Resume
Pasien seorang laki-laki usia 43 tahun datang dengan keluhan kaku
pada seluruh tubuh sejak 3 hari SMRS. Kaku awalnya dirasakan pada
kedua tangan dan kaki sehingga pasien sulit bergerak dan 2 hari SMRS
pasien mengeluh nyeri dan kaku pada mulut sehingga pasien sulit untuk
makan dan minum. Kaku yang dirasakan pasien berlangsung terus-
menerus. Riwayat kejang (-). Opistotonus (+), photophobia (+), nyeri
seluruh badan (+), disfagia (+). Riwayat tertusuk bamboo 1 minggu yang
lalu, dijahit dipuskesmas tetapi tidak diberikan obat anti tetanus. Riwayat
imunisasi tetanus tidak diketahui.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan trismus (+) 2, kaku kuduk (+),
perut papan (+). Pemeriksaan fisik neurologis didapatkan tonus otot
normotonus, pergerakan terbatas, refleks fisiologis meningkat, dan derajat
kekuatan otot menurun.
1.6. Diagnosis
Tetanus generalisata derajat berat
1.7. Tatalaksana
Terapi Non-farmakologis
11 | T e t a n u s
O2 4-6LPM
NGT
Foley Catheter
1.9. Prognosis
Ad vitam : Dubia ad bonam
Ad functionam : Dubia ad bonam
Ad sanationam : Dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
12 | T e t a n u s
2.1. Definisi
Tetanus merupakan gangguan neurologis akut yang ditandai
dengan meningkatnya tonus otot dan spasme otot periodik yang
disebabkan oleh tetanospasmin, eksotoksin yang dihasilkan oleh
Clostridium tetani.1,2
2.2. Epidemiologi
Tetanus dapat ditemukan di seluruh dunia, namun angka kejadian
tetanus umumnya lebih tinggi di negara berkembang dan jarang terjadi di
negara-negara maju.1 Infeksi tetanus umumnya terjadi secara sporadic
atau secara outbrake dalam skala yang kecil, terutama pada individu
yang tidak memiliki imunitas yang adekuat terhadap tetanus.3 Pada
dewasa, laki-laki lebih sering terinfeksi tetanus dibandingkan dengan
wanita dengan perbandingan 2,5:1 dan umumnya terjadi pada jenjang
usia produktif.1,3
2.3. Etiologi
Infeksi tetanus disebabkan oleh Clostridium tetani, suatu bakteri
berbentuk basil/batang, gram positif anaerob obligat yang menghasilkan
spora. Bakteri ini terdapat dimana-mana, dengan habitat utamanya di
tanah, terutama tanah yang terkontaminasi kotoran binatang ataupun
manusia. Bakteri ini juga sering terdapat di logam yang berkarat. Spora
yang dihasilkan bakteri dapat bertahan bertahun-tahun dalam lingkungan
tertentu, tahan terhadap sinar matahari dan resisten terhadap desinfektan
ataupun pendidihan selama 20 menit. Spora ini dapat dihancurkan secara
total melalui autoklav pada tekanan 1 atmosfir selama 15 menit pada
suhu 120oC. 1,4
Clostridium tetani menghasilkan efek-efek klinis pada pasien
melalui eksotosin yang kuat bernama tetanospasmin. Tetanospasmin
merupakan toksin rantai tunggal dihasilkan dalam sel-sel yang terinfeksi
oleh plasmin tetanus, kemudian toksin ini akan dilepaskan melalui
13 | T e t a n u s
proses autolisis sel. Toksin yang dilepaskan kemudian terbelah menjadi
rantai berat yang akan berikatan dengan reseptor sel saraf dan rantai
ringan yang akan menghambat pelepasan neurotransmitter dan pada
akhirnya akan menimbulkan gejala klinis tetanus.
2.4. Patofisiolog
Kontaminasi luka oleh spora C. tetani merupakan awal terjadinya
tetanus. Pada umumnya tidak terjadi proses inflamasi pada luka ataupun
port d’entrée, terkecuali apabila terdapat infeksi luka oleh
mikroorganisme lain.
14 | T e t a n u s
otak. Setelah mencapai medulla spinalis dan batang otak, toksin akan
berikatan secara kuat serta ireversibel pada reseptor saraf.
15 | T e t a n u s
Tetanus Lokal
Tetanus Sefalik
Tetanus Neonatorum
Tetanus Generalisata
16 | T e t a n u s
apabila berat dapat menimbulkan disfungsi otonomik. Gejala awal yang
sering muncul yaitu kaku kuduk, nyeri tengorokan, dan kesulitan
membuka mulut. Spasme pada otot masseter menyebabkan lock jaw,
kemudian spasme secara progresif menyebar ke otot-otot wajah dan
menyebabkan ekspresi khas “risus sardonicus”, setelahnya gejala
menyebar ke otot-otot menelan dan menyebabkan keluhan disfagia.
Rigiditas otot leher menyebabkan retraksi kepala dan kaku kuduk.
Rigiditas otot-otot tubuh menyebabkan opistotonus dan gangguan
respirasi akibat menurunnya kelenturan otot pernafasan.1
1. Derajat I (ringan)
2. Derajat II (sedang)
17 | T e t a n u s
3. Derajat III (berat)
2.6. Diagnosis
Diagnosis tetanus dapat ditegakan secara mutlak didasarkan pada
gejala klinis yang ditemukan.5,6 Diagnosis tetanus harus dipastikan secara
pasti terutama pada kasus dimana riwayat imunisasi tetanus pada tidak
jelas atau tidak diketahui secara pasti.5,6 Pemeriksaan penunjang yang
dapat dilakukan antara lain pemeriksaan darah, kultur sekret luka dan
pemeriksaan cairan cerebro-spinal. Pada pemeriksaan darah mungkin
didapatkan hasil leukosit meningkat. Kultur sekret luka sering kali
didapatkan negatif, namun pada hasil positif tetanus juga tidak dapat
menggambarkan secara pasti apakah bakteri tersebut menghasilkan
toksin.1
2.7. Tatalaksana
Penanganan kasus tetanus idealnya dilakukan pada fasilitas yang
memiliki fasilitas perawatan intensif yang bertujuan mengisolasikan
pasien untuk meminimalkan stimulus yang dapat menyebabkan
terjadinya kejang, selain itu bertujuan untuk memantau tanda-tanda vital
pasien secara intensif terutama kemungkinan henti nafas akibat tetanus
ataupun obat-obatan yang dapat menyebabkan depresi pernafasan.
18 | T e t a n u s
Secara umum penalatalaksanaan tetanus dapat dibagi berdasarkan
tujuan pengobatan menjadi:
i. Penanganan luka
19 | T e t a n u s
IM, kemudian 6 x 30 mg per
oral. Maksimum 200
(Luminal)
mg/hari
Klorpromazin 4 – 6 mg/kg BB/hari, mula – 3 x 25 mg IM
mula IM, kemudian per oral
(Largactil)
Diazepam Mula – mula 0,5 – 1 mg/kg BB 3 x 10 mg IM
IM, kemudian per oral 1,5 – 4
(Valium)
mg/kg BB/hari, dibagi dalam 6
dosis
Klorhidrat - 3 x 500 – 100 mg
per rectal
20 | T e t a n u s
2.9. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin timbul adalah: pneumonia, terutama
karena aspirasi; asfiksi, terutama pada saat kejang; fraktur vertebra,
akibat kejang.
BAB 4
21 | T e t a n u s
PEMBAHASAN
Dari penatalaksaan sudah tepat untuk langkah ABC awal yaitu memasang
oksigenasi untuk pasien, karena spasme otot sudah semakin luas, perlu dipasang
NGT dan cateter agar obat dan nutrisi dapat tetap diterima pasien, dan cateter
untuk menilai keseimbangan cairan ditubuh pasien. Untuk medikamentosa sendiri
pada pasien ini diberikan antibiotic kombinasi yaitu PPC sebanyak 3 x 3juta unit
dan metronidazole 3 x 500mg untuk mencegah infeksi sekunder yang terjadi pada
pasien. Selain itu diharapkan agar pasien dapat dirawat di ruangan isolasi untuk
mencegah kejang dari stimulus – stimulus seperti suara, angina dan cahaya.
Perlunya edukasi yang lengkap kepada keluarga pasien mengenai penyakit dan
akibat terburuk dari penyakit pasien, selain itu juga untuk memberikan informasi
agar selanjutnya tidak ada dari keluarga pasien yang akan terkenan kasus yang
sama dikemudia harinya.
22 | T e t a n u s
Dari scoring tersebut didapatkan hasil:
23 | T e t a n u s
DAFTAR PUSTAKA
7. Sporer, Karl A.. Tetanus in: Poisoning & Drug Overdose, 6 th edition. New
York:McGraw-Hill;2011.
8. Adams. R.D, et al. Principles of Neurology. 9th edition. New York:
Mcgrawhill;2009.
24 | T e t a n u s