TETANUS NEONATORUM
Oleh:
Nur Fadhilah Kusnadi, S.Ked
105505 4050 18
Pembimbing :
Dr.Marlenny W.T Martoyo, Sp.A
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2019
LEMBAR PENGESAHAN
Yang bertandatangan di bawah ini :
Pembimbing Mahasiswa
KATA PENGANTAR
REFARAT │TETANUS NEONATORUM │
2
Assalamualaikum Wr. Wb
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulisan Laporan kasus ini dapat
diselesaikan.
dengan baik dan tepat pada waktunya sebagai salah satu syarat dalam
khusus penulis sampaikan rasa hormat dan terima kasih yang mendalam kepada
dr. Malenny W.T Martoyo, Sp.A, selaku pembimbing yang telah banyak
arahan dan koreksi selama proses penyusunan tugas ini hingga selesai.
dan memiliki keterbatasan tetapi berkat bantuan dan dorongan dari berbagai
pihak, baik moral maupun material sehingga dapat berjalan dengan baik. Akhir
kata, penulis berharap agar laporan kasus ini dapat memberi manfaat kepada
semua orang.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. Epidemiologi
Tetanus neonatorum memilki tingkat morbiditas yang tinggi, dimana
>50% kasus tetanus neonatorum berakhir dengan kematian. Menurut data
UNICEF, setiap 9 menit, seorang bayi meninggal akibat penyakit ini. WHO
menyatakan bahwa tetanus neonatorum merupakan penyebab dari 14 %
kematian neonatus di seluruh dunia. 4
Tetanus merupakan masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di
seluruh dunia. Diperkirakan angka kejadian pertahunnya sekitar satu juta kasus
dengan tingkat mortalitas yang berkisar dari 6% hingga 60%.2 Selama 30
C. Etiologi
Clostridium tetani adalah basillus anaerobik bakteri gram positif
anaerob yang ditemukan di tanah dan kotoran binatang. Berbentuk batang dan
memproduksi spora, memberikan gambaran klasik seperti stik drum, meski
tidak selalu terlihat. C.tetani merupakan bakteri yang motile karena memiliki
flagella, dimana menurut antigen flagella nya, dibagi menjadi 11 strain. Namun
ke sebelas strain tersebut memproduksi neurotoksin yang sama.7
Gambar 1. Clostridium tetani, dengan bentukan khas “drum stik” pada bagian
bakteri yang berbentuk bulat tersebut spora dari C.tetani dibentuk. (dengan
pembesaran mikroskop 3000x). 7
D. Patomekanisme
Pada dasarnya tetanus adalah penyakit yang terjadi akibat pencemaran
lingkungan oleh bahan biologis (spora) sehingga upaya kausal menurunkan
attack rate adalah dengan cara mengubah lingkungan fisik atau biologik. Port
d’entree tak selalu dapat diketahui dengan pasti, namun diduga melalui :
4. Pemotongan tali pusat yang tidak steril, pembubuhan puntung tali pusat
dengan kotoran binatang, bubuk kopi, bubuk ramuan, dan daun-daunan
merupakan penyebab utama masuknya spora pada puntung tali pusat yang
menyebabkan terjadinya kasus tetanus neonatorum.
Spora C. tetani masuk ke dalam tubuh melalui luka. Spora yang
masuk ke dalam tubuh tidak berbahaya sampai dirangsang oleh beberapa
faktor (kondisi anaerob), sehingga berubah menjadi bentuk vegetatif dan
berbiak dengan cepat tetapi hal ini tidak mencetuskan reaksi inflamasi.
Gejala klinis sepenuhnya disebabkan oleh toksin yang dihasilkan oleh sel
vegetatif yang sedang tumbuh. C. tetani menghasilkan dua eksotoksin,
yaitu tetanospasmin dan tetanolisin. Tetanolisin menyebabkan hemolisis
tetapi tidak berperan dalam penyakit ini. Gejala klinis tetanus disebabkan
oleh tetanospasmin. Tetanospasmin melepaskan pengaruhnya di keempat
sistem saraf: (1) motor end plate di otot rangka, (2) medula spinalis, (3)
otak, dan (4) pada beberapa kasus, pada sistem saraf simpatis.
Diperkirakan dosis letal minimum pada manusia sebesar 2,5 nanogram per
Tetanus sefalik umumnya terjadi setelah trauma kepala atau terjadi setelah
infeksi telinga tengah. Gejala terdiri dari disfungsi saraf kranialis motorik
(seringkali pada saraf fasialis). Gejala dapat berupa tetanus lokal hingga tetanus
umum. Bentuk tetanus ini memiliki masa inkubasi 1-2 hari. Prognosis biasanya
buruk.
4. Tetanus neonatorum
Bentuk tetanus ini terjadi pada neonatus. Tetanus neonatorum terjadi pada
negara yang belum berkembang dan menyumbang sekitar setengah kematian
neonatus. Penyebab yang sering adalah penggunaan alat-alat yang terkontaminasi
untuk memotong tali pusat pada ibu yang belum diimunisasi. Masa inkubasi
sekitar 3-10 hari. Neonatus biasanya gelisah, rewel, sulit minum ASI, mulut
mencucu dan spasme berat. Angka mortalitas dapat melebihi 70%. Selain
berdasarkan gejala klinis, berdasarkan derajat beratnya penyakit, tetanus dapat
dibagi menjadi empat (4) tingkatan (lihat Tabel 1) 2
F. Penegakkan Diagnosis
Anamnesis. 2
Bayi kesulitan hingga tidak sanggup menghisap dan akhirnya mengalami
gangguan menyusu
Kekakuan rahang (trismus) dan mengakibatkan tangisan bayi berkurang
hingga akhirnya berhenti
Terdapat kekakuan tubuh yang dipicu oleh rangsangan-rangsangan seperti
suara atau sentuhan. Kemudian kejang akan terjadi secara spontan dan
akhirnya terus menerus
Pemeriksaan Fisik
Tali pusat bayi dapat ditemukan dalam kondisi kotor dan berbau merupakan
tanda port d’entrée Clostridium tetani.
Gambar 5. Epistotonus.
Pemeriksaan dengan spatula lidah dapat digunakan untuk mendeteksi dini
penyakit ini. Hasil positif ditunjukan ketika spatula menyentuh orofaring
lalu terjadi spasme pada otot maseter dan bayi menggigit spatula lidah. Uji
spatula memiliki spesifisitas dan sensitifitas yang tinggi (94%).2
Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang khas untuk tetanus,
beberapa hasil pemeriksaan penunjang dibawah ini dapat ditemui pada kasus
tetanus, antara lain. 2
a) Pemeriksaan biakan pada luka perlu dilakukan pada kasus tersangka tetanus,
namun demikian, kuman Clostridium tetani dapat ditemukan di luka pada
G. Diagnosa Banding
Diagnosis banding tergantung dari manifestasi klinis utama dari
penyakit.19 Diagnosis bandingnya adalah sebagai berikut : 2
1. Meningitis, meningoensefalitis, ensefalitis. Pada ketiga diagnosis
tersebut tidak dijumpai trismus, risus sardonikus. Namun dijumpai
gangguan kesadaran dan terdapat kelainan likuor serebrospinal.
2. Tetani disebabkan oleh hipokalsemia. Secara klinis dijumpai adanya
spasme karpopedal.
3. Keracunan striknin : minum tonikum terlalu banyak (pada anak).
4. Rabies :dijumpai gejala hidrofobia dan kesukaran menelan, sedangkan
pada anamnesis terdapat riwayat digigit binatang pada waktu epidemi.
5. Trismus akibat proses lokal yang disebabkan oleh mastoiditis, otitis
media supuratif kronis (OMSK) dan abses peritonsilar. Biasanya asimetris.
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan tetanus neonatorum pada dasarnya sama dengan
tetanus lainnya, yaitu meliputi terapi suportif (sedasi, pelemas otot, dsb) selama
tubuh berusaha memetabolisme neurotoxin, menetralisir atau mencegah
bertambahnya toxin yang mencapai sistem saraf pusat dan berusaha membunuh
kuman yang masih dalam bentuk vegetatif untuk mencegah produksi
tetanospasmin yang berkelanjutan. Perawatan di NICU mutlak diperlukan.
Adapun tindakan atau pengobatan pada pasien tetanus neonatorum sebagai
berikut (Pudjiadi dkk, 2009; WHO, 2008):
1. Pasang jalur IV dan beri cairan dengan dosis rumatan
BAB III
KESIMPULAN
1. Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus (bayi
berusia kurang dari 1 bulan) yang disebabkan oleh Clostridium tetani dan
DAFTAR PUSTAKA