Anda di halaman 1dari 22

BAGIAN ILMU ANESTESI REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN Oktober 2020


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

SUMBATAN JALAN NAPAS

OLEH :

St. Nurchaliza D. Pratiwi, S.Ked

1054 20 656 15

PEMBIMBING:

dr. A. Alamsyah Irwan, M. Kes, Sp. An

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS


KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU ANESTESI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa :


Nama : St. Nurchaliza D. Pratiwi
NIM : 10542065615
Judul Referat : Sumbatan Jalan Napas

Telah menyelesaikan tugas Referat dalam rangka Kepanitraan Klinik di Bagian


Ilmu Anestesi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, November 2020

Pembimbing Mahasiswa

dr. A. Alamsyah Irwan, M. Kes, Sp. An St. Nurchaliza D. Pratiwi

ii
KATA PENGANTAR

Assalamu AlaikumWr.Wb.

Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas
rahmat, hidayah, kesehatan dan kesempatan-Nya sehingga Referat dengan judul
“Sumbatan Jalan Napas” ini dapat terselesaikan. Salam dan shalawat senantiasa
tercurah kepada baginda Rasulullah SAW, sang pembelajar sejati yang
memberikan pedoman hidup yang sesungguhnya.
Pada kesempatan ini, secara khusus penulis mengucapkan terimakasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada dosen pembimbing dr. A. Alamsyah
Irwan, M. Kes, Sp. An, yang telah memberikan petunjuk, arahan dan nasehat yang
sangat berharga dalam penyusunan sampai dengan selesainya Referat ini.
Penulis menyadari sepenuhnya masih banyak terdapat kelemahan dan
kekurangan dalam penyusunan Referat ini, baik dari isi maupun
penulisannya.Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak senantiasa penulis
harapkan demi penyempurnaan Referat ini.
Demikian,semoga Referat ini bermanfaat bagi pembaca secara umum dan
penulis secara khususnya.
Wassalamu Alaikum WR.WB.

Makassar, November 2020

Penulis

iii
LAPORAN KASUS

A. Kasus

Seorang laki-laki berusia 30 tahun tampak sempoyongan di jalan. Di


samping pasien tampak mangkok makanan padat. Pasien tampak
sianosis.

B. Kalimat/kata Kunci

 Laki-laki 30 tahun

 Tampak sempoyongan di jalan

 Di samping pasien tampak mangkok makanan padat

 Sianosis
C. Daftar Pertanyaan
1. Jelaskan anatomi dan fisiologi terkait dengan skenario!
2. Jelaskan etiologi sumbatan jalan napas!
3. Jelaskan tanda dan gejala pada sumbatan jalan napas terkait skenario!
4. Jelaskan langkah diagnostik terkait skenario!
5. Jelaskan tatalaksana pada sumbatan jalan napas terkait dengan skenario!
D. Pembahasan
1. Anatomi dan Fisiologi
A. Anatomi
Sistem respirasi manusia dapat dibagi menjadi 2 (dua), yaitu
sistem respirasi atas dan sistem respirasi bawah. Bagian-bagian dari
dua sistem respirasi manusia adalah sebagai berikut:
 Sistem Respirasi Atas, yang terdiri dari bagian luar rongga dada
yaitu hidung, rongga hidung, faring, laring, dan trakea atas.
 Sistem Respirasi Bawah, yang terdiri dari bagian dalam rongga
dada yaitu trakea bawah dan paru-paru, termasuk pembuluh

1
bronchial dan alveoli. Membran pleura dan otot respirasi yang
membentuk diafragma dan otot interkosta juga merupakan
bagian dari sistem respirasi.
a. Hidung
Hidung adalah bagian yang paling menonjol di wajah, yang
berfungsi menghirup udara pernafasan, menyaring udara,
menghangatkan udara pernafasan, juga berperan dalam resonansi
suara. Rongga hidung (cavum nasi) memiliki sepasang lubang
didepan untuk masuk udara, disebut nares; dan sepasang lubang di
belakang untuk menyalurkan udara yang dihirup masuk ke
tenggorokan, disebut choanae. Rongga hidung sepasang kiri kanan,
dibatasi di tengan oleh sekat yang dibina atas tulang rawan dan
tulang. Dinding rongga ditunjang oleh tulang rawan dan tulang.
Lantai, di depan terdiri dari tulang langit-langit, di belakang berupa
langit-langit lunak. Atap juga ditunjang oleh tulang rawan sebagian
dan sebagian lagi oleh tulang. Dari tiap dinding ada tiga tonjolan
tulang ke rongga hidung, disebut conchae.
b. Pharynx
Daerah simpangan saluran napas dan saluran makan.
Dibedakan atas tiga daerah
a. Nasopharynx
b. Oropharynx
c. Laryngeopharynx
c. Trachea
Saluran nafas ini menghubungkan larynx dengan paru-paru.
Histologi dinding tenggorok dapat dibedakan atas tiga lapis, yaitu
tunica mucosa, tunica muscularis, tunica adventitia. Permukaan
kelumen diselaputi tunica mucosa, dengan epitel batang berlapis
semu dan bersilia, menumpu pada lamina basalis yang tebal. Pada
selaput epitel banyak terdapat sel goblet. Lamina propria berisi
banyak serat elastis dan kelenjar lendir yang kecil-kecil. Kelenjar

2
terletak sebelah atas lapisan serat elastis. Dibagian posterior
tenggorok kelenjar itu menerobos masuk tunica muscularis. Pada
lamina propria terdapat pula pembuluh darah dan pembuluh limfa.
Tunica muscularis sendiri sangat tipis dan tidak terlihat dengan
jelas. Tunica adventitia juga tidak terlihat secara jelas, dan
berintegrasi dengan jaringan penunjang yang terdiri dari tulang
rawan dibawahnya. Tulang rawan di bawah tunica adventitia itu
tersusun dalam bentuk cincin-cincin hialin bentuk huruf C. Cincin
inilah yang menunjang tenggorok pada sebelah samping dan
ventral. Sedangkan dibagian dorsal tenggorok, ditempat itu adalh
bagian terbuka cincin, terdapat serat otot polos yang susunannnya
melintang terhadap poros tenggorok. Serat otot itu melekat kepada
kedua ujung cincin, dan berfungsi untuk mengecilkan diameter
tenggorok. Jika otot kendur, diameter tenggorok kembali
sempurna. Diantara cincin bersebelahan terdapat serat fibroelastis.
Dengan struktur cincin yang tak bulat penuh ini maka tenggorok
dapat meregang (membesar) untuk menyalurkan lebih banyak
udara ke dalam paru. Di sebelah luar cincin terdapat jaringan ikat
yang berisi banyak serat elastis dan retikulosa
d. Bronkhus
Percabangan tenggorok menuju paru kiri-kanan, disebut bronkhus.
Tiap bronkhus bercabang membentuk cabang kecil, dan tiap
cabang bronkhus ini membentuk banyak ranting. Histologi dinding
bronkhus sama dengan trachea, yaitu terdiri dari : tunica mucosa,
tunica muscularis, tunica adventitia. Cabang yang sudah berada
dalam jaringan paru histologi dindingnya banyak berubah. Cincin
tulang rawan hilang, digantikan oleh keping tulang rawan, yang
susunannya tidak teratur dan menunjang seluruh keliling saluran.
e. Paru-paru
Cabang bronkhi masuk ke dalam paru (pulmo). Paru ada sepasang
kiri-kanan, terdiri dari lima lobi. Tiap lobus oleh septa yang terdiri

3
dari jaringan ikat terbagi-bagi atas banyak lobulli. Masing-masing
lobulus dimasuki oleh satu bronkhiolus. Di dalamnya bronkhiolus
bercabang-cabang kecil berbentuk bronkhiolus ujung, dan berakhir
pada bronkhiolus pernapasan. Dalam lobulli terkandung pula
pembuluh darah, pembuluh limfa, urat saraf, dan jaringan ikat.
Pada banyak tempat sepanjang cabang dan ranting bronkhus
terdapat nodus limfa menempel pada dinding. Sebelah luar arah ke
rongga pleura paru diselaputi oleh penerusan selaput dalam pluera.
f. Bronkhiolus
Bronkhus bercabang berkali-kali sampai jadi ranting kecil. Ranting
bronkhus itu bercabang halus berbentuk bronkhiolus . Bronkhiolus
bercabang lagi membentuk ranting, disebut bronkhiolus ujung.
Bronkhiolus ujung ini berakhir pada Anatomi Fisiologi Manusia 49
bronkhiolus pernapasan.
1) Bronkhiolus Respiratorius
Merupakan bagian ujung bronkhiolus, saluran pendek yang
dilapisi sel epitel bersilia. Sel itu di pangkal bentuk batang,
makin ke ujung makin rendah sehingga menjadi kubus dan
siliapun hilang. Di bawah lapisan epitel ada serat kolagen
bercampur serat elastis dan otot polos. Di sini tak ada lagi
keping tulang rawan maupun kelenjar lendir. Lendir di sini
dihasilkan oleh sel goblet yang hanya terdapat dibagian
pangkal bronkhiolus. Sebagai gantinya ada sel Clara berbentuk
benjolan yang menonjol ke lumen. Sel ini menggetahkan
surfaktan untuk melumasi permukaan dalam saluran.
Bronkhiolus pernapasan bercabang-cabang secara radial
membentuk saluran alveoli.
2) Saluran alveoli.
Saluran alveoli merupakan saluran yang tipis dan dindingnya

4
terputus-putus. Saluran ini bercabang-cabang, tiap cabang
berujung pada kantung alveoli. Dinding saluran alveoli pada
mulutnya kekantung alveoli dibina atas berkas serat elastis,
kolagen dan otot polos.
3) Kantung alveoli dan alveolus
Kantung alveoli berpangkal pada saluran alveoli. Tiap kantung
memiliki dua atau lebih alveoli. Alveolus adalah unit terkecil
paru-paru, berupa gembungan bentuk polihedral, terbuka pada
satu sisi, yaitu muara ke kantung alveoli. Dindingnya terdiri
dari selapis sel epitel gepeng yang tipis sekali. Dinding
alveolus dililit pembuluh kapiler yang bercabang-cabang dan
yang beranastomosis. Di luar kapiler ada anyaman serat
retikulosa dan elastis.Antara alveoli bersebelahan ada sekat.
Sekat itu terdiri dari dua lapis sel apitel dari kedua sel epitel
terdapat serat elastis, kolagen, kapiler, dan ibroblast. Epitel
alveolus dibatasi dari endotel kapiler oleh lamina basalis yang
tipis. Ada pula sel epitel yang berbentuk bundar atau kubus,
berada pada dinding alveolus, disebut sel sekat atau sel
alveolus besar. Diperkirakan sel ini mensekresikan lendir. Ia
memiliki mikrovilli dan mebentuk kompleks pertautan dengan
sel epitel alveolus yang gepeng dan yang lebih kecil. Sel
alveolus gepeng itulah dengan endotel kapiler yang melilitnya
yang membina membaran pernapasan.

5
6
7
B. Fisiologi
Fungsi paru-paru ialah pertukaran gas oksigen dan karbon
dioksida. Pada pernapasan melalui paru paru atau pernapasan eksterna,
oksigen dipungut melalui hidung dan mulut pada waktu bernapas
oksigen masuk melalui trachea dan pipa bronchial ke alveoli, dan dapat
berhubungan erat dengan darah didalam kapiler pulmonaris.
Hanya satu lapis membran, yaitu membran alveoli-kapiler yang
memisahkan oksigen dari darah. Oksigen menembus membran ini dan
dipungut oleh hemoglobin sel darah merah dan dibawa ke jantung.
Dari sini dipompa di dalam arteri ke semua bagian tubuh. Darah
meninggalkan paru-paru pada tekanan oksigen 100mmHg dan pada
tingkat ini hemoglobinnya 95% jenuh oksigen.
Didalam paru-paru, karbon dioksida salah satu hasil buangan
metabolisme, menembus alveolar-kapiler dari kapiler darah ke alveoli,
dan setelah melalui pipa bronkhial dan trakea, dinapaskan keluar
melalui hidumg dan mulut.
Empat proses yang berhubungan dengan pernapasan pulmoner atau
pernapasan eksterna:
1. Ventilasi pulmoner atau gerak pernapasan yang menukar udara
dalam alveoli dengan udara luar
2. Arus darah melalui paru-paru
3. Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian sehingga dalam
jumlah tepat dapat mencapai semua bagian tubuh
4. Difusi gas yang menembusi membran pemisah alveoli dan kapiler.
CO2 lebih mudah berdifusi daripada oksigen
Semua proses ini diatur sedemikian sehingga darah yang
meninggalkan paru-paru menerima jumlah tepat CO2 dan O2. Pada
waktu gerak badan, lebih banyak darah datang di paru-paru membawa
banyak CO2 dan terlampau sedikit O2. Jumlah CO2 itu tidak dapat
dikeluarkan, maka konsentrasinya dalam otak untuk memperbesar
kecepatan dan dalamnya pernapasan. Penambahan ventilasi ini
mengeluarkan CO2 dan memungut lebih banyak O2.

8
Pernapasan jaringan atau pernapasan interna. Darah yang telah
menjenuhkan hemoglobinnya dengan oksigen (oksihemoglobin)
mengitari seluruh tubuh dan akhirnya mencapai kapiler, dimana darah
bergerak sangat lambat. Sel jaringan memungut oksigen dari
hemoglobin untuk memungkinkan oksigen berlangsung, dan darah
menerima gantinya, hasil buatan oksidasi yaitu karbon dioksida.
2. Etiologi
Etiologi obstruksi saluran napas sangat bervariasi berdasarkan
kelompok umur dan klinis. Penyebab obstruksi saluran napas atas dapat
disebabkan, antara lain trauma, infeksi, iatrogenik, benda asing, paralisis,
dan tumor. Daftar etiologi obstruksi saluran napas dijelaskan pada tabel
dibawah:

Traumatic causes
 Laryngeal stenosis
 Airway burn
 Acute laryngeal injury
 Facial trauma (mandibular or maxillary fractures)
 Hemorrhage
Infections
 Supurative parotitis
 Retropharyngeal abscess
 Tonsilar hyperthropy
 Ludwig’s angina
 Epiglottis
 Laryngitis
 Laryngotracheobronchitis (croup)
 Diphteria
Iatrogenic causes
 Tracheal stenosis post-tracheostomy
 Tracheal stenosis post-intubation
 Mucous ball from transtracheal catheter

9
Foreign bodies
Vocal cord paralysis Tumors
 Laryngeal tumors (benign or malignant)

 Laryngeal papillomatosis

 Tracheal stenosis (caused by intrinsic or extrinsic tumors)


Angioedema
 Anaphylatctic reactions
 C1 inhibtor deficiency
 Angiotensin-converting enzyme inhibitors

3. Tanda dan Gejala


Obstruksi jalan napas oleh benda asing pada orang dewasa sering
terjadi pada saat makan, muntahan, bekuan darah, atau partikel lain yang
masuk yang dan mengobstruksi laring/ trakea daging merupakan penyebab
utama obstruksi jalan napas dan berbagai macam bentuk makanan yang
lain berpotensi menyumbat jalan napas pada anak-anak dan orang dewasa.
Benda asing tersebut dapat menyebabkan obstruksi jalan napas sebagian
(parsial) atau komplit (total).
Pada obstruksi jalan napas parsial korban mungkin masih mampu
melakukan pernapasan, namun kualitas pernapasan dapat baik atau buruk.
Pada korban dengan pernapasan yang masih baik, korban biasanya masih
dapat melakukan tindakan batuk dengan kuat, usahakan agar korban tetap
bisa melakukan batuk dengan kuat sampai benda asing tersebut dapat
keluar. Bila sumbatan jalan napas parsial menetap, maka aktifkan sistem
pelayanan medik darurat. Obstruksi jalan napas parsial dengan pernapasan
yang buruk harus diperlakukan sebagai obstruksi jalan napas komplit.
Obstruksi jalan napas komplit (total), korban biasanya tidak dapat
berbicara (afoni), sukar bernapas (dispnea sampai apnea), tidak lama
kemudian wajah menjadi biru (sianosis). Biasanya korban memegang
lehernya diantara ibu jari dan jari lainnya (v-sign).

10
Bila sumbatan total berlangsung lebih dari 5 menit pada orang
dewasa/ 8 menit pada anak, maka akan terjadi kerusakan pada otak dan
jantung berhenti. Oleh karena itu, diperlukan ketepatan dalam menegakkan
diagnosis dan kecepatan dalam melakukan tindakan pertolongan.

4. Langkah Diagnosis
Anamnesis tetang riwayat penyakit yang akurat menjadi dasar
diagnosis pada penderita. Riwayat ada tidaknya infeksi / inflamasi,
operasi struma, tersedak benda asing, seiak progresif, trauma, kelainan
seiak lahir.
Pemeriksaan fisik meliputi tanda vital, kesadaran penderita,
stridor lnspiratoir, sesak napas inspiratoir, retraksi suprasternal,
epigastrial, supraklavlkuler, lntorkostal, suara parau (kecuali paralilsis
midline), sianosis, gelisah.
Pada penderita dengan sumbatan jalan napas atas ringan atau
sedang bisa dilakukan pemeriksaan laring dengan laringoskop kaku atau
fleksibel untuk tisualisasi derajat dan level sumbatan lumen laring. Foto
rontgen soff tissue cervical anteroposterior/lateral digunakan untuk
melihat struktur jaringan lunak laring ataupun tulang vertebra pada

11
kasus trauma leher. Managemen sumbatan jalan napas secara umum
tergantung derajat sumbatannya. Beberapa kriteria bisa dipakai untuk
acuan, namun yang lazim digunakan adalah kriteria Jackson karena
mudah penerapannya. Jackson membagi menjadi 4 gradasi, yaitu 1, 2, 3,
dan 4.

Gradasi Kriteria
1 Retraksi suprasternal ringan
Tanda-tanda ketakutan (-)
2 Retraksi suprasternal (++), epufastrial (+)
Ketakutan (+), sulit diajak bercanda
3 Retraksi suprasternal (+), klavikule r(+),
interkostal (+), epigastrial (+)
Usaha menarik napas (+), kelelahan (+)

4 Retraksi (++), ketakutan , sianosis


Menolak makan atau minum

5. Tatalaksana
 Manuver Heimlich
Untuk mengatasi obstruksi jalan napas oleh benda asing dapat
dilakukan manuver Heimlich (hentakan subdiafragma abdomen). Suatu
hentakan yang menyebabkan peningkatan tekanan pada diafragma
sehingga memaksa udara yang ada di dalam paruparu untuk keluar
dengan cepat sehingga diharapkan dapat mendorong atau
mengeluarkan benda asing yang menyumbat jalan napas. Setiap
hentakan harus diberikan dengan tujuan menghilangkan obstruksi,
mungkin dibutuhkan hentakan 6 – 10 kali untuk membersihkan jalan
napas. Pertimbangan penting dalam melakukan manuver Heimlich
adalah kemungkinan kerusakan pada organ-organ besar. Perlu
diperhatikan saat melakukannya pasien membungkuk agar sumbatan
lebih mudah keluar.

12
Penolong harus berdiri di belakang korban, melingkari pinggang
korban dengan kedua lengan, kemudian kepalkan satu tangan dan
letakkan sisi jempol tangan kepalan pada perut korban, sedikit di atas
pusar dan di bawah ujung tulang sternum. Pegang erat kepalan tangan
dengan tangan lainnya, Tekan kepalan ke perut dengan hentakan yang
cepat ke arah atas. Setiap hentakan harus terpisah dan dengan gerakan
yang jelas.

 Chest Thrust
Korban harus diletakkan pada posisi terlentang dengan muka
keatas. Penolong berlutut disisi paha korban. Letakkan salah satu
tangan pada perut korban di garis tengah sedikit di atas pusat dan
jauh dibawah ujung tulang sternum, tangan kedua diletakkan diatas
tangan pertama. Penolong menekan kearah perut dengan hentakan
yang cepat kearah atas. Manuver ini dapat dilakukan pada korban
sadar jika penolongnya terlampau pendek untuk memeluk
pinggang korban atau pasien gemuk.

13
 Back Blow
Berdirilah di samping dan tepat di belakang orang dewasa yang
tersedak. Letakkan satu tangan di dada orang tersebut untuk
menopang. Tekuk orang di pinggang sehingga tubuh bagian atas
sejajar dengan lantai. Lakukan lima pukulan punggung terpisah
antara tulang belikat orang tersebut dengan tumit tangan Anda.
 Finger Sweep

14
Manuver ini hanya dilakukan atau digunakan pada korban tidak
sadar, dengan muka menghadap keatas buka mulut korban dengan
memegang lidah dan rahang diantara ibu jari dan jari-jarinya,
kemudian mengangkat rahang bawah. Tindakan ini akan
menjauhkan lidah dari kerongkongan serta menjauhkan benda
asing yang mungkin menyangkut ditempat tersebut. Masukkan jari
telunjuk tangan lain menelusuri bagian dalam pipi, jauh ke dalam
kerongkongan di bagian dasar lidah, sebelumnya bungkus jari yang
akan mengait dengan kain agar kemudian lakukan gerakan mengait
untuk melepaskan benda asing serta menggerakkan benda asing
tersebut ke dalam mulut sehingga memudahkan untuk diambil.
Hati-hati agar tidak mendorong benda asing lebih jauh kedalam
jalan napas.

Adapun penanganan lanjut yang dapat dilakukan dalam

15
penanganan pada sumbatan jalan napas yaitu :
a) Krikotirotomi merupakan suatu tindakan emergency mengatasi
obstruksi jalan nafas dengan cara membuat jalan nafas melalui
membran krikotiroid. Setelah membran terbuka maka oksigen
dapat masuk ke saluran nafas secara langsung. Teknik ini dapat
dilakukan dengan menggunakan jarum (needle chrycothyrotomy)
dengan melubangi melewati mebran krikoid yang berada
disepanjang trach atau melalui teknik pembedahan (surgical
chrycotirotomi). Sebuah penelitian menemukan bahwa dari 1.560
pasien yang masuk ruang gawat darurat karena trauma tumpul atau
trauma tembus laring, hanya 9 pasien yang menjalani krikotirotmi
atau sekitar 0,5 %.

b) Trakheostomi merupakan prosedur pembukaan dinding anterior


leher untuk memasukkan tabung yang dapat membantu pasien
yang kesulitan bernafas dan mengalami penurunan kadar oksigen
yang signifikan guna mencapai trakhea sebagai jalan pintas untuk
bernafas sementara. Trakheostomi dapat dilakukan melalui teknik
pembedahan, baik elektif maupun emergensi.

16
17
Penanganan Tersedak Pada Orang Dewasa
KESIMPULAN

Obstruksi jalan napas atas adalah keadaan terhambatnya jalan napas


mulal nasal sampal larlng dan trekea baglan atas. Sumbatan jalan napas parsial
ataupun total harus diatasl dengan segera, karena dapat mengakibatkan
kerusakan otak permanen dan bahkan kematian. Keberhasilan menagemen harus
diawali dengan evaluasi jalan napas dengan hati-hati, teliti dan cepat untuk
identifikasi berbagaifaktor penyebab. Berdasarkan gejala klinik dapat ditentukan
tingkat dan gradasi sumbatan, hal ini diperlukan untuk menentukan terapi awal
yang bisa dikerjakan. Terapi definitif tergantung penyebab penyakit yang
mendasarinya.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Patwa, A. and Shah, A. 2015. Anatomy and physiology of respiratory system


relevant to anaesthesia. Indian Journal of Anaesthesia, 59(9), p.533
2. Kennedy, J. 2012. Clinical Anatomy Series‐ Lower Respiratory Tract
Anatomy. Scottish Universities Medical Journal., 1(2), pp.174‐179.
3. Pearce EC. 2009. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. PT. Gramedia
Media Pustaka. Jakarta. Hal 265-266.
4. Foresto B. Obstruksi Saluran Napas pada Non Small Carcinoma:
Sebuah Laporan Kasus. Volume Dua, Nomor Tiga. 2015.
5. Foreste Borres, dkk. 2015. Obstruksi Saluran Napas pada Non Small
Carcinoma: A Case Report. Indonesian Journal of CHEST. Vol 2. No. 2
6. Yusuf Muhtarum. 2015. Update Management On Pharyngolaryngeal Disease.
Departemen Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, dan Tenggorokan. Surabaya
7. Subing DM. 2015. Kurikulum dan Pelatihan PTBMMKI.
8. https://www.mayoclinic.org/first-aid/first-aid-choking/basics/art-20056637
9. https://www.alomedika.com/tindakan-medis/prosedur-kegawatdaruratan-
medis/penanganan-tersedak/teknik#:~:text=Berikut%20ini%20adalah
%20posisi%20penolong,korban%20hamil%20atau%20obese%5B3%5D
10. Hadiwikarta A, dkk. 2012. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, dan
Tenggorokan. Edisi Ketujuh. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta. Hal: 224-230

19

Anda mungkin juga menyukai