Anda di halaman 1dari 14

MANAJEMEN STRATEGIS:

MANAJEMEN DULU SAMPAI SEKARANG

Penyusun:
1. Aditya Rahutama (133200090)
2. Fajri Amirul Anas (133200091)
3. M. Rizki Nurrohman (133200092)
4. Etika Mufidatul Ulfah (133200093)
5. Aisyah Khoirurrizqi (133200094)

PROGRAM STUDI ILMU TANAH


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2021
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Pengertian Manajemen Strategis

Manajemen strategi dapat di definisikan sebagai seni dan pengetahuan dalam


merumuskan, mengimplementasikan, serta mengevaluasi keputusan-keputusan
lintas fungsional yang memampukan sebuah organisasi mencapai tujuannya.

Pakar manajemen memiliki definisi manajemen strategis masing-masing.


Dari buku Strategic Management karya Nicholas S. Majluk dan Arnoldo C. Hax,
manajemen strategis bisa dimaknai sebagai cara memandu perusahaan untuk
mencapai sejumlah sasaran. Mulai dari nilai & tanggung jawab korporasi,
kapabilitas manajerial, hingga sistem administrasi yang berkaitan dengan
pengambilan keputusan strategis dan operasional di berbagai tingkat hierarki.

Intinya, manajemen strategis adalah serangkaian keputusan dan tindakan


mendasar buatan manajemen tertinggi dalam mengidentifikasi tujuan organisasi,
sumber dayanya, dan bagaimana sumber daya yang ada tersebut dapat digunakan
secara efektif untuk memenuhi tujuan strategis organisasi.

B. Tujuan Manajemen Strategis

1. Memberikan arah jangka panjang perusahaan yang bakal dicapai.


2. Membantu perusahaan beradaptasi pada setiap perusahaan.
3. Membuat kinerja perusahaan menjadi lebih efektif.
4. Mengaplikasikan dan mengevaluasi strategi yang disepakati dengan
efektif dan efisien.
5. Membuat strategi baru untuk menyesuikan dengan perkembangan
lingkungan eksternal.
6. Meninjau ulang kelebihan dan kelemahan serta mencermati peluang dan
ancaman bisnis perusahaan.
7. Berinovasi pada produk dan layanan sehingga selalu disukai oleh
konsumen.
C. Tahap Manajemen Strategis

Proses manajemen strategis merupakan pendekatan yang logis, sistematis,


dan objektif untuk menentukan arah perusahaan di masa depan. Peneliti biasanya
membedakan tiga tahap dalam proses manajemen strategi yaitu formulasi strategi,
implementasi strategi, dan evaluasi. Menurut Freed R. David (2004:6-7)
menjelaskan bahwa proses manajemen strategis terdiri dari tiga tahap yaitu:

1. Perumusan Strategi

Pada tahap ini, Freed R. David membagi perumusan strategi menjadi tiga tahapan
aktivitas, yaitu input stage, matching stage, dan decisionst stage. Perumusan
strategi merupakan tahap awal yag dilakukan dalam proses manajemen strategi,
meliputi kegiatan untuk mengembangkan visi dan misi organisasi
mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal organisasi, menentukan kekuatan
dan kelemahan internal organisasi, menetapkan tujuan jangka panjang organisasi,
membuat sejumlah strategi alternatif untuk organisasi, serta memilih strategi
tertentu untuk digunakan.

2. Pelaksanaan Strategi

Pelaksaanan strategi mengharuskan perusahaan untuk menetapkan sasaran


tahunan, membuat kebijakan, memotivasi karyawan, dan mengalokasikan sumber
daya sehingga perumusan strategis dapat dilaksanakan. Tahap ini mencakup
pengembangan budaya yang mendukung strategi, penciptaan struktur organisasi
yang efektif, pengarahan kembali usaha–usaha pemasaran, penyiapan anggaran,
pengembangan dan pemanfaatan sistem informasi, serta menghubungkan
kompensasi untuk karyawan dengan kinerja organisasi.

3. Evaluasi Strategi

Evaluasi strategi adalah tahap akhir manajemen strategi. Hal yang harus dilakukan
dalam tahap ini adalah mengkaji ulang faktor-faktor internal dan eksternal yang
menjadi landasan perumusan strategi yang diterapkan, kemudian mengukur
kinerja, selanjutnya melakukan tindakan-tindakan korektif.

D. Manfaat Manajemen Strategis

Manajemen stategis memberikan arah sesuai tujuan yang akan diambil


organisasi. Maka, manfaat manajemen strategis adalah dapat megurangi
ketidakpastian dan kekomplekan dalam menyusun perencanaan sebagai fungsi
manajemen, dan dalam proses pelaksaan pekerjaan menggunakan semua sumber
daya yang nyata dimiliki melalui proses yang terintegrasi dengan fungsi
manajemen yang lain dan dapat dinilai hasilnya berdasarkan tujuan organisasi.
Menurut Sipriyono, 1993 dalam Ali Rokhman, 2008, manfaat manajemen
strategis dalam perusahaan (organisasi) sebagai berikut:

1. Strategi merupakan cara untuk mengantisipasi masalah dan kesempatan masa


depan yang berubah dengan cepat

2. Membekali pegawai tentang tujuan dan arah masa depan organisasi

3. Memudahkan tugas eksekutif organisasi (perusahaan)

4. Kacamata untuk memantau apa yang terjadi dalam perusahaan atau organisasi

5. Berdasarkan hasil penelitian; perusahaan atau organisasi yang menyusun


strategi menjadi lebih efektif dan efisien dalam mencapai tujuan atau meraih
hasilnya.

Manfaat manajemen strategi menurut Pearce and Robinson (1997):

a. Mengantisipasi peluang dan ancaman dari perubahan lingkungan pada masa


mendatang;

b. Gambaran pada anggota organisasi tentang arah dan tujuan organisasi pada
masa mendatang;

c. Memonitor apa yang terjadi dalam organisasi sehingga apabila organisasi


tersebut menghadapi masalah, dapat dengan segera diketahui akar
permasalahannya yang akan memudahkan untuk mencari solusinya.
BAB 2

PERKEMBANGAN MANAJEMEN STRATEGIS

A. Latar Belakang Sejarah Manejemen

Usaha – usaha terorganisasi yang diarahkan oleh orang – orang yang


bertanggung jawab atas perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan
pengendalian telah ada ribuan tahun. Piramida di Mesir dan Tembok Besar Cina
merupakan bukti nyata bahwa proyek – proyek yang ukurannya luar biasa besar,
yang menggunakan puluhan ribu manusia, telah dilaksanakan jauh sebelum zaman
modern. Piramida merupakan contoh yang sangat menarik. Pembangunan sebuah
piramida melibatkan lebih dari 100.000 orang selama 20 tahun. Siapa yang
memberitahu masing – masing pekerja apa yang harus dilakukannya? Siapa yang
menjamin bahwa akan ada cukup batu di tempat itu supaya para pekerja tetap
sibuk? Jawaban terhadap pertanyaan – pertanyaan itu adalah manajer. Tanpa
mempedulikan apa sebutan bagi para manajer pada saat itu, seseorang harus
merencanakan apa yang perlu dilakukan, mengorganisasikan manusia serta bahan
baku untuk melakukannya, memimpin dan mengarahkan para pekerja, dan
menegakkan pengendalian tertentu guna menjamin bahwa segala sesuatunya
dikerjakan menurut rencana.

Praktik – praktik manajemen lainnya dapat disaksikan selama tahun 1400-an


di kota Venesi, Italia, pusat perekonomian dan perdagangan yang penting.
Penduduk Venesia mengembangkan bentuk awal perusahaan bisnis dan
melakukan banyak kegiatan yang lazim terjadi di organisasi saat ini. Sebagai
contoh, di gudang senjata Venesia, kapal perang diluncurkan ke sepanjang kanal
dan pada tiap – tiap perhentian bahan baku dan tali layar kapal ditambahkan ke
kapal tersebut. Bukankah itu sangat mirip dengan mobil yang ‘meluncur’ ke
sepanjang lini perakitan mobil dan sejumlah komponen terus ditambahkan ke
mobil tersebut? Selain lini perakitan tersebut, orang venesia memiliki sistem
penyimpanan dan pergudangan untuk memantau isinya, manajemen sumber daya
manusia yang berfungsi untuk mengelola angkatan kerja, dan sistem akuntansi
untuk melacak pendapatan dan biaya. Contoh – contoh dari masa lalu itu
memperlihatkan bahwa organisasi telah ada selama ribuan tahun. Akan tetapi, dua
peristiwa sebelum abad ke-20 memainkan peran yang sangat penting dalam
memajukan kajian manajemen.

Pertama, pada tahun 1776, Adam Smith menerbitkan sebuah doktrin ekonomi
klasik, The Wealth of Nations, di mana dia mengemukakan keunggulan ekonomis
yang akan diperoleh organisasi dan masyarakat dari pembagian kerja (Division of
Labour), perincian pekerjaan kedalam tugas – tugas yang spesifik dan berulang.
Dengan menggunakan industri pabrik peniti sebagai contoh, Adam Smith
mengatakan bahwa sepuluh orang, masing – masing melakukan pekerjaan khusus,
secara bersama – sama dapat menghasilkan kurang lebih 48.000 peniti dalam satu
hari. Akan tetapi, jika setiap orang bekerja sendiri menyelesaikan tiap –tiap bagian
pekerjaan, sudah sangat hebat bila mereka mampu menghasilkan sepuluh peniti
saja dalam sehari! Smith menyimpulkan bahwa pembagian kerja itu
meningkatkan produktivitas dengan meningkatkan keterampilan dan kecekatan
tiap – tiap pekerja, dengan menghemat waktu yang lazimnya hilang dalam
pergantian tugas – tugas, dan dengan menciptakan sejumlah mesin dan penemuan
yang menghemat tenaga kerja. Tetap populernya spesialisasi pekerjaan misalnya,
tugas – tugas spesifik yang dilakukan oleh para pekerja di dapur restoran, atau
posisi – posisi spesifik yang dilakukan oleh para pemain tim sepak bola tidak
diragukan lagi disebabkan oleh keunggulan ekonomis, yang dikemukakan oleh
Adam Smith.

Pengaruh penting kedua yang berpengaruh terhadap manajemen adalah


Revolusi Industri. Revolusi yang diawali pada abad ke-18 di Inggris itu melintasi
Atlantik menuju Amerika pada akhir Perang Saudara. Sumbangan penting
revolusi Industri adalah tenaga mesin dengan cepat menggantikan tenaga manusia
yang pada gilirannya, membuat lebih hemat jika memproduksi barang – barang di
pabrik, bukannya di rumah. Pabrik – pabrik yang besar dan efisien ini
membutuhkan kemampuan manajerial. Mengapa? Para manajer dibutuhkan untuk
meramalkan permintaan, memastikan bahan baku cukup banyak tersedia untuk
membuat produk, memberi tugas kepada orang – orang, mengarahkan kegiatan
sehari – hari, dan selanjutnya. Kebutuhan akan teori formal untuk membimbing
manajer dalam menjalankan organisasi itu telah tiba. Namun, teori formal itu
belum ada sampai awal tahun 1900-an di mana langkah besar pertama untuk
menyusun teori semacam itu diambil.

B. Manajemen Ilmiah

Manajemen ilmiah, atau dalam bahasa Inggris disebut scientific management,


pertama kali dipopulerkan oleh Frederick Winslow Taylor dalam bukunya yang
berjudul Principles of Scientific Management pada tahun 1911. Dalam bukunya
itu, Taylor mendeskripsikan manajemen ilmiah adalah "penggunaan metode
ilmiah untuk menentukan cara terbaik dalam menyelesaikan suatu pekerjaan."
Beberapa penulis seperti Stephen Robbins menganggap tahun terbitnya buku ini
sebagai tahun lahirya teori manajemen modern.

Ide tentang penggunaan metode ilmiah muncul ketika Taylor merasa kurang
puas dengan ketidakefesienan pekerja di perusahaannya. Ketidakefesienan itu
muncul karena mereka menggunakan berbagai macam teknik yang berbeda untuk
pekerjaan yang sama—nyaris tak ada standar kerja di sana. Selain itu, para
pekerja cenderung menganggap gampang pekerjaannya. Taylor berpendapat
bahwa hasil dari para pekerja itu hanyalah sepertiga dari yang seharusnya. Taylor
kemudian, selama 20 tahun, berusaha keras mengoreksi keadaan tersebut dengan
menerapkan metode ilmiah untuk menemukan sebuah "teknik paling baik" dalam
menyelesaikan tiap-tiap pekerjaan.

Berdasarkan pengalamannya itu, Taylor membuat sebuah pedoman yang jelas


tentang cara meningkatkan efesiensi produksi. Pedoman tersebut adalah:

1. Kembangkanlah suatu ilmu bagi tiap-tiap unsur pekerjaan seseorang, yang


akan menggantikan metode lama yang bersifat untung-untungan.

2. Secara ilmiah, pilihlah dan kemudian latihlah, ajarilah, atau kembangkanlah


pekerja tersebut.

3. Bekerja samalah secara sungguh-sungguh dengan para pekerja untuk


menjamin bahwa semua pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip
ilmu yang telah dikembangkan tadi.

4. Bagilah pekerjaan dan tanggung jawab secara hampir merata antara


manajemen dan para pekerja. Manajemen mengambil alih semua pekerjaan
yang lebih sesuai baginya daripada bagi para pekerja.

Pedoman ini mengubah drastis pola pikir manajemen ketika itu. Jika
sebelumnya pekerja memilih sendiri pekerjaan mereka dan melatih diri semampu
mereka, Taylor mengusulkan manajemenlah yang harus memilihkan pekerjaan
dan melatihnya. Manajemen juga disarankan untuk mengambil alih pekerjaan
yang tidak sesuai dengan pekerja, terutama bagian perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan, dan pengontrolan. Hal ini berbeda dengan pemikiran sebelumnya di
mana pekerjalah yang melakukan tugas tersebut.

Manajemen ilmiah kemudian dikembangkan lebih jauh oleh pasangan suami-


istri Frank dan Lillian Gilbreth. Keduanya tertarik dengan ide Taylor setelah
mendengarkan ceramahnya pada sebuah pertemuan profesional. Keluarga
Gilbreth berhasil menciptakan mikronometer yang dapat mencatat setiap gerakan
yang dilakukan oleh pekerja dan lamanya waktu yang dihabiskan untuk
melakukan setiap gerakan tersebut. Gerakan yang sia-sia yang luput dari
pengamatan mata telanjang dapat diidentifikasi dengan alat ini, untuk kemudian
dihilangkan. Keluarga Gilbreth juga menyusun skema klasifikasi untuk memberi
nama tujuh belas gerakan tangan dasar (seperti mencari, menggenggam,
memegang) yang mereka sebut Therbligs (dari nama keluarga mereka, Gilbreth,
yang dieja terbalik dengan huruf th tetap). Skema tersebut memungkinkan
keluarga Gilbreth menganalisis cara yang lebih tepat dari unsur-unsur setiap
gerakan tangan pekerja.

Skema itu mereka dapatkan dari pengamatan mereka terhadap cara


penyusunan batu bata. Sebelumnya, Frank yang bekerja sebagai kontraktor
bangunan menemukan bahwa seorang pekerja melakukan 18 gerakan untuk
memasang batu bata untuk eksterior dan 18 gerakan juga untuk interior. Melalui
penelitian, ia menghilangkan gerakan-gerakan yang tidak perlu sehingga gerakan
yang diperlukan untuk memasang batu bata eksterior berkurang dari 18 gerakan
menjadi 5 gerakan. Sementara untuk batu bata interior, ia mengurangi secara
drastis dari 18 gerakan hingga menjadi 2 gerakan saja. Dengan menggunakan
teknik-teknik Gilbreth, tukang baku dapat lebih produktif dan berkurang
kelelahannya di penghujung hari.

Pedoman yang ditemukan oleh Taylor dan yang lainnya untuk meningkatkan
efisiensi produksi masih tetap digunakan dalam organisasi di masa kini. Ketika
para manajer menganalisis tugas – tugas dasara yang harus dilakukan,
menggunakan studi waktu dan gerakan untuk menghilangkan gerakan yang sia –
sia, mempekerjakan para pekerja terbaik yang memenuhi persyaratan untuk suatu
pekerjaan, dan merancang sistem insentif berdasarkan output , mereka
menggunakan prinsip – prinsip manajemen ilmiah. Tetapi , praktik manajemen
terkini tidak hanya terbatas pada pendekatan manajemen ilmiah. Dalam
kenyataannya, kita dapat melihat gagasan dari pendekatan utama berikutnya, teori
administrasi umum yang juga digunakan.

C. Para Ahli Teori Administrasi Umum

Kelompok penulis lain memandang pokok bahasan manajemen, tetapi


memusatkan perhatian pada organisasi secara keseluruhan. Kita menyebut mereka
itu ahli teori administrasi umum. Mereka mengembangkan teori – teori yang lebih
umum mengenai apa yang dilakukan para manajer dan apa yang membentuk
praktik manajemen yang baik. Dua ahli terkemuka di balik pendekatan
administrasi umum adalah Henri Fayol dan Max Weber.

Teori administrasi dipelopori oleh Henri Fayol, fayol mengemukakan bahwa


kegiatan industri dibagi kedalam kegiatan teknis, komersial, finansial, keamanan,
personalia, akuntansi, dan manejerial ( perencanaan, pengorganisasian, pemberian
perintah pengkoordinasian dan pengawasan.
Selanjutnya Fayol membahas tantang 14 kaidah / prinsip manajemen yaitu:

1. Pembagian kerja atau spesialisasi meningkatkan produktifitas karena orang


memusatkan perhatian pada pekerjaan sesuai dengan keahlian.

2. Wewenang dan tanggung jawab harus ada dalam pelaksanaan kegiatan. Perlu
ada rangsangan untuk kegiatan yang dilaksanakan dengan baik dan sanksi bagi
pelaksanaan kegiatan yang tidak baik.

3. Harus ada disiplin, yaitu rasa hormat da taat pada peranan da tujuan organisasi.

4. Perlu kesatuan perintah. Bawahan hanya menerima perinyah dan bertanggung


jaeab pada satu atasan.

5. Perlu adanya kesatuan pengarahan. Organisasi efekti bila para anggota bekerja
sama berdasarkan tujuan yang sama.

6. Para anggota organisasi harus mendahulukan kepentingan umum dari pada


kepentingan pribadi.

7. Pambayaran balas jasa harus bijaksana, adil, tidak eksploitatif dan memuaskan
pihak-pihak.

8. Perlu diatur keseimbangan antara sentralisasi dan desentralisasi.

9. Hubungan antar tugas disusun atas dasar suatu hierarki atas bawah.

10. Harus ada order, aturan, ketertiban dimana ada suatu tamtpat untuk setiap
orang yang seharusnya memang tempatnya.

11. Keadilan bagi personalia, persamaan perlakuan dalam organisasi.

12. Perlu kelangsungan, keamanan dan kepastian kerja bagi karyawan.

13. Dalam setiap tugas harus dimungkinkan untuk mengadakan prakarsa atau
inisiatif.

14. Harus ada semangat korps menggalang kekuatan dengan persatuan atau
kesetiakawanan, kebanggaan bersama dan merasa memiliki.

Max Weber (186,41920) pionir terkemuka pengembangan teori birokrasi.


Dimana birokrati merupakan ciri dari pola organisasi yang strukturnya dibuat
sedemikian rupa sehingga secara maksimal dapat memanfaatkan tenaga ahli,-
Organisasi harus diatur secara rasional, impersonal dan bebas dari sikap
prasangka.

Karektiristik birokrasi ditandai dengan:

1. Adanya pembagian tugas dan spesialisasi. Setiap individu dalam oganisasi


mempunyai wewenang yang diatur oleh berbagai peraturan, kebijakan dan
ketetapan hukum.

2. Hubungan yang terjadi dalam organisasi adalah hubungan impersonal.

3. Dalam organisasi ada hierarki wewenang, yaitu setiap bagian yang lebih
rendah selalu berada di bawah wewenang dan supervisi dari bagian di
atasnya.

4. Administrasi selalu didasarkan dan dilaksanakan dengan dokumen tertulis.

5. Orientasi pembinaan pegawai adalah pengembangan karir, yang berarti


keahlian menupakan kriteria utama diterima tidaknya seseorang sebagai
anggota organisasi dan promosi dalam organisasi.

6. Setiap tindakan yang diambil organisasi harus selalu dikaitkan dengan


besarnya sumbangan terhadap pencapaian tujuan organisasi, sehingga dapat
dicapai efisien, yang maksimal. Birokrasi merupakan usaha untuk
menghilangkan tradisi organisasi yang membuat keputusan secara emosional,
atau berdasarkan ikatan kekeluargaan sehingga mengakibatkan organisasi
tidak efektif. Birokrasi ada hubungannya dengan prosedur yang berbelit-belit,
penundaan pekerjaan, ketidak efisienan, dan pemborosan.

Sejumlah gagasan dan praktik manajemen kita sekarang ini dapat secara
langsung diketahui sebagai sumbangan para ahli teori administrasi umum. Sebagai
contoh, pandangan fungsional tentang pekerjaan manajer dapat dianggap berasal
dari Henri Fayol. Sebagai tambahan, keempat belas prinsip Fayol itu berperan
sebagai kerangka acuan tempat berkembangnya banyak konsep dan teori
manajemen sekarang.

D. Pendekatan Kuantitatif Pada Manajemen

Pendekatan kuantitatif adalah penggunaan sejumlah teknik kuantitatif —


seperti statistik, model optimasi, model informasi, atau simulasi komputer—untuk
membantu manajemen mengambil keputusan. Sebagai contoh, pemrograman
linear digunakan para manajer untuk membantu mengambil kebijakan
pengalokasian sumber daya; analisis jalur kritis (Critical Path Analysis) dapat
digunakan untuk membuat penjadwalan kerja yang lebih efesien; model kuantitas
pesanan ekonomi (economic order quantity model) membantu manajer
menentukan tingkat persediaan optimum dan lain-lain.

Pengembangan kuantitatif muncul dari pengembangan solusi matematika dan


statistik terhadap masalah militer selama Perang Dunia II. Setelah perang
berakhir, teknik-teknik matematika dan statistika yang digunakan untuk
memecahkan persoalan-persoalan militer itu diterapkan di sektor bisnis.
Pelopornya adalah sekelompok perwira militer yang dijuluki "Whiz Kids." Para
perwira yang bergabung dengan Ford Motor Company pada pertengahan 1940-an
ini menggunakan metode statistik dan model kuantitatif untuk memperbaiki
pengambilan keputusan di Ford.

Pendekatan kuantitatif secara langsung telah memberikan sumbangan pada


pengelolaan pengambilan keputusan di bidang perencanaan dan pengendalian.
Sebagai contoh, ketika manajer membuat penganggaran, penjadwalan,
pengendalian mutu, dan keputusan serupa, mereka biasanya bergantung pada
teknik kuantitatif . ketersedian Software komputer yang canggih untuk membantu
menyusun model, persamaan, dan rumus telah membuat penggunaan teknik
kuantitatif menjadi tidak terlalu menakutkan bagi para manajer, walaupun mereka
harus tetap mampu menafsirkan hasilnya.

E. Menuju Pemahaman Tentang Perilaku Organisasi

Meskipun ada sejumlah orang pada akhir 1800-an dan awal 1900-an yang
menyadari bahwa pentingnya faktor manusia bagi keberhasilan organisasi, ada
empat orang yang menonjol sebagai pendukung awal pendekatan perilaku
organisasi tersebut. Ide mereka menjadi dasar praktik manajemen, seperti
prosedur seleksi karyawan, program motivasi karyawan, tim kerja karyawan, dan
organisasi teknik manajemen lingkungan eksternal.

Tanpa ragu – ragu, sumbangan paling penting bagi pengembangan bidang


perilaku organisasi itu datang dari Kajian Hawthorne, sekelompok kajian yang
diselenggarakan pada Western Electric Company Works di Cicero, Illinois.

Namun, kesimpulan kajian ini bukanlah tanpa kritik. Kritik menyerang


prosedur riset, analisi temuan, dan kesimpulannya. Akan tetapi, dari sudut
pandang sejarah, tidaklah begitu penting apakah kajian itu secara akademis sehat
atau kesimpulannya dapat dibenarkan. Yang penting adalah bahwa kajian itu
merangsang minat terhadap perilaku manusia dalam organisasi. Kajian ini
memainkan peran yang sangat penting dalam mengubah pandangan yang dominan
pada waktu itu yakni karyawan itu berbeda dari mesin – mesin lain manapun juga
yang digunakan oleh organisasi tersebut.

Pendekatan perilaku telah banyak membentuk organisasi kontemporer


sekarang ini. Dari cara manajer merancang pekerjaan yang mampu memberi
motivasi sampai ke cara mereka bekerja dengan tim karyawan sampai ke cara
mereka membuka saluran komunikasi, kita dapat melihat sejumlah elemen
pendekatan perilaku. Banyak dari apa yang diusulkan OB awal dan kesimpulan
dari studi Hawthorne menjadi dasar bagi teori terkini tentang motivasi,
kepemimpinan, perilaku, dan pengembangan kelompok, dan berbagai topik
perilaku lainnya.

F. Pendekatan Sistem

Sistem memiliki dua jenis, yaitu sitem tertutup dan sistem terbuka. Sistem
terutup tidak terpengaruh oleh lingkungan luar sedangkan sistem terbuka dinamis
berkomunikasi dengan dunia luar. Pendekatan sistem turut menunjang pada
pemahaman kita tentang pemikiran manajemen. Para peneliti sistem memimpikan
suatu organisasi terdiri dari faktor yang saling bergantung, termasuk
perseorangan, kelompok, sikap, motif, struktur formal, interaksi, tujuan, status dan
wewenang. Hal ini berarti manajer mengoordinasikan kegiatan kerja dari berbagai
bagian dalam organisasi dan memastikan bahwa semua bagian organisasi yang
saling tergantung bekerja sama sehingga tujuan organisasi dapat tercapai. Selain
itu, pendekatan sistem menunjukkan bahwa organisasi tidaklah berdiri sendiri.
Mereka bergantung pada lingkungannya untuk masukan yang penting dan sebagai
sumber untuk menyerap hasilnya.

G. Pendekatan Kontingensi

Pendekatan kontingensi disebut kadangkala sebagai pendekatan situsional


mengatakan bahwa organisasi adalah berbeda, menghadapi situasi yang berbeda
dan memerlukan cara pengelolaan yang berbeda.

Pendekatan kontingensi bagi manajemen adalah secara intuisi logis karena


organisasi dan bahkan unit di dalamnya yang sama adalah beragam baik dalam
besarnya, tujuan, pekerjaan dan kesukaan. Akan menjadi mengejutkan bila
menemukan aturan manajemen yang dapat diterapkan secara universal yang
berhasil dalam semua situasi. Tapi tentulah dapat dikatakan bahwa metode
pengelolaan tergantung pada situasi dan dapat dikatakan juga apa situasi tersebut.
Nilai utama dari pendekatan kontingensi adalah menekankan bahwa tidak ada
aturan yang sederhana atau universal yang dapat diikuti oleh manajer.

Variabel kontingensi yang populer:

1. Besarnya organisasi

2. Kerutinan dari tugas teknologi

3. Ketidak pastian lingkungan

4. Perbedaan individu

BAB 3

KESIMPULAN

Sebagai kesimpulan berdasarkan penjabaran materi di atas, bahwa


manajemen Secara keilmuan, manajemen baru terumuskan kurang lebih di abad
18 atau awal abad 19 Masehi.

Perkembangan teori manajemen dimulai dari teori manajemen klasik dengan


pemikiran manajemen ilmiah dari Taylor dan teori organisasi klasik dari Mayo.
Manajemen ilmiah menekankan pada upaya menemukan metode terbaik untuk
melakukan tugas manajemen secara ilmiah. Sedangkan teori organisasi klasik
menekankan pada kebutuhan mengelola organisasi yang kompleks yang
mefokuskan pada upaya menetapkan dan menerapkan prinsip dan ketrampilan
yang mendasari manajemen yang efektif .

Perkembangan yang memberik focus yang sangat berbeda dari teori


manajemen klasik disebut teori manajemen neoklasik yang ditandai dengan
perubahan fokus manajemen yang lebih menekankan pada perilaku baik pada
perilaku manusia maupun perilaku organisasi. Manajemen yang baik menurut
teori neo klasik ini adalah manajemen yang mefokuskan diri pada pengelolaan staf
secara efektif yang didasari akan pemahaman yang mendalam dari segi sosiologis
maupun psikologis.
DAFTAR PUSAKA

Taufiqurokhman. 2016. Manajemen Strategik. Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Prof. Dr. Moestopo Beragama.

http://eprints.umk.ac.id/10766/2/BAB%20I.pdf

http://fe.budiluhur.ac.id/wp-content/uploads/2011/05/JURNAL-ANALISIS-MANAJEMEN-
STRATEGIK-McDONALDS_Onny_Yuwono.pdf

https://accurate.id/marketing-manajemen/pengertian-manajemen-strategis/

http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/pengantar_manajemen_umum_(untuk_st
mik)/bab1_pengertian_manajemen.pdf

http://evlyzarty.blogspot.com/2010/04/manajemen-ilmiah.html

http://raisulakbar.wordpress.com/2009/03/21/teori-administrasi/

http://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&cad=rja&ved=0CCwQFjAC&url=http%3A%2F
%2Fwww.sikkanet.com%

Anda mungkin juga menyukai